TA : Perancangan Buku Estetika Tato di Kota Surabaya Dengan Teknik Fotografi Guna Meningkatkan Citra Tato Kepada Mayarakat.
PERANCANGAN BUKU ESTETIKA TATO
DI KOTA SURABAYA DENGAN TEKNIK FOTOGRAFI
GUNA MENINGKATKAN CITRA TATO
KEPADA MAYARAKAT
TUGAS AKHIR
Program Studi
S1 Desain Komunikasi Visual
Oleh:
GEDE BINTANG KRESNANDA 12420100028
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016
(2)
ix
Halaman
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Batasan Masalah ... 5
1.4. Tujuan ... 6
1.5. Manfaat ... 6
1.5.1. Manfaat Teoritis ... 6
1.5.2. Manfaat Praktis ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Sejarah Tato ... 10
2.3. Estetika ... 11
2.4. Citra ... 12
2.5. Fotografi ... 13
2.6. Masyarakat ... 19
2.7.Definisi dan Jenis-Jenis Buku ... 20
2.8. Kajian Tentang Buku ... 22
2.9. Layout ... 24
2.10. Proporsi... 29
2.11. Garis(Line) ... 29
2.12. Desain ... 30
2.12.1. Elemen-elemen Desain ... 30
(3)
x
2.13.2. Warna Sekunder ... 35
2.13.3. Warna Tersier ... 35
2.13.4. Psikologi Warna ... 38
2.14. Tipografi ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
3.1. Perancangan Penelitian ... 43
3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.3. Teknik Analisis Data ... 49
BAB IV PEMBAHASAN ... 51
4.1. Hasil dan Analisis Data ... 51
4.1.1. Hasil Observasi ... 51
4.1.2. Hasil Wawancara ... 52
4.1.3. Studi Literatur ... 54
4.1.4. Hasil Studi Eksisting ... 55
4.2. Konsep atau Keyword ... 56
4.2.1. Segmentasi, Targeting, Positioning (STP) ... 56
4.2.2. Unique Selling Preposition (USP) ... 58
4.2.3. Analisis SWOT ... 58
4.2.4. Tabel Analisis SWOT ... 59
4.2.5. Keyword ... 60
4.2.6. Deskripsi Konsep ... 61
4.3. Perancangan Karya ... 64
4.3.1. Perancangan Kreatif ... 65
4.3.2. Perancangan Kreatif ... 74
4.3.3. Perancangan Karya ... 75
4.4. Biaya Media... 79
4.5. Implementasi Karya... 86
4.5.1. Desain Layout Buku ... 86
(4)
xi
5.2. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
BIODATA ... 103
(5)
xii
Gambar 1.1 Buku-Buku Tato ... 3
Gambar 1.2 Seseorang Membaca buku ... 4
Gambar 2.1 Masyarakat Mentawai ... 11
Gambar 2.2 Kamera Fotografi ... 14
Gambar 2.3 Perbandingan ISO ... 15
Gambar 2.4 Contoh Eye View Fotografi ... 16
Gambar 2.5 Contoh Low Angel Fotografi ... 16
Gambar 2.6 Contoh High Angel Fotografi ... 17
Gambar 2.7 Contoh Bird Eye View Fotografi ... 18
Gambar 2.8 Contoh Frog Eye View Fotografi ... 18
Gambar 2.9 Contoh Jenis-jenis Buku ... 21
Gambar 2.10 Contoh Buku ... 22
Gambar 2.11 Contoh Layout ... 25
Gambar 2.12 Contoh Proporsi dalam Komik ... 29
Gambar 2.13 Contoh Membuat Garis ... 30
Gambar 2.14 Perbedaan CMYK dan RGB ... 37
Gambar 2.15 Beberap Contoh Tipografi ... 42
Gambar 3.1 Karya Tato dari Vorskin Tato Works ... 47
Gambar 3.2 Karya Tato dari Destroyer Tattoo ... 47
Gambar 3.3 Karya Tato dari El Diablo Skin ... 48
Gambar 3.4 Karya Tato dari Ink Ink Skin Design ... 48
Gambar 3.5 Karya Tato dari Radjah Skin Design ... 48
Gambar 4.1 Karya Tato dari Vorskin Tattoo Works ... 52
Gambar 4.2 Contoh Tattoo Oriental ... 55
Gambar 4.3 Keyword ... 63
Gambar 4.4 Alur Perancangan Karya ... 64
Gambar 4.5 Font Bebas Neue ... 69
Gambar 4.6 Font Helvetica Neue ... 69
Gambar 4.7 Pilihan Warna Clean ... 72
Gambar 4.8 Referensi Picture Window Layout ... 73
(6)
xiii
Gambar 4.12 Sketsa Layout Isi Buku ... 76
Gambar 4.13 Sketsa Desain Poster ... 77
Gambar 4.14 Desain x-banner ... 78
Gambar 4.15 Sketsa Desain Merchandise ... 78
Gambar 4.19 Cover Depan dan Belakang ... 86
Gambar 4.20 Hak Cipta dan Cover Dalam ... 87
Gambar 4.21 Copyright dan Endorsement ... 87
Gambar 4.22 Kata Pengantar ... 88
Gambar 4.23 Table of Content ... 88
Gambar 4.24 Halaman isi ... 88
Gambar 4.25 Halaman isi ... 89
Gambar 4.26 Halaman isi ... 89
Gambar 4.27 Halaman isi ... 90
Gambar 4.28 Halaman isi ... 90
Gambar 4.29 Halaman isi ... 91
Gambar 4.30 Halaman isi ... 91
Gambar 4.31 Halaman isi ... 92
Gambar 4.32 Halaman isi ... 92
Gambar 4.33 Halaman isi ... 93
Gambar 4.34 Halaman isi ... 93
Gambar 4.35 Halaman isi ... 94
Gambar 4.36 Halaman isi ... 94
Gambar 4.37 Halaman isi ... 95
Gambar 4.38 Halaman isi ... 95
Gambar 4.39 Support dan Crew ... 96
Gambar 4.40 About Author ... 96
Gambar 4.41 Desain Poster ... 97
Gambar 4.42 Desain X-banner ... 98
(7)
xiv
Tabel 4.1. SWOT ... 60
(8)
xv
LAMPIRAN 1 Form Kolokium ... 104
LAMPIRAN 2 Form Revisi Kolokium 1 ... 105
LAMPIRAN 3 Form Revisi Kolokium 2 ... 106
LAMPIRAN 4 Form Revisi Kolokium 3 ... 107
LAMPIRAN 5 Form Kelayakan Pameran Tugas Akhir ... 108
(9)
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala sesuatu yang berhubungan dengan tato, pasti berhubungan dengan
tindak kriminal sudah tertancap di benak kita. Citra buruk terhadap mereka yang
memiliki tato di tubuh telah mengungkung kreativitas sebagian orang. Pasalnya,
ada anggapan bahwa semua penjahat yang tertangkap pasti memiliki tanda di
tubuhnya yang bernama tato itu. Tato sebenarnya sudah lama dikenal dalam
peradaban manusia. Konon, tato sebagai salah satu ekspresi karya seni telah ada
sejak beberapa abad sebelum masehi pada beberapa suku bangsa.
Tato atau body painting atau rajah adalah gambar atau simbol pada kulit
tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan
simbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. Zaman dulu, orang-orang masih
menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk mentato
seseorang.Sekarang, orang-orang sudah memakai jarum dari besi, yang
kadang-kadang digerakkan dengan mesin untuk “mengukir” sebuah tato.
Dalam perkembangannya di Indonesia, tato menjadi sesuatu yang
dianggap buruk. Orang-orang yang memakai tato dianggap identik dengan
penjahat, gali (gabungan anak liar) dan orang nakal. Golongan orang-orang yang
hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat. Anggapan
negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat “pengesahan” ketika pada
tahun 80-an terjadi pembunuhan misterius terhadap ribuan orang gali di berbagai
(10)
(penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai treatment,
tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka mengganggu ketentraman
masyarakat.
Perkembangan tato saat ini, meskipun masih ada yang beranggapan bahwa
tato berkaitan dengan hal yang negatif dan cenderung menyakiti diri sendiri tetapi
seiring perkembangan zaman masyarakat mulai memahami tato sebagai
simbol-simbol ekspresi seni dan sebagainya sehingga pemakaian tato lebih cenderung
menjadi populer. Awal hanya sebagai upaya pemberontakan terhadap stigma yang
negatif, namun akhirnya dapat dipandang sebagai counter culture yang memberi
perubahan dan variasi dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari sudut estetika,
tato memiliki nilai artistik yang berbeda pada setiap individu. Pada masyarakat
tradisional, nilai estetika tato dianggap sebagai identitas individu atau kelompok
masyarakat. Tato memiliki fungsi sosial yaitu sebagai ekspresi seni dan religi
serta untuk menunjukan strata sosial seperti yang ada pada masyarakat dayak
(Feldman, 1967: 5).
Di jaman sekarang, fungsi tato sekaligus tekniknya mengalami
perkembangan pesat. Orang menato tubuhnya dengan berbagai macam motivasi
dan keinginan. Pada saat ini, tato menjadi lahan bisnis yang sangat
menguntungkan. Saat ini banyak ditemukan usaha tato dengan manajemen bisnis
yang tertata rapi hingga menjadi populer. Omset usaha tato sendiri tidak bisa
diremehkan. Para seniman tato pemula sendiri banyak belajar dari seniman tato
lainnya yang sudah berstatus profesional, tak jarang juga banyak seniman tato
pemula juga belajar dari buku-buku tato, buku-buku tato yang berisi kumpulan
(11)
beranggapan bahwa belajar dari buku-buku tato atau majalah-majalah tato dapat
meningkatkan kemampuan mentato para seniman tersebut. Para seniman tato
beranggapan bahwa cara belajar terbaik adalah membaca buku-buku tato yang
didalamnya berisi banyak sekali kumpulan foto-foto karya tato artis dari berbagai
macam-macam studio tato di seluruh dunia
(http://guruhdimasnugroho.blogspot.com/2013/04/paulus-rizki-tattoo-artist-surabaya.html).
Gambar 1.1 Buku-Buku Tato (Sumber :http://ultimate-tattoo-bible.com)
Diakses pada 15 Maret 2016
Di Surabaya sendiri seniman-seniman tato mulai banyak bermunculan,
menurut data dari STAC (Surabaya Tattoo Artist Community) jumlah
seniman-seniman tato di Surabaya berjumlah sekitar 60 orang, baik yang berstatus pemula
hingga profesional. Surabaya sendiri termasuk salah satu kota yang
diperhitungkan dalam dunia tato di tanah air, banyak seniman tato yang berasal
dari kota Surabaya yang sudah sampai kancah internasional, salah satu
diantaranya adalah Jimmy Toge.
Berdasarkan citra buruk masyarakat terhadap tato, maka peneliti mencoba
menjembatani dengan membuatkan buku sebagai upaya meningkatkan citra tato.
Keunggulan menggunakan media buku pada penelitian ini adalah untuk
(12)
melihat secara rinci bagaimana isi yang terkandung dalam buku tersebut. Fungsi
buku sendiri adalah untuk menyampaikan informasi berupa cerita, pengetahuan,
laporan, dan lain-lain. Buku dapat menampung banyak sekali informasi
tergantung dari jumlah halaman yang dimilikinya (Ensiklopedi Indonesia, 1980 :
538). Buku yang baik ialah buku yang mampu menggoda otak untuk berpikir
dengan nalar yang dinamis.
Gambar 1.2 Seseorang Membaca buku (Sumber : www.oliviabellphotography.com)
Diakses pada 15 Maret 2016
Ciri-ciri buku yang baik ialah yang bermakna, mendorong semangat
belajar atau tidak belajar, menjadi perhatian, membangun kemandirian, dan punya
makna untuk menemukan nilai. Ketika membaca sebuah buku, seseorang
dipastikan akan dapat menangkap pesan dan makna yang terkandung
(meaningful). Jangan sampai membaca lima halaman buku, tetapi tidak mendapat
sense apa-apa. Sebuah buku yang baik harus mampu menjadikan seseorang tahu
makna dan hasil yang diharapkan. (
http://lautanopini.com/2013/03/19/guru-dan-buku-yang-bermakna/)
Buku memiliki berbagai macam struktur, peneliti lebih tertarik merancang
buku yang berbasis fotografi. Dengan fotografi sesuatu dapat berbicara lebih
banyak dibanding melalui tulisan. Teknik fotografi sendiri digunakan karena
(13)
dari objek yang sebenarnya, pembuatannya mudah dan harga relatif murah
(Susilana & Riyana, 2009: 16).
Menurut Hilman Hapiz (2008: 7), salah satu kelebihan fotografi adalah
mampu merekam peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah citra di dalamnya.
Adapun kekurangan fotografi adalah apabila fotografer tidak bisa mendapatkan
gambar/foto dengan baik, maka foto yang dihasilkan tidak bisa menyampaikan
pesan yang akan disampaikan.
Media buku tato ini berjenis guide, melalui media ini penulis dapat
memberikan informasi tentang perkembangan yang terbaru dalam suatu
bidang/subjek tertentu, instansi/organisasi/perusahaan serta nama dan alamat
pejabatnya sampai dengan statistik dan produknya (Setia, 2008: 8).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah dijelaskan tersebut, maka
fokus penelitian tugas akhir ini adalah pada:
“Bagaimana merancang buku estetika tato di kota Surabaya dengan teknik
fotografi guna meningkatkan citra tato kepada masyarakat”.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari perancangan buku estetika tato di kota
Surabaya dengan teknik fotografi guna meningkatkan citra tato kepada
masyarakat:
a. Objek yang diteliti khusus hanya seniman tato yang berada di Surabaya dan juga sangat berkompeten dalam membuat tato.
(14)
b. Buku estetika tato ini, dikemas dalam sebuah buku yang di dalamnya berisi 5 studio tato yang sangat berkompeten dan berbagai macam karya tato yang
mempunyai nilai estetika yang sangat tinggi berkualitas sangat bagus.
c. Didalam Penciptaan “buku estetika tato di kota Surabaya dengan teknik fotografi guna meningkatkan citra tato kepada masyarakat” ini juga diberi
tentang informasi yang lengkap dari studio-studio tato yang akan dimuat.
1.4 Tujuan
Tujuan dari Perancangan Buku Estetika Tato di Kota Surabaya Dengan
Teknik Fotografi Guna Meningkatkan Citra tato kepada Masyarakat adalah :
a. Untuk menghasilkan rancangan buku estetika tato di kota Surabaya dengan teknik fotografi guna meningkatkan citra tato kepada masyarakat.
b. Sumber referensi bagi peminat tato yang akan membuat tato di tubuhnya.
1.5 Manfaat
Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai
berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:
a. Dapat digunakan sebagai referensi karya ilmiah dalam perancangan buku tato dengan teknik fotografi.
(15)
1.5.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat secara praktis dari penelitian ini dapat dilihat dibawah
ini:
“Bagi dunia tato dan seniman tato adalah menambah pengetahuan tentang
tato dan bagi seniman tato pemula adalah sebagai sarana pembanding agar terus
(16)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang konsep dan teori yang memperkuat perancangan.
Dengan adanya referensi diharapkan perancangan ini dapat membuahkan hasil yang
maksimal.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian.Adapun
hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian
yaitu mengenai tato dimana tato yang dibahas adalah pembuatan tato yang artistik
dan higienis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Christian dalam
perancangannya yang berjudul “Perancangan Buku Pedoman Tato yang Artistik dan
Higienis”. Daniel Christian menyimpulkan bahwa:
Tato di jaman moderen ini sudah menjadi trend dan budaya, tato juga dapat menimbulkan gejolak keinginan dan perilaku pada masyarakat Tato yang artistik itu identik dengan gaya desain tato tersebut, dan higenis dilihat dari pembuatan tato itu
sendiri.
Dalam Penelitiannya, Daniel Christian menyimpulkan bahwa perkembangan
tato di dunia modern ini tato telah menjadic trend dan budaya. Hal ini di maksudkan
(17)
bahwa tato bukan lagi di pandang sebagai sesuatu hal yang buruk, citra tato ini
perlahan bergeser ke citra yang lebih baik. Daniel Christian juga berpendapat bahwa
tato ini dapat menimbulkan gejolak keinginan dan perilaku pada masyarakat, hal ini
di maksudkan bahwa peminat tato maupun seniman tato pada jaman modern ini
semakin bertambah dan berkembang. Daniel Christian juga menyinggung dari tingkat
ke higienis-an dari pembuatan tato tersebut. Berbeda dari rancangan buku yang saya
buat, jika melihat tingkat ke higienis-an seperti yang di simpulkan oleh Daniel
Christian, untuk tingkat higienis sebuah tato, rata-rata semua studio tato sudah
menerapkan hal tersebut, dan itu sudah menjadi standard internasional dalam dunia
tato. Perancangan Buku Pedoman Tato yang Artistik dan Higienis oleh Daniel
Christian bertujuan untuk memasyarakatkan factor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pembuatan tato yang artistic dan higienis.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian terdahulu ada
pada tujuan yang di ambil untuk dijadikan buku fotografi tato yang diteliti. Dimana
pada penelitian terdahulu merancang buku pedoman tato yang artistik dan higienis,
sedangkan penelitian saat ini perancangan buku estetika tato di kota Surabaya dengan
teknik fotografi guna meningkatkan citra masyrakat. Selain terdapat pokok bahasan
yang sama-sama menginformasikan kepada masyarakat luas terutama kalangan usia
produktif melalui buku fotografi, namun yang membedakan adalah tujuan yang
diangkat untuk dimasukkan ke dalam buku fotografi tersebut yang memiliki strategi
(18)
2.2 Sejarah Tato
Tato merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang artinya lukisan
permanen pada kulit tubuh (Camphausen, 1997: 9).
Tato diperkenalkan pertama kali oleh James Cook, saat pulang dari pelayaran
dengan kapal “Endeuvor” yang mengunjungi banyak pulau di lautan Pasifik dan
berlangsung selama 3 tahun (dimulai tanggal 16 Agustus 1768). Istilah yang dipakai
oleh Kapten James Cook, oleh orang Barat dilafalkan menjadi tattoo berdasarkan kata
yang sama dalam budaya Polynesia (Miller, 1997: 10).
Krakow menyatakan, kata “tato” berasal dari kata “tatu”, dimana dalam
bahasa Tahiti yang berarti “membuat tanda”. Ucapan dalam bahasa Belanda adalah
“Doe Het Tap Toe” , maksudnya tanda menutup rumah yang diawali dengan pukulan
atau ketukan tambur yang saling bersahut-sahutan. Bunyi ini sama dengan ketukan
palu kecil pada jarum, ketikaproses pembuatan tato sedang berlangsung pada
masasebelum mesin tato ditemukan (Krakow, 1994: 2).
Penggunaan tato pada zaman dahulu berhubungan erat dengan nilai-nilai yang
berkembang pada masa itu yaitu: keyakinan animisme, dinamisme, bahkan ilmu
kebatinan. Tato memiliki kaitan yang kental dengan faktor alam, lambang-lambang
atau simbol yang ditempelkan pada tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Tato
juga digunakan sebagai penunjuk identitas, seperti yang dilakukan oleh masyarakat
Mentawai. Tato yang dibuat di bagian punggung berbentuk garis dengan variasi
sedikit pointilis, merupakan simbolisasi alam yang terdapat di Mentawai. Bentuk tato
tersebut, menjadi identitas agar mereka diketahui sebagai masyarakat mentawai.
(19)
dimilikinya, sehingga kepala banteng yang bertanduk panjang diyakini sebagai
simbolisasi kebijaksanaan, masyarakat Mentawai sudah menganggap tato sebagai roh
kehidupan, sebagai simbolisasi keseimbangan alam maka setiap benda seperti batu,
hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh mereka (Rosa,1994: 338-341).
Gambar 2.1 Masyarakat Mentawai
(Sumber :http://www.offset.com/search/chest+tattoo) Diakses pada 15 Maret 2016
Seniman tato di Mentawai dikenal dengan sebutan titi, yang merupakan
kepala suku masyarakat mentawai atau sekarang disebut simpatiti. Gambar tato yang
dibuat oleh seniman di Mentawai, masih memakai tinta dari bahan arang yang
dicairkan dengan perasan air tebu. Alat yang digunakan untuk membuat tato disebut
handteping, dibuat dari 2 bilah kayu yang salah satu ujungnya berisi paku atau
duritumbuh-tumbuhan yang terdapat di wilayah Mentawai. Ada juga yang memakai
taring babi, tetapi harus diruncingkan sebelumnya (Rosa, 1994: 7).
2.3 Estetika
Estetika berasal dari bahasa latin ”aestheticus” atau bahasa Yunani
(20)
didefinisikan sebagai sususan dari sesuatu yang mengandung pola, pola dimana
mempersatukan bagian-bagian yang mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya,
sehingga menimbulkan keindahan.
Dari definisi diatas dapat disimak bahwa estetika menyangkut perasaan, dan
perasaan ini adalah perasaan indah. Nilai indah ini tidak semata-mata mengenai
bentuk tetapi juga isi atau makna yang dikandungnya. Mengenai hal ini dapat diambil
contoh mengenai wanita cantik dan wanita yang indah, wanita cantik hanya
menyenangkan untuk dipandang mata, tetapi wanita indah selain mempesona, juga
mengungkapkan suatu makna. Jadi wanita yang indah adalah wanita yang cantik,
tetapi wanita yang cantik belum tentu wanita yang indah. Wanita cantik hanya
menyenangkan untuk dilihat bentuknya, sedangkan wanita yang indah bukan hanya
bentuknya yang menyenangkan untuk dilihat, tetapi dari padanya timbul banyak hal
yang dapat dinikmati dengan perasaan menyenangkan hati (Kattsof, 1986: 381).
2.4 Citra
Citra adalah tujuan pokok bagi suatu organisasi atau perusahaan.
Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat
dirasakan dari penilaian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik
sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap organisasi atau perusahaan tersebut
dilihat sebagai sebuah badan usaha yang dipercaya, professional, dan dapat
diandalkan dalam pembentukan pelayanan yang baik. Tugas PR itu sendiri adalah
menciptakan citra organisasi yang diwakilinya sehingga tidak menimbulkan
(21)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:667), citra adalah
pemahaman kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan.
Sedangkan menurut Linggar dalam Teori dan Profesi Kehumasan serta
Aplikasinya (2000:69), bahwa “citra humas yang ideal adalah kesan yang benar,
yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas
kenyataan yang sesungguhnya.”
Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa citra adalah sesuatu yang
ditonjolkan secara nyata yang timbul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang ada. Citra yang dimaksud disini adalah kesan yang ingin diberikan oleh
perusahaan kepada publik atau khalayaknya agar timbul opini public yang positif
tentang perusahaan tersebut.
Hal lain menurut Ruslan dalam bukunya Manajemen Humas dan
Manajemen Komunikasi dan Aplikasi (1998:63) menyebutkan bahwa landasan
citra berakar dari : “Nilai-nilai kepercayaan yang konkritnya diberikan secara
individual dan merupakan pandangan atau persuasi, serta terjadinya proses
akumulasi dari individu-individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat
atau lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas dan abstrak,
yaitu sering dinamakan citra atau image.”
2.5 Fotografi
Fotografi dimana dalam bahasa Inggris “photography”, yang berasal dari
kata Yunani yaitu "photos” : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/ menulis, adalah proses
(22)
fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu
obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media
yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Tanpa cahaya, tidak akan ada foto yang bisa dibuat.
Gambar 2.2 Kamera Fotografi
(Sumber :https://sites.google.com/a/sduhsd.net/mr-jordon/photography) Diakses pada 15 Maret 2016
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan
sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar
dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik
dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk
menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan
bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang
tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah
kombinasi ISO/ASA (ISO Speed) (lihat gambar 2.3), diafragma (Aperture),
dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut
sebagai pajanan (exposure).Di era fotografi digital di mana film tidak digunakan,
(23)
Fotografi saat ini telah berkembang menjadi sebuah gaya hidup, hal ini dimulai
semenjak munculnya era digital dan berkembangnya sosial media.
Gambar 2.3 Perbandingan ISO
(Sumber :http://whiteonricecouple.com/photography-travels/iso/) Diakses pada 15 Maret 2016
Kreatifitas fotografer dalam menentukan sudut pengambilan foto (angle) akan
menciptakan foto yang menarik. Secara garis besar, kita bisa mengkelompokkan
angle foto menjadi lima macam. Angle foto ini akan menghasilkan foto-foto yang
berbeda-beda pula. Jika sebuah menarik difoto dengan low angle belum tentu dengan
angle lainnya objek tersebut menarik difoto.
1. Eye view
Sudut pengambilan ini memberi kesan yang sama dengan cara mata kita
melihat terhadap objek. Posisi dan arah kamera memandang objek yang akan diambil
layaknya mata kita melihat objek secara biasa. Kamera dan lensa sejajar dengan
objek. Pengambilan angle eye view biasanya digunakan untuk mengambil foto potret
terhadap manusia, dimana posisi kamera layaknya posisi mata kita sendiri.
(24)
manusia, tekstur sebuah kota, atau interaksi dengan lingkungan sekitar kebanyakan
menggunakan angle ini (lihat gambar 2.4).
Gambar 2.4 Contoh Eye View Fotografi
(Sumber :http://blog.sigmaphoto.com/2013/introducing-no-fear-photography/) Diakses pada 15 Maret 2016
2. Low Angle
Posisi kamera lebih rendah dari objek foto serta menghadap ke atas dan
memberikan kesan kemewahan, kebesaran, atau kekuatan dari sebuah objek.
Fotografer menggunakan sudut pengambilan foto ini untuk memotret bangunan agar
memberikan kesan yang megah dari bangunan tersebut. Dalam foto komersil sebuah
iklan otomotif, sudut ini tak jarang pula digunakan untuk memberikan kesan
ketangguhan dari produk mereka. Juga pada sebagaian fotografer memanfaatkan low
(25)
Gambar 2.5 Contoh Low Angel Fotografi (Sumber :http://creatiwittyblog.com)
Diakses pada 15 Maret 2016
3. High Angle
Angle ini digunakan untuk menangkap kesan luas dari objek. Dengan high
angle kita bisa memasukkan elemen pendukung objek yang akan kita abadikan
kedalam frame. Kesan dari penggunaan sudut pengambilan foto ini akan memberikan
kesan kecil atas objek foto. Pemanfaatan pengambilan foto dengan high angle juga
bisa menghasilkan foto yang berbeda. Misalnya saat mengambil foto keramaian
pasar, jalanan, atau lalu lintas disebuah sungai.
Gambar 2.6 Contoh High Angel Fotografi
(Sumber : http://inkcell-photography.deviantart.com/art/) Diakses pada 15 Maret 2016
(26)
4. Bird Eye
Ibarat penglihatan seekor burung. Memotret dengan sudut pengambilan ini
digunakan untuk membuat foto tentang suatu daerah, perkotaan, atapun
menggambarkan lanskap.
Gambar 2.7 Contoh Bird Eye View Fotografi
(Sumber : http://www.instantshift.com/2010/10/20/100-examples-of-mind-blowing-birds-eye-view-photography/)
Diakses pada 15 Maret 2016
5. Frog Eye
Memotret dengan angle frog eye, posisi kamera bisa saja sejajar dengan tanah.
Hal ini biasanya digunakan untuk memotret objek yang posisinya berada diatas tanah.
Sebagian besar fotografer bersusah payah mengambil foto dengan sudut pengambilan
ini, tak jarang pula mereka tiduran ditanah untuk menghasilkan foto yang bagus.
Gambar 2.8 Contoh Frog Eye View Fotografi
(Sumber : http://sanjayagraphy.blogspot.com/2013/01/apa-itu-photography_9.html) Diakses pada 15 Maret 2016
(27)
2.6 Masyarakat
Secara umum, pengertian masyarakat adalah sekumpulan individu-individu
yang hidup bersama. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab dengan kata
"syaraka".Syaraka, yang artinya ikut serta (berpartisipasi). Sedangkan dalam bahasa
Inggris, masyarakat disebut dengan "society" yang pengertiannya adalah interaksi
sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Untuk mengamati lebih luas
mengenai pengertian masyarakat, mari kita mengkaji beberapa pendapat para ahli
mengenai pengertian masyarakat. Pengertian masyarakat ,menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
1. Emile Durkheim
Menurut Emile Durkheim, pengertian masyarakat adalah suatu kenyataan
objektif dari individu-individu yang merupakan anggotanya.
2. Karl Marx
Menurut Karl Marx, pengertian masyarakat adalah suatu sturktur yang
mengalami ketegangan organisasi maupun perkembangan karena adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah secara ekonomi
3. M. J. Herkovits
Menurut M. J. Herkovits (Muin, 2013: 25-26), pengertian masyarakat adalah
kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
4. Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat pada umumnya memiliki ciri-ciri
(28)
a. Manusia yang hidup bersama; sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
b. Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama, berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai
akibat dari hidup bersama, timbul sistem komunikasi dan peraturan
yang mengatur hubungan antar manusia.
c. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
d. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu
sama lain.
5. Marrion Levy
Menurut Marion Levy (Muin, 2013: 25-26), empat kriteria yang perlu
dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat, adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seorang anggotanya. b. Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau
kelahiran.
c. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
d. Kesetiaan terhadap suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama. 2.7 Definisi Jenis-jenis Buku
Buku dalam arti luas mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan
(29)
segala bentuknya: berupa gulungan, di lubangi dan diikat dengan atau dijilid muka
belakangnya dengan kulit, kain, karton dan kayu (Ensiklopedi Indonesia, 1980:538).
H.G. Andriese dkk menyebutkan buku merupakan “informasi tercetak di atas
kertas yang dijilid menjadi satu kesatuan”.
Unesco pada tahun 1964, dalam H.G. Andriese dkk. Memberikan pengertian
buku sebagai “Publikasi tercetak, bukan berkala, yang sedikitnya sebanyak 48
halaman” (web.iaincirebon.ac.id).
Sesuai dengan empat definisi buku di atas, maka buku diartikan sebagai
kumpulan kertas tercetak dan terjilid berisi informasi dengan jumlah halaman paling
sedikit 48 halaman yang dapat dijadikan salah satu sumber dalam proses belajar dan
membelajarkan.Jenis-jenis buku antara lain, yaitu novel, majalah, kamus, komik,
ensiklopedia, kitab suci, biografi dan naskah.
Gambar 2.9 Contoh Jenis-jenis Buku
(Sumber: http://www.mahamerubali.com/percetakan-offset-print-digital/jenis-buku/) Diakses pada 15 Maret 2016
(30)
2.8 Kajian Tentang Buku
Buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan, gambar, atau kosong.
Buku berisikan hal-hal non-fiksi (ilmu pengetahuan) dan fiksi (cerita karangan atau
rekayasa). Buku yang terbit dan beredar dimasyarakat sangat banyak dan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik buku
itu sendiri. Beberapa jenis buku tersebut antara lain buku fiksi, buku diktat, buku
panduan, buku anak, buku biografi, buku terjemahan, dan sebagainya. Buku dalam
arti luas mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukiskan atas segala
macam lembaran papyrus, lontar, perkamen dan kertas dengan segala bentuknya
berupa gulungan, dilubangi dan diikat dengan atau dijilid muka belakangnya dengan
kulit, kain, karton, dan kayu (Ensiklopedi Indonesia, 1980 : 538). Fungsi buku adalah
menyampaikan informasi, berupa cerita, pengetahuan, laporan, dan lain-lain. Buku
dapat menampung banyak sekali informasi tergantung dari jumlah halaman yang
dimilikinya.
Gambar 2.10 Contoh Buku
(Sumber: http://www.mahamerubali.com/percetakan-offset-print-digital/jenis-buku/) Diakses pada 15 Maret 2016
(31)
Pada umumnya elemen layout terbanyak yang digunakan pada buku adalah
bodytext. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian khusus dalam memilih dan menata
sebuah font. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah cover, navigasi desain, kejelasan
informasi, kenyamanan membaca, pembedaan yang jelas antar bagian/bab, dan
lain-lain (Rustan, 2009: 27).
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau
recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk
istilah itu dalam bahsa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama,
yakni mengulas sebuah buku. Tindakan meresensi buku dapat berarti memberikan
penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku.
Menurut Samad (1997: 1-8), pemuatan resensi buku sekurang-kurangnya
mempunyai lima tujuan, yakni:
a. Memberikan informasi.
b. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul.
c. Memberikan pertimbangan kepada pembaca.
d. Menjawab pertanyaanyang timbul jika seseorang melihat buku baru terbit.
e. Untuk mendapat bimbingan, berminat untuk membaca dan tidak ada waktu untuk membaca buku.
Sedangkan unsur-unsur yang membangun resensi buku, yaitu:
(32)
b. Menyusun data buku. c. Membuat pembukaan.
d. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku. e. Penutup resensi buku.
2.9 Layout
Menurut Rustan (2009: 9), layout merupakan tata letak elemen-elemen desain
terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep / pesan yang
dibawanya. Layout yang dikerjakan melalui proses dan tahapan yang benar bukan
tidak mungkin akan berdampak positif pada tujuan apapun yang ingin dicapai
desainer melalui karya desain yang dibuatnya.
Dalam mendesain layout kita juga mengenal istilah grid system. Sebuah grid
diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual
dalam sebuah ruang. Grid system digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah
menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid system seorang perancang grafis
dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan
repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan
grid system dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang
(33)
Gambar 2.11 Contoh Layout
(Sumber: http://www.printninja.com/printing-resource-center/) Diakses pada 15 Maret 2016
Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik majalah, iklan, Koran
maupun buku.
a. Mondrian Layout
Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu:
penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square/ landscape/ portait, dimana
masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan memuat gambar/
copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.
b. Multi Panel Layout
Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa
tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).
c. Picture Window Layout
Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up.
Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public
(34)
d. Copy Heavy Layout
Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau
dengan kata lain komposisi layout nya didominasi oleh penyajian teks (copy).
e. Frame Layout
Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya membentuk suatu
naratif (mempunyai cerita).
f. Shilhoutte Layout
Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya
ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap/ warna (spot color)
yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik fotografi.
g. Type Specimen Layout
Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan
point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja.
h. Sircus Layout
Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku.
Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak
beraturan.
i. Jumble Layout
Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu komposisi
(35)
j. Grid Layout
Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan
tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala grid.
k. Bleed Layout
Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum
dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong (utuh), kalau Trim
sudah dipotong.
l. Vertical Panel Layout
Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi
layout iklan tersebut.
m. Alphabed Inspired Layout
Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang
berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga menimbulkan
kesan narasi (cerita).
n. Angular Layout
Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut
kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.
o. Informal Balance Layout
Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu
(36)
p. Brace Layout
Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-shape). Posisi L
nya bias terbalik dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.
q. Two Mortises Layout
Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang
menghadirkan masing-masing menvisualisasikan secara diskriptif mengenai hasil
penggunaan/ detail dari produk yang ditawarkan.
r. Quadran Layout
Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan
volume/isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%, dan
keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat sama
besar).
s. Comic Script Layout
Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk
media komik, lengkap dengan captions nya.
t. Rebus Layout
Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga
membentuk suatu cerita.
u. Big Type Layout
Bentuk tampilan layout yang menonjolkan teks dan tidak bergambar karena
(37)
2.10 Proporsi
Proporsi adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya (Kusrianto,
2007:26). Penerapan teori ini dalam pembuatan buku tato guide di kota Surabaya,
sebuah konsep dalam penerapan perbandingan ukuran yang digunakan untuk
penentuan penataan visual, keseimbangan visual demi membentuk proporsi yang
sesuai.
Gambar 2.12 Contoh Proporsi dalam Komik
(Sumber: https://www.pinterest.com/pin/46021227412265373/) Diakses pada 15 Maret 2016
2.11 Garis (Line)
Garis adalah elemen visual yang dapat dipakai dimanapun dengan tujuan
untuk memperjelas dan mempermudah pembaca (Supriyono, 2010:8). Garis
(38)
memiliki sifat-sifat yang dapat memiliki arti atau kesan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Garis Tegak, memiliki kesan kuat, kokoh, tegas dan hidup b. Garis Datar, memiliki kesan lemah, tidur dan mati.
c. Garis Lengkung, memiliki kesan lemah, lembut dan mengarah. d. Garis Patah, memiliki kesan hati-hati dan cermat.
e. Garis Miring, memiliki kesan menyudutkan. f. Garis Berombak, memiliki kesan yang berirama.
Sifat-sifat garis tersebut adalah acuan untuk desain layout yang dapat menjadi
acuan untuk mendukung dan menentukan desain layout untuk pembuatan buku.
Gambar 2.13 Contoh Membuat Garis
(Sumber: http://mword9.blogspot.com/2015/02/membuat-garis.html/) Diakses pada 15 Maret 2016
2.12 Desain
2.12.1 Elemen-Elemen Dasar Desain 1. Garis
Garis adalah tanda yang dibuat oleh alat untuk menggambar melewati
(39)
disebut sebagai jalur terbuka. Garis dikategorikan berdasarkan tipe, arah, dan
kualitasnya. Tipe garis atau atribut garis merujuk pada gerakan garis dari awal hingga
akhir. Tipe garis dapat berupa garis lengkung, lurus, atau siku-siku.
Kategori kedua adalah arah garis. Arah garis dibedakan menjadi tiga, yaitu
garis horizontal, garis vertical dan garis diagonal. Kategori ketiga adalah kualitas
garis harus merujuk bagaimana garis itu digambar. Kualitas garis itu dapat berupa
garis yang ragu-ragu atau tegas, halus atau patah-patah, tebal atau tipis, tetap atau
berubah-ubah.
2. Bidang
Elemen grafis yang kedua adalah bidang (shape). Segala bentuk yang
mempunyai dimensi dan lebar disebut bidang. Bidang bisa berupa bentuk-bentuk
geometris (lingkaran, segiempat, segitiga, elips, kotak, setengah lingkaran dll) dan
bentuk-bentuk yang tidak beraturan.
Bidang geometris mempunyai kesan yang formal. Dan sebaliknya, bidang
yang non-geometris atau bidang yang tidak beraturan mempunyai kesan yang tidak
formal, santai dan dinamis. Pengertian bidang grafis dalam desain grafis tidak sebatas
itu saja. Area kosong yang ada diantara elemen-elemen visual dan space yang
mengelilingi foto, bisa pula disebut bidang. Bidang yang kosong bisa dianggap
sebagai elemen desain, seperti halnya garis, warna, bentuk dan sebagainya.
3. Warna
Warna merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi sebuah desain.
Pemilihan warna dan pengolahan atau penggabungan satu dengan lainnya akan dapat
(40)
karena setiap warna memiliki sifat yang berbeda-beda. Danger (1992:51) menyatakan
bahwa warna adalah salah satu dari dua unsur yang menghasilkan daya tarik visual,
dan kenyataannya warna lebih berdaya tarik pada emosi daripada akal.
4. Gelap Terang
Perbedaan nilai gelap terang dalam desain grafis disebut value. Salah satu cara
untuk menciptakan kemudahan baca adalah dengan menyusun unsur-unsur visual
secara kontras gelap terang. Kontras value dalam desain komunikasi visual dapat
digunakan untuk menonjolkan pesan atau informasi.
Penggunaan warna yang kurang kontras memberi kesan dinamis, energik,
riang, dramatis dan bergairah. Secara umum, kontras gelap terang memiliki
kemudahan baca lebih tinggi dibandingkan kontras warna (hue).
5. Tekstur
Tekstur adalah nilai raba atau halus kasarnya permukaan benda. Dalam dunia
seni rupa, khususnya desain grafis, tekstur dapat bersifat nyata dan dapat pula tidak
nyata (tekstur semu). Tekstur dalam desain komunikasi visual lebih cenderung pada
tekstur tertentu, yaitu kesan visual dari suatu bidang. Tekstur sering digunakan untuk
mengatur keseimbangan dan kontras.
2.12.2 Prinsip-Prinsip Desain
Menurut Arfizal Arzad Hakim (1984:22), menjelaskan bahwa prisnsip-prinsip
dalam desain diantaranya :
(41)
Terdapat dua cara pendekatan dasar untuk menyeimbangkan. Pertama
merupakan keseimbangan simetris yang merupakan susunan dari elemen agar merata
kekiri dan kekanan dari pusat. Kedua merupakan keseimbangan asimetris yang
merupakan pengaturan yang berbeda dengan berat benda yang sama disetiap sisi
halamannya.
2. Irama atau Ritme
Irama atau ritme adalah penyusunan unsur-unsur dengan mengikuti suatu pola
penataan tertentu secara teratur agar didapatkan kesan yang menarik. Irama visual
dalam desain grafis bisa berupa repetisi dan variasi. Repetisi merupakan pengulangan
elemen visual disertai perubahan bentuk ukuran atau posisi.
3. Penekanan atau Fokus
Penekanan atau penonjolan objek dapat dilakukan dengan cara mengunakan
warna-warna yang mencolok, ukuran foto/ilustrasi dibuat paling mencolok, memakai
huruf serif ukuran besar, arah diagonal dan dibuat berbeda dengan elemen-elemen
yang lain.
Dalam seni rupa, khususnya desain komunikasi visual, dikenal dengan istilah
focal point, yaitu penonjolan salah satu elemen visual dengan tujuan untuk menarik
perhatian. Focal point sering disebut juga sebagai center of interest (pusat perhatian).
4. Kesatuan
Kesatuan atau biasa disebut unity adalah salah satu prinsip yang menekankan
pola keselarasan dari unsur-unsur yang disusun, baik dalam wujudnya maupun
(42)
visual adalah kesatuan. Desain dikatakan menyatu apabila secara keseluruhan tampak
harmonis, ada kesatuan antara tipografi, ilustrasi, warna dan unsur-unsur desain
lainnya. Menciptakan kesatuan pada desain yang hanya memiliki satu muka, seperti
poster dan iklan, relative lebih mudah dibandingkan bentuk buku atau folder yang
memiliki beberapa halaman.
Dalam buku pengantar desain komu nikasi visual (Kusriato, 2007:191) Lazlo
Maholy berpendapat bahwa tipografi adalah alat komunikasi. Oleh karena itu
tipografi harus bisa berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat, jelas, dan
terbaca (legibility).
Eksekusi terhadap desain tipografi dalam merancang grafis pada aspek
legibility akan mencapai hasil yang baik bila melalui proses investigasi terhadap
makna naskah, alas an kenapa naskah perlu dibaca, dan siapa yang membacanya.
2.13 Warna
Dalam bahasa Indonesia, warna merupakan fenomena yang terjadi karena
adanya tiga unsur yaitu Cahaya, Objek, dan Observer (pengamat). Dalam pembagian
warna, kita menggunakan Lingkaran warna (color wheel). Warna-warna dalam
lingkaran warna terdiri atas tiga bagian yaitu:
2.13.1 Warna Primer
Warna Primer terdiri atas warna merah, kuning dan biru. Warna primer
(43)
2.13.2 Warna Sekunder
Warna Sekunder terdiri orange, hijau dan ungu. Warna sekunder merupakan
pencampuran dua warna primer dengan perbandingan yang sama. Warna orange
merupakan pencampuran warna merah dan kuning. Warna hijau merupakan
pencampuran warna biru dan kuning, sedangkan warna ungu adalah pencampuran
antara warna merah dan biru.
2.13.3 Warna Tersier
Warna tersier merupakan pencampuran antara warna primer dan sekunder
disebelahnya dengan perbandingan yang sama. Warna tersier terlihat unik dan cantik.,
seperti warna hijau limau (lime green) dihasilkan dari campuran warna hijau dan
kuning. Ada warna hijau tosca dihasilkan dari campuran hijau dan biru. Warna indigo
dihasilkan dari campuran ungu dan biru.
Dalam proses pencampuran warna yang diterapkan dalam peralatan atau
perangkat input maupun output, kita mengenal ada 2 macam cara yaitu: pencampuran
warna additive dan warna subtractive.
a. Warna CMYK
CMYK adalah singkatan dari Cyan-Magenta-Yellow-Black dan biasanya juga
sering disebut sebagai warna proses atau empat warna. CMYK adalah sebuah model
warna berbasis pengurangan sebagian gelombang cahaya (substractive color model)
dan yang umum dipergunakan dalam pencetakan berwarna. Jadi untuk mereproduksi
gambar sehingga dapat dicapai hasil yang (relative) sempurna dibutuhkan sedikitnya
(44)
/ Warna Proses. Tinta Proses adalah tinta yang dipergunakan untuk mereproduksi
warna dengan proses teknik cetak tertentu, seperti offset lithography, rotogravure,
letterpress atau sablon. Berbeda dengan Tinta yang hanya digunakan satu lapisan
(single layer), karena tinta yang digunakan dapat ditumpuk tumpuk, maka sifat tinta
proses harus memenuhi standard tertentu.
b. Warna RGB
RGB adalah singkatan dari Red - Blue - Green adalah model warna
pencahayaan (additive color mode), dipakai untuk "input devices" seperti scanner
maupun "output devices" seperti display monitor, warna-warna primernya (Red, Blue,
Green), tergantung pada teknologi alat yang dipakai seperti CCD atau PMT pada
scanner atau digital camera, CRT atau LCD pada display monitor. Apabila (Red -
Blue - Green) ketiga warna tersebut dikombinasikan maka terciptalah warna putih
inilah mengapa RGB disebut ''additive color" atau bahasa kerennya "warna
pencahayaan". Warna RGB merupakan prinsip warna yang digunakan oleh media
elektronik seperti televisi, monitor komputer, dan juga scanner. Oleh karena itu,
warna yang ditampilkan RGB selalu terang dan menyenangkan, karena memang di
setting untuk display monitor, bukan untuk cetak, sehingga lebih leluasa dalam
(45)
Gambar 2.14 Perbedaan CMYK dan RGB
(Sumber: http://www.ginifab.com/feeds/pms/cmyk_to_rgb.php) Diakses pada 15 Maret 2016
c. Warna Additive
Pencampuran warna additive adalah pencampuran warna primer cahaya yang
terdiri atas warna red, green and blue dimana pencampuran ketiga warna primer
dengan jumlah yang sama akan menghasilkan warna putih.
d. Warna Subtractive
Warna subtractive adalah warna sekunder dari warna additive, namun secara
material warna subtractive berbeda dengan warna additive. Warna additive dibentuk
dari cahaya, sedangkan warna subtractive dibentuk dari pigmen warna yang bersifat
transparan.
Model warna merupakan suatu metode untuk menjelaskan metode
pembentukan warna. Pada Adobe Photoshop, ada beberapa model warna yang
disediakan, antara lain: RGB, CMYK, Lab dan Greyscale. Setiap pilihan model
(46)
Gambar yang diolah untuk website akan menggunakan model warna RGB, sementara
gambar yang diolah untuk cetak ofset akan menggunakan model warna CMYK
(Dameria, 2007:13-17).
2.13.4 Psikologi Warna
Alam di sekitar kita menyajikan warna-warni yang sangat kaya, lebih kaya
dari sekedar warna pelagi mejikuhibiniu. Psikologi warna mempelajari dan
mengidentifikasi persepsi manusia terhadap warna-warni benda yang ada di alam.
Suasana hati seseorang bisa pula terpengaruh dengan adanya warna yang tertangkap
indera penglihatan. Untuk itu, biarkan warna bicara apa adanya.
Konon warna memiliki korelasi dengan karakter seseorang. Sehingga sebuah
institusi bisnis biasanya mempunyai corporate color, sebuah negara juga memiliki
color of nation yang umumnya tercermin pada bendera nasional mereka. Demikian
pula partai-partai politik menggunakan simbol-simbol warna untuk menunjukkan
identifikasi dan eksistensi di benak para pengikutnya.
Orang menyebut dengan istilah psikologi warna untuk meng-artikulasi
persepsi manusia terhadap warna yang terlihat oleh mata. Setiap warna akan
memberikan kesan dan kemudian dipersepsikan secara unik oleh pikiran orang yang
sedang melihatnya. Demikian pula warna-warna alam yang ada di sekeliling kita,
seakan mampu berbicara dan mempengaruhi suasana hati seseorang.
Menurut Darwis Triadi (2014: 8), “Warna dapat menciptakan keselarasan
dalam hidup. Dengan warna kita bisa menciptakan suasana teduh dan damai. Dengan
(47)
Konon warna-warna yang ada di alam, mampu memunculkan persepsi
psikologis yang unik sebagai berikut:
Arti Warna Merah
Merah adalah warna api, mentari pagi, dan warna darah.
Memberi kesan kehangatan, bahagia, keberanian, semangat,
kekuatan, kegairahan, tanda peringatan (berhenti untuk
traffic light).
Arti Warna Pink
Pink adalah warna yang melambangkan cinta, romantisme
dan eksentrik.
Warna pink sering dipersepsi warna wanita atau feminim.
Arti Warna Orange(Kombinasi merah dengan kuning).
Orange melambangkan keceriaan, kehangatan, persahabatan,
optimisme.
Warna ini memiliki daya tarik yang kuat, karena mampu
merangsang pandangan mata.
Arti Warna Biru
Biru adalah warna langit dan laut.
Memberi kesan luas pada ruangan, kesejukan, dingin damai,
(48)
Arti Warna Kuning
Kuning memberi kesan kegembiraan, terang, cerah, bersinar,
ketegasan. Menstimulus pandangan mata seperti warna
jingga.
Arti Warna Hijau
Hijau merupakan representasi warna alam, dedaunan,
kesegaran, relaksasi, harmoni, alami, sejuk, bersifat
menenangkan.
Arti Warna Ungu (Perpaduan warna merah dan biru) Ungu adalah warna bangsawan, aristokrat, kekuasaan,
keagungan, keindahan dan kelembutan.
.
Arti Warna Abu-abu
Kesan yang ditimbulkan warna ini adalah ketenangan,
keteduhan, elegan.
Warna abu-abu mudah dikombinasikan dengan berbagai
macam warna lain, karena tidak bersifat kontras.
Arti Warna Hitam
Hitam mengandung kesan misteri, kegelapan, independen,
dramatis, juga berkesan sunyi.
(49)
Arti Warna Coklat
Warna coklat menumbuhkan kesan tua, sederhana, kaya, dan
hangat.
Arti Warna Krem
Warna krem merepresentasikan kelembutan dan klasik.
Arti Warna Silver
Warna ini menciptakan kesan glamour, mahal, dan kemilau
sesuai dengan karakter silver atau perak.
Arti Warna Emas
Warna emas memberi kesan kemakmuran, aktif, dan
dinamis.
2.14 Font atau Tipografi
Sama halnya dengan warna, tipografi yang dibahas dalam hal ini ada dua
macam, yaitu tipografi dalam logo (letter marks), dan tipografi yang digunakan dalam
media-media aplikasi logo (corporate typeface/corporate typography).
Karena memiliki fungsi yang berbeda, karakteristik huruf yang digunakan
pada letter marks dengan corporate typeface juga berbeda. Biasanya jenis huruf letter
marks dirancang khusus atau menggunakan jenis huruf yang sudah ada namun diubah
bentuknya.
Sedangkan corporate typeface lebih bertujuan untuk menjaga kesatuan
(50)
fungsi-fungsi tipografi pada umumnya, yaitu penyampai informasi yang harus nyaman
dibaca dengan segala kriteria-kriterianya (legible, readable, dan lain-lain).
Ada jenis huruf yang sangat terkenal dan sering sekali digunakan orang. Ia
ada dimana-mana, mulai dari petunjuk jalan, logo perusahaan, sampai di pesawat
ruang angkasa. Jenis huruf itu adalah Helvetica. Helvetica sangat populer sekaligus
menimbulkan banyak pro-kontra di antara para desainer. Contohnya Neville Brody,
seorang desainer grafis, typographer dan art director, pernah mengatakan Helvetica
adalah senjata utama desain. Sedangkan Eric Spiekermann, typographer Jerman
mengatakan Helvetica terlalu lazim, membosankan, sudah terlalu sering digunakan,
cari aman (Rustan, 2013:78-80).
Gambar 2.15 Beberap Contoh Tipografi (Sumber: http://ilovetypography.com)
(51)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pembahasan yang ada pada bab ini akan lebih terfokus pada metode-metode
yang digunakan dalam pengumpulan data, pemilihan data serta teknik pengolahannya
yang akan digunakan agar mendapatkan keywords yang dibutuhkan dalam
perancangan pembuatan buku estetika tato di kota Surabaya dengan teknik fotografi
guna meningkatkan citra masyarakat.
3.1 Perancangan Penelitian
Perancangan penelitian digunakan sebagai cara untuk menentukan
langkah-langkah dalam pengumpulan data, mulai dari menentukan lokasi penelitian, jenis
penelitian dan subjek penelitian yang akan diteliti sebagai cara untuk menyelesaikan
permasalahan penelitian yang diangkat.
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian
tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengambil
lokasi di Vorskin Tattoo Studio dan beberapa studio tato di Surabaya, Jawa Timur.
3.1.2 Jenis Penelitian
.Metode analisis data yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu data
yang telah terkumpul dianalisis untuk menemukan sebuah kesimpulan yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi dari beberapa masyarakat bertato yang
(52)
akan diteliti dan beberapa studio tato beserta karya yang telah dihasilkan dari
masing-masing tato studio tato tersebut.
3.2 Teknik Pengumpulan data
Didalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan
beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu: 1). Wawancara, 2). Observasi,
3). Dokumentasi, dan 4). Literatur. Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan
secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami
oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai,
untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang
memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang
harus kedua-duanya dilakukan.
Teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian
fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan
teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan.
3.2.1 Wawancara
Proses wawancara dilakukan secara langsung dengan artis tato itu sendiri.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara tak berstruktur.
Dalam Day in the Field, Mallinowski menunjukkan sangat pentingnya wawancara tak
berstruktur dalam melakukan penelitian lapangan dibanding wawancara berstruktur
yang memiliki dua kelemahan yang diistilahkannya capital offense. Di samping itu,
(53)
dibanding menjelaskan, maka harus digunakan wawancara tak berstruktur (Bungin,
2001:134).
Menurut Yunus (2010: 358), agar wawancara efektif, maka terdapat berapa
tahapan yang harus dilalui, yakni ;
a. Mengenalkan diri.
b. Menjelaskan maksud kedatangan. c. Menjelaskan materi wawancara. d. Mmengajukan pertanyaan
Dalam perancangan buku tato di kota surabaya dengan teknik fotografi
sebagai informasi destinasi kunjungan tato ini wawancara atau mengambil informasi
dengan informan dari pemilik studio tato Vorskin Tatto Works, yaitu Ardyan Tahoo
Saktie, salah satu seniman tato profesional di Surabaya. Wawancara ini di lakukan
pada bulan maret 2016, beliau dianggap lebih mengetahui perkembangan tato di kota
Surabaya ini dan segala macam permasalahan yang terjadi di dunia tato khususnya di
kota Surabaya ini. Wawancara ini dilakukan untuk memperdalam sumber-sumber
pengetahuan tentang tato di Surabaya beserta permasalahan yang terjadi seputar dunia
tato di kota Surabaya.
Berikut ini beberapa studio tato yang nantinya akan jadi subyek wawancara
dalam penelitian ini:
a. Vorskin Tattoo Works (Ardyan Tahoo Saktie)
Jl. Indragiri 5 Surabaya (Nens Corner Surabaya)
b. Radjah Skin Design (Jimmy Toge)
(54)
3.2.2 Observasi
Teknik ini meuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrumen yang dapat digunakan
yaitu lembar pengamatan, panduan pengamatan. Beberapa informasi yang diperoleh
dari hasil observasi antar lain: ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,
kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi
yaitu untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab
pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran
tersebut. Bungin (2007: 115), mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, tidak terstruktur dan
kelompok tidak terstruktur.
Dalam perancangan buku ini, peneliti akan melakukan pengamatan dan
pencatatan secara langsung terhadap objek-objek tato yang ada di kota Surabaya.
Selain itu, observasi juga dilakukan terhadap perilaku pembaca atau pembeli buku
yang ada di toko buku.
3.2.3 Dokumentasi
Dalam mendokumentasikan, penulis mengunakan beberapa alat bantu seperti,
pena dan kertas untuk mencatat hasil dari wawancara, selain itu penuls mengunakan
untuk membantu dalam proses observasi. Dokumen adalah rekaman peristiwa yang
(55)
interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa
tersebut (Bungin, 2010:142-143).
Dalam melakukan sebuah penelitian perlu mendokumentasikan untuk
memperdalam data penelitian.
Gambar 3.1 Karya Tato dari Vorskin Tato Works Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.2 Karya Tato dari Destroyer Tattoo Sumber : Dokumentasi Pribadi
(56)
Gambar 3.3 Karya Tato dari El Diablo Skin Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.4 Karya Tato dari Ink Ink Skin Design Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.5 Karya Tato dari Radjah Skin Design Sumber : Dokumentasi Pribadi
(57)
3.2.4 Studi Literatur
Ada beberapa jenis buku yang Penulis pilih dan gunakan sebagai bahan
refensi dalam penulisan proposal ini antara lain buku sejarah yang khususnya
membahas tentang sejarah tato, selain itu ada juga buku teknik tentang cara tato yang
baik dan benar yang membantu dalam penulisan proposal ini.
Adapun internet yang juga digunakan untuk menambah beberapa catatan
yang tidak ada dibuku, juga untuk mencari buku-buku yang harus dicari yang sesuai
dengan perancangan buku estetika tato di kota Surabaya dengan teknik fotografi guna
meningkatkan citra masyarakat. Jenisnya seperti E-Book, yang hanya diedarkan
secara online.
3.3 Teknik Analisa Data
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisis data kualitatif
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung
terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul.
3.3.1 Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
(58)
Reduksi data yang dilakukan peneliti dengan memilih data yang berkaitan
dengan estetika tato, yang akan digunakan sebagai penelitian dan perancangan karya.
3.3.2 Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchard dan sejenisnya dengan
menggunakan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2009:95).
Penyajian data yang dilakukan peneliti dengan menyajikan dalam bentuk
skema pembuatan buku estetika tato yang akan menjelaskan tahap-tahap penciptaan
buku buku estetika tato dari pengumpulan data sampai pada tahap proses merancang
buku estetika tato dengan teknik fotografi di kota Surabaya guna meningkatkan citra
masyarakat.
3.3.3 Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendunkung pada tahap
pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2009:97).
Penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti dengan cara mengambil
kesimpulan dari reduksi data mengenai buku estetika tato di kota Surabaya dengan
(59)
51
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam bab ini lebih difokuskan pada metode yang digunakan
dalam perancangan karya, observasi data serta pengolahannya dalam perancangan
buku estetika tato di kota Surabaya dengan teknik fotografi guna meningkatkan
citra masyarakat.
4.1 Hasil dan Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan data-data lain, sehingga dapat
mudah dipahami.
4.1.1 Hasil Observasi (Pengamatan)
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
suatu objek dan melakukan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu
yang menjadi target pengamatan.
Observasi yang dilakukan pada tanggal 20 April 2016, dilakukan
pengamatan dan pencatatan secara langsung mengenai tato di kota Surabaya,
sehingga dapat menentukan apa yang sesuai untuk buku estetika tato di kota
Surabaya. Berdasarkan hasil observasi dari beberapa buku, jurnal dan website
resmi. Didapatkan berbagai macam data yang berhubungan dengan estetika tato.
Hasil observasi peneliti, Masyarakat khususnya daerah Surabaya yang dulunya
menganggap negatif tentang tato mulai bisa menerima perkembangan tato seiring
(60)
pengunjung tato ataupun orang yang akan membuat tato ditubuhnya, dari segi
gambar atau karya tato sendiri sudah mulai berkembang, hal itu didasari karena
mulai banyaknya style gambar dalam dunia tato di Surabaya.
Peneliti melihat estetika dari seni tato terletak pada perpaduan warna dari
sang seniman tato, perpaduan warna gelap-terang menjadi daya tarik tato itu
sendiri. Para konsumen pun menilai bahwa tato yang berwarna cukup contrast
adalah tato yang bagus, begitu pula dengan tebal tipis garis gambar dai Tato
tersebut. Tato berjenis realisme juga memiliki keunikan tersendiri, nilai estetika
tato berjenis realisme ini terletak pada gradasi warna untuk membentuk sebuag
gambar realisme agar terlihat sangat nyata seperti aslinya, namun tato berjenis ini
sering dibuat dalam warna hitam dan abu-abu atau dalam dunia tato disebut tato
black grey.
Gambar 4.1 Karya Tato dari Vorskin Tattoo Works (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
4.1.2 Hasil Wawancara
Analisis data adalah proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip
observasi, wawancara, dan studi pustaka yang telah dikumpulkan berguna untuk
(61)
data yang sudah ditemukan. Pada penelitian ini objek yang diteliti adalah estetika
tato di Surabaya yang dijadikan pembahasan utama sehingga dapat membantu
dalam pembuatan analisa data, sebagai dasar perancangan yang akan dilakukan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan seniman tato profesional di
Surabaya Ardyan Tahoo Saktie dari Vorskin Tattoo Studio, pada tanggal 20 April
2016, dapat disimpulkan bahwa keberadaan tato di jaman sekarang adalah untuk
mempercantik diri, sebagai identitas atau jati diri, sebagai karya seni bagi
seseorang dan unsur kesehatan. Dalam hal untuk mempercantik diri dan identitas
atau jati diri berdasarkan data yang didapat dari Ardyan Tahoo Saktie menegaskan
bahwa seseorang tidak mau disamakan dengan orang lain sehingga mereka
membuat tato dirinya sehingga membentuk suatu estetika bagi dirinya sendiri.
Dalam hal karya seni seseorang melihat tato sebagai keindahan, jadi tidak ada
alasan dari mereka untuk menganggap tato adalah hal negatif, namun sebagai
suatu bentuk keindahan (estetika).
Menurut Ardyan Tahoo awal mula citra tato dianggap negatif oleh
masyarakat yaitu pada era presiden Soeharto sekitar tahun 80an, beredar seeorang
yang disebut Petrus, Petrus adalah singkatan dari penembak misterius, dia
seringkali memberantas orang-orang jahat pada jaman itu dengan menembak
orang tersebut, kebanyakan korban Petrus ini adalah orang-orang bertato. Dari hal
tersebut munculah stigma bahwa orang-orang bertato adalah krimina., mulai saat
itu masyarakat mulai memandang tato adalah hal negatif.
Dalam hal tentang tato yang mempunyai kesan positif Ardyan Tahoo
Saktie memiliki opini bahwa tato yang dibuat harus bagus, konteks bagus tersebut
(62)
tidak boleh asal-asalan karena orang pertama melihat tato dari warnanya
contohnya gambar harus menyerupai bentuk yang diinginkan si konsumen tidak
asal-asalan seperti tato-tato penjara yang hanya menampilkan garis dari suatu
gambar, perpaduan warna juga sangat berpengaruh seperti warna merah
digabungkan dengan warna kuning itu cocok apa tidak, contoh buruknya adalah
warna merah muda digabungkan dengan warna hijau tua, jika seperti itu bukan
tidak mungkin tato tersebut kurang begitu menarik untuk dilihat. Pemilik dari
Vorskin Tattoo Works ini menambahkan perpaduan garis seperti tebal tipis suatu
garis sangat berpengaruh sekali terhadap gambar tato itu sendiri.
4.1.3 Studi Literatur
Menurut literatur internet yang saya dapatkan dari Darius Tattoo yang
membahas tentang tato oriental. Tato Oriental merupakan salah satu jenis aliran
tato yang paling banyak diminati karena tato ini memiliki unsur warna dan garis
yang sangat tegas. Tato oriental konon juga berpengaruh mengusung jati diri
seseorang sesuai dengan budaya yang di anut seseorang. Berbagai macam gambar
memiliki arti tersendiri, seperti naga yang melambangkan kekuasaan, koi yang
melambang kan keberuntungan dan lain-lain.
Dengan memadukan tingkat pewarnaan yang kontras dengan memainkan
ketajaman warna yang sangat mencolok, tidak heran kalau tato oriental menjadi
primadona di kalangan pecinta seni tato itu sendiri bahkan orang yang tidak
tertarik dengan tato, hal itu karena perpaduan warna yang kontras sehingga orang
lain menjadi tertarik dengan tato oriental tersebut dan mungkin perlahan akan
melepaskan stigma negatif tentang tato. Ada beberapa macam aliran dalam tato
(63)
negara yang termasuk dalam rumpun asia yang juga memiliki ciri khas dalam
menciptakan seni tato tersebut.
Gambar 4.2 Contoh Tattoo Oriental (Sumber :www. tattooartistmagazineblog.com)
Diakses pada 16 Mei 2016.
4.1.4 Hasil Studi Eksisting
Analisis studi eksisting ini mengacu pada observasi yang telah dilakukan
terhadap obyek yang teleh diteliti, yaitu estetika tato di Surabaya. Observasi yang
dilakukan didapat dari buku Inked.
Buku Inked ini membahas tentang lifestyle tentang orang-orang bertato,
buku ini tidak terlalu berfokus terhadap gambar tato, maupun estetika tato, namun
estetika dari fotografi. Buku ini lebih membahas orang-orang berpengaruh seperti
pemain band, olahragawan pengusaha yang bertato. Hal yang menarik dari buku
ini adalah cara menampilkan fotografi begitu pula artikelnya sangat tersusun rapi
sehingga orang lebih enak untuk membaca isi dari buku. Kesimpulannya buku ini
(64)
4.2 Konsep atau Keyword
Berdasarkan data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, observasi,
studi literatur, STP, dan beberapa data penunjang lainnya yang nantinya akan
dijadikan sebuah keyword atau konsep.
4.2.1 Segmentasi, Targeting, Positioning (STP)
1. Segmentasi
Dalam perancangan buku estetika tato di kota Surabaya dengan teknik
fotografi guna meningkatkan citra masyarakat, khalayak sasaran atau target yang
dituju adalah :
a. Demografis
Target Primer : Dewasa Dini
Usia : 20 – 35 tahun
Jenis Kelamin : Pria dan wanita
Status Keluarga : Belum menikah
Profesi : Mahasiswa, professional, wiraswasta, seniman.
Kelas Sosial : Kelas menengah
Pendapatan : Rp. 1.000.000,00 – Rp. 5.000.000
b. Geografis
Wilayah : Kota Surabaya
Ukuran Kota : Wilayah Perkotaan
c. Psikografis
Experiencers atau pengejar pengalaman dengan ciri orang yang
(65)
kesenangan. Mengeluarkan pendapatan cukup besar pada mode, hiburan,
dan sosialisasi.
2. Targeting
Target yang dituju dari buku ini adalah seluruh masyarakat Surabaya.
Namun, secara spesifik target yang disasar adalah kalangan dewasa dini atau usia
20 – 35 tahun yang kurang meminati tato dan menganggap tato itu negatif.
3. Positioning
Positioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu
produk, individu, perusahaan, merek atau apa saja dalam alam pikiran mereka
yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya (Kasali, 2007 : 28). Positioning
merupakan hal utama yang diperhitungkan saat membuat atau menciptakan
sebuah produk. Dengan menempatkan sebuah produk yang memiliki diferensiasi
dengan kompetitornya, maka produk dapat memiliki kekuatan yang lebih besar
untuk menarik pasar.
Positioning yang ingin ditanamkan pada benak masyarakat terhadap buku
ini adalah sebagai buku yang memberikan referensi atau informasi tentang tato
melalui estetika atau nilai keindahan dari suatu tato tersebut dilengkapi dengan
penjelasan tentang tato tersebut sehingga memudahkan pembaca dalam
memahami isi dari buku tersebut.
4.2.2 Unique Selling Preposition (USP)
Adanya keunikan tersendiri pada suatu produk dalam sebuah persaingan
bisnis merupakan hal yang sangat penting, karena keunikan tersebut dapat
(66)
dapat memiliki kekuatan dalam menarik target pasar. Keunikan suatu produk
dapat menjadikan suatu produk memiliki kemungkinan untuk lebih digemari
konsumen disbanding dengan kompetitornya dan keunikan tersebut dikenal
dengan istilah Unique Selling Proposition.
Dalam buku ini, Unique Selling Proposition yang dimiliki yaitu buku ini
berdimensi 25cm x 25cm, dibuat sedemikian rupa agar buku ini memiliki ciri khas
masa kini, karena jaman sekarang banyak buku dibuat berukuran tidak pada
umumnya, terlepas dari ukuran standar buku seperti A3, A4, A5 baik dalam
bentuk portrait maupun landscape. Jenis tato yang diangkat adalah tato-tato
kontemporer atau masa kini.
4.2.3 Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat)
SWOT adalah dipergunakan untuk menilai dan menilai ulang (reevaluasi)
suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan
meminimumkan resiko yang mungkin timbul. Langkahnya adalah dengan
mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif
yang berpotensi menghambat pelaksanaan keputusan perancangan yang telah
diambil (Sarwono dan Lubis 2007:18). Dinilai dari segi kekuatan dan kelemahan
merupakan faktor internal yang dikandung oleh sebuah obyek, sedangkan peluang
dan ancaman merupakan faktor dari segi eksternal. Hasil dari kajian keempat segi
internal dan eksternal tersebut dapat disimpulakan melalui trategi pemecahan
masalah, perbaikan, pengembangan, dan optimalisasi. Hal-hal yang dikandung
oleh empat faktor tersebut disimpulkan menjadi sesuatu kesimpulan yang positif,
netral atau dipahami. Penyusunan kesimpulan ini ditampung dalam Matriks Pakal
(67)
a. Strategi PE-KU (S-O) / Peluang dan Kekuatan : Mengembangkan peluang menjadi kekuatan.
b. Strategi PE-LEM (W-O) / Peluang dan Kelemahan : Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan.
c. Strategi A-KU (S-T) / Ancaman dan Kekuatan : Mengenali dan
mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.
d. Strategi A-LEM (W-T) / Ancaman dan Kelemahan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk meminimumkan kelemahan. (Sarwono dan
Lubis, 2007:18-19).
4.2.4 Tabel Analisis SWOT (Buku Estetika Tato di Kota Surabaya)
Hasil dari wawancara, observasi, literatur, studi eksisting dan studi
kompetitor dapat mengetahui Strengt, Weaknes, Opportunities, dan Strength atau
(68)
Tabel 4.1 SWOT (Buku estetika tato)
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016
4.2.5 Keyword
Pemilihan kata kunci atau keyword dari dasar perancangan buku estetika
tato di kota Surabaya ini dipilih melalui penggunaan dasar acuan analisa data yang
(69)
terkumpul dari hasil observasi, wawancara, literature, STP, studi eksisting, USP,
dan analisis SWOT yang kemudian dijadikan sebagai strategi utama.
Gambar 4.3 menunjukkan proses pemilihan kata kunci atau keyword
dalam perancangan buku batik estetika tato di Surabaya. Berdasarkan hasil proses
pencarian keyword ditemukan kata kunci yaitu “Clear (jelas, mencerahkan)”.
Kata Clear (jelas, mencerahkan), selanjutnya akan dideskripsikan lebih lanjut
untuk menjadi konsep dalam perancangan buku estetika tato di kota Surabaya.
4.2.6 Deskripsi Konsep
Konsep yang akan digunakan dalam perancangan buku estetika tato di
Kota Surabaya adalah Clear (jelas, mencerahkan). Kata “Insight” yang
digabungkan dengan “Creative” dan “Characteristic” yang digabungkan menjadi
satu menghasilkan kata Clear (jelas, mencerahkan). Semua kata-kata meruoakan
penjabaran wawancara, observasi, literature, STP, studi eksisting, USP, dan
analisis SWOT yang kemudian dijadikan sebagai strategi utama.Kata Clear yang
berarti jelas, cerah, menjelaskan, mencerahkan.
Kata Clear diambil dari karakter buku ini agar buku ini mengandung
pesan jelas ataupun mencerahkan, karena wawasan yang kreatif dan berakter
harus disampaikan dengan jelas/mencerahkan. Sedangkan kata Insight (wawasan),
“Creative” dan “Characteristic” dipilih karena mencerminkan citra tato terlanjur
negatif maka dari itu para masyarakat yang menganggap tato ini negatif agar
diberi wawasan agar tidak lagi menganggap tato ini negatif melalui buku yang
kreatif dan berkarakteristik agar memiliki informasi yang sangat baik kepada
(70)
Konsep Clear (Jelas, mencerahkan) ini bertujuan untuk
mengkomunikasikan kepada target pasar yang menganggap negatif tentang tato,
dengan meberikan informasi tentang tato dengan jelas melalui fotografi tato. Buku
estetika tato ini memiliki keunikan sendiri, dari segi dimensi buku yang tidak pada
umumnya yaitu berdimensi 25cm x 20cm dan hanya menampilkan tato-tato jenis
baru atau kontemporer agar memiliki kesan modern dan mampu ditangkap dengan
(1)
4.5.2. Desain Media Pendukung a. Desain Poster
Pada gambar 4.41 adalah desain media poster yang akan digunakan, disana terdapat kata-kata “BOOK LAUNCH” dan nama penulis, hal ini disematkan agar masyarakat tahu bahwa siapa penulis buku ini dan kapan peluncurannya, serta terdapat gambar sampul dari buku ini. Poster ini dicetak dengan ukuran A3 potrait dan laminasi doff.
Gambar 4.41 Desain Poster Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016
b. Desain X-banner
Pada gambar 4.42 adalah desain media x-banner yang akan digunakan, disana terdapat judul buku “Aesthetic of Tattoo” dan sinopsis, hal ini disematkan agar masyarakat tahu latar belakang penulisan buku ini. X-banner ini dicetak dalam kuran 160cm x 60cm.
(2)
98
Gambar 4.42 Desain X-banner
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016
c. Desain Merchandise
Pada gambar 4.43 desain merchandise berupa stiker, pin, dan gantungan kunci.
Gambar 4.43 Desain Merchandise
(3)
99
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana merancang buku estetika tato di kota surabaya. Dari rumusan masalah perancangan yang diajukan, analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, ditarik sebuah kesimpulan pada perancangan ini. Adapun kesimpulan yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Untuk merancang buku estetika tato di kota Surabaya dengan teknik fotografi guna meningkatkan citra tato kepada masyarakat, dibutuhkan teknik pengambilan data melalui wawancara, observasi, literatur, STP, studi eksisting, USP, dan analisis SWOT yang kemudian dianalisa menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif untuk mendapatkan
keyword yang digunakan sebagai landasan konsep perancangan. Adapun
keyword yang telah ditemukan adalah “Insight/ wawasan” sebagai kesimpulan dari STP, “Creative/ kreatif” yang merupakan hasil dari SWOT dan “Characteristic/Karakteristik” dari USP. Dari hasil analisis ketiga keyword tersebut maka didapatkan konsep perancangan “Clear/ jelas (menjelaskan)” sebagai landasan dari implementasi karya.
2. Konsep “Clear/ jelas” diimplementasikan pada karya dalam bentuk fotografi sebagai point of interest dari setiap halaman buku yang disertai dengan penjelasan tentang tato dan estetikanya dari objek fotografi yang akan dimuat dalam buku estetika tato ini. Teknik fotografi yang digunakan
(4)
100
pada buku ini adalah fotografi model dan fotografi close up. Untuk mendukung konsep serta perancangan secara keseluruhan, maka judul dari buku ini adalah “Aesthetic of Tattoo” dengan sub-judul “Menjelajahi Estetika Tato Melalui Fotografi”.
3. Berdasarkan pengujian hasil desain yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa buku estetika tato telah memenuhi tujuan perancangan guna meningkatkan citra tato kepada masyarakat. Dimana faktor paling penting dari perancangan buku ini adalah sebagai untuk meningkatkan citra tato di mata masyarakat agar citra buruk tato di mata masyarakat bisa terangkat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Memperluas objek penelitian dan sumber data yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memenuhi pendalaman materi dengan estetika tato, mengingat dalam proses perancangan ini terdapat keterbatasan dalam proses pengambilan data.
2. Menggunakan landasan perancangan serupa untuk daerah lain di Indonesia khususnya Jawa Timur sebagai bentuk kesadaran terhadap tato agar citra tato mampu diangkat dan tidak selalu dipandang buruk oleh masyarakat. 3. Mempergunakan gaya desain yang sesuai dengan target audience agar
(5)
101 Sumber Buku :
Aziz, Abdul. 2013. Buku Ajar Fotografi Dasar. Surabaya: STIKOM Surabaya Aziz, Abdul. 2013. Buku Ajar Fotografi Desain. Surabaya: STIKOM Surabaya J. Lexy, Malaeong. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Koeswara, E. (2001) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco
Kusrianto. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Maharsi, Indiria. 2013. TIPOGRAFI (Tiap Font Memiliki Nyawa dan Arti).
Jogyakarta: CAPS
Mamppiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional Rustan, Suriyanto. 2008. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Sanyoto, Sadjiman. 2009. Elemen-Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta: Jalasutra, Anggota IKPI
Sarwono, Jonathan dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Sihombing, Danton. 2001. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Sihombing, Danton. 2001. Tipograi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
TRIMO, Sujono. 1997. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wibowo, Iyan. (2007). Anatomi Buku. Bandung : Kolbu
Sumber Jurnal:
Afriansyah, Rizal. 2010. Penciptaan Buku Referensi Wisata Kuliner Dengan Teknik Fotografi Guna Mengenalkan Potensi Wisata Kota Mojokerto
(6)
102
Christian, Daniel. 2013. Perancangan Buku Pedoman Tato Yang Artistik Dan Higienis
Sumber Jurnal:
Agus Sholeh. 2013. http://lautanopini.com/2013/03/19/guru-dan-buku-yang-bermakna/. Di akses tanggal 15 Maret 2016
Guruh Dimas Nugroho. 2013. http://guruhdimasnugroho.blogspot.com/2013/04/. Di akses tanggal 15 Maret 2016.