Uji Ketahanan Beberapa klon IRR seri 400 Tanaman Karet (Havea brasiliensis) terhadap Isolat Corynesprora cassiicola dan toksin Cassiicolin. (Berk & Curt.) di Laboratorium
UJI KETAHANAN BEBERAPA KLON IRR SERI 400
TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)
TERHADAP ISOLAT Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.)
DAN TOKSIN CASSIICOLIN DI LABORATORIUM
SKRIPSI
JEFFRI VAN HANSEN GURNING 060302024
HPT
DEPERTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
UJI KETAHANAN BEBERAPA KLON IRR SERI 400
TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)
TERHADAP ISOLAT Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.)
DAN TOKSIN CASSIICOLIN DI LABORATORIUM
SKRIPSI
JEFFRI VAN HANSEN GURNING 060302024
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui oleh: Komisi pembimbing
(Ir. Lahmuddin Lubis, MP) (Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr)
Ketua Anggota
DEPERTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
2011
ABSTRACT
Jeffri Van Hansen Gurning, "Resistance Test of Some Clones IRR 400 series rubber plant (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Against Isolates
Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) And Cassiicolin Toxin at the
Laboratory.", Is under supervised by Ir. Lahmuddin Lubis, MP and Ir.Mukhtar Pinem Iskandar, M. Agr. This research aimed to know the resistance of some clones IRR 400 series rubber plants of spray Corynespora cassiicola spores and cossiicolin toxin in the laboratory. This research was done in the Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Sungai Putih Kec. Galang, Kabupaten Deli Serdang at an altitude of 80 m above sea level and runs from March to April 2011. This reseach use complete randomized design, this research use 18 treatments and 3 replication.
The research result showed the highest intensity of the attacks is K3 (IRR
404), K6 (IRR 407), K8 (IRR 411), K9 (IRR 412), K10 (IRR 414), K11 (IRR418), and K15 (IRR 423) amounting to 10.02%. While the lowest found on the K16 (RRIC 100) and K17 (BPM 1) is 3.60%. The highest is K9 (IRR 412) with 6:32% and the lowest found in K7 (IRR 409) is 3.82%. Based on the classification of these clones there are resistant clones are RRIC 100 BPM 1, which is rather resistant clones is the IRR 409 and PB 260, moderate clones IRR 402, IRR 420, IRR 422, which is rather susceptible clones are IRR 400, IRR 405, IRR 406, IRR 419 while the susceptible clones are IRR 404, IRR 407, IRR 411, IRR 412, IRR 414, IRR 418 and IRR 423.
(4)
ABSTRAK
Jeffri Van Hansen Gurning, “ Uji Ketahanan Beberapa klon IRR seri 400 Tanaman Karet (Havea brasiliensis) terhadap Isolat Corynesprora cassiicola dan toksin Cassiicolin. (Berk & Curt.) di Laboratorium” dibawah bimbingan Ir. Lahmuddin Lubis, MP dan Ir. Mukhtar Iskansdar Pinem M. Agr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resistensi beberapa klon IRR 400 tanaman karet melalui semprot spora Corynespora cassiicola dan toksin Cassiicolin di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Sungai Putih Kec. Galang, Kabupaten Deli Serdang pada ketinggian 80 m diatas permukaan laut dan dilaksanakan mulai Maret sampai April 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lengkap. This research use 18 perlakuan dan 3 ulangan.
Penelitian ini menunjukkan intensitas serangan tertinggi adalah K3 (IR 404), K6 (IRR 407), K8 (IRR 411), K9 (IRR 412), K10 (IRR 414), K11 (IRR418), dan K15 (IRR 423) sebesar 10.02% sedangkan yang terendah adalah K16 (RRIC 100) dan K17 (BPM 1) sebesar 3.60%. Berdasarkan klasifikasi RRIC 100 dan BPM 1 adalah klon yang resiten, sedangkan IRR 409 dan PB 260 agak resisten, klon yang moderat adalah IRR 402, IRR 420, IRR 422, klon agak rentan adalah IRR 400, IRR 405, IRR 406, IRR 419. Sedangkan klon yang rentan adalah IRR 404, IRR 407, IRR 411, IRR 412, IRR 414, IRR 418 dan IRR 423.
(5)
RIWAYAT HIDUP
Jeffri Van Hansen Gurning lahir pada tanggal 6 Juni 1988 di P. Siantar.
Anak pertama dari empat bersaudara dari ayahanda T. Gurning dan Ibunda R. br
Manurung.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
Lulus dari Sekolah Dasar Methodist Berastagi pada tahun 2000
Lulus dari SLTP. Negeri 2 Berastagi Pada Tahun 2003.
Lulus dari SMA Negeri 1 Berastagi Pada Tahun 2006.
Pada tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur
SPMP.
Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu:
Anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun
2006-2011.
Asisten Hama Hutan pada tahun 2009
Asisten Dasar Perlindungan Hutan pada tahun 2009-2010.
Asisten Pestisida dan Teknik Aplikasi pada tahun 2011.
Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN 3, Kebun
Bangun, Pematang Siantar pada tahun 2010.
Melaksanakan penelitian skripsi Balai Penelitian Sungai Putih Kec.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan Rahmat Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat
waktu.
Adapun judul dari skripsi saya adalah “UJI KETAHANAN BEBERAPA
KLON IRR SERI 400 TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) TERHADAP ISOLAT Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) DAN TOKSIN CASSIICOLIN DI LABORATORIUM.” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir. Lahmuddin Lubis MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Mukhtar
Iskandar Pinem, M.Agr selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak
memberikasn saran dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.
Medan, Juni 2011
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit ... 4
Gejala Serangan ... 6
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ... 8
Iklim/Cuaca ... 8
Ketinggian Tempat ... 9
Kesuburan Tanah ... 10
Pengendalian Penyakit ... 10
Klon Pembanding ... 12
BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan Dan Alat ... 13
Metoda Penelitian ... 14
Pelaksanaan Penelitian... 15
Penyiapan Bahan Tanaman ... 15
Isolasi Patogen C. cassiicola ... 15
Penyiapan Spora Jamur ... 16
Pembuatan Media Perbanyakan Toksin ... 19
Pembuatan Toksin ... 20
Penentuan Konsentrasi Toksin ... 21
(8)
Uji Semprot Spora ... 22
Uji Toksin Cassiicolin ... 22
Parameter Pengamatan... 22
I. Uji Semprot Spora ... 22
II.Uji Toksin Cassiicolin ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25
Intensitas Serangan C. casiicola pada Uji Semprot Spora. ... 25
Klasifikasi Penilaian serangan C.cassiicola ... 29
Pembahasan ... 30
Intensitas Serangan C. casiicola pada Uji Semprot Spora ... 30
Uji Toksin Cassiicolin... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33
Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR GAMBAR
No Keterrangan
Hlm
1. Miselium serangan murni C. cassiicola (Berk.& Curt.) Wei. 5
2. Gejala serangan murni C. cassiicola (Berk.& Curt.) Wei 7
yang terserang penyakit
3. Biakan murni C. cassiicola (Berk.& Curt.) Wei. 16
4. Haemocytometer 17
5. Histogram Intensitas serangan C. cassiicola (%) 2-8 hsi pada Uji
(10)
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hlm
1. Komposisi Pembuatan Media Perbanyakan Toksin 19
2. Uji Beda Rataan Serangan C. cassiicola (%) pada Perlakuan 25
Uji Semprot Spora pada Waktu Pengamatan 8 hsi .
3. Uji Beda Rataan pada Uji Toksin Cassiicolin 28
.
(11)
2011
ABSTRACT
Jeffri Van Hansen Gurning, "Resistance Test of Some Clones IRR 400 series rubber plant (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Against Isolates
Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) And Cassiicolin Toxin at the
Laboratory.", Is under supervised by Ir. Lahmuddin Lubis, MP and Ir.Mukhtar Pinem Iskandar, M. Agr. This research aimed to know the resistance of some clones IRR 400 series rubber plants of spray Corynespora cassiicola spores and cossiicolin toxin in the laboratory. This research was done in the Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Sungai Putih Kec. Galang, Kabupaten Deli Serdang at an altitude of 80 m above sea level and runs from March to April 2011. This reseach use complete randomized design, this research use 18 treatments and 3 replication.
The research result showed the highest intensity of the attacks is K3 (IRR
404), K6 (IRR 407), K8 (IRR 411), K9 (IRR 412), K10 (IRR 414), K11 (IRR418), and K15 (IRR 423) amounting to 10.02%. While the lowest found on the K16 (RRIC 100) and K17 (BPM 1) is 3.60%. The highest is K9 (IRR 412) with 6:32% and the lowest found in K7 (IRR 409) is 3.82%. Based on the classification of these clones there are resistant clones are RRIC 100 BPM 1, which is rather resistant clones is the IRR 409 and PB 260, moderate clones IRR 402, IRR 420, IRR 422, which is rather susceptible clones are IRR 400, IRR 405, IRR 406, IRR 419 while the susceptible clones are IRR 404, IRR 407, IRR 411, IRR 412, IRR 414, IRR 418 and IRR 423.
(12)
ABSTRAK
Jeffri Van Hansen Gurning, “ Uji Ketahanan Beberapa klon IRR seri 400 Tanaman Karet (Havea brasiliensis) terhadap Isolat Corynesprora cassiicola dan toksin Cassiicolin. (Berk & Curt.) di Laboratorium” dibawah bimbingan Ir. Lahmuddin Lubis, MP dan Ir. Mukhtar Iskansdar Pinem M. Agr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resistensi beberapa klon IRR 400 tanaman karet melalui semprot spora Corynespora cassiicola dan toksin Cassiicolin di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Sungai Putih Kec. Galang, Kabupaten Deli Serdang pada ketinggian 80 m diatas permukaan laut dan dilaksanakan mulai Maret sampai April 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lengkap. This research use 18 perlakuan dan 3 ulangan.
Penelitian ini menunjukkan intensitas serangan tertinggi adalah K3 (IR 404), K6 (IRR 407), K8 (IRR 411), K9 (IRR 412), K10 (IRR 414), K11 (IRR418), dan K15 (IRR 423) sebesar 10.02% sedangkan yang terendah adalah K16 (RRIC 100) dan K17 (BPM 1) sebesar 3.60%. Berdasarkan klasifikasi RRIC 100 dan BPM 1 adalah klon yang resiten, sedangkan IRR 409 dan PB 260 agak resisten, klon yang moderat adalah IRR 402, IRR 420, IRR 422, klon agak rentan adalah IRR 400, IRR 405, IRR 406, IRR 419. Sedangkan klon yang rentan adalah IRR 404, IRR 407, IRR 411, IRR 412, IRR 414, IRR 418 dan IRR 423.
(13)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak berabad-abad lalu karet telah dikenal dan digunakan secara
tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil, Amerika Selatan.
Akan tetapi meskipun telah diketahui penggunaanya oleh Colombus dalam
pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-15 dan bahkan oleh
penjelajah-penjelajah berikutnya pada abad ke-16, sampai saat itu karet masih
belum menarik perhatian orang-orang Eropa (Setyamidjaja, 1993).
Penyakit Corynespora menyebabkan pengguguran daun yang terus
menerus terutama jika patogen menyerang pada periode pembentukan daun muda
setelah gugur daun alami. Pembentukan daun baru yang berulang-ulang
menyebabkan mati pucuk terutama pada tanaman muda. Pada tanaman dewasa
(telah disadap), pembentukan daun muda yang jelek yang disebabkan oleh
penyakit gugur daun sering kali menyebabkan stress fisiologi, menyebabkan
kehilangan hasil lateks sampai kematian (Achuo et al.,2001).
Penyakit gugur daun Corynespora (PGDC) pada tanaman karet disebabkan
oleh cendawan Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. PGDC merupakan
salah satu penyakit penting di Indonesia dan negara-negara produsen karet alam
lainnya (Hadi, 2008).
PGDC dapat menyerang tanaman karet pada semua tingkatan umur, baik
pada pembibitan, kebun entres maupun kebun produksi. Penyakit ini sangat
merugikan karena menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan penurunan
(14)
menimbulkan kerugian yang yang lebih besar, karena dapat menimbulkan
kematian pohon (Hadi, 2008).
C. cassiicola memproduksi banyak ras dan mampu hidup pada berbagai
tumbuhan dan klon karet dan berbagai kondisi lingkungan. Dengan kemampuan
tersebut patogen dapat mengakibatkan kerusakan berat atau mematahkan
resistensi tanaman. Beberapa laporan menunjukkan bahwa selama 1980-1996,
patogen tersebut telah mengakibatkan kerusakan pada 34 klon karet di perkebunan
karet dunia termasuk Indonesia. Klon karet resisten yang ditanam sekarang ini
diperkirakan akan mengalami kerusakan oleh ras patogen yang timbul di masa
yang akan datang. Mengingat bahaya tersebut, telah dilakukan berbagai penelitian
tentang virulensi ras patogen dan resistensi klon karet terhadap patogen tersebut di
Indonesia (Situmorang dkk, 2001).
Di Indonesia penyakit gugur daun Corynespora pertama kali ditemukan
pada tahun 1980 di kebun percobaan Sembawa, Propinsi Sumatera Selatan
(Sinulingga dkk, 1996). C. cassiicola telah membentuk berbagai ras dengan
patogenitas yang cukup bervariasi. Ras patogen ini terdiri dari tiga kelompok
besar yaitu : 1. ras yang beradaptasi terhadap kondisi geografis, 2. ras yang
beradaptasi terhadap tumbuhan inang selain karet dan, 3. ras yang beradaptasi
dengan klon karet. Ras kelompok pertama dan ke tiga termasuk ras yang sangat
penting dibandingkan dengan ras kelompok kedua yang biasanya tidak menular ke
tanaman karet. Ras kelompok ketiga ini dapat digolongkan dalam 2 ras yaitu : a.
ras yang menyerang klon yang sebelumnya telah rentan (klon kelompok pertama)
dan, b. ras yang telah mulai menyerang klon yang sebelumnya tahan (klon
(15)
Cassicolin adalah toksin yang inangnya selektif, dihasilkan oleh jamur C.
Cassiicola (strain CCP). Penyebab gugur daun Corynespora, yang merupakan
salah satu penyakit yang penting pada tanaman karet (Havea brasiliensis). Bekerja
dengan cassiicolin yang telah dimurnikan dan dapat diamati dengan mikroskop
elektron (Barthe et al, 2006).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat ketahanan klon IRR seri 400 tanaman karet
terhadap isolat Corynespora cassiicola dan toksin Cassiicolin.
Hipotesa Penelitian
Klon tanaman karet yang berbeda mempunyai ketahanan yang berbeda
terhadap isolat Corynespora cassiicola dan toksin Cassiicolin.
Kegunaan Penelitian
1. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
departemen hama dan penyakit tumbuhan fakultas pertanian universitas
sumatera utara, medan.
(16)
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Penyakit
Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims
(1979) adalah sebagai berikut :
Divisi : Eumycophyta
Sub Divisi : Eumycotina
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Coryneales
Famili : Hipomycetes
Genus : Corynespora
Spesies : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei
Konidiofor C. cassiicola berwarna coklat, keluar dari permukaan bawah
daun, dengan ujung membengkak. Konidium berwarna coklat, seperti gada atau
silindris, ujungnya agak runcing, bersepta 2–14, dengan ukuran 40-120µ m x
8-18µ m. Dalam biakan murni bermacam-macam isolat C. Cassiicola dari tanaman
karet mempunyai miselium yang beragam mofologinya (Semangun, 1999).
Jamur ini mempunyai benang-benang hifa berwarna hitam pucat,
menghasilkan spora pada bagian bercak atau bagian yang hijau. Benang-benang
hifa jamur dan sporanya kurang jelas terlihat pada permukaan daun tanpa alat
pembesaran. Jamur tersebut mempunyai banyak tumbuhan inang seperti ketela
pohon, akasia, angsana, beberapa rumputan pepaya dan lain-lain
(17)
Gambar 1. Miselium serangan murni C. cassiicola (Berk.& Curt.) Wei.
Penyakit gugur daun Corynespora akhir-akhir ini muncul menjadi
penyebab gugur daun yang mencolok, terutama pada klon introduksi. Pada klon
yang ditanam di Sumatera Utara dan Timur, Corynespora menyebabkan gugur
daun sepanjang tahun sehingga tanaman gundul dan pertumbuhannya terhambat.
Klon lokal biasanya tahan terhadap penyakit ini, tetapi dikhawatirkan patogenitas
akan meningkat sehingga pada akhirnya klon lokal pun akan terserang juga. Pada
klon peka, Corynespora dapat menyerang daun muda maupun daun tua
(Setyamidjaja, 1993).
C. cassiicola lebih menyukai daun yang masih muda sampai umur 4
minggu, meskipun daun tua dapat diinfeksinya. Apabila infeksi patogen berhasil
pada saat tanaman membentuk daun muda dengan dukungan kondisi iklim/cuaca
akan merupakan pemacu timbulnya epidemi pada bulan berikutnya. Pengguguran
(18)
Pengguguran daun tanaman berlangsung lambat dan terus-menerus hingga tajuk
tanaman menjadi tipis sepanjang tahun. Adakalanya tanaman membentuk
daun-daun yang baru namun dalam waktu 2-3 bulan kemudian akan gugur juga
(Situmorang dkk, 1996).
Pada klon yang sangat rentan, serangan terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan tanaman meranggas atau mati. Sedangkan pada klon yang resisten,
serangan Corynespora pada daun menimbulkan bercak kehitaman tetapi tidak
berkembang, demikian juga warna daun di sekitar bercak tersebut tidak berubah
dan daun tidak gugur (Rahayu dan Sujatno, 2007).
Gejala Serangan
Gejala serangan pada daun coklat masih belum tampak setelah daun
menjadi hijau muda, gejala mulai terlihat bercak hitam kemudian berkembang
seperti menyirip. Menjadi pucat, lemas, dan bagian ujungnya mati atau kering.
Pada daun tua, bercak hitam tersebut dan sirip tampak lebih jelas seperti tulang
ikan. Bercak ini meluas mengikuti urat daun dan kadang-kadang sebagian pusat
bercak berwarna coklat atu kelabu, dan berlubang. Daun akhirnya menjadi kuning
atau kemerahan kemudian gugur (Situmorang dkk, 2009).
Infeksi terutama terjadi pada daun muda yang umurnya kurang dari 4
minggu. Mula-mula pada daun terjadi bercak hitam, terutama pada tulang-tulang
daun. Bercak berkembang mengikuti tulang daun dan meluas ke
tulang-tulang yang lebih halus, sehingga bercak tampak menyirip seperti tulang-tulang atau duri
(19)
teratur. Bagian tepi bercak berwarna coklat, dengan sirip berwarna coklat dan
hitam. Bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang. Di sekitar bercak
biasanya terdapat daerah yang berwarna kuning (halo) yang agak lebar. Daun
yang sakit menguning, menjadi coklat dan gugur (Rahayu, 2005).
Jamur juga dapat menginfeksi tunas muda dan tangkai daun yang
menyebabkan matinya tunas dan terjadinya bercak coklat memanjang pada
tangkai daun dengan kulit yang pecah. Tanaman-tanaman yang rentan dapat
menjadi gundul, dengan banyak ranting dan cabang mati, pertumbuhannya
terhambat, sehingga memasuki masa sadap (Rahayu,2005).
Gambar 2. Gejala serangan murni C. cassiicola (Berk.& Curt.) Wei.
Penyakit gugur daun C. cassiicola selain menyerang daun muda juga
menyerang daun tua. Daun muda (flush) yang helaian daunnya baru membuka,
berwarna merah tembaga atau hijau muda, apabila terserang Corynespora akan
(20)
dari tangkainya dan akibatnya tangkai itu sendiri gugur. Pada daun muda,
serangan Corynespora tidak menimbulkan bercak yang nyata, tetapi tampak
kuning merata di seluruh permukaan daun. Sedangkan daun tua atau hitam, tidak
menyirip seperti tulang ikan (Rahayu dan Sujatno, 2007).
Toksin yang dibentuk oleh Corynespora menyebabkan perubahan warna
yang meluas pada daun. Bahkan meskipun pada patogen hanya membentuk
bercak yang kecil pada tulang daun, karena adanya toksin ini daun dapat
menguning, menjadi coklat dan gugur. Tanaman-tanaman yang rentan dapat
menjadi gundul, dengan banyak ranting dan cabang mati, pertumbuhannya
terhambat, sehingga terlambat memasuki masa sadap (Semangun, 1999).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit
Iklim/Cuaca
Kondisi iklim/cuaca yang sesuai pada saat terjadinya infeksi sangat
menentukan terjadinya epidemi. Kondisi lingkungan dengan kelembapan
96%-100% atau adanya titik air, suhu 28-300C dan cahaya terang biasa ataupun gelap
adalah kondisi sangat sesuai bagi perkecambahan konidia C. cassiicola. Bila
kondisi yang demikian dicapai pada saat tanaman membentuk daun muda akan
memudahkan terjadinya infeksi jamur dengan cepat dan dalam jumlah yang
banyak. Hal ini merupakan salah satu faktor penting mendorong kemungkinan
terjadinya pengguguran daun yang lebih berat atau epidemi pada bulan berikutnya
(21)
Pengguguran daun yang berat atau epidemi C. cassiicola akan terjadi bila
kondisi iklim/cuaca yang lembab mendukung dengan curah hujan yang relatif
tidak terlalu tinggi dan merata sepanjang hari (Situmorang dkk, 1996).
Keadaan hujan merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
timbulnya serangan jamur yang berat atau epidemi. Di daerah dengan curah hujan
yang rendah terjadi serangan yang lebih berat dibandingkan dengan daerah
dengan curah hujan yang tinggi. Kemudian di daerah-daerah yang mempunyai
curah hujan yang merata sepanjang tahun atau di daerah dengan batas musim
hujan dan musim kering tidak begitu jelas, C. cassiicola menimbulkan kerusakan
yang berat dan tanaman akan meranggas sepanjang tahun. Namun di daerah
dengan batas musim hujan dan musim kemarau yang lebih jelas, serangan jamur
juga terjadi namun tanaman tidak mengalami perangsangan sepanjang tahun
(Situmorang dkk, 1996).
Ketinggian Tempat
Kebun-kebun yang terletak pada tempat yang lebih rendah dari 300 m di
atas permukaan laut mendapat serangan jamur yang lebih berat, dibandingkan
dengan kebun-kebun yang terletak di tempat yang lebih tinggi. Keadaan suhu
yang lebih rendah pada tempat yang lebih tinggi tersebut diduga merupakan faktor
penghambat bagi perkembangan jamur. Hal ini terlihat bercak-bercak hitam pada
daun yang terserang terhambat perkembangannya dan bentuknya kurang lebih
bundar dengan sirip-sirip hitam yang tidak begitu jelas pada tepi bercak
(22)
Kesuburan Tanah
Kebun-kebun yang terletak pada lahan yang kurang subur atau tanpa diberi
pupuk sehingga kondisi tanaman menjadi lemah, atau kebun yang dipupuk dengan
nitrogen dalam dosis yang terlalu tinggi akan mengalami serangan C.cassiicola
(Situmorang dkk, 1996).
Pengendalian Penyakit
Menanam klon karet yang tahan serangan penyakit ini pada daerah yang
rawan serangan penyakit ini. Selain itu juga perlu diperhatikan pembatasan
penanaman klon karet yang sama dalam skala luas untuk mencegah terjadinya
serangan penyakit ini dalam skala luas. Pemilihan klon yang sesuai untuk suatu
daerah juga merupakan salah satu cara pengelolaan penyakit ini (Rahayu, 2005).
Pengendalian dengan fungisida, fungisida yang dianjurkan adalah
Carbendazim dan Chlorothalonil dosis 1 kg/ha/aplikasi sedangkan Prochloraz
dosis 650 ml/ha/aplikasi. Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman membentuk
daun muda. Pengendalian dengan fungisida pada kebun yang tanaman telah
menghasilkan memerlukan pengulangan aplikasi. Selain itu tingkat kesulitan
menyemprot tanaman yang sudah tinggi dan biaya yang dikeluarkan tinggi maka
penyemprotan pada kebun yang menghasilkan yang mengalami serangan dapat
dianjurkan apabila dianggap masih memberikan hasil yang menguntungkan
(Rahayu dan Sujatno, 2007).
Penyakit ini bisa ditekan penyebarannya dengan bahan kimia Mankozeb
dan Tridemorf untuk tanaman yang belum menghasilkan, sedangkan untuk
(23)
dengan Tridemorf atau Calixin 750 dengan dosis 500 ml aplikasi, 3-4 kali dengan
selang waktu seminggu (Anonimus, 2008).
1. Pembibitan jangan dibuat di tanah yang sangat berpasir, miskin, dan kurang
dapat menahan air.
2. Harus diusahakan agar bibit tumbuh sebaik-baiknya dengan pemupukan yang
seimbang.
3. Bibit dilindungi dengan fungisida. Untuk keperluan ini dapat dipakai fungisida
tembaga seperti bubur Bordeaux atau Oksiclorida tembaga (Semangun, 1999).
Sifat virulensi C. Cassicola dipengaruhi oleh agresifitasnya (efiisensi
penyakit dan pertumbuhan penyakit dan sporulasi) dan kemampuannya
memproduksi toksin. Dengan agresifitas yang kuat patogen akan memproduksi
jumlah toksin yang lebih banyak, sehingga cukup untuk membuat daun tanaman
menjadi rusak atau mati, misalnya pada klon RRIC 103, PPN 2058, PPN 2444,
dan PPN 2447. Sebaliknya, meskipun agrefitasnya kuat, tetap jika ditoktisitas
toksinnya rendah tidak membuat daun tanamann rusak atau mati. Misalnya klon
BPM 1 dan PR 260. Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa C. Cassicola
mempunyai kemampuan yang tinggi berevolusi. Hal ini terlihat bahwa patogen
mempunyai banyak ras yang virulensi yang sangat beragam. Ras patogen tersebut
berbeda dari waktu ke waktu (Sujatno dkk,1998).
Sepuluh hari setelah inokulasi, suatu media cair czapek kultur
Corynespora diultrafiltrasi diikuti dengan pembekuan kering atau tidak. Apabila
tangkai dari suatu daun muda dicelupkan kedalam medium ini, suatu kelayuan
daun akan terjadi dalam waktu 24-48 jam kemudian. Intensitas kelayuan diukur
(24)
memerlukan sedikit pelukaan jaringan epidermisnya karena toksin tersebut tidak
mampu menembus epidermis tanpa pelukaan sebelumnya yang disebabkan oleh
enzym yang dihasilkan oleh jamur (Breton dan Auzac, 2001).
Klon Pembanding
Klon RRIC 100 ketahanannya terhadap beberapa penyakit daun
(Colletotrichum, Corynespora, dan Oidium) cukup baik. Potensi produksi awal
rendah dengan rata-rata produksi aktual 1567 kg/ha/th selama 8 tahun
penyadapan, lateks bewarna putih. Pengembangannya dapat dilakukan pada
daerah beriklim sedang (Woelan dkk,1999).
Klon BPM 1 mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap penyakit
Corynespora, sedangkan terhadap Colletotrichum dan Oidium moderat. Potensi
produksi awal mencapai rata-rata produksi aktual 1685 kg/ha/th selama 8 tahun
penyadapan. Pengembangan yang sesuai untuk klon BPM 1 yaitu untuk daerah
beriklim sedang sampai dengan kering (Woelan dkk,1999).
Klon PB 260 sensitif terhadap pra koagulasi, hal ini ditunjukkan oleh
lateks yang cepat menggumpal setelah disadap sehingga aliran lateks terhenti.
Saat ini Dinas Perkebunan dan Kehutanan membutuhkan konfirmasi apakah
(25)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai
Penelitian Sungai Putih Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang pada
ketinggian 80 m dpl dan berlangsung mulai bulan Maret sampai April 2011.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain klon
karet IRR seri 400 yang terdiri dari klon IRR 400, IRR 402, IRR 404, IRR 405,
IRR 406, IRR 407, IRR 409, IRR 411, IRR 412, IRR 414, IRR 418, IRR 419, IRR
420, IRR 422, IRR 423, dan klon pembanding RRIC 100, BPM 1, dan PB 260
sebagai objek penelitian, isolat C. cassiicola , , bahan-bahan kimia seperti alkohol
96%, chlorox 0,2 %, formalin 0,3%, aquadest steril, dan CSA (Czapek Solution
Agar), PDA (Potato Dextrose Agar), etanol absolut.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain otoklaf
untuk sterilisasi alat, backer glass, erlenmeyer, deck glass, gelas ukur, gunting,
hand sprayer, hot plate, haemocytometer, inkubator, kotak penyinaran sinar ultra
violet, kain muslin, kertas saring, lampu bunsen, mikroskop, petri dish, pinset,
pisau, jarum inokulasi, jarum kait, pipet tetes, timbangan elektrik, corong plastik,
kain katun, botol gepeng, filter milipore 0,45 mikron, gelas arloji, pH meter, botol
(26)
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial terdiri dari 18 perlakuan dan 3 ulangan.
Klon IRR seri 400 yang digunakan terdiri dari 18 perlakuan yaitu 15
perlakuan klon uji dan 3 klon pembanding. Adapun klon yang digunakan yaitu:
K1 = IRR 404 K10 = IRR 415
K2 = IRR 406 K11 = IRR 417
K3 = IRR 407 K12 = IRR 418
K4 = IRR 408 K13 = IRR 419
K5 = IRR 409 K14 = IRR 420
K6 = IRR 410 K15 = IRR 423
K7 = IRR 411 K16 = RRIC 100*
K8 = IRR 412 K17 = BPM 1*
K9 = IRR 414 K18 = PB 260 *
Keterangan :
IRR = Indonesian Rubber Research
RRIC = Rubber Research Institute of Ceylon
BPM = Balai Penelitian Medan
PB = Perang Besar
* = Klon Pembanding
Jumlah perlakuan (t) = 18
(t-1) (r-1)≥15 (18-1) (r-1)≥15 17r ≥ 32
(27)
r = 32/17
r = 1,88
Jumlah ulangan (r) = 3
Metode linier yang digunakan adalah :
Yij = µ + σi + εij
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i ulangan ke j
µ = Nilai tengah umum
σi = Pengaruh perlakuan ke i
Eij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i ulangan ke j .
Jika efek perlakuan nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan
Duncan Multiple Range Test (DMRT) (Bangun, 1990).
Pelaksanaan Penelitian
Penyiapan Bahan Tanaman
Diambil daun karet yang rentan terhadap C. cassiicola (atau daun yang
sama dengan asal isolat) yang hijau payung kedua atau tua. Masukkan kedalam
petri dish diameter 12 cm berisi kertas saring 1 lapis, beri air steril sampai
lembab/basah. Kemudian di otoklaf pada suhu 121 oC dan tekanan 1 atm.
Isolasi Patogen C. cassiicola
Isolat jamur C.cassiicola asal dari klon GT1 diambil dari daun karet yang
(28)
Penyiapan Spora Jamur
Diambil daun karet yang rentan terhadap C. cassiicola (atau daun yang
sama dengan asal isolat) yang hijau payung kedua atau tua. Masukkan kedalam
petridish diameter 12 cm berisi kertas saring lapis, beri air steril sampai
lembah/basah. Kemudian diotoklaf pada suhu 121 ºC. Inokulasikan 8 potong
isolat murni C. cassiicola pada daun permukaan bawah dalam kondisi steril lalu
inkubasikan dalam inkubator suhu 25 ºC selama 4 hari. Setelah itu balik daun dan
letakkan isolat di bawah sinar Ultra Violet (UV) selama 3-4 hari. Buka sedikit
tutup petridish supaya tidak lembab. Setelah terbentuk konidia, keringkan dulu 1
hari kemudian dikuas. Taruh di aquades dan dihitung jumlah konidianya dengan
menggunakan haemocytometer kemudian larutan tersebut dapat digunakan untuk
penyemprotan.
(29)
Jumlah konidia C. cassiicola dapat dihitung dengan menggunakan alat
hitung haemocytometer.
Gambar 4. Haemocytometer
Sumber : http://www.fao.org/docrep/007/y5720e/y5720e08.htm
Kotak A, B, C, D adalah contoh kotak yang akan dihitung jumlah konidianya.
Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan alir mengalir dan kemudian
dikeringkan dengan tissue atau kain lembut.
2. Tempatkan gelas penutup diatas slide, kemudian dijepit dengan penjepit
yang ada disebelah kanan – kiri.
3. Siapkan suspensi sel yang tersuspensi dalam cairan menyebar merata.
4. Ambil sedikit suspensi sel dengan dropping pipet dan teteskan sebanyak 2
(30)
mengisi seluruh ruangan yang ada pada bilik tesebut. Suspensi yang
berlebih akan terbuang kedalam parit pembuangan.
5. Biarkan selama 1 -2 menit, agar sel yang ada dalam bilik stabil.
6. Tempatkan haemocytometer pada meja mikroskop dan hitung jumlah sel
yang ada dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah sel/mm = ∑ (A+B+C+D) x 2500
Hasil perhitungan konidia jamur C. cassiicola :
A : 6 Konidia
B : 2 Konidia
C : 4 konidia
D : 5 Konidia
Total : 17 Konidia
Jumlah konidia = ∑ (A+B+C+D) x 2500
= ∑ (6+2+4+5) x 2500
= 4.25. 104 konidia/ml
Jadi untuk membuat kerapatan 4.104 konidia/ml digunakan rumus
pengenceran sebagai berikut :
V1 . N1 = V2 . N2
200 x 4.25.104 = V2 . 4,104
V2 = 212.5 ml
Jadi, penambahan aquadest sebagai pengencer untuk mendapatkan
(31)
Pembuatan Media Perbanyakan Toksin
® Czapek Solution Agar (CSA)
Tabel 1 : Komposisi Pembuatan Media Perbanyakan Toksin
BAHAN LARUTAN STOK Komposisi
a. NaNO3
b. K2HPO4 (K2HPO4.3H2O)
c. MgSO4. 7H2O (Magnesium sulfate)
d. KCL (Potassium chloride)
e. FeSO4. 7H2O (Iron II sulfate 7-hydrate)
Aquades
6 gr 2 gr 1 gr 1 gr 0.02 gr 100 ml
Komposisi bahan yang digunakan :
Larutan stok (a, b, c, d, e) 20 ml
Sukrroe 12 gr
Agar 6 gr
Aquades 980 ml
Cara pembuatan
1. Buat larutan stok, degan cara timbang setiap komponen (a, b, c, d, e) dan
masukkan kedalam aquades 100 ml satu persatu sambil distirer.
Masukkan yang paling sedikit ke yang banyak.
2. Masukkan larutan stok 20 ml ke dalam 980 ml aquades dan panaskan
sambil diaduk.
(32)
4. Setelah dingin masukkan agar dan sucrose. Panaskan kembali selama ½
jam pada head 7,5
5. Tambahkan 15 ml HCL 0,2 N tetes demi tetes pada larutan saat
dipanaskan (stirrer dan panas). Medium akan tetap cair pada pH 4,
sedangkan pada pH 7 (tanpa penambahan HCL) membeku
6. Masukkan kedalam Erlenmeyer sebanyak 100 ml
7. Autoclave 1100C selama 20 menit.
Pembuatan Toksin
• Medium yang digunakan yaitu zcapek agar yang telah disetrilkan.
Medium yang baik akan tetap cair walaupun telah dingin.
• Isolat dipotong dengan bor gabus dalam kondisi steril.
• Inkubasi 3 potong isolat ke dalam masing-masing medium. (3 potong
untuk 100 ml medium)
• Inkubasi toksin di dalam wadah tertutup yang diberi aliran udara steril
selama 10 hari.
• Setelah 10 hari, toksin dari biakan disaring. Proses penyaringan melalui
beberapa tahap. Tahap pertama corong plastik diberi alas kain katun putih
dan kertas saring. Saring toksin dalam lamina air flow dantampung fitrat
dalam botol gepeng. Tahap kedua pada ujung corong plastic diberi jarum
suntik yang telah dipotong bagian atasnya. Kemudian gabungkan dengan
filter milipore 0,45 mikron. Semua alat yang digunakan harus disterilkan
terlebih dahulu dengan autoclave. Simpan toksin dalam frezer dan
(33)
Penentuan Konsentrasi Toksin
• Masukkan 10 ml toksin ke dalam 100 ml ethanol absolut dalam dalam
erlenmayer (150 ml). Kocok dan biarkan mengendap 1 malam.
• Setelah mengendap, larutan yang bagian atas di pipet atau dituangkan.
• Endapan dituangkan ke gelas arloji yang sudah di timbang dan diketahui
beratnya kemudian dimasukkan ke vakum untuk menguapkan etanol.
Kemudian dimasukkan dalam oven dan panaskan dengan suhu 600C
selama 1 malam. Setelah 1 malam keluarkan gelas arlojidari oven dan
timbang.
• Berat toksin = berat (toksin + wadah) – berat wadah (kosong)
= 25, 46 gr – 25, 37 gr
=0,09
• Untuk melakukan uji toksisitas toksin digunakan konsentrasi toksin yaitu
0,5 mg/ml.
• Karena diperoleh dari 10 ml toksin, maka konsentrasinya adalah :
0.09 gr / 10 ml = 0,009 gr/ml = 9 ml/ml
• Konsentrasi untuk pengujian adalah 0,5 mg/ml.
Volume yang dibuat = 150 ml
Maka (150 ml / 9) x 0,5 = 15 ml stok toksin (dilarutkan dalam 150 ml
(34)
Pelaksanaan Inokulasi
I. Uji Semprot Spora
Diambil daun karet yang rentan terhadap C. cassiicola (atau daun yang
sama dengan asal isolat) yang hijau payung kedua atau tua. Selanjutnya daun
diinokulasikan dengan cara disemprotkan dengan suspensi konidia C. cassiicola
dengan kerapatan 4.104 konidia/ml selama 1 – 2 menit. Kemudian daun
diletakkan di dalam petridish yang telah dilapisi kertas saring yang terlebih dahulu
dilembabkan dengan aquadest steril. Satu cawan petri di letakkan 1 helai daun.
Kemudian petridish inokulasi ditutup lalu inkubasikan dalam inkubator suhu
25 oC selama 8 hari.
II. Uji Toksin Cassiicolin
Daun karet muda (berumur 10-14 hari) dicelupkan dalam air selama 24
jam. Daun kemudian ditimbang dan kemudian dicelupkan dalam larutan toksin
dengan konsentrasi 0,5 mg/ml selama 24 jam.
Parameter Pengamatan
Uji Semprot Spora
Daun yang telah diinokulasi dengan suspensi C. cassiicola diamati
2 hari sekali sebanyak 4 kali pengamatan (pada hari ke 2, 4, 6 dan 8 hari setelah
inokulasi). Pengamatan dilakukan dengan membandingkan antara luas bercak
yang timbul dengan luas daun secara visual. Besarnya intensitas serangan
(35)
Σ (ni x vj)
I = x 100%
N x Z
Keterangan :
I : Intensitas Serangan
ni : Jumlah daun ke i pada skala serangan (v) ke j
vj : Skala dari tiap kategori serangan
N : Jumlah seluruh daun yang diamati
Z : Skala serangan tertinggi
Daun yang terserang dibagi dalam 5 kategori (skala serangan) yaitu :
Skala 0 : Tidak terdapat bercak
Skala 1 : Terdapat becak < ¼ bagian
Skala 2 : Terdapat bercak < ½ bagian
Skala 3 : Terdapat bercak > ½ - ¾ bagian
Skala 4 : Terdapat bercak > ¾ bagian
(36)
Klasifikasi penilaian intensitas serangan C. cassiicola disajikan pada tabel
berikut :
Resisten 0 – 20 %
Agak resisten 21 – 40 %
Moderat 41 – 60 %
Agak rentan 61 – 80 %
Rentan 81 – 100 %
(Pawirosoemardjo, 1999)
Uji Toksin Cassiicolin
Daun karet muda yang telah dicelupkan dalam air selama 24 jam
kemudian ditimbang dan kemudian dicelupkan ke dalam larutan toksin selama 24
jam setelah itu ditimbang kembali.
Pengaruh toksin diamati dengan rumus berikut:
Berat sesudah perlakuan – berat sebelum perlakuan
X = x 100%
Berat sebelum perlakuan
Korelasi Antara Uji Semprot Spora (X) Terhadap Uji Toksin Cassiicolin (Y)
Untuk menganalisis data yang di peroleh, digunakan metode dengan
analisis kuantitatif korelasi. Penelitian ini mencari sebab dan akibat dalam suatu
gejala dan mencari hubungan diantara berbagai faktor. Variabel yang diduga
sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel bebas (
X ). Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel
(37)
Pemeriksaan korelasi antara variabel X dan variabel Y digunakan
koefisien korelasi rank Spearman`s sebagai berikut:
) 1 ( . 6 1 2 2 − − =
∑
N N D rs keterangan: sr = Koefisien korelasi rank Spearman`s
N = Jumlah perlakuan
∑ D2 = Jumlah perbedaan rangking pada setiap pasangan yang telah
dikuadratkan (Soepeno, 2002).
Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka
dilakukan uji signifikan dengan uji statistik-t, sebagai berikut:
2 1 2 s s r n r t − − = Keterangan:
t = Nilai t hitung
s
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah perlakuan
Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka
dilakukan uji signifikan dengan uji statistik-t untuk tingkat signifikan = 0,5
(tingkat kepercayaan 95%), dengan ketentuan sebagai berikut:
hitung
t > ttabel atau thitung < −ttabel : Ha diterima dan Ho ditolak
hitung
t < ttabel atau thitung > −ttabel : Ho diterima dan Ha ditolak (Adiningsih, 2001).
(38)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Intensitas Serangan Corynespora cassiola pada Uji Semprot Spora
Data pengamatan intensitas serangan pada uji semprot spora dapat dilihat
pada lampiran 2. Pengambilan data dilakukan pada 2 hsi, 4 hsi , 6 hsi dan 8 hsi.
Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dengan aplikasi
semprot spora menunjukkan hasil yang sangat nyata. Untuk menetahui hasil yang
berbeda sangat nyata dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan Corynespora Cassiola (%) pada Perlakuan Uji Semprot Spora (K) pada waktu pengamatan 8 hsi
Perlakuan 2HSI 4HSI 6HSI 8HSI
K1 (IRR 400) 0.71 3.60 5.74 D 8.08 B
K2 (IRR 402) 0.71 2.15 5.74 D 7.63 C
K3 (IRR404) 0.71 2.15 7.11 C 10.02 A
K4 (IRR 405) 0.71 5.05 6.42 C 8.61 B
K5 (IRR 406) 0.71 3.60 5.74 D 8.61 B
K6 (IRR 407) 2.15 5.74 9.58 A 10.02 A
K7 (IRR 409) 0.71 3.60 5.05 D 5.05 D
K8 (IRR 411) 0.71 3.60 8.16 B 10.02 A
K9 (IRR 412) 0.71 2.15 6.72 C 10.02 A
K10 (IRR 414) 0.71 0.71 6.42 C 10.02 A
K11 (IRR418) 0.71 5.05 7.11 C 10.02 A
K12 (IRR419) 0.71 3.57 5.74 D 8.08 B
K13 (IRR 420) 0.71 5.05 5.74 D 7.63 C
K14 (IRR 422) 0.71 2.15 5.05 D 7.63 C
K15 (IRR 423) 0.71 3.60 7.63 B 10.02 A
K16 (RRIC 100) 0.71 0.71 2.15 E 3.60 E
K17 (BPM 1) 0.71 0.71 2.15 E 3.60 E
K18 (PB 260) 0.71 2.15 5.05 D 5.74 D
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda sangat nyata pada taraf 0.01 menurut Uji Jarak Duncan
(39)
Dari data pengamatan 2 hsi (hari setelah inokulasi) pada tabel 2 diperoleh
bahwa intensitas serangan belum menunjukkan perbedaan yang mencolok. Pada
tabel dapat dilihat bahwa yang tertinggi terdapat pada perlakuan K6(IRR 407)
sebesar 2,15 dan perlakuan lainnya sama sebesar 0,71%
Dari pengamatan 4 hsi pada tabel 2 dapat dilihat bahwa intensitas
serangan mulai meningkat dan berbeda antar perlakuan. Intesitas serangan
tertinggi terdapat pada perlakuan K6(IRR 407) sebesar 5,74% dan intesitas
serangan terendah terdapat pada perlakuan K10 (IRR 414),K16(RRIC 100), dan
K17(BPM 1).
Dari pengamatan 6 hsi pada tabel 2 dapat dilihat bahwa intensitas serangan
K6 (IRR 407) sangat berbeda nyata dengan perlakuan K1(IRR 400), K2(IRR
42), K3(IRR 404), K4(IRR 405), K5 (IRR 406), K7(IRR 409), K8(IRR 411),
K9(IRR 412), K10(IRR 414), K11(IRR418), K12(IRR 419), K13(IRR 420),
K14(IRR 422), K15(IRR 423), K16(RRIC 100), K17(BPM 1), dan K18(PB 260).
Dari data pengamatan 8 hsi pada tabel 1 diperoleh bahwa perlakuan
K3(IRR 404) berbeda sangat nyata dengan K1(IRR 400), K4(IRR 405), K5 (IRR
406),K12(IRR 419), K13(IRR 420), K2(IRR 42), K14(IRR 422), K7(IRR 409),
K18(PB 260), K16(RRIC 100), K17(BPM 1), namun tidak berbeda nyata dengan
K6(IRR 407), K8(IRR 411), K9(IRR 412), K10(IRR 414), K11(IRR418), dan
K15(IRR 423). Intensitas serangan terendah terdapat pada K16(RRIC 100) dan
K17(BPM 1) sebesar 3,60% dan yang tertinggi terdapat pada K3(IRR 404),
K6(IRR 407), K8(IRR 411), K9(IRR 412), K10(IRR 414), K11(IRR418), dan
(40)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram intensitas serangan
C. cassiicola(%).
.
Gambar 5 : Histogram Intensitas serangan C. cassiicola (%) 2-8 hsi pada Uji semprot spora terhadap klon karet
Uji Toksin Cassiicolin
Data pengamatan Uji Toksin Cassiicolin dapat dilihat pada lampiran 3.
Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa hasil uji toksin sangat berbeda
nyata. Untuk mengetahui hasil sidik ragam dapat dilihat pada tabel 3.
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18
In te n si ta s S E ra n g a n ( % ) C o ry n e sp o ra c a ss ic o la Perlakuan 2HSI 4HSI 6HSI 8HSI
(41)
Tabel 3.Uji Beda Rataan pada Uji Toksin Cassiicolin
Perlakuan Rataan
K1(IRR 400) 5.50 C
K2(IRR 402) 4.56 F
K3(IRR404) 6.01 B
K4(IRR 405) 5.40 D
K5(IRR 406) 5.01 E
K6(IRR 407) 6.08 A
K7(IRR 409) 3.82 G
K8(IRR 411) 6.08 A
K9(IRR 412) 6.32 A
K10(IRR 414) 5.91 B
K11(IRR418) 6.22 A
K12(IRR419) 4.96 E
K13(IRR 420) 4.93 E
K14(IRR 422) 4.77 E
K15(IRR 423) 5.78 B
K16(RRIC 100)* 2.36 H
K17(BPM 1)* 2.15 H
K18(PB 260)* 3.84 G
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda sangat nyata pada taraf 0.01 menurut Uji Jarak Duncan.
Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa pada rataan uji toksin diperoleh bahwa
perlakuan K9(IRR 412) berbeda sangat nyata dengan K10(IRR 414),
K15(IRR423), K1(IRR 400), K4(IRR 405), K5(IRR406), K12(IRR419),
K13(IRR420), K14(IRR), K2(IRR402), K7(IRR 409), K18(PB 260), K16(RRIC
100), dan K17(BPM 1), namun tidak berbeda nyata dengan K6(IRR 407), K8(IRR
411), K11(IRR 418). Hasil uji toksin tertinggi terdapat pada K9(IRR 412) sebesar
(42)
Klasifikasi Penilaian Intensitas Serangan C.cassiicola
Berdasarkan data intensitas serangan C.cassiicola dapat dilihat bahwa
klasifikasi kerentanan klon yang diujikan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Penilaian Intensitas Serangan C.Cassiicola
Klasifikasi Klon
Resisten RRIC 100
BPM 1
Agak Resisten IRR 409
PB 260
Moderat IRR 402
IRR 420 IRR 422
Agak Rentan IRR 400
IRR 405 IRR 406 IRR 419
Rentan IRR 404
IRR 407 IRR 411 IRR 412 IRR 414 IRR 418 IRR 423
Berdasarkan Pawirosoemardjo (1999) bahwa klasifikasi penilaian
intensitas serangan C. Cassiicola terbagi atas resisten (0-20%), agak resisten
(21-40%), moderat (41-60%), agak rentan (61-80%) dan rentan (81-100%). Maka
pada tabel 3. dapat dilihat bahwa klasifikasi klon karet yang resisten adalah klon
RRIC 100 dan klon BPM 1,sedangkan klon yang rentan adalah klon IRR 404,
(43)
Korelasi Antara Uji Semprot Spora (X) Terhadap Uji Toksin Cassiicolin (Y)
Hasil analisis antara uji semprot spora (x) terhadap uji toksin cassiicolin
(y) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Semprot Spora (X) Terhadap Uji Toksin Cassiicolin (Y)
Hubungan Antar Variabel Koefisien Korelasi Nilai Uji Semprot Spora (X) Terhadap Uji
Toksin Cassiicolin (Y)
rxy 0.954*
*Korelasi sifnifikan pada taraf 0.05
Hubungan antara uji semprot spora (x) terhadap uji toksin cassiicolin (y)
didasarkan atas hipotesis operasional sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara uji semprot spora terhadap
uji toksin cassiicolin
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan uji semprot spora terhadap
(44)
Pembahasan
Intensitas Serangan Corynespora cassiola pada Uji Semprot Spora
Pada pengamatan Intensitas serangan C.cassiicola pada uji semprot spora
(tabel 2) dapat dilihat bahwa intensitas serangan terendah terdapat pada
K16(RRIC 100) dan K17(BPM 1) sebesar 3,60% dan yang tertinggi terdapat pada
K3(IRR 404), K6(IRR 407), K8(IRR 411), K9(IRR 412), K10(IRR 414),
K11(IRR418), dan K15(IRR 423) sebesar 10,02%. Dari data ini dapat kita lihat
bahwa ada perbedaan resistensi tanaman pada masing-masing klon kemudian pada
klon yang rentan, intensitas serangan meningkat begitu cepat. Hal ini sesuai
dengan literatur Rahayu dan Sujatno (2007) yang menyatakan pada klon yang
sangat rentan, serangan terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan tanaman
meranggas atau mati.
Pada pengamatan inte nsitas serangan dengan uji semprot spora dapat
dilihat gejala serangan terlihat bercak yang semakin lama semakin meluas diawali
dari tulang daun kepinggir daun. Hal ini sesuai dengan literatur Rahayu (2005).
Yang menyatakan bahwa infeksi terutama terjadi pada daun muda yang umurnya
kurang dari 4 minggu. Mula-mula pada daun terjadi bercak hitam, terutama pada
tulang-tulang daun. Bercak berkembang mengikuti tulang-tulang daun dan meluas
ke tulang-tulang yang lebih halus, sehingga bercak tampak menyirip seperti tulang
atau duri ikan. Pada tingkat lanjut, bercak semakin meluas, berbentuk bundar atau
tidak teratur. Bagian tepi bercak berwarna coklat, dengan sirip berwarna coklat
dan hitam. Bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang. Di sekitar bercak
biasanya terdapat daerah yang berwarna kuning (halo) yang agak lebar. Daun
(45)
Dari pengamatan dapat dilihat dari intensitas serangan bahwa C.cassiicola
memiliki daya toksin yang cukup tinggi, namun tidak semua klon karet dapat
terserang, hal ini terjadi kaena ada perbedaan resistensi dari tiap klon tersebut.
Hal ini sesuai denga literatur Sujatno (1988) yang menyatakan bahwa Sifat
virulensi C. Cassicola dipengaruhi oleh agresifitasnya (efiisensi penyakit dan
pertumbuhan penyakit dan sporulasi) dan kemampuannya memproduksi toksin.
Dengan agresifitas yang kuat patogen akan memproduksi jumlah toksin yang
lebih banyak, sehingga cukup untuk membuat daun tanaman menjadi rusak atau
mati.
Uji Toksin Cassicolin
Dari Tabel 3. Dapat kita lihat bahwa hasil dari perlakuan sangat berbeda
nyata. Terlihat bahwa pada perlakuan K9(IRR 412) berbeda sangat nyata dengan
K10(IRR 414), K15(IRR423), K1(IRR 400), K4(IRR 405), K5(IRR406),
K12(IRR419), K13(IRR420), K14(IRR), K2(IRR402), K7(IRR 409), K18(PB
260), K16(RRIC 100), dan K17(BPM 1), namun tidak berbeda nyata dengan
K3(IRR 404), K6(IRR 407), K8(IRR 411), K11(IRR 418). Hasil uji toksin
tertinggi terdapat pada K9(IRR 412) sebesar 6.32 dan terendah terdapat pada
K7(IRR 409) sebesar 3.82%. Dari data ini dapat kita lihat bahwa toksin
Cassiicolin berpengaruh terhadap daun karet yang di beri perlakuan. Hal ini sesuai
dengan literatur Barthe (2006) yang menyatakan bahwa cassiicolin adalah toksin
yang inangnya selektif, dihasilkan oleh jamur C. Cassiicola (strain CCP).
Penyebab gugur daun Corynespora, yang merupakan salah satu penyakit yang
(46)
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa ada penurunan berat dari
daun yang telah diberi perlakuan dan daun terlihat mulai layu akibat kadar air dari
daun tersebut berkurang. Hal ini sesuai dengan literatur Breton dan Auzac (2001)
yang menyatakan bahwa Apabila tangkai dari suatu daun muda dicelupkan
kedalam medium ini, suatu kelayuan daun akan terjadi dalam waktu 24-48 jam
kemudian. Intensitas kelayuan diukur dengan menurunnya kadar air.
Dapat dilihat dari dua pengujian tersebut bahwa klasifikasi klon karet
yang resisten adalah klon RRIC 100 dan klon BPM 1, sedangkan klon yang
rentan adalah klon IRR 404, IRR 407, IRR 411, IRR 412, IRR 414, IRR418 dan
IRR 423. Hasil ini menunjukkan bahwa klon RRIC 100 dan klon BPM 1.
mempunyai ketahanan terhadap penyakit daun C. cassiicola . Hal ini sesuai
dengan literatur Woelan (1999) yang menyatakan bahwa Klon BPM 1 mempunyai
ketahanan yang cukup baik terhadap penyakit Corynespora, Klon RRIC 100
ketahanannya terhadap beberapa penyakit daun (Colletotrichum, Corynespora,
dan Oidium) cukup baik. Potensi produksi awal rendah dengan rata-rata produksi
aktual 1567 kg/ha/th selama 8 tahun penyadapan, lateks bewarna putih.
Pengembangannya dapat dilakukan pada daerah beriklim sedang dan klon BPM 1
juga mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap penyakit Corynespora,
sedangkan terhadap Colletotrichum dan Oidium moderat.
Adanya hubungan pada variabel antara uji semprot spora (x) terhadap uji
toksin cassiicolin (y) dikarenakan toksin cassicolin berasal dari isolat C.
cassiicola. Uji semprot spora digunakan untuk mengukur intensitas serangan
sedangkan uji toksin cassicolin digunakan untuk intensitas kelayuan. Hubungan
(47)
menjadikan daun pohon karet gugur sebelum waktunya. Hal tersebut sesuai
dengan literatur Barthe et al (2006) yang menyatakan bahwa Cassicolin adalah
toksin yang inangnya selektif, dihasilkan oleh jamur C. Cassiicola. Penyebab
gugur daun Corynespora, yang merupakan salah satu penyakit yang penting pada
tanaman karet (Havea brasiliensis). Bekerja dengan cassiicolin yang telah
(48)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Intensitas serangan yang tertinggi terdapat pada K3(IRR 404), K6(IRR
407), K8(IRR 411), K9(IRR 412), K10(IRR 414), K11(IRR418), dan
K15(IRR 423) sebesar 10,02%. Sedangkan yang terendah terdapat pada
K16(RRIC 100) dan K17(BPM 1) sebesar 3,60%.
2. Toksin Cassiicolin menyebabkan layu pada daun karet sehingga berat dari
daun menjadi berkurang. Hasil uji toksin tertinggi terdapat pada K9(IRR
412) sebesar 6.32% dan terendah terdapat pada K7(IRR 409) sebesar
3.82%.
3. Berdasarkan klasifikasi klon karet tersebut bahwa klon yang resisten
adalah klon RRIC 100 dan klon BPM 1, klon yang agak resisten adalah
IRR 409 dan PB 260, klon yang moderat adalah IRR 402, IRR 420, IRR
422,klon yang agak rentan adalah IRR 400, IRR 405, IRR 406, IRR 419
sedangkan klon yang rentan adalah klon IRR 404, IRR 407, IRR 411, IRR
412, IRR 414, IRR418 dan IRR 423.
4. Pada data pengamatan diperoleh bahwa klon pembanding (RRIC 100 dan
BPM 1) resisten terhadap spora C. cassiicola dan toksin Cassiicolin.
5. Dari data pengamatan dapat dilihat adanya perbedaan resistensi dari tiap
klon karena tidak semua klon karet dapat dipengaruhi oleh isolat C.
(49)
Saran
Disarankan penelitian lanjutan mengenai Uji Ketahanan Beberapa Klon
IRR seri 400 tanaman karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Terhadap Isolat
Corynespora cassiicola (berk. & curt.) dan Toksin Cassiicolin dalam skala
(50)
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S. 2001. Statistik. BPFE, Yogyakarta
Anonimus, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonimus,2011..Haemocytometer
Achuo, A., M. M. Ebai and S. M. Gobina. 2001. In vitro evolution of Hevea genotypes for resistance to Corynespora cassiicola. J. Nat. Rubb. Res, 4(4), 255-269.
Bangun, MK. 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan, 24-28.
Barthe Philippe, V.P.Renaud, F. Breton,D.Gargani, R. Thai, C. Roumestand and F.Lamotte,2006. Structural Analysis of Cassiicolin, a Host-selective
Protein Toxin from Corynespora cassiicola. Sciencedirect.
Breton, F dan J. d’Auzack. 2001. Recent Recearches on Corynespora cassiicola/Havea brasiliensis. Universite Montpellier. Monttpellier.
Hadi, H. 2008. Efektifitas Penanda Morfologi Untuk Seleksi Resisitensi
Tanaman Karet Terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora. J. Nat.
Rubb. Res, 26(2), 114-123.
Rahayu, S. 2005. Pengenalan Penyakit Gugur Daun Karet dan
Pengendalianya. 13-15 Desember 2005, Pusat Penelitian Karet, Sungai
Putih, 5-8.
Rahayu, S dan Sujatno. 2007. Pengenalan Penyakit Gugur Daun Pada
Tanaman Karet. 13-15 Maret 2007, Pusat Penelitian Karet, Sungai Putih
Semangun, H. 1999. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 90-97.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta.
Situmorang, A., A. Budiman, S. Pawirosoemartjo dan M. Lasminingsih. 1996
Epidemi penyakit gugur daun Corynespora dan Pencegahanya Pada Tanaman Karet. Lokakarya Penyakit Gugur Daun Corynespora pada
tanaman karet. Medan, 16 – 17 Desember 1996. Pusat Penelitian Karet, Sungai putih, 111-132
(51)
Situmorang, A., M. S. Sinaga, H. Suryaningthyas dan M. Laminingsih. 2001.
Perkembangan Penyakit Gugur Daun Corynespora, Genetika Resistensi Klon Karet Anjuran dan Pencegahan Timbulnya Ledakan Serangan. Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet. Pusat Penelitian Karet,
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 215-231.
Situmorang, A., A. Budiman, H. Suryaningtyas, T, R. Febbiyanti dan M. Munir. 2009. Penyakit Tanaman Karet dan Pengendalianya. Pusat Penelitian Karet, Sumbawa, 42-45.
Sinulingga, W., Suwarto dan H. Soepena. 1996. Perkembangan Penyakit Gugur
Daun Corynespora di Indonesia. Lokakarya Penyakit Gugur Daun Corynespora pada Tanaman Karet. Medan, 16 – 17 Desember 1996. Pusat
Penelitian Karet, Sungai putih, 29-36.
Soepeno, B. 2002. Statistik Terapan (Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial & Pendidikan). Rineka Cipta. Jakarta
Sujatno, Syafuddin, dan S. Prawirosoemrdjo, 1998. Resistensi Klon Harapan
Terhadap Penyakit Utama Tanaman Karet. Prosiding Lokakarya
Naional Pemuliaan Karet 1998 dan Diskusi Nasional Prospek Karet Alam Abad 21, Pusat Penelitian Karet, Asosiasi Penelitian Karet Indonesia. Pusat Penelitian Karet. hal. 223-229.
Suryaman, S. 2009. Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Pada Tanaman
Karet. Pusat Penelitian Karet, Sungai Putih. Medan, Sumatera Utara.
39-41.
Unterstenhover, G. 1963. The basic principles of crop protection fielt trial. Pflanzenschulz – Nachrichten Bayer AG, Laverkusen.
Wijaya, T. V. Hidayati, R. Ardika dan A. Nurcahyo. 2009. Observasi Pertumbuhan dan Produksi Karet Pada Elevasi Tinggi di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet. Batam, 4-6 Agustus 2009, Pusat Penelitian Karet. 269-275.
Woelan, S., I. Suhendry., A. Daslin dan R. Anwar., 1999. Karakteristik Klon
Anjuran Rekomendasi 1999-2001 dalam Warta Pusat Penelitian Karet
Volume 18, Pusat Penelitian Karet Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. Hal 37-50.
(52)
Lampiran 1.
BAGAN PENELITIAN
Uji Semprot spora
Uji Toksin Cassiicolin K2S1
K11S1
K2S2
K11S2
K11S3
K2S3
K1S1
K10S1
K1S2
K1S3
K10S2
K3S1
K12S1
K4S1
K13S1
K5S1
K14S1
K6S1
K15S1
K7S1 K16S1
K8S1
K17S1
K9S1 K18S1
K3S2 K12S2
K4S2
K13S2
K5S2
K14S2
K6S2
K15S2
K7S2
K16S2
K8S2 K17S2
K9S2
K18S2
K10S3
K3S3 K4S3
K5S3
K6S3
K7S3
K12S3
K13S3
K14S3
K15S3
K16S3 K8S3
K9S3
K17S3
K18S3
K2T1
K11T1
K2T2 K11T2 K11T
K2T3
K1T1
K10T1
K1T2
K1T3
K10T2
K3T1
K12T1
K4T1
K13T1
K5T1
K14T1
K6T1
K15T1
K7T1
K16T1
K8T1
K17T1
K9T1
K18T1
K3T2 K12T2
K4T2
K13T2 K5T2 K14T2
K6T2
K15T2
K7T2
K16T2
K8T2
K17T2
K9T2 K18T2
K10T3
K3T3
K4T3
K5T3
K6T3
K7T3
K12T3
K13T3
K14T3
K15T3
K16T3
K8T3
K9T3
K17T3
(53)
Keterangan :
S = Uji Semprot Spora
T = Uji Toksin Cassiicolin
K1 = IRR 404 K10 = IRR 415
K2 = IRR 406 K11 = IRR 417
K3 = IRR 407 K12 = IRR 418
K4 = IRR 408 K13 = IRR 419
K5 = IRR 409 K14 = IRR 420
K6 = IRR 410 K15 = IRR 423
K7 = IRR 411 K16 = RRIC 100*
K8 = IRR 412 K17 = BPM 1*
(54)
Lampiran 2. Data Pengamatan Intensitas Serangan Corynespora cassicola 2HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K6 0.00 0.00 25.00 25.00 8.33
K7 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K8 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K9 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K11 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K14 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 0.00 0.00 25.00 25.00
(55)
Transformasi Data Arc Sin √x+0,5 Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II III
K1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K4 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K5 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K6 0.71 0.71 5.05 6.46 2.15
K7 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K8 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K9 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K10 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K11 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K12 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K13 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K14 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K15 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K16 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K17 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K18 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 12.73 12.73 17.07 42.53
Rataan 0.71 0.71 0.95 0.79
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01
Perlakuan 17 5.94 0.35 0.94 tn 1.96 2.58
Error 34 12.57 0.37
Total 53 18.51
FK = 33.49 KK = 0.77 %
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
(56)
Lampiran 3. Data Pengamatan Intensitas Serangan Corynespora cassicola 4HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1 25.00 25.00 0.00 50.00 16.67
K2 0.00 0.00 25.00 25.00 8.33
K3 0.00 25.00 0.00 25.00 8.33
K4 25.00 25.00 25.00 75.00 25.00
K5 25.00 25.00 0.00 50.00 16.67
K6 25.00 25.00 50.00 100.00 33.33
K7 0.00 25.00 25.00 50.00 16.67
K8 0.00 25.00 25.00 50.00 16.67
K9 0.00 0.00 25.00 25.00 8.33
K10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K11 25.00 25.00 25.00 75.00 25.00
K12 0.00 25.00 24.00 49.00 16.33
K13 25.00 25.00 25.00 75.00 25.00
K14 0.00 0.00 25.00 25.00 8.33
K15 25.00 25.00 0.00 50.00 16.67
K16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K18 0.00 25.00 0.00 25.00 8.33
Total 175.00 300.00 274.00 749.00
(57)
Transformasi Data Arc Sin √x+0,5 Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II III
K1 5.05 5.05 0.71 10.81 3.60
K2 0.71 0.71 5.05 6.46 2.15
K3 0.71 5.05 0.71 6.46 2.15
K4 5.05 5.05 5.05 15.15 5.05
K5 5.05 5.05 0.71 10.81 3.60
K6 5.05 5.05 7.11 17.21 5.74
K7 0.71 5.05 5.05 10.81 3.60
K8 0.71 5.05 5.05 10.81 3.60
K9 0.71 0.71 5.05 6.46 2.15
K10 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K11 5.05 5.05 5.05 15.15 5.05
K12 0.71 5.05 4.95 10.71 3.57
K13 5.05 5.05 5.05 15.15 5.05
K14 0.71 0.71 5.05 6.46 2.15
K15 5.05 5.05 0.71 10.81 3.60
K16 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K17 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
K18 0.71 5.05 0.71 6.46 2.15
Total 43.13 64.84 58.11 166.08
Rataan 2.40 3.60 3.23 3.08
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01
Perlakuan 17 124.40 7.32 1.77 tn 1.96 2.58
Error 34 140.83 4.14
Total 53 265.23
FK = 510.77 KK = 0.66 %
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
(58)
Lampiran 4. Data Pengamatan Intensitas Serangan Corynespora cassicola 6HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1 25 25 50 100.00 33.33
K2 25 50 25 100.00 33.33
K3 50 50 50 150.00 50.00
K4 25 50 50 125.00 41.67
K5 25 50 25 100.00 33.33
K6 100 75 100 275.00 91.67
K7 25 25 25 75.00 25.00
K8 50 75 75 200.00 66.67
K9 35 50 50 135.00 45.00
K10 25 50 50 125.00 41.67
K11 50 50 50 150.00 50.00
K12 25 25 50 100.00 33.33
K13 50 25 25 100.00 33.33
K14 25 25 25 75.00 25.00
K15 50 75 50 175.00 58.33
K16 0 0 25 25.00 8.33
K17 0 0 25 25.00 8.33
K18 25 25 25 75.00 25.00
Total 610.00 725.00 775.00 2110.00
(59)
Transformasi Data Arc Sin √x+0,5 Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II III
K1 5.05 5.05 7.11 17.21 5.74
K2 5.05 7.11 5.05 17.21 5.74
K3 7.11 7.11 7.11 21.32 7.11
K4 5.05 7.11 7.11 19.26 6.42
K5 5.05 7.11 5.05 17.21 5.74
K6 10.02 8.69 10.02 28.74 9.58
K7 5.05 5.05 5.05 15.15 5.05
K8 7.11 8.69 8.69 24.48 8.16
K9 5.96 7.11 7.11 20.17 6.72
K10 5.05 7.11 7.11 19.26 6.42
K11 7.11 7.11 7.11 21.32 7.11
K12 5.05 5.05 7.11 17.21 5.74
K13 7.11 5.05 5.05 17.21 5.74
K14 5.05 5.05 5.05 15.15 5.05
K15 7.11 8.69 7.11 22.90 7.63
K16 0.71 0.71 5.05 6.46 2.15
K17 0.71 0.71 5.05 6.46 2.15
K18 5.05 5.05 5.05 15.15 5.05
Total 98.38 107.52 115.96 321.86
Rataan 5.47 5.97 6.44 5.96
Daftar Sidik Ragam Sumber
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01
Perlakuan 17 168.26 9.90 6.69 ** 1.96 2.58
Error 34 50.29 1.48
Total 53 218.55
FK = 1918.45 KK
= 0.20 %
Ket
: tn = tidak nyata
* = nyata
(60)
Sy 0.17 0.06 0.04 2.91 4.35 4.33 5.01 4.99 5.67 5.67 5.97 6.35 6.34 6.87 7.40 8.81 P 2 3 4 5 6 7 11 12 13 14 15 16 17 18 19 SSR 0,01 3.89 4.06 4.16 4.22 4.32 4.36 4.48 4.54 4.54 4.58 4.58 4.61 4.61 4.63 4.63 LSR 0,01 0.64 0.67 0.69 0.70 0.71 0.72 0.74 0.75 0.75 0.76 0.76 0.76 0.76 0.77 0.77 Perlakuan K16 K17 K18 K7 K14 K1 K13 K4 K10 K9 K3 K11 K15 K8 K6
Rataan 0.71 0.71 3.60 5.05 5.05 5.74 5.74 6.42 6.42 6.72 7.11 7.11 7.63 8.16 9.58 ·A
B
C
D
(61)
Lampiran 5. Data Pengamatan Intensitas Serangan Corynespora cassicola 8HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1 50.00 50.00 100.00 200.00 66.67
K2 50.00 75.00 50.00 175.00 58.33
K3 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
K4 50.00 75.00 100.00 225.00 75.00
K5 50.00 100.00 75.00 225.00 75.00
K6 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
K7 25.00 25.00 25.00 75.00 25.00
K8 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
K9 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
K10 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
K11 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
K12 50.00 50.00 100.00 200.00 66.67
K13 75.00 50.00 50.00 175.00 58.33
K14 50.00 50.00 75.00 175.00 58.33
K15 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
K16 0.00 25.00 25.00 50.00 16.67
K17 0.00 25.00 25.00 50.00 16.67
K18 25.00 50.00 25.00 100.00 33.33
Total 1125.00 1275.00 1350.00 3750.00
(62)
Transformasi Data Arc Sin √x+0,5 Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II III
K1 7.11 7.11 10.02 24.24 8.08
K2 7.11 8.69 7.11 22.90 7.63
K3 10.02 10.02 10.02 30.07 10.02
K4 7.11 8.69 10.02 25.82 8.61
K5 7.11 10.02 8.69 25.82 8.61
K6 10.02 10.02 10.02 30.07 10.02
K7 5.05 5.05 5.05 15.15 5.05
K8 10.02 10.02 10.02 30.07 10.02 K9 10.02 10.02 10.02 30.07 10.02 K10 10.02 10.02 10.02 30.07 10.02 K11 10.02 10.02 10.02 30.07 10.02
K12 7.11 7.11 10.02 24.24 8.08
K13 8.69 7.11 7.11 22.90 7.63
K14 7.11 7.11 8.69 22.90 7.63
K15 10.02 10.02 10.02 30.07 10.02
K16 0.71 5.05 5.05 10.81 3.60
K17 0.71 5.05 5.05 10.81 3.60
K18 5.05 7.11 5.05 17.21 5.74
Total 133.02 148.26 152.04 433.31
Rataan 7.39 8.24 8.45 8.02
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01
Perlakuan 17 247.07 14.53 9.35 ** 1.96 2.58
Error 34 52.87 1.56
Total 53 299.95
FK = 3477.05 KK = 0.16 %
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
(63)
Uji Jarak Duncan
Sy 0.17 2.94 2.91 5.02 6.90 6.89 6.89 7.32 7.32 7.85 7.84 9.25 9.25 9.25 9.24 9.24 9.24 9.24 P 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 SSR 0,01 3.89 4.06 4.22 4.32 4.36 4.41 4.45 4.48 4.48 4.54 4.54 4.58 4.58 4.61 4.61 4.63 4.63 LSR 0,01 0.66 0.69 0.72 0.73 0.74 0.75 0.76 0.76 0.76 0.77 0.77 0.78 0.78 0.78 0.78 0.79 0.79 Perlakuan K16 K17 K18 K2 K13 K14 K1 K12 K4 K5 K3 K6 K8 K9 K10 K11 K15 Rataan 3.60 3.60 5.74 7.63 7.63 7.63 8.08 8.08 8.61 8.61 10.02 10.02 10.02 10.02 10.02 10.02 10.02
A B
C .D
(64)
lampiran 6. Data pengamatan uji toksin cassiicolin
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1 31.07 30.77 27.63 89.47 29.82
K2 18.95 18.28 23.78 61.00 20.33
K3 32.61 35.48 38.89 106.98 35.66
K4 28.95 26.92 30.00 85.87 28.62
K5 20.27 29.03 25.00 74.30 24.77
K6 31.65 42.37 35.59 109.61 36.54
K7 15.97 18.87 8.57 43.41 14.47
K8 33.33 39.34 36.84 109.52 36.51
K9 40.63 33.33 44.78 118.73 39.58
K10 42.22 34.38 27.59 104.18 34.73
K11 33.91 38.71 42.20 114.82 38.27
K12 29.63 22.83 20.24 72.69 24.23
K13 23.45 24.32 23.70 71.48 23.83
K14 25.00 19.05 22.78 66.83 22.28
K15 38.32 39.32 22.43 100.06 33.35
K16 3.41 3.33 9.33 16.08 5.36
K17 4.05 2.38 6.38 12.82 4.27
K18 18.84 11.11 13.21 43.16 14.39
Total 472.25 469.83 458.95 1401.03
(65)
Transformasi Data Arc Sin √x+0,5 Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II III
K1 5.62 5.59 5.30 16.51 5.50
K2 4.41 4.33 4.93 13.67 4.56
K3 5.75 6.00 6.28 18.03 6.01
K4 5.43 5.24 5.52 16.19 5.40
K5 4.56 5.43 5.05 15.04 5.01
K6 5.67 6.55 6.01 18.23 6.08
K7 4.06 4.40 3.01 11.47 3.82
K8 5.82 6.31 6.11 18.24 6.08
K9 6.41 5.82 6.73 18.96 6.32
K10 6.54 5.91 5.30 17.74 5.91
K11 5.87 6.26 6.53 18.66 6.22
K12 5.49 4.83 4.55 14.87 4.96
K13 4.89 4.98 4.92 14.80 4.93
K14 5.05 4.42 4.83 14.30 4.77
K15 6.23 6.31 4.79 17.33 5.78
K16 1.98 1.96 3.14 7.07 2.36
K17 2.13 1.70 2.62 6.45 2.15
K18 4.40 3.41 3.70 11.51 3.84
Total 90.30 89.45 89.32 269.07
Rataan 5.02 4.97 4.96 4.98
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01
Perlakuan 17 79.53 4.68 20.37 ** 1.96 2.58
Error 34 7.81 0.23
Total 53 87.34
FK = 1340.69 KK = 0.10 %
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
(66)
Uji Jarak Duncan
Sy 0.07 1.90 2.09 3.55 3.56 4.28 4.48 4.64 4.67 4.72 5.10 5.21 5.48 5.62 5.71 5.78 5.77 5.92 6.02 P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 SSR 0,01 3.89 4.06 4.16 4.22 4.32 4.36 4.41 4.45 4.48 4.48 4.54 4.54 4.58 4.58 4.61 4.61 4.63 4.63 LSR 0,01 0.25 0.26 0.27 0.28 0.28 0.28 0.29 0.29 0.29 0.29 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 Perlakuan K17 K16 K7 K18 K2 K14 K13 K12 K5 K4 K1 K15 K10 K3 K8 K6 K11 K9
Rataan 2.15 2.36 3.82 3.84 4.56 4.77 4.93 4.96 5.01 5.40 5.50 5.78 5.91 6.01 6.08 6.08 6.22 6.32
A .C B
.D E .F
G H
(67)
Lampiran 7 . Analisis Rank x (Uji Semprot Spora) Terhadap y (Uji Toksin Cassiicolin)
perlakuan x y xi yi d d2
K1(IRR 400) 8.08 5.50 10.5 8 2.5 6.25
K2(IRR 402) 7.63 4.56 13 14 -1 1
K3(IRR404) 10.02 6.01 4 5 -1 1
K4(IRR 405) 8.61 5.40 8.5 9 -1.5 2.25
K5(IRR 406) 8.61 5.01 8.5 10 -2.5 6.25
K6(IRR 407) 10.02 6.08 4 3.5 0.5 0.25
K7(IRR 409) 5.05 3.82 16 16 0 0
K8(IRR 411) 10.02 6.08 4 3.5 0.5 0.25
K9(IRR 412) 10.02 6.32 4 1 3 9
K10(IRR 414) 10.02 5.91 4 6 -2 4
K11(IRR418) 10.02 6.22 4 2 2 4
K12(IRR419) 8.08 4.96 10.5 11 -0.5 0.25
K13(IRR 420) 7.63 4.93 13 12 1 1
K14(IRR 422) 7.63 4.77 13 13 0 0
K15(IRR 423) 10.02 5.78 4 7 -3 9
K16(RRIC 100) 3.60 2.36 17.5 17 0.5 0.25
K17(BPM 1) 3.60 2.15 17.5 18 -0.5 0.25
K18(PB 260) 5.74 3.84 15 15 0 0
Jumlah 45
rs = 0.954*
thitung = 12.72
t tabel taraf 95% = 2.306
(68)
(1)
Uji Jarak Duncan
Sy 0.17 2.94 2.91 5.02 6.90 6.89 6.89 7.32 7.32 7.85 7.84 9.25 9.25 9.25 9.24 9.24 9.24 9.24
P 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
SSR 0,01 3.89 4.06 4.22 4.32 4.36 4.41 4.45 4.48 4.48 4.54 4.54 4.58 4.58 4.61 4.61 4.63 4.63
LSR 0,01 0.66 0.69 0.72 0.73 0.74 0.75 0.76 0.76 0.76 0.77 0.77 0.78 0.78 0.78 0.78 0.79 0.79
Perlakuan K16 K17 K18 K2 K13 K14 K1 K12 K4 K5 K3 K6 K8 K9 K10 K11 K15
Rataan 3.60 3.60 5.74 7.63 7.63 7.63 8.08 8.08 8.61 8.61 10.02 10.02 10.02 10.02 10.02 10.02 10.02
A B
C .D
E
(2)
lampiran 6. Data pengamatan uji toksin cassiicolin
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1 31.07 30.77 27.63 89.47 29.82
K2 18.95 18.28 23.78 61.00 20.33
K3 32.61 35.48 38.89 106.98 35.66
K4 28.95 26.92 30.00 85.87 28.62
K5 20.27 29.03 25.00 74.30 24.77
K6 31.65 42.37 35.59 109.61 36.54
K7 15.97 18.87 8.57 43.41 14.47
K8 33.33 39.34 36.84 109.52 36.51
K9 40.63 33.33 44.78 118.73 39.58
K10 42.22 34.38 27.59 104.18 34.73
K11 33.91 38.71 42.20 114.82 38.27
K12 29.63 22.83 20.24 72.69 24.23
K13 23.45 24.32 23.70 71.48 23.83
K14 25.00 19.05 22.78 66.83 22.28
K15 38.32 39.32 22.43 100.06 33.35
K16 3.41 3.33 9.33 16.08 5.36
K17 4.05 2.38 6.38 12.82 4.27
K18 18.84 11.11 13.21 43.16 14.39
Total 472.25 469.83 458.95 1401.03
(3)
Transformasi Data Arc Sin √x+0,5
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II III
K1 5.62 5.59 5.30 16.51 5.50 K2 4.41 4.33 4.93 13.67 4.56 K3 5.75 6.00 6.28 18.03 6.01 K4 5.43 5.24 5.52 16.19 5.40 K5 4.56 5.43 5.05 15.04 5.01 K6 5.67 6.55 6.01 18.23 6.08 K7 4.06 4.40 3.01 11.47 3.82 K8 5.82 6.31 6.11 18.24 6.08 K9 6.41 5.82 6.73 18.96 6.32 K10 6.54 5.91 5.30 17.74 5.91 K11 5.87 6.26 6.53 18.66 6.22 K12 5.49 4.83 4.55 14.87 4.96 K13 4.89 4.98 4.92 14.80 4.93 K14 5.05 4.42 4.83 14.30 4.77 K15 6.23 6.31 4.79 17.33 5.78 K16 1.98 1.96 3.14 7.07 2.36 K17 2.13 1.70 2.62 6.45 2.15 K18 4.40 3.41 3.70 11.51 3.84 Total 90.30 89.45 89.32 269.07
Rataan 5.02 4.97 4.96 4.98
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01
Perlakuan 17 79.53 4.68 20.37 ** 1.96 2.58
Error 34 7.81 0.23
Total 53 87.34
FK = 1340.69 KK = 0.10 %
Ket : tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata
(4)
Uji Jarak Duncan
Sy 0.07 1.90 2.09 3.55 3.56 4.28 4.48 4.64 4.67 4.72 5.10 5.21 5.48 5.62 5.71 5.78 5.77 5.92 6.02
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
SSR 0,01 3.89 4.06 4.16 4.22 4.32 4.36 4.41 4.45 4.48 4.48 4.54 4.54 4.58 4.58 4.61 4.61 4.63 4.63
LSR 0,01 0.25 0.26 0.27 0.28 0.28 0.28 0.29 0.29 0.29 0.29 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30
Perlakuan K17 K16 K7 K18 K2 K14 K13 K12 K5 K4 K1 K15 K10 K3 K8 K6 K11 K9
Rataan 2.15 2.36 3.82 3.84 4.56 4.77 4.93 4.96 5.01 5.40 5.50 5.78 5.91 6.01 6.08 6.08 6.22 6.32
A
.C B
.D
E .F
G H
(5)
Lampiran 7 . Analisis Rank x (Uji Semprot Spora) Terhadap y (Uji Toksin Cassiicolin)
perlakuan x y xi yi d d2
K1(IRR 400) 8.08 5.50 10.5 8 2.5 6.25
K2(IRR 402) 7.63 4.56 13 14 -1 1
K3(IRR404) 10.02 6.01 4 5 -1 1
K4(IRR 405) 8.61 5.40 8.5 9 -1.5 2.25
K5(IRR 406) 8.61 5.01 8.5 10 -2.5 6.25
K6(IRR 407) 10.02 6.08 4 3.5 0.5 0.25
K7(IRR 409) 5.05 3.82 16 16 0 0
K8(IRR 411) 10.02 6.08 4 3.5 0.5 0.25
K9(IRR 412) 10.02 6.32 4 1 3 9
K10(IRR 414) 10.02 5.91 4 6 -2 4
K11(IRR418) 10.02 6.22 4 2 2 4
K12(IRR419) 8.08 4.96 10.5 11 -0.5 0.25
K13(IRR 420) 7.63 4.93 13 12 1 1
K14(IRR 422) 7.63 4.77 13 13 0 0
K15(IRR 423) 10.02 5.78 4 7 -3 9
K16(RRIC 100) 3.60 2.36 17.5 17 0.5 0.25
K17(BPM 1) 3.60 2.15 17.5 18 -0.5 0.25
K18(PB 260) 5.74 3.84 15 15 0 0
Jumlah 45
rs = 0.954*
thitung = 12.72
t tabel taraf 95% = 2.306
*Korelasi sifnifikan pada taraf 0.05
(6)