Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida

ANALISIS PEMAKAIAN INTERFERENSI
PADA RUBRIK BIANGLALA MAJALAH ANNIDA

OLEH:
RABIATUL ADAWIYAH
NIM:030701041

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….

i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………


ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….

iii

ABSTRAK…………………………………………………………………………………………………………….

iiii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………...

1

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………………

1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………


4

1.2.1 Batasan Masalah………………………………………………………………………………………

4

1.4 Tujuan dan Manfaat………………………………………………………………………………………..

5

1.4.1 Tujuan………………………………………………………………………………………………………

5

1.4.2 Manfaat …………………………………………………………………………………………………..

5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA………………………………..


6

2.1 Konsep Interferensi………………………………………………………………………………………… .

6

2.2 Landasan Teori…………………………………………………………………………………………………

7

2.2.1 Kedwibahasaan……………………………………………………………………………………………..

7

2.2.2 Alih Kode dan Campur Kode…………………………………………………………………..

9

2.2.3 Integrasi……………………………………………………………………………………………… .


10

2.2.4 Interferensi………………………………………………………………………………………….

11

2.3 Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………………………………..

17

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………………………………………

19

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………………………………..

19

3.2 Populasi dan Sampel……………………………………………………………………………………….


19

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

3.3 Instrumen Penelitian…………………………………………………………………………………….

20

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………….

20

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data………………………………………………………………….

21

BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………………………………………………

23


4.1 Jenis-Jenis Interferensi yang Terdapat dalam Rubrik Bianglala
Majalah Annida………………………………………………………………………………………………

23

4.2 Pengaruh Pemakaian Interferensi dalam Rubrik Bianglala Majalah
Annida terhadap Pembaca….. ....……………………………………………………………………

56

4.3 Pengaruh Pemakaian Interferensi dalam Rubrik Bianglala
Majalah Annida terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia Baku…………………

57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………………………..

60


5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………….

60

5.2 Saran………………………………………………………………………………………………………………

62

LAMPIRAN

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “Analisis Pemakaian Interferensi pada Rubrik Bianglala pada Majalah
Annida”. Interferensi adalah penyimpangan dari norma bahasa masing-masing yang
terdapat dalam tuturan dwibahasawan. Interferensi ini terjadi pada masyarakat yang
multilingual dan terpengaruh dengan bahasa daerah atau bahasa asing, sehingga
menimbulkan kontak bahasa ketika berkomunikasi. Salah satu penyebab terjadinya
interferensi adalah karena kurangnya pengetahuan mengenai bahasa sehingga
menimbulkan kesalahan dalam berbahasa. Interferensi diklasifikasikan dalam 3 jenis,yaitu

interferensi dalam bidang morfologi,interferensi dalam bidang sintaksis,dan interferensi
dalam bidang fonologi.Penelitian mengenai interferensi ini bertujuan untuk mengetahui
jenis-jenis interferensi yang terdapat dalam rubrik Bianglala majalah Annida dari 10 edisi;
Dan untuk mengetahui pengaruh interferensi terhadap pembaca yang mayoritas adalah
remaja dan mengetahui pengaruh interferensi terhadap perkebangan bahasa Indonesia di
masa yang akan datang.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perkembangan yang berubah dalam kurun waktu tertentu juga turut memberi
perkembangan pada suatu bahasa yang merupakan unsur penting sebagai penentu berhasilnya
sebuah komunikasi. Tentu saja akan banyak kata – kata baru yang tercipta dari hasil
komunikasi tersebut karena bahan itu bersifat produktif, sehingga pengembangan bahasa
akan terus maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Karena perkembangan jaman dan lajunya ilmu pengetahuan tentang masalah
kebahasaan, kedwibahasan atau bilingualisme sebagai salah satu bagiannya ikut pula

berkembang. Kedwibahasaan merupakan fenomena bahasa yang terjadi di setiap negara di
dunia ini. Negara tetangga kita seperti, Malaysia mempunyai bahasa kebangsaan bahasa
Malaysia (Melayu);namun bahasa Inggris masih digunakan juga sebagai bahasa pengantar.
Negara tetangga kita yang lain seperti, Filipina menggunakan dua bahasa. Surat kabar dan
majalah biasanya tertulis dalam bahasa Inggris. Di dalam pergaulan sehari-hari bangsa
Filipina menggunakan salah satu dari bahasa daerah.
Bahasa Indonesia sifatnya dinamis, peka terhadap pengaruh dari luar(baik bahasa
daerah maupun asing) jadi bukanlah suatu keanehan kalau masalah kebahasaan agak banyak
muncul atau bnyak dihadapi bangsa Indonesia.
Menurut Prof.Dr.kisyani Laksono di Indonesia terdapat lebih dari tujuh ratus bahasa
daerah. Di samping itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi dan bahasa
nasional. Umumnya masyarakat Indonesia juga dapat berbahasa asing seperti bahasa Arab,
Inggris, Belanda, Jerman, Jepang. Tidak ada

masyarakat

Indonesia yang tidak

mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa daerah, karena
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.


memang masyarakat Indonesia yang multilingual, misalnya, dalam setiap argumen, sms,
chating, atau aktifitas bahasa lainya, sehingga akhirnya berlanjut pada penggunaan dalam
tulisan di berbagai media cetak. Namun, walaupun begitu masih ada juga orang yang taat
pada tata bahasa.
Kita tahu bahwa secara umum arti kedwibahasaan adalah peristiwa penguasaan dua
bahasa atau lebih oleh seseorang. Menurut Nababan (1984) dalam masyarakat yang berganda
bahasa akan terdapat berbagai macam pola kedwibahasaan yang terdiri dari unsur-unsur
berikut: (1) bahasa yang dipakai, (2) bidang kebahasaan, dan (3) teman berbahasa. Dengan
demikian karena kedwibahasaan mempermasalahkan dua bahasa dalam penggunaannya baik
secara pasif maupun secara aktif maka sudah tentu terjadi kontak antara dua bahasa.
Kontak bahasa akan timbul dalam penggunaannya sebagai alat komunikasi, alat
pengungkap rasa dan pikir. Kontak bahasa juga akan menimbulkan saling mempengaruhi
bahasa yang berkontak. Jadi, seperti ada kecenderungan orang mendeskripsikan
kedwibahasaan sejajar dengan peristiwa kontak antara bahasa yang satu dengan yang lain.
Kontak bahasa dapat secara individual dapat pula secara kelompok kecil maupun kelompok
besar.
Walaupun bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia dan
merupakan aset budaya nasional, namun seiring dengan perkembangan bahasa itu, tanpa kita
sadari kita melakukan penyimpangan dalam bahasa yang kita gunakan. Penyimpangan bahasa

ini terjadi karena adanya akibat penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur
multilingual yang menyimpang. Peristiwa ini yang disebut dengan peristiwa interferensi,
yaitu penyimpangan norma suatu bahasa karena masuknya bahasa lain. Peristiwa interferensi
juga digunakannya unsur – unsur bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa, yang sebagai
suatu kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan (chaer,
1995).
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

Interferensi merupakan kaidah yang sangat penting dalam perubahan bahasa
Indonesia, apalagi dewasa ini semakin sering terjadi kontak bahasa disebabkan teknologi
yang pesat. Bahasa yng merupakan bagian kebudayaan dan milik masyarakat tidak luput dari
pengaruh luar dan sebaliknya masyarakat tidak luput juga dari pengaruh menyalurkan nilainilai budayanya pada masyarakat lain lewat kontak kebdayaan.
Ketut Rindjin,dkk (1981)

menguraikan pendapat – pendapat para ahli bahwa

interferensi adalah sebagai berikut:
1. Merupakan suatu penggunaan unsur – unsur dari satu bahasa ke dalam bahasa lain,
sewaktu ia berbicara atau menulis dalam bahasa yang lain,
2. Merupakan penerapan dua buah sistem secara serempak kepada suatu unsur bahasa,
3. Terdapatnya suatu penyimpangan dari norma – norma bahasa masing – masing yang
terdapat dalam tuturan dwibahasawan, dan
4. Pemakaian unsur dari suatu bahasa di dalam bahasa yang lain dengan menyebabkan
dislokasi struktur pada bahasa yang dipakai.
Peristiwa interferensi tidak hanya dipakai dalam penggunaan bahasa lisan,
melainkan sudah digunakan dalam bahasa tulis, terutama di media – media cetak, misalnya
pada tabloid Gaul atau majalah – majalah remaja. Hal ini akan berdampak pada para
pembacanya yang mayoritas adalah remaja dalam penggunaan tata bahasa yang menyimpang
dari norma bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti penggunaan
interferensi yang terdapat dalam sebuah media cetak religi yaitu Majalah Annida pada rubrik
Bianglala. Majalah ini diorientasikan khusus untuk para remaja di usia 13-20 tahun. Annida
juga banyak menyajikan informasi yang sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
para pembacanya. Namun, penggunaan interferensi pada
banyak digunakan.

Hal ini merupakan

Majalah Annida ini semakin

penyimpangan atau pengacauan dalam tulisan

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

sehingga, akan mempengaruhi pengetahuan bahasa para pembacanya serta kelangsungan
dan kemurnian bahasa Indonesia tersebut.

1.2. Masalah Penelitian
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah jenis interferensi yang terdapat

dalam rubrik Bianglala pada Majalah

Annida?
2. Bagaimana pengaruh interferensi dalam rubrik Bianglala pada majalah Annida terhadap
pembaca?
3. Bagaimana pengaruh interferensi dalam rubrik Bianglala majalah Annida terhadap
perkembangan bahasa Indonesia?

1.2.1. Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pemakaian interferensi hanya di salah satu
rubrik dalam majalah Annida yaitu rubrik Bianglala. Sumber data berasal dari salah satu
majalah ramaja religi yaitu majalah Annida dari 10 edisi, yaitu
1) No. 19 th. IX 19 Juli 2000,
2) Th. XII 16-30 Mei 2003,
3) No. 02/XIII/1-15 Oktober 2003,
4) No.11/XIII/1-15 Maret 2004,
5) No. 06/XIX/1-15 Januari 2005,
6) No. 11/XV/15 Juli-15 Agustus 2006,
8) No. 2/XVII/1 – 31 Oktober 2007,
9) No. 4/XVII/Desember 2007, dan
10) No. 7/XVII/Maret 2008
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah:
1. Mengetahui jenis-jenis interferensi yang terdapat dalam rubrik Bianglala Majalah Annida.
2. Mengetahui pengaruh pemakaian interferensi terhadap para pembaca Majalah Annida.
3. Mengetahui pengaruh pemakaian interferensi terhadap kelangsungan bahasa Indonesia
baku pada Majalah Annida.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agar menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat khususnya para pembaca majalah
Annida mengenai interferensi.
2. Agar sebagai bahan refernsi bagi para peneliti yang ingin meneliti interferensi khususnya
interferensi di media cetak.
3. Agar penelitian mengenai kedwibahasaan khususnya interferensi ini dapat dikembangkan
dan dilanjutkan oleh para peneliti lainnya.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Interferensi
Bahasa Indonesia yang bersifat dinamis, dipakai oleh rakyat yang terdiri dari berbagai
suku yang masing-masing mempunyai bahasa daerah. Bahasa Indonesia menerima pengaruh
dari bahasa daerah itu, misalnya bahasa Batak,bahasa Jawa, bahasa Sunda,dan bahasa daerah
lainnya. Disamping itu bahasa Indonesia mendapat pengaruh dari , isalnya bahasa Belanda,
bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya.
Masuknya bahasa daerah ataupun bahasa asing ke dalam bahasaIndonesiyang
menyebabkan perkembangan bahasatidak berarti tidak mengalami hambatan. Salah satu
hambatan itu lahir dari masyarakat pemakai bahasa yang disebut interferensi, secara
sosiolinguistik merupakan ciri penting pada seorang dwibahasawan.
Interferensi merupakan suatu penyimpangan dari norma-norma bahasa yang terdapat
dalam tuturan dwibahasawan. Hal ini terjadi akibat yang tidak terhindarkan dari proses
persentuhan antarbahasa.persentuhan semacam itu biasanya terjadi pada masyarakat tutur
yang di dalamnya terdapat lebih dari satu macam bahasa.
Persaiangan antara baha daerah dan bahasa Indonesia tidak dapat dihindarkan.
Interferensi merupakan adanya sling mempengaruhi antarbahasa. Antara bahsasa daerah dan
bahasa Indonesia akan tetap saling mempengaruhi kalau keduanya sama-sama digunakan dan
selama itu pulalah interferensi ada (Irwan:2006) .

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

2.2 Landasan Teori
2.2.1. Kedwibahasaan
Kedwibahasaan disebut juga bilingualisme, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua
bahasa atau dua kode bahasa. Mackey dalam Chaer (1995) berpendapat bahwa bilingualisme
diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan
orang lain secara bergantian. Jadi, tentu saja untuk menggunakan dua bahasa seseorang harus
menguasai bahasa itu. Sementara Bloomfield juga dalam Chaer (1995) dalam bukunya
Language mengatakan kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan
sama baiknya. Jadi menurut Bloomfield dalam pengertian tersebut seseorang disebut
bilingual (dwibahasawan) apabila dapat menggunakan kedua bahasa yang dipakainya dengan
tingkat yang sama baiknya.
Van Overbeke, 1972 menyatakan kedwibahasawan adalah sarana sunah dan wajib
bagi komunikasi dua arah yang efisien antara dua atau lebih “dunia” yang berbeda yang
menggunakan dua system linguistik yang berbeda (Tarigan: 1988).a
Dalam Tarigan & Tarigan (1988) Haugen menyatakan defenisi kedwibahasaan adalah
kemampuan menghasilkan ujaran yang bermakna di dalam bahasa kedua. Sementara Mackey
(1962) mengemukakan definisi bahwa kedwibahasaan adalah suatu alternatif menggunakan
dua bahasa atau lebih oleh seorang individu (Tarigan & Tarigan: 1988).
Walaupun kedwibahasaan sudah merupakan masalah umum, tetapi sampai sekarang
tidak ada satu definisi kedwibahasaan yang disepakati bersama oleh para ahli. Hal ini karena
pengertian kedwibahasaan bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak, tetapi “kira-kira” atau
“kurang lebih”. Pengertian kedwibahasaan berkembang dan berubah mengikuti tuntutan
situasi dan kondisi dan akan terlihat dampaknya dalam kedwibahasaan itu dengan cara dan isi
yang berbeda-beda. Sehingga menurut Bloomfield kedwibahasaan adalah penguasaan dua

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

bahasa secara sempurna . Tentu saja penguasaan dijelaskan secara tepat karena penguasaan
itu berjenjang dan relatif (Tarigan & Tarigan, 1988:81).
Dari definisi-definisi di atas terlihat bahwa kedwibahasaan mempermasalahkan dua
bahasa dalam penggunaannya baik secara aktif maupun pasif oleh dwibahasawan . Maka
sudah tentu terjadilah kontak antara dua bahasa. Kontak bahasa ini terjadi dalam masyarakat
pemakai bahasa atau terjadi dalam situasi kemasyarakatan tempat seseorang mempelajari
unsur-unsur sistem bahasa yang bukan merupakan bahasanya sendiri.
Kedwibahasaan merupakan masalah bahasa, oleh karena itu masalah kedwibahasan
inipun bukan hanya masalah perseorangan, tetapi juga masalah yang ada dalam suatu
kelompok pemakai bahasa. Menurut Mackey dalam Hastuti (2003) bahwa kedwibahasaan
dan kontak bahasa ini tidak dapat disamakan secara menyeluruh. Karena kedwibahasaan ialah
penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang, sedangkan kontak bahasa ialah pengaruh
suatu bahasa terhadap bahasa yang lain baik langsung maupun tidak.
Kedwibahasaan atau bilingualisme ini merupakan salah satu peristiwa masalah
kebahasaan yang terjadi akibat adanya kontak bahasa itu. Selain kontak bahasa juga ada
beberapa peristiwa kebahasaan yang merupakan akibat adanya kontak bahasa dan sangat
berkaitan erat dengan kedwibahasaan, diantaranya adalah integrasi dan interferensi.
Karena integrasi dan interferensi juga merupakan dua topik dalam sosiolinguistik
yang terjadi akibat adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang
multilingual. Dalam bahasa apa pun yang mempunyai kontak dengan bahasa lain, bahwa
setiap bahasa akan mengalami interferensi yang kemudian disusul dengan peristiwa integrasi.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

2.2.2 Alih Kode dan Campur Kode
Dalam keadaan kedwibahasan(bilingualisme) akan sering terdapat orang mengganti
bahasa atau ragam bahasa;hal ini tergantung pada keadaan atau keperluan berbahasa itu.
Pembicaraan mengenai alih kode biasanya diikuti dengan pembicaraan mengenai
campur kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual ini
mempunyai kesamaan yang besar , sehingga sering kali sukar dibedakan. Kesamaan yang ada
antara alih kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua
varian dan sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur.
Appel(1976) dalam Chaer mendefenisikan allih kode itu sebagai gejala peralihan
pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.
Chaer(1995) mengemukakan penyebab alih kode antara lain adalah (1) pembicara
atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur,(3)perubahan situasi dengan hadirnya orang
ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, (5) perubahan topic
pembicaraan.
Campur kode adalah digunakannya serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam
menggunakan suatu bahasa yang mungkin memang diperlukan sehingga tidak dianggap suatu
kesalahan. Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi bahasa ang formal, jarang terdapat campur kode. Kalau terdapat
campur kode dalam keadaan demikian itu disebabkan karena tidak ada ungkapan yang
terdapat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan
dari bahasa asing; dalam bahasa tulisan hal ini kita nyatakan dengan cetak miring atau
menggarisbawahi kata/ungkapan bahasa asing yang bersangkutan .
Alih kode dan campur kode ini berkaitan dengan peristiwa interferensi. Di dalam
peristiwa campur kode belum tentu ada interferensi, tetapi, dalam peristiwa interferensi sudah
pasti terjadi peristiwa campur kode.
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

2.2.3 Integrasi
Mackey (1968) dalam Chaer menjelaskan bahwa integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi warga bahasa
tersebut. Tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau pungutan.
Penerimaan unsur bahasa lain dalam bahasa tertentu sampai menjadi berstatus
integrasi memerlukan waktu dan tahap yang relatif panjang. Mulanya, seorang penutur suatu
bahasa menggunakan unsur bahasa lain itu dalam tuturannya sebagai unsur yang sudah
berintegrasi, misalnya kata Inggris research pada tahun 60-70an digunakan sebagai unsur
yang belum berintegrasi. Ucapan dan ejaannya masih menurut bahasa aslinya. Tetapi
kemudian ucapan dan ejaanya mengalami penyesuaian sehingga ditulis sebagai riset. Maka,
sejak itu kata riset tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman, melainkan sudah menjadi
kosa kata bahasa Inggris yang telah berintegrasi ke dalam bahasa Indonesia.
Proses penerimaan unsur bahasa asing, khususnya kosakata di dalam bahasa pada
awalnya penutur Indonesia mendengar butir-butir leksikal itu dituturkan oleh penutur aslinya,
lalu mencoba menggunakanya. Apa yang terdengar itulah yang diujarkan, misalnya:
Persekot

- voorschot

Sirsak

- zuursak

Pelopor

- voorloper

2.2.4. Interferensi
Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa dan dipandang
sebagai pengacauan karena merusak sistem suatu bahasa. Istilah interferensi pertama kali
digunakan oleh Weinreich (1953) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa
sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur – unsur bahasa lain
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

yang dilakukan oleh penutur yang bilingual (Chaer:1999). Menurut Weinreich (1970) dalam
Abdulhayi,dkk (1985) penyimpangan norma bahasa masing-masing dalam tuturan
dwibahasawan sebagai akibat pengenalan dua bahasa atau lebih disebut interferensi.
P.W.J. Nababan(1984) mengatakan interferensi dapat timbul sewaktu mempelajari
bahasa daerah, atau bahasa asing, struktur bahasa pertama dimasukkan dalam bahasa kedua
atau sebaliknya. Sementara Rusyana dalam Irwan (2006) mengatakan bahwa interferensi
merupakan gangguan unsur-unsur bahasa terhadap bahasa lain pada waktu berbicara dan
menulis.
Sedangkan menurut Ketut Rindjin dkk interferensi adalah akibat adanya kontak
bahasa maka terjadilah tutup menutup bagian – bagian diantara bahasa – bahasa itu, yaitu
penerapan dua buah sistem secara serempak kepada suatu unsur bahasa (Rindjin, dkk:1981).
Rindjin, dkk juga membagi interferensi menjadi empat jenis yaitu:
1. Peminjaman unsur dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain. Dalam peminjaman
tersebut ada aspek yang dipindahkan.
2. Penggantian unsur dari satu bahasa oleh padanannya di dalam tulisan bahasa lain.
3. Penggantian itu ada aspek dalam bahasa yang satu yang disalin dalam bahasa yang lain,
misalnya terdapat hubungan sintakmatis dalam bidang fonologi, seperti dalam kata amal,
yang bisa menjadi lama, alam, mala. Dalam amal terdengar urutan unsur /a/,/m/,/a/,/l/ sesuai
dengan tuturannya pada kata amal, dan demikian pula kata-kata lainnya itu. Tetapi ada pula
beberapa kemungkinan lain yang terjadi, seperti pada Dia datang kemarin, yang mungkin
tersusun menjadi Kemarin dia datang, atau Datang dia kemarin, dan Dia kemarin datang.
4. Penerapan hubungan ketatabahasaan bahasa A morfem bahasa B dalam tuturan bahasa B
atau pengingkaran hubungan ketatabahasaan bahasa B yang tidak ada modelnya dalam
bahasa A.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

Perubahan fungsi morfem melalui identifikasi antara satu morfem bahasa B tertentu
dengan satu morfem A tertentu yang menimbulkan perubahan fungsi – fungsi morfem B,
berdasarkan model tata bahasa A.
Azhar Umar dkk dalam Limbeng (2000) mengatakan interferensi dapat terjadi pada
semua komponen kebahasaan. Ini berarti bahwa peristiwa itu dapat terjadi pada bidang
fonologi, morfologi, sintaksis, maupun kosakata. Weinreich dalam Chaer (1995) menyebut
komponen kebahasaan yang dimaksud Azhar Umar tersebut dengan interferensi sistemik.
Weinreich dalam Ketut Rindjin (1981) telah membagi bentuk –bentuk interferensi atas
tiga bagian yaitu
1. Interferensi dalam bidang bunyi, terjadi bilamana seorang dwibahasawan mengartikan dan
menghasilkan kembali bunyi sistem bahasa kedua pada bunyi sistem bahasa pertama, serta
menyesuaikannya pada aturan fonemik bahasa pertama.
2. Interferensi dalam bidang gramatikal, terjadi bilamana dwibahasawan mengidentifikasikan
morfem, kelas morfem, atau ketatabahasaan pada sistem bahasa pertama dan menggunakanya
dalam tuturan pada bahasa kedua serta demikian pula sebaliknya ( Rusyana:1975)
3. Interferensi dalam bidang leksikal, terjadi antara satu perbendaharaan kata dengan yang
lainnya melalui bermacam-macam cara. Dalam dua bahasa tertentu bahasa A dan bahasa B,
morfem-morfem bahasa A dapat dipindahkan ke dalam bahasa B, atau morfem-morfem
bahasa B dapat digunakan dengan fungsi yang baru berdasarkan model morfem bahasa A
yang artinya dipersamakan (Rusyana :1975)
Sedangkan Chaer (1995) membedakan interferensi dalam bidang morfologi,antara lain
terdapat dalam pembentukan kata dengan afiks; pada bidang ini Chaer memberi contoh dalam
bahasa Belanda dan Inggris pada sufiks-isasi,maka banyak penutur bahasa Indonesia yang
menggunakannya dalam pembentukan kata bahasa Indonesia seperti tendanisasi, turinisasi,
neonisasi.Bentuk-bentuk tersebut merupakan penyimpangan dari sistemik morfologi bahasa
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

Indonesia sebab untuk membentuk nomina proses dalam bahasa Indonesia ada konfiks pe-an.
Jadi seharusnya penendaan, penurian, peneonan. Kata- kata ketabrak, kejebak, kekecilan,
kemahalan, juga merupakan kesalahan karena imbuhan yang digunakan berasal dari bahasa
Jawa dan dialeg Jakarta; bidang sintaksis,sebagai contoh struktur kalimat bahasa Indonesia
“makanan itu telah dimakan oleh saya” adalah dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena
kalimat Sundanya “makanan teh atos kuabdi”.
Dalam bahasa Indonesia baku harusnya menjadi “makanan itu telah saya makan”; dan
interferensi pada tingkat kalimat yang mencakup penggunaan serpihan kata, frase, dan klausa
di dalam kalimat. Sebagai contoh dapat dilihat pada kalimat di bawah ini.
(1) Mereka akan married bulan depan (penggunaan serpihan kata)
(2) Pimpinan kelompok itu selalu mengatakan education is necessary for life =pemimpin.
(3)kelompok

itu

selalu

mengatakan

bahwa

pendidikan

adalah

perlu

dalam

kehidupan.(penggunaan serpihan klausa).
(4) Saya sudah kadhung apik dengan dia (kalimat frase).
Sementara Hastuti (2003) membagi interferensi ini menjadi dua yaitu interferensi di
bidang leksikal dan interferensi dibidang tata bahasa. Menurutnya interferensi dibidang
leksikal dalam bahasa Indonesia memberi kesan yang sangat kuat. Interferensi melibatkan
kata - kata dasar, kata majemuk dan frasa. Sebagai contoh pada kalimat berikut:
(1)Bagaimana jij melihat sikap mahasiswa sekarang?
Jij = kamu, anda, engkau adalah unsur serapan dari bahasa Belanda. Kalimat tersebut
merupakan interferensi leksikal yang melibatkan kata dasar.
(2) Hasil rapat tentang pilot project harus dikonfirmasi lebih dulu
Pilot project = proyek percobaan, adalah unsur serapan dari bahasa Inggris. Kalimat tersebut
merupakan interferensi leksikal yang melibatkan kata majemuk.
(3) Tak apalah, it doesn’t matter
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

It doesn’t matter = itu bukan masalah adalah unsur serapan dari bahasa Inggris. Kalimat
tersebut merupakan interferensi leksikal yang melibatkan frasa.
Sementara interferensi dibidang tata bahasa dapat terjadi kalau dwibahasawan
mengidentifikasi morfem, klas morfem atau hubungan ketatabahasaan pada sistem bahasa
pertama dan memperaktekkannya dalam tuturannya pada bahasa kedua atau sebaliknya.
Hastuti memberi beberapa contoh interferensi pada bidang ini:
Mereka lari cepat – cepat takut kebawa ombak
Kebawa – Jawa (terbawa : Indonesia)
Juga sama halnya dengan kata – kata bentuk me-NY sebagai kata kerja transitif.
Kawanku suka melayar (berlayar : Indonesia)
Disamping itu, menurut Hastuti ada interferensi yang bersifat varisional, yaitu
kebiasaan beragam bahasa daerah tertentu. Dalam bahasa daerah terbawa ke dalam bahasa
Indonesia. Menurut Soepomo dalam Hastuti (2003 : 42), timbulnya ragam informal dalam
dialeg – dialeg bahasa Indonesia sekarang ini lebih kurang yang mengakibatkan interferensi.
Misalnya pada pelafalan Indonesia yang cenderung dilafalkan dalam bahsa Jawa atau analog
dengan lafal bahasa Jawa ; seperti
/diadakan/-/diadakan

/malas/-/males/

/dapat/-/dapet/

Selain itu juga pelafalan kata – kata berakhiran –an atau –i seperti pada kata – kata
berikut:
/kedudu-an/, seharusnya /kedudukan/
/memerci-i/, seharusnya /memerciki/
Dalam hal masuknya pengaruh dari bahasa Jawa ini menurut Soepomo dianggap
memiliki konotasi informal dan kedaerahan (Hastuti, 2003 : 43). Penggunaan kata – kata
tersebut oleh dwibahasawan memang tidak dapat dihindari, karena kedudukan lawan bicara,
faktor usia, atau faktor – faktor yang menyangkut pribadi seseorang. Interferensi ini terjadi
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

karena adanya ketidaktahuan atau penguasaan bahasa oleh masyarakat tutur. Interferensi ini
juga biasa disebut dengan bahasa gaul, yang lebih sering digunakan masyarakat dibanding
bahasa Indonesia sehingga kurangnya kopetensi bahasa pada asyarakat.
Irwan(2006) dalam karya ilmiahnya juga membagi interferensi dalam beberapa
bidang,yaitu:
1.Interferensi dalam bidang morfologi
interferensi di bidang morfologi dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia terjadi apabila
morfologi bahasa daerah mampengaruhi morfologi bahasa Indonesia yang menyebabkan
penyipangan.bisa berupa penyimpangan afiks, bias penghilangan afiks, dan bisa bersaing
pemakaiannya.
Beliau membagi interferensi bidang morfologi ini ke dalam 3 bagian:
interferensi morfologi awalan kecontoh: diketawai

seharusnya

ditertawai

diketemukan

seharusnya

ditemukan

ketangkap

seharusnya

tertangkap

kecantol

seharusnya

tercantol

interferensi morfologi awalan bercontoh: menanya

seharusnya

bertanya

seharsnya

berjangkit

menyangkit

interferensi akhiran -kan
contoh: dipindah

seharusnya

dipindahkan

dicerainya

seharusnya

diceraikan

diberi

seharusnya

diberikan

inteferensi dibidang sintaksis
Beliau juga membagi bidang sintaksis ini ke dalam 2 bagian:
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

1.Interferensi tutur ringkas, salah satu ciri ringkas adalah pelapisan atau penanggalan.
a) Penanggalan imbuhan
Contoh:

anak-anak sudah kumpul di halaman sekolah

Seharusnya

anak-anak sudah berkumpul di halaman sekolah.
Pendapat kita memang beda.

Seharusnya

pendapat kita memang berbeda.

Contoh lain: nulis seharusnya menulis
Masak

seharusnya memasak

Nari

seharusnya menari

Nyanyi

seharusnya bernyanyi

lempar-lemaran seharusnya berlemparan-lemparan
ngambil

seharusnya mengambil

b) penanggalan kata
Contoh: gimana kabar pacarmu seharusnya bagaimana kabar pacarmu
Dah kembali gadis itu seharusnya sudah kembali gadis itu
Mau pigi kemana dia seharusnya mau pergi kemana dia
Tahlah, aku tidak mengerti seharusnya entahlah, aku tidak mengerti
2. Interferensi di bidang struktur kalimat
Tanpa kita sadari dalam bertutur struktur kalimat yang kita pakai sudah struktur
kalimat bahasa daerah,bukan struktur bahasa Indonesia lagi.
Contoh: buku itu kertasnya tebal seharusnya kerts buku itu tebal
Anak itu cantik wajahnya seharusnya wajah anak itu cantik
Saya punya bapak sakit seharusnya bapak saya sakit
Bagusan sepatuku dari sepatumu seharusnya sepatuku lebih bagus dari sepatumu
Jangan membeli barang murahan seharusnya jangan membeli barang yang murah
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

Dari berbagai macam teori yang telah dipaparkan di atas penulis lebih
menitikberatkan pada teori Drs. Irwan dan Hastuti dalam menganalisis penelitian penulis.
Karena teori yang mereka kemukakan tentang jenis – jenis serta menganalisis contoh –
contoh interferensi ini sesuai dengan masalah yang akan peneliti analisis.

2.3. Tinjauan Pustaka
Drs. Irwan (2006) dala karya ilmiahnya yang berjudul Interferensi Bahasa Daerah
terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia yang membicarakan pengertian tentang
interferensi dari berbagai ahli, jenis-jenis interferensi, bidang-bidang interferensi, serta
memaparkan adanya interferensi bahasa daerah pada pengembangan bahasa Indonesia.
Sangapta Limbeng (2000) dalam skripsinya yang berjudul Interferensi Gramatikal
Bahasa Batak Karo yang membicarakan tentang analisis interferensi kosa kata dan struktur
kalimat bahasa Batak Karo.
Huda(1981) dalam penelitiannya ang berjudul Interferensi Gramatikal Bahasa Bali
dalam Pemakaian Bahasa Indonesia murid sekolah dasar di Bali yang membicarakan
Interferensi Gramatikal bahasa Bali dengan objek kajiannya adalah murid sekolah dasar.
Pada kesempatan ini, peneliti meneliti pemakaian interferensi pada rubric bianglala
majalah Annida yang membicarakan mengenai jenis-jenis interferensi apa yang terdapat pada
rubric bianglala majalah Annida baik interferensi bahasa daerah maupun bahasa asing
terutama bahasa Inggris, serta membicarakan pengaruh interferensi terhadap pembaca dan
terhadap perkembangan bahasa Indonesia.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di jl. Jamin Ginting gg. Kamboja kecamatan Medan
Baru, Padang Bulan Medan.
Waktu penelitian dilakukan ketika membaca majalah Annida dalam waktu 2 minggu
yaitu pada tanggal 12-26 Juli 2008.

3.2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah majalah remaja islami yaitu majalah Annida pada rubric
Bianglala sebanyak sepuluh edisi. Perincian jumlah rubric pada ajalah Annidaberdasarkan
edisi dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel perincian pada majalah Annida pada sepuluh edisi
No

Edisi

Jumlah rubric

1

No.19 th.IX 19 Juli 2000

24

2

Th. XII 16-30 Mei 2003

26

3

No. 02/XIII/1-15 Oktober 2003

26

4

No. 11/XIII/1-15 Maret 2004

26

5

No.06/ XIX/1-15 Januari

30

6

No.11/XV/ 15 Juli- 15Agustus 2006

40

7

No.8/XVI/ 15 April- 15 Mei 2007

39

8

No.2/xvii/1-31 Oktober 2007

37

9

No.4/XVII/ Desember 2007

38

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

10

No.7/XVII/Maret 2008

38

Adanya jumlah populasi yang begitu besar dan mengingat berbagai pertimbangan
seperti waktu serta kemampuan yang dimiliki, maka penelitian ini mempergunakan sistem
sampel. Berdasarkan rubrik yang sudah ditentukan, maka rubrik yang terpilih sebagai sample
adalah rubrik bianglala. Dalam penelitian ini peneliti mengambil responden sebanyak 25
orang.

3.3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti. Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan atau questionnaire dengan alat
bantu seperti pena dan kertas. Peneliti membuat 10 pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian dengan 25 responden dan dilampirkan di halaman lampiran.
3.4. Metode dan Tehnik pengumpulan data
a. Metode deskriptif sinkronis, yaitu penelitian bahasa pada masa sekarang. Dengan
metode ini akan dideskripsikan atau diuraikan data yang ditemukan dalam sampel–sampel
data, kemudian memilah masalah–masalah yang ditimbulkan oleh data.
b. Metode kuesioner

yaitu pembuatan sejumlah daftar pertanyaan ang berhubungan

dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, sejumlah pertanyaan tersebut diajukan kepada
mahasiswa universitas sumatera utara stambuk 2007 dan 2008 yang berusia remaja sekitar
18-20 tahun. Untuk menghindari salah pengertian, maka diberikan penjelasan kepada
responden yang kurang mengerti mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
c. Metode kepustakaan yaitu dengan membaca dan mengumpulkan, kemudian mengambil
buku–buku yang berhubungan dan mendukung dengan masalah penelitian ini.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

3.5. Metode Analisis Data
Untuk mengembangkan metode–metode tersebut teknik yang penulis gunakan adalah:
a. Metode agih, yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur
dan unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan
lingual yang dimaksud. Alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu
sendiri. Jadi metode ini dilakukan dengan cara membagi kata-kata yang merupakan
interferensi pada rubrik bianglala Majalah Annida menjadi beberapa bagian sesuai dengan
jenis interferensi yang terdapat pada kata-kata interferensi tersebut.
Contoh : Pada rubric Bianglala 1 Majalah Annida edisi No 2 tahun VIII 1- 15 Oktober 2003
dengan judul Menguak Rahasia Langit terdapat beberapa kata yang merupakan interferensi.
Karena bahasa induknya adalah bahasa Indonesia dan memiliki padanan kata dalam bahasa
Indonesia, maka kata-kata di bawah ini dianggap interferensi.
Sobat Nida ( ditujukan pada pembaca setia Majalah Annida). Kata tersebut merupakan
Interferensi bahasa asing dengan jenis interferensi leksikal yang melibatkan kata majemuk
dan memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu Sahabat.
Sa’ndulit, kata tersebut merupakan Interferensi bahasa daerah dengan jenis interferensi
leksikal yang melibatkan kata dasar dan memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu
sedikit.
So, kata tersebut merupakan interferensi bahasa asing dengan jenis interferensi leksikal yang
melibatkan kata dasar dan memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu jadi.
Gueedee, kata tersebut merupakan interferensi bahasa daerah dengan jenis interferensi
leksikal yang melibatkan kata dasar dan memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu
besar sekali / sangat besar.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

b. Teknik ganti, yaitu penulis mengganti kata–kata yang merupakan bentuk interferensi
dalam rubrik Bianglala majalah Annida ke dalam bahasa Indonesia baku (sesuai dengan
kaidah). Teknik ganti ini berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori
unsur terganti dengan unsur pengganti, khususnya sama dengan tataran terganti. Dan jenis
teknik ganti yang penulis gunakan adalah teknik ganti sama tataran atau teknik GST.
Contoh: Pada contoh interferensi (1), (2), (3), dan (4) di atas dapat dilanjutkan dengan teknik
ganti, yaitu menggantinya dengan bahasa Indonesia baku.
Sobat Nida
Sa’ ndulit
So
Gueedee

= Sahabat, sobat adalah unsur serapan dari bahasa Arab.
= Sedikit sa’ndulit adalah unsur serapan dari bahasa Jawa
= Jadi So adalah unsur serapan dari bahasa Inggris
= Besar sekali/sangat besar, Gueedee adalah unsur

serapan dari bahasa Jawa.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Jenis-jenis Interferensi yang Terdapat Dalam Rubrik Bianglala Pada Majalah Annida
Peneliti meneliti pemakaian interferensi dalam rubrik bianglala

dari sepuluh edisi

majalah Annida. Dari sepuluh edisi tersebut terdapat kosakata/ungkapan yang merupakan
interferensi, baik interferensi bahasa daerah maupun interferensi bahasa asing.
Berikut akan peneliti daftar kata-kata/ungkapan interferensi yang terdapat dalam rubric
bianglala dari sepuluh edisi majalah Annida:

A.Edisi No.19 Th.IX19 Juli 2000
Rubrik Bianglala 1 dengan judul Kawula Muda Ada Di Mana?
1) Sobat Nida kamu masih merasa ngga?
2) Ada yang pakai motto muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.
3) …….diibaratkan lembar demi lembar diary, yang paling banyak mendapatkan…..
4) Aturan-aturan dari masa bocah sudah tidak bisa lagi diterapkan.
5) Nostalgia pun nyerempet ke perubahan psikologis.
6) Ketemu cewek sekarang jadi salah tingkah sendiri.
7) Bawaannya pengin ngaca melulu.
8) Kalau wajah mulai disatroni satu dua biji jerawat, paniknya bikin orang se-RT panik
9) Selalu teriak ”mirror-mirror on the waaaalll…!!
10) Ini karena manusia belum mampu include dengan sistem…….
11) So,mengapa lingkungan masyarakat menjadi subyek yang…...
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

12) Defenisi solider dalam masyarakat ini adalah solider yang benar,….
13) Masyarakat yang baiklah yang mem-back up dirinya.
14) Wong sendirian lawan rame-rame.
15) Memang ada kamu idaman seperti itu? Please, press any key to continue.
Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab
konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:
Sobat Nida

= sahabat, merupakan interferensi

dari bahasa Arab dengan jenis

interferensi leksikal.
Nggak

= tidak ,

merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi leksikal.
Motto

= moto,

merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.
Diary

= diari merupakan interferensi

dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.
Bocah

= kecil/anak-anak merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

jenis interferensi leksikal.
Nyerempet

= mengarah merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis

interferensi leksikal.
Ketemu

= bertemu merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi morfologi awalan kePengin

= ingin, merupakan interferensi

dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi lorfologi awalan ke-.
Ngaca

= berkaca, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

Disatroni

= didatangi merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan

jenis interferensi leksikal.
Mirror-mirror on the wall

= cermin di dinding, merupakan interferensi dari bahasa inggris

dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan frasa
Include

= bergabung, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

jenis interferensi leksikal.
So

= jadi , merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi leksikal.
mem-back up

= mendorong, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan

jenis interferensi leksikal.
Wong

= orang, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

interferensi leksikal.
rame-rame

= ramai-ramai, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan

jenis interferensi leksikal.
Please, press any key to continue = silahkan tekan kunci selanjutnya, merupakan interferensi
dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi tingkat kalimat serpihan klausa.

Rubrik Bianglala 2 dengan judul Kamu Yang Perduli
1) Kaum muda adalah agent of change…..
2) Sudah bosen dengernya?
3) ……yang mau berkiprh dalam masalah sosial(ngaku deh!).
4) Anyway, sebenarnya apa yang elatarbelakangi kegiatan mereka….
5) Soalnya penghasilan ngojek saat hujan lumayan sekali buat mereka.
6) …. Program life skill ayasan Pelita Ilmu ang berdiri sejak 1994……
7) Dengan niat lillahi ta’ala, asal kita tidak antipasti terhadap pemerintah.
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

8) Tahun 1995 ada yang menawari untuk mendirikan ayasan.
9) ……tetangga/saudara yang putus sekolah,daftarin aja ke YRMD.
Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan,
sebab konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:
Agent of change = agen perubahan, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis
interferensi tingkat kalimt serpihan frasa.
Bosen dengernya = bosan mendengarnya, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan
jenis interferensi tingkat kalimat sepihan frasa.
Ngaku deh

= mengaku saja, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.
Anyway

= apapun, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.
Ngojek

= mengojek, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan.
Life skill

= keahlian diri, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.
Lillahi ta’ala

= karena Allah saja, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.
Menawari

= menawarkan, merupakan interferensi

dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi morfologi akhiran –i.
Daftarin aja

= daftarkan saja, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi tingkat kalimat serpihan frasa.

Rubrik Bianglala 3 dengan judul Mereka Yang Ingin Maju
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

1) …….kamu bisa membelinya walau hasil nodong orang tua atau pinjem?
2) Toh, dalam kekurangan yang menghimpit tersebut…..
Bentukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan,
sebab konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:
Nodong = meminta, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi
leksikal.
Toh

= walaupun, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.
Pinjem

= pinjam, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.

B. Edisi th XII 16-30 Mei 2003
Rubrik Bianglala 1 dengan judul SPMB (Jangan) Salah Pilih Malah Bingung.
1) Tanggal 1 dan 2 Juli nanti bakal jadi saat-saat menegangkan…..
2) …Kamu- kamu yang pengen banget melanjutkan studi ke perguruan tinggi (PT)
3) Pokoke jangan sampai salah pilih
4) … nanti malah bingung….
5) Trus ngerasain juga asyiknya nggak pake seragam……
6) Emang sih udah banyak sekolah yang menerapkan…..
7) Milih jurusan memang susah, kayak milih pacar
8) Sori la ya, Nida nggak pacaran
9) …ahli hukum emang masih inceran sebagian pelajar…
10) …kalo pencarian, pemanfaatan dan pengamalanya nggak bener & nggak nyar’i
11) …kamu kudu tahu dulu jalur atau jenjang pendidikan yang ada
12) Mereka juga sering ngasi info via sekolah
Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

13) Jangan Cuma karena pengen gengsi kuliah di PTN kamu ngasal aja milih.
14) Terus, jangan juga belum apa-apa udah underestimate.
15) Dengan jumlah buaaaanyak dan beragam,……
16) Jangan meluk pohon sambil nyanyi India ya.
Betukan kata-kata yang pada kalimat-kalimat di atas adalah suatu penyimpangan, sebab
konsep pengungkapannya sudah ada dalam bahasa Indonesia,jadi seharusnya:
Bakal

= akan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.
Pengen banget =

ingin sekali, merupakan interferensi

dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi tingkat kalimat rserpihan frasa.
Pokoke

= pokoknya, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.
Malah

= jadi, merupakan interferensi

dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.
Ngerasain

= merasakan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan
Nggak pake = tidak memakai, merupakan interferensi

dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan Emang= memang,
Udah

= sudah merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan.
Milih

= memilih, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan
Emang

= memang, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan

Rabiatul Adawiyah : Analisis Pemakaian Interferensi Pada Rubrik Bianglala Majalah Annida, 2010.

Kayak

= seperti, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.
Sori

= maaf, merupakan interferensi dari bahasa Inggris dengan jenis interferensi

leksikal.
Inceran

= incaran, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.
Bener

= benar, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.
Nyar’i

= syar’i/sesuai ketentuan, merupakan interferensi dari bahasa Arab dengan

jenis interferensi bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan
Kalo

= kalau, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

leksikal.
Kudu

= harus, merupakan interferensi dari bahasa Betawi dengan jenis interferensi

leksikal.
Ngasi

= memberi, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis interferensi

bidang sintaksis tutur ringkas penanggalan imbuhan.
Ngasal

= asal/ sembarangan, merupakan interferensi dari bahasa Jawa dengan jenis

interferensi bidang sintaksis tutur ringkas pennggalan imbuhan.
Underestimate = menganggap remeh, merupakan interfere