1. Teknik penentuan informan yang digunakan
peneliti dalam
menentukan informan aparatur khususnya tim SATGASUS PKL
adalah teknik Purposive, yaitu sejumlah
informan yang
ditentukan berdasarkan
pertimbangan sesuai
dengan objek penelitian.
2. Teknik penentuan informan yang digunakan
peneliti dalam
menentukan informan masyarakat adalah teknik Accidental, yaitu
informan masyarakat
sebagai pelaku PKL dan juga masyarakat
sebagai konsumen dari PKL tersebut.
3.1.4 Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan
atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan
bagian-bagian atau hubungan diantara bagian dalam keseluruhan. Peneliti dalam
menganalisis data, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data terlebih dahulu
sebelum diinterprestasikan artinya data diproses terlebih dahulu. Ada tiga unsur
dalam kegiatan proses analisa data, sebagai berikut:
1. Reduksi data sebagai pada tahapan ini peneliti mengumpulkan data-data faktual
mengenai evaluasi kebijakan penataan dan pembinaan PKL dan membuang
informasi atau data-data yang tidak sesuai atau tidak berhubungan dengan evaluasi
kebijakan penataan dan pembinaan PKL Kota Bandung.
2. Penyajian data, yaitu peneliti menyaring data-data yang dianggap penting tentang
evaluasi untuk diolah lebih sistematis sehingga dapat dianalisa langsung pada
pokok permasalahan. Data-data tersebut hasil dari proses observasi di lapangan
serta wawancara dengan para informan mengenai evaluasi kebijakan penataan
dan pembinaan PKL. Penyajian data ini dilakukan peneliti untuk mempermudah
memahami
apa yang
terjadi dan
merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
mengenai evaluasi kebijakan. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu lebih
kepada kerangka berfikir peneliti dalam permasalahan
evaluasi kebijakan
penataan dan
pembinaan PKL
ini berdasarkan data-data yang faktual dan
analisa peneliti berdasarkan data-data di lapangan untuk ditarik kesimpulan.
Peneliti menggunakan analisis ini supaya dapat mengklasifikasikan secara
efektif dan efisien mengenai data-data yang terkumpul, sehingga siap untuk
diinterprestasikan. Disamping itu data yang di dapat lebih lengkap, lebih
mendalam dan kredibel serta bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Objek Penelitian 4.1.1 Kota Bandung
Objek dalam penelitian ini adalah Kota Bandung dimana Kota Bandung sebagai
salah satu kota yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dan merupakan Ibu
Kota Provinsi Jawa Barat, terletak pada 107 Bujur Timur dan 6,55 Lintang Selatan,
dilihat dari lokasinya, kedudukan Kota Bandung menjadi strategis, baik bagi
komunikasi,
perekonomian maupun
keamanan dimana Kota Bandung terletak pada titik pertemuan poros jalan raya
Barat Timur yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan Subang Dan
Pangalengan. Kota Bandung terletak pada
ketinggian 368
meter diatas
permukaan air laut, titik tertinggi daerah utara dengan ketinggian 1050 meter dan
terendah di sebelah selatan 675 meter diatas permukaan air laut. Kota Bandung
merupakan salah kota yang dikelilingi oleh beberapa gunung, seperti:
1. Sebelah Utara: Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Parahu. Gunung
Bukit Tunggul, Gunung Palasari dan Gunung Manglayang.
2. Sebalah Selatan: Gunung Malabar, Gunung Patuha, dan Gunung Tilu. Daerah
Bandung merupakan
daerah subur
dengan dialiri oleh Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum. Wilayah Kota
Bandung bagian selatan sampai jalan kereta
api relatif
keadaan datar,
sedangkan wilayah
Bandung Utara
berbukit- bukit
sehingga merupakan
dataran. Daerah
pegunungan Kota
Bandung merupakan lapisan tanah atau alluvial dan endapan sumur dan danau
didaerah pegunungan yang subur. 4.1.2 Pedagang Kaki Lima PKL
Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan pendatang yang berasal
dari berbagai daerah di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Hal ini menyebabkan
Kota Bandung menjadi pusat kegiatan bukan hanya bagi penduduk setempat
tetapi juga penduduk di daerah sekitarnya. Sebagian besar penduduk Kota Bandung,
lokal maupun pendatang terlibat dalam sektor perdagangan baik formal maupun
informal terutama sebagai PKL.
Pedagang Kaki
Lima yang
disingkat PKL menurut Perda No. 4 Tahun 2011 adalah pedagang yang melakukan
usaha perdagangan di sektor informal yang menggunakan fasilitas umum baik di
lahan terbuka danatau tertutup dengan menggunakan
peralatan bergerak
maupun tidak bergerak. Apabila dilihat dari lokasinya, PKL menempati lokasi
yang mampu menarik banyak pelanggan seperti di pusat perbelanjaan, pertokoan,
pasar, pusat pendidikan, rumah sakit dan jalan-jalan utama.
4.1.3
Gambaran Umum
Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL
Kota Bandung Lahirnya Perwal Bandung No. 888
Tahun 2012
Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 4 Tahun 2011 Tentang
Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima merupakan penjelasan secara teknis
pelaksanaan Perda Kota Bandung No. 4 Tahun 2011 bahwa pedagang kaki lima
PKL merupakan bentuk kegiatan pelaku usaha
di sektor
informal, yang
keberadaanya memberikan kontribusi baik secara ekonomis, sosiologis dan nilai-nilai
luhur berupa kerja keras, kemandirian, keharmonisan dan kreatifitas kepada
masyarakat Kota Bandung. Sehingga untuk mengakomodasikan keberadaan
PKL diperlukan langkah-langkah yang dapat menempatkan PKL sebagai bagian
yang
integral dari
perencanaan, pelaksanaan program pemerintah dan
kebijakan yang
berkenaan dengan
penataan kota, khususnya yang berkaitan dengan
ketertiban, keamanan,
kenyamanan, keindahan dan kebersihan kota. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
maka dibentuklah Peraturan Daerah Kota Bandung
tentang penataan
dan Pembinaan PKL.
BAB I dalam Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL di Kota Bandung
berisi tentang ketentuan umum yang menjelaskan keseluruhan komponen yang
dimaksudkan dalam
Perda tersebut
adalah ditujukan untuk Kota Bandung dan Pemerintahan Daerah Kota Bandung.
Dalam BAB II memaparkan tentang maksud dan tujuan dari Perda Kota
Bandung terkait Penataan dan Pembinaan PKL. Perda ini dimaksudkan untuk
mengatur, menata dan membina PKL di daerah,
yang tujuannya
untuk menciptakan Kota Bandung yang aman,
bersih dan
tertib. Serta
untuk memantapkan Kota Bandung sebagai
kota tujuan wisata. Asas Perda termuat dalam BAB III
yang dibentuk berdasarkan pada asas kesamaan, pengayoman, kemanusiaan,
keadilan, kesejahteraan, ketertiban dan kepastian
hukum, danatau
keseimbangan, keserasian, keselarasan dan berwawasan lingkungan. BAB IV
dalam Perda
No. 4
Tahun 2011
membahas tentang kelembagaan, dimana adanya pembentukan SATGASUS PKL
yang memiliki
peranan dalam
hal penataan dan pembinaan PKL. Tim
SATGASUS PKL terdiri dari beberapa lembaga antara lain Koperasi, UKM,
Perindustrian dan
Perdagangan, Kependudukan
dan Catatan
Sipil,
Kebudayaan dan
Pariwisata, Perhubungan, Tata Ruang dan Cipta
Karya, Bina Marga dan Pengairan, Pertamanan
dan Pemakaman,
Ketentraman dan
Ketertiban Umum,
Kecamatan dan Kelurahan, Perangkat Daerah PD Kebersihan dan Pasar
Bermartabat serta Instansi terkait lainnya di Daerah.
Peraturan Walikota Bandung No. 888 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung
Tentang Penataan
dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima PKL di
Kota Bandung Bab III Pasal 7, membagi lokasi PKL ke dalam 3 zona, antara lain
zona merah yang merupakan lokasi yang tidak boleh terdapat PKL. Zona kuning
merupakan lokasi yang bisa ditutup buka berdasarkan waktu dan tempat, serta
zona hijau yang merupakan lokasi yang diperbolehkan
berdagang bagi
PKL. Penelitian ini dikhususkan pada evaluasi
kebijakan yang dilakukan oleh Tim SATGASUS serta zona merah PKL yaitu
pada tujuh titik zona merah, diantaranya adalah sekitar alun-alun dan Mesjid Raya
Bandung, Jalan Dalem Kaum, Jalan Kepatihan, Jalan Asia Afrika, Jalan Dewi
Sartika, Jalan Otto Iskandardinata dan Jalan Merdeka.
4.2 Pembahasan