TA : Perancangan Buku Batik Tulis Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya Dengan Teknik Fotografi Guna Meningkatkan Brand Awareness Pada Masyarakat Kota Surabaya.

(1)

i

PERANCANGAN BUKU BATIK TULIS MANGROVE PESISIR

RUNGKUT SURABAYA DENGAN TEKNIK FOTOGRAFI

GUNA MENINGKATKAN BRAND AWARENESS PADA

MASYARAKAT KOTA SURABAYA

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Desain Komunikasi Visual

Oleh:

TITO ISTNAIN NUR AISYAH 12420100076

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

ii

THE DESIGN OF THE BOOK BATIK COASTAL MANGROVE

RUNGKUT SURABAYA WITH PHOTOGRAPHIC

TECHNIQUES TO INCREASE BRAND AWARENESS IN THE

COMMUNITY THE CITY OF SURABAYA

FINAL PROJECT

Study Program

S1 Visual Communication Design

By:

TITO ISTNAIN NUR AISYAH 12420100076

FACULTY OF TECHNOLOGY AND INFORMATION

INSTITUTE OF BUSINESS AND INFORMATION TECHNOLOGY STIKOM SURABAYA


(3)

xi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan ... 8

1.5 Manfaat ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Informasi ... 10

2.2 Kebudayaan ... 10

2.2.1 Kota Surabaya ... 11

2.3 Batik ... 13

2.3.1 Definisi ... 13

2.3.2 Batik Mangrove ... 15

2.4 Desain Grafis ... 16

2.4.1 Definisi ... 16

2.4.2 Unsur-unsur Desain Grafis ... 16

2.5 Ilustrasi ... 27

2.6 Brand Awareness ... 30

2.7 Tipografi ... 33

2.8 Buku ... 35


(4)

xi

3.1.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.2.1 Observasi ... 42

3.2.2 Wawancara ... 43

3.2.3 Studi Pustaka ... 43

3.2.4 USP ... 44

3.3 Teknik Analisis Data ... 44

3.3.1 Reduksi Data ... 44

3.3.2 Penyajian Data ... 45

3.2.1 Observasi ... 42

BAB IV PEMBAHASAN ... 47

4.1 Hasil dan Analisis Data ... 47

4.1.1 Analisis Data ... 48

4.1.2 Hasil Observasi ... 48

4.1.3 Hasil Wawancara ... 49

4.1.4 Analisis S.W.O.T ... 51

4.2 STP ... 52

4.2.1 Segmentasi ... 52

4.2.2 Targeting ... 52

4.2.3 Positioning ... 52

4.3 Keyword ... 53

4.4 Deskripsi Konsep ... 54

4.5 Konsep Perancangan ... 56

4.6 Perencanaan Kreatif ... 57

4.6.1 Tujuan Kreatif ... 62

4.6.2 Strategi Kreatif ... 62

4.7 Perancangan Media ... 63

4.7.1 Tujuan Media ... 63

4.7.2 Strategi Media ... 63

4.7.3 Teknis Produksi ... 64


(5)

xi

4.8.1 Perancangan Buku Ilustrasi ... 71

4.8.2 Implementasi Karya ... 74

4.8 Desain Poster ... 91

4.9 Desain Stiker ... 92

4.10 Desain Pembatas Buku ... 92

BAB V PENUTUP ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

BIODATA PENELITI ... 98

LAMPIRAN ... 99


(6)

xi

Gambar 2.1 Peta Jawa Timur - Surabaya ... 12

Gambar 2.2 Motif Manusia ... 15

Gambar 2.3 Motif kawung ... 15

Gambar 2.4 Garis Lurus, Bergelombang, dan Tak Beraturan ... 18

Gambar 2.5 Bidang Geometris ... 19

Gambar 2.6 Bidang Tak Beraturan ... 19

Gambar 2.7 Lingkaran Warna ... 21

Gambar 2.8 Gradasi Warna ... 25

Gambar 2.9 Tekstur Alam ... 26

Gambar 2.10 Gambar ilustrasi ... 29

Gambar 2.11 Piramida Brand Awareness ... 31

Gambar 4.1 Motif Batik Mangrove ... 48

Gambar 4.2 Wawancara Narasumber ... 51

Gambar 4.3 Keyword ... 55

Gambar 4.4 Bagan Konsep Perancangan ... 57

Gambar 4.5 Teori Warna Kobayashi ... 59

Gambar 4.6 Penentuan Warna... 59

Gambar 4.7 Warna Elegant ... 60

Gambar 4.8 Font isi konten ... 61

Gambar 4.9 Font isi konten ... 61

Gambar 4.11 Sketsa Desain Cover... 72

Gambar 4.12 Sketsa Layout Isi Buku Tentang Sejarah Batik Mangrove ... 73

Gambar 4.13 Sketsa isi buku Cara Pembuatan Batik Mangrove ... 73

Gambar 4.14 Sketsa layout isi buku Tentang Diskripsi Pakem Batik Mangrove dan Gambar Pakem Batik Mangrove ... 74

Gambar 4.15 Sketsa Desain Poster ... 74

Gambar 4.16 Desain cover buku ... 75

Gambar 4.17 Desain Blank page ... 75

Gambar 4.18 Desain Cover Buku dalam ... 76

Gambar 4.19 Desain Halaman Cetak ... 76


(7)

xi

Gambar 4.22 Pembatas Halaman Judul “Sejarah Batik Mangrove” ... 78

Gambar 4.23 Isi Buku Halaman 1 ... 78

Gambar 4.24 Isi Buku Halaman 2 ... 79

Gambar 4.25 Isi Buku Halaman 3 ... 80

Gambar 4.26 Isi Buku Halaman 4 ... 80

Gambar 4.27 Isi Buku Halaman 5 ... 81

Gambar 4.28 Isi Buku Halaman 6 ... 81

Gambar 4.29 Isi Buku Halaman 7 ... 82

Gambar 4.30 Isi Buku Halaman 8 ... 82

Gambar 4.31 Isi Buku Halaman 9 ... 83

Gambar 4.32 Isi Buku Halaman 10 ... 83

Gambar 4.33 Isi Buku Halaman 11 ... 84

Gambar 4.34 Isi Buku Halaman 12 ... 84

Gambar 4.35 Isi Buku Halaman 13 ... 85

Gambar 4.36 Isi Buku Halaman 14 ... 85

Gambar 4.37 Isi Buku Halaman 15 ... 86

Gambar 4.38 Isi Buku Halaman 16 ... 86

Gambar 4.39 Isi Buku Halaman 17 – 18 ... 87

Gambar 4.40 Isi Buku Halaman 19 ... 88

Gambar 4.41 Isi Buku Halaman 20 ... 88

Gambar 4.42 Isi Buku Halaman 21 ... 89

Gambar 4.43 Isi Buku Halaman 22 ... 89

Gambar 4.44 Isi Buku Halaman 23 - 28 ... 90

Gambar 4.45 Blank Page ... 90

Gambar 4.46 Desain Back Cover Buku Dalam ... 91

Gambar 4.47 Back Cover Buku Luar ... 91

Gambar 4.48 Desain Poster ... 92

Gambar 4.49 Desain Stiker ... 93

Gambar 4.50 Desain Pembatas Buku ... 93


(8)

xi

Tabel 4.1 Analisis S.W.O.T ... 52


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan. Sifat khas kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam beberapa unsur yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya, dan keseniannya (yang kuno warisan nenek moyang maupun yang kontemporer). Sulit untuk menonjolkan sifat khas yang memberi identitas dalam unsur-unsur lain dari suatu kebudayaan.

Menurut Anshori dan Kusrianto (2011: 301 - 306), di Surabaya batik juga dikembangkan. Hal ini jelas tercermin pada motif batik yang diproduksi para produsen Batik Surabaya yang sebagian pembatiknya berasal dari berbagai daerah. Mereka membawa pengalaman dan keterampilan dalam membatik berdasarkan gaya daerah mereka masing-masing. Perpaduan itulah yang kemudian menjadi ciri khas Batik Surabaya. Batik yang dihasilkan sekaligus sebagai inisiator batik unik bermotif Mangrove yaitu Ibu Lulut Sri Yuliani. Mangrove menjadi motif-motif batik khas dari di daerah Rungkut Kota Surabaya dan di daerah Gunung Anyar Kota Surabaya yang mulai dikenal luas. Batik Mangrove merupakan salah satu jenis batik tulis baru di Surabaya. Disebut sebagai Batik Mangrove karena keistimewaan diantara batik lainnya dalam hal motif dasarnya Mangrove dengan segala isinya dan proses pembuatan warna yang memanfaatkan


(10)

potensi lingkungan alam dan budaya Wonorejo. Jenis pakem Batik Mangrove sangat beranekaragam, sedangkan peneliti hanya menggunakan tiga pakem Batik Mangrove dalam penelitian yaitu Batik Motif Little Water Melon Kombinasi Achantux, Batik Motif Alur Sungai dan Muara, dan Batik Motif Lumnitzera Kombinasi Semanggi. Motif – motif yang digunakan peneliti telah mendapat ijin dari pembuat motif Batik Mangrove tersebut.

Pada 2007 Ibu Lulut membuat batik, yang bagi lingkungannya idenya sempat dianggap tidak masuk akal. Aneka cercaan yang diterima tidak menghentikan langkahnya. “Saya buat desain-desain, lalu saya bikinkan pakem untuk persiapan,” ungkapnya. Kerja seni Ibu Lulut pernah, hingga kerja kerasnya dapat membuahkan hasil. Pihak Dinas Tenaga Kerja, Kecamatan Rungkut, dan idenya disetujui pihak ketiga untuk membuat batik Mangrove, agar dapat dihargai dan terkesan lebih ekslusif bagi masyarakat umum, contohnya dengan satu desain khusus dibuat untuk satu orang. Setiap perajin batik mangrove dibekali 44 desain pakem yang sudah dipatenkan dan dikembangkan sesuai dengan daya imajinasi masing-masing, sehingga corak dan bentuk batik sesuai dengan desain yang dibuat perajin satu dengan yang lain akan berbeda.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia sangat banyak, sehingga masyarakat turut melestarikan kebudayaan yang ada di daerahnya masing-masing agar tidak hilang.

Anshori dan Kusrianto (2011: xi), salah satu ragam kebudayaan dimiliki Indonesia yakni Batik yang menjadi kerajinan bernilai seni tinggi dan telah menjadi budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Batik diakui UNESCO


(11)

sebagai warisan budaya Indonesia selalu dikembangkan pembatik dengan potensi membatik yang dimiliki oleh hampir seluruh daerah.

Batik salah satu warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia, hal ini disambut antusias oleh masyarakat Indonesia. Baju batik yang tidak hanya digunakan untuk acara-acara resmi saja, tetapi mulai serentak sebagai pakaian seragam anak sekolah, seragam pegawai instansi pemerintah atau swasta. Munculnya produk-produk kain batik mulai dengan bermacam-macam jenis, misalnya jaket, sandal, tas, aksesoris.

Perkembangan batik di Nusantara ditandai dengan munculnya bermacam-macam motif batik di daerah-daerah di Indonesia. Aneka motif batik antar daerah sangat sulit dibedakan dan banyak terdapat kemiripan dari daerah satu dengan daerah lainnya. Akibat dari akulturasi budaya atau pembauran budaya antar daerah lainnya, yang berbaur, beradaptasi dan berlangsung secara alami di Indonesia yang terdiri berbagai macam suku hingga menghasilkan jenis kebudayaan yang hampir serupa.

Ibu Lulut sebagai penemu Batik Mangrove memperkenalkan Batik Mangrove kepada masyarakat dan disambut hangat oleh pemerintah dengan memberikan pelatihan dan pembinaan khusus bagi Komunitas Wanita Pesisir Griya Karya Tiara Kusuma agar lebih dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan dan harapan. Saat ini, Batik Mangrove mempunyai tempat workshop dan penjualan di tempat tinggal Ibu Lulut di Wisma Kedungasem. Berkat kerja keras dan keuletan pencetusnya, Batik Mangrove mulai dikenal banyak orang. Konsumen batiknya mulai merambah pasar nasional, sehingga banyak kunjungan,


(12)

pelatihan, penelitian, dan pembeli yang berdatangan, baik dari berbagai instansi pemerintahan, pendidikan dan kalangan masyarakat.

Sekitar 10 hingga 23 orang setiap bulannya yang berkunjung di Griya Karya Tiara Kusuma, tetapi paling banyak kunjungan dari luar kota Surabaya, khususnya dari kunjungan instansi pemerintahan dan pendidikan yang turut membeli produk Batik Mangrove, dari total kunjungan akhir ada 34 Batik Mangrove yang terjual. Ide awal dibuatnya Batik Mangrove yakni sebagai upaya warga mendekatkan diri dengan alam dan mengenal potensi yang ada di lingkungan, serta memahami bahwa potensi lingkungan tidak boleh diabaikan tetapi harus dimanfaatkan juga dikembangkan tanpa mengeksploitasinya.

Batik Mangrove sudah menghiasi berbagai bentuk perlengkapan seperti taplak meja, sarung bantal hingga aneka pakaian. Wisatawan domestik dan mancanegara oleh pihak dinas pariwisata selalu diarahkan ke kampung tersebut. Umumnya, mereka ingin mengetahui proses pembuatan Batik Mangrove, juga tertarik untuk membeli dan mencoba memasarkannya keluar kota. Rumah para pembatik sering menjadi tempat kunjungan wisatawan. “Batik Mangrove sudah dipatenkan sebagai batik khas Surabaya.

Harga yang dicantumkan mulai Rp 500.000 hingga jutaan rupiah, pemasaran batik Mangrove sudah mulai merambah keluar daerah bahkan sudah sampai di Mancanegara, sebut saja Amerika, Australia, Jepang, dan Singapura” kata Ibu Lulut. Batik Mangrove telah dipasarkan sudah di Mancanegara dengan total 265 batik yang terjual dengan harga yang bermacam-macam. Ibu Lulut beranggapan bahwa, pameran bukan hanya sekedar menjual tetapi juga memberi informasi, memperkenalkan produk, dan memberikan pembelajaran membatik


(13)

kepada masyarakat. Langkah awal yang dibentuk untuk jaringan pemasaran”. Salahsatu gerai batiknya sudah ada di kawasan Tangerang Selatan, Banten, bekerjasama dengan ikat batik tulis.

Batik hasil kreasi ibu-ibu warga Wonorejo tersebut diberi label Batik Tulis mangrove Pesisir Rungkut Surabaya. Batik Mangrove sudah dimiliki para pejabat baik dilingkungan Dinas Provinsi Jawa Timur maupun Dinas Pemerintahan Kota dan Kabupaten di Jawa Timur, sehingga batik Mangrove tidak hanya terkenal keberbagai hanya wilayah Surabaya, melainkan di Jawa Timur dan sekitarnya.

Menurut Anshori dan Kusrianto (2011: 306), melestarikan kebudayaan dengan cara mendalami atau dengan mengetahui tentang budaya dari daerah masing-masing. Mempertahankan nilai budaya, salah satunya dengan mengembangkan kebudayaan tersebut disertai dengan keadaan yang dialami sekarang ini, yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai kebudayaan yang didalamnya. Di Surabaya Batik Mangrove yang sudah tercatat sebagai Batik Surabaya.

Penulis sebagai warga Kota Surabaya, merasa wajib melestarikan budaya-budaya Indonesia agar tidak luntur atau hilang, khususnya batik dari khas kota masing-masing seiring dengan hasil budaya Indonesia yang beraneka ragam.

Batik Tulis Mangrove yang sudah dipatenkan menjadi ikon Batik Kota Surabaya, perlu adanya upaya untuk mempromosikan dengan membuat Brand Awareness untuk Batik Mangrove, karena peran brand awareness dalam ekuitas brand (nilai brand) tergantung pada tingkat pencapaian kesadaran dan pandangan konsumen. Adapun pemberian label produk yang bertujuan untuk


(14)

mengidentifikasi nama produk atau jasa yang dihasilkan agar dapat dikenal oleh masyarakat umum, khususnya kompetitor.

Atas dasar permasalahan diatas, dibutuhkan media yang dapat memberikan pengetahuan dan informasi lengkap mengenai Batik Tulis untuk anak-anak hingga dewasa serta generasi-generasi Indonesia berikutnya.

Menurut Hurlock (1978 : 337), secara psikologis membaca merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Membaca mendorong timbulnya kreatifitas dan memberikan dampak yang menyenangkan bagi otak. Membaca merupakan penunjang bagi kepentingan belajar disemua kalangan.

Peneliti memilih media buku dengan melihat manfaat yang dimiliki buku agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Menurut Sumolang (2013 : 3 - 4), buku masih banyak digemari karena buku mempunyai keunikan tersendiri yang tidak tergantikan oleh media yang lain. Kelebihan dengan menggunakan buku yaitu dapat disentuh, referensi yang dapat dipercaya, dan hemat. Sedangkan dari kekurangan buku antara lain mudah rusak atau sobek, memerlukan tempat khusus, dan butuh perawatan yang khusus. Buku juga memiliki bentuk yang lebih konkrit karena sifat yang lebih praktis, dapat dibaca kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu buku tidak pernah berhenti diminati seluruh kalangan dari anak-anak hingga dewasa.

Buku tersebut berisi tentang sejarah, cara pembuatan serta menceritakan seluruh Batik Mangrove yang dimuat dalamnya dan diberi gambar Ilustrasi agar lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh segala usia khususnya masyarakat Kota Surabaya. Buku tersebut merupakan buku yang menampilkan hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang


(15)

lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan. Gambar ilustrasi dan fotografi yang ada di dalam buku tersebut bertujuan untuk menerangkan dan turut menghiasi isi, cerita dan informasi tertulis lainnya. oleh karena itu maka, media yang dipilih peneliti adalah buku.

Atas dasar pemandangan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat tentang Brand Awareness Batik Tulis Mangrove kepada warga Surabaya melalui buku. Peneliti berharap dengan adanya buku Batik Tulis Mangrove Surabaya, masyarakat Surabaya mengenal Batik Mangrove dan juga dapat sebagai menjadi inspirasi para pembatik lainnya.

Perancangan buku yang dilakukan untuk mempertahankan nilai budaya di Indonesia, sebagai masyarakat Indonesia khususnya di Kota Surabaya dengan adanya Batik Tulis Mangrove yang telah dipatenkan menjadi Batik Tulis Kota Surabaya. Buku tersebut diharapkan dapat menegaskan bahwa Batik Mangrove dapat menjadi Brand Batik Tulis Kota Surabaya, juga sebagai upaya pembelajaran bagi khalayak umum.

1.2 Perumusan Masalah

Uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan perumusannya adalah bagaimana merancang buku batik tulis Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya dengan teknik fotografi guna meningkatkan Brand awareness pada masyarakat Surabaya?


(16)

1.3 Batasan Masalah

Arti penting batasan masalah bagi peneliti adalah sebagai upaya untuk menyederhanakan masalah yang melingkupi realita Batik Mangrove, sebagai berikut :

a. Penciptaan motif yang digunakan yaitu Batik Motif Little Water Melon Kombinasi Achantux, Batik Motif Alur Sungai dan Muara, dan Batik Motif Lumnitzera Kombinasi Semanggi.

b. Teknik gambar Ilustrasi untuk Batik Motif Little Water Melon Kombinasi Achantux, Batik Motif Alur Sungai dan Muara, dan Batik Motif Lumnitzera Kombinasi Semanggi.

c. Teknik fotografi.

d. Lingkup tempat di Kota Surabaya. e. Objek yang diteliti Batik Mangrove

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan dan pembuatan buku Batik Tulis Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya menjadi Brand Awareness Batik Tulis Surabaya, adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan Brand Awareness masyarakat Kota Surabaya.

b. Membuat buku Ilustrasi Batik Tulis Mangrove Kota Surabaya dengan teknik fotografi.


(17)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Pada bidang keilmuan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mampu berfikir dalam memperkaya wawasan dalam ilmu kebudayaan terutama mampu mengetahui keanekaragaman motif-motif Batik Surabaya dan mampu membedakan motif Batik Surabaya dengan motif batik yang lain.

b. Buku Batik Tulis Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya dirancang dengan harapan dapat menjadi salahsatu buku referensi bagi masyarakat maupun mahasiswa yang ingin menambah wawasan tentang Batik-Batik Surabaya, sehingga memberi kontribusi berupa informasi dan edukasi kepada masyarakat luas.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Buku tersebut dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat Surabaya dalam belajar dan menghayati isi buku “Batik Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya” sebagai batik tulis yang sudah dipatenkan menjadi Batik Surabaya.

b. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai referensi motif batik pada daerah yang lain dengan memanfaatkan hasil alam sebagai bahan dasar pembuatan warna pada batik agar menghemat malam dan mempunyai ciri khas tertentu.

c. Masyarakat lebih mengenal dengan baik (belajar) dan menerapkan isi buku Batik Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Guna mendukung proses perancangan buku batik tulis Mangrove di Kota Surabaya, diperlukan beberapa teori yang relevan sebagai pokok pembahasan, dibutuhkan beberapa referensi literatur dan referensi visual dalam penciptaan buku Ilustrasi agar lebih lugas, ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan.

2.1 Informasi

Menurut Kadir (2002: 31), informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.

Menurut Susanto (2004: 46), bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.

Informasi yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna, sehingga memberi manfaat bagi yang menerimanya.

2.2 Kebudayaan

Menurut Kontjaraningrat (2015: 11), kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayana, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Demikian, ke-budaya-an itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.


(19)

Menurut Zoetmulder (1951: 18), ada pendirian lain mengenai asal kata dari “kebudayaan” itu, ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budidaya, arti daya dari budi, kekuatan dari akal.

Ada sekian banyak definisi kebudayaan. Kebudayaan merupakan keseluruhan total dari apa yang pernah dihasilkan oleh makhluk manusia yang menguasai planet ini sejak zaman ia muncul dimuka bumi. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa konsep kebudayaan itu sedemikian luas ruang lingkupnya seolah-olah tak dapat dibatasi atau didefinisikan.

Menurut Koentjaraningrat (2015: 118), nilai kebudayaan biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sifat khas kebudayaan hanya bisa digolongkan ke beberapa unsur yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam Bahasa, kesenian (yang kuno warisan nenek moyang maupun yang kontemporer, termasuk misalnya gaya berpakaian), dan dalam upacara-upacara (yang tradisional maupun baru). Sulit untuk menonjolkan sifat khas yang memberi identitas dalam unsur-unsur lain dalam kebudayaan.

2.2.1 Kota Surabaya

Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang ada pada jaman dahulu masyarakat Kota Surabaya mempertahankan tanah Kota Surabaya.


(20)

Gambar 2.1 Peta Jawa Timur – Surabaya

Sumber : http://indonesia-peta.blogspot.co.id/2010/10/gambar-peta-povinsi-jawa-timur-jatim.html

Menurut Widodo (2013: 1), Kota Surabaya ibukota Provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan, karena memiliki sejarah panjang terkait dengan nilai kepahlawanan. Puluhan warga yang meninggal saat pertempuran 10 November 1945 untuk membela Indonesia. Peristiwa tersebut dikenang sebagai peringatan hari Pahlawan. Kota Surabaya berasal dari kata Sura atau Suro (hiu) dan Baya atau Boyo (buaya), dua makhluk dalam mitos local berperang satu sama lain untuk mendapatkan gelar “hewan terkuat atau paling kuat.

Masyarakat Kota Surabaya berjuang melawan penjajah demi mempertahankan Indonesia, meski banyak yang rela gugur demi mempertahankan Kota Surabaya dan berjuang hingga titik darah penghabisan, perjuangan masyarakat Kota Surabaya membuahkan hasil. Banyak masyarakat yang menjunjung nilai kebudayaan dan masih menghormati pahlawan-pahlawan,


(21)

sehingga mereka terus mengembangkan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Kota Surabaya.

Menurut Anshori dan Kusrianto (2011: 301), Kota Surabaya merupakan kota cosmopolitan, penduduk datang dari berbagai daerah sehingga membuat kota ini memiliki beragam budaya. Budaya metropolis ini kemudian berpadu dengan penduduk asli Kota Surabaya. Hal ini jelas tercermin pada motif batik yang diproduksi para produsen batik Kota Surabaya, yang sebagian pembatiknya berasal dari berbagai daerah. Mereka membawa pengalaman dan keterampilan dalam membatik dari berbagai masing-masing gaya daerah mereka.

2.3 Batik

Masyarakat Indonesia bangga dengan batik karena termasuk dalam salah satu warisan budaya dunia. Batik yang bervariasi dan bermacam-macam jenisnya terdapat hampir disetiap daerah-daerah di Indonesia.

2.3.1 Definisi

Menurut Tim Abdi Guru (2007: 1), batik adalah gambar/ lukisan yang dibuat pada kain dengan lilin dan pewarna (naphtol), menggunakan alat canting dan atau kuas serta teknik tutup-celup. Batik dapat berupa gambar pola ragam hias atau lukisan ekspresif.

Batik sangat beraneka macam bentuk dan cara pembuatannya yang disesuaikan dari daerah masing-masing yang membuatnya, sehingga batik pada daerah-daerah tertentu mempunyai ciri khas.

Menurut Anshori dan Kusrianto (2011: 26), pengakuan UNESCO pada karya batik Indonesia berdampak luar biasa. Bangsa Indonesia bagaikan disengat lebah terbangunkan semangatnya untuk mencintai batik. Tidak berlebihan jika


(22)

pemerintah menganjurkan setiap hari Jumat agar semua pegawai dan anak sekolah mengenakan busana batik. Dan rupanya banyak yang tidak keberatan dengan anjuran itu. Giliran masing-masing kabupaten dan kota yang telah menikmati lezatnya otoritas daerah dipacu untuk berlomba-lomba mengembangkan motif batik khas daerah, maka banyak kepala daerah yang cepat-cepat mempatenkan motif-motif batik yang ada didaerahnya sebagai motif khas daerah.

Masyarakat Indonesia dengan bangga adanya pengakuan batik dari UNESCO, sehingga masyarakat senantiasa terus mengembangkan dan melestarikan kebudayaan batik di Kota Surabaya, dengan semangat dan antusias yang besar di Kota Surabaya banyak sekali beranekaragam jenis-jenis batik.

Menurut Tim Abdi Guru (2007: 2 – 3), ragam hias dalam seni rupa bisa berfungsi mengisi kekosongan suatu bidang dan juga berfungsi simbolis. Pola hias merupakan unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang suatu hiasan. Sedangkan motif hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias, dan dapat dibedakan menjadi tiga motif, yaitu motif geometris, nongeometris, dan benda mati. Motif geometris antara lain berupa : pilin ganda, tumpal, meander, swastika, dan kawung. Motif nongeometris berupa : manusia, binatang, dan tumbuhan. Motif benda mati berupa : air, api, awan, batu, gunung, matahari.


(23)

Gambar 2.3 Motif Manusia dan Kegiatannya Sumber : Tim Abdi Guru, 2007: 3

Gambar 2.4 Motif Kawung (buah pohon enau) Sumber : Tim Abdi Guru, 2007: 3

2.3.2 Batik Mangrove

Ibu Lulut menjelaskan, “Mangrove atau bakau adalah tumbuhan yang banyak dijumpai di sisi pantai Kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar, Surabaya. Memanfaatkan limbah pohon mangrove yang dibuat sirup namun masih bisa dimanfaatkan menjadi wama batik, untuk mendapatkan warna maka limbah tersebut diproses sedemikian rupa hingga muncul warna – warna alami. Pembatik menggunakan kuas sebagai sarana untuk melukis dikainnya. Proses pembuatan yang berbeda dengan batik-batik pada umunya dengan proses pembuatan dan


(24)

bahan baku berasal dari unsur mangrove (bakmi), kemudian corak desainnya juga berbentuk mangrove.

Gambar 2.6 Batik Motik Alur Sungai dan Muara Sumber : Dokumen Peneliti, 2015

Gambar 2.7 Batik Motik Little Water Melon Kombinasi Achantux Sumber : Dokumen Peneliti, 2015

Gambar 2.8 Batik Motik Lumnitzera Kombinasi Semanggi Sumber : Dokumen Peneliti, 2015


(25)

Proses pewarnaan dikerjakan dengan alami. Untuk perebusan warna dilakukan selama 10 hari. Bahan-bahan pewarnaan batik mangrove lebih banyak dari limbah mangrove, antara lain kaliptropis, bin taro, pah, bringtonia, helguagimnoriva.”

2.4 Desain Grafis 2.4.1 Definisi

Menurut Supriyono (2010: 9), desain grafis lebih sering disebut sebagai “Desain Komunikasi Visual” karena memiliki peran mengomunikasikan pesan atau informasi kepada pembaca dengan berbagai kekuatan visual, seperti tipografi, ilustrasi, warna, garis, layout, dan sebagainya dengan bantuan teknologi.

Ketatnya kompetisi bisnis dibidang industry barang dan jasa, ditambah dengan adanya perkembangan teknologi dan komunikasi menjadi desain sangat berkembang pesat, contohnya pada majalah, surat kabar, buku, internet.

Menurut Supriyono (2010: 11), desain yang baik selalu didukung oleh ilustrasi (foto maupun gambar), tipografi, dan unsur,unsur visual yang berkualitas. Untuk menciptakan desain yang berkualitas, harus dituntut memiliki kreativitas dan sense of aesthetic yang memadai, disamping keterampilan mengoperasikan komputer.

2.4.2 Unsur-unsur Desain Grafis A. Garis (Line)

Supriyono (2010: 59), garis merupakan elemen visual yang dapat dipakai dimana saja dengan tujuan untuk memperjelas dan mempermudah pembaca. Garis


(26)

sering dipakai ditepi halaman sebagai margin, sebagai pembatas kolom, pembingkai foto (frame), atau sekedar pengisi bidang kosong.

Garis yang digunakan mempunyai fungsi yang beraneka ragam, sehingga juga membantu dalam keindahan isi di dalam buku.

Menurut Supriyono (2010: 58 - 59), garis dapat dimaknai sebagai jejak dari suatu benda. Garis tidak memiliki kedalaman (depth), hanya memiliki ketebalan dan panjang. Oleh karena itu, garis disebut elemen satu dimensi. Wujud garis sangat bervariasi dengan memanfaatkan sesuai kebutuhan dan citra yang diinginkan. Garis lurus mempunyai kesan kaku dan formal. Garis lengkung memberi kesan lembut dan luwes. Garis zigzag terkesan keras dan dinamis. Garis tak beraturan punya kesan fleksibel dan tidak formal. Berbagai macam garis tersebut dapat digunakan untuk merepresentasikan citra produk, jasa, korporasi atau organisasi. Garis horizontal memiliki kesan pasif, tenang, dan damai. Garis diagonal memiliki kesan aktif, dinamis, bergerak dan menarik perhatian.

Gambar 2.9 Garis lurus, bergelombang, zig-zag, dan tak beraturan. Sumber : Supriyono, 2010: 58


(27)

Garis bisa dibuat putus-putus, gradasi, tebal-tipis, dan variasi lainnya sesuai dengan image yang diinginkan.”

B. Bidang (form)

Menurut Supriyono (2010 : 66), segala bentuk apapun yang memiliki dimensi tinggi dan lebar disebut bidang. Bidang dapat berupa bentuk-bentuk geometris (lingkaran, segitiga, segiempat, elips, setengah lingkaran, dan sebagainya) dan bentuk–bentuk yang tidak beraturan. Bidang geometris memiliki kesan formal. Sebaliknya bidang-bidang non-geometris atau bidang tak beraturan memiliki kesan tidak formal, santai, dan dinamis.

Secara visual, teks atau ilustrasi yang dikelilingi bidang kosong akan lebih nyaman dilihat dan tampak lebih menonjol.

Menurut Supriyono (2010: 67 – 68), bidang kosong (blank space) bahkan bisa dianggap sebagai elemen desain, seperti halnya garis, warna, bentuk, dan sebagainya. Sama seperti garis, pemberian bidang kosong dimaksudkan untuk

Gambar 2.10 Bidang Geomatris Sumber : Supriyono, 2010: 67

Gambar 2.11 Bidang Tak Beraturan Sumber : Supriyono, 2010: 67


(28)

menambah kenyamanan baca (legibility) dan menimbulkan minat atau gairah membaca.

C. Warna (Colour) a. Definisi

Menurut Sanyoto (2010: 12 - 17), warna dapat didefinisikan secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Kekuatan warna sangat dipengaruhi oleh background.

b. Pembagian dan Pencampuran Warna

Menurut kejadiannya warna dibagi menjadi dua, yaitu warna additive dan subtractive. Additive adalah warna-warna yang berasal dari cahaya yang disebut spectrum. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari pigmen. Warna pokok Additive ialah Red, Green, Blue (merah, hijau, biru), dalam computer disebut warna model RGB. Warna pokok Subtractive menurut teori adalah sian (Cyan), magenta, dan kuning (Yellow) , dalam computer disebut warna model CMY.

Dalam teori, warna-warna pokok additive dan subtractive disusun kedalam sebuah lingkaran. Didalam lingkaran warna pokok additive dan warna pokok subtractive saling berhadapan atau saling berkomplemen.


(29)

Gambar 2.12 Lingkaran Warna Addictive & Subtractive Sumber : Sanyoto, 2010: 17

Menurut Supriyono (2010: 74), secara visual warna dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu warna dingin dan warna panas. Warna-warna dingin, seperti hijau, biru, hijau-biru, biru-ungu, dan ungu dapat memberi kesan pasif, statis, kalem, damai dan secara umum kurang mencolok. Sebaliknya warna-warna panas, seperti merah, merah-oranye, oranye, kuning-oranye, kuning, kuning-hijau, dan merah-ungu, dan merah-ungu memiliki kesan hangat, dinamis, aktif dan mengundang perhatian. Mood atau image yang dipancarkan oleh warna-warna tertentu dapat digunakan untuk memperkuat isi atau pesan. Sebagai contoh, desain poster pariwisata pegunungan dapat diperkuat dengan warna dominan biru atau biru-hijau untuk membangun image pegunungan yang sejuk dingin dan tenang.


(30)

Sebaliknya, untuk mengekspresikan suasana hangat dapat menggunakan warna-warna panas, yaitu merah, oranye, kuning, kuning-oranye.

Macam-macam warna yang diolah dengan sedemikian rupa dengan ukuran yang sesuai, sehingga menghasilkan warna yang sesuai dan indah dipandang.

Menurut Supriyono (2010: 72 - 77), secara subjektif/psikologis penampilan warna dapat diberikan kedalam hue (pembagian warna berdasarkan nama-nama warna) , value (kualitas terang-gelap warna atau tua muda warna) , chroma (kekuatan warna yaitu murni-kotor warna, cemerlang-suram warna, atau cerah-redup warna).

Berdasarkan Hue (dibaca: hju), warna dipilahkan menjadi tiga golongan, yaitu : (1) Warna Primer (primary colors) terdiri warna merah, kuning, dan biru. (2) Warna Sekunder (secondary colors) merupakan campuran dua warna primer dengan perbandingan seimbang (1 : 1), menghasilkan warna oranye (merah+kuning), hijau (kuning + biru), dan ungu (biru + merah). (3) Warna Tersier (tertiary colors) merupakan percampuran warna primer dengan warna sekunder, yaitu kuning+oranye, merah+oranye, merah+ungu, biru+ungu, biru+hijau, dan kuning+hijau.

Dimensi warna yang kedua adalah Value. Semua warna dapat dikurangi atau diperlemah kekuatannya dengan cara dimudakan (dibuat lebih terang) atau dituakan (dibuat lebih gelap). Sebagai contoh, warna biru dapat dimudakan menjadi biru muda (high-value) atau dituakan menjadi biru tua (low – value) sehingga tampak lebih lembut dan kalem. Warna-warna yang dimudakan atau dituakan cenderung lebih toleransi menerima warna-warna lain. Warna yang dimudakan dengan cara menambahkan warna putih disebut warna tint, sedangkan


(31)

warna yang dituakan dengan cara menambahkan sedikit hitam, disebut warna shade.

Jika menggunakan cat, cara memudakan warna juga dapat dilakukan dengan menambahkan cairan pengencer agar warna lebih transparan. Jika menggunakan computer, cara melembutkan warna dilakukan dengan mengurangi persentase unsur-unsur warna – Cyan, Magenta, Yellow, dan Black (CMYK), atau dengan menambahkan sedikit hitam. Sebagai contoh, warna hijau (Yellow 100%+ Cyan 100%) yang terlalu kuat, dapat diperlemah dengan mengurangi bobot warna Yellow dan Cyan sehingga tampak lebih pucat, misalnya masing-masing menjadi Yellow 20% dan Cyan 20%.

Warna dapat dilihat dari aspek intensitas, yaitu tingkat kemurnian atau kejernihan warna (brightness of color). Suatu warna (hue) disebut memiliki intensitas penuh ketika tidak dicampuri dengan warna lain. Warna-warna yang masih murni ini disebut pure hue. Dan juga dapat mengurangi intensitas warna untuk membuat lebih redup dan netral, dengan cara menambahkan sedikit warna lain.

c. Jenis-jenis warna

Jenis-jenis warna berdasarkan pada teori tiga warna primer, tiga warna sekunder, dan enam warna intermediate. Kedua belas warna ini kemudian disusun dalam satu lingkaran. Lingkaran berisi 12 warna ini jika dibelah menjadi dua bagian akan memperlihatkan setengah bagian yang tergolong daerah warna panas, dan setengah bagian daerah warna dingin.

Sanyoto (2010: 32), secara terperinci pembagian berbagai warna menjadi daerah panas dan dingin dalam lingkaran ini adalah sebagai berikut :


(32)

1. Merah, jingga, dan kuning. Digolongkan sebagai warna panas, kesannya panas dan efeknya pun panas.

2. Biru, ungu, dan hijau. Digolongkan sebagai warna dingin, kesannya dingin dan efeknya juga dingin.

3. Hijau akan menjadi hangat/panas apabila berubah ke arah hijau kekuning-kuningan, dan ungu akan menjadi hangat jika berubah kearah ungu kemerah-merahan.

4. Warna panas memberikan kesan semangat, kuat, dan aktif. Warna dingin memberikan kesan tenang, kalem, dan pasif.

5. Terlalu banyak warna panas akan berkesan merangsang dan menjerit. Terlalu banyak warna dingin akan berkesan sedih dan melankoli.

6. Warna panas terasa mendekat dengan kita dan terasa memperkecil ukuran. 7. Warna panas berkomplemen dengan warna dingin, sehingga sifatnya kontras

atau bertentangan. d. Komposisi Warna

Menurut Sanyoto (2010: 32), tata susun warna bisa disebut komposisi warna, paduan warna, atau tata rupa warna. Warna merupakan salah satu unsur unsur seni, sehingga tidak bisa berdiri sendiri untuk mencapai keindahan, karena masih dipengaruhi unsur yang lain.

B. Gelap-terang (Value)

Perbedaan nilai gelap-terang dalam desain grafis disebut value. Kontras value bersifat relatif, sangat dipengaruhi oleh background dan elemen - elemen lain disekitarnya. Penggunaan warna-warna yang kurang kontras (low contrast value) dapat menciptakan kesan kalem, damai, statis, dan tenang. Sebaliknya


(33)

komposisi warna-warna kontras (high contrast value) memberi kesan dinamis, enerjik, riang, dinamis, dan bergairah. Kontras value dapat dibuat dengan memadukan warna-warna gelap (hitam, ungu, biru tua, dan lain – lain) .

Gambar 2.13 Gradasi warna Hitam-Putih Sumber : Supriyono, 2010: 80

Berdasarkan nilai gelap - terang, warna dibagi menjadi beberapa tingakatan, mulai dari warna paling terang (putih) , sangat terang (kuning) , terang (kuning - oranye, kuning – hijau) , sedang (merah – oranye, merah, biru-hijau), sampai warna gelap (ungu) , dan paling gelap yaitu hitam. Warna-warna terang akan lebih terbaca jika ditempatkan pada background gelap, dan sebaliknya warna gelap akan lebih mudah terbaca apabila ditempatkan pada background terang.

Secara umum, kontras gelap-terang memiliki kemudahan baca lebih tinggi dibandingkan kontras warna (hue) . Pada desain yang dicetak hitam-putih, nilai gelap terang ditentukan oleh tingkat gradasi hitam – (abu – abu) - putih. Hitam adalah warna paling gelap, dan putih adalah warna paling terang. Antara hitam


(34)

putih terdapat banyak tone abu-abu tua (90%, 80%) , abu - abu sedang (50%, 40%), abu-abu muda (20%, 15%, 7%) (Supriyono, 2010: 78 – 80) .

C. Tekstur (Texture)

Menurut Supriyono (2010: 80 – 83), tekstur adalah nilai raba atau halus kasarnya suatu permukaan benda. Tekstur dapat bersifat nyata dan dapat pula tidak nyata (tekstur semu) . Tekstur sering digunakan untuk mengatur keseimbangan dan kontras. Dikomputer tersedia banyak citra texture dan pattern.

Gambar 2.13 Tekstur alam Sumber : Supriyono, 2010: 84

Tekstur raba adalah adalah tekstur yang dapat dirasakan indra peraba (ujung jari). Tekstur raba ini sinyatnya nyata, artinya dapat dilihat tampak kasar, diraba pun nyata kasar. Ujung jari tidak tidak dapat ditipu. Termasuk tekstur raba adalah tekstur kasar-halus, licin - kasar, dan keras - lunak.

Menurut Sanyoto (2010: 120), tekstur lihat adalah tekstur yang dirasakan lewat panca indera penglihatan. Tekstur lihat ini lebih bersifat semu. Artinya tektur yang terlihat kasar jika diraba ternyata bisa halus. Termasuk tekstur lihat/ semu adalah tekstur bermotif, bercorak, atau bergambar.


(35)

Tekstur kasar semu adalah tekstur yang kekasaran rautnya bersifat semu, artinya terlihat kasar tetapi jika diraba halus. Tekstur mekanik yaitu tekstur yang dibuat dengan alat mekanik seperti penggaris, jangka, alat foto, tipografi, cetak komputer.

Contoh tekstur mekanik antara lain :

a) Hasil mekanik , seperti foto-foto batu, foto-foto serat kayu, foto tekstur wajah nenek-nenek, hasil cetak komputer, dan lain-lain.

b) Hasil cetakan-cetakan motif-motif hias, hasil celupan kain batik, hasil cetak saring pada tekstil, cap-capan, dan lain-lain.

c) Hasil kolase, misalnya tempelan-tempelan kertas, foto, huruf-huruf, dan lain-lain.

d) Bahan alam yang digosok halus seperti serat kayu, batu, dan lain-lain. e) Hasil cap-capan daun, kulit kayu, batu, dan lain-lain.

Menurut Sanyoto (2010: 122 – 123), tekstur ekspresi adalah tekstur yang berproses dari penciptaan rupa, dimana raut dan tekstur merupakan kesatuan tak dapat dipisahkan. Teksturnya menjadi raut, jika teksturnya dibuang maka akan menghilangkan maksudnya. Tekstur jenis ini banyak dilakukan pada seni lukis, seni grafis, desain grafis, dan lain-lain dengan menggunakan hasil goresan tangan atau hasil mekanik.

D. Ukuran (Size)

Setiap bentuk (titik, garis, bidang, gempal) tentu memiliki ukuran, bisa besar, kecil, panjang, pendek, tinggi, rendah. Ukuran-ukuran ini bukan dimaksudkan dengan besaran sentimeter atau meter, tetapi ukuran yang bersifat


(36)

nisbi. Nisbi artinya ukuran tersebut tidak mempunyai nilai mutlak atau tetap, yakni bersifat relative atau tergantung pada area dimana bentuk tersebut berada.

Ukuran diperhitungkan sebagai unsur desain. Dengan memperhitungkan ukuran menurut perspektif seni, bisa diperoleh hasil-hasil keindahan tertentu. Diantara ukuran panjang-pendek atau tinggi-rendah dapat disusun gradasi ukuran yang merupakan interval tangga ukuran suatu bentuk gradasi yang dibuat tujuh interval tangga yang disesuaikan dalam tangga nada musik.

Menurut Sanyoto (2010: 116 – 117), ukuran dapat mempengaruhi bentuk ruang. Ukuran kecil tampak berada dibelakang/jauh, dan ukuran besar seolah di depan/ dekat, sehingga unsur ukuran dapat membantu membentuk ruang maya. Bentuk dengan ukuran kecil terasa tertelan ruang, tetapi semakin kecil dan menyendiri, atau kecil diantara ukuran besar-besar justru akan menarik perhatian atau menciptakan dominasi.

2.5 Ilustrasi

Menurut Supriyono (2010: 50), ilustrasi secara luas tidak terbatas pada gambar dan foto. Ilustrasi bisa berupa garis, bidang, dan bahkan susunan huruf bisa disebut ilustrasi. Seorang desainer grafis Amerika, Herb Lubalin, sangat dikenal dunia karena kepiawaiannya mengeksploitasi bentuk huruf sebagai ilustrasi.


(37)

Gambar 2.14 Gambar ilustrasi Sumber : Hasil olahan peneliti, 2015

Menurut Supriyono (2010: 169 – 171), secara umum ilustrasi adalah gambar atau foto yang bertujuan menjelaskan teks dan sekaligus menciptakan daya tarik. Fungsi ilustrasi adalah untuk memperjelas teks dan sekaligus sebagai eye-catcher. Sejalan dengan munculnya berbagai software pengolah gambar, saat ini telah berkembang berbagai jenis dan bentuk ilustrasi, tidak hanya berupa foto dan gambar manual. Pada prinsipnya semua elemen visual dapat digunakan sebagai ilustrasi. Semua teknik dapat dilakukan untuk mewujudkan ide atau pesan, sekaligus sebagai alat untuk menyedot perhatian pembaca. Namun demikian, ilustrasi yang kurang berkualitas justru dapat menghancurkan citra. Ilustrasi yang efektif umumnya memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Komunikatif, informatif, mudah dipahami. b. Menggugah perasaan dan hasrat.

c. Ide baru, orisinil, bukan merupakan plagiat.


(38)

Bentuk ilustrasi dalam desain komunikasi visual tidak selalu berupa gambar (hand – drawing) , namun bisa berupa foto, goresan abstrak, garis, warna, tekstur, huruf, dan sembarang elemen visual yang dapat mendukung tujuan komunikasi dan estetika.

Dalam perkembangannya, ilustrasi bukan sekedar melengkapi teks. Seringkali ilustrasi justru merupakan senjata andalan untuk menarik perhatian orang.

Fungsi khusus ilustrasi antara lain:

a. Memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita.

b. Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah.

c. Memberikan bayangan langkah kerja. d. Mengkomunikasikan cerita.

e. Menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas manusia. f. Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.

Tujuan ilustrasi Antara lain : a. Menangkap perhatian pembaca.

b. Memperjelas isi yang terkandung dalam teks (body copy). c. Menunjukkan identitas perusahaan.

d. Menunjukkan produk yang ditawarkan.

e. Meyakinkan pembaca terhadap informasi yang disampaikan melalui teks. f. Membuat pembaca tertarik untuk membaca judul.

g. Menonjolkan keunikan produk.


(39)

Fotografi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Fos” yang artinya cahaya dan “Grafo” yang artinya melukis atau menulis. Arti fotografi dalam bahasa inggris (photography) adalah sebuah seni, ilmu pengetahuan dan praktik menciptakan gambar yang tahan lama dengan merekam cahaya atau radiasi elektromagnetik lain, baik secara kimia dengan menggunakan film fotografi atau secara eletronik melalui sebuah sensor gambar.

2.6 Brand Awareness

Menurut Aker (1991: 61), Brand Awareness adalah kemampuan dari seseorang yang merupakan calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali (recognize) atau menyebutkan kembali (recall) suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk.

Gambar 2.15 Piramida Brand Awareness Sumber: David A.Aaker, 1997


(40)

a. Top of mind

Adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. b. Brand recall

Yaitu pengingatan kembali merek secara spontan tanpa adanya bantuan (unaided recall).

c. Brand recognition

Adalah tingkat minimal dari kesadaran merek dimana pengenalan suatu merek mucul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

d. Unaware of brand

Adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek dimana kosumen tidak menyadari adanya suatu merek walaupun sudah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

Mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran konsumen terhadap suatu merek dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya berikut:

1. Suatu merek harus dapat menyampaikan pesan yang mudah diingat oleh konsumen.

2. Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan merek lainnya. Selain itu, pesan yang disampaikan harus memiliki hubungan dengan merek dan kategori produknya.

3. Perusahaan disarankan memakai jingle lagu dan slogan yang menarik agar merek lebih mudah diingat oleh konsumen.


(41)

4. Simbol yang digunakan perusahaan sebaiknya memiliki hubungan dengan mereknya.

5. Perusahaan dapat menggunakan merek untuk melakukan perluasan produk, sehingga merek tersebut akan semakin diingat oleh konsumen. 6. Perusahaan dapat memperkuat kesadaran merek melalui suatu isyarat yang

sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya.

7. Membentuk ingatan dalam pikiran konsumen akan lebih sulit dibandingkan dengan memperkenalkan suatu produk baru, sehingga perusahaan harus selalu melakukan pengulangan untuk meningkatkan ingatan konsumen tehadap merek.

Pengertian merek menurut UU No. 15 Tahun 2001 tentang merek, merek yaitu suatu tanda berupa gambar, nama, kata, huruf,angka-angka,susunan atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

Menurut Rochaety (2005: 35), Brand awareness merupakan kemampuan seseorang pelanggan untuk mengingat suatu merek tertentu atau iklan tertentu secara spontan atau setelah dirancang dengan kata-kata kunci. Kesadaran ini digunakan sebagai salah satu indikator efektivitas pemasaran.

Definisi - definisi para ahli mengenai brand awareness dapat ditarik simpulan bahwa brand awareness merupakan tujuan umum komunikasi pemasaran, adanya brand awareness yang tinggi diharapkan kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan


(42)

keputusan. Brand awareness menunjukkan pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu brand.

Menurut Durianto (2004: 30), brand awareness dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara berikut:

a. Pesan yang disampaikan oleh suatu brand harus mudah diingat oleh konsumen.

b. Pesan yang disampaikan harus berbeda dengan produk lainnya serta harus ada hubungan antara brand dengan kategori produknya.

c. Memakai slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen mengingat brand.

d. Jika suatu brand memiliki simbol, hendaknya simbol tersebut dapat dihubungkan dengan brandnya.

e. Perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin diingat konsumen.

f. Brand awareness dapat dperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai dengan kategori produk, brand, maupun keduanya.

g. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan.

2.7 Tipografi

Menurut Kusrianto (2007: 190), didalam desain grafis, tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Maka “menyusun” meliputi merancang bentuk huruf


(43)

cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh efek tampilan yang dihendaki.

Menurut Rustan (2011: 16), secara tradisional istilah tipografi berkaitan erat dengan pengaturan huruf dan pencetakannya. Pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat maknanya semakin luas. Pada prakteknya, saat ini tipografi telah jauh berkolaborasi dengan bidang-bidang lain seperti multimedia dan animasi, web dan online media yang lainnya, sinematografi, interior, arsitektur, desain produk dan lain-lain.

Huruf menjadi sesuatu yang memiliki makna ganda, dan dapat menjadi sesuatu yang bisa dilihat (bentuk/rupa huruf) serta dapat dibaca (kata/kalimat).

Menurut James (2006: 146), perkembangan tipografi sudah mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan (hand drawn) hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan pilihan jenis huruf yang ratusan jumlahnya, diantaranya :

a. Transitional

Ciri dari huruf tersebut memiliki sirip/ kaki/ serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya.

b. Decorative

Merupakan jenis huruf pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada dengan ditambahi hiasan dan ornament, atau garis-garis dekoratif, sehingga memiliki kesan dekoratif dan ornamental.


(44)

Jenis huruf yang cirinya memiliki kaki/ sirip/ serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama, sehingga kesan yang ditimbulkan kokoh, kuat, kekar dan stabil.

d. Sans Serif

Huruf yang memiliki ciri tidak mempunyai sirip/ serif pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama, sehingga kesan yang diberikan seperti modern, kontemporer, dan efisien.

e. Script

Huruf yang menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan, sehingga kesan yang diberikan memberi sifat pribadi dan akrab.

2.8 Buku

Menurut Muktiono (2003: 2), buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangun watak bangsa. Buku dapat menjadi sarana informasi untuk memahami sesuatu dengan mudah.

Menurut Ensiklopedia edisi 1, halaman 538, buku mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran sehingga bentuknya bisa berupa gulungan, dilubangi, diikat, dijilid dengan kulit, karton atau kayu. Buku merupakan alat komunikasi jangka panjang dan mungkin yang paling berpengaruh kepada perkembangan kebudayaan manusia jika dibandingkan dengan majalah atau surat kabar yang dipengaruhi oleh tanggal terbit.

Buku juga memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut Kelebihan buku:


(45)

a. Dapat Disentuh

Berkembangnya teknologi, lebih memudahkan seseorang untuk mendapatkan informasi yang diinginkan menggunakan internet. Dengan internet keberadaan buku juga menjadi terancam, tetapi bagi mereka yang hobi mengkoleksi buku memiliki keuntungan atau kelebihan tersendiri yaitu dapat disentuh, dan lebih hebatnya lagi buku dalam bentuk nyata bisa dijadikan sebagai hiasan dalam ruangan.

b. Sumber Referensi Terpercaya

Ada banyak referensi literatur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mendukung penulisan karya tulis. Buku memegang peran penting disini yang dijadikan sebagai sumber data dan bisa dimasukkan dalam daftar pustaka ketika mengambilnya sebagai bahan tambahan dalam penulisannya.

c. Hemat

Buku merupakan referensi literatur yang hemat. Hemat yang dimaksudkan yaitu tidak adanya biaya tambahan untuk membayar listrik dalam pemakaian komputer, khususnya untuk mengambil bahan bacaan.

Kekurangan buku: a. Mudah Rusak

Buku memiliki usia atau waktu tertentu untuk disimpan. Setiap kertas yang berisikan tentang informasi sangat mudah diserang dengan hama buku yang mengakibatkan buku dizaman sekarang diartikan oleh penggila teknologi.


(46)

b. Memerlukan Tempat Khusus

Penggemar buku tentunya memikirkan tempat untuk menyimpan buku dengan rapi dan mudah diingat untuk tata letaknya agar dapat dibaca lagi. Keadaan ini sangat merepotkan ketika memiliki rumah yang kecil, sehingga buku mudah ditaruh dimana-mana dan menjadi berantakan membuat tidak nyaman.

c. Butuh Perawatan Khusus

Buku membutuhkan perawatan khusus untuk membuatnya agar tetap utuh. Misalnya dengan membungkus buku dengan plastik untuk menghindari rayap. Atau dengan membersihkan luaran buku sebulan sekali agar luaran buku tidak mengkuning.

2.9 Layout

Menurut Rustan (2008: 10), layout adalah tata letak dari elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep yang dibawanya.

Menurut Kusrianto (2007: 277), prinsip layout yang baik adalah memiliki 5 prinsip utama desain yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama, dan kesatuan. Dalam penciptaan Buku Ilustrasi ini desain layout menjadi acuan dasar dalam mendesain layout buku.

Menurut Nelson (2011:35), jenis-jenis layout pada media cetak seperti majalah, koran, iklan, maupun sebuah buku adalah sebagai berikut :

a. Mondrian Layout

Jenis layout yang berdasarkan pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian. Piet Mondrian seorang penyaji iklan yang berbentuk


(47)

square / landscape / portrait yang setiap bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan memuat gambar yang saling berpadu, sehingga membentuk komposisi yang konseptual.

b. Multi Panel Layout

Bentuk layout dalam satu bidang penyajian dibagi dalam beberapa tema visual dengan bentuk yang serupa.

c. Picture Window Layout

Tata letak produk yang diiklankan dengan tampilan close-up. Bisa dalam bentuk produk atau model yang digunakan.

d. Copy Heavy Layout

Tata letak yang mengutamakan pada bentuk naskah iklan, sehingga komposisi layout didominasi oleh penyajian teks.

e. Frame Layout

Tata letak iklan yang bordernya membentuk cerita / naratif. f. Shiloutte Layout

Tata letak iklan berupa gambar ilustrasi yang hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian berupa warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan teknik fotografi.

g. Type Specimen Layout

Tata letak iklan yang menekankan pada penampilan jenis huruf dengan print size yang besar.

h. Circus Layout

Tata letak iklan yang tidak mengacu pada ketentuan buku, sehingga komposisi gambar dan teks tidak beraturan susunannya.


(48)

i. Jumble Layout

Tata letak iklan yang kebalikan dari Circus Layout, sehingga komposisi gambar dan teks tersusun beraturan.

j. Grid Layout

Penyajian iklan yang mengacu pada konsep desain iklan yang dibuat bagian per bagian sesuai dengan skala.

k. Bleed Layout

Tata letak iklan dengan sekeliling bidang menggunakan bingakai (frame). l. Vertical Panel Layout

Tata letak yang menggunakan garis pemisah secara vertical untuk membagi layout iklan tersebut.

m. Alphabet Inspired Layout

Tata letak yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang berurutan dan diimprovisasikan, sehingga membuat kesan cerita / naratif.

n. Angular Layout

Tata letak iklan dengan penyusunan elemen visual yang membentuk sudut kemiringan antara 40 sampai 7 derajat.

o. Informal Balance Layout

Penyajian iklan dalam perbandingan tampilan elemen visualnya tidak seimbang.


(49)

p. Brace Layout

Unsur - unsur dalam penyajian iklan membentuk huruf L, dengan posisi L bisa terbalik dan didepan bentuk L dibiarkan kosong.

q. Two Morties Layout

Penyajian layout yang menghadirkan dua inset yang masing-masing memvisualkan secara deskriptif mengenai hasil penggunan dari produk yang ditawarkan.

r. Quadran Layout

Tampilan layout yang menggambarkan dibagi menjadi empat bagian. s. Cosmic Script Layout

Penyajian layout yang dirancang secara kreatif, sehingga menjadi bentuk media komik, lengkap dengan captionsnya.

t. Rebus Layout

Susunan layout yang menampilkan perpaduan gambar dan teks, sehingga membentuk suatu cerita.

Penciptaan Buku Batik Tulis Mangrove Pesisir Rungkur Kota Surabaya, menggunakan teknik Mondrian Layout dan Copy Heavy Layout.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pembahasan di metode penelitian yang digunakan dalam perancangan karya yaitu teknik pengumpulan data serta teknik pengolahannya dalam pembuatan buku Ilustrasi Batik Tulis Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya sebagai upaya peningkatan brand awareness pada masyarakat Kota Surabaya.

3.1 Rancangan Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian

Peneliti yang menggunakan metode kualitatif untuk mencari informasi dan menganalisa yang terjadi pada masyarakat mengenai pengenalan Batik Mangrove di Surabaya.

Metode kualitatif adalah metode yang menekankan pada pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian umum. Metode penelitian yang menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis) yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metode kualitatif meyakini bahwa sifat suatu masalah akan berbeda dengan masalah yang lain. Tujuan yang diberikan bukan suatu ngeneralisasi, tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah perancangan ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantive dan hipotesis penelitian kualitatif.


(51)

Data yang diperoleh memiliki peranan yang penting untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan Buku Ilustrasi Batik Mangrove di Surabaya, sehingga diperlukan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Data yang akan digunakan untuk mengetahui konsep awal yang akan digunakan untuk pembuatan Buku Ilustrasi Batik Mangrove di Surabaya.

3.2.1 Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung. Metode ini adalah cara pengambilan data secara langsung tanpa bantuan alat standar lain untuk keperluan pengumpulan data. Pengamatan tergolong sebagai teknik pengumpulan data jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut ini :

a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.

c. Pengamatan dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan diapaprkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.

Observasi mengenai Batik Tulis Mangrove di Surabaya untuk mengetahui informasi tentang Batik Tulis Mangrove, gambar ilustrasi yang digunakan dalam buku apa saja yang diperlukan untuk mendukung Brand Awareness Batik Mangrove, sehingga penulis melakukan observasi langsung ke tempat Galery Batik Tulis Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya pada 26-27 September 2015 .


(52)

3.2.2 Wawancara

Menurut Jonathan dan Hary (2007: 101), wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan interview guide (panduan wawancara). Metode wawancara ini dapat dilakukan dengan responden maupun melalui telepon.

Proses wawancara dengan Ibu Lulut sebagai penemu batik dan pembatik sebagai narasumber wawancara agar memperoleh informasi yang dibutuhkan. 3.2.3 Studi Pustaka

Menurut Moleong (2001: 113), Metode ini menggunakan pembahasan yang berdasarkan pada buku, literature, catatan-catatan, dan laporan yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan teori-teori tertentu yang berhubungan dengan penulisan ini dan menunjang kebenaran (valid) data yang diperoleh di lapangan. Menggunakan literatur untuk data komparatif dalam menunjang semua data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh teori-teori dan mempelajari peraturan yang berhubungan dengan penulisan ini dan menunjabng keabsahan data yang diperoleh di lapangan.

Sesuai dengan teori diatas, penulis mencari data menggunakan literatur yang meliputi desain komunikasi visual yaitu meliputi buku-buku, kamus dan internet yang memberikan informasi tentang desain komunikasi visual, Brand Awareness, ilustrasi, dan buku untuk mendukung pembuatan Buku Ilustrasi menggunakan teknik gambar Ilustrasi dan Brand Awareness di Kota Surabaya.


(53)

3.2.4 USP

Menurut Miletsky dan Smith (2009: 3), USP (Unique Selling Proposition). Munculnya sebuah brand sebagai dasar untuk membedakan perusahaan, produk atau layanannya dengan perusahaan, produk atau layanan lainnya.

3.3 Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2006: 248), teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan berkerja menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya dicari kaitan antara data yang satu dengan data yang lainnya. Dan yang terakhir adalah membuat kesimpulan menjadi satu pertanyaan pada penelitian.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut tersebut selesai dilaksanakan, maka dibuat beberapa rancangan Buku Ilustrasi Batik Mangrove di Surabaya yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

3.3.1 Reduksi Data

Menurut Miles dan Huberman (1992: 16), Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang di


(54)

reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian. Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.

3.3.2 Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman (1992: 17), setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisaikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa yan terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk menjawab masalah penelitian.

Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarikan kesimpulan.


(55)

3.3.3 Menarik kesimpulan

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali jadi, melainkan secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data.


(56)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada Bab IV akan menitikberatkan pembahasan tentang metode yang digunakan dalam perancangan karya, observasi data dan teknik pengolahan dalam Perancangan Buku Batik Tulis Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya dengan teknik fotografi guna meningkatkan Brand Awareness pada masyarakat Kota Surabaya.

4.1 Hasil dan Analisis Data

Hasil pembahasan utama yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Batik Tulis Mangrove Surabaya. Batik Mangrove Kota Surabaya kini telah terdapat 265 pakem.

Gambar 4.1 Motif Batik Mangrove Sumber : Hasil dokumentasi peneliti, 2015


(57)

Wujud keanekaragaman batik di Indonesia membuat masyarakat kurang informasi tentang perbedaan batik di daerah satu dengan daerah yang lain, dan sebagian dari masyarakat Kota Surabaya kurang mengetahui batik apa saja yang ada di Kota Surabaya bahkan yang sudah dikenal.

4.1.1 Analisis Data

Data yang dihasilkan dari observasi dan wawancara, maka batik tulis Mangrove di Kota Surabaya yang memiliki keanekaragaman motif yang pakem, sehingga memiliki banyak nilai-nilai kebudayaan untuk melestarikan batik di Kota Surabaya sekaligus mengingat dan dapat membedakan motif-motif batik khas Kota Surabaya dengan yang lain.

4.1.2 Hasil Observasi

Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek dan melakukan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang menjadi target pengamatan.

Atas dasar hasil observasi dari beberapa buku dan website, didapatkan berbagai macam data yang berhubungan dengan Batik Mangrove Kota Surabaya, yaitu sejarah awal adanya pembuatan Batik Mangrove hingga sekarang dipatenkan menjadi Batik Tulis Kota Surabaya, cara pembuatan Batik Mangrove, dan anekaragam motif Batik Mangrove. Observasi tersebut menghasilkan bahwa Batik Mangrove merupakan Batik Tulis yang sudah dipatenkan menjadi Batik Tulis Kota Surabaya, karena dengan keunikan yang menggunakan olahan limbah dari mangrove sebagai bahan pewarna dan motif yang menggunakan seluruh biota lingkungan mangrove.


(58)

Wujud khas dan keunikan yang dimiliki Batik Mangrove yang memakai seluruh biota mangrove juga cocok digunakan sebagai baju untuk acara-acara penting, misalnya acara formalitas kewarganegaraan.

Hasil observasi tentang pemilihan media, didapatkan perbandingan dari kelebihan media buku dibanding dengan media online atau elektronik lainnya : 1. Buku bersifat monumental yang artinya buku bisa bertahan lama dan

berumur panjang.

2. Buku memuat informasi esensial dan strategis, bermanfaat sebagai alat pemecah masalah.

3. Buku bersifat efisien dan memiliki isi yang lengkap, terbukti dengan masih banyak orang yang menggunakan buku dalam proses pembelajaran. Membaca melalui media online atau elektronik secara terus menerus bisa membuat mata menjadi lelah.

4.1.3 Hasil Wawancara

Metode dengan proses tanya jawab lisan yang berfungsi untuk mengambil informasi yang lebih mendalam mengenai permasalahan yang dihadapi. Wawancara membantu peneliti mendapatkan data dalam jumlah yang dibutuhkan. Narasumber yang dipilih adalah Ibu Lulut sebagai narasumber utama informasi Batik Tulis Mangrove, beliau menjelaskan seluruh informasi yang dibutuhkan penulis untuk melengkapi data-data tentang Batik Tulis Mangrove Kota Surabaya.


(59)

Gambar 4.2 Wawancara Narasumber Sumber : Hasil dokumentasi peneliti, 2015

Hasil wawancara tentang Batik Tulis Mangrove Kota Surabaya dengan narasumber yang didapatkan diantaranya :

1. Sejarah awal mula adanya Batik Tulis Mangrove sampai dipatenkan menjadi Batik Tulis Kota Surabaya.

2. Proses awal pembuatan Batik Mangrove dengan memilih bahan yang terbuat dari limbah Mangrove.

3. Desain yang digunakan untuk membuat motif-motif Batik Mangrove dengan menggunakan biota yang ada disekitar Mangrove dan dikembangkan sendiri oleh pembatiknya, sehingga setiap satu motif yang dibuat hanya dimiliki satu orang.


(60)

4.1.4 Analisis SWOT Tabel 4.1 Analisis SWOT

Strategi Utama :

Batik Mangrove yang dibuat menggunakan pemanfaatan limbah lingkungan hutan Mangrove sebagai pewarna batik, sehingga mempunyai warna yang beranekaragam dan dapat menyala ketika terkena sinar matahari, dan motif yang digunakan menggunakan biota hutan Mangrove juga kombinasi gambar yang lain. Satu motif yang dibuat hanya dimiliki satu orang, sehingga harga jual batik Mangrove terbilang mahal karena kualitas yang dimilikinya.


(61)

4.2 Segmentation, Targeting, Positioning Produk 4.2.1 Segmentation :

1. Demografis

a. Usia : 6 – 65 tahun (umum) b. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita

c. Pekerjaan : Berdagang, Berbisnis dan Melestarikan lingkungan

d. Kelas Sosial : Menengah – Atas 2. Geografis

a. Wilayah : Domestik Surabaya

b. Area : Bagian Kota Besar Surabaya. 3. Psikografis

Segmentasi yang dituju adalah konsumen yang ingin mempunyai hasrat untuk belajar tentang jenis – jenis batik yang telah dipatenkan, sehingga memberi wawasan mengingat keanekaragaman motif – motif serta mampu memanfaatkan lingkungan sekitarnya dan dengan minat membaca seseorang dapat memperoleh informasi dan membagikan informasi tersebut kepada yang lain.

4.2.2 Targeting

Target pasar yang diharapkan mulai dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Diharapkan dari targeting tersebut sesuai dari segmentasi dapat menyesuaikan dengan harga Batik Mangrove.

4.2.3 Positioning

Apabila target pasar sudah jelas, positioning adalah bagaimana menjelaskan posisi produk kepada konsumen dan apa saja keunggulannya. Batik


(62)

Mangrove yang memiliki keunggulan pada cara pembuatannya yang menggunakan pewarna alami.

4.3 USP

Atas dasar keunggulan Batik Mangrove yang terbuat dari limbah mangrove, sehingga mempunyai warna yang cerah pada hasil pewarnaan dikain batik, sehingga dengan Buku Ilustrasi yang dibuat dengan tujuan menempatkan diri sebagai media pengenalan dan pengetahuan mengenai Batik Mangrove Kota Surabaya yang telah dipatenkan menjadi Batik Tulis Kota Surabaya dan memiliki nilai kebudayaan yang tinggi.

4.4 Keyword

Pemilihan keyword dari pembuatan buku ilustrasi yang berdasarkan dari analisis data yang dilakukan dan berdasarkan data observasi, wawancara, STP, dan USP maka dari data kata kunci yang sudah ditemukan, dapat disimpulkan untuk keyword yang sesuai untuk Penciptaan Buku Ilustrasi “Batik Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya” dengan teknik gambar ilustrasi sebagai upaya peningkatan Brand Awareness pada masyarakat Kota Surabaya yaitu elegant. Keyword tersebut akan digunakan menjadi konsep yang mendasari pembuatan buku ilustrasi Batik Mangrove Kota Surabaya.


(63)

Gambar 4.3 Keyword

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016

4.4 Deskripsi Konsep

Hasil analisis keyword, dapat dijabarkan bahwa “elegant” mewakili dari Batik Mangrove dan masyarakat Kota Surabaya. Elegant menurut Password Dictionary adalah menunjukkan dengan gaya yang terlihat anggun dan juga mewah Buku ilustrasi yang dibuat diharapkan dapat memberi informasi yang dibutuhkan pembacanya dan mudah dipahami untuk semua umur, khususnya masyarakat Kota Surabaya.

Wahyuni (1998 : 32), wujud “Elegant” berdasarkan tujuan audience, yaitu masyarakat Surabaya pada kelas sosial menengah dan menengah keatas, dimana kelas sosial tersebut dapat diketahui mengutamakan kualitas didalam menentukan apa yang dikehendaki.


(64)

Faktor utama dari kualitas terlihat dari segi keseluruhan produk yang berkualitas, dengan demikian hal tersebut harus memiliki kualitas yang bagus. Bagus merupakan kata sifat dari anggun, sedangkan anggun merupakan kata sifat dari “Elegant”.

. Konsep tersebut yang telah dijabarkan di atas, maka diharapkan agar masyarakat mampu lebih mengenal dan mengingat mangrove yang dapat diolah menjadi Batik Mangrove dengan tampilan desain batik yang terlihat anggun dan mewah meski proses pembuatannya menggunakan daur ulang limbah.


(65)

4.5 Konsep Perancangan

Gambar 4.4 Bagan Konsep Perancangan Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016


(66)

4.6 Perencanaan Kreatif

Upaya penjelasan tentang bagaimana perancangan karya dalam Buku Batik Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya guna meningkatkan Brand Awareness pada masyarakat Kota Surabaya dengan tingakatan Brand recall, karena selama ini Batik Mangrove didalam tingkatan Brand recognition dengankesadaran merek dimana Batik Mangrove mucul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall). Pada perencanaan kreatif terdapat penjelasan konsep yang akan menjadi dasar penciptaan karya. Berikut beberapa hal dalam penciptaan Buku Ilustrasi Batik Mangrove :

a. Teknik Visualisasi

Visualisasi karakter/ objek yang di dalam buku dibuat dengan teknik gambar ilustrasi dan fotografi yang dibuat sesuai dengan konsep yang ditentukan. Layout yang dibuat tidak terlalu rumit agar dapat dibaca dan dipahami.

b. Warna

Warna adalah unsur penting dalam objek desain, karena warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya dan masing-masing warna mampu memberikan respon positif secara psikologis.


(67)

Gambar 4.5 Teori Warna Kobayashi Sumber : Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 4.5 menjelaskan bahwa warna yang terpilih adalah warna

“elegant” yang mencerminkan sesuai dengan keyword.

Gambar 4.6 Penentuan Warna Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016


(68)

Atas dasar Forum Grub Discussion warna dominan yang terpilih adalah warna nomor satu yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Buku Ilustrasi Batik Mangrove.

Penulis menyesuaikan dengan keywordelegant”, yang dapat dijabarkan warna yang digunakan adalah kuning emas (C : 9, M : 57, Y : 100, K : 1), coklat (C : 1, M : 13, Y : 17, K : 0) dan ungu (C : 37, M : 90, Y : 0, K : 0). Warna elegant yang akan digunakan pada buku ilustrasi Batik Mangrove Kota Surabaya bisa dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Warna elegant Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

c. Pembagian Warna

Sub bab pembagian warna mengacu pada warna yang telah ditemukan dan akan digunakan dalam buku ilustrasi Batik Mangrove dengan menggunakan buku nirmana untuk menguraikan warna yang akan digunakan. Warna yang terpilih untuk digunakan dalam buku ilustrasi Batik Mangrove adalah kuning emas #df8225, coklat #fadfcd, ungu #a73f97.

d. Tiphography

Tiphography yang digunakan dalam pembuatan buku tersebut menggunakan Font Script, karena mempunyai sifat dan karakter yang bersifat


(69)

keanggunan dan keindahan, sehingga font tersebut sesuai dengan pemilihan keyword.

Font yang digunakan untuk judul buku yaitu font Birds of Paradise yang termasuk dalam Font Script.

AaBbCcDdEeFfGg

HhIiJjKkLlMm

NnOoPpQqRrSsTtUu

VvWwXxYyZz

Gambar 4.8 Font Judul Buku Sumber : Hasil olahan peneliti, 2016

Font yang digunakan pada isi konten adalah font Comic Sans MS, kedua font tersebut sama-sama termasuk dalam Font Sans Serif.

AaBbCcDdEeFfGg

HhIiJjKkLlMm

NnOoPpQqRrSsTtUu

VvWwXxYyZz

Gambar 4.9 Font isi konten Sumber : Hasil olahan peneliti, 2016

e. Rancangan Layout buku

Pada Penciptaan Buku Ilustrasi Batik Mangrove di Kota Surabaya, menggunakan teknik Mondrian Layout dan Copy Heavy Layout, karena layout yang dipilih merupakan jenis layout yang elegant dengan ciri layout yang tertata rapi dan tidak rumit


(70)

f. Format dan Ukuran Buku

Buku ilustrasi yang akan dibuat dengan ukuran 25cm x 30cm, isi untuk halaman yang dibuat hingga 38 halaman, dan dijilid hardcover.

Cover : Menggunakan kertas Jasmine Isi :

1. Menggunakan kertas AP 210 g 2. Laminasi doff

3. Teknik Mondrian Layout dan Copy Heavy Layout g. Isi dan Tema Buku

Buku yang berisi tentang sejarah, cara pembuatan dan desain Batik Mangrove sekaligus dengan penjelasannya.

h. Struktur Buku 1. Cover (depan) 2. Blank Page 3. Cover (dalam) 4. Halaman Cetakan 5. Ucapan Terima Kasih 6. Deskripsi Batik

7. Pembatas Halaman Judul “Sejarah Batik Mangrove” 8. Halaman Isi :

Halaman 1 – 3 Sejarah Batik Mangrove versi Bahasa Indonesia dan Versi Bahasa Inggris

Halaman 4 Pembatas Halaman Judul “Cara Pembuatan Batik Mangrove”


(71)

Halaman 5 – 21 Cara pembuatan Batik Mangrove

Halaman 22 Pembatas Halaman Judul “Jenis – Jenis Pakem Batik dan Deskripsi”

Halaman 23 - 28 Jenis – Jenis Pakem Batik Mangrove dan deskripsi 9. Back Cover (dalam)

10. Blank Page 11. Back Cover (luar) i. Penulisan Naskah

Peneliti akan menggunakan dua bahasa, yaitu menggunakan Bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan baik anak-anak maupun dewasa dan menggunakan Bahasa Inggris dengan bantuan translatter agar bahasa yang digunakan mudah dipahami.

4.6.1 Tujuan Kreatif

Tujuan dari penciptaan Buku Ilustrasi Batik Mangrove di Kota Surabaya ini selain untuk Brand Awareness pada masyarakat Kota Surabaya juga berguna untuk mengenalkan jenis-jenis batik yang pewarnaannya terbuat dari hasil olahan limbahan Mangrove, sehingga masyarakat mampu melestarikan dan membudiyakan lingkungan yang ada disekitar terutama Mangrove.

4.6.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif dalam penciptaan Buku Ilustrasi Batik Mangrove di Kota Surabaya mengacu pada observasi yang diteliti.


(72)

a. Data target penjualan

Target penjualan ditujukan kepada orang tua yang anaknya ingin belajar tentang Batik Kota Surabaya dan masyarakat umum yang ingin melestarikan lingkungan sekitar.

b. Pemasaran Buku Ilustrasi

Buku ilustrasi merupakan media yang menghibur di semua kalangan dan salahsatu strategi dalam menarik perhatian semua kalangan saat membacanya karena dengan menggunakan bantuan gambar ilustrasi. Potensi yang dimiliki buku ilustrasi dapat menjadi media pembelajaran karena menggunakan bentuk komunikasi visual yang sederhana.

4.7 Perancangan Media

Perancangan media yang dibutuhkan dalam perancangan Buku Batik Mangrove di Kota Surabaya agar menarik, sehingga media yang dirancang dapat menjangkau target audience secara tepat dengan biaya dan pemilihan media yang tepat, dan terdapat empat komponen dari perencanaan media yaitu tujuan media, strategi media, dan biaya media.

4.7.1 Tujuan Media

Media yang digunakan mempunyai tujuan agar yang diinginkan tercapai dalam pembuatan buku ilustrasi Batik Mangrove dengan menentukan pemilihan media dan prioritas media, sehingga mengoptimalkan efektifitas informasi dan efisiensi biaya.

4.7.2 Strategi Media

Media yang dipilih sesuai dengan target audience dan mampu memuat informasi yang lengkap tentang Batik Mangrove di Kota Surabaya, maka untuk


(73)

mencapai tujuan peningkatan Brand Awareness pada masyarakat Kota Surabaya yaitu :

a. Buku Ilustrasi, berfungsi sebagai media utama dengan alasan media yang dipilih merupakan media yang mampu menarik pembaca karena terdapat gambar– gambar yang menarik dan juga berfungsi sebagai penjelas dari informasi yang dimuat.

b. Poster, bertujuan sebagai media pendukung dengan alasan mempunyai kelebihan sebagai berikut : khalayak yang membacanya dapat menikmati gambar sekaligus mencermati isi yang ada didalam poster dan khalayak dapat mengulang-ulang membacanya, karena sifat yang tercetak pada isi poster bersifat permanen dan kekuatan utamanya dapat dijadikan bukti dan memuat informasi yang singkat dan lengkap serta lebih menarik dengan adanya gambar.

c. Stiker, bertujuan sebagai media pendukung karena mempunyai kelebihan sebagai merchandise yang ditempel ketempat yang dikehendaki

d. Pembatas buku, bertujuan sebagai media pendukung yang mempunyai kelebihan agar pembaca dapat menggunakannya sebagai pembatas buku saat menbacanya.

4.7.3 Teknis Produksi

Produksi buku penciptaan Buku Ilustrasi Batik Mangrove Kota Surabaya, berikut sistem produksi dari awal hingga akhir :

a. Tahap awal menentukan ukuran kertas yang akan digunakan. Ukuran buku 300x 250mm, untuk cover menggunakan kertas Art Paper 210gr dan untuk isi menggunakan kertas Art Paper 210gr ukuran plano (109cm x 79cm).


(74)

b. Buku disusun dengan teknik hardcover sebagai proses akhir. 4.7.4 Biaya Media

Berikut adalah langkah perhitungan nilai waste (inschiet) kertas dalam sekali proses naik cetak :

Luas bidang kertas = 79 cm x 109 cm = 8611 cm2 Luas Bidang terpakai

Bidang I = 109 cm – (3x30 cm) = 19 cm Bidang II = 79 cm – (3x25) = 4 cm Luas Bidang Terbuang

Bidang I = 19 cm x 79 cm = 1501 cm2 Bidang II = 4 cm x 109 cm = 436 cm2 +

= 1937 cm Inschiet = (8611 cm : 1937 cm) x 100% = 4,4%

Adapun biaya lain yang harus diperhitungkan dalam menentukan Harga Pokok Produksi Cetak Buku, sebagai berikut :

a. Menghitung Biaya desain cover dan isi buku 1) Menghitung desain = 1

2) Harga desain perbuku = Rp 350.000,- Rumus Biaya Desain = 1 x Rp 350.000,-

= Rp 350.000,- b. Menghitung Biaya setting naskah

1) Jumlah halaman setting = 22 halaman 2) Ukuran buku = 30 cm x 25 cm 3) Harga setting per halaman = Rp 12.000,-


(1)

digunakan menggunakan warna yang berbeda dengan tujuan untuk membedakan antara back cover buku depan dengan back cover buku dalam.

4.9 Desain Poster

Gambar 4.48 Desain Poster Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016

Gambar 4.48 merupakan desain poster yang dibuat sesuai dengan unsur-unsur yang sudah didapat dari penelitian. Poster menggunakan gambar motif pakem Batik Mangrove sebagai background untuk mewakili motif Batik Mangrove dan sesuai dengan cover buku.


(2)

4.10 Desain Stiker

Gambar 4.49 Desain Stiker Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016

Gambar 4.49 merupakan desain stiker yang dibuat sesuai dengan menampilkan biota Hutan Mangrove dan diberi tulisan “Batik Tulis Mangrove Pesisir Rungkut Surabaya”.

4.11 Desain Pembatas Buku

Gambar 4.50 Desain Pembatas Buku Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016


(3)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pelayanan dan peyajian informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat penting sekali bagi pertumbuhan atau perkembangan suatu organisasi atau instansi-instansi. Searah dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoligi yaitu dengan munculnya sistem pengolahan data dengan menggunakan komputer sangat membantu sekali dalam mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan mengamati dan menganalisa banyaknya referensi tentang ilustrasi yang digunakan serta dilandasi oleh teori-teori dan alat-alat yang digunakan berkaitan, sehingga dapat disimpulkan berdasarkan judul tugas akhir yang dipilih dengan menggunakan media buku ilustrasi, maka para pembaca dapat mengingat serta belajar tentang seputar batik Mangrove.

Diharapkan dengan adanya buku Ilustrasi Batik Mangrove ini masyarakat khususnya yang ada di Kota Surabaya dapat mengingat Batik Mangrove sebagai batik tulis yang telah dipatenkan menjadi batik tulis Kota Surabaya.


(4)

5.2 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian selama penulis lakukan, maka perlu adanya antusias warga untuk terus melestarikan lingkungan yang disekitar untuk dijadikan produk yang bermanfaat, sehingga dengan adanya pemanfaatan yang ada disekitar kita dapat membuat produk yang beraneka ragam.

Banyaknya produk yang telah diciptakan, maka perlu adanya Brand Awareness agar khalayak lain dapat mengetahui produk apa saja yang disekitarnya dan apa saja yang mereka butuhkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Koentjaraningrat . 2005. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Child Development. New York: McGraw-Hill, Inc. Rochaety, Eti dan Ratih Tresnati. 2005. Kamus Istilah Ekonomi. Cetakan Pertama.

Jakarta : PT. Bumi Aksara

Aeker, David A.1991. Managing Brand Equity. New York, NY: The Free Press Darmadi Durianto, Sugiarto, Tony Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar

melalui Riset Ekuisitas dan Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Adi. Rustan, Surianto. 2008. Layout Dasar & Penerapan. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Rustan, Surianto. 2011. Huruf Font Tipografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : andi

Widodo, Dukut Imam. 2013. Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe. Surabaya : publishing

P.J. Zoetmulder, cultuur, Oost en West. Amsterdam, P.J van der peet,1951 : 18 Craig, James. 2006. Designing with Type : The Essential Guide to Typography.

New York: Watson – Guptill Publications


(6)

Sumber Internet :

http://www.bimbingan.org/kelebihan-dan-kekurangan-buku.html (diakses tanggal 3 Desember 2015)

http://indonesia-peta.blogspot.co.id/2010/10/gambar-peta-povinsi-jawa-timur-jatim.html