PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BANTUL

(1)

PERAN BAPPEDA D

Diajukan guna me pada f

UNIVER

A DALAM PERENCANAAN PEMBANGUN DI KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

a memenuhi persyaratan untuk memperoleh ge a fakultas hukum program studi ilmu hukum

Diajukan oleh :

MEGA TRI SULISTIOWATI 20120610013

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

RSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKAR 2016

NAN DAERAH

gelar sarjana um


(2)

i

PERAN BAPPEDA D

Diajukan guna me pada f

UNIVER

i

A DALAM PERENCANAAN PEMBANGUN DI KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

a memenuhi persyaratan untuk memperoleh ge a fakultas hukum program studi ilmu hukum

Diajukan oleh :

MEGA TRI SULISTIOWATI 20120610013

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

RSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKAR

i

NAN DAERAH

gelar sarjana um


(3)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Mega Tri Sulistiowati

NIM : 20120610013

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DIKABUPATEN BANTUL” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Yogyakarta, 24 Desember 2016 Yang menyatakan,

Mega Tri Sulistiowati Nim. 20120610013


(4)

v

MOTTO

Tidak akan ada hasil yang mengkhiyanati usahanya

( Mega Tri Sulistiowati )

Aku berusaha, aku melangkah, aku bergerak atas ijin Allah. Aku percaya Semua yang sudah di takdirkan oleh Allah akan berakhir Indah.


(5)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, saya persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi :

• Teruntuk kedua orangtuaku, mamah dan papa yang selalu mensuport aku dan memberikan dorongan tiada henti disetiap langkahku untuk menjadi wanita yang lebih baik lagi

• Teruntuk saudara-saudaraku, mas Edi, mba Nani, mas Budi, mba Wahyu, Ridzcky, Taufik, Aisyah, dan Atika. Terimakasih selalu memberikan motivasi dan semangat.

• Teruntuk suamiku, Joko Upoyo Wijaksono, SH. Terimakasih untuk waktu dan dukungannya Mas.


(6)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang karena limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.Salam dan salawat semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul ‘PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DIKABUPATEN BANTUL” ini penulis susun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan tugas akhir ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Beni Hidayat, S.H., M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan penulisan hukum ini.

3. Bapak Bagus Sarnawa, S,H., M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan penulisan hukum ini.

4. Bapak Sunarno, SH.,M.Hum selaku dosen ketua dalam ujian Pendadaran yang telah memberikan masukan dalam penyusunan penulisan hukum ini. 5. Bapak dan ibu dosen yang selalu memberikan ilmunya yang bermanfaat,

selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

6. Bapak dan Ibu Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

7. Kedua Orangtuaku penyemangat terbesar dalam Hidup penulis, salah satu alasan penulis untuk selalu semangat dalam menyelesaikan penulisan


(7)

viii

8. Saudara-saudaraku mas Edi, mbak Nani, mas Budi, dan mbak Wahyu yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi dalam penulisan skripsi ini 9. Keponakanku Ridzcky, Taufik, Aisyah, dan Atika yang selalu menghibur

kakak uti.

10. Rekan-rekan satu Angkatan di Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

11. Sahabatku Annisa Nurul Hanifah, Ingrit Sarmita Dewi Ahmad, Eria. 12. Keluarga besar PERMAHI terimakasih telah berjuang bersama penulis. 13. Dan terakhir, untuk seseorang yang selalu ada disamping penulis,

suamiku, Joko Upoyo Wijaksono. Terimakasih mas.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun penyusunannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Yogyakarta, 24 Desember 2016 Penulis,


(8)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Judul...i Halaman

Persetujuan...ii Halaman

Pengesahan...iii Halaman

Pernyataan...iv Halaman

Motto...v Halaman

Persembahan...vi Kata

Pengantar...v ii

Daftar

isi...ix Abstrak... ...x

BAB I

PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...7


(9)

x

D. Manfaat Penelitian...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BANTUL... ...8

A. Pembangunan Daerah...9

B. Tujuan Pembangunan Daerah...16

C. Perencanaan Pembangunan...27

BAB III METODE PENELITIAN...35

A. Jenis Penelitian...35

B. Jenis Data...36

C. Metode Pengumpulan Data...36

D. Lokasi Penelitian...37

E. Narasumber...37

F. Teknik Analisis Data...37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...39

A. Peran Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Bantul...39


(10)

xi

B. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Peran Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Bantul...64

BAB V

PENUTUP...75 A. Kesimpulan...75 B. Saran...77

DAFTAR PUSTAKA


(11)

(12)

ABSTRAK

PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BANTUL

Skripsi ini bertujuan antara lain pertama, untuk mengetahui apa saja peran, tugas serta fungsi Bappeda Kabupaten Bantul dalam progam perencanaan pembangunan daerah, kedua untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan implementasi Bappeda Pemerintahan Kabupaten Bantul, dan yang ketiga mengetahui apa saja hambatan dari tugas Bappeda di Kabupaten Bantul.

Bappeda sendiri bertujuan untuk menjadikan daerahnya menjadi daerah yang berkemajuan tinggih yang ditujukan untuk kesehteraan masyarakat. Pembentukan badan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bantul berdasarkan keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980 dan dilanjutkan melalui peraturan daerah Nomor 5 tahun 2007 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bantul yang mengacu juga kepda Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Naisioanal adalah satu langkah yang sangat tepat untuk dapat terwujudnya pembangunan yang terarah dan terpadu.

Untuk menghasilkan pembangunan daerah yang berhasil guna dan efektif, maka Bappeda Pemerintahan Kabupaten Bantul mempunyai Tugas Pokok yang tertuang pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bantul.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia untuk mewujudkan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian dan keadilan sosial. Dalam rangka mencapai tujuan diatas pemerintah melakukan pembangunan disegala bidang.

Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah ini haruslah merata yang berarti dampak pembangunan harus dirasakan oleh semua lapisan masyarakat bukan hanya untuk lapisan tertentu. Pembangunan juga harus seimbang maksudnya pembangunan harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh bangsa dan negara ini. Selain itu pembangunan juga melihat keselarasan dan keserasian antara pembangunan yang dilakukan dengan keadaan dan lingkungan masyarakat yang ada. Jadi pembangunan haruslah merata,seimbang, selaras dan serasi.

Kegiatan pemerintah melaksanakan pembangunan secara merata, seimbang, selaras dan serasi haruslah mendapat dukungan dari seluruh


(14)

masyarakat Indoneasia yang merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat besar dengan didukung oleh suatu proses perencanaan yang baik oleh badan – badan pemerintah dan badan – badan non pemerintah. Namun pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah selama orde baru telah melahirkan sentralisasi kekuasaan dimana pemerintah pusat memegang hampir seluruh kendali pemerintahan di daerah. Hal ini dirasa sangat tidak adil bagi pemerintah daerah yang selama ini andilnya sangat besar dalam memberikan dana kepada pemerintah pusat. Sementara pemerintah pusat mengembalikan kepada daerah dalam bentuk proyek -proyek dan bukan berbentuk dana riil sehingga pemerintah daerah tidak dapat secara independen mengatur prioritas kebutuhan daerahnya.

Pemerataan pembangunan nasional adalah dengan usaha pembangunan diseluruh daerah Indonesia.Berkaitan dengan dengan hal itu dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menegaskan perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menyesuaikan laju pertumbuhan antar daerah. dalam melakukan perencanaan pembangunan harus disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah yang bersangkutan.

Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yang baik antar bidang maupun antar wilayah yang didukung perencanaan pembangunan


(15)

daerah yang efektif dan efisien menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata diseluruh tanah air.

Perencanaan pembangunan yang sesuai dengan prioritas dan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut maka perlu adanya otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang seluas – luasnya maka pemerintah memberikan kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi. Hal tersebut terdapat dalam pasal 1 ayat (6) Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah. Pasal 1 ayat (6) “Hak, wewenang, dan kewajiban Daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urursan Pemerintahan dan Kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Ayat (2) “Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.” Berdasarkan acuan tersebut setiap daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara konsisten sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas daerah tersebut.

Bangsa Indonesia adalah negara yang majemuk, satu ukuran belum tentu cocok untuk perencanaan pembangunan seluruh daerah. Dalam proses perencanaan pembangunan inilah peran serta masyarakat sebagai komunitas lokal harus dilibatkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota, karena


(16)

masyarakatlah yang merasakan langsung dampak dari pembangunan tersebut. DPRD pun harus dilibatkan dalam proses ini, hal ini bertujuan proses desentralisasi berjalan dengan baik dan tidak menjurus kearah sentralisasi. Namun proses desentralisasi yang berjalanpun harus secara baik dan bertanggung jawab, DPRD dalam proses perencanaan pembangunan ini berperan sebagai stake holder yang memiliki kepentingan mendalam untuk mensukseskan otonomi daerah.1

Inti konsep pelaksanaan otonomi daerah, adalah upaya memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal – hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Dengan demikian, tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyatra dengan penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak terabaikan.Di tiap propinsi dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), yang merupakan badan staf yang langsung berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur/Kepala Daerah yang bersangkutan. BAPPEDA tersebut berfungsi membantu Gubernur/Kepala Daerah di dalam menentukan kebijakasanaan di bidang perencanaan pembangunan daerah serta pelaksanaannya.2

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat berperan dalam manjalankan otonomi daerah. Dalam menjalankan fungsinya sebagai badan perencanaan pembangunan di daerah Bappeda dituntut untuk

1

HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001,h. 2.


(17)

berperan secara aktif, efektif dan efisien dalam meletakan kerangka dasar pembangunan di daerah yang kokoh untuk dapat mewujudkan keberhasilan pembangunan. Maka dapat dikatakan bahwa Bappeda merupakan hal yang sangat berperan penting dalam pembangunan dan hal yang menentukan arah kebijaksanaan pemerintah daerah dalam bidang perencanaan pembangunan di daerah.

Bappeda berperan penting dalam pembangunan. Namun dalam kenyataannya peranan Bappeda kurang begitu terlihat sehingga banyak pembangunan yang semestinya didukung oleh masyarakat malah dalam pelaksanaanya kurang didukung oleh masyarakat. Contohnya pembangunan pertokoan yang didemo oleh sebagian masyarakat Ini menunjukan tidak semua masyarakat menerima pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu hal diatas menunjukan bahwa peranan Bappeda yang merencanakan pembangunan di daerah kurang melihat aspirasi yang ada dalam masyarakat. 3

Pembangunan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, jika pembangunan seperti ini maka hanya sebagian golongan saja yang akan sejahtera sedang yang lain tidak atau mengenyampingkan pendapat sebagian masyarakat. Dalam beberapa bidang pemerintah daerah mengambil contoh dari daerah lain untuk perencanaan pembangunan padahal setiap memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia dan

3

http://server2.docfoc.com/uploads/Z2015/12/27/Fq7atORW4h/52ae9bd89223104217262 51929ab15eb.pdf


(18)

budaya yang berbeda sehingga jika diterapkan akan tidak sesuai dengan masyarakat dimana pembangunan dilaksanakan.

Pembangunan yang terjadi sekarang memang sudah tidak bersifat sentralisasi lagi, jadi daerah dapat merasakan segala yang didapatkan oleh daerah tersebut. Namun bukan berarti keadilan telah tercapai, karena yang menikmati pembangunan tersebut hanya segelintir golongan bukan seluruh masyarakat di daerah pembangunan tersebut dilaksanakan. Padahal tujuan pembangunan meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. DPRD yang menjadi sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi kurang berperan aktif dalam perencanaan pembangunan didaerah. Karena kurangnya peran aktif DPRD dalam perencanaan pembangunan maka sering kali pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan dan uraian latar belakang di atas maka penulis akan menggunakan judul “PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BANTUL”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Peran Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Bantul?


(19)

2. Faktor-faktor apa saja yang Mendukung dan Menghambat Peran Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Bantul?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran bappeda dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Bantul.

2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung peran bappeda dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis : Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Hukum Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan peran bappeda dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Bantul.

2. Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan pembangunan didaerah dan meningkatkan kinerja BAPPEDA

.


(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BANTUL

A. Pembangunan Daerah

Pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan1.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pembangunan daerah merupakan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.


(21)

Pembangunan daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan bersama sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun kemajuan daerah.

Pembangunan daerah adalah seluruh pembangunan yang dilaksanakan di daerah dan meliputi aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong serta partisipasi masyarakat secara aktif.

Pembangunan daerah diarahkan untuk memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas hidup, keterampilan, prakarsa dengan bimbingan dan bantuan dari pemerintah. Dengan demikian ciri pokok pembangunan daerah adalah2:

1. Meliputi seluruh aspek kehidupan; 2. Dilaksanakan secara terpadu; 3. Meningkatkan swadaya masyarakat

2


(22)

Perencanaan pada asasnya berkisar kepada dua hal, yang pertama, ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkrit yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan dan yang kedua ialah pilihan diantara cara-cara alternatif serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati.3

Perencanaan wilayah mencakup berbagai segi kehidupan yang komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya meningkatkan kehidupan masyarakat. Perencanaan wilayah diharapkan akan dapat menciptakan sinergi bagi memperkuat posisi pengembangan dan pembangunan wilayah.4 Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan dapat dibagi menjadi:

1. Perencanaan jangka panjang, biasanya mempunyai rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun. Perencanaan jangka panjang adalah cetak biru pembangunan yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang;

2. Perencanaan jangka menengah, biasanya mempunyai rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun. Dalam perencanaan jangka menengah walaupun masih umum, tetapi sasaran-sasaran dalam kelompok besar (sasaran sektoral) sudah dapat diproyeksikan dengan jelas;

3

Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1984.

4


(23)

3. Perencanaan jangka pendek, mempunyai rentang waktu 1 tahun, biasanya disebut juga rencana operasional tahunan. Jika dibandingkan dengan rencana jangka panjang dan jangka menengah, rencana jangka pendek biasanya lebih akurat.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang perencanaan pembangunan daerah tahunan dapat diartikan sebagai proses penyusunan rencana yang mempunyai rentang waktu satu tahun yang merupakan rencana operasional dari rencana jangka panjang dan menengah yang berisi langkah-langkah penetapan tujuan serta pemilihan kebijakan/program/kegiatan untuk menjawab kebutuhan masyarakat setempat.

Pembangunan daerah merupakan kegiatan utama pemerintahan daerah, karena itu perencanaan pembangunan daerah membutuhkan partisipasi seluruh unsur pemerintahan daerah (stakeholders) yang ada di daerah tersebut. Dalam kaitannya dengan pembangunan daerah, berdasarkan aktor yang melakukan proses penyusunan perencanaan pembangunan, membedakannya dalam beberapa model yaitu:

1. Technical Bureaucratic Planning, Perencanaan ini berbasis kepada penilaian birokrasi atas alternatif yang terbaik untuk mencapai tujuan dengan mengembangkan analisis komparatif serta proyeksi untuk membuat suatu rekomendasi bagi pengambil keputusan berdasarkan informasi dan penilaian atas dampak politik dan perubahan yang dikehendaki;


(24)

2. Political Influence Planning. Dalam model ini, perencana adalah elit pimpinan daerah atau anggota legislatif yang terpilih. Perencanaan berbasis pada aspirasi/harapan dari masing-masing kontituennya; 3. Social Movement Planning. Perencanaan disusun berdasarkan

pergerakan masyarakat dimana di dalamnya terdapat individu atau kelompok yang secara struktur tidak mempunyai kekuatan, bergabung bersama dengan tujuan yang sama;

4. Collaborative Planning. Dalam model ini setiap partisipan bergabung untuk mengembangkan misi dan tujuannya, menyampaikan kepentingannya untuk diketahui bersama, mengembangkan saling pengertian atas masalah dan perjanjian yang meraka butuhkan, dan kemudian bekerja melalui serangkaian tugas yang diperjanjikan bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama.5

Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan system yang dibentuk dari unsur-unsur perencanaan, pembangunan dan daerah yang meliputi pengertian-pengertian :

1. Perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus yang melibatkan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada dengan sasaran untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan datan;

5

Gesellchaft fur Techische Zusammenarbeit (GTZ), 2000, Local Development Planning(Pengembangan Ekonomi Lokal), Kerjasama Teknis Jerman–Indonesia, GTZ Office, Jakarta


(25)

2. Pembangunan adalah serangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa menuju perubahan yang lebih baik6;

3. Daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat.7

4. Sehingga, perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah/daerah tertentu dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap tetapi tetap berpegang pada azas prioritas.

Ciri-ciri perencanaan pembangunan daerah, meliputi :

1. Menghasilkan program-program yang bersifat umum; 2. Analisis perencanaan yang bersifat makro/luas;

3. Lebih efektif dan efisien digunakan untuk perencanaan jangka menengah dan panjang;

6

Ginanjar Kartasasmita, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan , Jakarta;Cides

7


(26)

4. Memerlukan pengetahuan secara interdisipliner, general dan universal namun tetap memiliki spesifikasi masing-masing yang jelas;

5. Fleksibel dan mudah untuk dijadikan sebagai acuan perencanaan pembangunan jangka pendek;

Perencanaan pembangunan daerah diperlukan karena :

1. Adanya ketidakpuasan atas persoalan/masalah-masalah yang muncul sebagai tuntutan kebutuhan social yang tidak terelakkan, sehingga perencanaan berorientasi pada perubahan/perbaikan yang secara sadar diinginkan;

2. Adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki daerah, sementara peruntukan/ kebutuhannya beragam, sehingga perencanaan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi atau optimalisasi pemilikan dan pemanfaatan sumber daya;

3. Adanya keinginan/tujuan yang ingin dicapai untuk menjadi sesuatu yang lebih baik dan berorientasi masa depan;

4. Adanya keinginan untuk memacu perkembangan sosio-ekonomi dan mengurangi atau menghapus ketidakadilan dan eksternalitas maupun mengoreksi kegagalan/ketidaksempurnaan pasar untuk menjamin kepentingan public.


(27)

B. Tujuan Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan pembangunan jangka pendek adalah menunjang atau mendukung keberhasilan pembangunan proyek–proyek penunjang daerah.

Tujuan pembangunan jangka panjang adalah mengembangkan seluruh desa di Indonesia menjadi desa swasembada melalui tahap–tahap desa swadaya dan swakarya dan memperhatikan keserasian pembangunan daerah pedesaan dan daerah perkotaan, imbangan kewajiban antara pemerintah dan masyarakat serta keterpaduan yang harmonis antara program sektoral atau regional dengan partisipasi masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dalam rangka pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia8.

Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang

8

Sudirwo, Daeng. (1981).Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah Dan Pemerintahan DesaBandung: Penerbit Angkasa Bandung.Hal-64


(28)

selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun;

1. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun;Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan;

2. Renstra-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun;Rencana kerja-Satuan Kerja Perangkat Daerah atau disebut Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun;

3. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan;

4. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi;

5. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi;

6. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan;

7. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh alokasi anggaran


(29)

atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

8. Prakiraan maju adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun-tahun berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan guna memastikan kesinambungan kebijakan yang telah disetujui untuk setiap program dan kegiatan;

9. Indikator kinerja adalah alat ukur untuk menilai keberhasilan pembangunan secara kuantitatif dan kualitatif;

10. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah forum antarpemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah;

11. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah;

Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah;

1. Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;

2. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing;

3. Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencanapembangunan daerah;


(30)

4. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional;

5. Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan.

Asas desentralisasi, daerah otonom memiliki kewenangan yang secara luas dalam berbagai bidang, termasuk dalam hal perencanaan. Pada masa lalu perencanaan lebih banyak bersifat top down,maka pada masa sekarang lebih banyak bersifat bottom up.Perubahaan tersebut memiliki konsekuensi logis yang cukup luas, terlebih lagi aparat pemerintah yang ada sudah terbiasa menerima paket perencanaan yang baku.

Era manajemen strategis seperti sekarang ini, perencanaan di daerah harus didahului dengan penetapan visi terlebih dahulu. Kepala daerah memberikan visi pembangunan didepan DPRD, namun visi kepala daerah belum tentu akan menjadi visi pembangunan daerah otonom. Hal ini disebabkan DPRD yang menjadi wakil rakyat harus melihat apakah visi pembangunan yang direncanakan oleh kepala daerah sesuai dengan keadaan masyarakat dan didukung oleh sumber daya manusia yang baik atau tidak. Selain itu juga dampak pembangunan akan menguntungkan masyarakat luas atauhanya sebagian golongan saja. Jadi untuk menentukan visi pembangunan daerah otonom belum tentu sama dengan masa jabatan Kepala Daerah.


(31)

Badan Perencanaan Daerah Menurut Davidov dan Reiner Perencanaan dapat berarti: “Suatu proses untuk menetapkan tindakan yang selayaknya. Dengan demikian pilihan-pilihan yang tersediakan membentuk suatu proses perencanaan yang terdiri atas tiga macam peringkat: pertama, memilih tujuan dan syarat-syarat, kedua, mengenai seperangkat alternatif yang bersifat konsisten dengan ketentuan-ketentuan umum tersebut serta memilih suatu alternatif yang dikehendaki, ketiga, mengarahkan tindakan-tindakan yang menuju kepada pencapaian tujuan – tujuan yang telah ditentukan”.9

Dalam arti sempit perencanaan merupakan kegiatan persiapan dalam perumusan kebijaksanaan; sedang dalam arti yang luas perencanaan itu mencakup perumusan kebijaksanaan, penetapan kebijaksanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut. Pemikiran demikian timbul dari adanya bermacam teori perencanaan. Person (1945) mengemukakan delapan sifat khusus dari fungsi perencanaan, yaitu:

1. Perencanaan menyatukan penyelidikan dengan penyelenggraan dan membuat kedua–duanya berlangsung terus bersama–sama;

2. Perencanaan merupakan proses yang kontinu, karena administrasi dimana ia merupakan suatu bagian, adalah dinamis;

3. Perencanaan membedakan antara yang konstan dan yang bervariasi dalam suatu situasi;

9

Ateng Syafrudin, PerencanaanAdministrasi Pembangunan daerah, Mandar Maju, Bandung, 1993, h.5.


(32)

4. Sedapat mungkin harus berlangsung dalam perkiraan standa – standar yang meliputi tujuan – tujuan yang dirumuskan dengan tepat, kualitas dan cara –cara serta alat –alat penghasil yang bersifat teknologi yang dirumuskan dengan tepat baik yang berupa manusia maupun yang berupa materi;

5. Untuk suksesnya perencanaan tergantung pada organisasi fungsional dan pembagian tanggung jawab;harus berlangsung dalam tingkatan – tingkatan yang bermacam – macam masing – masing dengan spesialisasinya yang wajar;

6. Perencanaan adalah fungsi yang integral bukan suatu fungsi yang terlepas.;perencanaan memerlukan suatu standar yang terakhir yang dapat diukur misalnya laba, untuk membuatnya benar–benar efektif.10

Badan perencanaan adalah sebuah organisasi yang terpisah, dengan kantor dan badan stafnya sendiri. Tanggung jawab secara kemitraan untuk badan tersebut berbeda-beda disetiap negara. Sering badan tersebut bekerja di bawah Kementerian Keuangan. Ini bukan pemecahan terbaik, karena pandangan pejabat-pejabat keuangan dan pejabat-pejabat perencanaan tidak sama. Seorang pejabat perencanaan harus lebih tertarik dengan pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan menetapkan tujuan-tujuan baru.11

Badan Perencana harus bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk memepersiapkan anggaran modal tahunan. Mereka bisa

10


(33)

Saja mudah saling bertabrakan satu sama lain kecuali tanggung jawab mereka telah diberi batas dengan jelas, dan peralatan untuk koordinasi tetap jalan dengan lancar.12

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai penentuan tindakan yang akan dilaksanakan pada masa datang yang tujuannya untuk mencapai apa yang diinginkan. Perencanaan menurut Wilson adalah suatu proses yang mengubah proses lain atau mengubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang ditetapkan oleh perencanaan atau orang/badan yang diwakili perencanaan itu. Menurut Waterson mengemukakan tentang pengertian perencanaan merupakan usaha yang secara sadar, terorganisir dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Sampai saat ini belum ada definisi perencanaan yang memuaskan untuk semua pihak, masing-masing pakar perencanaan memberi definisi menurut pengertiannya sendiri, perencanaan adalah sebagai suatu penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu akan datang yang diarahkan pada tujuan tertentu. Memaknai definisi tersebut berarti perencanaan mempunyai unsur-unsur :

1. berhubungan dengan hari depan;

2. menyusun seperangkat kegiatan secara sistemik;

12


(34)

3. dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan sering disusun untuk memecahkan suatu masalah tertentu pada waktu tertentu pula.

Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinyu, meliputi dua aspek yaitu formulasi rencana dan pelaksanaannya. Banyak kesalahan pendapat yang terjadi bahwa dengan adanya suatu rencana pembangunan akan dengan sendirinya terselenggara suatu proses perencanaan (pembangunan).

Menerapkan suatu pemerintahan yang baik dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah maka perencanaan sebaiknya dengan melihat beberapa aspek tersebut :

1. Perencanaan Pembangunan Daerah yang Transparan:

Proses perencanaan dilaksanakan menganut prinsip keterbukaan dan menerapkan prinsip keadilan. Dapat pula diartikan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan harus dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik dapat secara langsung diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. 2. Perencanaan Pembangunan Daerah yang Partisipatif.

Proses perencanaan pembangunan harus mampu mengakomodir secara obyektif berbagai kebutuhan dan aspirasi masyarakat agar dapat menghasilkan konsensus bersama


(35)

menuju perubahan yang lebih baik dan diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu dalam setiap pengambilan keputusan memerlukan keterlibatan masyarakat. Partisipasi aktif tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak positif terhadap perencanaan pembangunan. Sebaliknya apabila partisipasi masyarakat diabaikan sedangkan mobilisasi masyarakat yang dikembangkan, proses pembangunan akan terhambat bahkan akan mengalami kegagalan, karena masyarakat kurang merasa memiliki hasil-hasil pembangunan.

3. Perencanaan Pembanguan Daerah yang Akuntabel:

Dalam melaksanakan proses perencana dilakukan dengan terukur, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga memudahkan dalam pengendalian. Akuntabillitas juga berarti menyelenggarakan perhitungan (account) terhadap sumber daya yang digunakan dan adanya konsistensi terhadap hasil-hasil perencanaan yang sudah disepakati dengan pelaksanaan bersama harus dijaga dan dipelihara.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maka perencanaan pembangunan daerah harus bersifat menyeluruh, sehingga mampu membangun sistem perencanaan pembangunan dengan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, dan top down-bottom up.


(36)

1. Pendekatan Politik:

Pendekatan ini memandang bahwa proses penyusunan rencana erat kaitannya dengan proses politik. Perencanaan yang dilakukan pemerintah akan berisi rencana strategis pemerintahan yang akan berlangsung selama masa kerjanya. Dengan demikian rencana yang dibuat sifatnya menjadi sebuah dokumen politis yang akan menjadi bahan evaluasi kinerja pemerintah bersangkutan.

2. Pendekatan Teknokratik:

Perencanaan dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

3. Pendekatan Partisipatif:

Perencanaan dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Dengan demikian pendekatan partisipatif mensyaratkan adanya partisipasi aktif dari masyarakat untuk turut serta menentukan perencanaan pembangunan dalam sebuah hubungan yang didasarkan pada bentuk-bentuk kemitraan dengan pemerintah. Melibatkan masyarakat secara langsung akan membawa kontribusi positif dalam proses perencanaan pembangunan itu sendiri, sehingga terhindar dari peluang terjadinya manipulasi karena akan memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki


(37)

oleh masyarakat, memberi nilai tambah pada legitimasi perumusan perencanaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Perencanaan partisifatif berangkat dari keyakinan bahwa keberhasilan program-program pembangunan ditentukan oleh komitmen semua stakeholders yaitu sejauh mana mereka terlibat dalam proses perencanaan tersebut. 4. PendekatanTop Down-Bottom Up:

Perencanaan dilakukan menurut jenjang pemerintahan. Perencanaan dari bawah ke atas (bottom up) dianggap sebagai pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang sebagai kebutuhan nyata. Perencanaan dari atas ke bawah (top down) adalah pendekatan perencanaan yang menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci. Rencana rinci yang berada “ di bawah “ adalah penjabaran rencana induk yang berada “ di atas “. Proses berjenjang diharapkan dapat mempertajam analisis diberbagai tingkat musyawarah perencanaan pembangunan.


(38)

C. Perencanaan Pembangunan

Pada haketnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi seperti peristiwa, keadaan, suasana dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira, manipulasi atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit melainkan persiapan perencanaan harus dinilai. Bangsa lain yang terkenal perencanaannya adalah bangsa Amerika Serikat.

Perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari suatu program sehingga bangsa Amerika dan bangsa Jepang akan berlama-lama dalam membahas perencanaan daripada aplikasinya. Pembangunan Jangka Panjang boleh dikatakan telah berhasil meletakkan landasan yang kuat bagi pembangunan Jangka Panjang berikutnya. Adapun tujuan Pembangunan Jangka Panjang adalah mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir batin dalam rangka mewujudkan masyarakat adil makmur dalam negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Rumusan yang luas tersebut dapat kita sebut tujuan normatif atau visi normatif dari pembangunan nasional. Dalam rangka pencapaian tujuan normatif Pembangunan Jangka Panjang tersebut di rumuskan pula sebagai sasaran umum ialah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.

Masyarakat semakin berkembang, semakin cerdas dan semakin luas pula horison pilihannya sebagai hasil sumber daya manusia Indonesia. Menghadapi Pembangunan Jangka Panjang banyak hal yang perlu di


(39)

perhitungkan untuk lebih mengarahkan tujuan atau sasaran umum yang akan dicapainya harus lebih rinci agar perkembangannya tidak melebar atau melenceng tanpa arah yang jelas. Dalam kerangka ini perlu dirumuskan suatu tujuan dan sasaran yang strategis. Sebagai unsur di dalam pertama di dalam program pengembangan umum Indonesia guna mencapai tujuan Pembangunan Jangka Panjang terutama di bidang kesehatan haruslah berpijak pada dua prinsip pokok yaitu sifatnya yang komprehensif dan dinamis.

Sifat yang komprehensif disebabkan karena seluruh program pembangunan nasional yang pada hakekatnya dilaksanakan oleh manusia Indonesia yang mampu untuk melaksanakannya. Manusia Indonesia tersebut adalah manusia hasil binaan pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan tuntutan pasar atau tuntutan pembangunan nasional. Untuk menjadi bangsa yang mandiri, pada dasarnya tidak ada satupun sektor kehidupan bangsa atau sektor pembangunan nasional yang tidak dijamah oleh Sumber Daya Manusia Indonesia. Apabila Sumber Daya Manusia Indonesia yang tidak dipersiapkan maka sektor-sektor tersebut akan diisi oleh tenaga-tenaga asing sesuai dengan dinamisme kehidupan dunia dewasa ini yaitu dunia terbuka.

Dunia yang terbuka memungkinkan persaingan antar manusia dan antar bangsa. Hanya bangsa dan manusia yang terampil, bermutu yang akan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa yang lain dalam era globalisasi ini. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang komprehensif


(40)

berarti bahwa bahwa perencanaan tersebut haruslah sejalan dan seiring dengan strategi pembangunan serta prioritas nasional. Sesuai dengan arah dan sasaran Pembangunan Jangka Panjang maka perencanaan umu nasional haruslah dinamis sesuai dengan dinamika yang hidup di dalam masyarakat Indonesia yang sedemakin tinggi mutu kehidupannya dan tingkat pemikiran rakyatnya.

Dinamika masyarakat yang semakin meningkat menuntut partisipasi masyarakat luas untuk memberdayakan masyarakat dan mengikutsertakan dinamika masyarakat. Hal ini berarti pula bahwa proses perencanaan harus rentan pada perubahan yang hidup di dalam kehidupan yang nyata dan bukan merupakan rekayasa dari atas atau pemerintah pusat. Meskipun tidak seluruhnya rekayasa pemerintah bersifat negatif tetapi dinamika menuntut suatu adonan yang serasi antara tuntutan pemerintah pusat dengan keikutsertaan masyarakat banyak.

Kebutuhan pasar dan kebutuhan rakyat banyak mencerminkan meningkatkan kehidupan demokrasi dan juga merupakan hasil suatu proses perencanaan umum yang semakin dekat dengan kebutuhan masyarakat. Perencanaan umum yang dibutuhkan masyarakat masa depan adalah perencanaan yang didorong oleh mekanisme pasar dan kebutuhan. Yang berarti tujuan pembangunan nasional akan lebih dekat dan mendapat support dari masyarakat secara utuh. Dan selanjutnya dunia masa depan, dunia abad 21 sebagai abad informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi telah mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia yang


(41)

sedang menapak kearah masyarakat industri. Transformasi masyarakat masa depan menuntut suatu visi perencanaan umum yang jelas serta mengakomodasikan dinamika transformasi sosial ekonomi masyarakat.

Era teknologi komunikasi akan lebih mendekatkan manusia satu dengan yang lain sehingga dinamika tersebut harus ditampung untuk lebih mensukseskan tercapainya tujuan pembangunan nasional. Visi strategis tersebut harus dapat mengarahkan proses perencanaan umum nasional sehingga dengan demikian program-program pembangunan nasional yang diprioritaskan pada segala bidang akan di support oleh adanya Sumber Daya Manusia Indonesia yang cerdas dan terampil sesuai dengan kebutuhan masyarakat global.

1. Perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

2. Perencanaan merupakan proses memilih diantara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan adalah sebuah konsep yang terencana dan disusun secara sistematis oleh suatu badan tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Perencanaan adalah pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan adalah suatu


(42)

proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan dan haruslah diimplementasikan.

3. Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

4. Pembangunan adalah transformasi dari negara terbelakang menjadi negara maju dan dapat dijelaskan melalui urutan tingkatan atau tahap. 5. Pembangunan adalah usaha yang secara sistematis direncanakan dan

dilakukan untuk mengubah situasi dan kondisi masyrakat ke taraf yang lebih sempurna.

6. Pembangunan salah satu bentuk perubahan sosial dan modernisasi adalah bentuk khusus dari pembangunan sedangkan industrialisasi adalah salah satu segi dari pembangunan.

Pembangunan adalah perubahan kearah kondisi yang lebih melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan adalah pembaharuan yang juga merupakan suatu bentuk perubahan ke arah yang dikehendaki tetapi lebih terkait dengan nilai-nilai atau sistem nilai. Dengan melihat kedua pengertian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa Perencanaan Pembangunan adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya yang ada dalam rangka


(43)

meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu.13

Perencanaan Pembangunan mulai diperbincangkan untuk dipakai pada pemerintahan daerah sejak awal tahun 1980an, Sebelum tahun 1980an, para perencana perusahaan dan perencana perkotaan tidak pernah saling berkomunikasi untuk bertukar cara berpikir perencanaan. Pada masa tersebut, Perencanaan Pembangunan yang diadopsi dari model dunia bisnis dipakai dalam yurisdiksi beberapa pemerintahan kota di Amerika Serikat antara lain : San Fransisco, San Luis Obispo, dan Pasadena (Kalifornia); Philadelphia (Pennsylvania); Albany (New York); dan Memphis, (Tennessee). Perencanaan Pembangunan telah diterapkan tidak hanya pada bidang pembangunan ekonomi, tapi juga di bidang-bidang publik lainnya, antara lain: transportasi, kesehatan, dan lingkungan.

Pustaka yang sedang berkembang tentang Perencanaan Pembangunan untuk sektor publik dan nirlaba membantu kita untuk menarik kesimpulan tentang hal-hal yang perlu dalam memulai proses Perencanaan Pembangunan yang efektif. Suatu organisasi, jaringan antar organisasi, atau komunitas yang ingin melakukan Perencanaan Pembangunan perlu mempunyai:

1. Paling sedikit punya satu sponsor yaitu stakeholder yang mempunyai posisi atau wewenang untuk melegitimasi proses perencanaan tersebut.

13

http://lewokedaerik.blogspot.co.id/2012/10/pada-haketnya-perencanaan-merupakan.html


(44)

2. Paling sedikit satu pembela (pendukung kuat) untuk mendorong proses agar berjalan terus.Sebuah tim Perencanaan Pembangunans.Kesadaran bahwa proses mungkin akan mendapat hambatan atau keterlambatan.

3. Sikap yang fleksibel (luwes) tentang “seperti apakah” suatu rencana strategis itu.

4. Kemampuan untuk menggalang informasi dan orang-orang pada waktu-waktu tertentu untuk berpartisipasi dalam diskusi dan pengambilan keputusan penting.

5. Keinginan untuk membangun/menyusun dan mempertimbangkan perbedaan - perbedaan kriteria evaluasi (meskipun sangat berbeda).

Unsur penting lainnya, yaitu langkah-langkah dasar Perencanaan Pembangunan di tingkat masyarakat, yang terdiri dari:

1. Mengkaji lingkunganscan the environmen 2. Memilih isu-isu kunciselect key issues

3. Merumuskan pernyataan misi atau tujuan umum/visi set mission statements or broad goals

4. Melakukan kajian eksternal dan internal undertake external dan internal analyses

5. Mengembangkan tujuan, sasaran, dan strategi yang terkait dengan tiap isu kunci develop goals, objectives, and strategies with respect to each issue


(45)

6. Mengembangkan rencana implementasi untuk menjalankan tindakan-tindakan strategis develop an implementation plan to carry out strategic actions

7. Memantau, memperbarui, dan mengkaji monitor, update, dan scan

Bryson, Freeman, dan Roering membedakan lima model Perencanaan Pembangunan yaitu: kebijakan Harvard, portofolio, ekonomi industri, stakeholder, dan model-model proses keputusan. Unsur sentral Perencanaan Pembangunan bidang publik terdapat pada akronim SWOT, yang diangkat dari model kebijakan Harvard. SWOT merupakan kepanjangan dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman), yang dikaji dari masyarakat, sebagai dasar bagi penyusunan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam bidang isu-isu kunci.

Unsur penting lainnya, yaitu langkah-langkah dasar Perencanaan Pembangunan di tingkat masyarakat, yang terdiri dari:

1. Mengkaji lingkungan (scan the environment); 2. Memilih isu-isu kunci (select key issues);

3. Merumuskan pernyataan misi atau tujuan umum/visi (set mission statements or broad goals);

4. Melakukan kajian eksternal dan internal (undertake external dan internal analyses);


(46)

5. Mengembangkan tujuan, sasaran, dan strategi yang terkait dengan tiap isu kunci (develop goals, objectives, and strategies with respect to each issue);

6. Mengembangkan rencana implementasi untuk menjalankan tindakan-tindakan strategis (develop an implementation plan to carry out strategic actions);

7. Memantau, memperbarui, dan mengkaji (monitor, update, dan scan).

Manajemen stratejik berkaitan dengan perumusan arah pengembangan organisasi ke masa depan, untuk mencapai sasaran-sasaran jangka panjang dan jangka pendek. Menurut Boseman dan Phatak proses manajemen atau perencanaan stratejik mencakup tujuh bagian yang saling berkaitan, sebagai berikut:

1. Penilaian terhadap organisasi, dalam hal kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan (strengths, weakness, opportunities, and threats atau disingkat sebagai SWOT).

2. Perumusan misi organisasi.Perumusan falsafah dan kebijakan organisasi.

3. Penetapan sasaran-sasaran stratejik. 4. Penetapan strategi organisasi. 5. Implementasi stratejik organisasi.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian yang bersifat normatif yaitu proses untuk menemukan suatu aturan hukum,maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yangdi hadapi1

B. Jenis Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber hukum pertama atau objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung terhadap narasumber untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, antara lain :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan daerah :

1) Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(48)

2) Undang – Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer, yang terdiri dari :

1) Buku-buku literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti

2) Makalah-makalah atau jurnal hukum, khususnya yang berkaitan dengan peran Bappeda

3) Berkaitan dengan masalah yang di teliti 4) Surat kabar

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum atau memberikan petunjuk bahan primer dan sekunder tentang informasi yang erat kaitannya dalam membantu proses ini, terdiri dari kamus (hukum), kamus indonesia, ensiklopedia.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail dari subjek penelitian, yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Kepala BAPPEDA atau yang mewakili.


(49)

Studi kepustakaan adalah suatu cara memperoleh data dengan cara menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Studi kepustakaan dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertai peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian adalah di wilayah Kabupaten Bantul.

E. Narasumber

Narasumber merupakan seseorang yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti mengenai suatu infomarsi fakta atau pendapat yang dilakukan dalam bentuk lisan atau wawancara langsung terhadap pihak yang terkait langsung dengan penelitian. Narasumber dalam penelitian kali ini adalah Kepala Bappeda atau yang mewakili.

F. Teknik Analisis Data

Metode analisa dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang artinya upaya untuk mengungkap makna dari data penelitian dengan cara mengumpulkan data sesuai dengan klasifikasi tertentu. Analisa data kualitatif dilakukan secara induktif, terjun kelapangan dan mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada dilapangan. Dari hasil lapangan yang diperoleh kemudian data tersebut


(50)

di analisis sehingga menemukan makna yanng kemudian makna itulah menjadi hasil penelitian.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran Bappeda Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Bantul

1. Pengertian Bappeda

Bappeda Kabupaten Bantul sebagai lembaga teknis perencanaan, dituntut untuk mampu berperan sebagai subjek perencanaan Kabupaten yang profesional, mampu menyusun perencanaan yang dapat mengakomodasi perubahan yang terjadi baik aspek ekonomi, sosial budaya dan sumber daya pemerintahan serta fisik dan prasarana secara aktual, faktual dan kontekstual sehingga dapat memberikan kontribusi nyata bagi meningkatnya kemakmuran warga Kabupaten Bantul.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau Bappeda, adalah lembaga teknis daerah dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan ini mempunyai tugas pokok membantu Gubernur/Bupati/Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di bentuk berdasarkan pertimbangan:


(52)

a. Bahwa dalam rangka usaha peningkatan keserasian pembangunan di daerah diperlukan adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah;

b. Bahwa dalam rangka usaha menjamin laju perkembangan, keseimbangan dan kesinambungan pembangunan didaerah, diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh, terarah dan terpadu

Pemerintah Daerah ialah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1

Seiring dengan ditetapkannya Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintah daerah diberikan pelimpahan wewenang oleh pemerintah pusat untuk melakukan perencanaan pembangunan daerah wilayahnya hal ini berimplikasi pada perubahan beban tugas dan struktur organisasi yang menjadi wadahnya. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah ini terkandung subtansi secara mendasar sebagai berikut:

1Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah


(53)

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan meteri kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara profesional yang diwujudkan dengan pengaturan pemabagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;

b. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip–prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah;

c. Otonomi daerah mendorong untuk memberdayakan masyarakat menumbuhkan kreativitas masyarakat serta mengembangkan peran dan fungsi DPRD;

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontitusi negara, tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga tetap menjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta hubungan antar daerah;

e. Pemberdayaan peranan dan fungsi badan legislatif daerah (DPRD) baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran antar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

f. Pelaksanakan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakan pada daerah kabupaten dan daerah kota sedangkan otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas. Terdapat tiga pola otonomi yaitu, Kabupaten, Kota, Propinsi;


(54)

g. Propinsi sebagai daerah otonom juga sebagai wilayah administratif bukan merupakan atasan dari Daerah Kabupaten/Kota, tidak bersifat lintas Kabupaten/Kota, serta melaksanakan kewenangan otonomi yang belum/tidak dapat dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota;

h. Kewenangan propinsi juga melaksanakan tugas – tugas pemerintah pusat tertentu yang dilimpahkan dalam rangka asas dekosentrasi dan pembantuan;

i. Kepala daerah dipilih oleh masyarakat dan bertanggungjawab kepada DPRD. Kepala daerah juga diwjibkan melaporkan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri mengenai penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

j. Pembentukan perngkat daerah didasarkan/disesuaikan kepada kebutuhan dan kemampuan daerah masing–masing yang dicantumkan dalam PERDA (Peraturan Daerah) sesuai dengan pedoman yang kemudian ditetapkan pemerintah berupa PP (Peraturan Pemerintah); k. PERDA (Peraturan Daerah) ditetapkan oleh kepala daerah dengan

persetujuan DPRD dalam rangka pengawasan masyarakatpada PERDA yang dikeluarkan kepala daerah;

l. Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan pengaturan keuangan dan sumber keuangan yang memadai bagi daerah namun harus tetap bertanggung jawab;

m. Pemerintah Daerah juga diberikan kewenangan pengelolahan sumber daya yang terdapat diwilayah laut. Dalam masa transisi yang terjadi


(55)

perlu dilakukan penataan pemilahan kewenangan dan kelembagaan baik di pusat dan di daerah.

Pelaksanaannya sangat tergantung pada kemampuan para penyelenggara negara pada tingkat pusat dan daerah dalam mempersiapkan ketentuan pelaksanaan dan mempersiapkan sumber daya manusia sebagai pelaksanaan dalam mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Hubungan kekuasaan (gezagsver houding) antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga merupakan hubungan dan pembagian tugas negara kepada penyelenggara negara pada tingkat pusat secara nasional dan daerah secara regional dan lokal. Pembagian tugas kewajiban dan kewenangan serta tanggung jawab secara vertikal menurut Undang Undang Dasar 1945 ditetapkan berdasarkan:

a. Pelimpahan tugas kewajiban dan kewenangan (dekosentrasi);

b. Penyerahan tugas kewajiban, kewenangan dan tanggungjawab tertentu (desentralisasi);

c. Pengikutsertaan Pemerintah daerah untuk melaksanakan asas dekonsentrasi atas tanggung jawab pemerintah pusat.2

Otonomi daerah merupakan dampak yang timbul dari proses peralihan dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah pusat kepada

2

Victor M. Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h. 95.


(56)

pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintah. Tujuan otonomi adalah mencapai efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat.

Inti konsep pelaksanaan otonomi daerah, adalah upaya memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal – hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Dengan demikian, tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyatra dengan penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak terabaikan.3

Orientasi penyelenggaraan pemerintah sejak berdirinya selalu tertuju kepada pembangunan, hingga pertimbangan pemberian otonomi pun perlu disesuaikan dengan potensi daerahnya agar mampu selain menyelenggarakan urusan–urusannya juga mampu membangun. DPR dalam hal ini wakil rakyat sering kali mengatakan bahwa penyelenggaraan Otonomi Daerah harus dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Pada dasarnya sudah tentu bahwa dalam prakteknya tidak dapat lepas kaitannya dari

3

HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001,h. 2.


(57)

pembangunan nasional, dalam rangka mencapai tujuan negara, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.4

Otonomi daerah bukan hanya membebani rakyat, melainkan bagaimana memberikan peleyanan yang lebih baik kepada masyarakat. Yang harus dicermati adalah otonomi daerah membawa perubahan berupa aspirasi daerah. dihadapkan pada situasi serba mendadak dan diluar dugaan, jelas timbul kebingungan yang bisa menjadi sumber peluang karena daerah memiliki pejabat pemerintah daerah yang melayani rakyat bervisi konsumen yang utama. Yang harus ditanamkan pada diri kita semua adalah visi menjunjung tinggi konsumen yang didahulukan.

Pengusaha dan pemerintah daerah harus melayani relasi, karena kekuatan ada dikonsumen.5 Ketentuan Undang – Undang Nomor 23 tahun 2014 telah dikemukakan bahwa Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya yang dimaksud dengan daerah otonom menurut Undang–Undang Nomor 12

4

Dann Sughanda, Masalah Otonomi dan Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,Sinar Baru, Bandung, 1991, hal. 101

5

HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 118


(58)

tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.6 Berikut merupakan struktur organisasi BAPPEDA yang merupakan penjabaran dari tugas pokok serta fungsi di kabupaten Bantul :

a. Kepala Badan; b. Sekretariat;

c. Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan; d. Bidang ekonomi Bidang Fisik dan Prasarana; e. Bidang Sosial dan Budaya;

f. Kelompok Jabatan Fungsional;

Penyelenggaraan urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan sebagaimana diamanatkan oleh pasal 14, ayat (1), Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Kewenangan tersebut kemudian dipertegas kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kabupaten, dari 26 (dua puluh enam) urusan sesuai dengan pasal 7, ayat (2), BAPPEDA sebagai salah


(59)

satu lembaga teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah, mengemban 3 (tiga) urusan wajib yang wajib dilaksanakan, yaitu urusan penataan ruang, perencanaan pembangunan dan urusan statistik. Selain itu dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tidak kurang terdapat 13 (tiga belas) pasal yang menyatakan dan menetapkan secara langsung fungsi dan peran Kepala BAPPEDA, yaitu:

a. Pasal 10, ayat (2): “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah”;

b. Pasal 11, ayat (3): “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah”;

c. Pasal 12, ayat (2): “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah”;

d. Pasal 14, ayat (2): “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas dan arah kebijakan keuangan daerah”.

e. Pasal 15, ayat (4): “Kapala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD”; Rancangan Akhir Rencana Kerja Tahun 2016 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 21;


(60)

f. Pasal 16, ayat (4): “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah”;

g. Pasal 18, ayat (2): “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah”.

h. Pasal 20, ayat (2): “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM Daerah”;

i. Pasal 21, ayat (4): “Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan RENJA-SKPD”;

j. Pasal 22, ayat (4): “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD”;

k. Pasal 24, ayat (2): “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang”;

l. Pasal 28, ayat (2): “Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan pembangunan dari masing-masing SKPD”;

m. Pasal 29, ayat (3): “Kepala Bappeda menyusun evaluasi pembangunan berdasarkan hasil evaluasi SKPD”.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009, Bappeda Kabupaten Bantul didukung ketersediaan dan kemampuan sumber daya aparatur, sarana prasarana, pengelolaan anggaran program dan kegiatan, peningkatan produk


(61)

perencanaan serta kinerja perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan termasuk sinergitas dan koordinasi perencanaan pembangunan antar SKPD, antar kabupaten/Kabupaten dan dengan pemerintahan Provinsi maupun Pusat.

Selama pelaksanaan otonomi daerah pada umumnya kualitas penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan. Beberapa indikator yang memperlihatkan adanya peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan tersebut meliputi:

a. Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah melalui pendekatan perencanaan partisipatif ditandai dengan peningkatan intensitas keterlibatan berbagai unsur pemangku kepentingan (stakeholders ), pembangunan antara lain : DPRD, LSM, Lembaga masyarakat tingkat kelurahan/kecamatan, organisasi rofesi, perguruan tinggi, dan sektor swasta dalam mengikuti temu aspirasi dalam mekanisme Musrenbang yang telah agenda tetap tahunan Pemerintah Kabupaten Bantul;

b. Rancangan Akhir Rencana Kerja Tahun 2016 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

c. Semakin sederhana penyusunan rencana pembangunan dengan; d. Terbangunnya Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan


(62)

e. Meningkatnya kualitas koordinasi dengan SKPD dalam perumusan perencanaan pembangunan daerah;

f. Meningkatnya keterkaitan dan konsistensi antara dokumen perencanaan dengan mekanisme penyusunan anggaran;

g. Meningkatnya kepercayaan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya terhadap mekanisme erencanaan dengan disosialisasikannnya Sistem Informasi Musrenbang dan Peraturan Daerah tentang Mekanisme Parencanaan yang memberikan jaminan 30 % akomodasi tehadap usulan Musrenbang;

h. Meningkatnya kualitas hasil pengendalian dan evaluasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebagai bahan untuk perencanaan selanjutnya. Peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan belum secara signifikan diikuti oleh peningkatan kualitas produk perencanaan.

Hal ini disebabkan adanya beberapa tantangan dan permasalahan pokok antara lain:

a. Indikator Kinerja Program dan Kegiatan masih membingungkan; b. Belum sama pemahaman tentang pengertian indikator terutama

untuk indicator outcome;

c. Optimalisasi koordinasi antara institusi perencana dengan pemegang otoritas penganggaran, untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, sehingga program dan kegiatan


(63)

yang telah direncanakan tidak tereduksi di dalam proses penganggaran;

d. Masih kurangnya SDM yang memiliki skill dan kompetensi sesuai dengan tugas dan kewajiban utama-nya;

e. Belum optimalnya alokasi anggaran untuk pengembangan SDM; f. Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis

yang menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan Bottom Up;

g. Belum optimalnya pengelolaan dan ketersediaan data pembangunan sebagai bahan penyusunan dokumen perencanaan. Dalam perkembangan Bappeda kedepan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang dimiliki, BAPPEDA diharapkan responsif, kreatif dan inovatif agar mampu menjawab perubahan lingkungan dan tantangan untuk mewujudkan perencanaan berkualitas dengan Rancangan Akhir Rencana Kerja Tahun 2016 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mengedepankan pendekatan perencanaan partisipatif diawali dengan meningkatkan kualitas perencanaan teknokratik melalui peningkatan kapasitas dan komitmen SDM perencanaan, memantapkan kelembagaan perencanaan di tingkat basis, serta koordinasi dan komunikasi antar pemangku kepentingan.

Pembangunan Daerah adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir, Artinya bahwa pembangunan adalah konsep mengenai perubahan (sosial) yang berlangsung terus menerus menuju kearah


(64)

peningkatan dan kemajuan. Sedangkan menurut Biddle dan Bidle bahwa pembangunan adalah proses usaha untuk menjadikan manusia lebih mampu untuk hidup dan mengontrol berbagai segi kehidupan masyarakat yang sedang berubah.

Proses pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung dari manusia dan stabilitas sosialnya; karena itu pembangunan tidak semata-mata upaya pemerintah saja, namun peran serta masyarakat pula memiliki kreatif dalam proses pembangunan. Pendapat lainnya mengutarakan bahwa pembangunan adalah suatu kenyataan fisik dan suatu keadaan jiwa yang diupayakan cara-caranya oleh masyarakat melalui suatu kombinasi berbagai proses sosial, ekonomi dan kelembagaan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, pengertian lainnya pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana, yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Dari pengertian ini terdapat ide-ide pokok menyatakan bahwa:

a. Pembangunan merupakan suatu proses;

b. Pembangunan merupakan usaha yang secara sadar dilaksanakan;

c. Pembangunan dilakukan secara berencana, yang berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan;


(65)

d. Pembangunan mengarah pada modernitas;

e. Modernitas yang dicapai melalui pembangunan itu bersifat multi dimension;

f. Kesemua hal yang telah disebutkan di atas ditujukan pada usaha membina bangsa yang terus menerus harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan negara yang telah ditentukan sebelumnya;

Pembangunan pada hakikatnya merupakan proses perubahan sosial ekonomis yang bertujuan meningkatkan taraf hidup, kualitas kehidupan dan martabat manusia. Proses perubahan yang positif dalam arti bahwa perubahan mengandung pengertian pengarahan dan tujuan sebagaimana terungkap dalam sasaran dan usaha dari apa yang disebut perilaku pembangunan. Hal yang terkandung dalam konsep pembangunan menurut Bryant dan White yaitu:

a. Pembangunan berarti memperhatikan dan mengusahakan tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk mengadakan perubahan; b. Pembangunan berarti mengusahakan adanya pemerataan dan

kebersamaan;

c. Pembangunan berarti pemberian hak, kewenangan atau kekuatan untuk mengontrol masa depan kepada masyarakat;

d. Setiap masyarakat merupakan komponen sistem yang lebih besar, setiap masyarakat perlu bekerjasama satu dengan yang lain agar masing-masing mampu berkembang secara mandiri;


(66)

Munculnya gagasan tentang perencanaan pembangunan daerah berawal dari pandangan:

a. yang menganggap perencanaan pembangunan nasional tidak cukup efektif memahami kebutuhan warga negara yang berdomisili dalam suatu wilayah administratif dalam rangka pembangunan daerah. Menurut pandangan ini, pembangunan daerah hanya bersifat pembangunan oleh pemerintah pusat di daerah, sehingga masyarakat daerah tidak mampu mengakses pada proses pengambilan keputusan publik untuk menentukan nasib sendiri; b. munculnya kebijakan pemerintah nasional yang memberikan

kewenangan lebih luas kepada penyelenggara pemerintahan daerah dalam rangka penerapan kebijakan desentralisasi.

Secara umum perencanaan pembangunan daerah didefinisikan sebagai proses dan mekanisme untuk merumuskan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek di daerah yang dikaitkan pada kondisi, aspirasi, dan potensi daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Secara praktis perencanaan pembangunan daerah didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dari berbagai pelaku (aktor), baik umum (publik) atau pemerintah, swasta maupun kelompok masyarakat lain pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling kebergantungan dan keterkaitan aspek-aspek fisik, sosial ekonomi, dan aspek-aspek lingkungan lainnya dengan cara :


(67)

1. secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah;

2. merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah;

3. menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahan masalah (solusi);

4. melaksanakannya dengan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia; dan

5. sehingga peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan.

Perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan syarat-syarat: a. Kejelasan data kependudukan, karena penduduk merupakan sasaran

pemanfaat dari perencana pembangunan, ketidakjelasan data kependudukan menyebabkan perencanaan pembangunan akan menemui kesulitan dalam menentukan penyusunan alokasi pembangunan;

b. Kejelasan batas wilayah administratif yang menjadi jangkauan perencanaan, kadang-kadang perencanaan pembangunan daerah dilakukan dalam suatu wilayah yang batas-batasnya tidak jelas;

c. Kejelasan pembiayaan, ketidakjelasan pembiayaan akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan, hal ini biasanya diakibatkan


(68)

oleh kesulitan dalam menentukan sumber daya pembangunan yang hendak dipakai untuk membiayai perencanaan pembangunan.

2. Peran Bappeda Kabupaten Bantul

Sebelum dikeluarkannya Revisi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, Bappeda menggunakan aturan Kemendragi 54 untuk menyusun dokumen dokumen dalam perencanaan pembangunan daerah. Peran Bappeda dalam penyusunan rencana pembangunan daerah disana adalah semua perencanaan yang mengatur mengenai SKPD untuk pembangunan daerah dalam jangka waktu tahun ini, jangka waktu mengengah atau jangka waktu panjang.

Peran Bappeda dalam perencanaan pembangunan dimulai dari tingkat kecamatan lalu meluas sampai di Kabupaten dan juga Bappeda tidak hanya mengambil keputusan sendiri atau individualis melainkan Bappeda juga meminta pendapat ataupun masukan dari masyarakat sekitar demi kelancaran dan kesuksesan rencana pembangunan daerah.

Bappeda dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang memfasilitasi perencanaan daerah juga meminta kepada DPR untuk melaksanakan perencanaan pembangunan daerah di masa-masa yang akan datang demi kemajuan dserah di Kabupaten Bantul. Bappeda dalam penyusunan perencanaan daerah mengeluarkan sebuah dokumen rencana pembangunan yang dibagi dalam 3 bentuk :


(69)

Rencana ini berjalan selama 20tahun dr pertama kali rencana disejuti. RPJPD ini sudah berjalan mulai dari 2006 dan akan berakhir pada tahun 2025.

b. RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) : Rencana pembangunan daerah ini berguna selama 5 tahun kedepan dari pertama kali di gunakan, rencana jangka menengah ni biasa digunakan ketika pergantian Bupati dan berfungsi sebagai rencana bupati baru dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan Kabupaten Bantul, dalam setiap pergantian Bupati pasti memerlukan rencana pembangunan 5 tahun kedepan dan ini juga termasuk peran dari Bappeda sebagai Lembaga yang memfasilitiasi kegiatan Bupati tersebut. c. RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah) :

Rencana ini dilakukan setiap pergantian tahun dan ini juga termasuk salah satu fasilitas yang diberikan oleh Bappeda untuk kemajuan Kabupaten Bantul.

Rencana kerja atau bisa juga disebut renja merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode selama 1 tahun. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mewajibkan setiap satuan kerja perangkat daerah untuk menyusun rencana kerja atau Renja SKPD sebagai pedoman kerja selama periode 1 tahun dan berfungsi untuk menerjemahkan perencanaan strategis lima tahunan yang


(70)

dituangkan dalam Renstra SKPD kedalam perencanaan tahunan yang sifatnya lebih operasional.

Sebagai sebuah dokumen yang resmi, Rencana Kerja SKPD mempunyai kedudukan yang strategis yaitu menjembatani antara perencanaan pada satuan kerja perangkat daerah atau SKPD dengan rencana kerja pembangunan daerah RKPD sebagai implementasi pelaksanaan strategis jangka menengah RPJMD dan Renstra SKPD yang menjadi satu kesatuan untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Daerah. Rencana Kerja SKPD disusun oleh masing-masing satuan kerja perangkat daerah secara terpadu, partisipatif dan demokratis. Rencana Kerja SKPD digunakan sebagai dasar penyususnan rencana kerja anggaran RKA perangkat daerah untuk penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD kabupaten dan sebagai dasar pengusulan progam atau kegiatan yang akan dibiayai APBD Provinsi dan APBN.

Dokumen Rencana kerja SKPD pada dasarnya merupakan suatu proses pemikiran strategis untuk menyikapi isu-isu yang berkembang dan mengimplementasikannya dalam progam dan kegiatan SKPD. Kualitas dokumen rencana kerja sangat ditentukan oleh kualitas progam dan kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga penyususnan rencana kerja SKPD sangat ditentukan oleh kemampuan SKPD dalam menyusun,


(71)

mengorganisasikan, mengimplementasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi pencapaian progam dan juga kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD.

Berdasarkan Permendagri Nomor 54 tanhun 2010 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, proses penyusunan rencana kerja SKPD terdiri dati 3 tahapan utama yaitu tahap persiapan, penyusunan, tahap penyusunan rancangan, dan tahap penetapan renja SKPD. Tahapan persiapan meliputi pembentukan tim penyusun RKPD dan Renja SKPD, orientasi mengenai RKPD dan Renja SKPD, penyusunan agenda kerja, serta penyiapan data dan informasi. Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan menjadi dokumen renja SKPD yang definitif.

Penyusunan rancangan rencana kerja SKPD mengacu pada kerangka arahan yang dirumuskan dalam rancangan awal RKPD. Oleh karena itu penyusunan rancangan rencana kerja SKPD dapat dikerjakan secara simultan/pararel dengan penyusunan rancangan awal RKPD, dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap kondisi eksisting SKPD, evaluasi pelaksanaan Rencana Kerja SKPD tahun-tahun sebelumnya dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian Renstra


(1)

✜ ✢

Bappeda berupaya melaksanakan sesuai aturan yang tertera dalam Undang-Undang tersebut, namun karena kelemahan Undang-Undang tersebut yang membuat Bappeda sebagian pelaksanaannya masih berpedoman menggunakan aturan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 , namun Bappeda tetap mengalihkan ke aturan yang baru atau regulasi ke PeraturanPerundang-undangan yang Baru dalam dokumen perencanaan. Pada intinya pada masa transisi ini Bappeda tetap menggunakan Undang-undang yang baru yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 namun tetap berpedoman dengan Undang-Undang yang lama.


(2)

✣ ✤

BAB V Penutup A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang peran Bappeda dalam perencanaan pembangunan di kabupaten Bantul, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Peran Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Bantul.

Peran Bappeda dalam perencanaan pembangunan dimulai dari tingkat kecamatan lalu meluas sampai di Kabupaten dan juga Bappeda tidak hanya mengambil keputusan sendiri atau individualis melainkan Bappeda juga meminta pendapat ataupun masukan dari masyarakat sekitar demi kelancaran dan kesuksesan rencana pembangunan daerah. 2. Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Perencanaan

Pembangunan Daerah di Kabupaten Bantul. a. Faktor yang mendukung :

1) Regulasi yang menjelaskan bahwa Bappeda mempunyai fungsi dan tujuan dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Bantul

2) Kebijakan pimpinan Daerah, dalam hal ini yaitu Bupati Bantul 3) Respon RKPD

4) Dukungan dari DPRD 5) Dukungan dari masyarakat


(3)

✥6 b. Faktor yang menghambat :

1) Regulasi, aturan dari pemerintah pusat yang sering berganti atau belum adanya petunjuk pelaksaannya. Sehingga mengakibatkan Bappeda Bantul masih berbedoman terhadap Undang-undang yang lama.

2) Aturan yang sering berganti

3) Koordinasi yang kurang antara sesama pihak 4) Seringnya SKPD bertindak sektoral

B. SARAN

Dalam perkembangan Bappeda kedepan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang dimiliki, BAPPEDA diharapkan responsif, kreatif dan inovatif agar mampu menjawab perubahan lingkungan dan tantangan untuk mewujudkan perencanaan berkualitas dengan Rancangan Akhir Rencana Kerja Tahun 2016 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Hasil penelitian yang dilakukan di Bappeda Kabupaten Bantul yang masih dalam masa transisi akibat perubahan Peraturan Perundang-undangan diharapkan Bappeda tetap mampu menjalankan tugas dan fungsinya sesuai peraturan yang berlaku, dan harapannya agar peraturan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bisa secepatnya di revisi kembali sehingga dapat menjadi peraturan perundang-undangan yang berguna bagi perkembangan sektor daerah di Kabupaten Bantul.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Diambil dari sumber : Buku :

Ateng Syafrudin, PerencanaanAdministrasi Pembangunan daerah,

Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1984.

Bachtiar Hasan Miraza. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.ISEI. Bandung.

Dann Sughanda, Masalah Otonomi dan Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,Sinar Baru, Bandung, 1991

Gesellchaft fur Techische Zusammenarbeit (GTZ), 2000, Local Development Planning(Pengembangan Ekonomi Lokal), Kerjasama Teknis Jerman –Indonesia,

GTZ Office, Jakarta

Ginanjar Kartasasmita, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan , Jakarta;Cides

HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001

Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Sudirwo, Daeng. (1981).Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah Dan Pemerintahan DesaBandung: Penerbit Angkasa Bandung. Mandar Maju,

Bandung, 1993

Victor M. Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 1993


(5)

Internet :

http://server2.docfoc.com/uploads/Z2015/12/27/Fq7atORW4h/52ae9bd89223104 21726251929ab15eb.pdf

http://pskpm.blogspot.co.id/2011/04/apa-itu-pembangunan-daerah-dan.html

http://lewokedaerik.blogspot.co.id/2012/10/pada-haketnya-perencanaan-merupakan.html

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah


(6)