Resolusi konflik Bagi Dua bangsa

V. Resolusi konflik Bagi Dua bangsa

Beberapa hal penting dalam resolusi konflik cyber-clash antara lain adalah Rekonstruksi sosial-budaya adalah membangun kembali hubungan sosial, peredam ikatan budaya dan tingkat kepercayaan yang telah hancur, menjadi bangunan masyarakat multikultural yang hormonis dan egaliter. Dialog budaya dapat menyelesaikan kesalahpahaman antara Indonesia-Malaysia mengenai berbagai persoalan

yang bersumber dari budaya kedua negara. Munculnya kesalahpahaman budaya kedua negara itu antara lain karena kurangnya pemahaman terhadap sejarah panjang dua bangsa serumpun tersebut. Dr. Mukhlis PaEni, Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI) berpandangan bahwa kerja sama bilateral Indonesia-Malaysia di bidang ekonomi banyak mengalami kemajuan, namun di sisi lain kerja sama bidang kebudayaan seakan ditinggalkan. "Kesalahpahaman berbagai persoalan antara Indonesia-Malaysia, karena kurangnya pemahaman budaya kedua negara tersebut".

Sementara itu Prof. Madya Datuk Zainal Abidin Borhan pernah mengatakan, sumber kesalahpahaman itu sering kali karena kekeliruan dalam memahami bahasa Melayu baik oleh masyarakat Indonesia maupun Malaysia. Sebagai contoh, sebutan kata Indon untuk masyarakat yang datang dari Indonesia sebenarnya adalah hanya akronim yang juga digunakan untuk Sementara itu Prof. Madya Datuk Zainal Abidin Borhan pernah mengatakan, sumber kesalahpahaman itu sering kali karena kekeliruan dalam memahami bahasa Melayu baik oleh masyarakat Indonesia maupun Malaysia. Sebagai contoh, sebutan kata Indon untuk masyarakat yang datang dari Indonesia sebenarnya adalah hanya akronim yang juga digunakan untuk

Mukhlis PaEni, juga menjelaskan bahwa hubungan Indonesia dan Malaysia dalam catatan sejarah sudah terjalin sejak Abad ke-14 di mana saat itu terjadi perpindahan kelompok masyarakat dari Indonesia ke wilayah Malaysia dan sebaliknya, dengan membawa budaya tradisi mereka masing- masing, yang kemudian berkembang hingga kini. 38

Untuk itu rehabilitasi hubungan dua bangsa adalah membangun kembali hubungan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dst. yang ikut retak akibat konflik untuk menjadikannya sebagai konflik yang berguna membangun keseimbagan baru. Bila perlu kita perlu membuat upaya semacam trauma center yang kreatif dan inovatif. Pemulihan hubungan dan dialog antarpihak bisa dilakukan lewat seni dan sejumlah kegiatan bersama. Termasuk niat agar ada perkwainan antar bangsa, yang memang serumpun. Amalgamasi atau perkawinan campuran ini akan mempererat persaudaraan dan menjembatani kecurigaan. Relokasi sekat-sekat antarbangsa dengan menempatkan kembali konteks persamaan, adaptasi kehidupan dan kontrak sosial baru yang sejalan dengan keinginan kedua pihak. Juga peningkatan penerimaan dan saling percaya untuk membuka babak baru yang lebih seimbang.

Rekonsiliasi perlu terus dibuat bisa berupa program atau kegiatan mediasi kohesi sosial di antara pihak-pihak yang pernah bertikai untuk hidup baru, bersedia menerima dan berhubungan lagi secara damai, sejajar, bertindak adil, merubah perilaku yang buruk, saling memaafkan dan mau melupakan kepedihan masa lalu untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Upaya seperti melakukan penelitian sosial dan alam sekitar bersama, tinggal dikeluarga (homestay), perkemahan bersama antarbangsa perlu dicoba lebih banyak lagi.

Our both countries should be increasing youth interchange and culture-home-stay program to build more genuine trust between two of nations.

Lebih lanjut untuk jangka panjang Cyber clash atau konflik latent antar duabangsa perlu dikelola dalam mutual strategy peace-building seperti:

1.Asia Community agenda. Suatu saat bangsa serumpun akan seperi Uni-Eropa. Nyamannya bisa berkunjung ke negara tetangga tanpa fiskal ke luar negeri.

2. Mari membangun semangat multikultural dan merancang common values bahwa we are big family of one-anchestors or universal human genome declaration.

3. A cross-married between two nations –Malay and Nusantara wedding proposal. Merupakan cara antropologi-politik yang bisa dicoba untuk dilaukan secara sukarela tapi mendapatkan fasilitasi dari eksekutif dan legislatif ke dua bangsa.

4. Media masa dan pengguna telematika (website) perlu dilibatkan membangun kerjasama antarbangsa.

38 http :/ / www.b ud p a r.g o .id / p a g e .p hp ? ic =511&id =3641