epitelial pada saliva di dalam rongga mulut untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kanker paru.
6
Kanker pada saluran pencernaan dapat dideteksi dengan mengukur kadar nitrat di dalam saliva. Kadar nitrat meningkat jika terjadi tumor
karsinoma pada saluran pencernaan yaitu lambung dan hati.
12
3.2.3. Diagnosa Penyakit Kardiovaskular
Diagnosa penyakit hipertensi dapat ditegakkan dengan mengukur kadar sekresi saliva. Pasien hipertensi menunjukkan gejala hiposalivasi yaitu penurunan
sekresi saliva.
8
Penyakit kardiovaskular dapat dideteksi dengan mendiagnosa enzim α-Amilase yang ada dalam saliva.
Enzim ini dapat digunakan untuk pasien yang menjalani pengobatan lanjutan selepas operasi kardiovaskular. Pemeriksaan
enzim amilase dalam saliva dilakukan sebelum dan sesudah operasi dijalankan. Hasilnya didapati jika adanya penurunan enzim ini sebelum operasi untuk pasien
dengan aneurisma aorta yang pecah ruptured aortic aneurysm, maka resiko kematian akan meningkat.
9
3.2.4. Diagnosa Obat-obatan.
Pemeriksaan obat-obatan dengan menggunakan saliva sudah digunakan, saliva dapat digunakan untuk memonitor atau mendeteksi amfetamin, barbiturat,
benzodiazepin, cannabis, marijuana, kokain, nikotin, heroin, morfin dan kodein.
11,15
Amfetamin di dalam saliva adalah hasil metabolisme methamfetamin dan dapat dijumpai di dalam saliva sesudah mencapai konsentrasi tertentu dalam
plasma darah. Barbiturat adalah obat yang diberikan secara oral untuk
Universitas Sumatera Utara
menghilangkan keadaan konvulsif dalam pemberian anestesi. Konsentasi barbiturat yang tinggi dapat dijumpai dalam saliva setelah 1 jam pemberiannya.
Benzodiazepin dapat dijumpai dalam saliva setelah 45 menit pemberiannya. Cannabis dan marijuana adalah bahan psikoaktif yang masuk ke dalam tubuh
melalui aktivitas merokok. Marijuana dapat dideteksi dalam saliva sekitar 30 menit setelah menghirup asap rokok.
Kokain berperan sebagai anestesi lokal dan dapat dijumpai dalam saliva setelah 1jam pemberiannya secara intranasal.
4
Indikator kebiasaan merokok pada perokok aktif atau pasif dapat diketahui dengan dijumpainya tiosianat di dalam saliva.
8
3.2.5. Diagnosa Penyakit yang Menular
Kegunaan saliva sebagai aplikasi diagnostik sangat berguna dalam mendiagnosa penyakit yang menular. Human immunodeficiency virus HIV,
virus hepatisis B HBV dan virus hepatisis C HCV adalah beberapa penyakit yang dapat dideteksi melalui saliva.
6
Saliva dapat digunakan untuk mendiagnosa adanya infeksi dari bakteri Helicobacter pylori yang berperan sebagai patogen terjadinya peptic ulcer dan
faktor resiko penyebab karsinoma dan limfoma. Metode PCR digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik bakteri Helicobacter pylori di dalam saliva dan
memastikan adanya infeksi akibat bakteri ini pada pasien. Selain itu, resiko terjadinya gastric adenocarcinoma juga dapat diketahui dengan mendeteksi
adanya infeksi bakteri Helicobacter pylori melalui pemeriksaan antibodi di dalam saliva. Metode PCR juga dapat digunakan untuk mendeteksi bakteri penyebab
penyakit paru-paru Mycobacterium tuberculosis yang ada dalam saliva. RNA
Universitas Sumatera Utara
yang dijumpai dalam saliva dapat berperan sebagi penanda untuk mendeteksi bakteri Streptococcal pneumonia.
4
Pemeriksaan infeksi akibat virus human immunodeficiency virus HIV adalah bukti terbaik pentingnya penggunaan saliva untuk mendiagnosa penyakit
yang berjangkit.
16
Pemeriksaan ini dapat dijalankan menggunakan teknik fluoresensi enzim atau metode ELISA yang dikombinasikan dengan Western Blot
Assays. Hasilnya lebih baik dibandingkan pemeriksaan menggunakan darah dan urin karena menunjukkan spesifisitas dan sensitivitas yang lebih baik. Selain itu,
saliva juga dapat digunakan untuk memeriksa beta2 mikroglobulin danatau level faktor α-reseptor tumor nekrosis yang menunjukkan aktivitas virus HIV pada
pasien. Identifikasi dan deteksi virus di dalam saliva dengan menggunakan metode PCR telah menjadi metode standard sekarang. Metode ini dapat
digunakan untuk mendeteksi bermacam-macam jenis virus misalnya HPV 8. Ini menjadi bukti penyebaran virus HPV secara non seksual melalui saliva atau
hidung dengan terdeteksi virus ini di dalam saliva dan cairan hidung. Saliva juga
dapat digunakan untuk mendiagnosa virus sitomegali CMV, HPV 6, 7 dan 8 dengan menggunakan metode PCR ini.
4
3.2.6. Diagnosa Sistem Endokrin