Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)

(1)

TESIS

Oleh

IRMA HANDAYANI SEMBIRING

127011078/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

IRMA HANDAYANI SEMBIRING

127011078/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nama Mahasiswa : IRMA HANDAYANI SEMBIRING

Nomor Pokok : 127011078

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 2. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum


(5)

Nim : 127011078

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : KAJIAN HUKUM ATAS LELANG TERHADAP

BARANG JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN

BERMOTOR PADA PERUSAHAAN LEASING (STUDI PADA PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG MEDAN) Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :IRMA HANDAYANI SEMBIRING Nim :127011078


(6)

Namun demikian Undang-undang tersebut memberikan jalan keluar yang lain apabila dengan cara lelang barang tidak mencapai harga tertinggi yaitu dengan penjualan dibawah tangan. Namun dalam prakteknya kreditor walaupun menjual dengan cara di bawah tangan tapi tidak melakukan pengumuman dalam surat kabar harian, dan jangka waktunya dalam penjualan pun tidak sampai 1 (satu) bulan setelah objek Jaminan Fidusia tersebut tidak laku saat lelang, kreditor langsung menjual pada saat itu juga setelah kreditor menarik barang jaminan fidusia tersebut. Sehingga perlu dikaji mengenai eksekusi objek jaminan fidusia terhadap debitor wanprestasi berdasarkan Undang-Undang Jaminan Fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan, dan hambatan-hambatan yang dihadapi PT. Summit Oto Finance Cabang Medan dalam penjualan objek jaminan fidusia.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier sebagai data utama. Data-data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan ditafsirkan secara logis, sistematis dengan menggunakan metode berpikir deduktif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa eksekusi objek jaminan fidusia terhadap debitor wanprestasi berdasarkan Undang-Undang Jaminan Fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan yaitu dengan cara pengambilan kembali dari penerima fasilitas atau yang menyerahkan barang jaminan dan apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah serah terima barang jaminan tersebut tidak diselesaikan, maka akan dilakukan penjualan barang jaminan melalui mekanisme lelang. Hambatan-hambatan yang timbul dalam eksekusi obyek jaminan fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan yang paling sering dialami adalah ketika barang jaminan sudah berpindah tangan tanpa persetujuan tertulis dari PT. Summit Oto Finance, barang jaminan telah dijual kepada pihak ketiga, barang jaminan digadaikan, dan identitas barang jaminan yang telah diubah.


(7)

feduciary collateral through action. However, the Law gives another way out: when the highest price is not reached, it can be used underhanded selling. In the practice, however, although the creditor sells it underhandedly, he does not announce it in daily newspapers, and the length of time of selling is less than one month after the feduciary colletral is unsalabe in the auction. The creditor then sells it directly soon after he withdraws it from the auction. Therefore, it is necessary to analyze the execution of the feduciary collateral on default debtors, based on Law on Fiduciary Collateral at PT Summit Oto Finance, Medan Branch in the selling of feduciary collateral.

The research used judicial normative and descriptive analytic approaches. The data were gathered by using primary and secondary data which consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials. The gathered data were processed, analyzed, and interpreted logically and systematically, using deductive way of thinking.

The result of the research showed that the execution of feduciary collateral on default debtors, basedLaw on Feduciary Colateral at PT Summit Oto Finance, Medan Branch, by withdrawing it from the facility of the acceptor or the people who submit the collateral. When within 7 (seven) days after the transfer of the collateral was not completed, it would be sold through actioning mechanism. The main obstacles in the execution of the feduciary collateral at PT Summit Oto Finance, Medan Branch, were that the collateral had been sold to the third party, the collateral had been pawned, and the collateral’s identity had been changed.


(8)

persyaratan untuk memperolah gelar Magister Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam memenuhi tugas inilah maka penulis menyusun dan memilih judul : “Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)”. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan didalam penulisan tesis ini, untuk itu dengan hati terbuka menerima saran dan kritik dari semua pihak, agar dapat menjadi pedoman di masa yang akan datang.

Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis mendapat bimbingan dan pengarahan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tidak ternilai harganya secara khusus kepada Bapak Prof. Dr. H. Tan Kamello, SH, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing danBapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.,serta Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., MHum., masing-masing selaku anggota komisi pembimbing yang banyak memberi masukkan dan bimbingan kepada penulis selama dalam penulisan tesis ini dan kepada Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum.,dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum.,selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan kritikan, saran serta masukan dalam penulisan tesis ini.

Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., Selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(9)

Biro Administrasi pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada ayahanda dan Ibunda, yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik ananda dengan penuh kasih sayang, serta anakku tersayang atas segala dorongan serta semangat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan, rekan-rekan se-profesi dan rekan-rekan dalam mengharungi kehidupan, Khususnya rekan-rekan Magister Kenotariatan Kelas Reguler Angkatan 2012 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terus memberikan motivasi, semangat dan kerjasama dan diskusi, membantu dan memberikan pemikiran kritik dan saran dari awal masuk di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sampai saat penulis selesai menyusun tesis ini.

Saya berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah. Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua pihak khususnya yang berkaitan dengan bidang kenotariatan.

Medan, November 2014 Penulis


(10)

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 29 Maret 1978

Alamat : Jl. Selamat 168, Simpang Limun, Medan Amplas, Kota Medan

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 36 Tahun

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Nama Bapak : H. B. Sembiring

Nama Ibu : Hj. Suryani, MS.

Nama Suami : Mayor Kes. Dr. Junedi Sitorus Anak Kandung : Siti Cindi H.J. Sitorus

II. PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Sentosa Medan (1984-1990) Sekolah Menengah Pertama: SLTPN 11 Medan (1990-1993) Sekolah Menengah Atas : SMA Medan Putri (1993-1996) Universitas : S1 Fakultas Hukum Universitas Islam

Sumatera Utara (UISU) Medan (1996-2000)

Universitas : S2 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2012-2014)


(11)

vi

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR ISTILAH ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Keaslian Penelitian ... 14

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Konsepsi ... 20

G. Metode Penelitian ... 22

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 22

2. Sumber Data/ Bahan Hukum ... 23

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 25

4. Analisis Data ... 26

BAB II EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA TERHADAP DEBITOR WANPRESTASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG JAMINAN FIDUSIA PADA PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG MEDAN ... 27


(12)

vii

F. Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Yang Dilakukan Oleh PT. Summit Oto Finance Cabang Medan Terhadap Debitor

Wanprestasi ... 68

BAB III HAMBATAN-HAMBATAN YANG TIMBUL DALAM EKSEKUSI OBYEK JAMINAN FIDUSIA PADA PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG MEDAN ... 97

A. Hambatan-Hambatan Yang Timbul Dalam Eksekusi Obyek Jaminan Fidusia Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan 97 B. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan-Hambatan Pengambilan Kembali Barang Jaminan Oleh PT. Summit Oto Finance Cabang Medan ... 102

C. Permasalahan Hukum Yang Timbul Apabila Perusahaan Leasing Tersebut Menjual Barang Jaminan Fidusia Secara Langsung Tanpa Melalui Lelang ... 106

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122


(13)

Arrest Hooggerechtshof : yurisprudensi Mahkamah Agung

Aproval : disetujui

Auction : lelang/ cara penjualan di muka umum

Believe : mempercayai

Branch Manager : pemimpin cabang

Cash : tunai

Certainty : kepastian

Competition : kompetisi, persaingan

Conservatoir beslag : sita jaminan

Consumer finance : pembiayaan konsumen

Constitutum possessorium : penyerahan suatu hak milik tanpa menyerahkan fisik benda yang bersangkutan.

Credit card : kartu kredit

Customer : pelanggan

Debtcollector : juru tagih tunggakan kredit

Deterministik : menentukan atau menetapkan batas atau membatasi

Droit de suite : hak yang mengikuti bendanya di tangan

siapapun benda itu berada

Efficiency : efisiensi

Executoriale beslag : sita eksekusi

Executory seizure : sita eksekusi

Executoriale verkoop : menjual lelang

Factoring : anjak piutang

Fee : persentase atau jumlah tertentu yang

diberikan atas suatu penyerahan jasa fiateksekusi : persetujuan eksekusi dari ketua

pengadilan

Fiduciaire eigendomsoverdracht : jaminan memberikan hak milik secara kepercayaan

Field research : penelitian lapangan

Forma : bentuk

Grosse akta : salinan akta untuk pengakuan utang

dengan kepala akta “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha


(14)

tidak boleh berada pada pemberi gadai

In good faith : itikad baik

Inrem : hak mutlak atas kebendaan

Ius consitusium : hukum positif

Ius constituendum : hukum yang dicita-citakan

Juncto : dihubungkan/dikaitkan

Kontinjen : yang baru akan ada

Leasing : lembaga pembiayaan

Lessee : nasabah yang menggunakan barang

modal darilessor

Lessor : perusahaan yang melakukan kegiatan

usahaleasingdengan menyediakan berbagai barang modal

Library Research : studi kepustakaan

Linear : berbentuk garis

Material : benda berwujud

Multi finance company : perusahaan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan

Non-performing loan : kredit macet

Non-prossessory security : pemberi jaminan tetap menguasai dan mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah dijaminkan tersebut

One-stop service : layanan satu pintu

Pand : gadai

Parateeksekusi : eksekusi berdasarkan kekuasaannya sendiri Persoonlijkezekerheid : jaminan perorangan

Preferent : hak mendahului

Prossessory security : benda jaminan berada di tangan kreditor

Prudent : hati-hati

Publicity : publisitas

Remedial field : juru tagih

Roya : surat pengangkatan jaminan

Securities company : perdagangan surat berharga

Seins kategorie : kategori faktual

Sollens kategorie : kategori keharusan/ideal

Staatblad : Lembaran Negara, peraturan dan ketentuan

pada masa kolonial Belanda


(15)

Uitvoering : eksekusi

Vendu : lelang

Vendu Instructie : instruksi lelang

Vendu Reglement : peraturan lelang

Venture capital : modal ventura

Wanprestasi : pelanggaran atau kegagalan untuk

melaksanakan ketentuan kontrak atau perjanjian yang mengikat secara hukum.

Warning : peringatan

What the law ought to be : bagaimana hukum itu seharusnya


(16)

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APHT : Akta Pemberian Hak Tanggungan

AR :Account Revieble

BASTBJ : Surat Berita Acara Serah Terima Barang Jaminan BPHTB : Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPKB : Buku Pemilik Kendaraan Bermotor

BTCA :Back to current account revieble BUMD : Badan Usaha Milik Daerah BUMN : Badan Usaha Milik Negara

BUPLN : Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPN : Badan Urusan Piutang Negara

BW :Burgerlijk Wetboek

DC :Dept Collector

Dept. : Departemen Dirjen : Direktur Jenderal

DKH : Daftar Kunjungan Harian FE :fiduciaire eigendomsoverdracht

FH : Fakultas Hukum

HIR :Herziene Inlandsch Reglement

Hlm. : Halaman

HO : Ijin Gangguan

HT : Hak Tanggungan

ID : Identitas


(17)

KPKNL : Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KTP : Kartu Tanda Penduduk

KUHD : Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHPerdata : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Mr. : Mister

NIM : Nomor Induk Kependudukan

No. : Nomor

NPL :Non-Performing Loan

NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak

OD :Over Due

PA : Pengadilan Agama

PEFINDO : Pemeringkat Efek Indonesia PMK : Peraturan Menteri Keuangan PN : Pengadilan Negeri

PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak PP : Peraturan Pelaksana

PPh : Pajak Penghasilan PT : Perseroan Terbatas

Ps. : Pasal

Rbg. :Reglement Buitengewesten RI : Republik Indonesia

Rp. : Rupiah

RV :Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering SAMSAT : Sistem Administrasi Satu Atap


(18)

SOP :Standard Operating Procedure

Stb. :Staatsblad

STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor TDP : Tanda Daftar Perusahaan

UU : Undang-Undang

UUHT : Undang-Undang Hak Tanggungan UUJF : Undang-Undang Jaminan Fidusia UUPT : Undang-Undang Perseroan Terbatas


(19)

1. Penjualan Berdasarkan Merek Kendaraan 75 2. Penjualan Berdasarkan Lelang Dan Non-Lelang 76 3. Pelaksanaan Lelang PT. Summit Oto Finance 113


(20)

Namun demikian Undang-undang tersebut memberikan jalan keluar yang lain apabila dengan cara lelang barang tidak mencapai harga tertinggi yaitu dengan penjualan dibawah tangan. Namun dalam prakteknya kreditor walaupun menjual dengan cara di bawah tangan tapi tidak melakukan pengumuman dalam surat kabar harian, dan jangka waktunya dalam penjualan pun tidak sampai 1 (satu) bulan setelah objek Jaminan Fidusia tersebut tidak laku saat lelang, kreditor langsung menjual pada saat itu juga setelah kreditor menarik barang jaminan fidusia tersebut. Sehingga perlu dikaji mengenai eksekusi objek jaminan fidusia terhadap debitor wanprestasi berdasarkan Undang-Undang Jaminan Fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan, dan hambatan-hambatan yang dihadapi PT. Summit Oto Finance Cabang Medan dalam penjualan objek jaminan fidusia.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier sebagai data utama. Data-data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan ditafsirkan secara logis, sistematis dengan menggunakan metode berpikir deduktif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa eksekusi objek jaminan fidusia terhadap debitor wanprestasi berdasarkan Undang-Undang Jaminan Fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan yaitu dengan cara pengambilan kembali dari penerima fasilitas atau yang menyerahkan barang jaminan dan apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah serah terima barang jaminan tersebut tidak diselesaikan, maka akan dilakukan penjualan barang jaminan melalui mekanisme lelang. Hambatan-hambatan yang timbul dalam eksekusi obyek jaminan fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan yang paling sering dialami adalah ketika barang jaminan sudah berpindah tangan tanpa persetujuan tertulis dari PT. Summit Oto Finance, barang jaminan telah dijual kepada pihak ketiga, barang jaminan digadaikan, dan identitas barang jaminan yang telah diubah.


(21)

feduciary collateral through action. However, the Law gives another way out: when the highest price is not reached, it can be used underhanded selling. In the practice, however, although the creditor sells it underhandedly, he does not announce it in daily newspapers, and the length of time of selling is less than one month after the feduciary colletral is unsalabe in the auction. The creditor then sells it directly soon after he withdraws it from the auction. Therefore, it is necessary to analyze the execution of the feduciary collateral on default debtors, based on Law on Fiduciary Collateral at PT Summit Oto Finance, Medan Branch in the selling of feduciary collateral.

The research used judicial normative and descriptive analytic approaches. The data were gathered by using primary and secondary data which consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials. The gathered data were processed, analyzed, and interpreted logically and systematically, using deductive way of thinking.

The result of the research showed that the execution of feduciary collateral on default debtors, basedLaw on Feduciary Colateral at PT Summit Oto Finance, Medan Branch, by withdrawing it from the facility of the acceptor or the people who submit the collateral. When within 7 (seven) days after the transfer of the collateral was not completed, it would be sold through actioning mechanism. The main obstacles in the execution of the feduciary collateral at PT Summit Oto Finance, Medan Branch, were that the collateral had been sold to the third party, the collateral had been pawned, and the collateral’s identity had been changed.


(22)

A. Latar Belakang

Dengan semakin pesatnya jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi oleh perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan teknologi, menyebabkan kebutuhan masyarakat akan lembaga pembiayaan (leasing) semakin meningkat, mengenai hal tersebut di atas, maka pengaturan lembaga pembiayaan sangat penting, mengingat jumlah manusia yang akan memanfaatkan jasa perusahaan leasing tersebut akan semakin bertambah.

Dalam konteks Indonesia dikenal adanya lembaga keuangan, baik lembaga keuangan bank, maupun lembaga keuangan bukan bank. Perbedaan diantara keduanya terletak pada kegiatan usaha yang dapat dilakukan, yakni bahwa bank adalah lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usahanya dengan menarik dana langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kedit pembiayaan. “Sementara lembaga keuangan bukan bank tidak dapat melakukan kegiatan penarikan dana langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan”.1 Lembaga keuangan bukan bank hanya bisa menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit pembiayaan.

Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu barang dengan cara angsuran banyak dilakukan oleh masyarakat golongan menengah keatas. Bagi

1Umam Khotibul,Hukum Lembaga Pembiayaan,(Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010),


(23)

yang kondisi ekonominya menengah ke bawah cara ini pun dirasa sangat membantu dalam mengatasi kebutuhan terhadap barang-barang yang diinginkan, sehingga jalan terbaik untuk mengatasi permasalahan bagi pembeli yang tidak mampu untuk membeli barang yang dibutuhkan secara tunai, yaitu melalui lembaga pembiayaan konsumen di mana perjanjian jual beli yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala.

Kredit dalam hal ini adalah suatu kepercayaan yang diberikan kreditor kepada seseorang atau debitor. Dalam dunia perdagangan kepercayaan memberikan kredit dapat diberikan dalam bentuk uang, barang atau jasa. Terlepas dari segala bentuk pemberian kredit akan sedapat mungkin mengusahakan adanya jaminan, bahwa kreditor akan memperoleh kembali uangnya, dengan asumsi uang tersebut kembali tepat pada waktunya. Jika pembayaran tidak terjadi maka ia akan mencoba memperoleh pelunasan dari kekayaan si debitor yang lalai. Penyelenggaraan pemberian kredit itu direalisasi oleh Lembaga Keuangan seperti bank, baik bank pemerintah maupun bank swasta nasional. “Dalam hubungan kredit ini bank sebagai pihak pemberi kredit (kreditor) memberikan pinjaman kepada penerima kredit (debitor) dengan harapan bahwa pinjaman itu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk kemajuan usaha debitor dan pada saat yang ditentukan pinjaman itu harus dikembalikan kepada kreditor”.2

2Oey Hoey Tiong,Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, (Jakarta: Ghalia


(24)

Paket kebijaksanaan Pemerintah yang dikeluarkan pada tanggal 20 Desember 1988 memperkenalkan Lembaga Pembiayaan yang dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan ini mempunyai 6 (enam) bidang kegiatan:

a. Sewa guna usaha (leasing) b. Modal ventura (venture capital) c. Anjak piutang (factoring)

d. Pembiayaan konsumen (consumer finance) e. Kartu kredit (credit card)

f. Perdagangan surat berharga (securities company)

Melihat ruang lingkup bidang usaha perusahaan pembiayaan yang jenisnya beragam tersebut, “perusahaan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula disebutmulti finance company”.3

Perusahaan pembiayaan menyediakan dana bagi konsumen dimana konsumen dapat menggunakan dana tersebut untuk pembelian kendaraan bermotor. Debitor yang membutuhkan dana tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan pembiayaan. Dalam melakukan pembiayaan untuk kredit pembelian kendaraan bermotor, maka lembaga pembiayaan mensyaratkan adanya suatu jaminan yaitu kendaraan bermotor itu sendiri sebagai jaminan dari kredit yang diberikan. Dengan kata lain lembaga pembiayaan sebagai kreditor mensyaratkan adanya suatu jaminan dari debitor.

Pemberian kredit dan jaminan mempunyai hubungan yang erat sekali. Kreditor pada satu sisi guna menjamin pelunasan hutang dari pihak debitor, seringkali tidak mau memberi kredit jika tidak ada jaminan, (baik perseorangan maupun kebendaan) yang dianggap dan dinilai memadai untuk menjamin pelunasan


(25)

hutang debitor tersebut pada waktunya dan pemberian jaminan itu sendiri, selain harus didahului dengan adanya suatu perjanjian yang mendasari lahirnya utang-piutang atau kewajiban dari pihak debitor kepada kreditor.4

Jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitor kepada kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitor akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.5Oleh karena itu, “hukum jaminan erat sekali dengan hukum benda”.6

Secara garis besar, dikenal dua macam bentuk jaminan, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.7 Pada ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata mencerminkan adanya jaminan umum yaitu segala hak kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Selanjutnya dinyatakan dalam Pasal 1132 KUHPerdata bahwa: “Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya hasil penjualan barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-masing kecuali bila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan”, misalnya dalam hal bank telah memasang Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) atas suatu jaminan hutang, maka bank tersebut mendapatkan hak preferensi. Jaminan khusus tersebut menurut hukum Perdata dibedakan menjadi 2 macam:

4Gunawan Widjaja & Ahmad Yani,Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2000), hlm.4.

5Hartono Hadisoeprapto,Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, (Jogyakarta:

Liberty, 1984), hlm.50.

6Mariam Darus Badrulzaman,Bab-bab Tentang Creditverband,Gadai dan Fiducia,

(Bandung: Alumni, 1987), hlm.227.

7Tan Kamello,Hukum Jaminan Fiducia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung: PT.


(26)

1. Jaminan perorangan (persoonlijkezekerheid), yaitu jaminan berupa pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh seseorang pihak ketiga, guna menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitor kepada pihak kreditor, apabila debitor yang bersangkutan wanprestasi. Jaminan semacam ini pada dasarnya sama dengan penanggungan hutang yang diatur dalam Pasal 1820-1850 KUHPerdata contohnya:bortoght, garansi bank dan asuransi.

2. Jaminan kebendaaan (zakelijkezekerheid), yaitu berupa harta kekayaan, baik benda maupun hak kebendaan, yang diberikan dengan cara pemisahan benda kekayaan, baik dari si debitor maupun dari pihak ketiga. Untuk menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitor kepada pihak kreditor apabila debitor yang bersangkutan wanprestasi. Jaminan kebendaan ini menurut sifatnya dapat dibagi 2 yaitu:

a. Benda berwujud (material), jaminan ini dapat berupa benda bergerak maupun tidak bergerak. Benda bergerak contohnya; gadai dan fidusia sedangkan benda tidak bergerak contohnya: Hak Tanggungan.

b. Benda tidak berwujud (immaterial) yaitu lazim diterima oleh bank sebagai jaminan kredit adalah berupa hak tagih. Jaminan yang bersifat umum dirasa kurang cukup dan kurang aman, karena dapat mengakibatkan kreditor tidak memperoleh kembali seluruh piutangnya dari debitor. “Oleh karena itu kreditor dapat meminta kepada debitor untuk mengadakan perjanjian tambahan yang


(27)

merupakan perjanjian jaminan khusus, yang menunjukkan barang-barang tertentu milik debitor sebagai jaminan pelunasan hutang”.8

Jaminan kebendaan sesuai dengan sifat-sifatnya hak kebendaan memberikan corak tertentu yang khas yaitu:

1. Mempunyai hubungan langsung dengan atau atas benda tertentu milik debitor. 2. Dapat dipertahankan maupun ditujukan kepada siapa saja.

3. Mempunyai sifat droit de suite, artinya hak tersebut mengikuti bendanya di tangan siapapun benda itu berada.

4. Yang lebih tua atau terdahulu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. 5. Dapat dialihkan kepada orang lain.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa jaminan yang bersifat kebendaan ini adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda yang mempunyai ciri-ciri dan mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitor dan dapat dipertahankan kepada siapapun atau mengikuti bendanya serta dapat dialihkan. Salah satu jaminan kebendaan ini adalah lembaga jaminan fidusia.

Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak masa Hindia Belanda sebagai suatu bentuk lembaga jaminan yang lahir dari yurisprudensi yang memungkinkan kepada para pemberi fidusia untuk menguasai barang yang dijaminkan untuk melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan jaminan fidusia. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu


(28)

barang yang hak kepemilikannya yang dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemiliknya.9

Praktek Fidusia di luar negeri, telah lama dikenal sebagai salah satu instrumen jaminan kebendaan tidak bergerak yang bersifat non-prossessory security. Berbeda dengan jaminan kebendaan bergerak yang bersifat prossessory security.10 Seperti gadai, jaminan fidusia memungkinkan sang debitor sebagai pemberi jaminan untuk tetap menguasai dan mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah dijaminkan tersebut.

Memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan jaminan fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan memberi kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia pada tanggal 30 September 1999 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia pada tanggal 30 September 2000.

Selain dibuat untuk memacu aktivitas perekonomian dengan jaminan kepastian hukum, terutama bagi pelaku ekonomi dan pengguna jasa keuangan atau perbankan, juga untuk mengantisipasi perubahan hukum terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat. “Lembaga jaminan fidusia tercipta karena kebutuhan-kebutuhan

9M. Bahsan,Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan di Indonesia(Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2007), hlm.51.

10Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-Pokok Hukum dan Jaminan Perorangan,(Yogjakarta: Liberty Offset, 1980), hlm.25-28.


(29)

dari praktek serta perkembangan masyarakat yang dikenal dalam praktek perbankan dan juga dalam praktek Notaris”.11

Jaminan fidusia memberikan kemudahan bagi pihak yang menggunakannya, khususnya bagi pihak yang memberikan fidusia (debitor). Di dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Undang-Undang Jaminan Fidusia), mengisyaratkan bahwa setiap pembebanan atas benda dengan jaminan fidusia itu harus dibuat dengan akta Notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia.

Selanjutnya dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia mensyaratkan bahwa benda bergerak yang dibebani dengan jaminan fidusia, wajib didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia. Ketentuan di atas menentukan bahwa setiap perjanjian jaminan fidusia harus dibuat dengan akta Notaris dan didaftarkan, maka perjanjian fidusia yang dibuat secara di bawah tangan yang hanya diketahui oleh kedua belah pihak saja tidak memiliki kekuatan sebagai perjanjian fidusia. Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 ayat (3) yang berbunyi :

“Apabila debitor cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Setiap benda yang dijaminkan fidusia setelah didaftarkan harus mendapatkan sertifikat jaminan fidusia yang mencantumkan dalam kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan dan telah memperoleh

11A. A. Andi Prajitno,Hukum Fidusia: Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999,(Surabaya: Bayumedia Publishing, 2008), hlm.3.


(30)

kekuatan hukum tetap, orang menyebut mempunyai kekuatan yang tetap untuk dilaksanakan sebagaititle eksekutorial”.12

Eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara, merupakan aturan dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. “Oleh karena itu eksekusi tiada lain daripada tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata”.13

Eksekusi dalam hal ini adalah eksekusi pembayaran sejumlah uang terhadap pihak debitor yang bersumber dari perjanjian utang-piutang atau penghukuman membayar ganti kerugian yang timbul dari wanprestasi berdasarkan Pasal 1243 dan Pasal 1246 KUHPerdata. Dalam melakukan pembayaran sejumlah uang harus melalui beberapa proses penjualan lelang terhadap harta benda kekayaan debitor, sehingga diperlukan tata cara yang cermat dalam melakukan eksekusinya, yaitu:

1. Harus melalui tahap prosesexecutoriale beslag(executory seizure) dan

2. Kemudian dilanjutkan dengan penjualan lelang yang melibatkan pejabat lelang. Eksekusi pembayaran sejumlah uang tidak hanya didasarkan atas putusan pengadilan, tetapi dapat juga didasarkan atas bentuk akta tertentu yang oleh undang-undang disamakan nilainya dengan putusan yang memperoleh kekuatan hukum tetap antara lain terdiri dari:14

1. Grosse akta pengakuan utang,

12J. Satrio,Hukum Jaminan,, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1993), hlm.10.

13M. Yahya Harahap,Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2006), hlm.1.


(31)

2. Grosse akta hipotek,

3. Sertifikat Hak Tanggungan (HT), 4. Jaminan Fidusia (JF).

Eksekusi pembayaran sejumlah uang bersumber dari ikatan hubungan hukum utang piutang yang harus diselesaikan dengan jalan pembayaran sejumlah uang. Bentuk terbitnya grosse akta itu sendiri sudah menggolongkannya dalam bentuk eksekusi pembayaran sejumlah uang. Pada Pasal 29 UUJF yang mengatur tentang eksekusi objek jaminan melalui 3 (tiga) cara yaitu apabila debitor cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara:

1. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh penerima fidusia.

2. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualannya.

3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Pada pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (c) dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.


(32)

Dapat diketahui sebenarnya cara yang pertama dan cara yang kedua adalah sama yaitu kreditor langsung melakukan eksekusi jaminan fidusia melalui pelelangan umum, sehingga sebetulnya pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dalam undang-undang fidusia ini ada 2 (dua) cara yaitu langsung melalui pelelangan umum dan penjualan di bawah tangan meskipun di dalam perumusannya seakan-akan menganut 3 (tiga) cara. Untuk menjual objek jaminan fidusia secara di bawah tangan atas dasar kesepakatan pemberi dan penerima fidusia mengandung persyaratan yang relatif berat untuk dilaksanakan.

Menurut Pasal 29 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia apabila terjadi wanprestasi maka cara penyelesaiannya adalah diutamakan dengan menjual barang Jaminan Fidusia melalui pelelangan. Namun demikian Undang-undang tersebut memberikan jalan keluar yang lain apabila dengan cara lelang barang tidak mencapai harga tertinggi yang tertuang dalam Pasal 29 ayat (1) c, yaitu dengan penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antara Pemberi dan Penerima Fidusia, dan hal ini dalam pelaksanaannya dilakukan setelah lewat 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh Pemberi dan Penerima Fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.

Dalam prakteknya sistem lelang yang ada lebih maju dari pada peraturan yang ada, karena proses lelang mudah dan gampang, menyebabkan dapat diperolehnya suatu harga yang tinggi. Penjualan umum (lelang) atau auction pada dasarnya


(33)

dirumuskan sebagaian auction is a system of selling to the public. Jadi cukup jelas di sini diisyaratkan sebagai perbuatan penjualan umum yang sekaligus wajib memenuhi rasa keadilan guna tercapainya keseimbangan mengenai harga, nilai dan kepastian kepemilikan dari suatu barang. Di sini dapat dipastikan bahwa faktor believe (mempercayai) but not to make believe (berpura-pura) dan prudent (hati-hati) juga dituntut keberadaannya dalam pekerjaanvendu/auction/lelang.15

Pihak kreditor kurang menyukai cara penjualan melalui lelang dikarenakan kreditor merasa tidak praktis dan tidak sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu kebanyakan perusahaan-perusahaan leasing selalu mengambil sistem penjualan di bawah tangan, dan hal ini pun masih tidak sesuai dengan Pasal 29 ayat (1) huruf c dan ayat (2), yang berbunyi :

”Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh Pemberi dan atau Penerima Fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan”.

Pada prinsipnya penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan melalui suatu lelang dimuka umum dan dimungkinkan juga dilakukan melalui penjualan dibawah tangan, asalkan hal tersebut telah disepakati oleh pemberi dan penerima fidusia.16Namun dalam prakteknya kreditor walaupun menjual dengan cara di bawah tangan tapi pihak kreditor tidak pernah melakukan pengumuman dalam

15Ignatius Ridwan Widyadharma,Hukum Jaminan Fidusia, (Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, 1999), hlm.38.

16Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,Jaminan Fidusia,(Jakarta: PT. Grafindo Persada,


(34)

surat kabar harian, dan jangka waktunya dalam penjualan pun tidak sampai 1 (satu) bulan setelah objek Jaminan Fidusia tersebut tidak laku saat lelang, kreditor langsung menjual pada saat itu juga setelah kreditor menarik barang jaminan fidusia tersebut.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai lelang objek jaminan fidusia yang akan dituangkan ke dalam judul tesis “Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut dalam tesis ini adalah:

1. Bagaimana eksekusi objek jaminan fidusia terhadap debitor wanprestasi berdasarkan Undang-Undang Jaminan Fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan?

2. Bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi PT. Summit Oto Finance Cabang Medan dalam penjualan objek jaminan fidusia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :


(35)

1. Untuk mengetahui dan menganalisis eksekusi objek jaminan fidusia terhadap debitor wanprestasi berdasarkan Undang-Undang Jaminan Fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi PT. Summit Oto Finance Cabang Medan dalam penjualan objek jaminan fidusia. D. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan pustaka/ literatur dalam masalah lelang terhadap barang jaminan fidusia kendaraan bermotor pada perusahaanleasing, selain itu penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi dasar bagi penelitian pada bidang yang sama.

2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah lelang terhadap barang jaminan fidusia kendaraan bermotor pada perusahaanleasing.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan yang ada dilingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul “Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap


(36)

Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)”. Akan tetapi ada beberapa penelitian yang menyangkut eksekusi barang jaminan antara lain penelitian yang dilakukan oleh : 1. Emmi Rahmiwita Nst (NIM. 027011011), Magister Kenotariatan Universitas

Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Eksekusi Barang Jaminan Fidusia Yang Lahir Dari Perjanjian Kredit Bank (Studi Pada Bank Peerintah Di Kota Medan)”. 2. Asuan (NIM. 982105002), Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara,

dengan judul penelitian “Pelaksanaan Eksekusi Barang Jaminan Hak Tanggungan Terhadap Kredit Macet Pada Bank Pemerintah di Kotamadya Palembang”.

3. Elman Simangunsong (NIM. 097005048), Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Barang Jaminan Yang Dibeli Berdasarkan Lelang Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan”.

Permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini adalah asli baik dari segi substansi maupun dari permasalahan, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan dijamin keasliannya.


(37)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi.17 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.

Kerangka teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.18

Menurut Meuwissen, tugas teori hukum adalah memberikan suatu analisi tentang pengertian hukum dan tentang pengertian-pengertian lain yang dalam hubungan ini relevan, kemudian menjelaskan hubungan antara hukum dengan logika dan selanjutnya memberikan suatu pilsafat ilmu dari ilmu hukum dan suatu ajaran metode untuk praktek hukum.19

Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori Positivisme Yuridis dari Hans Kelsen “bahwa hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Jadi,

17Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1986), hlm.122.

18M. Soly Lubis,Pilsafat Ilmu Dan Penelitian,(Bandung : Mandar Maju, 1994), hlm.80. 19B. Arif Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat Hukum,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hlm.31.


(38)

hukum adalah suatu sollens kategorie (kategori keharusan/ideal), bukan seins kategorie(kategori faktual)”.20

Hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional. Dalam hal ini yang dipersoalkan oleh hukum bukanlah bagaimana hukum itu seharusnya (what the law ought to be). Tetapi apa hukumnya itu Sollen Kategorie, yang dipakai adalah hukum positif (ius consitusium), bukan hukum yang dicita-citakan (ius constituendum).21

Bagi Kelsen hukum berurusan dengan bentuk (forma), bukan material. Jadi, keadilan sebagai isi hukum berada diluar hukum. Suatu hukum dengan demikian dapat saja tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena dikeluarkan oleh penguasa. Disisi lain Kelsen pun mengakui bahwa hukum positif itu pada kenyataannya dapat saja menjadi tidak efektif lagi. Ini biasanya terjadi karena kepentingan masyarakat yang diatur sudah ada, dan biasanya dalam keadaan demikian, penguasapun tidak akan memaksakan penerapannya. Dalam hukum pidana misalnya, keadaan yang dilukiskan Kelsen seperti itu dikenal dengan istilah dekriminalisasi dan depenalisasi, hingga suatu ketentuan dalam hukum positif menjadi tidak mempunyai daya berlaku lagi, terutama secara sosiologis.22

Pandangan positivistik juga telah mereduksi hukum dalam kenyataannya sebagai pranata pengaturan yang kompleks menjadi sesuatu yang sederhana, linear,

20Sukarno Aburaera, Muhadar, dan Maskun,Filsafat Hukum Teori dan Praktek,(Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm.109.

21Ibid.


(39)

mekanistik dan deterministik. Hukum tidak lagi dilihat sebagai pranata manusia, melainkan hanya sekedar media profesi. Akan tetapi karena sifatnya yang deterministik, aliran ini memberikan suatu jaminan kepastian hukum yang sangat tinggi. Artinya masyarakat dapat hidup dengan suatu acuan yang jelas dan ketaatan hukum demi tertib masyarakat merupakan suatu keharusan dalam positivisme hukum. Perjanjian tidak bernama, misalnya leasing adalah perjanjian-perjanjian yang belum ada pengaturannya secara khusus di dalam Undang-Undang, karena tidak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Lahirnya perjanjian ini didalam prakteknya adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij otonomi. Tentang perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata, yaitu yang berbunyi: ”Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain”.

Secara normatif sebenarnya tidak ada peraturan perundang-undang yang mengatur asas lelang namun apabila dicermati klausula-klausula yang ada dalam peraturan perundang-undangan di bidang lelang dapat dikemukakan adanya asas-asas sebagai berikut:23

1. Asas keterbukaan, yaitu menghendaki agar seluruh lapisan masyarakat mengetahui adanya rencana lelang dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti lelang sepanjang tidak dilarang oleh undang-undang. Oleh 23 Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Keuangan Umum, Modul Pengetahuan Lelang: Penghapusan BMN, Diklat Teknis Substantif Spesialisasi Pengelolaan Kekayaan Negara (Diklat Jarak Jauh), Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2007.


(40)

karena itu, setiap pelaksanaan lelang harus didahului dengan pengumuman lelang.

2. Asas keadilan, yaitu mengandung pengertian bahwa dalam proses pelaksanaan lelang harus dapat memenuhi rasa keadilan secara proporsional bagi setiap pihak yang berkepentingan. Asas ini untuk mencegah terjadinya keberpihakan Pejabat Lelang kepada Peserta Lelang tertentu atau berpihak hanya pada kepentingan penjual.

3. Asas kepastian hukum, yaitu menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Setiap pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik.

4. Asas efisiensi, yaitu akan menjamin pelaksanaan lelang dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang relatif murah karena lelang dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan dan Pembeli disahkan pada saat itu juga.

5. Asas akuntabilitas, yaitu menghendaki agar lelang yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang dapat dipertanggungjawabkan Pejabat Lelang meliputi administrasi lelang dan pengelolaan uang lelang.

Asas-asas hukum jaminan fidusia yang terdapat dalam Undang-undang Jaminan Fidusia adalah :24

1. Asas bahwa kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur yang diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya. Hak yang didahulukan adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

2. Asas bahwa jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada.

3. Asas bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan yang lazim disebut asas asesoris. Artinya bahwa keberadaan jaminan fidusia ditentukan oleh perjanjian lain yakni perjanjian utama atau perjanjian principal. Perjanjian utama bagi jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang yang melahirkan hutang yang dijamin dengan jaminan fidusia.

4. Asas bahwa jaminan fidusia dapat diletakkan atas hutang yang baru akan ada (kontinjen).


(41)

5. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang akan ada.

6. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap bangunan/rumah yang terdapat di atas tanah milik orang lain.

7. Asas bahwa jaminan fidusia berisikan uraian secara detail terhadap subjek dan objek jaminan fidusia.

8. Asas bahwa pemberi jaminan fidusia harus orang yang memiliki kewenangan hukum atas objek jaminan fidusia.

9. Asas bahwa jaminan fidusia harus didaftar ke kantor pendaftaran fidusia. 10. Asas bahwa benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat dimiliki

oleh kreditur penerima jaminan fidusia sekalipun hal itu diperjanjiakan. 11. Asas bahwa jaminan fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditur

penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke kantor fidusia daripada kreditur yang mendaftarkan kemudian.

12. Asas bahwa pemberi jaminan fidusia yang tetap menguasai benda jaminan harus mempunyai iktikad baik (te goeder trouw, in good faith).

13. Asas bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi. Kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” pada sertifikat jaminan fidusia. Adanya asas-asas hukum lelang dan fidusia tersebut menunjukkan bahwa ketentuan mengenai leasing, fidusia dan lelang merupakan suatu kesatuan sistem hukum, dimana masing-masing saling terkait satu sama lain, dan tunduk pada ketentuan perundang-undangan yang mengatur mengenai lembaga lelang, fidusia sertaleasing. Oleh karena itu para pihak yang terkait dengan ketiga lembaga tersebut harus tunduk dan mentaati setiap ketentuan yang mengatur mengenai hal tersebut secara konsisten guna tercapainya kepastian hukum.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan


(42)

kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.25 Menurut Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.26

Adapun uraian dari pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah: a. Eksekusi adalah pelaksanaan putusan pengadilan atau salinan akta-akta yang

mempunyai kekuatan eksekutorial.27

b. Lelang adalah penjualan benda yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang.

c. Barang Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.

25Samadi Suryabrata,Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.31 26Burhan Ashshofa,Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.19 27Rudhi A. Lontoh,(ed.), Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung: Alumni, 2001),hlm.540.


(43)

d. Kendaraan bermotor adalah kendaraan roda dua yang memakai mesin (motor) untuk menjalankannya.

e. PerusahaanLeasingadalah badan usaha yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pembiayaan bagi perusahaan/perorangan.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, bersifat deskriptif analisis maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.28

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif, yang disebabkan karena penelitian ini merupakan penelitian hukum doktriner yang disebut juga penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.29 Penelitian ini termasuk ruang lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan serta menganalisa teori hukum yang bersifat umum dan peraturan perundang-undangan mengenai kajian hukum atas lelang terhadap barang jaminan fidusia kendaraan bermotor pada perusahaan leasing, oleh karena itu penelitian ini

28Sunaryati Hartono,Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung:

Alumni, 1994), hlm.101.

29Bambang Waluyo,Metode Penelitian Hukum, (Semarang: PT. Ghalia Indonesia, 1996),


(44)

menekankan pada sumber-sumber bahan sekunder, baik berupa peraturan perundang-undangan maupun teori-teori hukum, disamping menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat, sehingga ditemukan suatu asas-asas hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat digunakan untuk menganalis permasalahan yang dibahas,30 serta menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini, yaitu mengenai lelang barang jaminan fidusia pada perusahaanleasing.

2. Sumber Data/ Bahan Hukum

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer.31

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini di antaranya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4313), PMK Nomor: 40/PMK.07/2006 tentang Juklak Lelang, Perdirjen Nomor PER-02/PL/2006

30Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.13.

31Ronny Hanitijo Soemitro,Metodologi Penelitian Hukum dan Juritmetri, (Jakarta: Ghalia


(45)

tentang Juknis Pelaksanaan Lelang, Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1169/KMK.011991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing), SKB Menkeu dan Menperin dan Mendag No. 122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang Perijinan Usaha Leasing, Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik, dan peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan lelang barang jaminan fidusia pada perusahaanleasing.

b. Bahan hukum sekunder.32

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil-hasil seminar, hasil-hasil karya dari para ahli hukum, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan masalah lelang barang jaminan fidusia pada perusahaanleasing.

c. Bahan hukum tertier.33

Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, surat kabar, makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.

Selain data sekunder sebagai sumber data utama, dalam penelitian ini juga digunakan data primer sebagai data pendukung yang diperoleh dari wawancara

32Ibid. 33Ibid.


(46)

dengan pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu Head AdministrationPT. Summit Oto Finance Cabang Medan.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan (Library Research), studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

b. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan :

1) Studi dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi literatur yang berkaitan dengan lelang barang jaminan fidusia pada perusahaanleasing. 2) Wawancara, hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data

penunjang dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu pihak perusahaan leasing PT. Summit Oto Finance Cabang Medan dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai pihak yang terkait dengan masalah barang jaminan fidusia pada perusahaan leasing. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian tesis ini.


(47)

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).34

Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah lelang barang jaminan fidusia pada perusahaan leasing. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus, dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil, atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus,35 guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.

34Burhan Bungin,Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.53.


(48)

A. Sejarah dan Pengertian Jaminan Fidusia

Jaminan fidusia lahir karena ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga pand (gadai) mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat.

Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata tentang gadai mensyaratkan bahwa kekuasaan atas benda yang digadaikan tidak boleh berada pada pemberi gadai (inbezitstelling). Ini merupakan hambatan yang berat bagi gadai atas benda-benda bergerak berwujud, karena pemberi gadai tidak dapat menggunakan benda-benda tersebut untuk keperluannya.36 Hambatan tersebut kemudian diatasi dengan mempergunakan lembaga fidusia yang diakui oleh Yurisprudensi Belanda tahun 1929 dan diikuti oleh Arrest Hooggerechtshof di Indonesia tahun 1932, bahwa pada hakekatnya dalam hal jaminan fidusia memang terjadi pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda berdasarkan kepercayaan antara Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia. Pengalihan hak kepemilikan dimaksud semata-mata sebagai jaminan bagi pelunasan utang bukan untuk seterusnya dimiliki oleh Penerima Fidusia.

36Purwahid dan Kashadi,Hukum Jaminan Fidusia,(Semarang : Fakultas Hukum Universitas


(49)

Lahirnya Arrest Hooggerechtshof tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari pengusaha-pengusaha kecil, pengecer, padagang menengah, pedagang grosir yang memerlukan fasilitas kredit untuk usahanya. Perkembangan perundang-undangan fidusia sangat lambat, karena undang-undang yang mengatur tentang jaminan fidusia baru diundangkan pada tahun 1999, berkenaan dengan bergulirnya era reformasi.37

Fidusia atau lengkapnya fiduciaire eigendomsoverdracht sering disebut sebagai Jaminan Memberikan Hak Milik Secara Kepercayaan, merupakan suatu bentuk jaminan atas benda-benda bergerak disamping gadai di mana dasar hukumnya yurisprudensi. Pada fidusia, berbeda dari gadai, yang diserahkan sebagai jaminan kepada kreditor adalah hak milik sedang barangnya tetap dikuasai oleh debitor, sehingga yang terjadi adalah penyerahan secaraconstitutum possessorium.

Dalam ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, disebutkan bahwa: ”Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam pengusaan pemilik benda.” Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kepercayaan merupakan syarat utama di dalam lalu lintas perkreditan. Seorang nasabah memperoleh kredit karena adanya kepercayaan dari bank. Dalam fidusia, benda jaminan tidak diserahkan secara nyata oleh debitor kepada kreditor, yang diserahkan hanyalah hak milik secara

37 Salim H.S., Perkembangan Hukum Jaminan Indonesia,(Jakarta : Raja Grafindo Persada,


(50)

kepercayaan. Benda jaminan masih tetap dikuasai oleh debitor dan debitor masih tetap dapat mempergunakan untuk keperluan sehari-hari. Jaminan fidusia dituangkan dalam bentuk perjanjian. Biasanya dalam memberikan pinjaman uang, kreditor mencantumkan dalam perjanjian itu bahwa debitor harus menyerahkan barang-barang tertentu sebagai jaminan pelunasan utangnya.38

Dalam ketentuan Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa :

”Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.”

Dari pengertian di atas, dapat diketahui unsur-unsur jaminan fidusia meliputi adanya hak jaminan; adanya objek, yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan; benda yang menjadi objek jaminan tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia; dan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia.

Perjanjian Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi.39

38 Oey Hoey Tiong, Fidusia sebagai Jaminan Unsur-unsur Perikatan, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1984), hlm.21.


(51)

B. Ciri-Ciri Lembaga Fidusia

Seperti halnya hak tanggungan, Lembaga Jaminan Fidusia yang kuat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memberikan kedudukan yang mendahulukan kepada kreditor (penerima fidusia) terhadap kreditor lainnya (Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia).

Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya. Hak yang didahulukan dihitung sejak tanggal pendaftaran benda yang menjadi objek jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia.

Hak yang didahulukan yang dimaksud adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan likuidasi pemberi fidusia. Ketentuan dalam hal ini berhubungan dengan ketentuan bahwa jaminan fidusia merupakan agunan atas kebendaan bagi pelunasan utang. Disamping itu, ketentuan dalam undang-undang tentang kepailitan menentukan bahwa benda yang menjadi objek jaminan fidusia berada diluar kepailitan dan atau likuidasi.40

Apabila atas benda yang sama menjadi objek jaminan fidusia lebih dari 1 (satu) perjanjian jaminan fidusia, maka hak yang didahulukan ini diberikan kepada pihak yang lebih dahulu mendaftarkannya pada kantor pendaftaran fidusia.

2. Selalu mengikuti objek yag dijaminkan di tangan siapapun objek itu berada(droit de suite)(Pasal 20 Undang-Undang Jaminan Fidusia).


(52)

Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu benda itu berda, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia.41

Ketentuan ini merupakan pengakuan atau prinsip droit de suite yang telah merupakan bagian dari peraturan perundang-undangan Indonesia dalam kaitannya dengan hak mutlak atas kebendaan (inrem).

3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga mengikat pihak ketiga dan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Pasal 6 dan 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia).

Akta Jamian Fidusia yang dibuat Notaris sekurang-kurangnya memuat : a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia;

b. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia; c. Uraian mengenai benda yang menjadi objek fidusia; d. Nilai penjaminan;

e. Nilai benda yang menjadi objek fidusia;

Selanjutnya dalam hal ini benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. Hal ini merupakan terobosan penting yang melahirkan fidusia sehingga dapat memenuhi asas publisitas (semakin terpublikasi jaminan hutang, akan semakin baik, sehingga kreditor atau khalayak

41Gunawan Wijdjaja dan Ahmad Yani,Jaminan Fidusia,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


(53)

ramai dapat mengetahui atau punya akses untuk mengetahui informasi-informasi penting di sekitar jaminan hutang tersebut.

4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya (Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia)

Dalam hal debitor atau pemberi fidusia cidera janji, pemberi fidusia wajib menyerahkan objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi. Eksekusi dapat dilaksanakan dengan cara pelaksanaan titel eksekutorial oleh kreditor atau penerima fidusia, artinya langsung melaksanakan eksekusi melalui lembaga parate eksekusi atau penjualan objek jaminan fidusia atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan dari hasil penjualan. Dalam hal akan dilakukan penjualan di bawah tangan, maka harus dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia.

C. Pendaftaran Fidusia Online

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pengertian Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Semenjak diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia, maka permohonan pendaftaran jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF) yang berada di seluruh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan.


(54)

Menghadapi lonjakan permohonan pendaftaran jaminan fidusia tersebut yang dalam seharinya dapat mencapai lebih dari 3000 permohonan, maka Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Kementerian Hukum dan HAM melakukan terobosan dengan melakukan penerapan Teknologi Informasi (TI). Penerapan TI tersebut diimplementasikan dalam bentuk pelayanan fidusia online. Pelayanan Fidusia Online banyak memberikan manfaat, antara lain: memberikan kemudahan pendaftaran, biaya yang murah, tidak ada pembatasan jumlah pendaftaran tiap harinya, pelayanan yang dilakukan selama 24 jam dan dilaksanakan dengan cepat dan akurat, bebas dari praktek pungli, peningkatan jumlah pendaftaran yang signifikan, peningkatan PNBP, dan Fidusia merupakan alternatif metode penjaminan atas pembiayaan yang cukup menjanjikan.42

Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memang telah meluncurkan sistem fidusiaonline pada 5 Maret 2012. Sebelum adanya sistem fidusiaonline, pendaftaran fidusia dilakukan secara manual.

Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kemenkumham sebagai institusi yang melaksanakan pendaftaran jaminan fidusia menindaklanjuti sistem fidusia online dengan menerbitkan Surat Edaran Dirjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik (Online System). Kantor Pendaftaran Fidusia memperoleh hak penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atas

42Detil Inovasi Ditjen AHU”, http://sinovik.menpan.go.id/index.php/site/details/92, terakhir


(55)

pelayanan jasa hukum yang dilaksanakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sejak keluarnya surat menteri tersebut ditegaskan bagi perusahaan pembiayaan dilarang melakukan penarikan benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor apabila Kantor Pendaftaran Fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan.43

Menurut Surat Edaran Dirjen AHU, pemberlakuan sistem pendaftaran jaminan fidusiaonlinemerupakan pelaksanaan amanat Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia selanjutnya akan dijadikan dasar pembuatan akta jaminan fidusia. Pembuatan akta jaminan fidusia ini dikenakan tarif sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Pengenaan tarif PNBP tersebut terurai dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

D. Sejarah Lelang Di Indonesia

1. Pengertian Dan Dasar Hukum Lelang

Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa Latin “auctio” yang berarti peningkatan harga secara bertahap, sebenarnya telah lama dikenal. Para ahli melalui penelitian literatur Yunani mengemukakan bahwa lelang telah dikenal sejak 450 tahun Sebelum Masehi. Beberapa jenis lelang yang populer pada masa itu antara lain

43Tan Kamelo,Hukum Jaminan Fidusia Sesuatu Yang Didambakan, (Bandung: PT. Alumni,


(56)

adalah lelang karya seni, lelang tembakau, lelang kuda, lelang budak dan sebagainya.44

Di Indonesia, lelang masuk secara resmi dalam Perundang-undangan sejak tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement atau Peraturan Lelang yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor 189 dan Vendu Instructie atau Instruksi Lelang yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor 190. Peraturan-peraturan lelang ini masih berlaku sampai saat ini dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia. Dalam Pasal 1Vendu Reglementtahun 1908 Nomor 189 tersebut ditulis bahwa Penjualan Umum atau Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha mengumpulkan para peminat atau peserta lelang. Penjualan umum atau Lelang tersebut harus dilakukan oleh atau dihadapan seorang Pejabat Lelang.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa Latin ”auctio” yang berarti peningkatan harga secara bertahap, sebenarnya telah lama dikenal. Para ahli melalui penelitian literatur Yunani mengemukakan bahwa lelang telah dikenal sejak 450 tahun Sebelum Masehi. Beberapa jenis lelang yang populer pada masa itu antara lain adalah lelang karya seni, lelang tembakau, lelang kuda, lelang budak dan sebagainya.45

44 Fred B.G. Tumbuan, “Mencermati Pokok-Pokok Undang-Undang Fidusia”, Makalah

(Jakarta: BPHN Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia, 1999), hlm.71.

45 Fred B.G. Tumbuan, “Mencermati Pokok-Pokok Undang-Undang Fidusia”, Makalah


(57)

Di Indonesia, lelang masuk secara resmi dalam Perundang-undangan sejak tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement atau Peraturan Lelang yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor 189 dan Vendu Instructie atau Instruksi Lelang yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor 190. Peraturan-peraturan lelang ini masih berlaku sampai saat ini dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia. Dalam Pasal 1Vendu Reglementtahun 1908 Nomor 189 tersebut ditulis bahwa Penjualan Umum atau Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha mengumpulkan para peminat atau peserta lelang. Penjualan umum atau Lelang tersebut harus dilakukan oleh atau dihadapan seorang Pejabat Lelang dengan memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Lelang adalah suatu cara penjualan yang dilakukan pada suatu saat dan tempat yang telah ditentukan.

b. Dilakukan dengan cara mengumumkannya terlebih dahulu untuk mengumpulkan peminat/peserta lelang.

c. Dilakukan dengan cara penawaran atau pembentukan harga yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan atau secara tertulis yang bersifat kompetitif.

d. Peserta yang mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai pemenang/pembeli.

Pengertian lelang sebagaimana dimaksud dalam Vendu Reglement tersebut kiranya senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mr. Wennek dari Balai


(58)

Lelang Rippon Boswell and Company Swiss, yang menyatakan : “An auction is a system of selling to the public, a number of individual items, one at a time, commencing at a set time on a set day. The auctioneer conducting the auction invites offers of prices for the item from the attenders”.46

Berdasarkan pengertian-pengertian lelang tersebut, nampak bahwa sebenarnya lelang merupakan suatu sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli dengan tujuan untuk menentukan harga yang wajar bagi suatu barang. M.T.G Meulenberg, seorang ahli lelang Negara Belanda dariDepartement of Marketing and Agricultural Market Research University of Wageningen menggaris bawahi hal ini dengan mengemukakan bahwa “Auction is an intermediary between buyers and sellers. The main objective is price discovery”47

Dasar hukum lelang terbagi atas dua peraturan, yaitu : 1. Lex Specialis:

a. Undang-undang lelang tahun 1908 yang lebih dikenal dengan Vendu Reglementyang dimuat dalamStaatbladtahun 1908 Nomor 189 sebagaimana kemudian telah mengalami pengubahan dan penambahan. Meskipun statusnya hanya berupa Reglement tetapi karena merupakan satu-satunya peraturan lelang dan pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pelaksanaan (PP), maka Vendu Reglementdapat disamakan denggan Undang-undang.

46FX. Sutardjo, “Mekanisme dan Berbagai Aspek Penjualan Tanah Secara Lelang,” (Makalah

disampaikan pada Kursus Kuasa Hukum bagi Pejabat BPN, Jakarta, 27 Februari 1995), hlm. 3


(59)

b. Peraturan Pelaksanaan Undang-undang tersebut diatur dalamVendu Instructie yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor 190.

c. Peraturan Pemerintah tentang pungutan Bea Lelang yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1949 Nomor 39.

d. Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 295/KMK.09/1993 tanggal 27 Februari 1993 tentang Tata Cara Pengumuman Lelang.

e. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 337/KMK.01/2000. f. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan tugas

Eselon I Departemen.

g. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 304/KMK.01/2002, tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

h. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 305/KMK.01/2002, tentang Pejabat Lelang.

i. Dan berbagai peraturan pelaksanaan lainnya.

2. Peraturan-peraturan terkait lainnya yang menjadi dasar pelayanan lelang, yaitu antara lain :

a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. b. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. c. Undang-undang Hukum Perbendaharaan Indonesia.

d. Herziene Inlandsch Reglement (HIR) atau Reglement Indonesia yang diperbaharuiStaatblad1848 Nomor 57.


(60)

e. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa.

f. Undang-undang Nomor 49 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara.

g. Reglement voor de Buitengenwesten Staatblad1927 Nomor 227.

h. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-benda yang berada di atasnya.

i. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. j. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan.

k. undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Penyempurnaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

l. Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 2. Organisasi Lelang

Keberadaan unit Lelang Negara dimulai sejak tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement (Peraturan Lelang) yang dimuat dalam Staatblad Nomor 189 Tahun 1908 danVendu Instructie (Instruksi Lelang) yang dimuat dalam Staatblad Nomor 190 Tahun 1908. Pada mulanya Unit Lelang Negara berdiri sendiri dengan nama ”Inspeksi Urusan Lelang” yang berada dilingkungan Departemen Keuangan dan kemudian dalam perkembangannya kurang lebih pada tahun 1960, Unit Lelang Negara digabungkan dan berada dibawah Direktorat Jendral Pajak. Hal ini dilakukan antara lain dengan pertimbangan bahwa sifat pemungutan Bea Lelang dikategorikan sebagai penerima pajak tidak langsung.


(61)

Sejak tanggal 1 April 1990, Pimpinan Departemen Keuangan memindahkan kedudukan dan tanggung jawab Unit Lelang Negara ke dalam lingkungan Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) yaitu salah satu unit eselon I dilingkungan Departemen Keuangan. Adapun tujuananya agar Unit Lelang Negara dapat lebih difungsikan secara optimal, disamping untuk memberi kesempatan Direktorat Jenderal Pajak berkonsentrasi pada bidang tugas pokoknya yang makin bertambah berat.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 dalam rangka menyempurnakan sistem pengurusan Piutang Negara dan untuk mengembangkan pelayanan jasa lelang maka organisasi Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) diubah menjadi Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). Sejak Unit Lelang berada dilingkungan BUPLN maka setiap ibukota propinsi di Indonesia telah dibentuk Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang dan di 87 Kota Madya/Kabupaten telah didirikan Kantor Pejabat Lelang kelas II yang telah siap memberikan pelayanan lelang kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.

Pada saat ini Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara telah diubah menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara yaitu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001. 3. Asas-Asas Lelang

Asas-asas yang digunakan dalam lelang antara lain tercermin dari pengertian lelang itu sendiri. Beberapa asas yang dapat dikemukakan antara lain adalah :


(1)

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Eksekusi objek jaminan fidusia terhadap debitor wanprestasi berdasarkan Undang-Undang Jaminan Fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan yaitu dengan melakukan eksekusi pembayaran uang yaitu membayar sejumlah uang dilakukan kepada penerima fasilitas yang melakukan wanprestasi, terhadap barang jaminan yang dikuasainya dengan cara pengambilan kembali dari penerima fasilitas atau yang menyerahkan barang jaminan, sebagai catatan dalam Surat Berita Acara Serah Terima Barang Jaminan (BASTBJ), apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah serah terima barang jaminan tersebut tidak diselesaikan, maka akan dilakukan penjualan barang jaminan guna penyelesaian seluruh sisa utang penerima fasilitas kepada pemberi fasilitas. Praktek eksekusi yang dilakukan PT. Summit Oto Finance Cabang Medan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yaitu eksekusi terhadap barang jaminan yang dijadikan objek jaminan fidusia dilakukan melalui mekanisme lelang.

2. Hambatan-hambatan yang timbul dalam eksekusi obyek jaminan fidusia pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan yang paling sering dialami adalah ketika


(2)

Summit Oto Finance, selain itu hambatan lainnya adalah barang jaminan telah dijual debitor kepada pihak ketiga, objek Jaminan Fidusia tidak ditemukan/tidak berada di tangan debitor, penerima fasilitas pindah alamat (tidak diketahui), identitas barang telah diubah, dan objek jaminan tidak dalam kondisi utuh/hilang. B. Saran

Dari kesimpulan-kesimpulan tersebut, dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Perusahaan leasing dalam menjual barang Jaminan Fidusia sebaiknya dilakukan

melalui lembaga lelang. Dalam pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia, PT Summit Oto Finance selaku kreditor harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 29 dan Pasal 31 Undang-Undang Jaminan Fidusia dalam rangka menghindari terkena permasalahan hukum. Karena berdasarkan ketentuan Pasal 32 Undang-Undang tersebut setiap pelaksanaan eksekusi yang bertentangan dengan ketentuan Pasal 29 dan Pasal 31 akan menjadi batal demi hukum, dengan demikian akan menimbulkan kerugian bagi PT Summit Oto Finance selaku kreditor.

2. Sebelum pihak Kreditor dan pihak Debitor menandatangani perjanjian, ada baiknya apabila pihak Kreditor menjelaskan terlebih dahulu kepada Debitor mengenai isi dari perjanjian, akibat-akibat apabila Debitor melakukan kecurangan serta sanksi-sanksi yang akan dikenakan kepada Debitor apabila Debitor melakukan wanprestasi, dan sebaiknya perusahaanleasingjuga memberitahu apa arti dari wanprestasi dan hal-hal apa saja yang termasuk di dalam wanprestasi itu.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Aburaera, Sukarno, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktek, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013.

Amiruddin dan H. Asikin Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Badrulzaman, Mariam Darus, Bab-bab Tentang Creditverband,Gadai dan Fiducia, Alumni, Bandung, 1987.

Badrulzaman, Mariam Darus, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung, 1983.

Hadisoeprapto, Hartono, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty, Jogyakarta, 1984.

Harahap, M. Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

________________, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Kamello, Tan, Hukum Jaminan Fiducia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni, Bandung, 2004.

____________, Hukum Jaminan Fidusia Sesuatu Yang Didambakan, Bandung: PT. Alumni, 2014)


(4)

Koentjaraningrat,Metode Penelitian Masyarakat,Gramedia, Jakarta, 1997.

Lontoh, Rudhi A., (ed.),Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung: Alumni, 2001.

Lubis, M. Soly,Pilsafat Ilmu Dan Penelitian,Bandung : Mandar Maju, 1994.

Mantayborbir, S. dan Iman Jauhari, Hukum Lelang Negara di Indonesia, Jakarta: Pustaka Bangsa Press, 2003.

Marzuki, Peter Mahmud,Penelitian Hukum,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005.

Mertokusumo, Sudikno, Penemuan Hukum sebuah pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2007.

Prajitno, A. A. Andi,Hukum Fidusia: Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999,Bayumedia Publishing, Surabaya, 2008. Satrio, J., Hukum Jaminan,, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1993.

Sidharta, B. Arif, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat Hukum,PT. Refika Aditama, Bandung, 2007. Soekanto, Soerjono,Pengantar Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta, 1986.

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999.

Sunggono, Bambang,Metodologi Penelitian Hukum,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.


(5)

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-Pokok Hukum dan Jaminan Perorangan,Liberty Offset, Yogjakarta, 1980.

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan,Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Tiong, Oey Hoey, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.

Widjaja, Gunawan & Yani Ahmad, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada Jakarta, 2000.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerijk Wetboek).

Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijke Wetboek). Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Republik Indonesia, Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan.

Undang-undang Lelang (Vendu Reglement, Ordonantie 28 Pebruari 1908 Staatsblad 1908:189 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan staatsblad 1941:3).

MAKALAH DAN JURNAL

Kalo, Syafruddin, Teori & Penemuan Hukum, Diktat Untuk Mata Kuliah Teori Hukum dan Penemuan Hukum Pada Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004.


(6)

Jarak Jauh), Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Keuangan Umum, 2007. Sitepu, Runtung, (Diktat Perkuliahan Metodologi Penelitian Hukum), Universitas


Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Asuransi Pt Asuransi Sinar Mas Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen(Studi Pada Pt. Summit Oto Finance Tebing Tinggi)

7 135 111

Eksekusi Jaminan Fidusia Atas Kendaraan Bermotor oleh Lembaga Pembiayaan (Finansial) (studi kasus pada kantor PT. U Finance)

4 144 97

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Perusahaan Pembiayaan ( Leasing ) Atas Klaim Dari Tertanggung (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

3 81 156

Eksekusi Barang Jaminan Fidusia Yang Lahir Dari Perjanjian Kredit Bank

0 27 2

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

20 330 122

PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP EVALUASI MEREK PADA PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG SOLO Pengaruh Sikap Dan Norma Subyektif Terhadap Evaluasi Merek Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Solo.

0 3 14

PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP EVALUASI MEREK PADA PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG SOLO Pengaruh Sikap Dan Norma Subyektif Terhadap Evaluasi Merek Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Solo.

0 1 13

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 10

Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)

0 5 70

Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)

0 1 19