2.2.1 Fungsi Sinus Paranasal
Adapun fungsi sinus paranasal adalah : 1.
Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.
2. Sebagai pengatur udara airconditioning.
3. Peringan cranium.
4. Resonansi suara.
2.3 Gambar CT-Scan sinus maksila
CT Scan sinus paranasal merupakan gold standard karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus paranasal, adanya penyakit dalam hidung dan sinus
paranasal secara keseluruhan dan perluasannya. Sinus maksilaris yang sehat
tampak sebagai suatu bayangan segitiga yang agak jernih kehitam-hitaman di bawah orbita dengan basis menghadap dinding lateral rongga hidung. Sinus
paranasal yang meradang tampak lebih berkabut. Pada CT Scan udara tampak hitam dan tulang tampak putih. Daerah abu-
abu di sinus paranasal menandakan kelainan, misalnya nanah, lendir, polip, atau kista. Ketika melihat CT-Scan sinus paranasal berwarna abu-abu menandakan
adanya kelainan penyumbatan pada sinus paranasal. Seperti pada gambar 2.9.dibawah ini
Gambar 2.8 CT-Scan sinus yang bersih dan yang tersumbat Sumber: Metson
Ralph B, Steven Mardon. Populer. 2006
Sinusitis Maxillaris Sinistra
2.4 Artefak Pada Citra Ct Scan
Artefak merupakan suatu gangguan pada tampilan citra CT Scan akibat berbagai kesalahan. Sumber artefak dapat timbul dari sifat fisik, pergerakan
obyek, benda asing metal, dan peralatannya sendiri.
Adapun macam macam artefak antara lain:
1. Streak Artefact garis-garis
Artefak ini berbentuk garis-garis vertical yang disebabkan tidak ada keseimbangan antara scaning permulaan dan scaning akhir, akibat
pergerakan pasien atau sifat mekanik yang tidak seimbang. 2.
Beam hardening Artefak yang berbentuk garis disebabkan perubahan komposisi spectrum
sinar-x akibat adanya material yang lebih padat. Material ini mengapit suatu daerah yang densitasnya kurang akan lebih banyak mengabsorbsi
sianar-x, sehingga daerah tersebut tampak sebagai garis hitam. 3.
Partial Volume Artefact Artefak yang terbentuk pada daerah antara kedua os petrosus, disebabkan
tidak adanya kolorasi yang tepat antara atenuasi dan absorbsi pada voxel yang tidak homogen.
4. Noise
Bukan artefak yang sebenarnya tetapi menggambarkan penurunan resulusi suatu gambar tomografi komputer. Hal ini diakibatkan ketidaktepatan
penentuan CT Number. Noise yang berlebihan juga dapat terjadi akibat posisi yang tidak tepat, karena dapat menghalangi radiasi optimal yang
berakibat sinar-x tidak dapat mencapai detector. 5.
Shading Bayangan Perubahan progresif dari densitas suatu bagian dengan bagian lainnya dari
suatu gambar. Penyebabnya antara lain respon detector yang tidak sincron dan spectrum energi sinar-x. Sebagai contoh adalah Cupping merupakan
artefak padat pada jaringan otak dekat calvaria.
6. Moire Pattern Pola Kain Sutra
Artefak ini berbentuk sebagai garis radier halus yang biasanya ditemukan dekat tulang padat atau dekat batas lengkung suatu gambar yang padat, hal
ini disebabkan fungsi mekanik yang kurang baik. 7.
Ring Artefact Banyak artefak berbentuk cincin ini antara lain tidak adanya keseimbangan
antara detector dan tabung sinar-x yang berputar. Dalam suatu citra bisa dilakukan untuk mengurangi artefak dapat dilakukan rekalibrasi alat.
2.5 Slice Thickness