Penggunaan Habitat Dan Perilaku Burung Pantai Migran Di Pesisir Timur Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

PENGGUNAAN HABITAT DAN PERILAKU BURUNG PANTAI
MIGRAN DI PESISIR PANTAI TIMUR DELI SERDANG
PROVINSI SUMATERA UTARA

CHAIRUNAS ADHA PUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggunaan Habitat dan
Perilaku Burung Pantai Migran di Pesisir Timur Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utaraadalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Chairunas Adha Putra
NIM G352124031

RINGKASAN
CHAIRUNAS ADHA PUTRA. Penggunaan Habitat dan Perilaku Burung Pantai
Migran di Pesisir Timur Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh
RR DYAH PERWITASARI dan YENI ARYATI MULYANI.
Hutan mangrove dan kawasan hamparan lumpur di Pesisir pantai timur
Sumatera Utara merupakan kawasan penting bagi burung pantai migran. Salah
satu kabupaten yang terdapat di pesisir Sumatera Utara adalah Kabupaten Deli
Serdang. Hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang saat ini
berstatus hutan lindung, tetapi konversi lahan tetap saja terjadi. Perubahan hutan
mangrove di pesisir Deli Serdang akan berdampak pada keberlangsungan hidup
burung pantai migran di kawasan tersebut. Informasi mengenai penggunaan
habitat dan perilaku burung pantai di wilayah ini juga masih sangat terbatas,
padahal informasi tersebut diperlukan dalam mendukung upaya konservasi burung
pantai migran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk; (1)mengidentifikasi habitat,
distribusi dan jenis burung pantai migran, (2) mengidentifikasi penggunaan

habitat oleh kelompok burung pantai migran, (3) menganalisis perilaku harian dua
spesies burung pantai migran (Numenius arquata dan Charadrius mongolus).
Penelitian dilaksanakan pada saat musim migrasi yaitu, bulan Oktober 2014
hingga April 2015 di kawasan pesisir pantai timur Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. Pengamatan dilakukan di 4 desa yaitu, Desa Tanjung
Rejo, Desa Percut, Desa Sei Tuan dan Desa Rugemuk. Pengumpulan data
dilakukan dengan menjelajahi kawasan tersebut dan mencatat tipe habitat serta
perilaku burung pantai migran. Tipe habitat yang diamati meliputi hamparan
lumpur, rawa, perkebunan, tambak, sawah, permukiman dan tubuh air. Data
kondisi habitat diuraikan secara deskriptif. Identifikasi spesies burung
menggunakan Hayman et al.(1986), Rosair dan Cottridge (1995), Bhushan et
al.(1993) dan MacKinnonet al.(2010). Pengelompokan dan penulisan nama ilmiah
mengikuti Sukmantoro et al. (2007). Di samping itu dicatat status burung
berdasarkan kriteria IUCN (2015) status perdagangan CITES (2006) dan status
perlindungan menurut UU No.5 tahun 1990 dan PP No. 7/8 tahun 1999.Data
penggunaan habitat dan perilaku harian disajikan dalam bentuk diagram dan
diuraikan secara deskriptif. Untuk melihat perbedaan antara frekuensi perilaku di
setiap habitat dilakukan uji ANOVA (Analysis of Variance).
Hasil pengamatan mencatat total 12.673 individu dari 30 spesies yang
tersebar di habitat lumpur, rawa, kebun, tambak, sawah, permukiman dan tubuh

air. Jumlah spesies dan jumlah individu terbanyak ditemukan di habitat hamparan
lumpur yaitu 23 spesies dengan total 10.687 individu, selanjutnya perkebunan
(spesies= 13, total individu= 1394) dan rawa (spesies= 14, total individu= 513).
Semua burung pantai yang ditemukan termasuk ke dalam ordo Charadriiformes
yang terdiri dari famili Rostratulidae (1 spesies), Charadriidae (6 spesies),
Scolopacidae (21 spesies) dan Recurvirostridae (2 spesies). Lima spesies yang
dilindungi menurut Perundangan di Indonesia yaitu semua spesies dari kelompok
burung Gajahan (Numenius phaeopus, N. arquata dan N. madagascariensis),
Trinillumpur Asia Limnodromus semipalmatus dan Gagangbayam Belang
Himantopus leucocephalus. Berdasarkan status keterancaman menurut IUCN

2015, burung pantai di Deli Serdang memiliki 3 kategori, yaitu beresiko rendah
(21 spesies), hampir terancam (7 spesies), dan terancam (2 spesies).
Habitat lumpur, rawa dan perkebunan (perkebunan kelapa sawit yang baru
ditanam) merupakan habitat yang mendukung keberadaan spesies burung pantai
baik dari segi jumlah spesies dan jumlah individu. Pengamatan pada ketiga tipe
habitat menunjukkan bahwa habitat hamparan lumpur digunakan untuk keperluan
makan. Habitat perkebunan dan rawa digunakan burung pantai untuk istirahat.
Perilaku harian kelompok burung pantai migran bervariasi berdasarkan periode
waktu. Perilaku makan pada habitat hamparan lumpur dominan dilakukan pada

pagi hari. Perilaku istirahat dominan dilakukan pada habitat rawa dan perkebunan
pada siang hingga sore hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perilaku
harian N. arquata dan C. mongolus cenderung memiliki kesamaan. Pada pagi dan
siang hari didominasi oleh perilaku makan sedangkan sore hari didominasi
perilaku perawatan tubuh dan istirahat.
Kata kunci: burung pantai migran, Deli Serdang, penggunaan habitat, perilaku

SUMMARY
CHAIRUNAS ADHA PUTRA. Habitat Use and Behaviour of Migratory
Shorebids in Eastern Coastal of Deli Serdang of North Sumatera
Province.Supervised by RR DYAH PERWITASARI and YENI ARYATI
MULYANI.
Mangove forest and intertidal mudflat in the eastern coastal of North
Sumatera is an important area for migratory shorebirds. Deli Serdang regency is
one of the districts in the eastern coastal of North Sumatera province. Despite
being protected under national protected area, mangrove forest in Deli Serdang
area is threatened by land conversion activities. Habitat changes of mangrove
forests potentially impacted on the migratory shorebirds existence inn this area.
However, the information of habitat use and shorebirds behavior in this area still
needs to be improved. This information is required to support managements of

migratory shorebirds conservation efforts in this region. This study was aimed to;
(1) identify habitat, abundance of migratory shorebirds (2) identify the use of
habitat by migratory shorebirds (3) analyze the daily activities of Numenius
arquata and Charadrius mongolus.
The research conducted during the full migration season starting from
October 2014 until April 2015. Observations were conducted at four villages
namely, Tanjung Rejo, Percut, Sei Tuan and Rugemuk;by exploring the area that
used by migratory shorebirds. The habitat types being observed were mudflats,
swamps, plantations, ponds, rice fields, settlements and river banks. Habitat data
descriptively presented in tables. Identification of shorebirds species refers to
Hayman et al. (1986), Rosair and Cottridge (1995), Bhusnan et al.(1993) and
MacKinnonet al.(2010). Classification and scientific names followed Sukmantoro
et al. (2007). The status of shorebirds is based on IUCN Red List (2015), CITES
(2006) national protection in laws No. 5 of the year 1990 and PP No. 7/8 of the
year 1999. Data on habitat use and daily behaviour presented descriptively.
ANOVA test was used to reveal the comparison of behaviour frequency among
severe habitat types.
The shorebirds population observed from October 2014 until April 2015
was a total of 12.673 individuals from 30 species. There are three habitat types
which potentially support the highest number of shorebirds: mudflats (10.687

individuals; 23 species), marshes (513 individuals; 14 species), and plantations
(1394 individuals; 13 species). All shorebirds found were from order
Charadriiformes consisted of family Rostratulidae (1 species), Charadriidae (6
species), Scolopacidae (21 species) and Recurvirostridae (2 species). We found 5
protected species according to the legislation in Indonesia,they are from“curlew”
groups (Numenius phaeopus, N.arquata, and N. madagascariensis), Asian
Dowitcher Limnodromus semipalmatus and White-headed Stilt Himantopus
leucocephalus. The shorebirds in Deli Serdang have been grouped in three
categories by the IUCN Red List, Least Concern (21 species), Near Threatened (7
species), and Endangered (2 species).
Mudflats, swamps and plantations (young oil-palm) were the habitat which
supports the presence of migratory shorebirds. The three favourite habitats of the
migratory shorebirds were; mudflats for feeding area, plantations and swamps for

resting. The daily behavior of shorebirds varied by the time period. Feeding
behaviour on mudflats was relatively dominant in the early morning. while resting
behaviour on swamps and plantations were dominant in the late afternoon.
Observations on daily activities of N. arquata and C. mongolus indicated similar
it’s pattern of the two spesies, i.e.feeding behaviour dominated in the early
morning to midday and the body maintenance and resting dominated in the late

afternoon.
Key words: behavior, Deli Serdang Regency, habitat use, migratory shorebirds

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGGUNAAN HABITAT DAN PERILAKU BURUNG PANTAI
MIGRAN DI PESISIR TIMUR DELI SERDANG
PROVINSI SUMATERA UTARA

CHAIRUNAS ADHA PUTRA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Dewi Malia Prawiradilaga

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 sampai April 2015 ini adalah Penggunaan
Habitat dan Perilaku Burung Pantai Migran di Pesisir Pantai Timur Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara.
Selama proses penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan arahan oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis banyak mengucapkan

terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Rd. Roro Dyah Perwitasari M.Sc. dan Ibu Dr. Ir.Yeni Aryati
Mulyani M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak
bimbingan, arahan, saran, evaluasi, perhatian dan motivasi selama perkuliahan
dan penelitian hingga penyusunan tesis.
2. Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia yang telah memberikan dana
melalui beasiswa Fresh Graduate 2013.
3. Kepala Desa Percut, Desa Tanjung Rejo dan Desa Rugemuk yang
memberikan izin dan informasi terkait burung pantai di lokasinya masingmasing.
4. Kepada Desy, Bg Andi, Bg Mirza dan Pak Hadi serta teman-teman yang
membantu dalam proses pengambilan data dan peminjaman alat-alat
penelitian.
5. Orang tua dan keluarga tercinta atas do’a, motivasi dan kasih sayang yang
diberikan hingga kini.
6. Rekan-rekan BSH angkatan 2013 atas kebersamaan, dukungan serta motivasi
selama proses perkuliahan.
7. Segenap adik-adik Biologi dan Biopalas USU yang turut membantu
pengamatan di lokasi penelitian, serta semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, atas dukungan, kerja sama dan doa kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Biosains Hewan. Terima kasih.

Bogor, Agustus 2016

Chairunas Adha Putra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi, Taksonomi dan Ekologi Burung Pantai
Jalur Terbang Asia Timur-Australia
Siklus Migrasi Burung Pantai di Indonesia
Habitat Burung Pantai Migran di Pesisir Kabupaten Deli Serdang
Burung Pantai Migran di Pesisir Kabupaten Deli Serdang

3. METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Identifikasi Habitat, Distribusi dan Kelimpahan Spesies Burung Pantai
Penggunaan Habitat oleh Burung Pantai
Perilaku Harian Numenius arquata dan Charadrius mongolus
Analisis Data
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Habitat, Distribusi dan Kelimpahan Spesies Burung Pantai Selama
Musim Migrasi
Penggunaan Habitat oleh Burung Pantai di Pesisir Kabupaten Deli
Serdang
Perilaku Harian Numenius arquata dan Charadrius mongolus
Gangguan terhadap Burung Pantai Migran
Burung Pantai Migran yang Ditemukan Memiliki Bendera Warna
5. SIMPULAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
3
3
3
4
5
5
6
6
7
8
9
10
11
11
17
21
22
24
26
26
26
28
30
44

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Enam kategori perilaku burung pantai
Tipe dan sebaran habitat yang digunakan burung pantai migran di
kawasan pesisir Kabupaten Deli Serdang
Ordo, famili, spesies dan status perlindungan burung pantai di
Kabupaten Deli Serdang
Daftar spesies dan jumlah rata-rata (jumlah maximum) kehadiran
burung di setiap habitat
Rata-rata (±SD) jumlah individu berdasarkan tahapan pasang surut
pada habitat lumpur, rawa dan perkebunan
Catatan perjumpaan burung elang di pesisir Kab. Deli Serdang
sepanjang bulan November 2014 sampai Maret 2015
Data perjumpaan burung pantai berbendera warna di pesisir Kab.
Deli Serdang sepanjang tahun 2010 (Oktober) sampai 2015 (April)

8
11
12
13
19
23
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

7

8
9

Jalur terbang burung pantai di dunia
Siklus tahunan burung pantai di Indonesia
Peta lokasi penelitian dan titik lokasi pengamatan
Topografi burung pantai
Jumlah spesies dan jumlah individu burung pantai selama musim
migrasi (Oktober 2014 – April 2015)
Fluktuasi jumlah spesies (A) dan jumlah individu (B) burung pantai
pada habitat lumpur, rawa dan perkebunan (Oktober 2014 – April
2015)
Perilaku burung pantai di tiga tipe habitat. Huruf yang berbeda pada
pola diagram batang yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada taraf 5%
Persentase perilaku kelompok burung pantai berdasarkan perbedaan
waktu
Persentase perilaku harian N. arquata dan C. mongolus di habitat
lumpur

4
4
6
7
15
16

17

19
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Dokumentasi foto habitat burung pantai migran di kawasan pesisir
Kab. Deli Serdang
Foto dan deskripsi spesies burung pantai di Kab. Deli Serdang
Dokumentasi ancaman terhadap burung pantai yang ditemukan di
pesisir pantai Kab. Deli Serdang
Dokumentasi foto burung pantai yang ditemukan dengan bendera
warna di Kab. Deli Serdang
Hasil pengujian statistic

31
32
40
41
42

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang total pesisir pantai
diperkirakan lebih dari 80.000 km. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi salah
satu negara yang memiliki kawasan hutan mangrove terbesar di dunia. Ekosistem
mangrove di pesisir pantai mendukung kehidupan berbagai jenis
hewan,diantaranya adalah burung pantai migran. Salah satu kawasan yang sudah
diketahui menjadi tempat persinggahan burung pantai migran yang penting yaitu
Pesisir Deli Serdang di Provinsi Sumatera Utara. Pesisir Deli Serdang menjadi
penting karena setiap tahun secara rutin dikunjungi burung pantai dalam jumlah
yang besar. Di kawasan ini telah tercatat ±30 jenis burung pantai dengan jumlah
total individu mencapai >20.000 individu.
Burung pantai adalah kelompok burung air yang keberlangsungan
hidupnya sangat bergantung dengan kawasan hutan mangrove. Kawasan
mangrove dipergunakan burung pantai untuk mencari makan dan beristirahat.
Sebagian besar burung pantai di Indonesia termasuk ke dalam burung pantai yang
bermigrasi. Migrasi tersebut dapat diartikan bahwa burung pantai secara berkala
melakukan perjalanan dari lokasi berbiak dari bumi belahan utara (Rusia, China
dan Alaska) ke bumi belahan selatan (Australia dan Selandia Baru). Letak
Indonesia yang strategis berada diantara keduanya membuat Indonesia sebagai
tempat persinggahan yang nyaman bagi burung pantai selama musim migrasi.
Hutan mangrove di Deli Serdang merupakan hutan lindung dengan luasan
±3.105,238 ha. Walaupun berstatus hutan lindung tetapi alih fungsi lahan tetap
terjadi di kawasan ini. Pertumbuhan penduduk di kawasan pesisir Deli Serdang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dampak yang terjadi akibat hal tersebut
adalah hutan mangrove beralih fungsi menjadi lahan buatan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Alih fungsi hutan mangrove diperuntukan menjadi areal
pertambakan, persawahan, perternakan, perkebunan kelapa sawit dan permukiman
manusia. Pohon-pohon mangrove juga dimanfaatkan masyarakat sekitar pesisir
untuk arang dan bahan bangunan.Terbentuknya habitat-habitat baru buatan
manusia di kawasan pesisir Deli Serdang akan berpengaruh terhadap kehidupan
burung pantai di kawasan tersebut. Selain itu, ancaman dari predator (seperti
burung elang) dan ancaman dari manusia yang hidup di kawasan tersebut juga
akan berdampak pada kelangsungan hidup burung pantai.
Perilaku adalah suatu respon yang ditimbulkan oleh suatu organisme
terhadap lingkungannya. Analisis perilaku dapat digunakan untuk mengetahui
penggunaan berbagai tipe habitat dan pola perilaku harian bagi burung pantai di
pesisir Deli Serdang.Pengetahuan mengenai fungsi masing-masing habitat dan
perilaku harian penting dilakukan untuk mendukung upaya konservasi burung
pantai di wilayah tersebut. Numenius arquata dan Charadrius mongolus
merupakan jenis burung pantai migran yang diketahui cukup melimpah dan umum
di Deli Serdang. Kedua jenis burung tersebut merupakan jenis burung pantai yang
penting karena jumlah populasinya mencapai >1% untuk jalur terbang East AsianAustralasian Flyway. Numenius arquata juga merupakan jenis burung pantai yang
dilindungi di Indonesia. Kedua jenis burung pantai tersebut dipilih karena

2
dianggap mewakili untuk perilaku harian kelompok burung pantai di habitat
hamparan lumpur.
Sejauh ini data mengenai penggunaan habitat dan perilaku burung pantai
di Deli Serdang belum tersedia. Data yang tersedia terkait burung pantai migran
hanya terbatas pada catatan jenis dan jumlah individu di suatu lokasi saja.
Penelitian ini penting dilakukan karena tingginya aktivitas pengalihfungsian
kawasan hutan mangrove yang terjadi di wilayah pesisir Deli Serdang. Perubahan
habitat tersebut harus sejalan dengan pengetahuan kita terhadap habitat penting
bagi burung pantai migran di kawasan tersebut. Hal tersebut dapat menjadi dasar
bagi pengelolaan dan upaya konservasi habitat burung pantai migran di Deli
Serdang.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengidentifikasi habitat, distribusi
spesies dan menganalisis kelimpahan spesies burung pantai selama musim migrasi
(3) mengidentifikasi penggunaan habitat oleh burung pantai migran, (3)
menganalisis perilaku harian dua spesies burung pantai migran (Numenius
arquata Linnaeus 1758 dan Charadrius mongolus Pallas 1776).

Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaaat sebagai data dasar untuk upaya konservasi
burung pantai di pesisir Deli Serdang ditengah tingginya tingkat kerusakan hutan
mangrove yang menjadi habitat alami burung pantai, mengingat informasiinformasi tersebut juga masih sangat terbatas di Indonesia khususnya di Pesisir
Deli Serdang.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi, Taksonomi dan Ekologi Burung Pantai
Burung pantai merupakan kelompok burung air yang secara ekologis
sangat tergantung pada kawasan pesisir pantai. Kawasan pantai tersebut
dipergunakan untuk melakukan berbagai aktivitas harian seperti mencari makan,
istirahat, merawat tubuh dan interaksi sosial (Howes et al. 2003; Burger et al.
1997). Burung pantai di Indonesia termasuk ke dalam ordo Charadriiformes,yang
terdiri dari famili Charadriidae, Scolopacidae, Jacanidae, Rostratulidae,
Haematopodidae, Recurvirostridae, Burhinidae, Glareolidae dan Phalaropidae
(Sukmantoro et al. 2007; Howes et al. 2003). Sejauh ini telah tercatat 214 jenis
burung pantai yang ada di dunia (Hayman et al. 1986; Rosair dan Cottridge 1995)
dan sebanyak 69 jenis diantaranya sudah tercatat di Indonesia(Sukmantoro et al.
2007).
Sebagian besar burung pantai yang ada di Indonesia merupakan burung
pantai yang bermigrasi dari bumi belahan utara ke selatan. Perjalanan migrasi
dilakukan burung pantai untuk menghindari musim dingin di lokasi berbiaknya,
yaitu bumi belahan utara. Burung pantai kembali ke utara jika musim dingin telah
berhenti untuk berkembang biak (Howes et al. 2003).Walaupun begitu, ada juga
beberapa jenis burung pantai yang tidak bermigrasi atau penetap di Indonesia
diantaranya adalah Cerek Jawa Charadrius javanicus dan Trulek Jawa Vanellus
macropterus (Sukmantoro et al. 2007).
Hutan mangrove merupakan habitat alami yang penting bagi burung
pantai. Salah satu fungsi mangrove adalah menjaga pesisir pantai dari abrasi.
Akar-akar pohon mangrove yang bercabang akan menangkap lumpur dan
menciptakan sedimen kemudian menjadi daratan hamparan lumpur. Hamparan
lumpur penting untuk tempat hidup makrozoobenthos dan hewan lain yang
menjadi sumber makanan burung pantai (Jumilawaty 2012). Selain hutan
mangrove, habitat lain yang penting bagi burung pantai adalah rawa, danau dan
lahan basah buatan (Howes et al. 2003).
Burung pantai cenderung terkonsentrasi di kawasan yang produktivitas
tinggi (kaya akan hewan-hewan makrozoobenthos), sehingga dapat menjadi
indikator untuk mengevaluasi daerah pesisir dan melindungi suatu kawasan.Selain
itu, Burung pantai dapat dijadikan indikator pendeteksi perubahan ekosistem
global. Jalur terbang yang panjang meliputi kawasan kutub, sub-tropis dan tropis
di setiap siklus tahunannya dapat dijadikan indikator dari perubahan lingkungan
yang terjadi di jalur terbang mereka (Nebel 2007).
Jalur Terbang Asia Timur-Australia
Jalur terbang merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
wilayah geografis yang dilewati/mendukung populasi burung air bermigrasi di
sepanjang siklus migrasi tahunan mereka. Terdapat9 jalur terbang yang digunakan
burung air bermigrasi di dunia. Indonesia termasuk ke dalam jalur terbang Asia
Timur-Australia (Bamford et al. 2008). Jalur terbang tersebut mencakup daerah
berbiak di Siberia, Alaska dan China memanjang ke Selatan melewati wilayah

4
persinggahan di Asia Tenggara hingga Australia dan Selandia Baru (Howes et al.
2003). Pada jalur terbang tersebut terdapat ± 23 negara yang dilewati burung air
migran. Jalur terbang Asia Timur-Australia memiliki jumlah populasi sekitar 8
juta individu dengan lebih dari 54 jenis burung pantai yang bermigrasi di setiap
tahunnya (Bamford et al. 2008). Rute jalur terbang burung pantai bermigrasi di
dunia dan di jalur terbang Asia Timur-Australia dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jalur terbang burung pantai di dunia. (Sumber: EAAFP 2015)
Siklus Migrasi Burung Pantai di Indonesia
Burung pantai migran ditemukan singgah di Indonesia hanya pada waktuwaktu tertentu saja, pada bulan November sampai Maret di setiap tahunnya
(Howes et al. 2003). Jumlah jenis dan jumlah individu yang singgah di pesisir
Deli Serdang berfluktuasi di setiap bulannya. Burung pantai di pesisir Deli
Serdang dapat ditemukan di antara bulan September sampai Juni (Jumilawaty
2012; Putra et al. 2015).Siklus migrasi tahunan burung pantai di Indonesia lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Siklus tahunan burung pantai di Indonesia.
(Sumber: Howes et al. 2003: halaman 23)

5
Sebagian besar kelompok burung pantai di Deli Serdang kembali ke Utara
(Siberia, China dan Alaska) untuk berbiak di bulan Maret atau April (Howes et al.
2003). Namun, beberapa individu yang berumur muda (tahun pertama) masih
dapat ditemukan di Deli Serdang (Putra et al. 2015).
Habitat Burung Pantai Migran di Pesisir Kabupaten Deli Serdang
Kawasan pesisir pantai Deli Serdang merupakan kawasan penting bagi
burung pantai sebagai lokasi persinggahan (Putra et al. 2015; Crossland et al.
2006; Crossland et al. 2012; Iqbal et al. 2010; Silvius 1988; Verheugt et al. 1993).
Salah satu habitat alami yang terdapat di Deli Sedang adalah hutan mangrove.
Status kawasan hutan mangrove di kawasan pesisir Deli Serdang merupakan
hutan lindung (SK.579/Menhut-II/2014) tetapi pengalihan lahan tetap saja terjadi.
Pengalihan lahan mengakibatkan tipe habitat di kawasan ini sangat beragam.
Menurut Jumilawaty (2012) habitat yang terdapat di Pesisir Deli Serdang
meliputi, hamparan lumpur (2.652 km2), belukar rawa (7.852 km2), hutan rawa
sekunder (0.476 km2), permukiman (4.284 km2), perkebunan (1.742 km2),
pertanian lahan kering (27.654 km2), sawah (19.194 km2), semak belukar (5.643
km2), tambak (28.624 km2) dan tubuh air (0.580 km2) dengan total kawasan ±
98.701 km2. Vegetasi mangrove alami didominasi dari jenis Avicennia marina, A.
alba, Excoecaria agallocha, Xylocarpus granatum, Sonneratia alba dan
Rhizophora apiculata (Ningsih 2008).
Hamparan lumpur pada kawasan hutan mangrove merupakan habitat
utama yang digunakan burung pantai untuk mencari makan (Burger et al. 1997;
Davis dan Smith 1998; Green et al. 2015; Howes et al. 2003). Selain lumpur,
habitat lahan basah (alami maupun buatan) yang terdapat di pesisir pantai
merupakan habitat yang penting bagi burung pantai di lokasi persinggahannya
(Howes et al. 2003).
Burung Pantai Migran di Pesisir Deli Serdang
Penelitian mengenai keragaman jenis dan kelimpahan spesies burung
pantai di pesisir Deli Serdang mulai berkembang dari tahun 1995. Crossland et al.
(2012) sejak tahun 1995-2006 mengestimasi lebih dari 22.000 individu dari 25
spesies burung pantai terdapat di pesisir Kab. Deli Serdang. Iqbal et al. (2010)
menemukan 27.869 individu dari 20 spesies burung pantai terdapat di pesisir Kab.
Asahan dan Kab. Deli Serdang.Putra et al. (2015) melaporkan 20.114 individu
dari 30 spesies burung pantai terdapat di kawasan ini. Berdasarkan hasil penelitian
di atas, jika dikombinasikan telah tercatat 16 spesies burung pantai yang jumlah
populasinya lebih dari 1% untuk jumlah populasi EAAF. Putra et al. (2015) telah
merekomendasikan kawasan pesisir Kab. Deli Serdang untuk masuk ke dalam
situs EAAF ataupun Lokasi RAMSAR.

6

3 METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada saat musim migrasi yaitu, bulan Oktober
2014 hingga April2015 di kawasan pesisir pantai timur Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara (Gambar 3).Pengamatan dilakukan pada 4 desa yang
berada di pesisir pantai yaitu, Desa Tanjung Rejo, Desa Percut, Desa Sei Tuan dan
Desa Rugemuk. Survei prapenelitian dilakukan pada bulan September 2014 yang
bertujuan untuk mendeskripsikan tipe-tipe habitat yang ada di pesisir Kab. Deli
Serdang. Kabupaten Deli Serdang memiliki luas wilayah 2.497,72 km2 dan secara
geografis terletak pada 2°57’ - 3°16’ LU dan 98°33’ – 99°27’ BT. Batas kawasan
Kab. Deli Serdang adalah sebagai berikut :
a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka.
b.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
c.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun.
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo.

Gambar 3. Peta lokasi penelitian dan titik lokasi pengamatan.

7
Metode Penelitian
Identifikasi Habitat,Distribusi dan KelimpahanSpesies Burung Pantai
Pengamatan dilakukan dengan menjelajahi kawasan pesisir pantai Deli
Serdang dan mencatat tipe habitat yang digunakan oleh burung pantai migran.
Penentuan titik pengamatan pada masing-masing tipe habitat dilakukan secara
subyektif. Tipe habitat yang diamati meliputi hamparan lumpur, rawa,
perkebunan, tambak, sawah, permukiman dan tubuh air. Setiap habitat diamati
satu bulan sekali selama 7 bulan pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi
koordinat geografis, spesies dan jumlah individu setiap spesies. Metode
konsentrasi digunakan dalam identifikasi spesies dan penghitungan jumlah
individu burung. Penghitungan jumlah individu per-spesies dilakukan dengan
menggunakan binokuler Nikon (8x40) atau monokuler Nikon Fielscope ED secara
langsung dengan luas jangkauan ± 200 x 200 m. Penghitungan estimasi jumlah
individu dengan menggunakan metode blok (Howes et al. 2003).Pengambilan
data koordinat geografis lokasi burung pantai dilakukan dengan menggunakan
GPS Garmin eTrex 30. Data habitat disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan
secara deskriptif.Identifikasi spesies dilakukan secara langsung dengan
menyesuaikan karakter morfologi yang tampak pada burung dengan buku
panduan identifikasi burung (Gambar 4).

Gambar 4. Topografi burung pantai

8
Penggunaan Habitat oleh Burung Pantai
Pengamatan penggunaan habitat berupa pengamatan perilaku burung
dilakukan sekali dalam sebulan pada habitat hamparan lumpur, rawa dan
perkebunan dan dimulai pukul 06.00–18.00 WIB. Pengamatan dibagi berdasarkan
tiga periode waktu, pagi (06.00-10.00 WIB), siang (13.00-15.00 WIB) dan sore
(16.00-18.00 WIB) dengan menggunakan metode scan sampling (Altmann 1974).
Kelompok burung diamati dengan interval pengamatan 1 jam sekali dan
pencatatan data dilakukan selama 20 menit (Burger et al. 1997). Perilaku yang
teramati dikelompokkan menjadi 6 (enam) kategori: 1) perilaku makan, 2)
perilaku istirahat/ tidur, 3) perilaku bersiap siaga atau waspada, 4) perilaku
merawat tubuh, 5) perilaku menyerang dan 6) perilaku berpindah (Tabel 1) (Baker
1971; Davis dan Smith 1998; De Leon dan Smith 1999). Data yang dicatat berupa
jumlah individu yang melakukan perilaku dan kondisi pasang surut. Pencatatan
data dilakukan secara langsung dan atau menggunakan alat perekam.
Tabel 1. Enam kategori perilaku burung pantai.
Perilaku
Deskripsi
1. Makan
Perilaku makan ditandai dengan
berlari/berjalan kecil dan mematuk atau
menggali mencari mangsa.

2. Istirahat

Perilaku istirahat ditandai dengan
sedikit gerakan tubuh dengan paruh
dikepit di bawah sayap, kepala dan
leher sedikit/tidak bergerak, dengan
mata tertutup/terbuka.

3. Waspada

Perilaku waspada ditandai dengan leher
tegakdan melihat ke segala arah.

9
4. Perawatan tubuh

Perilaku perawatan tubuh ditandai
dengan cara mandi, menelisik bulu, dan
peregangan sayap atau leher.

5. Menyerang

Perilaku menyerang ditandai dengan
mengejar dan mematuk terhadap
individu lain.

6. Berpindah

Perilaku berpindah ditandai dengan
berlari menyeberang dan terbang ke
tempat lain.

Perilaku harian Numenius arquata dan Charadrius mongolus
Pengamatan dilakukan pada habitat hamparan lumpur sebanyak 3 kali
sebulan selama 3 bulan. Pengamatan perilaku harian dimulai pada pukul 06.0018.00 WIB. Pengamatan dibagi berdasarkan tiga periode waktu yaitu,pagi (06.0010.00 WIB), siang (13.00-15.00 WIB) dan sore (16.00-18.00 WIB) dengan
menggunakan metode focal animal sampling (Altmann 1974). Pemilihan individu
untuk diamati perilakunya dilakukan dengan mengarahkan monokuler atau
binokuler ke spesies target (N. arquata dan C. mongolus). Pengamatan setiap
individu dilakukan setiap sepuluh menit sekali dan perilaku dicatat secara
langsung atau menggunakan alat perekam. Pendokumentasian perilaku (foto dan
video) dengan menggunakan kamera DSLR, Lensa Telephoto Zoom 150-500 mm
dan Tripod. Pencatatan dilakukan dalam interval 2 menit dengan metode one-zero
sampling yaitu perilaku yang terlihat (1) dan perilaku yang tidak terlihat (0) (De
Leon dan Smith 1999).

10
Analisis Data
1. Data habitat disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif.
2. Identifikasi spesies burung menggunakan buku; Shorebirds: An Identification
Guide to the Waders of the World (Hayman et al. 1986), Photographic Guide
to the Shorebirds of the World (Rosair dan Cottridge 1995), A Field Guide to
the Waterbirds of Asia (Bhusnan et al. 1993) dan Burung-burung Sumatera,
Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnonet al. 2010). Penulisan nama ilmiah
mengikuti Sukmantoro et al. (2007). Di samping itu dicatat status burung
berdasarkan kriteria IUCN (2015),status perdagangan CITES (2006), status
perlindungan menurut UU No.5 tahun 1990 dan PP No. 7 serta No. 8 tahun
1999.
3. Datapenggunaan habitat disajikan dalam bentuk diagram dan diuraikan secara
deskriptif. Untuk melihat perbedaan antara frekuensi perilaku di setiap habitat
dilakukan uji ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan program SPSS
Versi 18.
4. Data frekuensi perilaku harian N. arquata dan C. mongolus ditampilkan dalam
bentuk diagram dan diuraikan secara deskriptif.

11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Habitat, distribusi dan kelimpahanspesies burung pantai
selama musim migrasi
Habitat yang terdapat di kawasan pesisir pantai Kab. Deli Serdang yaitu,
lumpur, rawa, kebun, tambak, sawah, permukiman dan tubuh air (Tabel 2).
Habitat-habitat tersebut dapat ditemukan di empat desa yaitu, Desa Tanjung Rejo,
Desa Percut, Desa Sei Tuan dan Desa Pantai Labu. Habitat tersebut berjarak ≤
1km dari bibir pantai terdekat. Dokumentasi masing-masing habitat burung pantai
ditunjukkan pada Lampiran1.
Tabel 2Tipe dan sebaran habitat yang digunakan burung pantai migran di kawasan
pesisir Kabupaten Deli Serdang.
Sebaran Habitat
Tipe Habitat
Deskripsi
TR Pc
ST Rk
Lumpur
Kawasan hamparan lumpur di sekitar √



hutan mangrove yang dipengaruhi oleh
kondisi pasang surut air laut.
Rawa
Kawasan dataran rendah yang tergenang √

di musim hujan atau pada saat pasang,
dan biasanya selalu tergenang.
Perkebunan
Kawasan perkebunan kelapa sawit yang √


baru ditanam.
Tambak
Kawasan tambak (aktif atau tidak aktif) √


yang keberadaan airnya dipengaruhi
kondisi pasang surut air laut.
Persawahan
Kawasan Sawah tadah hujan (air √

dipengaruhi oleh musim penghujan).
Permukiman Kawasan hunian manusia.



Tubuh air
Aliran sungai besar dan kecil di kawasan √



pesisir.
Keterangan : √= ditemukan; TR= Tanjung Rejo; Pc= Percut; ST= Sei Tuan; Rk=
Rugemuk.
Pengamatan dari bulan Oktober 2014 hingga April 2015 menemukan 30
spesies yang tersebar di tujuh habitat yang berbeda. Semua burung pantai yang
ditemukan masuk ke dalam ordo Charadriiformes dan terdiri dari famili
Rostratulidae (1 spesies), Charadriidae (6 spesies), Scolopacidae (21 spesies) dan
Recurvirostridae (2 spesies) (Tabel 3).Spesies burung pantai yang mendominasi
di lokasi penelitian berasal dari famili Scolopacidae (21 spesies) dan
Charadriidae (6 spesies). Kedua famili tersebut merupakan famili dengan jumlah
spesies terbanyak jika dibandingkan dengan 7 famili burung pantai lainnya yang
ada di Indonesia. Persentase jumlah spesies dari famili Scolopacidae (21 spesies=
±51%) dan Charadriidae (6 spesies= ±37%) dari total jumlah spesies burung
pantai yang ditemukan di Indonesia (Sukmantoro et al. 2007). Deskripsi spesies
burung pantai disajikan pada Lampiran 2.

12
Tabel 3 Ordo, famili, spesies dan status perlindungan burung pantai di Kabupaten
Deli Serdang.
Ordo
Charadriiformes
Famili
Rostratulidae
Charadriidae

Scolopacidae

Recurvirostridae

Status perlindungan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Nama Ilmiah1

Nama Indonesia1

Rostratula benghalensis*
Vanellus cinereus
Pluvialis squatarola
P. fulva
Charadrius mongolus
C.alexandrinus
C. leschenaultii
Numenius phaeopus
N. arquata
N. madagascariensis
Limosa limosa
L. lapponica
Tringa totanus
T. stagnatilis
T. nebularia
T. glareola
Xenus cinereus
Actitis hypoleucos
Arenaria interpres
Limnodromus semipalmatus
Gallinago gallinago
Calidris tenuirostris
C. canutus
C. alba
C. ruficollis
C. ferruginea
Limicola falcinellus
Philomachus pugnax
Himantopus himantopus**
H. leucocephalus**

Berkikkembang Besar
Trulek Kelabu
Cerek Besar
Cerek Kernyut
Cerekpasir Mongolia
Cerek Tilil
Cerekpasir Besar
Gajahan Penggala
Gajahan Erasia
Gajahan Timur
Birulaut Ekor-hitam
Birulaut Ekor-blorok
Trinil Kaki-merah
Trinil Rawa
Trinil kaki-hijau
Trinil Semak
Trinil Bedaran
Trinil Pantai
Trinil Pembalik-batu
Trinillumpur Asia
Berkik Ekor-kipas
Kedidi Besar
Kedidi Merah
Kedidi Putih
Kedidi Leher-merah
Kedidi Golgol
Kedidi Paruh-lebar
Trinil Rumbai
Gagangbayam Timur
Gagangbayam Belang

UU2

AB
AB
AB

AB

AB

IUCN3
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
NT
EN
NT
NT
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
NT
LC
EN
NT
LC
NT
NT
LC
LC
LC
LC

Keterangan : (1) Nama Ilmiah dan Indonesia Mengacu kepada DBI No.2 (Sukmantoro et al. (2007);(2) Status
perlindungan dalam hukum Negara Republik Indonesia; A. UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, B. PP No. 7 dan No. 8 tahun 1999 tentang Pengawetan dan
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; (3) Kategori status keterancaman mengacu kepada Redlist
IUCN 2015 yang meliputi EX = Extinct; EW = Extinct in the Wild; CR = Critically Endangered; EN =
Endangered; VU = Vulnerable; NT = Near Threatened; LC = Least Concern; DD = Data Deficient; (4)
CITES 2006 (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora); *= tidak
bermigrasi; **= status migrasi belum jelas.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 5 spesies yang dilindungi
menurut hukum di Indonesia yaitu semua spesies dari kelompok burung Gajahan
(Numenius phaeopus, N. arquata dan N. madagascariensis), Trinillumpur Asia
Limnodromus semipalmatus dan Gagangbayam Belang Himantopus
leucocephalus.Berdasarkan kategori keterancaman menurut Red List IUCN
terdapat 21 spesies yang tergolong Least Concern/beresiko rendah, 7 spesies Near
Threatened/hampir terancam punah, dan 2 spesies Endangered/terancam punah.
Tidak ditemukan spesies yang termasuk ke dalam daftar lampiranCITES (status
perdagangan). Status keterancaman dan perlindungan burung pantai diperlukan

CITES4

13
untuk mengetahui seberapa penting kawasan tersebut baik dari skala nasional
maupun internasional.
Jumlah spesies dan jumlah individu terbanyak ditemukan di habitat
hamparan lumpur yaitu 23 spesies dengan total 10.687 individu (Tabel 4). Hasil
ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan Putra et al. (2015) yang menemukan 29
spesies (total 20.114 individu) burung pantai pada habitat lumpur di Deli Serdang.
Waktu pengamatan yang dilakukan Putra et al. (2015) lebih banyak (4 kali dalam
sebulan) dibandingkan dengan penelitian ini (1 kali dalam sebulan). Habitat lain
yang mendukung jumlah spesies dan jumlah individu terbanyak adalah
perkebunan (spesies= 13, total individu= 1394) dan rawa (spesies= 14, total
individu= 513).
Tabel 4 Daftar spesies dan jumlah rata-rata kehadiran burung di setiap habitat.
Spesies
Rostratula benghalensis
Vanellus cinereus

Lumpur
(n=7)

Rawa
(n=7)

Kebun
(n=7)

Tambak
(n=7)

Sawah
(n=3)

Permukiman
(n=3)

0,0

0,6 (4)

0,0

0,0

0,7 (2)

0,0

Tubuh
Air
(n=3)
0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

9,6 (67)

0,0

Pluvialis squatarola

319,0(520)

0,0

P. fulva

346,7 (712)

37,3 (112)

0,0
4,9
(34)
176,4 (314)

1115,0(1840)*

0,0

194,6(382)*

0,0

0,0

0,0

0,0

C.alexandrinus

2,7(12)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

C. leschenaultii

240,6 (542)

0,0

10,6(74)

0,0

0,0

0,0

0,0

Numenius phaeopus

893,0 (1482)

5,4 (27)

162,4 (274)

2,4 (17)

0,0

0,0

0,0

N. arquata

933,0 (1452)

0,0

3,9 (27)

0,0

0,0

0,0

0,0

3,4 (15)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

Limosa limosa

121,4 (274)

0,0

1,7(12)

0,0

0,0

0,0

0,0

L. lapponica

329,4 (465)

0,0

64,3(112)

0,0

0,0

0,0

0,0

Tringa totanus

90,0 (277)

60,1(212)*

21,9 (78)

0,7(3)

0,0

0,0

0,7(1)

T. stagnatilis

0,0

3,7 (12)

0,0

2,4 (9)

0,0

0,0

0,0

T. nebularia

4,9 (12)

0,7 (5)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0
0,0

Charadrius mongolus

N.madagascariensis

0,0

2,0 (5)

0,0

2,3 (11)

1,7(5)*

0,0

177,7 (341)

0,4(3)

7,9 (31)

0,0

0,0

0,0

0,0

4,0 (7)

3,0 (6)

2,4 (5)

0,9 (2)

0,7 (2)

0,7 (1)*

1,0 (1)*

Arenaria interpres

68,3 (126)

0,0

2,7 (14)

0,0

0,0

0,0

0,0

Limnodromus semipalmatus

114,6 (321)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

Gallinago gallinago

0,0

9,6(37)

0,0

0,0

0,3(1)

0,0

0,0

Calidris tenuirostris

492,3 (1255)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

C. canutus

31,3 (219)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

C. alba

35,0 (89)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

C. ruficollis

12,4(34)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

309,6 (568)

0,0

2,3 (16)

0,0

0,0

0,0

0,0

T. glareola
Xenus cinereus
Actitis hypoleucos

C. ferruginea
Limicola falcinellus

22,6 (57)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

Philomachus pugnax

0,0

0,4(2)

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

Himantopus himantopus

0,0

1,7(12)

0,0

1,6 (5)

0,0

0,0

0,0

H. leucocephalus

0,0

30,4(76)

3,0 (21)

5,6 (19)*

0,0

0,0

0,0

Jumlah Spesies

23

14

13

7

4

1

2

10.687

513

1394

66

10

1

2

Jumlah Ind. Total

Keterangan : nilai dalam ( ) merupakan jumlah maksimum; *= Spesies dengan jumlah individu tertinggi di
setiap habitat; n= jumlah pengamatan.

14
Jumlah individu dan jumlah spesies terbanyak di habitat hamparan lumpur
dikarenakan hamparan lumpur merupakan habitat yang menyediakan sumber
makanan yang melimpah. Kehadiran burung dalam jumlah yang besar pada suatu
habitat dapat dijadikan petunjuk bahwa habitat tersebut berpotensi mendukung
keberadaan burung. Banyaknya jumlah spesies dan jumlah individu burung pantai
dapat mengindikasikan banyaknya sumber makanan di lokasi tersebut (GossCustard et al. 1991; Jumilawaty 2012).Habitat dengan jumlah kehadiran paling
sedikit yaitu permukiman manusia dan tubuh air. Pada saat pengamatan, burung
pantai di kedua lokasi tersebut hanya terbang melintas atau mencari makan
sebentar dan kemudian terbang. Habitat tambak, sawah, permukiman dan tubuh
air tidak digunakan oleh kelompok burung pantai dalam jumlah yang besar (