Karakteristik Kimia Tanah Andisol Pada Kemiringan Lereng Berbeda di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo.

KARAKTERISTIK KIMIA TANAH ANDISOL PADA KEMIRINGAN
LERENG BERBEDA DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :
EDWIN P. SIHOTANG

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK KIMIA TANAH ANDISOL PADA KEMIRINGAN
LERENG BERBEDA DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
KABUPATEN KARO


SKRIPSI

Oleh :
EDWIN P. SIHOTANG

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Karakteristik Kimia Tanah Andisol Pada Kemiringan Lereng
Berbeda di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten
Karo

Nama

: Edwin P. Sihotang

Program Studi

: Ilmu Tanah

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Ir. Mukhlis, M.Si
Ketua

Ir. Bintang, MP
Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperlajari karakteristik kimia tanah
Andisol pada tiga kemiringan lereng berbeda di Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan,
Kecamatan tiga Panah Kab. Karo dan Analisa Tanah dilakukan dilaboratorium
Kimia Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Dilakukan pengamatan profil dilapangan pada 3 kemiringan lereng berbeda.
Profil 1 pada kemiringan lereng 6%, profil 2 pada kemiringan 12%, profil 3 pada
kemiringan lereng 17%. Pada masing-masing profil diamati sifat-sifat fisik seperti
warna, tekstur, struktur, konsistensi, perakaran, sifat smeri sebagai indikator sifat
andik, horizon atas dan bawah penciri dan sifat penciri lainnya serta diambil
sampel masing-masing profil tiap lapisan, lalu dianalisis karakteristik kimianya
meliputi: pH H 2 O, pH NaF, C-Organik, KTK, ZPC, Retensi P, Al oksalat (Al o),

Fe oksalat (Fe o ), Si okaslat (Sio ), Al pyrofosfat (Alp ), Al+1/ 2 Fe serta rasio Al:Si.
Dari hasil penelitian memperlihatkan karakteristik kimia tanah Andisol pada
kemiringan lereng 6% memiliki C-organik, Retensi P, Al oksalat, Rasio Al:Si
paling tinggi dan pH H 2 O, pH NaF, Al pyrofosfat agak rendah sementara ZPC,
KTK, Si oksalat paling rendah, merupakan Andisol yang kaya akan Al. Pada
kemiringan lereng 12% memiliki pH H 2 O, pH NaF, KTK, Al pyrofosfat paling
tinggi dan C-organik, ZPC, Retensi P, Al oksalat, Si oksalat, Rasio Al:Si agak
rendah, merupakan Andisol yang kaya akan Si. Pada kemiringan lereng 17%
memiliki ZPC, Si oksalat paling tinggi. KTK agak rendah dan pH H 2 O, pH NaF,
C-organik, Retensi Fosfat, Al oksalat, Al pyrofosfat dan Rasio Al:Si paling
rendah, merupakan Andisol yang kaya akan Si.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This research is aimed to study the chemical characteristic of Andisols on
three difference downslopes in Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Karo residence
of North Sumatera. This research is being held in Taman Hutan Raya Bukit
Barisan, Tongkoh Village, Tiga Panah Subdistrict, Karo residence of North

Sumatera and the soil analyse properties is being held in Chemical and Soil
Fertility Laboratory, Agricultural Faculty of North Sumatera University.
Observation and description of there profiles of each three difference
downslopes in the field is getting started on the slope of six percent, twelve
percent and seventeen percent. Each profile is observed included of soil color
using Soil Munsel Color, soil texture, soil structure, soil consistency, vertical
distribution of root and it’s size and smeary diagnostic as one of indicators of
andic soil properties in the fields, both of surface and sub horizon diagnostics and
many others diagnostics, then each sample of soil profiles is kept in the plastics
which has been coded. All the samples is brought to the laboratory and it is
analysed included of pH H 2 O, pH NaF, Organic Content, Cation Exchange
Capacity (CEC), Zero Point of Charge (ZPC), Phosphate Retention, Al, Fe, Si
oxsalate extracted (Alo , Fe o , Sio ), Al pyrophosphate extracted (Alp ), Al+1/ 2 Fe,
and it’s rasio of Al:Si.
From the result show that the chemical characteristic of Andisols on the
slope of six percent has Organic Content, Phosphate Retention, Al oxsalate
extracted and it’s rasio of Al:Si are the highest of all and pH H 2 O, pH NaF are
lower, while CEC, ZPC, Si o is the lowest of all and it is an Andisol rich of Al. On
the slope of twelve percent has pH H 2 O, pH NaF, CEC, Alp are the highest of all
and it is an Andisols rich of Si. The last on seventeen percent has ZPC, Sio which

the most highest of all, has lower both of CEC and pH H 2 O, while Organic
Content, Phosphate Retention, Al o, Al p and it’s rasio of Al:Si are the most lowest
of all and it is an Andisols rich of Si.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Pon pada tanggal 21 November 1986 dari
ayah S. Sihotang (alm) dan ibu H. panjaitan. Penulis merupakan anak kedua dari
empat bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Kisaran dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB, penulis
memilih program studi Ilmu Tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Dasar Ilmu Tanah, Agrohidrologi, Analisis Tanah Tanaman. Mengikuti organisasi
IMILTA (Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah). Pada tahun 2008 penulis melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung
Pamela. Selama menjadi mahasiswa penulis memperoleh beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA).


Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun Judul dari skripsi ini

adalah “Karakteristik Kimia Tanah

Andisol Pada Kemiringan Lereng Berbeda di Taman Hutan Raya Bukit
Barisan Kabupaten Karo” yang bertujuan sebagai salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar sarjana (S1) di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Mukhlis, M.Si dan
Ir. Bintang, MP selaku pembimbing yang telah membimbing dan motivasi selama
penyelesaian skripsi ini. Teristimewa kepada ayahanda S.Sihotang (alm), ibunda
H. Panjaitan atas doa, dukungan, baik moril maupun material dan kepercayaan
yang telah dititipkan.

Ungkapan terimakasih khusus penulis sampaikan kepada abang Saya
Hendrik Sihotang, serta kedua adik saya Bina Jeksen Sihotang dan Riris Sihotang
yang telah memberikan semangat. Kepada Yessy sebagai rekan dalam penelitian.
Demikian juga kepada Pandi, Feri, Freyssinet, Tony, Jameslin, Relliaman, Yovita,
Benli, Yoga, Joseph, Ruth, Yoga, Wan riski, Andrifan, Nova, Feco, Eva, Olland,
Fitri, Chaula, Dinda, Dayu, Mila, Almina, Tomy, Hana, Defani, Daniel dan juga
kepada teman-teman lain yang belum disebutkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus, 2009
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRACT .......................................................................................

Hal
i


ABSTRAK..........................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................

iii

KATA PENGANTAR ........................................................................

iv

DAFTAR ISI ......................................................................................

v

DAFTAR TABEL ..............................................................................

vii


DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................
Tujuan Penelitian ........................................................................
Kegunaan Penelitian ...................................................................

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Andisol .......................................................................................
Mineralogi Andisol .....................................................................

Mineral Primer .......................................................................
Mineral Sekunder ...................................................................
Sifat Kimia Tanah Andisol..........................................................
Tanah Berlereng .........................................................................

4
6
6
7
10
14

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
Bahan dan Alat ...........................................................................
Metode Penelitian ......................................................................
Kegiatan di Lapangan .................................................................
Analisa Laboratorium .................................................................

15
15
16
16
17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..........................................................................................
Deskripsi Profil Andisol di TAHURA ...................................
pH H 2 O dan pH NaF ..............................................................
C-Organik ..............................................................................
Kapasitas Tukar Kation (KTK) ...............................................
Muatan Titik Nol (Zero Point of Charge=ZPC) ......................

18
18
25
26
27
29

Universitas Sumatera Utara

Retensi Fosfat.........................................................................
Nilai Al oksalat (Al o), Fe oksalat(Fe o), Al pyrofosfat (Alp),
Si oksalat (Sio) dan rasio Al:Si .............................................
Nilai Al oksalat, Fe oksalat serta Al + ½ Fe ...........................
Pembahasan ................................................................................

30
31
33
35

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.................................................................................
Saran ..........................................................................................

40
40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Reaksi Tanah (pH) pada tiga kemiringan lereng Tahura ........

25

Tabel 2: Nilai C-Organik pada tiga kemiringan lereng Tahura ..............

27

Tabel 3: Nilai KTK pada tiga kemiringan lereng Tahura ......................

28

Tabel 4: Nilai ZPC pada tiga kemiringan lereng Tahura .......................

29

Tabel 5: Nilai Retensi P pada tiga kemiringan lereng Tahura ...............

30

Tabel 6: Nilai Al o , Al p , serta Al (%) pada tiga kemiringan lereng Tahura 32
Tabel 7: Nilai Al o , Fe o , Al+1/ 2 Fe pada tiga kemiringan lereng Tahura

34

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Skema Pembuatan profil Tanah Pada 3 Kemiringan Lereng
Berbeda ............................................................................

18

Gambar 2: Profil 1 Tanah Andisol........................................................

20

Gambar 3: Profil 2 Tanah Andisol .......................................................

22

Gambar 4: Profil 3 Tanah Andisol........................................................

24

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Peta Lokasi Penelitian Skala 1:50000 ..............................

15

Lampiran 2: Peta Jenis Tanah Skala 1:50000 .......................................

15

Lampiran 3: Peta Kemiringan Lereng Skala 1:50000 ...........................

15

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperlajari karakteristik kimia tanah
Andisol pada tiga kemiringan lereng berbeda di Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan,
Kecamatan tiga Panah Kab. Karo dan Analisa Tanah dilakukan dilaboratorium
Kimia Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Dilakukan pengamatan profil dilapangan pada 3 kemiringan lereng berbeda.
Profil 1 pada kemiringan lereng 6%, profil 2 pada kemiringan 12%, profil 3 pada
kemiringan lereng 17%. Pada masing-masing profil diamati sifat-sifat fisik seperti
warna, tekstur, struktur, konsistensi, perakaran, sifat smeri sebagai indikator sifat
andik, horizon atas dan bawah penciri dan sifat penciri lainnya serta diambil
sampel masing-masing profil tiap lapisan, lalu dianalisis karakteristik kimianya
meliputi: pH H 2 O, pH NaF, C-Organik, KTK, ZPC, Retensi P, Al oksalat (Al o),
Fe oksalat (Fe o ), Si okaslat (Sio ), Al pyrofosfat (Alp ), Al+1/ 2 Fe serta rasio Al:Si.
Dari hasil penelitian memperlihatkan karakteristik kimia tanah Andisol pada
kemiringan lereng 6% memiliki C-organik, Retensi P, Al oksalat, Rasio Al:Si
paling tinggi dan pH H 2 O, pH NaF, Al pyrofosfat agak rendah sementara ZPC,
KTK, Si oksalat paling rendah, merupakan Andisol yang kaya akan Al. Pada
kemiringan lereng 12% memiliki pH H 2 O, pH NaF, KTK, Al pyrofosfat paling
tinggi dan C-organik, ZPC, Retensi P, Al oksalat, Si oksalat, Rasio Al:Si agak
rendah, merupakan Andisol yang kaya akan Si. Pada kemiringan lereng 17%
memiliki ZPC, Si oksalat paling tinggi. KTK agak rendah dan pH H 2 O, pH NaF,
C-organik, Retensi Fosfat, Al oksalat, Al pyrofosfat dan Rasio Al:Si paling
rendah, merupakan Andisol yang kaya akan Si.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This research is aimed to study the chemical characteristic of Andisols on
three difference downslopes in Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Karo residence
of North Sumatera. This research is being held in Taman Hutan Raya Bukit
Barisan, Tongkoh Village, Tiga Panah Subdistrict, Karo residence of North
Sumatera and the soil analyse properties is being held in Chemical and Soil
Fertility Laboratory, Agricultural Faculty of North Sumatera University.
Observation and description of there profiles of each three difference
downslopes in the field is getting started on the slope of six percent, twelve
percent and seventeen percent. Each profile is observed included of soil color
using Soil Munsel Color, soil texture, soil structure, soil consistency, vertical
distribution of root and it’s size and smeary diagnostic as one of indicators of
andic soil properties in the fields, both of surface and sub horizon diagnostics and
many others diagnostics, then each sample of soil profiles is kept in the plastics
which has been coded. All the samples is brought to the laboratory and it is
analysed included of pH H 2 O, pH NaF, Organic Content, Cation Exchange
Capacity (CEC), Zero Point of Charge (ZPC), Phosphate Retention, Al, Fe, Si
oxsalate extracted (Alo , Fe o , Sio ), Al pyrophosphate extracted (Alp ), Al+1/ 2 Fe,
and it’s rasio of Al:Si.
From the result show that the chemical characteristic of Andisols on the
slope of six percent has Organic Content, Phosphate Retention, Al oxsalate
extracted and it’s rasio of Al:Si are the highest of all and pH H 2 O, pH NaF are
lower, while CEC, ZPC, Si o is the lowest of all and it is an Andisol rich of Al. On
the slope of twelve percent has pH H 2 O, pH NaF, CEC, Alp are the highest of all
and it is an Andisols rich of Si. The last on seventeen percent has ZPC, Sio which
the most highest of all, has lower both of CEC and pH H 2 O, while Organic
Content, Phosphate Retention, Al o, Al p and it’s rasio of Al:Si are the most lowest
of all and it is an Andisols rich of Si.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Andisol merupakan tanah yang sangat istimewa dan menarik sekali
dibandingkan dengan tanah lain yang telah ada, sebelumnya tanah ini hanya
penting secara lokal saja dan dipandang tidak sederajat dengan tanah-tanah lain,
tetapi dengan adanya penyelidikan-penyelidikan tentang tanah ini

oleh para

ilmuwan dari berbagai negara yang melaporkan tanah ini sangat istimewa,
penghargaan terhadap tanah ini meningkat (Tan, 1998).
Sifatnya yang teristimewa (unik) yang tidak dimiliki oleh tanah lain yaitu
memiliki bahan nonkristalin yang berlimpah seperti alofan dan imogolit,
Al-Humus yang kompleks, berat jenisnya yang ringan dan bersifat lunak alami.
Tanah ini juga mampu menampung air higroskopis dan air tersedia yang
dibutuhkan bagi tanaman. Sifat unik yang lainnya adalah kemampuan tanah ini
dalam meretensi fosfat dalam jumlah yang besar, mempunyai afinitas yang besar
pada kation multivalen serta melarutkan Aluminium pada suasana asam
(Nanzyo, 2002).
Dengan dimilikinya beberapa sifat unik diatas, maka tanah Andisol
memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda pula dalam menyediakan hara
bagi tanaman. Tanah ini termasuk tanah yang subur dikarenakan tanah ini
mengandung kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, memiliki sifat aerase dan
porositas yang tinggi. Sifat-sifat ini yang membuat akar tanaman berkembang dan
mudah berpenetrasi kedalam tanah. Tanah ini juga kaya akan unsur hara nitrogen

Universitas Sumatera Utara

yang merupakan hara paling banyak dibutuhkan tanaman, dengan demikian tanah
Andisol cocok dikembangkan potensinya untuk usaha pertanian (Munir, 1996).
Andisol menempati sekitar 124 juta hektar atau 0.84% dari luas lahan dunia.
Walaupun demikian dalam skala global, tanah ini tidak menempati selalu disuatu
tempat berasosiasi dengan adanya gunung api, dimulai tersebar disekelilingnya
dengan area kecil. Di Indonesia Andisol luasnya 5.39 juta ha (2.9 % dari luas
daratan), terdapat luas di Sumatera Utara 1.06 juta ha, Jawa Timur 0.73 juta ha,
Jawa Barat 0.50 juta ha, Jawa Tengah 0.45 juta ha dan Maluku 0.32 Juta ha
(Mukhlis, 2006).
Dipilihnya topografi Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan sebagai
lokasi penelitian karena menurut sumber Departemen Kehutanan (2008) Tahura
sebagian besar memiliki kemiringan lereng mulai dari datar sampai berbukit dan
curam, hal ini dikarenakan dikawasan ini terdapat Gunung Sibayak dengan
ketinggian 1430 meter diatas permukaan laut

sampai 2280 meter diatas

permukaan laut. Luas daerah ini berkisar 51600 ha, secara geografis lokasi ini
terletak pada 03o01’10”-03o19’37” LU dan 98o12’16”- 98o 41’00” BT, dimana
secara adsministrasi kawasan ini termasuk Kecamatan Tiga Panah.
Sehingga dengan terdapatnya beberapa topografi yang cocok mewakili
kemiringan lereng yang dicobakan, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian karakteristik sifat kimia tanah ini pada tiga kemiringan lereng yang
berbeda,

yaitu pada kemiringan lereng

yang landai-berombak (3-8%),

bergelombang-miring (8-15%) dan miring-berbukit (15-30%).

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
kimia tanah Andisol pada kemiringan lereng berbeda di Taman Hutan Raya Bukit
Barisan Dusun Tongkoh Desa Daulat Rakyat Kecamatan Tiga Panah,
Kabupaten Karo.

Kegunaan Penelitian

1.

Sebagai bahan informasi untuk pengelolaan tanah bagi Pemerintah khususnya
Pihak Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan Dusun Tongkoh Desa
Daulat Rakyat Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.

2.

Skripsi sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana di Departemen
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Andisol

Definisi Andisol dalam Soil Survey Staff (2006)

adalah tanah yang

memiliki ketebalan sifat andik 60% atau lebih bila : 1) terdapat dalam 60 cm dari
permukaan mineral atau pada permukaan bahan organik yang memiliki sifat andik
yang lebih dangkal atau pada kontak densik, litik atau paralitik, horizon duripan
atau petrokalsik pada kedalaman tersebut atau 2) diantara permukaan tanah
mineral atau pada lapisan organik bagian atas dengan sifat andik, yang mana lebih
dangkal, dan kontak dengan densik, lithik, atau paralitik, horizon duripan atau
horizon petrokalsik. Sifat Andik adalah mengandung karbon organik
≤ 25%
(berat) dan memenuhi ke-2 syarat atau salah satunya sebagai berikut:
1) Bulk density (diukur 1/ 3 bar pada keadaan air teretensi) 0.9 gram/cm3 atau
kurang, Retensi fosfat 85% atau lebih, Al+1/ 2 Fe (dengan Amonium oksalat) = 2.0
% atau lebih, 3) memenuhi 30% fraksi tanah berukuran 0.002 s/d 2mm, retensi
fosfat 25 % atau lebih, Al+1/ 2 Fe (dengan Amonium oksalat) = 0.4% atau lebih,
mengandung 5% mineral vulkanis glass dan [{Al + ½ Fe %) x (15.625)] +
[ % vulkanis glass] = 36.25 atau lebih.
Sedangkan definisi lain menyatakan Andisol adalah tanah yang didominasi
oleh Al-Silikat yang amorf dan atau Al-humus kompleks dimana tanah ini
memiliki rangkaian horizon Ah-Bw-C, horizon Ah bewarna gelap biasanya
mengandung bahan organik yang tinggi (lebih dari 10%) yang dimantapkan oleh
adanya ikatan Alumunium, sedangkan horizon B pada rangkaian diatas
didominasi oleh Al-Silikat yang bersifat amorf (Breemen and Peter, 1998)

Universitas Sumatera Utara

Sejarah Andisol dilatar belakangi oleh Ando, suatu istilah dari bahasa
Jepang “Anshokudo”, yang artinya tanah bewarna gelap, tetapi penggunaan nama
itu sebetulnya agak salah –ando=tanah-hitam, soil=tanah, jadi permakaian soil
pada tanah Ando adalah berlebihan, namun pemakaian nama tersebut membawa
manfaat dengan dikenalinya sekarang tanah-tanah Ando diberbagai negara lain
yang serupa. Lalu nama Ando dipersingkat menjadi Andosol dan digunakan
dengan interpretasi secara bebas didunia untuk menggantikan namanya secara
lokal. Tepat pada tahun 1964 pada sidang pertemuan internasional mengenai
klasifikasi tanah Andosol di Jepang, disahkan pemakaian nama Andosol. Tahun
1975 Taksonomi tanah Amerika

memasukkan tanah Ando kedalam Andept,

suborder dari inseptisol, tetapi definisi tanah Andept tidak mengikutsertakan
bahan organik, walaupun syarat bulkdensity rendah, bisa diartikan syarat bahan
organik tinggi, syarat nomor 2 dari definisi tanah andept juga mengacaukan ahliahli tanah (Tan, 1998)
Karena akhirnya terasa juga bahwa Andept tidak bisa dipertahankan lagi
maka untuk memecahkan masalah tersebut atas usulan dari Guy. D. Smith tahun
1979 (yang diterima oleh panitia bentukan ahli-ahli USDA tahun 1978 yang
bernama ICOMAND) untuk memakai nama baru Andisol menggantikan nama
Andosol, dengan alasan Andosol bukanlah bahasa inggris yang tepat dan huruf
‘O’ dalam andosol hanya dibatasi pada istilah taksonomi tanah USA yang berasal
dari bahasa Yunani. Definisi Andisol yang pertama tahun 1978 telah mengikut
sertakan kadar bahan organik yang tidak disertakan pada definisi tanah Andept.
Definisi Andisol sendiri terus mengalami perubahan sampai pada saat ini hingga
menjadi lebih baik (Tan, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Luas Andisol di Indonesia berkisar 6.491.000 ha atau sekitar 3,4% dari luas
daratan Indonesia. Tanah ini merupakan tanah yang subur karena tanah ini
mempunyai kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, memiliki aerase dan
porositas yang sangat tinggi, mengandung bahan organik yang tinggi, memiliki
muatan variabel, tetapi tanah ini memerlukan pemupukan fosfat yang tinggi
sampai melebihi kapasitas penyematan fosfat oleh alofan (Munir, 1996).

Mineralogi Andisol
Mineral Primer
Mineral primer yang terdapat pada tanah Andisol adalah mineral Vulkanis
Glass, Plagioklas, Quartz, Pyroksin, Opaq, Hornblende, Biotit, Olivin dan lain
sebagainya. Mineral Vulkanis Glass merupakan komponen utama dari dari batuan
vulkanis yang mengalami pelapukan tergantung pada kandungan Si yang resisten
atau mudah mengalami degradasi menjadi liat, dimana liat yang terbentuk
pertama kali sangat spesifik ke tanah vulkanis. Diduga liat ini kekurangan struktur
kristalin karena tidak terdapat bagian mineral yang dapat ditetapkan dengan
analisis

difraksi

sinar-X,

sehingga

lebih

kepada

liat

amorfus

(Nanzyo, 2002., Neal, 2008).
Tanah debu vulkanis muda yang terbentuk selanjutnya dicirikan dengan
vulkanis glass yang berlimpah yang bewarna maupun tak bewarna. Berbagai jenis
tanah dapat terbentuk dari debu vulkanis tergantung pada sejumlah individu faktor
pembentuk tanah yang berbeda. Andisol memperlihatkan sifat unik sebagian
dikarenakan oleh bahan nonkristalin yang berlimpah seperti Alofan, Imogolit,
kompleks Al-humus, Ferihidrit dan lain sebagainya. Bahan nonkristalin berupa

Universitas Sumatera Utara

Alofan dan Imogolit merupakan hasil pelapukan dari mineral Vulkanis Glass yang
dapat diilustrasikan dengan proses deretan hancuran iklim yang terjadi sebagai
berikut:
Vulkanis Glass Hidrat Al dan Si amorf Alofan Imogolit Haloisit
Kaolinit Gibsit
(Nanzyo, 2005., Tan, 1998).
Pembentukan bahan nonkristalin serta akumulasi bahan organik adalah
proses pedogenesis yang dominan yang muncul pada tanah-tanah yang berasal
dari debu vulkanis tersebut. Proses kombinasi diatas muncul secara khusus pada
tanah ini diistilahkan dengan “Andosolisasi” (Fiorenzo and Dahlgren, 2002).

Mineral Sekunder
Alofan, Imogolit dan Halloysit umumnya muncul secara bersamaan pada
tanah debu vulkanis, sifatnya yang sangat berbeda nyata berkaitan terhadap
struktur dan morfologinya. Alofan tersusun atas bola-bola yang berlubang
(Theng, dkk., 1982), dengan diameter 3-5 nm dibawah mikroskop elektron
transmisi dan Rasio atom Si/Al nya diantara 0.5-1 (Nanzyo, 2002).
Alofan secara kimia terdiri dari sejumlah variabel dari O 2, OH-, Al3+ dan
Si4+ dan dicirikan dengan Orde Rentang Pendek (Short Range Order) dan lebih
didominasi oleh Si-O-Al (Shulze, 2000).
Bentuk dan ukurannya menandakan bahwa Alofan mempunyai porositas
yang tinggi. Alofan mempunyai muatan listrik variabel yang tinggi dan sering
berkelakuan amfoterik serta dilaporkan sanggup memfiksasi fosfat dalam jumlah
tinggi. Kapasitas tukar kationnya menurut (Musa dan Mukhlis, 2006) adalah
sebesar 3-250 me/100 gram. Aktifitas kimianya di duga berasal dari sifat-sifat

Universitas Sumatera Utara

asiditas permukaan, karena didalam strukturnya dijumpai Al dalam kordinasi
Tetrahedron. Tetapi Surface Acidity-nya agak lemah dalam keadaan lembab dan
tinggi dalam keadaan kering. Nilai asiditas permukaan atau kapasitas donasi
proton dipermukaan liatnya diduga mengikat dengan berkurangnya di dalam tanah
(Tan, 1998).
Tanah-tanah yang mengandung Alofan mempunyai sifat Irreversible drying,
artinya jika alofan mengering alofan tidak akan kembali seperti semula. Partikelpartikel liat, debu dan kadang-kadang pasir mengalami perubahan dan terbentuk
Pseudosand (pasir semu) yang sulit didispersikan karena itu andisol yang
dikeringkan mempunyai kandungan pasir dan debu yang lebih tinggi dari pada
yang tidak dikeringkan (Munir, 1996).
Imogolit pertama kali ditemukan oleh Yoshionogi dan Aomine (1962) pada
tanah yang melapuk dari debu vulkanis glass, disebut juga “Imogo”. Imogolit
umumnya ditemukan berasosiasi dengan Alofan dan dalam berbagai sifat kimia
Imogolit termasuk mineral Hidrous Silika (Dahlgren, dkk., 1993).
Imogolit dianggap penting didalam jenis-jenis Andisol tertentu, dan
komposisinya diduga sebagai berikut :
1.1SiO 2 .Al 2 O 3 .2.5H 2 O (+)
Imogolit bersifat parakristalin karena memperlihatkan struktur berbentuk silindersilinder halus (berdiameter 18.3-20.2 Amstrong) serupa dengan ukuran rambut
(Tan, 1998).
Tanah-tanah yang mengandung Imogolit dan alofan membentuk ikatan yang
sangat kompleks bersama bahan organik. Kompleks ini sangat stabil dan muncul
untuk memproteksi fraksi organik dari degradasi oleh mikroba tanah. Stabilitas

Universitas Sumatera Utara

yang terbentuk ini berasal dari kompleks formasi Alofan-Organik dan
Imogolit-Organik (Wada, 1989).
Halloysit, mineral yang terdapat pada tanah Andisol sering ditemukan
beragam jumlahnya, mineral ini terbentuk dibawah iklim agak kering, dimana
konsentrasi Silikat pada larutan tanah tinggi (Nanzyo, 2002). Tingginya
konsentrasi Si pada larutan tanah sangat penting sehingga proses presipitasi Si
berlangsung (Dahlgren, dkk., 1993). Tanah-tanah vulkanik yang juga mengandung
halloysit lebih umum didaerah humid walaupun komposisinya beragam. Halloysit
juga muncul pada horizon bawah tanah andisol, dimana perkolasi air lambat dan
kandungan air tinggi. Tanah yang kaya akan Si cenderung memperlihatkan
Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Selektifitas untuk K dan NH4+ tinggi
(Nanzyo, 2002).
Ferihidrit adalah mineral besi yang sekunder yang sangat penting pada
tanah Andisol. Ferihidrit bewarna kecoklatan pada horizon Bw. Penyerapan Si,
Fosfat atau bahan organik oleh ferihidrit memperlambat proses kristalisasi ke
bentuk geothit atau hematite. Jumlah ferihidrit dapat ditetapkan dengan
mengalikan tetapan 1.7 x Fe ekstrak oksalat (Nanzyo, 2002).
Mineral-mineral lain yang dijumpai ditanah andisol adalah Silika Opalin
baik yang pedogenik dan biogenik, tetapi mineral ini bersifat sementara atau
peralihan (transitory) dan tidak mempunyai peranan dalam pembentukan sifatsifat unik dari Andisol (Tan, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Sifat Kimia Tanah Andisol

Tanah debu vulkanis memperlihatkan cakupan karakteristik kimia yang
sangat signifikan mempengaruhi bahan induk dan tingkat pelapukan, dari
beberapa karaktersitik kimia bahan organik, Al dan Fe Aktif dan muatan variabel
merupakan bagian yang dominan meregulasi reaksi kimia yang terjadi di tanah
debu vulkanis (Nanzyo, dkk., 1993).
Humus sama halnya dengan liat nonkristalin menyumbangkan karakteristik
kimia dan fisika yang unik pada Andisol seperti muatan variabel, retensi fosfat
(reaksi antara kompleks Al dengan humus), bulk density yang rendah, agregasi
tanah yang stabil

dan lain sebagainya. Humus juga berperan penting dalam

penyediaan unsur hara, menopang air tersedia bagi tanaman, memperluas ruang
lingkup akar (Nanzyo, dkk., 1993).
Akumulasi humus pada tanah Andisol banyak terdapat pada horizon A dan
horizon A tertimbun (burried soil). Akumulasi humus yang tinggi ini

lalu

distabilkan oleh adanya ikatan kompleks dengan Al (khelasi), Kandungan
C-Organiknya yang tinggi

antara 0-200g/Kg sedangkan warna humus dan

distribusi vertikal dari C-Organik itu sendiri sangat tergantung pada vegetasi.
Semakin kebawah menuju ke horizon Bw suplai bahan organik semakin sedikit
(Kimble, dkk., 1999). Dalam berbagai kasus akumulasi humus hutan yang berada
dibawah

vegetasi

tanaman

C-4

akan

membentuk

epipedon

melanik

(Nanzyo, 2002) yang merupakan sifat yang sangat penting terhadap konsep
Kurokobudo (defenisi tanah Andisol terdahulu dijepang) (Nanzyo, dkk., 1993).

Universitas Sumatera Utara

Namun tidak semua horizon pada tanah andisol yang kaya akan humus
sangat hitam (nilai value dan chroma kurang dari sama dengan 2, pada keadaan
lembab). Andisol jenis Fulvik juga mengandung sejumlah humus tetapi tampak
bewarna coklat gelap, hal ini dikarenakan humus tersebut kaya akan asam fulvik
dan asam humik tipe P dengan tingkat humifikasi rendah (Nanzyo, dkk., 1993).
Dekomposisi humus pada tanah Andisol yang berasal dari Sumatera Utara
lebih didominasi oleh asam fulvik yang mencapai 41% sementara asam humiknya
hanya 18%, hal serupa juga telah dicobakan oleh Puteri et al (2003) untuk tanahtanah Andosol yang terdapat di Sumatera Barat yang mengandung humus asam
fulvik yang lebih banyak dari pada asam humiknya (Fiants, dkk., 2005).
Debu vulkanis juga menyumbangkan Al dan Fe yang larut, kemudian
membentuk kompleks stabil dengan bahan organik hasil pelapukan tanaman,
terakumulasi pada permukaan membentuk warna gelap atau coklat kegelapan
pada horizon A. Kompleks ini didominasi oleh fraksi halus (Kimble dkk, 1999).
Akumulasi dari Al dan Fe aktif ini merupakan karaktersitik yang sangat
penting terkait dengan konsep andisol, Al dan Fe aktif sangat berpengaruh kuat
tidak hanya pada keunikan sifat kimia dan fisika tanah andisol, tetapi juga
meliputi pada produkitifitas tanah ini, walapun Al dan Fe tidak saling bergabung
dengan komponen lain, Al dan Fe aktif muncul terutama sebagai mineral alofan,
imogolit, mineral liat Al/ Fe dan mineral Ferihidrit (Nanzyo, 2002).
Untuk mengukur Al dan Si didalam tanah yang terikat pada alofan dan
imogolit dapat digunakan larutan oksalat asam sedangkan larutan pyrofosfat
digunakan untuk melarutkan Al yang terikat dengan bahan organik kompleks
tetapi hampir tidak dapat melarutkan Si. Jika rasio dari ekstraksi Inorganik Al ke

Universitas Sumatera Utara

Si mendekati 2, ini artinya hampir keseluruhan Al anorganik yang terekstrak
dengan

larutan

oksalat

asam

mengandung

alofan

atau

imogolit

(Gustafsson, dkk., 1998). Alofan kaya Si adalah alofan dengan rasio Al:Si 1:1,
sedangkan Alofan kaya Al adalah alofan dengan rasio 2:1 yang lebih banyak
ditemukan pada tanah andisol, sedangkan Al:Si 1:1 tidak banyak ditemukan pada
tanah Andisol (Dahlgren, dkk., 1993).
Tanah-tanah vulkanik meretensi Fosfat yang tinggi lebih dari 85%. tes ini
telah menjadi kriteria untuk sifat tanah-tanah Andisol (Neal., 2008). Retensi
Fosfat yang demikian tinggi, sampai diatas 90% diperoleh dengan cara
Blakemore et al., (1987) yang dianjurkan oleh Taksonomi Tanah Amerika Serikat
(Tan, 1998).
Berbagai ahli-ahli tanah menganggap proses pertukaran ligan sebagai sebab
utama dari retensi fosfat didalam tanah Andisol (Tan, 1998). Pengikatan Fosfat
melibatkan pertukaran ligan atau disebut reaksi presipitasi. Ligan seperti OH-,
OH 2 , RCOO- lebih cenderung berikatan dengan Al dan Fe (Nanzyo, dkk., 1993).
Mineral-mineral liat oksida hidrous Al/Fe

selanjutnya dapat bereaksi cepat

dengan fosfat dan membentuk sederatan fosfat hidroksi yang sukar larut.
OH

OH

Al-OH+H 2 PO 4 ----------Al ---H 2 PO 4
OH

OH
(Tidak larut)

Ion Fosfat lalu bereaksi cepat dengan Al-Oktahedral dengan menggantikan gugus
OH yang terbentuk pada bidang permukaan mineral tanah tersebut, reaksi ini
terjadi pada kondisi massa (Munir, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Sementara Tan (1998) berpendapat bahwa retensi fosfat melalui reaksi
jembatan merupakan kemungkian yang lebih besar dari pada pertukaran ligan.
Reaksi jembatan itu menjamin keutuhan humus dalam bentuk khelat, hingga
resistensinya terhadap dekomposisi tidak akan menurun. Reaksi-reaksinya
mungkin diilustrasikan sebagai berikut :
(Humus-Al-Alofan-Al)+ H 2 PO 4 - --> humus-Al-Alofan-Al-H2PO4
Jembatan alofan

Jumlah Fosfat yang dapat diretensi dipengaruhi oleh pH tanah dan
kandungan Al dan Fe tanah yang bebas. Umumnya dapat dilihat bahwa retensi
fosfat akan menurun dengan meningkatnya pH dan retensi fosfat maksimum
dilaporkan terjadi pada pH 3-4 (Tan, 1998).
Tanah andisol umumnya digolongkan kedalam tanah-tanah yang bermuatan
listrik variabel. Jumlah muatan listrik menjadi permanen akibat subsitusi isomorf
(Tan, 1998), sedangkan komponen utama yang menyumbangkan muatan variabel
tersebut adalah liat alofanik dan humus. Koloid pada tanah andisol memiliki
tempat muatan negatif dari liat Alofanik dari SiO- dan mineral tipe 2:1
serta -COO-humus, sedangkan tempat muatan positifnya sendiri terdiri dari
=

AlOH 2 +, hidroksil polimer Al pada lapisan mineral tipe 2:1 dan =FeOH 2 + dari

Ferihidrit (Nanzyo, dkk., 1993).
Jumlah muatan variabel negatif dan positif tersebut tergantung pada pH dan
konsentrasi garam pada titik cair, jumlah muatan positif akan meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi garam dan menurunnya nilai pH. Muatan
variabel memiliki pH 0 yang lebih rendah dari pada horizon dibawah permukaan
karna tingginya bahan organik (Uehara and Gavin, 1982). Namun demikian pada

Universitas Sumatera Utara

horizon A yang mengandung mineral alofan, muatan positif muncul dibawa oleh
gugus karboksil dari humus, sedangkan pada humus non alofan pada horizon A
bermuatan negatif berkembang karena didominasi oleh mineral tipe 2:1. Muatan
negatif dan positif terjadi pada horizon Bw pada tanah-tanah andisol
(Nanzyo, 2002).

Tanah Berlereng

Tan (1998) menyatakan bahwa tanah Andisol banyak terdapat di daerah
bertopografi dataran rendah maupun berlereng sampai dipuncak gunung.
Perbedaan topografi mempengaruhi vegetasi dan iklim.
Secara

umum

berpengaruh terhadap

kemiringan

lereng

menurut

Hardjowigeno

(1993)

ketebalan solum tanah, ketebalan bahan organik pada

horizon A, kandungan air tanah, warna tanah, tingkat perkembangan horizon itu
sendiri, reaksi tanah, serta sifat dari bahan induk.
Sedangkan dari sudut topografi mikro Tan (1998) menyatakan, pengaruhnya
sudah terasa pada perbedaan drainase, pencucian (run off) serta tingkat erosi yang
dihasilkan. Pada daerah tertinggi umumnya berdrainase baik sedangkan pada
daerah berdepresi memiliki drainase yang buruk dan lebih sering basah. Andisol
yang berdrainase buruk akan mengandung banyak akumulasi humus serta
mempunyai epipedon melanik.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Dusun
Tongkoh Desa Daulat Rakyat Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo,
dengan ketinggian tempat
kordinat

1435 meter di atas permukaan laut

03o12’30.5”LU-03o12”31.7”LU

pada

dan 98o32’04.5”BT-98o32’04.2”BT

yang berjarak 60 kilometer dari kota Medan. Penelitian ini juga dilakukan di
Laboratorium

Kimia-Kesuburan

Tanah

Fakultas

Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan yang dilaksanakan pada bulan Januari 2009
sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah: Peta Lokasi
Penelitian skala 1:50.000 (lampiran 1), Peta Jenis Tanah skala 1:50.000
(lampiran 2), Peta Kemiringan Lereng skala 1:50.000 (lampiran 3), sampel tanah
pada 3 profil yang diambil tiap lapisan berdasarkan kemiringan lereng yang
berbeda serta bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium.
Alat yang digunakan adalah GPS, Klinometer, meteran, ring sample,
kantong plastik, kertas label, cangkul, sekop, tembilang, pisau pandu, kompas,
Munsell Soil Colour Chart, formulir isian profil, spidol permanen, alat tulis serta
sejumlah alat untuk analisis kimia tanah di laboratorium.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan dengan survey, meliputi pengamatan visual
dilakukan dengan cara mengamati setiap lapisan pada masing-masing profil,
disamping itu juga dilakukan pengamatan topografi dan lingkungan disekitar
profil serta pengumpulan data.

Kegiatan Di Lapangan
Pra-survei
Melakukan survei pendahuluan (pra-survei) untuk menentukan lokasi
pembuatan tiga profil pewakil berdasarkan tingkat kemiringan lereng yang
berbeda yang ditentukan dengan menggunakan Klinometer, yaitu :
P1 = Topografi landai-berombak (3-8%).
P2 = Topografi bergelombang-agak miring (8-15%).
P3 = Topografi miring-berbukit (15-30%).

Survei
Melakukan pengamatan visual tiap-tiap lapisan tanah pada 3 profil pada
kemiringan lereng berbeda dengan acuan buku Key to Soil Taxonomy 2006,
pengamatan bentang alam, topografi makro dan mikro serta lingkungan
disekitarnya yang dimasukkan pada formulir isian profil yang selanjutnya
dideskripsikan. Pengambilan sampel contoh tanah dilakukan pada setiap lapisan
pada profil tanah untuk analisis kimia tanah.

Universitas Sumatera Utara

Analisa Laboratorium
Analisa laboratorium yaitu dengan mengamati :
1. Analisa pH H 2 O untuk menentukan kemasaman aktual tanah dengan
menggunakan alat pH-meter metode Elektrometri.
2. Analisa pH NaF sebagai indikator ada tidaknya bahan andik pada tanah
dengan menggunakan alat pH-meter metode Elektrometri.
3. Analisa Kapasitas Tukar Kation Tanah (KTK-Tanah) dengan ekstraksi
NH 4 Oac (pH 7).
4. Analisa C-Organik metode Walkley & Black.
5. Analisa Retensi Fosfat metode Blakemore.
6. Analisa Muatan Titik Nol (Zero Point of Charge=ZPC)

metode Salt

Titration.
7. Analisa Al-ekstrak oksalat asam untuk menganalisa bentuk anorganik dan
Oganik Al kompleks.
8. Analisa Si-ekstrak oksalat asam untuk menganalisa Si.
9. Analisa Fe-ekstrak oksalat asam untuk menganalisa bentuk anorganik dan
Oganik Fe- kompleks.
10. Analisa Al-ekstrak pyrofosfat untuk menganalisa Fe dan Al Organik
kompleks dari tanah.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Profil Andisol di TAHURA

Penggalian profil tanah dilakukan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan,
Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Tanah Karo pada ketinggian 1475 meter
sampai 1498 meter diatas permukaan laut. Profil tanah. Dimana profil dibuat pada
tiga kemiringan lereng berbeda. Profil pertama dibuat pada kemiringan lereng 6%,
kemudian profil ke-2 dibuat pada kemiringan lereng 12%, serta profil ke-3 dibuat
pada kemiringan lereng 17%. Berikut disajikan gambar 1: Skema pembuatan
profil tanah pada 3 kemiringan lereng berbeda.

Profil 3 (kemiringan 17%)

Profil 2 (kemiringan 12%)
Profil 1 (kemiringan 6%)

Barat

Eksposisi

Timur

Gambar 1: Skema Pembuatan Profil Tanah Pada 3 Kemiringan lereng Berbeda.

Adapun vegetasi pada daerah pembuatan lubang profil adalah Pada profil 1
adalah Tanaman Hutan Pinus dan tanaman Pakis-pakisan, pada profil 2 adalah
Hutan Pinus dan tanaman Pakis-pakisan serta pada profil 3 adalah Hutan Pinus
dan tanaman Pakis-pakisan serta spesifik lelumutan.

Universitas Sumatera Utara

Profil 1
Lokasi

: Taman Hutan Raya, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo

Kode

: Profil 1 (Topografi landai-berombak)

Kordinat

: N 03o12’30,5” – E 098o32’04,5”

Klasifikasi

: Hapludands

Fisiografi

: Aluvial Fan

Ketinggian Lokasi

: 1475 meter diatas permukaan laut

Kedalaman Efektif

: 90 cm

Penggunaan Lahan

: Hutan Pinus, Semak, Pakis

Bahan Induk

: Andesit Dasit

HorizonPenciri

: Epipedon Okrik, Horizon Bawah Penciri Kambik

Tanggal

: 18 November 2008

Horizon
O

Kedalaman (cm)
0-12 cm

Sifat Morfologi
Hitam Kecoklatan (7,5 YR 2/2), liat berdebu,
struktur remah sangat halus lemah,konsistensi
sangat gembur, perakaran halus banyak,
perakaran sedang banyak, perakaran kasar
banyak, batas lapisan tajam ,batas topografi
berombak.

Ah1

12-20 cm

Coklat gelap (7,5 YR 3/4), berdebu, struktur
gumpal bersudut sedang sedang, konsistensi
teguh, perakaran halus sedang, perakaran sedang
sedang, perakaran kasar sedang, batas lapisan
nyata , batas topografi berombak

Ah2

20-59 cm

Coklat muda (7,5 YR 5/6), Lempung berdebu,
struktur gumpal bersudut sedang sedang,
konsistensi teguh, perakaran halus sedikit,
perakaran sedang sedang, perakaran kasar
sedang, batas lapisan nyata, batas topografi
berombak.

Ah3

59-90 cm

Coklat muda (7,5 YR 5/6), pasir berdebu, struktur
gumpal bersudut sedang sedang, konsistensi
teguh, perakaran sedang banyak, perakaran kasar
banyak, batas lapisan nyata, batas topografi
berombak

BC

>90 cm

Orange (7,5 YR 6/8), pasir berdebu, struktur
gumpul bersudut sedang sedang, konsistensi
teguh, perakaran halus sedikit, perakaran kasar
banyak, batas lapisan
nyata, Batas topografi
berombak

Universitas Sumatera Utara

Secara umum tanah-tanah andisol digambarkan sebagai tanah-tanah yang
gembur, ringan dan porous. Adapun jenis tanah yang ditemukan didaerah Taman
Hutan Raya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo adalah jenis tanah Andisol.
Hal ini dibuktikan dari pengamatan 3 profil tanah dilapangan. Pengamatan
dilakukan pada 3 kemiringan lereng
berbeda.
Rangkaian horizon pada profil 1
adalah O, Ah1, Ah2, Ah3 dan BC.
Dimana pada setiap horizon memiliki
warna, tekstur dan konsistensi yang
berbeda. perbedaan warna tampak jelas
dari horizon O ke Ah1 yang lebih gelap
dan hampir cenderung ke warna melanik.
Sifat

Andik

mulai

ditemui

pada

kedalaman 10 sampai 90 cm, sifat ini
ditandai dengan rasa smeri bila dipirit
dengan tangan.

Pada horizon Ah1

Gambar 2: Profil 1 Tanah Andisol

banyak ditemui batuan kecil dan semakin kebawah horizonnya jumlah batuan
besar lebih banyak ditemukan. Adapun bahan induk pada profil 1 diatas adalah
Andesit dasit, sementara kriteria sifat andik menurut Soil Survey Staff (2006)
adalah tanah yang memiliki ketebalan sifat andik 60% atau lebih bila : 1) terdapat
dalam 60 cm dari permukaan mineral sehingga tanah ini memenuhi syarat untuk
ditetapkan sebagai tanah Andisol.

Universitas Sumatera Utara

Profil 2
Lokasi

: Taman Hutan Raya, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo

Kode

: Profil 2 (bergelombang-agak miring)

Kordinat

: N 03o12’31,2” – E 098o32’04,3”

Klasifikasi

: Hapludands

Fisiografi

: Aluvial Fan

Ketinggian Lokasi

: 1485 meter diatas permukaan laut

Kedalaman Efektif

: 98 cm

Penggunaan Lahan

: Hutan Pinus, Semak, Pakis

Bahan Induk

: Andesit Dasit

Horizon Penciri

: Epipedon Okrik, Horizon Bawah Penciri Kambik

Tanggal

: 18 November 2008

Horizon

Sifat Morfologi

O

Kedalaman
(cm)
0-10 cm

Ah1

10-34 cm

Coklat gelap kemerahan (5 YR 3/2), liat
berdebu, struktur remah halus lemah,
konsistensi gembur, perakaran halus banyak,
perakaran sedang sedang, perakaran kasar
sedikit, batas lapisan angsur, batas topografi
lurus

Ah2

34-50 cm

Coklat muda (7,5 YR 3/2), liat berdebu, struktur
gumpal sudut sedang lemah, konsistensi
gembur, perakaran halus sedikit, perakaran
sedang sedikit, perakaran kasar sedikit, batas
lapisan angsur, batas topografi berombak.

Bw1

50-98 cm

Coklat kekuningan (10 YR 6/6), pasir berdebu,
struktur bergumpal sedang sedang, konsistensi
teguh, perakaran halus sedikit, perakaran
sedang sedikit, perakaran kasar sedikit, batas
lapisan baur, batas topografi lurus

Bw2

>98 cm

Coklat agak kekuningan (10 YR 6/6), pasir
berdebu, struktur gumpal sedang sedang,
konsistensi teguh, perakaran halus sedikit,
perakaran sedang sedikit, perakaran kasar
sedikit, batas lapisan baur, batas topografi lurus

Hitam kecoklatan (5 YR 3/1), liat berdebu,
struktur remah halus lemah, konsistensi
gembur, perakaran halus banyak, perakaran
sedang banyak, perakaran kasar banyak, batas
lapisan angsur, batas topografi berombak

Universitas Sumatera Utara

Andisol bukanlah tanah yang hanya ditetapkan dengan warnanya yang
hitam. Beberapa andisol memiliki warna yang lebih terang. Warna terang ini
umumnya mengarah kewarna kecoklatan atau coklat kemerahan. Tanah-tanah
seperti ini umumnya banyak ditemui pada
kawasan

hutan

dipegunungan

yang

iklimnya tidak terlalu ekstrim, sehingga
penyebab
organik

proses
yang

dekomposisi
menyebabkan

bahan
warna

melanik pada horizon O dan beberapa Ah
sangat

lambat

terjadi,

bahkan

tidak

memungkinkan terjadi. Pada profil 2
memperlihatkan horizon O yang lebih
bewarna terang dan lebih padat dari pada
profil pertama. Dimana serasah masih
berbentuk, juga pada profi ini tidak
banyak ditemui batuan, berukuran kecil
maupun besar. Profil 2 lebih dalam dari
pada profil 1. Profil ini dibuat pada
Gambar 3: Profil 2 Tanah Andisol

Kemiringan lereng 17%. Rangkaian horizon pada profil 2 adalah O, Ah1, Ah2,
Bw1, Bw2. Sifat andik sendiri ditemukan pada kedalaman 7 cm sampai 134 cm.
Pada lapisan bawah tidak ditemui adanya genangan air. Adapun bahan induk
pada profil 2 diatas adalah Andesit dasit. sehingga tanah ini memenuhi syarat
untuk ditetapkan sebagai tanah Andisol.

Universitas Sumatera Utara

Profil 3
Lokasi

: Taman Hutan Raya, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo

Kode

: Profil 3 (Topografi miring-berbukit)

Kordinat

: N 03o12’31,7” – E 098o32’04,2”

Klasifikasi

: Hapludands

Fisiografi

: Aluvial Fan

Ketinggian Lokasi

: 1498 meter diatas permukaan laut

Kedalaman Efektif

: 143 cm

Penggunaan Lahan

: Hutan Pinus, Semak, Pakis

Bahan Induk

: Andesit Dasit

Horizon Penciri

: Epipedon Umbrik, Horizon Bawah Penciri Kambik

Tanggal

: 18 November 2008

Horizon
O

Kedalaman
0-32 cm

Sifat Morfologi
Hitam kecoklatan (7,5 YR 2/3), Liat berdebu, struktur remah
halus lemah, konsistensi gembur, perakaran halus banyak,
perakaran sedang sedang,perakaran kasar sedang, batas
lapisan angsur, batas topografi berombak

Ah1

32-55 cm

Coklat muda (7,5 YR 5/6), liat berdebu, struktur remah
halus lemah, konsistensi gembur, perakaran halus sedang,
perakaran sedang sedikit, batas lapisan nyata, bats
topografi berombak

Ah2

55-78 cm

Coklat muda kekuningan (10 YR 6/6), pasir berdebu,
gumpal bersudut sedang lemah,konsistensi sangat teguh,
perakaran halus sedang, perakaran sedang sedikit,
perakaran kasar sedikit, batas lapisan nyata , batas
topografi berombak

Bw1

78-123 cm

Orange (7,5 YR 6/8), pasir berdebu, struktur gumpal
bersudut sedang lemah, konsistensi gembur, perakaran
halus sedikit, perakaran sedang sedikit, perakaran kasar
sedikit, batas lapisan baur, batas topografi ombak

Bw2

123-142 cm

Orange (12,5 YR 6/6), pasir berdebu, struktur gumpal
bersudut besar sedang, konsistensi teguh, perakaran halus
sedikit, perakaran sedang sedikit, perakaran kasar sedikit,
batas lapisan baur, batas topografi ombak

Bw3

>143 cm

Coklat muda kekuningan (10 YR 7/6), pasir berdebu,
struktur gumpal besar kuat, konsistensi sangat teguh,
perakaran kasar sedikit, batas lapisan nyata, batas topografi
berombak

Universitas Sumatera Utara

Profil 3 terletak pada kemiringan 17%. Profil ini memiliki rangkaian
horizon O, Ah1, Ah2, Bw1, Bw2, Bw3. Horizon O pada profil ini cenderung lebih
tebal dari pada kedua profil sebelumnya, yaitu berkisar 32 cm. Dimana pada
setiap horizon memiliki warna, tekstur dan konsistensi yang berbeda. perbedaan
warna tampak jelas dari horizon O ke
Ah1 yang lebih gelap. Sedangkan dari
Ah1 ke Ah2, perubahan warna lebih
terang.

Horizon

disebabkan

oleh

Ah2

lebih

eluviasi,

terang

sehingga

material berupa bahan organik ataupun
basa-basa terbawa kelapisan Bw1 dan
yang tertinggal bisa saja hanya silika
dan beberapa mineral liat lain.
Pemadatan lebih cenderung terjadi
pada horizon Bw, hal ini dikarenakan
horizon Bw adalah horizon Iluviasi.
Warna pada horizon Bw sendiri lebih
merah dari pada warna dibawahnya
Gambar 4: Profil 3 Tanah Andisol

yang lebih cenderung kekuningan. Sedangkan sifat andik pada profil ini
ditemukan pada kedalaman 13 cm sampai 166 cm, bahan induk pada profil ini
termasuk Andesit dasit sehingga tanah pada kemiringan 17% ini termasuk tanah
Andisol.

Universitas Sumatera Utara

pH H 2 O dan pH NaF
Kemasaman didalam tanah dapat dihitung berdasarkan kedudukan ion H+.
Kemasaman aktual diukur dengan pH meter. Kriteria pH tanah Andisol Taman
Hutan Raya menurut BPP Medan, 1982 termasuk kriteria masam (pH 4.5-5.5).
Pengukuran pH NaF merupakan metode yang konvensional dan sederhana
untuk menguj