Diagnosa Penyakit Autoimun Diagnosa Tumor

Bidang periodontologi juga menggunakan saliva untuk mendiagnosa penyakit periodontal dan resiko terjadinya karies. 8

3.2.1. Diagnosa Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun disebabkan kegagalan sistem imun berfungsi dengan baik dan menyebabkan kerusakan organ pada penderita. Salah satu contoh penyakit autoimun adalah sindroma Sjögren dengan karateristik disfungsi kelenjar lakrimal dan saliva, abnormalitas serologi, dan perubahan sistem organ. 9 Sindroma ini menyebabkan penurunan sekresi kelenjar saliva atau hiposalivasi yang menyebabkan susah menelan dan bicara. Mukosa oral menjadi kering dan berwarna kemerah-merahan. Kadar serum sitokin dalam saliva digunakan untuk mendiagnosa dan didapati kenaikan interleukin 2 IL-2 dan interleukin 6 IL-6 pada penderita sindroma Sjögren. Akhir-akhir ini analisa protein saliva juga digunakan untuk mendiagnosa sindroma Sjögren dan didapati adanya kenaikan kadar laktoferin, beta 2 mikroglobulin, lisozim C, sistatin C dan penurunan amilase saliva. 4 Glandula parotis adalah kelenjar saliva pertama yang diserang pada penderita sindroma Sjögren, maka kebanyakan analisa penyakit menggunakan sekresi saliva pada kelenjar ini. Didapati bahwa konsentrasi protein dan ion Na + bertambah tetapi konsentrasi ion K + dan fosfat tidak berubah. Semua penderita sindroma ini mempunyai pertumbuhan kandida sekunder. Penanggulangannya adalah dengan pemberian Daktarine, Nystatine atau Fungizone yang akan mengurangkan keluhan rasa sakit. Selain itu, timbul juga peningkatan kerentanan Universitas Sumatera Utara terhadap karies yang akan menyebabkan terbentuknya lesi pada serviks gigi. Aplikasi fluoride diberikan sebagai penanggulangannya. 2

3.2.2. Diagnosa Tumor

Kanker payudara merupakan tumor ganas yang pertama sekali dideteksi menggunakan biomaker protein. Level CA 15-3 dan produk protein onkogen c- erbB-2 yang juga dikenal sebagai HER-2neu dijumpai meningkat pada penderita kanker payudara. 4,10 Faktor Pertumbuhan Epidermal EGF yang terdapat dalam saliva didapati lebih tinggi pada saliva wanita penderita kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak menderita penyakit ini. Penelitian oleh Di-Xia, Schwartz dan Fan-Qin pada tahun 1990 mendapati saliva mengandungi CA 125 yaitu glikoprotein kompleks yang selalu digunakan untuk mendeteksi kanker ovari. Peningkatan level CA 125 yang signifikan dijumpai pada wanita yang menderita kanker ovari dibandingkan dengan wanita yang sehat. 4,9 Penelitian oleh Boyle pada tahun 1994 mendapati bahwa protein saliva p53 dapat digunakan sebagai biomaker untuk mendeteksi karsinoma sel skuamosa dengan metode Polimerase Chain reaction PCR. Jenzano, Brown dan Mauriello pada tahun 1987 melaporkan penggunaan kallikrein dalam saliva untuk mendeteksi tumor ganas. 9,13 Bagi bidang penyakit mulut, kegunaan saliva dalam mendiagnosa tumor tidak hanya untuk mendeteksi kanker mulut saja tetapi juga telah membuka jalan untuk mendiagnosa tumor yang terjadi pada saluran pernafasan. Pada perokok, sel epitelial pada saluran ini bermula dari rongga mulut sampai ke alveolus telah berubah menjadi sel kanker. Analisa dapat dijalankan dengan mengambil jaringan Universitas Sumatera Utara epitelial pada saliva di dalam rongga mulut untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kanker paru. 6 Kanker pada saluran pencernaan dapat dideteksi dengan mengukur kadar nitrat di dalam saliva. Kadar nitrat meningkat jika terjadi tumor karsinoma pada saluran pencernaan yaitu lambung dan hati. 12

3.2.3. Diagnosa Penyakit Kardiovaskular