KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBERI FIDUSIA ATAS DIJAMINKANNYA OBYEK FIDUSIA OLEH PENERIMA FIDUSIA TERHADAP PIHAK LAIN DALAM PERJANJIAN PENJAMINAN.
JURNAL
KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBERI
FIDUSIA ATAS DIJAMINKANNYA OBYEK FIDUSIA OLEH
PENERIMA FIDUSIA TERHADAP PIHAK LAIN DALAM PERJANJIAN
PENJAMINAN
Diajukan oleh :
DEASY RANINDAYA GULUDA
NPM
: 120510992
Program Studi
: Ilmu Hukum
Program Kekhususan
: Hukum Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM
2016
1
Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Pemberi Fidusia Atas
Dijaminkannya Obyek Fidusia Oleh Penerima Fidusia Terhadap Pihak Lain
Dalam Perjanjian Penjaminan
Deasy Ranindaya Guluda
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Abstract
Indonesian Law Number 42 42 of 1999 about Fiducia assurance was
made to set every legal acts which related to the Fiducia assurance. One of the
purpose from this law is to give legal protection to every legal subject that
involved in an agreement uses Fiducia assurance. As time goes by, some problems
related to Fiducia assurance getting larger and law about Fiducia assurance getting
doubtful to fulfill the whole purpose of Fiducia assurance making itself.
The aims of the study is to find out about how the legal protection of
Fiducia Assurance giver of the executable Fiducia’s object by the Fiducia’s
recipient to the other parties in the guarantee agreement.
This study uses normative legal research. It focuses on the legislation and
legal theories related to Fiducia Assurance.
The result of this research showed that the legal protection gave by the
law towards Fiducia Assurance giver of the executable Fiducia’s object to the
Fiducia Assurance recipient towards other parties in a guarantee agreement was a
preventive legal protection which written in “Pendakuan” principle and found that
the Fiducia Assurance giver still remain fully entitled of the Fiducia’s object. But,
“Pendakuan” principle can’t give the legal protection enough because there is
subsection 28 of Fiducia’s Law Assurance that can be make a discrepancy
between that subsection and the principle. This discrepancy can make the
uncertainty for the subject of Fiducia Assurance.
Keywords : Fiducia Assurance, Legal Protection, Guarantee Agreement.
2
A.
Pendahuluan
dalam
Perjanjian merupakan sesuatu
Perjanjian
yang
sangat
dibutuhkan
dalam
Buku
beberapa
Ketiga
bernama
macam,
KUHPdt.
terdiri
salah
dari
satunya
kehidupan masyarakat dewasa ini
adalah perjanjian pinjam-meminjam.
karena masyarakat sekarang sering
Perjanjian pinjam-meminjam sama
membuat perikatan yang berasal dari
halnya dengan perjanjian hutang-
perjanjian.
piutang.
dalam
Perjanjian
suatu
ini
peraturan
diatur
hukum
Kreditur di perjanjian hutang-
kontrak yang berguna untuk menjadi
piutang dalam memberikan pinjaman
pedoman
dalam
kepada debitur menginginkan suatu
perjanjian tersebut. Dalam ketentuan
jaminan untuk menjaga kepastian
Pasal 1313 Bab Kedua dari Buku
pembayaran hutang oleh debitur.
Ketiga
Jaminan tersebut terdiri dari 2 jenis
para
pihak
Kitab
Hukum
Undang-Undang
Perdata
(KUHPdt)
yaitu
jaminan
perorangan
didefinisikan bahwa suatu perjanjian
jaminan kebendaan.
adalah suatu perbuatan dengan mana
Jaminan
kebendaan
dan
dapat
satu orang atau lebih mengikatkan
digolongkan ke dalam 2 golongan
dirinya terhadap satu orang lain atau
yaitu jaminan atas benda bergerak
lebih. Perjanjian akan menjadi sah
dan
apabila
memenuhi
jaminan
atas
benda
tidak
syarat
yang
bergerak. Salah satu bentuk jaminan
Pasal
1320
yang tergolong dalam jaminan atas
KUHPdt yaitu, sepakat mereka yang
benda tidak bergerak adalah jaminan
mengikatkan
fidusia.
tercantum
dalam
dirinya,
kecakapan
untuk membuat suatu perikatan,
Pasal
28
Undang-undang
suatu hal tertentu, dan suatu sebab
tentang Jaminan Fidusia menyatakan
yang halal.
bahwa apabila atas Benda yang sama
Perjanjian terdiri dari beberapa
menjadi obyek Jaminan Fidusia lebih
jenis yaitu perjanjian bernama dan
dari 1 (satu) perjanjian Jaminan
perjanjian tidak bernama. Perjanjian
Fidusia, maka hak yang didahulukan
bernama
yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
memiliki nama khusus yang diatur
27, diberikan kepada pihak yang
adalah
perjanjian
3
lebih dahulu mendaftarkannya pada
perjanjian penjaminan lainnya yang
Kantor
dibuat oleh penerima fidusia, maka
Pendaftaran
Fidusia.
Misalkan dalam suatu perjanjian
bagaimana
utang-piutang yang menggunakan
terhadap pemberi fidusia tersebut?
jaminan
fidusia
terdapat
obyek
perlindungan
hukum
Berdasarkan penjelasan diatas,
jaminan berupa kendaraan bermotor
maka
yaitu mobil, dimana hak milik atas
penelitian hukum dengan rumusan
benda yang menjadi obyek jaminan
masalah
tersebut
perlindungan
telah
berpindah
kepada
penulis
ingin
tentang
melakukan
bagaimana
hukum
terhadap
penerima fidusia walaupun benda itu
pemberi fidusia atas dijaminkannya
ada di bawah kekuasaan pemberi
obyek fidusia oleh penerima fidusia
fidusia. Ketika hak milik atas obyek
terhadap pihak lain dalam perjanjian
jaminan
penjaminan?
telah berpindah kepada
penerima
fidusia,
dapat
Penelitian ini dilakukan dengan
dikatakan bahwa penerima fidusia
menggunakan jenis penelitian hukum
juga
normatif yang berfokus pada norma
memiliki
maka
hak
untuk
menjaminkan obyek jaminan tersebut
hukum
kepada pihak lainnya dalam suatu
perundang-undangan. Penelitian ini
perjanjian penjaminan
yang lain
juga
daripada
penjaminan
kepustakaan yang dilakukan dengan
penerima
cara meneliti bahan pustaka yang
perjanjian
sebelumnya,
sehingga
fidusia tersebut bertindak sebagai
debitur dalam perjanjian penjaminan
lain.
positif
adalah
berupa
peraturan
penelitian
hukum
merupakan data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara studi kepustakaan, yaitu
Jika
telah
dengan mempelajari, membaca dan
dengan
memahami bahan hukum primer dan
baik dan tiba saatnya bagi penerima
sekunder yang berkaitan dengan
fidusia untuk mengembalikan obyek
materi
jaminan kepada pemberi fidusia
dilakukan
sedangkan benda itu masih dalam
seorang narasumber.
memenuhi
pemberi
fidusia
kewajibannya
status sebagai obyek jaminan dalam
yang
diteliti
wawancara
dan
juga
terhadap
4
Analisis
data
dilakukan
dibagi
menjadi
2
bentuk
yaitu
terhadap bahan hukum primer yang
perlindungan hukum preventif yang
berupa
perundang-
bertujuan untuk mencegah terjadinya
cara
permasalahan atau sengketa, dan
mendeskripsikan, mensistematisasi,
perlindungan hukum represif yang
menganalisis,
bertujuan
peraturan
undangan
dengan
menginterpretasikan,
untuk
menyelesaikan
dan menilai hukum positif. Analisis
sengketa atau permasalahan. Dalam
data juga dilakukan terhadap bahan
setiap perbuatan hukum dibutuhkan
hukum
berupa
perlindungan hukum sehingga setiap
cara
subyek dalam melakukan perbuatan
sekunder
pendapat
hukum
yang
dengan
mencari perbedaan dan persamaan
tersebut
pendapat hukumnya. Setelah seluruh
kepentingannya.
data telah dianalisis, bahan hukum
perbuatan
primer dan bahan hukum sekunder
perlindungan oleh hukum adalah
diperbandingkan untuk dicari ada
perjanjian.
tidaknya kesenjangan. Bahan hukum
sekunder
dipergunakan
untuk
dapat
hukum
Menurut
terlindungi
Salah
satu
yang
diberi
Kitab
Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPdt)
Pasal 1313, Perjanjian adalah suatu
mengkaji bahan hukum primer.
perbuatan di mana satu orang atau
B.
Pembahasan
lebih mengikatkan dirinya terhadap
Perlindungan Hukum adalah
satu orang atau lebih. KUHPdt
suatu perlindungan yang diberikan
menggolongkan
perjanjian
oleh
lain kedalam
2 golongan yaitu
hukum,
dimana
hukum
antara
melindungi kepentingan seseorang
perjanjian bernama dan perjanjian
dengan cara mengalokasikan suatu
tidak bernama atau perjanjian tanpa
kekuasaan
untuk
nama khusus. Salim H.S. yang
bertindak dalam rangka kepentingan
pendapatnya dikutip dalam buku
tersebut.1
1
kepadanya
Perlindungan
hukum
Rildayanti Medita, 2014, Perlindungan
Hukum Bagi Nasabah Terhadap Keamanan
Data Pribadi Nasabah Dalam Layanan
Internet Banking, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, hlm. 17, yang mengutip
pendapat dari Satjipto Rahardjo, 1982, Ilmu
Hukum, Bandung, Penerbit Alumni.
5
Contract
Drafting
“perjanjian
mengatakan,
utang-piutang
dimana
adalah
salah satu pihak memiliki utang yang
perjanjian yang dikenal dalam Kitab
wajib dipenuhi terhadap pihak yang
Undang-Undang
lain, dan pihak yang memiliki hak
(KUHPdt).”
bernama
perjanjian
Hukum
Perdata
Sementara
yang
atas pemenuhan suatu piutang.
dimaksud dengan perjanjian tidak
Perjanjian
pinjam-meminjam
bernama adalah kontrak yang timbul,
atau
tumbuh, dan berkembang dalam
merupakan
masyarakat.2
perjanjian pokok. Perjanjian pokok
terdiri
Perjanjian
dari
beberapa
bernama
jenis
perjanjian
adalah
utang-piutang
salah
suatu
satu
contoh
perjanjian
yang
sebagaimana yang diatur dalam Titel
mendasari
adanya
perjanjian
V sd XVIII Buku Ketiga KUHPdt
penjaminan
karena
didalamnya
tentang perjanjian jual-beli, tukar-
memperjanjikan
menukar, sewa-menyewa, pinjam-
jaminan dalam suatu
meminjam, dan perjanjian-perjanjian
Jaminan
bernama lainnya.
mempertinggi kepastian pemenuhan
tentang
adanya
perjanjian.
berfungsi
untuk
Menurut ketentuan Pasal 1754
prestasi
oleh
KUHPdt, pinjam-meminjam ialah
kreditur
sehingga
perjanjian dengan mana pihak yang
bahwa
satu memberikan kepada pihak yang
prestasinya. Jaminan yang dimaksud
lain suatu jumlah tertentu barang-
itu
barang
karena
perjanjian penjaminan agar dapat
pemakaian, dengan syarat bahwa
berlaku mengikat bagi para pihak
pihak yang belakangan ini akan
yang ada didalamnya, sesuai dengan
mengembalikan sejumlah yang sama
fungsi dari jaminan itu sendiri.
yang
menghabis
debitur
dituangkan
debitur
terhadap
ada
akan
kepastian
memenuhi
dalam
bentuk
dari macam dan keadaan yang sama
Menurut Kamus Besar Bahasa
pula. Perjanjian pinjam-meminjam
Indonesia (KBBI), Jaminan adalah
memiliki unsur yang sama dengan
tanggungan
2
F.X. Suhardana, 2009, Contract Drafting,
edisi revisi, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 34.
atas
pinjaman
yang
diterima (agunan).3 Jaminan terbagi
3
http://kbbi.web.id/jamin, diakses pada
tanggal 1 Juni 2016, pkl 10.47 WIB.
6
menjadi dua jenis yaitu jaminan
kepemilikannya dialihkan tersebut
kebendaan dan jaminan perorangan.
tetap dalam penguasaan pemilik
Jaminan perorangan adalah jaminan
benda. Selanjutnya dalam Pasal 1
seseorang
yang
angka 2 Undang-undang tentang
pihak
ketiga
bertindak
untuk
menjamin
Jaminan Fidusia didefinisikan bahwa
dipenuhinya
kewajiban-kewajiban
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan
debitur. Jaminan kebendaan adalah
atas benda bergerak baik
yang
jaminan yang dilakukan oleh kreditur
berwujud
tidak
dengan debiturnya, ataupun antara
berwujud dan benda tidak bergerak
kreditur dengan seseorang pihak
khususnya bangunan yang tidak
ketiga yang menjamin dipenuhinya
dapat
debitur.4
kewajiban-kewajiban
maupun
dibebani
sebagaimana
yang
hak
tanggungan
dimaksud
dalam
Jaminan kebendaan terdiri dari dua
Undang-undang Nomor 4 Tahun
macam yaitu jaminan atas benda
1996 tentang Hak Tanggungan yang
bergerak dan jaminan atas benda
tetap
tidak bergerak. Jaminan atas benda
Pemberi Fidusia, sebagai agunan
tidak
bagi pelunasan utang tertentu, yang
bergerak
hipotek
lazimnya
dan
sedangkan
hak
jaminan
adalah
berada
dalam
penguasaan
tanggungan,
memberikan
atas
diutamakan kepada Penerima Fidusia
benda
bergerak lazimnya berupa gadai dan
kedudukan
terhadap kreditur lainnya.
Dalam
jaminan fidusia.
Pasal 1 angka 1 Undang-
yang
Jaminan
Fidusia
Undang-Undang
juga
diatur
undang Nomor 42 Tahun 1999
mengenai Pasal 28 yang menyatakan
tentang Jaminan Fidusia menyatakan
bahwa apabila atas benda yang sama
bahwa Fidusia adalah pengalihan hak
menjadi obyek Jaminan Fidusia lebih
kepemilikan suatu benda atas dasar
dari 1 (satu) perjanjian Jaminan
kepercayaan
Fidusia, maka hak yang didahulukan
bahwa
4
dengan
benda
ketentuan
yang
hak
Muhamad Djumhana, 1993, Hukum
Perbankan di Indonesia, cetakan ke I,
PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 234
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27, diberikan kepada pihak yang
lebih dahulu mendaftarkannya pada
Kantor Pendaftaran Fidusia. Jika
7
demikian,
maka
timbul
kedudukan
benda
menjadi debitur. Misalkan dalam hal
dijadikan sebagai obyek jaminan
ini kreditur B menjaminkan kembali
dalam 2 (dua) perjanjian penjaminan
obyek jaminan fidusianya dengan
fidusia yang berbeda tetapi dilakukan
debitur
oleh kreditur yang menjadi debitur
Permasalahan terjadi jika debitur A
dalam perjanjian penjaminan fidusia
telah
yang lain.
dengan
permasalahan
akan
ketika
Permasalahan
satu
tersebut
A
kreditur
B
kepada
kreditur
memenuhi
baik
berubah
C.
kewajibannya
dalam
perjanjian
akan
hutang-piutang tersebut dan berhak
penulis ilustrasikan melalui contoh
untuk mengambil kembali hak milik
berikut.
Misalkan,
perjanjian
ada
sebuah
atas obyek jaminan fidusia tetapi
utang-piutang
dengan
obyek
jaminan
tersebut
masih
obyek
jaminan
fidusia
menggunakan jaminan fidusia dan
menjadi
obyeknya
dalam perjanjian penjaminan lain
bermotor
perjanjian
berupa
yaitu
kendaraan
mobil.
penjaminan
Dalam
yang dibuat oleh kreditur B dan
tersebut
kreditur C, sedangkan kreditur B
terdapat A sebagai debitur dan B
ternyata
sebagai kreditur dengan hak dan
kewajibannya terhadap kreditur C
kewajiban mereka masing-masing
dengan baik sehingga obyek jaminan
yang berbeda-beda. Ketika mobil
fidusia berupa mobil itu tidak dapat
dijadikan sebagai obyek jaminan
dikembalikan hak milik sepenuhnya
fidusia, itu berarti hak milik atas
kepada
mobil tersebut telah berpindah ke
perlindungan hukum terhadap A
tangan kreditur B walaupun debitur
sebagai debitur dalam perjanjian
A masih berhak untuk menguasai
pertama? Bagaimana pengembalian
mobil itu. Jika hak milik atas mobil
hak miliknya atas obyek jaminan
tersebut telah beralih ke tangan
fidusia
kreditur B maka kreditur B dapat
pertanyaan
menjaminkannya dalam perjanjian
manakah yang dapat memperoleh
penjaminan
pelunasan atas obyek jaminan itu?
fidusia
lain.
Dalam
perjanjian penjaminan yang lain itu,
tidak
dapat
debitur
tersebut?
juga
A.
memenuhi
Bagaimana
Akan
timbul
tentang
pihak
8
hasil
didaftarkan di Kantor Pendaftaran
wawancara, dikatakan bahwa tidak
Fidusia. Terjadinya perjanjian fidusia
mungkin
yang
Berdasarkan
ada
(Penerima
seorang
Fidusia)
kreditur
didaftarkan
seperti
dapat
dikatakan penulis sebelumnya akan
menjadi debitur (Pemberi Fidusia)
berpengaruh dengan eksekusi obyek
dalam perjanjian penjaminan lain
jaminan jika kreditur B ternyata tidak
yang menggunakan obyek jaminan
dapat memenuhi prestasinya dengan
yang
perjanjian
baik. Jika ternyata di kemudian hari
penjaminan sebelumnya yang telah
kreditur B tidak dapat memenuhi
didaftarkan di Kantor Pendaftaran
prestasinya dengan baik terhadap
Fidusia.5 Dari pernyataan tersebut
kreditur C, sedangkan debitur A
dapat dilihat bahwa kreditur tidak
dapat memenuhi prestasinya dengan
dapat
dalam
baik, maka obyek jaminan tersebut
perjanjian penjaminan lainnya karena
diberikan kembali kepada pemilik
tidak
kreditur
sebenarnya yaitu debitur A karena
sehingga
debitur tersebutlah yang memiliki
sama
dengan
menjadi
mungkin
membutuhkan
yang
tidak
debitur
seorang
uang
berhutang kepada pihak lain lagi,
kekuatan
karena jika hal ini terjadi maka akan
perjanjiannya.
menunjukkan
ternyata
bahwa
kreditur
eksekutorial
Jika
tidak
dalam
kreditur
dapat
B
memenuhi
tersebut tidak layak menjadi kreditur
prestasinya, maka kreditur C tidak
dikarenakan tidak memiliki cukup
dapat menerima eksekusi atas obyek
uang.
jaminan
karena
perjanjian
Dari penjelasan narasumber
penjaminan yang dilakukannya tidak
di atas, dapat dilihat juga bahwa
didaftarkan. Ketika kreditur C ingin
permasalahan
yang
menuntut haknya harus dipenuhi
diilustrasikan oleh penulis diatas
dengan eksekusi obyek jaminan,
dapat terjadi hanya jika jaminan
maka
harus
fidusia yang dilakukan oleh kreditur
negeri
dan
B
untuk melakukan eksekusi dengan
dengan
seperti
kreditur
C
tidak
paksa
5
Ibid.
melalui
tidak
terhadap
fidusia tersebut.
pengadilan
diperkenankan
obyek
jaminan
9
Jaminan fidusia yang tidak
fidusia
mendapatkan
karakter
didaftarkan juga dapat melanggar
sebagai “hak barang” dan tidak lagi
asas hukum dari jaminan fidusia itu
sebagai
sendiri. Asas yang dilanggar adalah
jaminan fidusia membawa prinsip-
asas publikasi, dimana mendaftarkan
prinsip antara lain menjamin hak
benda jaminan fidusia ke Kantor
berikut
Pendaftaran Fidusia menjadi suatu
utama
keharusan yang harus dilakukan oleh
kreditur lainnya, dan jaminan tidak
para pihak yang terlibat didalamnya.
termasuk dalam aset bangkrut jika
Asas ini harus dipatuhi karena
debitur
merupakan pedoman yang bersifat
Selanjutnya
mutlak
suatu
Fidusia akan melakukan pencatatan
perjanjian dengan jaminan fidusia
jaminan fidusia dalam Buku Daftar
dan
Fidusia,
untuk
berguna
melakukan
untuk
memberi
kesepakatan
barang,
dalam
sehingga
memiliki
kaitannya
diputuskan
Kantor
dimana
posisi
dengan
bangkrut.
Pendaftaran
pencatatan
ini
perlindungan bagi para pihak. Jika
dianggap sebagai lahirnya jaminan
asas ini dilanggar maka tidak akan
fidusia. Ini berarti tidak ada jaminan
lahir suatu jaminan fidusia karena
fidusia tanpa dilakukan pendaftaran
pada hakikatnya jaminan fidusia
pada Kantor Pendaftaran Fidusia.6
akan lahir atas suatu benda jaminan
Berdasarkan penjelasan di
setelah ada sertifikat fidusia yang
atas, dapat diketahui bahwa Jaminan
muncul
tersebut
Fidusia memang bersifat accesoir
didaftarkan sebagai obyek jaminan
yang merupakan perjanjian ikutan
fidusia.
dari suatu perjanjian pokok, tetapi
setelah
benda
Untuk memberikan kepastian
Jaminan Fidusia tidak akan lahir jika
hukum, Pasal 11 Undang-Undang
tidak
Jaminan Fidusia mewajibkan benda
Pendaftaran
yang dibebani
pokok
fidusia
dengan jaminan
didaftarkan
pada
didaftarkan
yang
pada
Fidusia.
Kantor
Perjanjian
dimaksud
adalah
Kantor
Pendaftaran Fidusia. Menurut Prof.
Mariam Darus Badrulzaman, dengan
pendaftaran fidusia maka jaminan
6
Aer adepa,
, Pe daftara Ja i a
Fidusia, Masalah dan Dilema dalam
Pelaksa aa ya , Jur al Il iah Abdi Il u,
Vol.5 No.1 Juni 2012, hlm. 730.
10
perjanjian berupa perjanjian pinjam-
B, karena kreditur B menjaminkan
meminjam atau perjanjian utang-
obyek
piutang.
Jaminan
yang
perjanjiannya dengan debitur A,
muncul
hanya
adanya
kepada kreditur C. Dalam hal ini
perjanjian pokok tidak dapat disebut
kreditur B dikatakan tidak jujur
lahir
karena menjadikan obyek jaminan
Fidusia
karena
sepenuhnya
jika
tidak
jaminan
fidusia
dalam
didaftarkan pada Kantor Pendaftaran
yang
Fidusia.
debitur A sebagai obyek jaminan
Terhadap
masih
dalam
penguasaan
perjanjian
fidusia dalam perjanjian penjaminan
penjaminan yang dilakukan oleh
yang lainnya tanpa sepengetahuan
kreditur B dan kreditur C harus
dan tanpa izin dari debitur A. Jika
dilakukan peninjauan terlebih dulu,
debitur A mengetahui bahwa obyek
apakah
tersebut
jaminannya dipakai sebagai obyek
bertentangan dengan asas-asas umum
jaminan fidusia dalam perjanjian
perjanjian
Asas
penjaminan lainnya oleh kreditur B,
merupakan suatu dasar acuan dalam
maka debitur A pasti tidak akan
membuat suatu perjanjian yang harus
memberi izin untuk hal itu karena
dipatuhi oleh para pihak dalam
dapat merugikan debitur A ketika
perjanjian tersebut. Oleh karena itu,
terjadi masalah hukum seperti yang
dalam
umum
penulis ilustrasikan di atas, sehingga
boleh
dapat dilihat bahwa kreditur B
perjanjian
hal
perjanjian
atau
ini
tidak.
asas-asas
tidak
dikesampingkan. Jika dilihat dari
melakukan
permasalahan di atas, maka terdapat
kreditur
pelanggaran terhadap beberapa asas-
Terdapat etiket buruk dalam hal ini
asas umum dari suatu perjanjian.
oleh kreditur B.
Asas
yang
dilanggar
perjanjian
C
secara
dengan
diam-diam.
dalam
Jika ditinjau lebih jauh lagi,
perjanjian antara Kreditur B dan
dapat ditemui bahwa kepemilikan
Kreditur C adalah asas etiket baik.
kreditur (Penerima Fidusia) terhadap
Perjanjian antara kreditur B dan
obyek jaminan fidusia bukanlah
kreditur C dibuat tidak dengan
kepemilikan yang sebenarnya karena
adanya etiket baik dari diri kreditur
tujuan dari penyerahan kepemilikan
11
atas obyek jaminan tersebut hanya
pemenuhannya
untuk memberikan jaminan saja oleh
fidusia
debitur,
konsekuensinya, benda jaminan tak
sehingga
tidak
dijamin
dengan
tersebut,
memungkinkan adanya penjaminan
dapat
ulang atas suatu obyek fidusia yang
perikatan pokoknya. Lebih lanjut
sudah didaftarkan. Hal ini sesuai
maka cessie perikatan pokoknya,
dengan
otomatis berakibat bahwa benda
asas
Pendakuan
yang
dialihkan
dengan
tanpa
peralihan
beralih.7
merupakan salah satu asas hukum
jaminan
jaminan fidusia. Asas ini menjadi
berpendapat, bahwa kreditur telah
dasar bahwa kreditur tidak dapat
benar-benar menjadi pemilik, tetapi
menjaminkan ulang benda jaminan
dengan kewenangan sangat terbatas.
fidusia dalam perjanjian penjaminan
Hak kebendaan kreditur atas benda
yang
jaminan
lain
karena
benda
yang
turut
dibatasi
Pitlo
dengan
suatu
dijadikan obyek jaminan fidusia
perjanjian obligatoir, malahan dapat
tidak dapat dimiliki oleh kreditur
dikatakan telah digerogoti
sekalipun
sekali,
hal
itu
diperjanjikan,
sebab
sebagai
besar
pemilik
sehingga jika dimasukkan ke dalam
kreditur tidak diperkenankan:8
permasalahan yang diangkat oleh
1)
Menjual
penulis ditemukan bahwa kreditur B
2)
Menggadaikan lagi
dilarang
kembali
3)
Menukarkan
benda jaminannya dengan debitur A
4)
Bahkan
menjaminkan
kepada kreditur C karena kreditur B
Jika
kita
memandang
jaminan fidusia sebagai jaminan
yang sejenis dengan gadai – gadai
tanpa menguasai benda jaminannya –
maka
perikatan
adalah
accesoir
pokoknya,
yaitu
penjaminannya
pada
perikatan
perikatan
yang
berhak
memakainya.
bukan pemilik sesungguhnya, hanya
sebagai penerima jaminan fidusia.
tidak
Pembatasan-pembatasan
tersebut
berkaitan
maksud
penyerahan
7
erat
hak
dengan
milik
J. Satrio, Op.Cit., 1996, Hukum Jaminan,
Hak-Hak Jaminan Kebendaan, PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm. 177 dengan
mengutip pendapat W.M. Kleyn, Pengakuan
atas Milik Fiduciair sebagai Jaminan dalam
Copendium Hukum Belanda, hlm. 63.
8
Ibid, hlm. 178
12
tersebut, yaitu sebagai jaminan saja,
memiliki benda jaminan tersebut,
sehingga kalau debitur melunasi
sehingga
hutang-hutangnya,
diperbolehkan untuk mennjaminkan
wajib
maka
mengembalikannya.
sebabnya
ada
yang
kreditur
Itulah
kreditur
kembali
B
tidak
obyek jaminan tersebut
menafsirkan
kepada kreditur C. Jika hal itu terjadi
fidusia sebagai penyerahan hak milik
dan dikaitkan dengan pembatasan-
dengan syarat pembatasan.9
pembatasan di atas, maka perjanjian
Dari pendapat para ahli di
penjaminan yang dilakukan oleh
atas dapat dilihat bahwa hak milik
kreditur B dan kreditur C dianggap
kreditur atas obyek fidusia tidak
tidak
dapat dikatakan sebagai hak milik
dijadikan obyek jaminan dalam hal
penuh, melainkan hak milik dengan
ini bukan bagian dari harta kekayaan
pembatasan. Jika dimasukkan ke
kreditur B yang bertindak sebagai
dalam masalah yang diteliti oleh
debitur. Jika kreditur B sangat
penulis, maka kreditur B tidak
membutuhkan
memiliki hak untuk menjaminkan
melakukan perjanjian utang-piutang
kembali
yang
dengan pihak lain sementara masih
diberikan oleh debitur A dengan
ada perjanjian penjaminan dengan
jenis jaminan fidusia, karena dapat
debitur A, maka kreditur B harus
dilihat di
memakai
obyek
jaminan
atas mengenai batasan-
sah
karena
benda
uang
benda
dan
yang
ingin
lainnya
yang
dari
harta
batasan kepemilikan yang dimiliki
merupakan
oleh seorang kreditur dalam suatu
kekayaannya sendiri sebagai benda
perjanjian dengan jaminan fidusia.
jaminannya.
Kreditur B dalam hal ini tidak
menjadi pemilik sepenuhnya yang
bagian
Penulis
telah
melakukan
penelitian terhadap peraturan yang
berkaitan
dengan
permasalahan
9
Ibid, dengan mengutip pendapat
Mr.Sumardi Mangunkusumo, Suatu
Tinjauan Mengenai Sistematika Jaminan
Yang Diharuskan oleh Pasal 24 UU
Perbankan No.14/1967 Bagi Pemberian
Kredit oleh Bank Umum, dalam Seminar
Hukum Jaminan, hlm. 1977.
diatas dan tidak ada satu pun
peraturan perundang-undangan yang
mengatur
hukum
pemberi
tentang
secara
fidusia
perlindungan
tegas
yang
terhadap
obyek
13
fidusianya dijaminkan oleh penerima
perjanjian dengan jaminan fidusia
fidusia kepada pihak lain dalam
seperti yang telah diuraikan di atas
perjanjian
sehingga
penjaminan.
Bahkan
kreditur
tidak
dapat
Undang-Undang mengenai Jaminan
seenaknya melakukan penjaminan
Fidusia pun tidak mengatur tentang
kembali atas obyek jaminan fidusia
perlindungan hukum tersebut. Hal ini
yang dipegangnya. Pembatasan ini
disebabkan
merupakan
karena
pembuat
suatu
perlindungan
peraturan yang berkaitan dengan
hukum kepada debitur yang bersifat
masalah ini tidak melihat adanya
perlindungan
potensi terjadi permasalahan seperti
karena
ini di kalangan masyarakat yang
sebelum terjadi permasalahan seperti
bertindak
sebagai
subyek-subyek
yang telah dipaparkan oleh penulis.
perjanjian
dengan
menggunakan
Sesungguhnya pembatasan terhadap
jaminan
fidusia,
ini
muncul
hak kepemilikan kreditur atas obyek
sudah
jaminan fidusia dilakukan untuk
dituliskan bahwa obyek jaminan
melindungi debitur sehingga debitur
fidusia tidak boleh difidusia ulang
akan
dalam perjanjian penjaminan yang
sepenuhnya
lain.
fidusia tersebut dan haknya atas
Tetapi
di
pembatasan
preventif
dalam
Undang-Undang
dan
hukum
Fidusia
ketika
menjadi
atas
pemilik
obyek
jaminan
dari
obyek jaminan fidusia yang adalah
pendapat para ahli dan asas hukum
benda miliknya itu menjadi tidak
jaminan
terganggu.
fidusia,
dilihat
tetap
terdapat
suatu
perlindungan hukum yang diberikan
kepada debitur (Pemberi Fidusia)
yang obyek fidusianya dijaminkan
C.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan uraian mengenai
oleh kreditur (Pemegang Fidusia)
pembahasan
masalah
kepada pihak lain dalam perjanjian
sebelumnya,
maka
penjaminan lainnya. Perlindungan
kesimpulan
bahwa
hukum tersebut diberikan dengan
peraturan perundang-undangan yang
adanya pembatasan hak kepemilikan
memberikan perlindungan hukum
yang dimiliki oleh kreditur dalam
secara
tegas
bagi
pada
dapat
tidak
debitur
bab
ditarik
ada
atas
14
dijaminkannya obyek fidusia oleh
menafsirkan pasal tersebut karena
kreditur terhadap pihak lain dalam
adanya asas hukum yang melarang
perjanjian
Tetapi
kreditur untuk menjaminkan obyek
hukum
jaminan fidusia.
terdapat
penjaminan.
perlindungan
preventif yang diberikan kepada
Setelah menarik kesimpulan
debitur, yang tersirat dalam asas
dari masalah yang diangkat, maka
Pendakuan yang menyatakan bahwa
penulis
kreditur tidak dapat memiliki obyek
respon dari kesimpulan yang telah
fidusia
disusun antara lain:
pendapat
dan
didukung
hukum
dengan
mengenai
1.
memberi
saran
sebagai
Adanya perlindungan hukum
pembatasan-pembatasan
perilaku
represif yang bertujuan untuk
hukum
terhadap
menyelesaikan sengketa atau
kreditur
kepemilikannya atas obyek jaminan
permasalahan
fidusia.
masalah
Perlindungan hukum preventif
mengenai
penjaminan
obyek
fidusia oleh penerima fidusia
yang diberikan oleh salah satu asas
terhadap
hukum jaminan dan pendapat hukum
perjanjian penjaminan lain dan
tersebut di atas masih tidak cukup
adanya perlindungan hukum
untuk
secara tegas mengenai masalah
memberi
perlindungan
pihak
lain
dalam
terhadap debitur. Dikatakan belum
tersebut
cukup karena jika dilihat lebih jauh,
melalui peraturan perundang-
didalam Undang-Undang Jaminan
undangan terkait karena tidak
Fidusia terdapat Pasal 28 yang
menutup
memungkinkan
terjadinya masalah tersebut.
terjadinya
fidusia
ulang terhadap satu obyek jaminan
2.
yang
disampaikan
kemungkinan
Adanya tinjauan lebih dalam
fidusia. Dengan adanya ketentuan
lagi terhadap Pasal 28 Undang-
Pasal 28, penulis menafsirkan bahwa
Undang Jaminan Fidusia yang
kreditur dalam jaminan fidusia untuk
bertentangan dengan adanya
menjaminkan obyek fidusia kepada
Asas Hukum Jaminan Fidusia
pihak lain. Hal ini menyebabkan
yang
timbulnya
kewenangan kepada kreditur
kebingungan
dalam
tidak
memberi
15
ulang
Nasabah Terhadap Keamanan
obyek fidusia karena kreditur
Data Pribadi Nasabah Dalam
bukan pemilik sebenarnya atas
Layanan
Internet
Banking,
obyek jaminan fidusia.
Skripsi,
Program
Sarjana
untuk
menjaminkan
Fakultas Hukum Universitas
DAFTAR PUSTAKA
Atma Jaya Yogyakarta.
Buku:
F.X. Suhardana, 2009, Contract
Drafting,
edisi
Universitas
revisi,
Atma
Website:
http://kbbi.web.id/jamin,
diakses
pada tanggal 1 Juni 2016, pkl
Jaya
10.47 WIB.
Yogyakarta, Yogyakarta.
Muhamad Djumhana, 1993, Hukum
Perbankan
di
Indonesia,
cetakan ke-1, PT.Citra Aditya
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia.
Bakti, Bandung.
J. Satrio, 1996, Hukum Jaminan,
Lembaran
Negara
Republik
Hak-Hak Jaminan Kebendaan,
Indonesia Tahun 1999 Nomor
PT.
168.
Citra
Aditya
Bakti,
Kitab
Undang-Undang
Perdata (BW)
Jurnal:
2012,
“Pendaftaran
Jaminan Fidusia, Masalah dan
Dilema
dalam
Pelaksanaannya”,
Jurnal
Ilmiah Abdi Ilmu, Vol.5 No.1
Juni 2012.
Skripsi/Tesis:
Rildayanti
Negara.
Jakarta.
Bandung.
Aermadepa,
Sekretariat
Medita,
Perlindungan
Hukum
2014,
Bagi
Hukum
KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBERI
FIDUSIA ATAS DIJAMINKANNYA OBYEK FIDUSIA OLEH
PENERIMA FIDUSIA TERHADAP PIHAK LAIN DALAM PERJANJIAN
PENJAMINAN
Diajukan oleh :
DEASY RANINDAYA GULUDA
NPM
: 120510992
Program Studi
: Ilmu Hukum
Program Kekhususan
: Hukum Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM
2016
1
Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Pemberi Fidusia Atas
Dijaminkannya Obyek Fidusia Oleh Penerima Fidusia Terhadap Pihak Lain
Dalam Perjanjian Penjaminan
Deasy Ranindaya Guluda
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Abstract
Indonesian Law Number 42 42 of 1999 about Fiducia assurance was
made to set every legal acts which related to the Fiducia assurance. One of the
purpose from this law is to give legal protection to every legal subject that
involved in an agreement uses Fiducia assurance. As time goes by, some problems
related to Fiducia assurance getting larger and law about Fiducia assurance getting
doubtful to fulfill the whole purpose of Fiducia assurance making itself.
The aims of the study is to find out about how the legal protection of
Fiducia Assurance giver of the executable Fiducia’s object by the Fiducia’s
recipient to the other parties in the guarantee agreement.
This study uses normative legal research. It focuses on the legislation and
legal theories related to Fiducia Assurance.
The result of this research showed that the legal protection gave by the
law towards Fiducia Assurance giver of the executable Fiducia’s object to the
Fiducia Assurance recipient towards other parties in a guarantee agreement was a
preventive legal protection which written in “Pendakuan” principle and found that
the Fiducia Assurance giver still remain fully entitled of the Fiducia’s object. But,
“Pendakuan” principle can’t give the legal protection enough because there is
subsection 28 of Fiducia’s Law Assurance that can be make a discrepancy
between that subsection and the principle. This discrepancy can make the
uncertainty for the subject of Fiducia Assurance.
Keywords : Fiducia Assurance, Legal Protection, Guarantee Agreement.
2
A.
Pendahuluan
dalam
Perjanjian merupakan sesuatu
Perjanjian
yang
sangat
dibutuhkan
dalam
Buku
beberapa
Ketiga
bernama
macam,
KUHPdt.
terdiri
salah
dari
satunya
kehidupan masyarakat dewasa ini
adalah perjanjian pinjam-meminjam.
karena masyarakat sekarang sering
Perjanjian pinjam-meminjam sama
membuat perikatan yang berasal dari
halnya dengan perjanjian hutang-
perjanjian.
piutang.
dalam
Perjanjian
suatu
ini
peraturan
diatur
hukum
Kreditur di perjanjian hutang-
kontrak yang berguna untuk menjadi
piutang dalam memberikan pinjaman
pedoman
dalam
kepada debitur menginginkan suatu
perjanjian tersebut. Dalam ketentuan
jaminan untuk menjaga kepastian
Pasal 1313 Bab Kedua dari Buku
pembayaran hutang oleh debitur.
Ketiga
Jaminan tersebut terdiri dari 2 jenis
para
pihak
Kitab
Hukum
Undang-Undang
Perdata
(KUHPdt)
yaitu
jaminan
perorangan
didefinisikan bahwa suatu perjanjian
jaminan kebendaan.
adalah suatu perbuatan dengan mana
Jaminan
kebendaan
dan
dapat
satu orang atau lebih mengikatkan
digolongkan ke dalam 2 golongan
dirinya terhadap satu orang lain atau
yaitu jaminan atas benda bergerak
lebih. Perjanjian akan menjadi sah
dan
apabila
memenuhi
jaminan
atas
benda
tidak
syarat
yang
bergerak. Salah satu bentuk jaminan
Pasal
1320
yang tergolong dalam jaminan atas
KUHPdt yaitu, sepakat mereka yang
benda tidak bergerak adalah jaminan
mengikatkan
fidusia.
tercantum
dalam
dirinya,
kecakapan
untuk membuat suatu perikatan,
Pasal
28
Undang-undang
suatu hal tertentu, dan suatu sebab
tentang Jaminan Fidusia menyatakan
yang halal.
bahwa apabila atas Benda yang sama
Perjanjian terdiri dari beberapa
menjadi obyek Jaminan Fidusia lebih
jenis yaitu perjanjian bernama dan
dari 1 (satu) perjanjian Jaminan
perjanjian tidak bernama. Perjanjian
Fidusia, maka hak yang didahulukan
bernama
yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
memiliki nama khusus yang diatur
27, diberikan kepada pihak yang
adalah
perjanjian
3
lebih dahulu mendaftarkannya pada
perjanjian penjaminan lainnya yang
Kantor
dibuat oleh penerima fidusia, maka
Pendaftaran
Fidusia.
Misalkan dalam suatu perjanjian
bagaimana
utang-piutang yang menggunakan
terhadap pemberi fidusia tersebut?
jaminan
fidusia
terdapat
obyek
perlindungan
hukum
Berdasarkan penjelasan diatas,
jaminan berupa kendaraan bermotor
maka
yaitu mobil, dimana hak milik atas
penelitian hukum dengan rumusan
benda yang menjadi obyek jaminan
masalah
tersebut
perlindungan
telah
berpindah
kepada
penulis
ingin
tentang
melakukan
bagaimana
hukum
terhadap
penerima fidusia walaupun benda itu
pemberi fidusia atas dijaminkannya
ada di bawah kekuasaan pemberi
obyek fidusia oleh penerima fidusia
fidusia. Ketika hak milik atas obyek
terhadap pihak lain dalam perjanjian
jaminan
penjaminan?
telah berpindah kepada
penerima
fidusia,
dapat
Penelitian ini dilakukan dengan
dikatakan bahwa penerima fidusia
menggunakan jenis penelitian hukum
juga
normatif yang berfokus pada norma
memiliki
maka
hak
untuk
menjaminkan obyek jaminan tersebut
hukum
kepada pihak lainnya dalam suatu
perundang-undangan. Penelitian ini
perjanjian penjaminan
yang lain
juga
daripada
penjaminan
kepustakaan yang dilakukan dengan
penerima
cara meneliti bahan pustaka yang
perjanjian
sebelumnya,
sehingga
fidusia tersebut bertindak sebagai
debitur dalam perjanjian penjaminan
lain.
positif
adalah
berupa
peraturan
penelitian
hukum
merupakan data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara studi kepustakaan, yaitu
Jika
telah
dengan mempelajari, membaca dan
dengan
memahami bahan hukum primer dan
baik dan tiba saatnya bagi penerima
sekunder yang berkaitan dengan
fidusia untuk mengembalikan obyek
materi
jaminan kepada pemberi fidusia
dilakukan
sedangkan benda itu masih dalam
seorang narasumber.
memenuhi
pemberi
fidusia
kewajibannya
status sebagai obyek jaminan dalam
yang
diteliti
wawancara
dan
juga
terhadap
4
Analisis
data
dilakukan
dibagi
menjadi
2
bentuk
yaitu
terhadap bahan hukum primer yang
perlindungan hukum preventif yang
berupa
perundang-
bertujuan untuk mencegah terjadinya
cara
permasalahan atau sengketa, dan
mendeskripsikan, mensistematisasi,
perlindungan hukum represif yang
menganalisis,
bertujuan
peraturan
undangan
dengan
menginterpretasikan,
untuk
menyelesaikan
dan menilai hukum positif. Analisis
sengketa atau permasalahan. Dalam
data juga dilakukan terhadap bahan
setiap perbuatan hukum dibutuhkan
hukum
berupa
perlindungan hukum sehingga setiap
cara
subyek dalam melakukan perbuatan
sekunder
pendapat
hukum
yang
dengan
mencari perbedaan dan persamaan
tersebut
pendapat hukumnya. Setelah seluruh
kepentingannya.
data telah dianalisis, bahan hukum
perbuatan
primer dan bahan hukum sekunder
perlindungan oleh hukum adalah
diperbandingkan untuk dicari ada
perjanjian.
tidaknya kesenjangan. Bahan hukum
sekunder
dipergunakan
untuk
dapat
hukum
Menurut
terlindungi
Salah
satu
yang
diberi
Kitab
Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPdt)
Pasal 1313, Perjanjian adalah suatu
mengkaji bahan hukum primer.
perbuatan di mana satu orang atau
B.
Pembahasan
lebih mengikatkan dirinya terhadap
Perlindungan Hukum adalah
satu orang atau lebih. KUHPdt
suatu perlindungan yang diberikan
menggolongkan
perjanjian
oleh
lain kedalam
2 golongan yaitu
hukum,
dimana
hukum
antara
melindungi kepentingan seseorang
perjanjian bernama dan perjanjian
dengan cara mengalokasikan suatu
tidak bernama atau perjanjian tanpa
kekuasaan
untuk
nama khusus. Salim H.S. yang
bertindak dalam rangka kepentingan
pendapatnya dikutip dalam buku
tersebut.1
1
kepadanya
Perlindungan
hukum
Rildayanti Medita, 2014, Perlindungan
Hukum Bagi Nasabah Terhadap Keamanan
Data Pribadi Nasabah Dalam Layanan
Internet Banking, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, hlm. 17, yang mengutip
pendapat dari Satjipto Rahardjo, 1982, Ilmu
Hukum, Bandung, Penerbit Alumni.
5
Contract
Drafting
“perjanjian
mengatakan,
utang-piutang
dimana
adalah
salah satu pihak memiliki utang yang
perjanjian yang dikenal dalam Kitab
wajib dipenuhi terhadap pihak yang
Undang-Undang
lain, dan pihak yang memiliki hak
(KUHPdt).”
bernama
perjanjian
Hukum
Perdata
Sementara
yang
atas pemenuhan suatu piutang.
dimaksud dengan perjanjian tidak
Perjanjian
pinjam-meminjam
bernama adalah kontrak yang timbul,
atau
tumbuh, dan berkembang dalam
merupakan
masyarakat.2
perjanjian pokok. Perjanjian pokok
terdiri
Perjanjian
dari
beberapa
bernama
jenis
perjanjian
adalah
utang-piutang
salah
suatu
satu
contoh
perjanjian
yang
sebagaimana yang diatur dalam Titel
mendasari
adanya
perjanjian
V sd XVIII Buku Ketiga KUHPdt
penjaminan
karena
didalamnya
tentang perjanjian jual-beli, tukar-
memperjanjikan
menukar, sewa-menyewa, pinjam-
jaminan dalam suatu
meminjam, dan perjanjian-perjanjian
Jaminan
bernama lainnya.
mempertinggi kepastian pemenuhan
tentang
adanya
perjanjian.
berfungsi
untuk
Menurut ketentuan Pasal 1754
prestasi
oleh
KUHPdt, pinjam-meminjam ialah
kreditur
sehingga
perjanjian dengan mana pihak yang
bahwa
satu memberikan kepada pihak yang
prestasinya. Jaminan yang dimaksud
lain suatu jumlah tertentu barang-
itu
barang
karena
perjanjian penjaminan agar dapat
pemakaian, dengan syarat bahwa
berlaku mengikat bagi para pihak
pihak yang belakangan ini akan
yang ada didalamnya, sesuai dengan
mengembalikan sejumlah yang sama
fungsi dari jaminan itu sendiri.
yang
menghabis
debitur
dituangkan
debitur
terhadap
ada
akan
kepastian
memenuhi
dalam
bentuk
dari macam dan keadaan yang sama
Menurut Kamus Besar Bahasa
pula. Perjanjian pinjam-meminjam
Indonesia (KBBI), Jaminan adalah
memiliki unsur yang sama dengan
tanggungan
2
F.X. Suhardana, 2009, Contract Drafting,
edisi revisi, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 34.
atas
pinjaman
yang
diterima (agunan).3 Jaminan terbagi
3
http://kbbi.web.id/jamin, diakses pada
tanggal 1 Juni 2016, pkl 10.47 WIB.
6
menjadi dua jenis yaitu jaminan
kepemilikannya dialihkan tersebut
kebendaan dan jaminan perorangan.
tetap dalam penguasaan pemilik
Jaminan perorangan adalah jaminan
benda. Selanjutnya dalam Pasal 1
seseorang
yang
angka 2 Undang-undang tentang
pihak
ketiga
bertindak
untuk
menjamin
Jaminan Fidusia didefinisikan bahwa
dipenuhinya
kewajiban-kewajiban
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan
debitur. Jaminan kebendaan adalah
atas benda bergerak baik
yang
jaminan yang dilakukan oleh kreditur
berwujud
tidak
dengan debiturnya, ataupun antara
berwujud dan benda tidak bergerak
kreditur dengan seseorang pihak
khususnya bangunan yang tidak
ketiga yang menjamin dipenuhinya
dapat
debitur.4
kewajiban-kewajiban
maupun
dibebani
sebagaimana
yang
hak
tanggungan
dimaksud
dalam
Jaminan kebendaan terdiri dari dua
Undang-undang Nomor 4 Tahun
macam yaitu jaminan atas benda
1996 tentang Hak Tanggungan yang
bergerak dan jaminan atas benda
tetap
tidak bergerak. Jaminan atas benda
Pemberi Fidusia, sebagai agunan
tidak
bagi pelunasan utang tertentu, yang
bergerak
hipotek
lazimnya
dan
sedangkan
hak
jaminan
adalah
berada
dalam
penguasaan
tanggungan,
memberikan
atas
diutamakan kepada Penerima Fidusia
benda
bergerak lazimnya berupa gadai dan
kedudukan
terhadap kreditur lainnya.
Dalam
jaminan fidusia.
Pasal 1 angka 1 Undang-
yang
Jaminan
Fidusia
Undang-Undang
juga
diatur
undang Nomor 42 Tahun 1999
mengenai Pasal 28 yang menyatakan
tentang Jaminan Fidusia menyatakan
bahwa apabila atas benda yang sama
bahwa Fidusia adalah pengalihan hak
menjadi obyek Jaminan Fidusia lebih
kepemilikan suatu benda atas dasar
dari 1 (satu) perjanjian Jaminan
kepercayaan
Fidusia, maka hak yang didahulukan
bahwa
4
dengan
benda
ketentuan
yang
hak
Muhamad Djumhana, 1993, Hukum
Perbankan di Indonesia, cetakan ke I,
PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 234
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27, diberikan kepada pihak yang
lebih dahulu mendaftarkannya pada
Kantor Pendaftaran Fidusia. Jika
7
demikian,
maka
timbul
kedudukan
benda
menjadi debitur. Misalkan dalam hal
dijadikan sebagai obyek jaminan
ini kreditur B menjaminkan kembali
dalam 2 (dua) perjanjian penjaminan
obyek jaminan fidusianya dengan
fidusia yang berbeda tetapi dilakukan
debitur
oleh kreditur yang menjadi debitur
Permasalahan terjadi jika debitur A
dalam perjanjian penjaminan fidusia
telah
yang lain.
dengan
permasalahan
akan
ketika
Permasalahan
satu
tersebut
A
kreditur
B
kepada
kreditur
memenuhi
baik
berubah
C.
kewajibannya
dalam
perjanjian
akan
hutang-piutang tersebut dan berhak
penulis ilustrasikan melalui contoh
untuk mengambil kembali hak milik
berikut.
Misalkan,
perjanjian
ada
sebuah
atas obyek jaminan fidusia tetapi
utang-piutang
dengan
obyek
jaminan
tersebut
masih
obyek
jaminan
fidusia
menggunakan jaminan fidusia dan
menjadi
obyeknya
dalam perjanjian penjaminan lain
bermotor
perjanjian
berupa
yaitu
kendaraan
mobil.
penjaminan
Dalam
yang dibuat oleh kreditur B dan
tersebut
kreditur C, sedangkan kreditur B
terdapat A sebagai debitur dan B
ternyata
sebagai kreditur dengan hak dan
kewajibannya terhadap kreditur C
kewajiban mereka masing-masing
dengan baik sehingga obyek jaminan
yang berbeda-beda. Ketika mobil
fidusia berupa mobil itu tidak dapat
dijadikan sebagai obyek jaminan
dikembalikan hak milik sepenuhnya
fidusia, itu berarti hak milik atas
kepada
mobil tersebut telah berpindah ke
perlindungan hukum terhadap A
tangan kreditur B walaupun debitur
sebagai debitur dalam perjanjian
A masih berhak untuk menguasai
pertama? Bagaimana pengembalian
mobil itu. Jika hak milik atas mobil
hak miliknya atas obyek jaminan
tersebut telah beralih ke tangan
fidusia
kreditur B maka kreditur B dapat
pertanyaan
menjaminkannya dalam perjanjian
manakah yang dapat memperoleh
penjaminan
pelunasan atas obyek jaminan itu?
fidusia
lain.
Dalam
perjanjian penjaminan yang lain itu,
tidak
dapat
debitur
tersebut?
juga
A.
memenuhi
Bagaimana
Akan
timbul
tentang
pihak
8
hasil
didaftarkan di Kantor Pendaftaran
wawancara, dikatakan bahwa tidak
Fidusia. Terjadinya perjanjian fidusia
mungkin
yang
Berdasarkan
ada
(Penerima
seorang
Fidusia)
kreditur
didaftarkan
seperti
dapat
dikatakan penulis sebelumnya akan
menjadi debitur (Pemberi Fidusia)
berpengaruh dengan eksekusi obyek
dalam perjanjian penjaminan lain
jaminan jika kreditur B ternyata tidak
yang menggunakan obyek jaminan
dapat memenuhi prestasinya dengan
yang
perjanjian
baik. Jika ternyata di kemudian hari
penjaminan sebelumnya yang telah
kreditur B tidak dapat memenuhi
didaftarkan di Kantor Pendaftaran
prestasinya dengan baik terhadap
Fidusia.5 Dari pernyataan tersebut
kreditur C, sedangkan debitur A
dapat dilihat bahwa kreditur tidak
dapat memenuhi prestasinya dengan
dapat
dalam
baik, maka obyek jaminan tersebut
perjanjian penjaminan lainnya karena
diberikan kembali kepada pemilik
tidak
kreditur
sebenarnya yaitu debitur A karena
sehingga
debitur tersebutlah yang memiliki
sama
dengan
menjadi
mungkin
membutuhkan
yang
tidak
debitur
seorang
uang
berhutang kepada pihak lain lagi,
kekuatan
karena jika hal ini terjadi maka akan
perjanjiannya.
menunjukkan
ternyata
bahwa
kreditur
eksekutorial
Jika
tidak
dalam
kreditur
dapat
B
memenuhi
tersebut tidak layak menjadi kreditur
prestasinya, maka kreditur C tidak
dikarenakan tidak memiliki cukup
dapat menerima eksekusi atas obyek
uang.
jaminan
karena
perjanjian
Dari penjelasan narasumber
penjaminan yang dilakukannya tidak
di atas, dapat dilihat juga bahwa
didaftarkan. Ketika kreditur C ingin
permasalahan
yang
menuntut haknya harus dipenuhi
diilustrasikan oleh penulis diatas
dengan eksekusi obyek jaminan,
dapat terjadi hanya jika jaminan
maka
harus
fidusia yang dilakukan oleh kreditur
negeri
dan
B
untuk melakukan eksekusi dengan
dengan
seperti
kreditur
C
tidak
paksa
5
Ibid.
melalui
tidak
terhadap
fidusia tersebut.
pengadilan
diperkenankan
obyek
jaminan
9
Jaminan fidusia yang tidak
fidusia
mendapatkan
karakter
didaftarkan juga dapat melanggar
sebagai “hak barang” dan tidak lagi
asas hukum dari jaminan fidusia itu
sebagai
sendiri. Asas yang dilanggar adalah
jaminan fidusia membawa prinsip-
asas publikasi, dimana mendaftarkan
prinsip antara lain menjamin hak
benda jaminan fidusia ke Kantor
berikut
Pendaftaran Fidusia menjadi suatu
utama
keharusan yang harus dilakukan oleh
kreditur lainnya, dan jaminan tidak
para pihak yang terlibat didalamnya.
termasuk dalam aset bangkrut jika
Asas ini harus dipatuhi karena
debitur
merupakan pedoman yang bersifat
Selanjutnya
mutlak
suatu
Fidusia akan melakukan pencatatan
perjanjian dengan jaminan fidusia
jaminan fidusia dalam Buku Daftar
dan
Fidusia,
untuk
berguna
melakukan
untuk
memberi
kesepakatan
barang,
dalam
sehingga
memiliki
kaitannya
diputuskan
Kantor
dimana
posisi
dengan
bangkrut.
Pendaftaran
pencatatan
ini
perlindungan bagi para pihak. Jika
dianggap sebagai lahirnya jaminan
asas ini dilanggar maka tidak akan
fidusia. Ini berarti tidak ada jaminan
lahir suatu jaminan fidusia karena
fidusia tanpa dilakukan pendaftaran
pada hakikatnya jaminan fidusia
pada Kantor Pendaftaran Fidusia.6
akan lahir atas suatu benda jaminan
Berdasarkan penjelasan di
setelah ada sertifikat fidusia yang
atas, dapat diketahui bahwa Jaminan
muncul
tersebut
Fidusia memang bersifat accesoir
didaftarkan sebagai obyek jaminan
yang merupakan perjanjian ikutan
fidusia.
dari suatu perjanjian pokok, tetapi
setelah
benda
Untuk memberikan kepastian
Jaminan Fidusia tidak akan lahir jika
hukum, Pasal 11 Undang-Undang
tidak
Jaminan Fidusia mewajibkan benda
Pendaftaran
yang dibebani
pokok
fidusia
dengan jaminan
didaftarkan
pada
didaftarkan
yang
pada
Fidusia.
Kantor
Perjanjian
dimaksud
adalah
Kantor
Pendaftaran Fidusia. Menurut Prof.
Mariam Darus Badrulzaman, dengan
pendaftaran fidusia maka jaminan
6
Aer adepa,
, Pe daftara Ja i a
Fidusia, Masalah dan Dilema dalam
Pelaksa aa ya , Jur al Il iah Abdi Il u,
Vol.5 No.1 Juni 2012, hlm. 730.
10
perjanjian berupa perjanjian pinjam-
B, karena kreditur B menjaminkan
meminjam atau perjanjian utang-
obyek
piutang.
Jaminan
yang
perjanjiannya dengan debitur A,
muncul
hanya
adanya
kepada kreditur C. Dalam hal ini
perjanjian pokok tidak dapat disebut
kreditur B dikatakan tidak jujur
lahir
karena menjadikan obyek jaminan
Fidusia
karena
sepenuhnya
jika
tidak
jaminan
fidusia
dalam
didaftarkan pada Kantor Pendaftaran
yang
Fidusia.
debitur A sebagai obyek jaminan
Terhadap
masih
dalam
penguasaan
perjanjian
fidusia dalam perjanjian penjaminan
penjaminan yang dilakukan oleh
yang lainnya tanpa sepengetahuan
kreditur B dan kreditur C harus
dan tanpa izin dari debitur A. Jika
dilakukan peninjauan terlebih dulu,
debitur A mengetahui bahwa obyek
apakah
tersebut
jaminannya dipakai sebagai obyek
bertentangan dengan asas-asas umum
jaminan fidusia dalam perjanjian
perjanjian
Asas
penjaminan lainnya oleh kreditur B,
merupakan suatu dasar acuan dalam
maka debitur A pasti tidak akan
membuat suatu perjanjian yang harus
memberi izin untuk hal itu karena
dipatuhi oleh para pihak dalam
dapat merugikan debitur A ketika
perjanjian tersebut. Oleh karena itu,
terjadi masalah hukum seperti yang
dalam
umum
penulis ilustrasikan di atas, sehingga
boleh
dapat dilihat bahwa kreditur B
perjanjian
hal
perjanjian
atau
ini
tidak.
asas-asas
tidak
dikesampingkan. Jika dilihat dari
melakukan
permasalahan di atas, maka terdapat
kreditur
pelanggaran terhadap beberapa asas-
Terdapat etiket buruk dalam hal ini
asas umum dari suatu perjanjian.
oleh kreditur B.
Asas
yang
dilanggar
perjanjian
C
secara
dengan
diam-diam.
dalam
Jika ditinjau lebih jauh lagi,
perjanjian antara Kreditur B dan
dapat ditemui bahwa kepemilikan
Kreditur C adalah asas etiket baik.
kreditur (Penerima Fidusia) terhadap
Perjanjian antara kreditur B dan
obyek jaminan fidusia bukanlah
kreditur C dibuat tidak dengan
kepemilikan yang sebenarnya karena
adanya etiket baik dari diri kreditur
tujuan dari penyerahan kepemilikan
11
atas obyek jaminan tersebut hanya
pemenuhannya
untuk memberikan jaminan saja oleh
fidusia
debitur,
konsekuensinya, benda jaminan tak
sehingga
tidak
dijamin
dengan
tersebut,
memungkinkan adanya penjaminan
dapat
ulang atas suatu obyek fidusia yang
perikatan pokoknya. Lebih lanjut
sudah didaftarkan. Hal ini sesuai
maka cessie perikatan pokoknya,
dengan
otomatis berakibat bahwa benda
asas
Pendakuan
yang
dialihkan
dengan
tanpa
peralihan
beralih.7
merupakan salah satu asas hukum
jaminan
jaminan fidusia. Asas ini menjadi
berpendapat, bahwa kreditur telah
dasar bahwa kreditur tidak dapat
benar-benar menjadi pemilik, tetapi
menjaminkan ulang benda jaminan
dengan kewenangan sangat terbatas.
fidusia dalam perjanjian penjaminan
Hak kebendaan kreditur atas benda
yang
jaminan
lain
karena
benda
yang
turut
dibatasi
Pitlo
dengan
suatu
dijadikan obyek jaminan fidusia
perjanjian obligatoir, malahan dapat
tidak dapat dimiliki oleh kreditur
dikatakan telah digerogoti
sekalipun
sekali,
hal
itu
diperjanjikan,
sebab
sebagai
besar
pemilik
sehingga jika dimasukkan ke dalam
kreditur tidak diperkenankan:8
permasalahan yang diangkat oleh
1)
Menjual
penulis ditemukan bahwa kreditur B
2)
Menggadaikan lagi
dilarang
kembali
3)
Menukarkan
benda jaminannya dengan debitur A
4)
Bahkan
menjaminkan
kepada kreditur C karena kreditur B
Jika
kita
memandang
jaminan fidusia sebagai jaminan
yang sejenis dengan gadai – gadai
tanpa menguasai benda jaminannya –
maka
perikatan
adalah
accesoir
pokoknya,
yaitu
penjaminannya
pada
perikatan
perikatan
yang
berhak
memakainya.
bukan pemilik sesungguhnya, hanya
sebagai penerima jaminan fidusia.
tidak
Pembatasan-pembatasan
tersebut
berkaitan
maksud
penyerahan
7
erat
hak
dengan
milik
J. Satrio, Op.Cit., 1996, Hukum Jaminan,
Hak-Hak Jaminan Kebendaan, PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm. 177 dengan
mengutip pendapat W.M. Kleyn, Pengakuan
atas Milik Fiduciair sebagai Jaminan dalam
Copendium Hukum Belanda, hlm. 63.
8
Ibid, hlm. 178
12
tersebut, yaitu sebagai jaminan saja,
memiliki benda jaminan tersebut,
sehingga kalau debitur melunasi
sehingga
hutang-hutangnya,
diperbolehkan untuk mennjaminkan
wajib
maka
mengembalikannya.
sebabnya
ada
yang
kreditur
Itulah
kreditur
kembali
B
tidak
obyek jaminan tersebut
menafsirkan
kepada kreditur C. Jika hal itu terjadi
fidusia sebagai penyerahan hak milik
dan dikaitkan dengan pembatasan-
dengan syarat pembatasan.9
pembatasan di atas, maka perjanjian
Dari pendapat para ahli di
penjaminan yang dilakukan oleh
atas dapat dilihat bahwa hak milik
kreditur B dan kreditur C dianggap
kreditur atas obyek fidusia tidak
tidak
dapat dikatakan sebagai hak milik
dijadikan obyek jaminan dalam hal
penuh, melainkan hak milik dengan
ini bukan bagian dari harta kekayaan
pembatasan. Jika dimasukkan ke
kreditur B yang bertindak sebagai
dalam masalah yang diteliti oleh
debitur. Jika kreditur B sangat
penulis, maka kreditur B tidak
membutuhkan
memiliki hak untuk menjaminkan
melakukan perjanjian utang-piutang
kembali
yang
dengan pihak lain sementara masih
diberikan oleh debitur A dengan
ada perjanjian penjaminan dengan
jenis jaminan fidusia, karena dapat
debitur A, maka kreditur B harus
dilihat di
memakai
obyek
jaminan
atas mengenai batasan-
sah
karena
benda
uang
benda
dan
yang
ingin
lainnya
yang
dari
harta
batasan kepemilikan yang dimiliki
merupakan
oleh seorang kreditur dalam suatu
kekayaannya sendiri sebagai benda
perjanjian dengan jaminan fidusia.
jaminannya.
Kreditur B dalam hal ini tidak
menjadi pemilik sepenuhnya yang
bagian
Penulis
telah
melakukan
penelitian terhadap peraturan yang
berkaitan
dengan
permasalahan
9
Ibid, dengan mengutip pendapat
Mr.Sumardi Mangunkusumo, Suatu
Tinjauan Mengenai Sistematika Jaminan
Yang Diharuskan oleh Pasal 24 UU
Perbankan No.14/1967 Bagi Pemberian
Kredit oleh Bank Umum, dalam Seminar
Hukum Jaminan, hlm. 1977.
diatas dan tidak ada satu pun
peraturan perundang-undangan yang
mengatur
hukum
pemberi
tentang
secara
fidusia
perlindungan
tegas
yang
terhadap
obyek
13
fidusianya dijaminkan oleh penerima
perjanjian dengan jaminan fidusia
fidusia kepada pihak lain dalam
seperti yang telah diuraikan di atas
perjanjian
sehingga
penjaminan.
Bahkan
kreditur
tidak
dapat
Undang-Undang mengenai Jaminan
seenaknya melakukan penjaminan
Fidusia pun tidak mengatur tentang
kembali atas obyek jaminan fidusia
perlindungan hukum tersebut. Hal ini
yang dipegangnya. Pembatasan ini
disebabkan
merupakan
karena
pembuat
suatu
perlindungan
peraturan yang berkaitan dengan
hukum kepada debitur yang bersifat
masalah ini tidak melihat adanya
perlindungan
potensi terjadi permasalahan seperti
karena
ini di kalangan masyarakat yang
sebelum terjadi permasalahan seperti
bertindak
sebagai
subyek-subyek
yang telah dipaparkan oleh penulis.
perjanjian
dengan
menggunakan
Sesungguhnya pembatasan terhadap
jaminan
fidusia,
ini
muncul
hak kepemilikan kreditur atas obyek
sudah
jaminan fidusia dilakukan untuk
dituliskan bahwa obyek jaminan
melindungi debitur sehingga debitur
fidusia tidak boleh difidusia ulang
akan
dalam perjanjian penjaminan yang
sepenuhnya
lain.
fidusia tersebut dan haknya atas
Tetapi
di
pembatasan
preventif
dalam
Undang-Undang
dan
hukum
Fidusia
ketika
menjadi
atas
pemilik
obyek
jaminan
dari
obyek jaminan fidusia yang adalah
pendapat para ahli dan asas hukum
benda miliknya itu menjadi tidak
jaminan
terganggu.
fidusia,
dilihat
tetap
terdapat
suatu
perlindungan hukum yang diberikan
kepada debitur (Pemberi Fidusia)
yang obyek fidusianya dijaminkan
C.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan uraian mengenai
oleh kreditur (Pemegang Fidusia)
pembahasan
masalah
kepada pihak lain dalam perjanjian
sebelumnya,
maka
penjaminan lainnya. Perlindungan
kesimpulan
bahwa
hukum tersebut diberikan dengan
peraturan perundang-undangan yang
adanya pembatasan hak kepemilikan
memberikan perlindungan hukum
yang dimiliki oleh kreditur dalam
secara
tegas
bagi
pada
dapat
tidak
debitur
bab
ditarik
ada
atas
14
dijaminkannya obyek fidusia oleh
menafsirkan pasal tersebut karena
kreditur terhadap pihak lain dalam
adanya asas hukum yang melarang
perjanjian
Tetapi
kreditur untuk menjaminkan obyek
hukum
jaminan fidusia.
terdapat
penjaminan.
perlindungan
preventif yang diberikan kepada
Setelah menarik kesimpulan
debitur, yang tersirat dalam asas
dari masalah yang diangkat, maka
Pendakuan yang menyatakan bahwa
penulis
kreditur tidak dapat memiliki obyek
respon dari kesimpulan yang telah
fidusia
disusun antara lain:
pendapat
dan
didukung
hukum
dengan
mengenai
1.
memberi
saran
sebagai
Adanya perlindungan hukum
pembatasan-pembatasan
perilaku
represif yang bertujuan untuk
hukum
terhadap
menyelesaikan sengketa atau
kreditur
kepemilikannya atas obyek jaminan
permasalahan
fidusia.
masalah
Perlindungan hukum preventif
mengenai
penjaminan
obyek
fidusia oleh penerima fidusia
yang diberikan oleh salah satu asas
terhadap
hukum jaminan dan pendapat hukum
perjanjian penjaminan lain dan
tersebut di atas masih tidak cukup
adanya perlindungan hukum
untuk
secara tegas mengenai masalah
memberi
perlindungan
pihak
lain
dalam
terhadap debitur. Dikatakan belum
tersebut
cukup karena jika dilihat lebih jauh,
melalui peraturan perundang-
didalam Undang-Undang Jaminan
undangan terkait karena tidak
Fidusia terdapat Pasal 28 yang
menutup
memungkinkan
terjadinya masalah tersebut.
terjadinya
fidusia
ulang terhadap satu obyek jaminan
2.
yang
disampaikan
kemungkinan
Adanya tinjauan lebih dalam
fidusia. Dengan adanya ketentuan
lagi terhadap Pasal 28 Undang-
Pasal 28, penulis menafsirkan bahwa
Undang Jaminan Fidusia yang
kreditur dalam jaminan fidusia untuk
bertentangan dengan adanya
menjaminkan obyek fidusia kepada
Asas Hukum Jaminan Fidusia
pihak lain. Hal ini menyebabkan
yang
timbulnya
kewenangan kepada kreditur
kebingungan
dalam
tidak
memberi
15
ulang
Nasabah Terhadap Keamanan
obyek fidusia karena kreditur
Data Pribadi Nasabah Dalam
bukan pemilik sebenarnya atas
Layanan
Internet
Banking,
obyek jaminan fidusia.
Skripsi,
Program
Sarjana
untuk
menjaminkan
Fakultas Hukum Universitas
DAFTAR PUSTAKA
Atma Jaya Yogyakarta.
Buku:
F.X. Suhardana, 2009, Contract
Drafting,
edisi
Universitas
revisi,
Atma
Website:
http://kbbi.web.id/jamin,
diakses
pada tanggal 1 Juni 2016, pkl
Jaya
10.47 WIB.
Yogyakarta, Yogyakarta.
Muhamad Djumhana, 1993, Hukum
Perbankan
di
Indonesia,
cetakan ke-1, PT.Citra Aditya
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia.
Bakti, Bandung.
J. Satrio, 1996, Hukum Jaminan,
Lembaran
Negara
Republik
Hak-Hak Jaminan Kebendaan,
Indonesia Tahun 1999 Nomor
PT.
168.
Citra
Aditya
Bakti,
Kitab
Undang-Undang
Perdata (BW)
Jurnal:
2012,
“Pendaftaran
Jaminan Fidusia, Masalah dan
Dilema
dalam
Pelaksanaannya”,
Jurnal
Ilmiah Abdi Ilmu, Vol.5 No.1
Juni 2012.
Skripsi/Tesis:
Rildayanti
Negara.
Jakarta.
Bandung.
Aermadepa,
Sekretariat
Medita,
Perlindungan
Hukum
2014,
Bagi
Hukum