PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTIF DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA (STUDI PADA KARYAWAN PT. ANTAREJA PRIMA ANTARAN YOGYAKARTA)
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTIF DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA
(STUDI PADA KARYAWAN PT. ANTAREJA PRIMA ANTARAN YOGYAKARTA)
EFFECT OF DIRECTIVE LEADERSHIP AND MOTIVATION ON PERFORMANCE
(STUDY ON EMPLOYEE PT. ANTAREJA PRIMA ANTARAN YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
M. AGUNG NUGROHO 20130410303
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(2)
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTIF DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA
(STUDI PADA KARYAWAN PT. ANTAREJA PRIMA ANTARAN YOGYAKARTA)
EFFECT OF DIRECTIVE LEADERSHIP AND MOTIVATION ON PERFORMANCE
(STUDY ON EMPLOYEE PT. ANTAREJA PRIMA ANTARAN YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
M. AGUNG NUGROHO 20130410303
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : M. Agung Nugroho
Nomor Mahasiswa : 20130410303
Prodi : Manajemen
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTIF DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. ANTAREJA
PRIMA ANTARAN YOGYAKARTA ”. Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi ini atau perguruan tinggi lain kecuali
bagian – bagian tertentu saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam
skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 28 Desember 2016
Materai, 6.000
(4)
Motto
“Segala tugaS dan amanat
merupakan cobaan dan
tantangan yang harus di hadapi dan di selesaikan dengan
sabar dan penuh tanggung jawab, jika kita dapat
menyelesaikannya dengan baik insya Allah kepercayaan
terhadap diri kita akan datang dengan Sendirinya”.
“jangan pernah menyerah
Kamu lebih berani daripada yang kamu percaya
dan lebih kuat daripada yang kamu pikirkan”.
“barang Siapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia
HARUS MEMILIKI ILMU, DAN BARANG SIAPA YANG MENGINGINKAN
KEHIDUPAN AKHIRAT MAKA ITUPUN HARUS DENGAN ILMU, DAN
BARANG SIAPA YANG MENGINGINKAN KEDUANYA MAKA ITUPUN
(5)
PERSEMBAHAN
Sujud serta syukur kepada Allah SWT atas karunia dan kemudahan yang telah
Engkau berikan. Dengan ungkapan rasa yang sangat bahagia, ku persembahkan
skripsi ini kepada :
Yang pertama kepada kedua orang tua ku, saya ucapkan banyak terima
kasih atas segala yang sudah diberikan selama ini terkhususnya dalam hal
kesabaran dalam membimbing saya, persembahan ini mungkin hanya
sebagian kecil yang bisa saya berikan. Terima kasih selalu mendoakan
dan selalu memberikan yang terbaik.
Yang kedua teruntuk adik ku Muhammad Akbar Nugroho yang selalu
mendoakan kakaknya agar cepat selesai skripsinya.
(6)
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan direktif dan motivasi terhadap kinerja. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan perusahaan PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta dengan menyebarkan kuisioner sebanyak 50 responden. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan pertama gaya kepemimpinan direktif mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Kedua kebutuhan berkuasa berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja. Ketiga kebutuhan berafiliasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Keempat kebutuhan berprestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
(7)
ABSTRACT
This study aimed to analyze the factors affecting directive leadership style and motivation on performance. The sample in this study were all employees of the company PT. Antareja Prima conduction Yogyakarta by distributing questionnaires of 50 respondents. The analytical method used is multiple regression analysis.
The results showed first directive leadership style has a positive and significant impact on performance. Both power requirements and no significant negative effect on performance. The third requirement is affiliated no significant effect on performance. Fourth achievement needs positive and significant impact for performance.
(8)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan seluruh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkah limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, Serta yang telah memberikan kemudahan
dalam penulisan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak ketinggal pula salam
serta shalawat semoga selalu tercurah pada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Direktif Dan
Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penyelesaian penulisan skripsi
ini tidak terlepas dari bimbingan dan berbagai dukungan dari segala pihak, maka dari itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Gunawan Budiyanto M.P, Ir., Dr. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Bapak Nano Prawoto SE, M.Si., Dr. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Retno Widowati PA, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Ibu Tri Maryati, SE., MM dengan penuh kesabaran telah membimbing dan memberikan masukan selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Semua pihak yang telah memeberikan motivasi, dukungan, bantuan, kemudahan dan
semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semua bantuan yang diberikan kepada penulis semoga mendapat karunia dari Allah
(9)
penulis mengharapkan kritik serta saran dan pengembanganan penelitian selanjutnya sangat
di perlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Yogyakarta, Februari 2017
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Depan ...i
Halaman Pengesahan ... ii
PERNYATAAN ...iv
Motto ... v
PERSEMBAHAN ...vi
INTISARI ... vii
ABSTRACK ... viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
BAB 1 ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah... 4
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 5
BAB II ... 6
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A.Landasan Teori ... 6
1. Kinerja ... 6
2. Gaya Kepemimpinan ... 9
3. Motivasi ... 20
B.Kerangka Pemikiran dan Penurunan Hipotesis ... 29
C.Model Penelitian ... 34
BAB III ... 35
METODE PENELITIAN... 35
A.Pendekatan Penelitian... 35
B.Objek dan Subjek Penelitian... 35
C.Populasi dan Sampel ... 35
D.Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 36
E.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38
(11)
Analisis Regresi Linier Berganda ... 40
Uji Hipotesis ... 40
H. Uji Asumsi Klasik ... 42
1. Uji Normalitas ... 42
2. Uji Multikolonieritas ... 44
3. Uji Heteroskedastisitas ... 44
BAB IV ... 46
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN ... 46
PENGUJIAN VARIABEL PENELITIAN ... 52
Uji Validitas ... 52
Uji Reliabilitas ... 54
Uji Normalitas ... 55
Uji Multikolinearitas... 56
Uji Heteroskedastisitas ... 57
ANALISIS DATA... 59
Analisis Deskriptif Jawaban Responden ... 59
Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis ... 64
PEMBAHASAN ... 67
BAB V ... 72
KESIMPULAN DAN SARAN... 72
Kesimpulan... 72
Keterbatan Penelitian ... 73
Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA……… 74 LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
Tingkat pengembalian kuisioner ... 51
Jenis kelamin ... 52
Hasil uji validitas ... 53
Hasil uji reliabilitas ... 54
Hasil uji normalitas ... 56
Hasil uji multikolineritas... 57
Deskriptif responden ... 59
(13)
DAFTAR GAMBAR
Model penelitian ... 34
Hasil normalitas ... 55
(14)
(15)
(16)
ABSTRACT
This study aimed to analyze the factors affecting directive leadership style and motivation on performance. The sample in this study were all employees of the company PT. Antareja Prima conduction Yogyakarta by distributing questionnaires of 50 respondents. The analytical method used is multiple regression analysis.
The results showed first directive leadership style has a positive and significant impact on performance. Both power requirements and no significant negative effect on performance. The third requirement is affiliated no significant effect on performance. Fourth achievement needs positive and significant impact for performance.
(17)
1 BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam peradaban manusia sekarang ini segala aspek kehidupan tidak
lepas dari berorganisasi, karena pada kodratnya manusia merupakan makhluk
sosial yang cenderung untuk selalu hidup bermasyarakat. Hal ini nampak baik
didalam kehidupan rumah tangga, organisasi kemasyarakatan, terlebih pada saat
seseorang memasuki dunia kerja. Seseorang tersebut akan berinteraksi, dan
masuk menjadi bagian dalam organisasi tempatnya bekerja.Keberhasilan suatu
organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh kinerja pegawai atau karyawan.
Kinerja adalah prestasi kerja yang merupakan hasil dari implementasi rencana
kerja yang dibuat oleh suatu institusi yang dilaksanakan oleh pimpinan dan
karyawan yang bekerja di institusi itu baik pemerintah maupun perusahaan untuk
mencapai tujuan organisasi.
Mangkunegara (2011) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Bernardin (2001) dalam Sudarmanto (2015) juga menyatakan bahwa kinerja
merupakan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau
aktivitas selama periode tertentu. Hal ini disebabkan karyawan dituntut untuk
memberikan waktu, tenaga dan usahanya untuk memperoleh apa yang
(18)
2
sosial. Terdapat faktor-faktor negatif yang dapat menurunkan kinerja
karyawan, diantaranya adalah menurunnya motivasi karyawan untuk mencapai
prestasi kerja, gaya kepemimpinan yang tidak cocok dengan karyawan,
kurangnya ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan sehingga kurang
menaati peraturan, pengaruh yang berasal dari lingkungannya, teman sekerja yang
juga menurun semangatnya dan tidak adanya contoh yang harus dijadikan
acuan dalam pencapaian prestasi kerja yang baik.
Dalam hal tersebut peran seorang pemimpin menjadi juru kunci dalam
membangun semangat bawahannya dalam mencapai tujuan perusahaan. Seorang
pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya,
karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Seorang pemimpin adalah orang yang memberi
inspirasi, membujuk, mempengaruhi, dan memotivasi kerja orang lain.
Kemampuan untuk memberi inspirasi orang lain adalah unsur tertinggi dari
kepemimpinan. Seorang pemimpin harus punya daya tarik personal atau menjadi
suri tauladan agar bisa memberi inspirasi bagi orang lain. Membujuk adalah aspek
penting lainnya dari seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah
laku yang dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi bawahannya agar
dapat memaksimalkan kinerja yang dimiliki bawahannya sehingga kinerja
organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan. Setiap pemimpin memiliki
gaya kepemimpinan yang berbdeda-beda dalam memimpin suatu organisasi atau
perusahaan. Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dengan
(19)
3
keberhasilan seorang pemimpin juga diukur melalui kemampuannya dalam
menjalankan kebijakan suatu perusahaan dengan gaya kepemimpinannya
masing-masing sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Maka dari itu gaya
kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian
Agusman S (2004), menujukkan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai
pengaruh yang paling kuat terhadap kinerja. Hasil penelitian tersebut juga
didukung oleh penelitian Widiyantoro (2005) dan Siti Askariyah (2006), yang
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja.
PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta adalah perusahaan yang bergerak
dibidang pengiriman barang atau jasa. Dalam jangka waktu tertentu, pemimpin
dalam tiap unit perusahaan selalu dilakukan rolling jabatan, dimana setiap
pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan
memiliki dampak positif maupun negatif atas kinerja karyawan. Yang terjadi di
perusahaan Antareja Prima Antaran Yogyakarta adalah pimpinan telah
memberikan arahan dan bimbingan kerja secara spesifik dan sesuai standar
perusahaan kepada karyawan, namun masih terdapat karyawan yang belum bisa
menjalankan kinerjanya sesuai dengan harapan dan standar perusahaan.
Disamping itu, pemimpin juga kurang memberikan motivasi terhadap karyawan
sehingga membuat kinerja karyawan menurun. Aspek motivasi kerja juga menjadi
aspek penting dalam kinerja karyawan dimana dalam jaman globalisasi sekarang
ini tentunya kebutuhan setiap karyawan akan semakin bertambah seiring
(20)
4
menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap tingginya kinerja.
Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Alfiandri (2010 dan Dewi
Ma’rifah (2006), yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja. Akan tetapi hasil penelitian Agus Ciptono (2005), menyatakan
bahwa Motivasi kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja individual.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini akan mengkaji tentang
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan PT.
Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
yang menjadi masalah penelitian adalah sebagai berikut :
a. Apakah gaya kepemimpinan direktif berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta ?
b. Apakah Kebutuhan Prestasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.
Antareja Prima Antaran Yogyakarta ?
c. Apakah Kebutuhan Kekuasaan berpengaruh terhadap kinerja karyawan
PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta ?
d. Apakah Kebutuhan Afiliasi/Persahabatan berpengaruh terhadap kinerja
(21)
5
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan direktif terhadap
kinerja karyawan Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
b. Untuk menganalisis pengaruh Kebutuhan Prestasi terhadap kinerja
karyawan PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
c. Untuk menganalisis pengaruh Kebutuhan Kekuasaan terhadap kinerja
karyawan PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
d. Untuk menganalisis pengaruh Kebutuhan Afiliasi/Persahabatan terhadap
kinerja karyawan PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis : Menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai materi Sumber Daya Manusia khususnya yang berkaitan
dengan gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan.
b. Manfaat Praktis : Memberikan saran dan masukan kepada perusahaan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari karyawan
khususnya untuk memberikan masukan tentang bagaimana cara
(22)
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Mangkunegara (2011)
mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Hal ini disebabkan karyawan dituntut untuk memberikan waktu,
tenaga dan usahanya untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, misalnya
keuntungan ekonomi, fellowship dan juga status sosial. Bernardin (2001) dalam Sudarmanto
(2015) juga menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas
fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas selama periode tertentu. Sedangkan Moeheriono
(2012) dalam Ma’ruf (2014) mendefinisikan kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu
organisasi. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan sehingga mereka mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi
kepada instansi atau organisasi termasuk kualitas pelayanan yang disajikan. Berhasil
tidaknya kinerja yang dicapai organisasi tersebut di pengaruhi kinerja karyawan secara
individual maupun kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja karyawan maka semakin
(24)
Dari berbagai definisi kinerja di atas, dapat disimpulkan bahwa Kinerja adalah suatu
hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi
sesuai wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi.
a. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja.
Menurut Mathis (2006) faktor yang mempengaruhi karyawan dalam bekerja, yaitu
kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan,
dan dukungan organisasi. Kinerja karyawan berkurang apabila salah satu faktor ini berkurang
atau tidak ada. Sebagai contoh beberapa karyawan memiliki kemampuan untuk melakukan
pekerjaannya dan bekerja keras, tetapi organisasi memberikan peralatan yang kuno. Masalah
kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepada karyawan. Kinerja meliputi kualitas output serta
kesadaran dalam bekerja. Ada tiga alasan yang berkaitan mengapa penentuan sasaran
mempengaruhi kinerja, yaitu:
1. Penentuan sasaran mempunyai dampak mengarahkan, yaitu memfokuskan aktivitas
– aktivitas kearah tertentu dari pada kearah lainnya.
2. Disebabkan oleh sasaran – sasaran yang telah diterima, maka orang – orang cenderung mengarahkan upaya secara proporsional terhadap kesulitan sasaran.
3. Sasaran – sasaran yang sukar akan membuahkan ketekunan dibandingkan sasaran – sasaran yang ringan.
c. Indikator Kinerja Karyawan:
Adapun indikator dari kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2011) adalah sebagai
(25)
1. Kualitas Kerja adalah seberapa baik seorang karyawan mengerjakan apa yang
seharusnya dikerjakan.
2. Kuantitas Kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya.
Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu
masing-masing.
3. Pelaksanaan Tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu melakukan
pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.
4. Tanggung Jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban karyawan
untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan perusahaan.
Sedangakan indikator dari kinerja karyawan menurut Bernardin (2001) dalam Sudarmanto
(2015) adalah sebagai berikut:
1. Quality, terkait dengan proses atau hasil mendekati semprna/ ideal dalam
memenuhi maksud atau tujuan.
2. Quantity, terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang dihasilkan.
3. Timeliness, terkait dengan waktu yang diperlukan dalam menyeleseaikan aktivitas
atau menghasilkan produk.
4. Cost Effectiveness, terkait dengan tingkat penggunaan sumber-sumber organisasi (
orang, uang, material, teknologi ) dalam mendapatkan hasil atau pengurangan
pemborosan dalam penggunaan sumber-sumber organisasi.
5. Need For Supervision, terkait dengan kemampuan individu dapat menyelesaikan
(26)
6. Interpersonal Impact, terkait dengan kemampuan individu dalam meningkatkan
perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerja sama diantara sesama pekerja adan
anak buah.
2. Gaya Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu dimensi kompetensi yang sangat menentukan
terhadap kinerja atau keberhasilan organisasi. Esensi pokok kepemimpinan adalah cara untuk
mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Armstrong (2003) dalam
Sudarmanto (2015) menyatakan kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada
semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Menurut Robbins (2015) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan.
Siagian (2002) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau
melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.
Berdasarkan beberapa definisi kepemimpinan di atas dapat diartikan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, menggerakkan,
mendorong, mengendalikan orang lain atau bawahannya untuk melakukan sesuatu pekerjaan
atas kesadarannya dan berkontribusi dalam mencapai suatu tujuan.
Teori Kepemimpinan :
Adapun teoti kepemimpinan menurut Robbins (2015) adalah sebagai berikut :
(27)
Teori bakat berusaha mengidentifikasi karakteristik pribadi dari seorang pemimpin.
Teori ini juga ingin melihat karakteristik-karakteristik apa yang membedakan
pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif. Kebanyakan dalam teori
bakat tersebut memfokuskan pada sifat-sifat apa yang ada pada pemimpin dan yang
tidak ada pada pemimpin. Sifat-sifat yang dipunyai seorang pemimpin adalah; lebih
cerdas, lebih extrovert, lebih percaya diri, lebih bertanggung jawab, dibanding dengan
sifat bukan para pemimpin. Upaya lain dilakukan untuk melihat sifat-sifat yang
membedakan pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Kepemimpinan yang efektif tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat pemimpin saja,
tetapi juga dipengaruhi oleh kesesuaian antara sifat tersebut dengan lingkungan yang
dihadapi. Seseorang yang sangat tegas barangkali tidak akan menjadi pemimpin yang
efektif di lingkungan perguruan tinggi yang membutuhkan otonomi yang lebih besar.
Sebaliknya, seseorang yang demokratis barangkali tidak akan menjadi pemimpin yang
efektif apabila ditempatkan di organisasi kemiliteran.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku apa yang dipunyai oleh
pemimpin, yang membedakan dirinya dari non-pemimpin. Jika perilaku pemimpin
dapat diidentifikasi, maka seseorang yang akan menjadi pemimpin dapat mempelajari
perilaku tersebut supaya dia menjadi pemimpin yang efektif. Dari teori di atas
terdapat fungsi pemimpin yang mencakup dua hal yaitu:
a. Fungsi yang berkaitan dengan tugas (task-related functions) fungsi ini berkaitan
dengan pekerjaan, seperti mengarahkan bawahan atau mendorong bawahan agar dapat
(28)
b. Fungsi yang berkaitan dengan kehidupan sosial (group maintenance atau social
functions) fungsi ini berkaitan dengan persoalan hubungan antar manusia, seperti
menjadi penengah, dan menjaga hubungan antar anggota.
3. Teori Kontegensi Kepemimpinan
Model Kontigensi Fiedler dalam Robbins (2015) meyakini sebuah faktor kunci dalam
keberhasilan kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan dasar individu. Fiedler
mengasumsikan bahwa gaya kepemimpinan individu adalah tetap. Jika sebuah situasi
mensyaratkan seorang pemimpin untuk berorientasi pada tugas dan orang dalam
posisi kepemimpinan tersebut adalah yang berorientasi pada hubungan, salah satu
situasi harus dimodifikasi atau pemimpin harus digantikan untuk mencapai efektivitas
yang optimal.
Fiedler mengidentifikasi tiga dimensi kontigensi atau situasional:
a. Hubungan pemimpin anggota adalah derajat kepercayaan diri, kepercayaan, dan
menghormati yang mana para anggota miliki dalam diri pemimpin mereka.
b. Struktur tugas adalah keadaan yang mana penugasan pekerjaan dibuatkan prosedur
(terstruktur atau tidak terstruktur).
c. Kekuatan posisi adalah derajat dari pengaruh seorang pemimpin yang memiliki
variabel kekuatan yang lebih seperti merekrut, memecat, disiplin, mempromosikan,
dan menaikkan gaji.
(29)
Teori kepemimpinan situasional menitikberatkan pada para pengikutnya. Teori ini
mengatakan bahwa kepemimpinan yang berhasil akan bergantung pada pemilihan
gaya kepemimpinan yang tepat terhadap kesiapan dari para pengikutnya, sampai
sejauh mana mereka bersedia dan mampu untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu.
Jika para pengikut tidak mampu dan tidak bersedia untuk mengerjakan tugas, maka
pemimpin perlu menjelaskan dan memberikan pengarahan secara spesifik. Jika
mereka tidak mampu tetapi bersedia, maka pemimpin harus memperlihatkan orientasi
tugas yang tinggi untuk mengompensasikan kekurangan kemampuan dari para
pengikutnya. Jika para mampu tetapi tidak bersedia, maka pemimpin perlu
menggunakan gaya kepemimpinan yang suportif dan partisipatif. Dan yang terakhir
jika mereka mampu dan bersedia, maka pemimpin tidak perlu melakukan banyak
upaya.
b. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan seorang pemimpin yang diperlihatkan dan diterapkan ke dalam suatu
gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor dalam peningkatan kinerja pegawai, karena
pada dasarnya hal tersebut merupakan tulang punggung pengembangan organisasi dalam
mendorong, dan mempengaruhi semangat kerja yang baik kepada bawahan. Untuk itu
pemimpin perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam
penerapannya. Gaya kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh
terhadap seseorang atau sekelompok orang dalam mencapai prestasi atau tujuan organisasi
Robbins (2015). Menurut Thoha (2013), gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku
yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain seperti yang ia lihat. Atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan
adalah pola perilaku yang konsisten ditunjukkan dan yang diketahui oleh pihak lain
(30)
harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang
pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuannya. Sedangkan Rivai (2009) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah
sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran
organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku
dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain.
c. Indikator gaya kepemimpinan :
House dan Mitchell (1974) dalam Robbins (2015) menggabungkan empat dimensi tipe atau
gaya kepemimpinan yang utama, yaitu :
1. Kepemimpinan direktif.
Dalam kepemimpinan direktif pemimpin memberi kesempatan kepada bawahan untuk
mengetahui apa yang menjadi harapan pimpinannya dan pemimpin tersebut
menyatakan kepada bawahannya bagaimana dapat melaksanakan tugas. Pemimpin
juga memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka,
memberikatahukan jadwal kerja yang harus diselesaikan dan standar kerja, serta
memberikan bimbingan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas
tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan
(31)
House dan Mitchell (1974) dalam Robbins (2015) menyatakan bahwa direktif
leadership itu memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharpkan dari
mereka, memberi pedoman yang spesifik, meminta para bawahan untuk mengikuti
peraturan yang mengatut dan mengkoordinasi pekerjaan mereka. Fungsi pimpinan
direktif adalah memberikan struktur tugas dengan merencanakan, mengorganisir,
mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengontrol kerja anak buahnya. Sikap direktif
yang demikian diperkirakan akan memberikan hasil yang positif.
2. Kepemimpina suportif.
Kepemimpinan suportif yaitu usaha pemimpin untuk menekankan diri dan bersikap
ramah serta menyenangkan bawahannya. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan
keramahan seorang pemimpin, mudah ditemui, dan menunjukkan sikap perhatian
kepada bawahannya (House dan Mitchell 1974 dalam Robbins 2015).
Mamduh (1997) mengatakan jika manajer ingin meningkatkan kesatuan dan
kekompakan kelompok digunakan gaya kepemimpinan suportif. Jika bawahan tidak
memperoleh kepuasan sosial dari kelompok, maka gaya kepemimpinan suportif
manjadi begitu penting. Kepemimpinan gaya suportif, menggambarkan situasi dimana
pegawai yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berkembang mengerjakan tugas-tugas
yang mudah, sederhana, dan rutin. Individu seperti ini mengharapkan pekerjaan
sebagai sumber pemuasan kebutuhan, tetapi kebutuhan mereka tidak terpenuhi.
Reaksi yang mungkin timbul adalah perasaan kecewa dan frustasi.
3. Kepemimpinan partisipatif.
Dalam kepemimpinan partisipatif pemimpin berkomunikasi kepada bawahan dan
bertanya untuk mendapatkan masukan-masukan dalam rangka mengambil keputusan.
(32)
bawahannya secara bersama-sama dalam proses pengambilan sebuah keputusan.
Model kepemimpinan seperti ini diterapkan apabila tingkat kematangan bawahan
berada pada taraf kematangan moderat sampai tinggi. Mereka mempunyai
kemampuan, tetapi kurang memiliki kemauan bekerja dan kepercayaan diri.
Model kepemimpinan partisipatif merupakan model yang menyediakan peluang yang
sebaik mungkin kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
menguntungkan kelompok dan individu yang dipimpinnya. Hubungan yang terjalin
dan bersifat kekeluargaan antara atsan dengan bawahan dapat dihindari sehingga
mereka melaksanakan hubungan kerja sesuai dengan aturan organisasi.
4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi.
Dalam gaya kepemimpinan ini Pemimpin mengatur tujuan yang menantang bawahan
untuk menunjukkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka akan mencapai tujuan
dan memiliki kinerja yang lebih baik.
Menurut Luthans (2012) dan Peter (2013), mengidentifikasi ada beberapa jenis gaya
kepemimpinan, antara lain:
1. Gaya kepemimpinan kharismatik.
Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar
biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima
karakteristik pokok pemimpin kharismatik:
a. Visi dan artikulasi. memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap
masa depan lebih baik dari pada status quo, dan mampu mengklarifikasi
(33)
b. Riskio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko personal tinggi,
menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi.
c. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis kendala
lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan.
d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif (sangat
pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsive terhadap kebutuhan
dan perasaan mereka.
e. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku
yang dianggap baru dan berlawanan dengan normal.
2. Gaya Kepemimpinan Transformasional.
Para pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk melampaui kepentingan
diri mereka sendiri dan yang berkemampuan untuk memiliki pengaruh secara mendalam dan
luar biasa terhadap para pengikutnya. Ada empat karakteristik pemimpin transformasional:
a. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih
penghormatan dan kepercayaan.
b. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan symbol untuk
memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara sederhana.
c. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan
masalah secara hati-hati.
d. Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan
secara pribadi, melatih dan menasehati.
(34)
Para pemimpin yang membimbing dan memotivasi para pengikut mereka yang
diarahkan menuju tujuan yang ditetapkan dengan menjelaskan peranan dan tugas yang
dibutuhkan. Ada empat karakteristik pimpinan transaksional :
a. Penghargaan kontingen : kontrak pertukaran penghargaan dengan usaha yang
dikeluarkan, menjanjikan penghargaan untuk jinerja baik, mengakui
pencapaian/prestasi.
b. Manajemen berdasarkan kekecualian (aktif) : mengawasi dan mencari pelanggaran
terhadap aturan dan standar, mengambil tindakan korektif.
c. Manajemen berdasarkan kekecualian (pasif) : intervensi hanya jika standar tidak
dipenuhi.
d. Sesuka hati : menghindari tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.
4. Gaya Kepemimpinan Autentik.
Para pemimpin yang mengetahui siapakah mereka, mengetahui apa yang mereka
yakini dan nilai, serta bertindak dengan nilai tersebut dan meyakini secara terbuka dan
berterus terang. Para pengikut mereka akan mempertimbangkan mereka menjadi orang-orang
yang memiliki etika. Kepemimpinan yang autentik adalah suatu cara yang menjanjikan untuk
berpikir mengenai etika dan kepercayaan didalam kepemimpinan karena menitikberatkan
pada aspek moral yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
Dalam pendekatan perkembangan, Walumbawa et al (2008) dalam Peter (2013),
membuat konsep kepemimpinan autentik sebagai pola perilaku pemimpin yang berkembang
dan didasarkan pada karakter psikologis positif pemimpin serta etika yang kuat.
Kepemimpinan autentik terdiri dari empat komponen antara lain : pemahaman diri, perspektif
moral yang digunakan, pengolahan yang seimbang, serta transparansi hubungan (Avolio,
(35)
5. Gaya Kepemimpinan Melayani.
Suatu gaya kepemimpinan yang ditandai dengan melampaui kepentingan pemimpin
sendiri dan akan menitikberatkan pada kesempatan untuk membantu para pengikutnya agar
bertumbuh dan berkembang. Karakteristik dari pimpinan melayani : mendengarkan,
berempati, menyembuhkan, perhatian, persuasi, konseptualisasi, peramalan, tugas untuk
mengurus, komitmen untuk pertumbuhan orang-orang, dan membangun komunitas.
3. Motivasi
a. Pengertian Motivasi.
Dalam kehidupan berorganisasi, pemberian dorongan sebagai bentuk motivasi
kerja kepada bawahan penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Motivasi
berasal dari kata movere, yang berarti bergerak. Arti bergerak ini mendefinisikan bahwa
motivasi adalah proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang
menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif. Robbins
(2015), mendefinisikan bahwa motivasi adalah proses yang menjelaskan mengenai kekuatan,
arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan. Hasibuan (2007)
mengatakan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi seringkali disamakan dengan dorongan.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga
motivasi tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah
laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. Memahami motivasi sangatlah penting,
karena kinerja reaksi terhadap kompensasi dan persoalan sumber daya manusia yang lain
dipengaruhi dan mempengaruhi motivasi. Pendekatan untuk memahami motivasi berbeda -
(36)
Teori motivasi manusia yang dikembangkan oleh Maslow dalam Robbins (2015) dan Luthans
(2012), mengelompokkan kebutuhan manusia menjadi lima kategori yang naik dalam urutan
tertentu. Sebelum kebutuhan lebih mendasar terpenuhi, seseorang tidak akan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Hierarki Maslow yang terkenal terdiri atas kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan keamanan, kebutuhan akan kebersamaan dan
kasih sayang, kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan seseorang merupakan dasar untuk model motivasi. Kebutuhan adalah
kekurangan yang dirasakan oleh seseorang pada saat tertentu yang menimbulkan tegangan
yang menyebabkan timbulnya keinginan. Karyawan akan berusaha untuk menutupi
kekurangannya dengan melakukan suatu aktivitas yang lebih baik dalam melaksanakan
pekerjaannya. Dengan melakukan aktivitas yang lebih banyak dan lebih baik karyawan akan
memperoleh hasil yang lebih baik pula sehingga keinginannya dapat terpenuhi. Keinginan
yang timbul dalam diri karyawan dapat berasal dari dalam dirinya sendiri maupun berasal
dari luar dirinya, baik yang berasal dari lingkungan kerjanya maupun dari luar lingkungan
kerjanya. Motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku
guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Motivasi terbentuk dari sikap seseorang pegawai
dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi, sikap mental merupakan kondisi
mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara
maksimal.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu
didalam diri seseorang yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah
lakunya untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencapai kepuasan sesuai tujuannya.
(37)
Teori McClelland dalam Robbins (2015), menyatakan bahwa seseorang
mempunytai tiga jenis kebutuhan, yaitu need for achievement, need for power, dan need for
affilition. Masing-masing kebutuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Need for power (Kebutuhan Kekuasaan)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara, dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan
berperilaku demikian, atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. McClelland menyatakan bahwa
kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai
suatu posisi kepemimpinan. Secara individu kebutuhan kekuasaan merefleksikan
kegiatan untuk mempengaruhi, mementor, mengajarkan, dan mendorong
pencapaian prestasi.
b) Need for affiliation (Kebutuhan Berafiliasi)
Seseorang memiliki kebutuhan kerjasama (afiliasi) yang tinggi. Kebutuhan akan
afiliasi biasanya diusahakan agar terpenuhi melalui kerja sama dengan orang lain.
Namun demikian perlu dicermati bahwa sampai sejauh mana seseorang bersedia
bekerjasama dengan orang lain dalam kehidupan berorganisasi, tetap dipengaruhi
oleh persepsinya terhadap apa yang diperolehnya dari usaha kerjasama tersebut.
Ciri-ciri seorang yang mempunyai motivasi kerjasama (afiliasi) yang tinggi adalah
lebih suka mempertahankan hubungan, lebih suka kerja kelompok, dan
menginginkan kasih sayang serta pengakuan.
(38)
Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi
sehubungan dengan seperangkat standar, dan bergulat untuk sukses. Ciri-ciri
individu yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi antara lain :
1. Suka mengambil resiko yang moderat.
2. Dalam pandangan mereka, prestasi lebih disebabkan oleh faktor mereka sendiri
dari pada faktor orang lain.
3. Memerlukan umpan balik yang cepat terkait dengan keberhasilan dan kegagalan
mereka.
Luthans (2012) menjelaskan keterkaitan teori tiga kebutuhan dari McClelland
dengan pengaruhnya pada dorongan atau motivasi berprestasi yang dimiliki
seseorang. Dalam penjelasannya, keterkaitan tiga kebutuhan tersebut adalah :
1. Pada kebutuhan berprestasi, dimana seseorang yang memiliki kebutuhan
berprestasi tinggi akan mendorong orang tersebut untuk mendapatkan tujuan
yang menantang, untuk bekerja keras demi mencapai tujuan, dan menggunakan
keterampilan serta kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya sehingga
secara langsung akan menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk berhasil
mencapai prestasi yang menjadi tujuannya.
2. Pada kebutuhan berafiliasi atau persahabatan, pentingnya kebutuhan dalam
perilaku anggota organisasi menjadi sangat jelas, terutama karyawan perusahaan
yang mempunyai kebutuhan sangat kuat untuk masuk dan diterima oleh
kelompok karyawan dan secara tidak langsung memberikan kontribusi terhadap
pemahaman lebih baik mengenai perilaku organisasi yang akan memiliki
dampak positif terhadap efektifitas individu karyawan tersebut sehingga
membantunya dalam mempelajari organisasi dan diri karyawan lainnya serta
(39)
bagi individu dari perusahaan dan memenuhi kebutuhan sosialnya, yang akan
turut meningkatkan kepercayaan diri pada diri dan kemampuannya serta akan
menumbuhkan dorongan pencapaian prestasi dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab pekerjaan.
3. Pada kebutuhan kekuasaan, McClelland berpendapat bahwa kebutuhan
kekuasaan dibagi menjadi dua orientasi yaitu yang bersifat negatif dan bersifat
positif. Kebutuhan kekuasaan yang bersifat personal biasanya sangan
berorientasi pada “saya”. Misalnya saya harus tampak memukau dalam menyelesaikan proyek ini sehingga saya naik jabatan dan dipromosikan.
McClelland merasa kekuasaan personal ini bersifat primitif, dan benar-benar
memiliki konsekuensi negatif, sedangkan kebutuhan kekuasaan sosial
dikarakteristikkan sebagian memperhatikan tujuan kelompok, mencapai tujuan
yang akan menggerakkan orang-orang, mendukung kelompok dalam
merumuskan tujuan mereka, mengambil inisiatif, dan memberikan perasaan
yang kuat serta mampu memberikan apa yang mereka butuhkan sehingga akan
mendorong motivasi dan semangat dalam pencapaian prestasi anggota
kelompok.
c. Teori Motivasi
1). Teori menurut Abraham Maslow
Menurut Abraham Maslow dalam Robins (2015), mengatakan bahwa di dalam diri
semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan, yaitu sebagai berikut:
a) Fisiologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan perumahan),
(40)
b) Keamanan: antaranya keselamatan dan perlindungan atas kerugian fisik dan
emosional.
c) Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima -baik, dan persahabatan.
d) Penghargaan: mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi,
dan prestasi; serta faktor dari luar misalnya status, pengakuan, dan perhatian.
e) Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang/sesuatu sesuai ambisinya
yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan kebutuhan diri.
2). Teori X dan Y
a) Teori X berasumsi bahwa para pekerja tidak suka bekerja, malas, tidak menyukai
tanggung jawab, dan harus dipaksa untuk mengerjakan.
b) Teori Y berasumsi bahwa para pekerja suka bekerja, kreatif, mencari tanggung
jawab, dan dapat menyodorkan diri sendiri dalam melakukan pekerjaannya.
3). Teori Dua Faktor dari Herzberg
Teori dua faktor adalah suatu teori yang mengaitkan faktor-faktor intrinsik dengan
kepuasan kerja dan menghubungkan factor ekstrinsik dengan ketidakpuasan kerja. Menurut
Hertzberg, factor-faktor yang mengarahkan pada kepuasan pekerjaan adalah terpisah dan
berbeda dari factor-faktor yang mengarahkan pada ketidakpuasan pekerjaan.
4). Teori ERG Alderfer
Alderfer mengidentifikasi tiga kelompok kebutuhan :
a) Kebutuhan eksistensi : berhubungan dengan kelangsungan hidup (kesejahteraan
fisiologis).
b) Kebutuhan hubungan : menekankan pentingnya hubungan sosial atau hubungan
(41)
c) Kebutuhan perkembangan : berhubungan dengan keinginan intrinsik individu
terhadap perkembangan pribadi.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Memberikan motivasi kepada pegawai oleh pimpinannya merupakan proses kegiatan
pemberian motivasi kerja, sehingga pegawai tersebut berkemampuan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab adalah kewajiban bawahan untuk
melaksanakan tugas sebaik
mungkin yang diberikan oleh atasan, dan inti dari tanggung jawab adalah kewajiban (Siagian,
2002). Nampaknya pemberian motivasi oleh pimpinan kepada bawahan tidaklah begitu sukar,
namun dalam praktiknya pemberian motivasi jauh lebih rumit. Siagian (2002) menjelaskan
kerumitan ini disebabkan oleh:
1. Kebutuhan yang tidak sama pada setiap pegawai, dan berubah sepanjang waktu.
Disamping itu perbedaan kebutuhan pada setiap taraf sangat mempersulit tindakan
motivasi para manajer. Dimana sebagian besar para manajer yang ambisius, dan
sangat termotivasi untuk memperoleh kepuasan dan status, sangat sukar untuk
memahami bahwa tidak semua pegawai mempunyai kemampuan dan semangat
seperti yang dia miliki, sehingga manajer tersebut menerapkan teori coba-coba untuk
menggerakkan bawahannya.
2. Feeling dan emotions yaitu perasaan dan emosi. Seseorang manajer tidak
memahami sikap dan kelakuan pegawainya, sehingga tidak ada pengertian terhadap
(42)
4. Kerangka Berpikir dan Penurunan Hipotesis
a. Pengaruh gaya kepemimpinan direktif terhadap kinerja karyawan.
Robbins (2015) mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan adalah kemampuan
untuk memberikan pengaruh terhadap seseorang atau sekelompok orang dalam mencapai
prestasi atau tujuan organisasi. Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dengan
bagaimana cara pemimpin tersebut memberdayakan bawahannya, namun keberhasilan
seorang pemimpin juga diukur melalui kemampuannya dalam menjalankan kebijakan suatu
perusahaan dengan gaya kepemimpinannya masing-masing sehingga dapat meningkatkan
kinerja karyawan. Kinerja yang dihasilkan oleh karyawan dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana seorang pemimpin mengarahkan
dan mempengaruhi bawahannya. Semakin tinggi gaya kepemimpinan seorang pemimpin
maka semakin tinggi juga kinerja karyawan. Karyawan akan merasa nyaman dalam bekerja
apabila seorang pemimpin mampu memberikan arahan atau bimbingan dalam bekerja secara
spesifik dan jelas kepada karyawan. Hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kinerja
karyawan, karena karyawan akan sangat merasa nyaman dalam bekerja dan dapat memahami
apa yang diharapkan oleh pimpinan ataupun perusahaan sehingga karyawan mampu
menjalankan pekerjaannya sesuai dengan standar perusahaan. Atau bisa dikatakan seorang
pemimpin yang baik dan memiliki kepedulian terhadap bawahannya akan meningktkan
kinerja karyawan. Maka dari itu gaya kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap kinerja
karyawan. Hasil penelitian terdahulu Widiyantoro (2005) dan Siti Askariyah (2006), yang
mengatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
(43)
mengatakan gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap
kinerja.
H1 : Gaya kepemimpinan direktif berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
pada PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
b. Pengaruh kebutuhan prestasi terhadap kinerja karyawan.
Dalam kehidupan berorganisasi, pemberian dorongan sebagai bentuk motivasi
kerja kepada bawahan penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Motivasi
berasal dari kata movere, yang berarti bergerak. Arti bergerak ini mendefinisikan bahwa
motivasi adalah proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang
menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif. Robbins
(2015), mendefinisikan bahwa motivasi adalah proses yang menjelaskan mengenai kekuatan,
arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan. Kinerja karyawan sangat
dipengaruhi oleh motivasi kerja. Setiap pegawai belum tentu bersedia mengerahkan seluruh
potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal dalam bekerja, sehingga masih
diperlukan adanya dorongan agar seseorang tersebut mau menggunakan seluruh kemampuan
atau potensi yang ada dalam dirinya secara optimal dalam bekerja sehingga menghasilkan
kinerja yang baik. Daya dorong tersebut disebut motivasi. Karyawan yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki kinerja yang optimal. Motivasi berprestasi
yang tinggi akan tampil berupa kesediaan untuk bekerja keras dan sungguh-sungguh serta
tekun untuk mencapai kinerja yang optimal. Karyawan yang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi akan tertantang untuk mendapat tugas yang lebih sulit, tertantang menerima
tanggung jawab yang lebih berat, dan tertantang agar mampu menduduki posisi yang lebih
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan motivasi karyawan akan memberikan
peningkatan yang berarti dalam meningkatkan kinerja. Untuk hubungan motivasi kerja
(44)
(2010) dan Setyowati Subroto dan Gunistiyo (2009), yang menunjukkan bahwa motivasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh
penelitian Lucky Wulan Analisa (2011), menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara
motivasi dengan kinerja.
H2 : Kebutuhan prestasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT.
Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
c. Pengaruh kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja
Robbins (2015), mendefinisikan bahwa motivasi adalah proses yang menjelaskan
mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Kinerja karyawan sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja. Setiap pegawai belum tentu
bersedia mengerahkan seluruh potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal
dalam bekerja, sehingga masih diperlukan adanya dorongan agar seseorang tersebut mau
menggunakan seluruh kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya secara optimal dalam
bekerja sehingga menghasilkan kinerja yang baik. Daya dorong tersebut disebut motivasi.
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam
suatu cara, dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian, atau suatu
bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. kebutuhan
akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi
kepemimpinan. Secara individu kebutuhan kekuasaan merefleksikan kegiatan untuk
mempengaruhi, mementor, mengajarkan, dan mendorong pencapaian prestasi. Untuk
hubungan motivasi kerja dengan kinerja karyawan, peneliti mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Dewi Ma’rifah (2006) dan Enny Rachmawati, Y. Warella, dan Zaenal Hidayat
(2006), yang menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hasil
penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Lucky Wulan Analisa (2011), menyatakan
(45)
H3 : Kebutuhan kekuasaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada
PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
d. Pengaruh kebutuhan afiliasi/persahabatan terhadap kinerja
Seseorang memiliki kebutuhan kerjasama (afiliasi) yang tinggi. Kebutuhan akan
afiliasi biasanya diusahakan agar terpenuhi melalui kerja sama dengan orang lain. Namun
demikian perlu dicermati bahwa sampai sejauh mana seseorang bersedia bekerjasama dengan
orang lain dalam kehidupan berorganisasi, tetap dipengaruhi oleh persepsinya terhadap apa
yang diperolehnya dari usaha kerjasama tersebut. Ciri-ciri seorang yang mempunyai motivasi
kerjasama (afiliasi) yang tinggi adalah lebih suka mempertahankan hubungan, lebih suka
kerja kelompok, dan menginginkan kasih sayang serta pengakuan. Pada kebutuhan berafiliasi
atau persahabatan, pentingnya kebutuhan dalam perilaku anggota organisasi menjadi sangat
jelas, terutama karyawan perusahaan yang mempunyai kebutuhan sangat kuat untuk masuk
dan diterima oleh kelompok karyawan dan secara tidak langsung memberikan kontribusi
terhadap pemahaman lebih baik mengenai perilaku organisasi yang akan memiliki dampak
positif terhadap efektifitas individu karyawan tersebut sehingga membantunya dalam
mempelajari organisasi dan diri karyawan lainnya serta mendapatkan kemampuan baru,
memperoleh penghargaan yang tidak tersedia bagi individu dari perusahaan dan memenuhi
kebutuhan sosialnya, yang akan turut meningkatkan kepercayaan diri pada diri dan
kemampuannya serta akan menumbuhkan dorongan pencapaian prestasi dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab pekerjaan. Untuk hubungan motivasi kerja dengan kinerja
karyawan, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ma’rifah (2006) dan Enny Rachmawati, Y. Warella, dan Zaenal Hidayat (2006), yang menunjukkan bahwa
motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian tersebut juga didukung
oleh penelitian Lucky Wulan Analisa (2011), menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan
(46)
H4 : Kebutuhan afiliasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada
PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
5. Model Penelitian
Adapun model penelitian dalam pandangan peneliti adalah sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
Gambar 2.1 Model Penelitian
Gaya Kepemimpinan Direktif (X1)
Kinerja (Y)
Kebutuhan Prestasi (X2)
Kebutuhan Kekuasaan (X3)
Kebutuhan Afiliasi (X4)
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang data
penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan metode statistik.
B.Obyek dan Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah PT. Antareja Prima
Antaran Yogyakarta, sedangkan yang menjadi subyek penelitian adalah karyawan PT.
Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
C.Populasi dan Sampel
Populasi menurut Sugiyono (2011) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Karyawan PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta.
Sampel menurut Sugiyono (2011) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini tidak digunakan teknik sampling karena
sampel yang diteliti adalah keseluruhan dari populasi yang ada atau disebut dengan
sensus.
D. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan atau
(48)
menggunakan kuisioner yang akan di isi oleh karyawan PT. Antareja Prima Antaran
Yogyakarta. Kuisioner dipilih karena merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang
efisien untuk mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur
variabel penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skla Likert. Menurut
Sugiyono (2011), Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Netral
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi Indikator Skala
House dan Mitchell (1974) dalam Robbins
(2015) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan itu memberitahukan kepada
para bawahan apa yang diharpkan dari
mereka, memberi pedoman yang spesifik,
1. Memberikan Dengan Jelas Apa Yang Harus Dikerjakan.
2. Memberikan
Skala
likert
(49)
meminta para bawahan untuk mengikuti
peraturan yang mengatut dan
mengkoordinasi pekerjaan mereka.
arahan.
3. Menetapkan hubungan kerja
4. Memberikan
standar untuk
setiap pekerjaan.
Motivasi adalah keinginan yang terdapat
pada seorang individu yang mendorongnya
untuk melakukan suatu tindakan. Teori
McClelland dalam Robbins (2015),
menyatakan bahwa seseorang mempunytai
tiga jenis kebutuhan, yaitu need for
achievement, need for power, dan need for
affilition 1. Kebutuhan prestasi 2. Kebutuhan kekuasaan 3. Kebutuhan afiliasi/persahabat an. Skala likert 1-5
Mangkunegara (2011) mengemukakan
bahwa kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Pelaksanaan
Tugas
4. Tanggung Jawab
Skala
likert
1-5
F. Uji Kualitas Instrumen Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah pengujian yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur yang
(50)
(Rahmawati dkk, 2014). Uji Validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Suatu indikataor
dikatakan valid apabila besarnya nilai signifikan (α) < 0,05 atau < 5% (Sugiyono, 2011). Pengujian validitas instrumen diolah menggunakan program software IBM SPSS statistik.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah data untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk (Ghazali, 2011). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Kehandalan yang menyangkut kekonsistenan jawaban jika diujikan berulang pada
sampel yang berbeda. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2011).
G. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier
berganda. Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh yang
diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan analisis regresi linier
berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ŷ= β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Keterangan:
Y = Kinerja kerja karyawan
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi yang akan dihitung
(51)
X2 = Kebutuhan Prestasi
X3 = Kebutuhan Kekuasaan
X4 = Kebutuhan Afiliasi/Persahabatan
e = Residual/error
Model analisis ini dipilih untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap kinerja kerja karyawan, baik secara bersama-sama, maupun secara
parsial.
Pengujian hipotesis atas regresi dan korelasi digunakan dengan alat analisis berikut:
a. Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F)
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi
pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan direktif dan Kebutuhan Prestasi,
Kebutuhan Kekuasaan, Kebutuhan Afiliasi/Persahabatan tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya yaitu kinerja
karyawan.
Ha : Variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan direktif dan Kebutuhan Prestasi,
Kebutuhan Kekuasaan, Kebutuhan Afiliasi/Persahabatan mempunyai pengaruh yang
(52)
Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan menggunakan angka probabilitas
signifikansi, yaitu :
a) Apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b) Apabila probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Pengujian Regresi secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel (X), yaitu gaya
kepemimpinan direktif dan Kebutuhan Prestasi, Kebutuhan Kekuasaan, Kebutuhan
Afiliasi/Persahabatan benar-benar berpengaruh terhadap variabel (Y) kinerja karyawan secara
terpisah atau parsial (Ghozali, 2011). Hipotesis yang digunakan dalam pengujianini adalah :
Ho :Variabel bebas gaya kepemimpinan direktif dan Kebutuhan Prestasi, Kebutuhan
Kekuasaan, Kebutuhan Afiliasi/Persahabatan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan.
Ha : Variabel bebas gaya kepemimpinan direktif dan Kebutuhan Prestasi, Kebutuhan
Kekuasaan, Kebutuhan Afiliasi/Persahabatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat yaitu kinerja karyawan.
c. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R2) intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen, Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection)
(53)
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koeefisien
determinan tinggi (Ghozali, 2011).
H.Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, kedua variabel
(bebas maupun terikat) memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik(Ghazali,
2011).
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat
grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting
data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar
pengambilan keputusan :
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
(54)
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual
kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu, dianjurkan di
samping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan
dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residualnya. Apabila Z hitung > Z tabel,
maka distribusi tidak normal.
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Distribusi residual dapat dinyatakan
normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05).
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi di temukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan
terdapat problem multikolinearitas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas
yaitu dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel bebas, dan dapat juga
dilihat pada nilai tolerance serta nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF
tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1, maka dapat dikatakan terbebas
(55)
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tutup, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang terdapat homoskedastisitas atau tidak terjadi heterodastisitas.
Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara lain prediksi variabel terikat (ZPRED) dan residualanya
(SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu
Y adalah Y yang telah diprediksi, sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analisis :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengidentfikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan dibawah
(56)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Antareja Prima Antaran merupakan salah satu SBU ( Strategic Business Unit)
dari Repex Wahana yang menyediakan jasa pelayanan angkutan domestic untuk seluruh
wilayah Indonesia. Dengan pengetahuan dan dukungan dari seluruh karyawan yang
berdedikasi tinggi, PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta siap memberikan layanan
transportasi yang mendukung one stop logistic dari Repex Wahana.
PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta berdiri pada 11 mei 1999, berdasarkan akte
notaris dan pada tanggal 1 juli 1999 secara resmi PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta
memulai kegiatan operasinya, dengan dimulai pembenahan administrasi bank serta perijinan
kantor. Para pendiri menyadari bahwa bisnis jasa pelayanan angkutan domestic masih terbuka
peluangnya. Pada bulan mei 2001 PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta melakukan serah
terima produk domestic priority kepada PT. Repex Perdana Internasional (RPX), dengan
menjalankan bisnis yang hanya fokus pada domestic cargo dan tracing barang yang
dinamakan DELTA ( Domestic Electronic Tracing Application).
2. Visi dan Misi Perusahaan
PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta memiliki visi menjadi pemimpin pasar
didalam industri dengan tingkat standar operasi internasional dan penggunaan teknologi yang
maju dalam pelacakan pergerakan barang untuk memenuhi kenyamanan dan kepuasan
(57)
Disamping itu misi dari PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta yaitu menjadi
penyedia jasa layanan domestik dari pintu ke pintu secara cepat di seluruh wilyah Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi
yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional
untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dibawah ini adalah bagan struktur organisasi PT. Antareja Prima Antaran
Yogyakarta.
Gambar 4.1. Struktur organisasi
Sumber data sekunder 2013
Adapun tugas dan kewajiban dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
a. Unit Manager
Unit Manajer merupakan pimpinan paling atas dalam mengatur jalannya usaha yang
dilakukan oleh PT. Antareja Prima Antaran Yogyakarta dengan membawahi kepala
administrasi, personalia, dan satuan keamanan.
unit manager
kepala gudang
staff gudang
supervisor
salles
bike courier van courier
kepala administrasi
Staff HRD Staff Finance
(58)
Tugas dan kewajiban :
a) Sebagai wakil pengelola pusat.
b) Pengambil keputusan , membuat rencana, menyusun organisasi, pengarahan,
pengendalian, penilaian dan pelapor organisasi.
c) Mewakili dan pembinaan hubungan yang harmonis dengan pihak lain
d) Memotivasi bawahan.
b. Supervisor
Supervisor bertanggung jawab kepda unit manajer dalam kaitannya dengan penjualan
dan membawahi sallesman.
Tugas dan kewajiban :
a) Merinci target penjualan dari para salesman sesuai dengan potensi wilayah
masing-masing.
b) Membuat evaluasi dari hasil kerja salesman dan memberikan motivasi secara
rutin untuk mencapai sasaran perusahaan, dan mengatasi masalah-masalah
yang timbul baik intern maupun ekstern.
c. Kepala Administrasi
Kepala administrai merupakan yang bertanggung jawab kepada Manajer dan
mengawasi langsung bagian keuangan, kepala gudang yang mempunyai bawahan
asisten gudang, dan administrasi HRD.
Tugas dan kewajiban :
a) Menyiapkan data untuk menyusun sistem pelayanan di bidang administrasi.
b) Menerima, menganalisa, dan mengkaji laporan-laporan yang berkaitan dengan
bidang administrasi dan keuangan.
(59)
Tugas dan kewajibannya :
a) Menghitung rekap dan perhitungan insentif bagian gudang,
b) Membuat dan mencataat barang masuk dan keluar.
e. Staff Gudang
Tugas dan kewajibannya :
a) Mencatat setiap barang atau produk yang keluar dari gudang.
b) Mengecek setiap barang masuk di gudang.
f. Staff Adminstrasi
Tugas dan kewajibannya :
a) Membuat laporan pengiriman dan penerimaan setiap produk.
b) bertanggung jawab terhadap absensi karyawan.
g. Staff Keuangan
Tugas dan kewajibannya :
a) Membuat dan mencetak surat tagihan untuk memastikan bahwa barang dan
tagihan terkirim ke pelanggan dengan benar dan tepat waktu.
b) Mengarsipkan seluruh dokumen transaksi untuk menjaga ketertiban
administrasi dan memudahkan penelusuran dokumen.
h. Satuan pengamanan membawahi anggota satpam
Tugas dan kewajibannya :
a) Menjaga keamanan dan linngkungan perusahaan
b) Memberikan instruksi kepada anggota satpam untuk menjaga keutuhan
barang-barang dan melindungi perusahaan secara fisik dari ancaman
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
i. Bike Courier dan Van Courier
(1)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 50
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.53836582
Most Extreme Differences
Absolute .092
Positive .092
Negative -.090
Kolmogorov-Smirnov Z .652
Asymp. Sig. (2-tailed) .789
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
VALIDITAS
Correlations
(2)
DK1
Pearson Correlation 1 .772** .831** .765** .919**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50
DK2
Pearson Correlation .772** 1 .847** .821** .932**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50
DK3
Pearson Correlation .831** .847** 1 .756** .937**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50
DK4
Pearson Correlation .765** .821** .756** 1 .896**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50
DIREKTIF
Pearson Correlation .919** .932** .937** .896** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
BK1 BK2 BK3 BK4 BERKUASA
BK1
Pearson Correlation 1 .298* .394** .379** .696**
Sig. (2-tailed) .036 .005 .007 .000
N 50 50 50 50 50
BK2
Pearson Correlation .298* 1 .929** .468** .837**
Sig. (2-tailed) .036 .000 .001 .000
N 50 50 50 50 50
BK3
Pearson Correlation .394** .929** 1 .431** .860**
Sig. (2-tailed) .005 .000 .002 .000
N 50 50 50 50 50
BK4
Pearson Correlation .379** .468** .431** 1 .733**
Sig. (2-tailed) .007 .001 .002 .000
N 50 50 50 50 50
BERKUASA
Pearson Correlation .696** .837** .860** .733** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
(3)
BF1
Pearson Correlation 1 .659** .122 .706** .537** .740**
Sig. (2-tailed) .000 .398 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50
BF2
Pearson Correlation .659** 1 .452** .781** .869** .934**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50
BF3
Pearson Correlation .122 .452** 1 .318* .387** .609**
Sig. (2-tailed) .398 .001 .024 .005 .000
N 50 50 50 50 50 50
BF4
Pearson Correlation .706** .781** .318* 1 .656** .855**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .024 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50
BF5
Pearson Correlation .537** .869** .387** .656** 1 .855**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50
BERAFILIASI
Pearson Correlation .740** .934** .609** .855** .855** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
(4)
Correlations
BP1 BP2 BP3 BP4 BERPRESTASI
BP1
Pearson Correlation 1 .359* .279* .155 .604**
Sig. (2-tailed) .010 .050 .281 .000
N 50 50 50 50 50
BP2
Pearson Correlation .359* 1 .424** .204 .783**
Sig. (2-tailed) .010 .002 .155 .000
N 50 50 50 50 50
BP3
Pearson Correlation .279* .424** 1 .438** .760**
Sig. (2-tailed) .050 .002 .001 .000
N 50 50 50 50 50
BP4
Pearson Correlation .155 .204 .438** 1 .617**
Sig. (2-tailed) .281 .155 .001 .000
N 50 50 50 50 50
BERPRESTASI
Pearson Correlation .604** .783** .760** .617** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(5)
KK1 KK2 KK3 KK4 KK5 KK6 KK7 KK8 KK9 KK10 KINERJA
KK1
Pearson Correlation
1 .686** .942** .881** .534** .744** .732** .507** .592** .621** .889**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK2
Pearson Correlation
.686** 1 .666** .768** .588** .584** .536** .626** .537** .574** .809**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK3
Pearson Correlation
.942** .666** 1 .852** .565** .798** .748** .565** .647** .631** .907**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 Z50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK4
Pearson Correlation
.881** .768** .852** 1 .612** .764** .716** .538** .594** .635** .906**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK5
Pearson Correlation
.534** .588** .565** .612** 1 .631** .574** .452** .618** .660** .760**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK6
Pearson Correlation
.744** .584** .798** .764** .631** 1 .658** .412** .617** .682** .844**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK7
Pearson Correlation
.732** .536** .748** .716** .574** .658** 1 .543** .591** .605** .815**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK8
Pearson Correlation
.507** .626** .565** .538** .452** .412** .543** 1 .545** .525** .682**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .003 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK9
Pearson Correlation
.592** .537** .647** .594** .618** .617** .591** .545** 1 .815** .784**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
KK10
Pearson Correlation
.621** .574** .631** .635** .660** .682** .605** .525** .815** 1 .809**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
(6)
RELIABILITAS
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.845 5
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.784 11
KINERJA
Pearson Correlation
.889** .809** .907** .906** .760** .844** .815** .682** .784** .809** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.807 5
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.774 5
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items