Kerangka Pemikiran Keterampilan Berpikir Kritis

26 6. menghindari penyederhanaan berlebihan, 7. mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan 8. mentoleransi ambiguitas. Pott 1994 dalam Techonly 2010 menyatakan bahwa: Ada tiga strategi spesifik untuk pembelajaran kemampuan berpikir kritis, yakni membangun kategori, menentukan masalah, dan menciptakan lingkungan yang mendukung fisik dan intelektual. Pada penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang digunakan yaitu : interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan penjelasan.

B. Kerangka Pemikiran

Keterampilan proses sains siswa merupakan keterampilan dalam pembelajaran yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu. Pendekatan keterampilan proses sains dalam pembelajaran diharapkan dapat membuat siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dari pendekatan keterampilan proses sains tersebut siswa akan mempunyai keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Tujuan pembelajaran dengan keterampilan proses sains adalah memperoleh pengetahuan suatu cara untuk melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperoleh siswa. 27 Pada awal pembelajaran, guru memberikan fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang ditampilkan dalam LKS. Dengan fenomena tersebut guru dapat merangsang berpikir kritis siswa dengan memberikan pertanyaan mengapa fenomena alam tersebut dapat terjadi. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan sebagai langkah untuk mengajukan hipotesis, dengan demikian siswa akan terlatih untuk berpikir kritis untuk mengungkap konsep fenomena alam. Setelah siswa berhipotesis, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan eksperimen. Keterampilan proses sains pada pelaksanaan eksperimen disajikan dengan tersusun rapi dalam LKS, dengan urutan seperti melakukan pengamatan observasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, melakukan percobaan, menafsirkan pengamatan interpretasi, meramalkan prediksi, menerapkan konsep atau prinsip dan berkomunikasi yang dilatih. Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis. Hasil yang sudah didapatkan dari kegiatan eksperimen kemudian dihubungkan dengan teori yang ada. Langkah yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan dan mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh. Dengan kegiatan eksperimen yang terlatih maka keterampilan proses sains siswa akan meningkat. Dengan pendekatan keterampilan proses sains siswa dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep fisika sehingga siswa mampu memahami apa yang sedang dipelajari sehingga keterampilan berpikir kritis siswa dapat meningkat.Siswa dilatih untuk mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti aktif, berkerjasama, berdiskusi, 28 menyimpulkan dan mengkomunikasikan suatu konsep yang telah diperoleh . Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih itu lama kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, yaitu keterampilan berpikir kritis yang mencakup keterampilan menginferensi, menginterpretasi, mengevaluasi, menganalisis dan menjelaskan. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai uraian diatas, maka dapat dijelaskan dalam paradigma pemikiran sebagai berikut: Gambar 2. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat Keterangan: X : Keterampilan proses sains berwawasan lingkungan Y : Keterampilan berpikir kritis

C. Hipotesis Penelitian