Tinjauan Umum tentang Akta 1. Pengertian Akta

kekuatan hukum dari isi perjanjian, namun pihak yang menyangkal adalah pihak yang harus membuktikan penyangkalannya. B. Tinjauan Umum tentang Akta B.1. Pengertian Akta Sebelum membahas mengenai grosse akta, terlebih dahulu diuraikan mengenai pengertian akta. Istilah akta dalam bahasa Belanda disebut acte dan dalam bahasa rnggris disebut act atau deed. A. Pitlo mengartikan akta adalah surat-surat yang ditandatangani, dibuat untuk dipakai sebagai bukti dan untuk dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu dibuat. 18 A.Kohar mengartikan akta sebagai tulisan yang sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti karena menurut ketentuan hukum, barang siapa mengatakan sesuatu harus membuktikan kebenarannya. 19 Menurut Subekti, bahwa akta dalam suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani. 20 Dengan demikian tidak semua surat dapat disebut akta, melainkan hanya surat- surat tertentu yang memenuhi syarat-syarat tertentu pula baru dapat disebut akta. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya suatu surat dapat disebut akta adalah: a Surat itu harus ditandatangani 18 A.Pitlo, Pembuktian dan Daluwarsa, PT Internusa Jkt 1978, hal. 52 19 A.Kohar, Notaris dalam Praktek Hukum, Bandung Alumni 1983, hal. 6 20 R.Subekti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita Jakarta 1985, hal. 27 b. Surat itu harus memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak perikatan c. Surat itu diperuntukkan sebagai alat bukti Dari beberapa pendapat di atas maka pengertian akta pada umumnya adalah suatu surat yang ditandatangani, memuat keterangan tentang kejadian-kejadian atau hal-hal yang merupakan dasar dari suatu perjanjian. Atau dapat dikatakan akta adalah suatu tulisan dengan mana dinyatakan sesuatu perbuatan hukum. B.2. Bentuk- bentuk Akta Menurut ketentuan Pasal 1867 KUH Perdata, akta dapat dibedakan menjadi: a. Akta Otentik Authentic Acta Yang dimaksud dengan akta otentik adalah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan undang-undang dibuat oleh atau di hadapan seorang pegawai umum yang berwenang untuk itu di tempat di mana akta itu dibuatnya Pasal 1868 KUH Perdata. Menurut Pasal 165 HIR, akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang lengkap bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta orang yang mendapat hak daripadanya tentang segala hal tersebut dalam surat itu sebagai pemberitahuan saja, tetapi yang disebutkan terakhir ini hanya sepanjang yang diberitahukan langsung berhubungan dengan pokok dalam akta itu. Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, disebutkan bahwa : Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Dari pengertian di atas maka ada beberapa unsur penting dalam suatu akta otentik, yaitu : • Bahwa akta itu dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang • Akta harus dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum • Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat harus mempunyai wewenang untuk membuat akta itu Seperti yang disebutkan dalam Pasal 1868 KUH Perdata maka akta otentik ada dua macam, yaitu: 1. Akta yang dibuat oleh pegawai umum yang ditunjuk oleh Undang-Undang, disebut akta ambtelijk yaitu akta yang memuat keterangan resmi dari pejabat yang berwenang. 2. Akta yang dibuat di hadapan pegawai umum yang ditunjuk oleh Undang-Undang yang disebut akta partij akta pihak yaitu akta yang memuat apa yang dikehendaki para pihak yang bersangkutan sedangkan notaris menegaskan dalam suatu akta. b. Akta di bawah tangan Merupakan akta yang sengaja dibuat oleh para pihak untuk pembuktian tanpa bantuan dari seorang pejabat umum akta atau dengan kata lain akta di bawah tangan adalah akta yang dimaksudkan oleh para pihak sebagai alat bukti tetapi tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum pembuat akta. 21 Akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum juga menjadi akta di bawah tangan jika pejabat itu tidak berwenang untuk membuat akta atau jika terdapat cacat dalam bentuk akta itu, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1869 KUH Perdata. B.3. Kekuatan Pembuktian Akta a. Kekuatan Pembuktian Akta Otentik Terhadap kekuatan pembuktian akta otentik dapat dilihat dalam Pasal 1870 KUH Perdata yang berbunyi : Suatu akta otentik memberikan di antara para pihak beserta ahli waris - ahli warisnya atau orang yang mendapat hak daripada mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya Dikatakan mempunyai bukti sempurna karena akta otentik sudah tidak memerlukan suatu penambahan bukti dan dikatakan pula bahwa akta otentik itu mengikat karena apa yang ditulis dalam akta itu harus dipercaya oleh hakim, yaitu harus dianggap sebagai yang benar, selama ketidakbenarannya tidak dibuktikan. 22 Kekuatan pembuktian akta otentik adalah akibat langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan undang - undang : • Bahwa harus ada akta otentik sebagai alat pembuktian • Bahwa harus ada tugas yang dibebankan oleh ketentuan Undang-Undang kepada pejabat atau orang-orang tertentu 21 Victor Situmorang Cormentyna, Grosse Akta dalam Pembuktian Eksekusi, Rinekacipta, Hal. 36 22 R. Subekti, Op.cit, hal. 29 • Bahwa ada pemberian kekuatan pembuktian oleh ketentuan Undang-Undang kepada akta-akta yang dibuat olehnya tersebut Oleh karena itu maka dibebankan tiga kekuatan pembuktian suatu akta otentik: 1 Kekuatan Pembuktian Lahiriah Bahwa akta itu sendiri mempunyai kemampuan untuk membuktikan dirinya sebagai akta otentik, sebagaimana diatur dalam Pasal 1875 KUH Perdata. Akta otentik membuktikan sendiri keabsahannya. Apabila suatu akta kelihatan sebagai akta otentik artinya dari kata-katanya berasal dari seorang pejabat umum maka akta itu terhadap setiap orang dianggap sebagai akta otentik. 2 Kekuatan Pembuktian Formal Dalam arti formal, akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan, yakni yang dilihat, didengar dan juga yang dilakukan oleh notaris sebagai pejabat umum di dalam menjalankan jabatannya. Dalam arti formal terjamin : - Kebenaran tanggal dari akta itu - Kebenaran tanda tangan yang terdapat dalam akta itu - Kebenaran identitas dari orang-orang yang hadir - Kebenaran tempat di mana akta itu dibuat 3 Kekuatan pembuktian Material Isi dari akta itu dianggap sebagai yang benar terhadap setiap orang. Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksud dalam Pasal 1870, 1871, 1875 KUH Perdata. Isi keterangan yang dimuat dalam akta itu berlaku sebagai yang benar di antara para pihak dan para ahli waris serta para penerima hak dari mereka. Akta itu apabila digunakan di muka pengadilan adalah cukup dan hakim tidak perlu rninta tanda pembuktian lain. b. Kekuatan pembuktian akta di bawah tangan Akta di bawah tangan bukan merupakan suatu bukti dari suatu perbuatan hukum, melainkan adalah perbuatan hukum sendiri yaitu pernyataan pihak-pihak yang bersangkutan dalam bentuk yang dapat dilihat. Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1878 KUH Perdata bahwa akta di bawah tangan hanya dapat diterima sebagai suatu permulaan pembuktian dengan tulisan. Yang dimaksud dengan permulaan pembuktian suatu tulisan dijelaskan dalam Pasal 1902 ayat 2 KUH Perdata yaitu segala akta tertulis yang berasal dari orang terhadap siapa tuntutan dimajukan, atau dari orang yang diwakili olehnya, dan yang memberikan persangkaan tentang benarnya peristiwa-peristiwa yang dimajukan oleh seseorang. 23 C. Tinjauan Umum tentang Grosse Akta C.1 Pengertian Grosse Akta