I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Tindak Pidana
1. Pengertian Tindak Pidana
Pidana  memiliki  pengertian  perbuatan  yang  dilakukan  setiap  orangsubjek  hukum  yang  berupa kesalahan  dan  bersifat  melanggar  hukum  ataupun  tidak  sesuai  dengan perundang-undangan
KUHP.
Tindak  pidana  adalah  perbuatan  melakukan  atau  tidak  melakukan  sesuatu  yang  oieh  peraturan perundang-undangan  dinyatakan  sebagai  perbuatan  yang  dilarang  dan  diancam  dengan  pidana,
untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oieh  peraturan  perundang-undangan,  harus  juga  bersifat  melawan  hukum  atau  bertentangan
dengan  kesadaran  hukum  masyarakat.  Setiap  tindak  pidana  selalu  dipandang  bersifat  melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar.
1
Konstelasi negara modern hukum dapat difungsikan sebagai sarana rekayasa sosial law as a tool of  sosial  engineering. menekankan  arti pentingnya  hukum  sebagai  sarana  rekayasa  sosial  ini,
terutama  melalui  mekanisme  penyelesaian  kasus  oieh  badan-badan  peradilan  yang  akan menghasilkan jurisprudensi.
Konteks  sosial  teori  ini  adalah  masyarakat  dan  badan  peradilan  di  Amerika  Serikat.  Dalam konteks  ke  Indonesiaan,  fungsi  hukum  demikian  itu,  oleh  Mochtar  Kusumaatmadja
2
diartikan sebagai sarana pendorong pembaharuan masyarakat.
1
Arief Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,Badung,alumni.1998 hlm 152-153
2
Mochtar Kusumaatmadja,Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional,Bandung,Bina Cipta,1978.hlm 11
Sebagai  sarana  untuk  mendorong  pembaharuan  masyarakat,  penekanannya  terletak  pada pembentukan  peraturan  perundang-undangan  oleh  lembaga  legislatif,  yang  dimaksudkan  untuk
menggagas  konstruksi  masyarakat  baru  yang  ingin  diwujudkan  di  masa  depan  melalui pemberlakuan peraturan perundang-undangan itu.
Penegakan  hukum.  sebagaimana  dirumuskan  secara  sederhana  oleh  Satjipto  Rahardjo, merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.
3
Keinginan-keinginan  hukum  yang  dimaksudkan  di  sini  yaitu  yang  merupakan  pikiran-pikiran badan  pembentuk  undang-undang  yang  dirumuskan  dalam  peraturan-peraturan  hukum  itu.
Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum, turut menentukan bagaimana  penegakan  hukum  itu  dijalankan.  Dengan  demikian  pada  gilirannya,  proses
penegakan  hukum  itu  memuncak  pada  pelaksanaannya  oleh  para  pejabat  penegak  hukum  itu sendiri.  Dari  keadaan  ini,  dengan  nada  ekstrim  dapat  dikatakan  bahwa  keberhasilan  ataupun
kegagalan  paia  penegak  hukum  dalam  melaksanakan  tugasnya  sebetulnya  sudah  dimulai  sejak peraturan hukum yang harus dijalankan itu dibuat.
4
Proses  penegakan  hukum,  dalam  pandangan  Soerjono  Soekanto
5
dipengaruhi  oleh  lima  faktor. Pertama,  faktor  hukum  atau  peraturan  perundang-undangan.  Pertama,  faktor  aparat  penegak
hukumnya, yakni pihak-pihak yang terlibat dalam peroses pembuatan dan penerapan hukumnya, yang berkaitan dengan masalah mentalitas. Ketiga, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
proses penegakan hukum. Keempat, faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial di mana hukum tersebut  berlaku  atau  diterapkan;  berhubungan  dengan  kesadaran  dan  kepatuhan  hukum  yang
3
Satdjipto Rahardjo, Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis,Jogjakarta,Genta Publishing,2009.hlm 24
4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Jakarta,UI Press,1986.hlm 15
5
Ibid,hlm 15
merefleksi dalam perilaku masyarakat. Kelima, faktor kebudayaan,  yakni hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Sementara itu Satjipto Rahardjo
6
, membedakan berbagai unsur  yang berpengaruh dalam proses penegakan hukum berdasarkan derajat kedekatannya pada proses, yakni yang agak jauh dan yang
agak  dekat.  Berdasarkan  kriteria  kedekatan  tersebut,  maka  Satjipto  Rahardjo  membedakan  tiga unsur  utama  yang  terlibat  dalam  proses  penegakan  hukum.  Pertama,  unsur  pembuatan  undang-
undang cq. lembaga legislatif. Pertama, unsur penegakan hukum cq. polisi, jaksa dan hakim. Dan Ketiga,  unsur  lingkungan  yang  meliputi  pribadi  warga  negara  dan  sosial.  berbicara  tentang
berbagai  faktcr  yang  turut  terlibat  dalam  proses  penegakan  hukum.  Beberapa  faktor  ini  selain faktor  kaidah-kaidah  hukumnya,  juga  meliputi  prasangka  politik,  ekonorni,  moral  serta  simpati
dan antipati pribadi.
Berkaitan  dengan  budaya  hukum  menjelaskan  keanekaragaman  ide  tentang  hukum  yang  ada dalam berbagai masyarakat dan posisinya dalam tatanan sosial. Ide-ide ini menjelaskan tentang
praktik-praktik hukum, sikap warga Negara terhadap hukum dan kemauan dan ketidakmauannya untuk  mengajukan  perkara,  dan  signifikansi  hukum  yang  relatif,  dalam  menjelaskan  pemikiran
dan  perilaku  yang  lebih  luas  di  luar  praktik  dan  bentuk  diskursus  khusus  yang terkait  dengan lembaga hukum.Dengan demikian, variasi budaya hukum mungkin mampu menjelaskan banyak
tentang perbedaan-perbedaan cara di mana lembaga hukum  yang nampak sama dapat berfungsi pada masyarakat yang berbeda.
Substansi hukum dalam wujudnya sebagai peraturan perundang-undangan, telah diterima sebagai instrumen  resmi  yang  memeproleh  aspirasi  untuk  dikembangkan,  yang  diorientasikan  secara
6
Satdjipto Rahardjo, Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis,Jogjakarta,Genta Publishing,2009.hlm 23-24
pragmatis untuk menghadapi masalah-masalah sosial yang kontemporer. Hukum dengan karakter yang demikian itu lebih dikenal dengan konsep hukum law as a tool of sosial engineering dari
Roscoe Pound  yang di dalam terminologi Mochtar Kusumaatmadja
7
disebutkan sebagai hukum yang berfungsi sebagai sarana untuk membantu perubahan masyarakat.
Karakter  keberpihakan  hukum  yang  responsif  ini,  sering  disebutkan  sebagai  hukum  yang emansipatif.  Hukum  yang  emansipatif  mengindikasikan  sifat  demokratis  dan  egaliter,  yakni
hukum yang memberikan perhatian pada upaya memberikan perlindungan hak-hak asasi manusia dan peluang yang lebih besar kepada warga masyarakat yang lemah secara sosial, ekonomi dan
politis untuk dapat mengambil peran partisipatif dalam semua bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dikatakan bahwa hukum yang responsif terdapat di dalam masyarakat
yang menjunjung tinggi semangat demokrasi. Hukum responsif menampakkan ciri bahwa hukum ada  bukan  demi  hukum  itu  sendiri,  bukan  demi  kepentingan  praktisi  hukum,  juga  bukan  untuk
membuat  pemerintah  senang,  melainkan  hukum  ada  demi  kepentingan  rakyat  di  dalam masyarakat.
Berkaitan  dengan  karakter  dasar  hukum  positif  ini,  Sunaryati  Hartono  melihat  bahwa  Undang- Undang  Dasar  1945  disusun  dengan  lebih  berpegang  pada  konsep  hukum sebagai sarana
rekayasa social.
8
Karakter  hukum  positif  dalam  wujudnya  sebagai  peraturan  peraturan  perundang-undangan,  di samping  ditentukan  oleh  suasana  atau  konfigurasi  politik  momentum  pembuatannya.  juga
berkaitan  erat  dengan  komitmen  moral  serta  profesional  dari  para  anggota  legislatif  itu  sendiri.
7
Mochtar Kusumaatmadja,Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional,Bandung,Bina Cipta,1978.hlm 11
8
Sunaryati Hartono, Asas-Asas Hukum Dalam Pembentukan Perundang-Undangan,Jakarta,BPHN hukum Nasional no 2 tahun 1988.hlm 53
Oleh  karena  semangat  hukum spirit  of  law yang  dibangun  berkaitan  erat  dengan  visi pembentuk Undang-Undang, maka dalam konteks membangun hukum yang demokratis, tinjauan
tentang peran pembentuk undang-undang penting dilakukan. Dikemukakan oleh Gardiner bahwa pembentuk Undang-Undang tidak semata-mata berkekewajiban to adapt the law to this changed
society, melainkan  juga  memiliki  kesempatan  untuk  memberikan  sumbangan  terhadap pembentukan  perubahan  masyarakat  itu  sendiri.  Pembentuk  undang-undang,  dengan  demikian,
tidak  lagi  semata-mata  mengikuti  perubahan  masyarakat,  akan  tetapi  justru  mendahului perubahan masyarakat itu. Dalam kaitan ini Saleh Roeslan menegaskan bahwa masyarakat yang
adil  dan  makmur  serta  modern  yang  merupakan  tujuan  pembangunan  bangsa,  justru sesungguhnya merupakan kreasi tidak langsung dari pembentuk Undang-Undang.
9
Arti  terpenting  dari  adanya  hukum  pidana  sebagai  bagian  dari  sistem  hukum  yang  berlaku  di dalam suatu negara terletak pada tujuan hukum pidana itu sendiri yakni menciptakan tata tertib di
dalam  masyarakat  sehingga  kehidupan  masyarakat  dapat  berlangsung  dengan  damai  dan tenteram.  Tujuan  hukum  pidana  secara  umum  demikian  ini,  sebenarnya  tidak  banyak  berbeda
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh bidang-bidang hukum lainnya. Perbedaannya terletak pada cara kerja hukum pidana dalam mencapai tujuannya, yaitu bahwa upaya untuk mewujudkan tata
tertib  dan  suasana  damai  ini  oleh  hukum  pidana  ditempuh  melalui  apa  yang  di  dalam  ilmu hukum pidana dikenal dengan istilah pemidanaan atau pemberian pidana.
Cara kerja hukum pidana dengan melakukan pemidanaan atau pemberian pidana ini mempunyai pengertian  yang  luas.  Pemidanaan  atau  pemberian  pidana  mempunyai  pengertian  yang  luas
dalam  arti  bisa  dibedakan  menjadi  dua  pengertian,  yakni 1  pemidanaan  dalam  arti  abstrak pemidanaan in  abstracto, dan  2  pemidanaan  dalam  arti  kongkrit  pemidanaan in  concrete.
9
Roeslan Salen, Beberapa Catatan Sekitar Perbuatan dan Kesalahan Dalam Hukum Pidana,Jakarta Aksara Baru,1988.hlm.12
Hukum  pidana  menciptakan  tata  tertib  di  dalam  masyarakat  melalui  pemberian  pidana  secara abstrak,  artinya dengan  ditetapkannya  di dalam  Undang-Undang  perbuatan-perbuatan  tertentu
sebagai perbuatan yang dilarang disertai ancaman pidana, atau dengan ditetapkannya perbuatan- perbuatan  tertentu  sebagai  tindak  pidana  di  dalam  Undang-Undang,  maka  diharapkan  warga
masyarakat akan mengerti dan menyesuaikan diri sehingga tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang  telah  dilarang  dan  diancam  pidana  itu,  Dengan  demikian,  dengan  diberlakukannya  suatu
undang-undang  pidana  yang  baru  di  dalam  masyarakat,  diharapkan  akan  tercipta  ketertiban  di dalam masyarakat.
2.   Unsur-Unsur Tindak Pidana