Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk & Curt.) di Lapangan

(1)

UJI KETAHANAN BEBERAPA KLON TANAMAN KARET

(Hevea brasiliensis Muall. Arg.) TERHADAP PENYAKIT

GUGUR DAUN (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.)

DI LAPANGAN

SKRIPSI

LUTFILLAH BARUS 060302038

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UJI KETAHANAN BEBERAPA KLON TANAMAN KARET

(Hevea brasiliensis Muall. Arg.) TERHADAP PENYAKIT

GUGUR DAUN (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.)

DI LAPANGAN

SKRIPSI

LUTFILLAH BARUS 060302038

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana di Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP) Ketua Anggota

(Zaida Fairuzah SP.) Pembimbing Lapangan

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRCK

Lutfillah Barus ” Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea

brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola

Berk & Curt.) di Lapangan ” with the conselling Mr Ir.Mukhtar Iskandar Pinem, M, Agr , Mr Ir.Lahmuddin Lubis, Mp and Zaida Fairuzah,sp. The research was conducted at Sungai Putih Rubber Research Center since Januari to Mart 2011. The aim of research was to found resistent clones IRR Series 300 fall of leaf diseases Corynespora cassiicola. This research use the method of Block non Faktorial Random Design with 18 treatments adn 3 repeats. Clones that used were IRR 300, IRR 301, IRR 305, IRR 306, IRR 308, IRR 310, IRR 311, IRR 312, IRR 313, IRR 317, IRR 318, IRR 319, IRR 327, IRR 328, IRR 329, RRIC 100, BPM 1, and PB 260. Research result showet that IRR 300, IRR 313, IRR 305, IRR 329, IRR 311, IRR 319, IRR 308, were susceptible. To clone IRR 306, IRR 327, IRR 328, IRR 312, IRR 318, IRR 317, IRR 301, IRR310, PB 260 were

resistant and RRIC 100 dan BPM 1 was high resistant to the


(4)

ABSTRAK

Lutfillah Barus ” Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea

brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola

Berk & Curt.) di Lapangan ” dengan komisi pembimbing Bapak Ir.Mukhtar Iskandar Pinem, M, Agr , Bapak Ir.Lahmuddin Lubis, Mp dan Ibu Zaida Fairuzah,sp. Penelitian ini dilaksanakan di pusat penelitian perkebunan Sungai Putih dari bulan Januari sampai Mart 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan klon IRR Seri 300 tanaman karet terhadap penyakit gugur daun Corynespora cassiicola. Penelitian ini menggunakan Rncangan Acak Kelompok ( RAK ) non faktorial yang terdiri dari 18 perlakuan dan 3 ulangan. Klon karet yang digunaka adalah IRR 300, IRR 301, IRR 305, IRR 306, IRR 308, IRR 310, IRR 311, IRR 312, IRR 313, IRR 317, IRR 318, IRR 319, IRR 327, IRR 328, IRR 329, RRIC 100, BPM 1, dan PB 260. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IRR 300, IRR 313, IRR 305, IRR 329, IRR 311, IRR 319, IRR 308, adalah klon yang tergolong peka. IRR 306, IRR 327, IRR 328, IRR 312, IRR 318, IRR 317, IRR 301, IRR310, PB 260 termasuk klon yang tahan dan RRIC 100 dan BPM 1 termasuk ke dalam klon yang sangat tahan terhadap


(5)

RIWAYAT HIDUP

Lutfillah Barus, lahir tanggal 28 Afril 1988 di desa Siberteng, Putra dari Ayahanda Kitab Barus dan Ibunda Ngalemi br Tarigan, dan merupakan Putra ke empat dari empat bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus dari SD Inpres No 045964 Buluh Belangke desa Siberteng tahun 2000, tahun 2003 lulus dari SMP Negeri 3 Berastagi, tahun 2006 lulus dari SMU Negeri 1 Berastagi dan tahun 2006 diterima di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV unit usaha Bah butong dari bulan Juni sampai Juli dan melaksanakan penelitian di Pusat Penelitian Sungai Putih Kec. Galang, Kabupaten Deli Serdang mulai bulan Januari sampai Maret 2011.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah ”Uji Ketahanan Beberapa Klon

Tanaman Karet (Havea brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit

Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) di Lapangan” yang

merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan ujian ahir sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr , Bapak Ir.Lahmuddin Lubis, MP selaku komisi pembimbing dan Ibu Zaida Fairuzah, SP selaku pembimbing lapangan serta kepada seluruh staf pengajar Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis juga mengucabkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu sampai selesainya skripsi ini. Penulis mengharabkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan usulan penelitian dan semoga bermanfaat bagi pembaca.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

RIWAYAT HIDUP...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian...3

Hipotesa Penelitian... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit...5

Gejala Serangan...7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit...9

Pengendalian Penyakit...11

Klon Pembanding... 12

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian... 14

Bahan dan Alat... 14

Metode Penelitian... 15

Pelaksanaan Penelitian... 16

Penyiapan Bahan Tanaman... 16

Isolasi Patogen Corynespora cassiicola...17

Penyiapan Spora Jamur... .17

Pelaksanaan Inokulasi...18


(8)

Periode Latent... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil...22

Intensitas Serangan...22

Tingkat Ketahanan / Kepekaan Tanaman...24

Jumlah Bercak C. cassiicola...25

Periode latern...26

Pembahasan...28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...32

Saran...33

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hlm.

1. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan C. cassiicola (%) 23

pada waktu pengamatan 12 hsi

2. Tingkat Kepekaan / Ketahanan Tanaman Tergadap Serangan 24

C. cassiicola

3. Uji Beda Rataan Jumlah Bercak C. cassiicola pada waktu 25 pengamatan 12 hsi


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hlm.

1. Miselium Jamur Corynespora cassiicola (Berk & Curt.) Wei. 5 2. Bercak daun Corynespora cassiicola (Berk & Curt.) Wei. 9

3. Tanaman karet yang dipangkas di lapangan 16

4. Isolat C. cassiicola di medium daun karet 17

5. Tanaman karet yang sudah diaplikasi 18

6. Histogram Intensitas Serangan C. Cassiicola (%) di Lapangan 29


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hlm.

1. Bagan Percobaan 36

2. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. cassiicola 12 hsi 37

3. Data Pengamatan Jumlah Bercak C. cassiicola 12 hsi 41

4. Foto Gejala Serangan Corynespora cassiicola 45

(Berk & Curt.) Wei.

5. Foto daun tanaman yang tidak terserang 45

Corynespora cassiicola (Berk & Curt.) Wei.

6. Foto lahan penelitian 46

7. Perhitungan Kerapatan Konidia Jamur Corynespora cassiicola 47

8. Data Curah Hujan 49


(12)

ABSTRCK

Lutfillah Barus ” Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea

brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola

Berk & Curt.) di Lapangan ” with the conselling Mr Ir.Mukhtar Iskandar Pinem, M, Agr , Mr Ir.Lahmuddin Lubis, Mp and Zaida Fairuzah,sp. The research was conducted at Sungai Putih Rubber Research Center since Januari to Mart 2011. The aim of research was to found resistent clones IRR Series 300 fall of leaf diseases Corynespora cassiicola. This research use the method of Block non Faktorial Random Design with 18 treatments adn 3 repeats. Clones that used were IRR 300, IRR 301, IRR 305, IRR 306, IRR 308, IRR 310, IRR 311, IRR 312, IRR 313, IRR 317, IRR 318, IRR 319, IRR 327, IRR 328, IRR 329, RRIC 100, BPM 1, and PB 260. Research result showet that IRR 300, IRR 313, IRR 305, IRR 329, IRR 311, IRR 319, IRR 308, were susceptible. To clone IRR 306, IRR 327, IRR 328, IRR 312, IRR 318, IRR 317, IRR 301, IRR310, PB 260 were

resistant and RRIC 100 dan BPM 1 was high resistant to the


(13)

ABSTRAK

Lutfillah Barus ” Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea

brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola

Berk & Curt.) di Lapangan ” dengan komisi pembimbing Bapak Ir.Mukhtar Iskandar Pinem, M, Agr , Bapak Ir.Lahmuddin Lubis, Mp dan Ibu Zaida Fairuzah,sp. Penelitian ini dilaksanakan di pusat penelitian perkebunan Sungai Putih dari bulan Januari sampai Mart 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan klon IRR Seri 300 tanaman karet terhadap penyakit gugur daun Corynespora cassiicola. Penelitian ini menggunakan Rncangan Acak Kelompok ( RAK ) non faktorial yang terdiri dari 18 perlakuan dan 3 ulangan. Klon karet yang digunaka adalah IRR 300, IRR 301, IRR 305, IRR 306, IRR 308, IRR 310, IRR 311, IRR 312, IRR 313, IRR 317, IRR 318, IRR 319, IRR 327, IRR 328, IRR 329, RRIC 100, BPM 1, dan PB 260. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IRR 300, IRR 313, IRR 305, IRR 329, IRR 311, IRR 319, IRR 308, adalah klon yang tergolong peka. IRR 306, IRR 327, IRR 328, IRR 312, IRR 318, IRR 317, IRR 301, IRR310, PB 260 termasuk klon yang tahan dan RRIC 100 dan BPM 1 termasuk ke dalam klon yang sangat tahan terhadap


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak dahulu karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil, Amerika selatan. Akan tetapi meskipun telah diketahui penggunaanya oleh COLUMBUS dalam pelayarannya ke Amerika selatan pada akhir abad ke-15 dan bahkan oleh penjelajah-penjelajah berikutnya pada abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang eropa (Setyamidjaja, 1993).

Penyakit Corynespora menyebabkan pengguguran daun yang terus terutama jika patogen menyerang pada periode pembentukan daun muda setelah gugur daun alami. Pembentukan daun baru yang berulang-ulang menyebabkan mati pucuk terutama pada tanaman muda. Pada tanaman dewasa (telah disadap), pembentukan daun muda yang jelek yang disebabkan oleh penyakit gugur daun sering kali menyebabkan stress fisiologi, menyebabkan kehilangan hasil lateks sampai 45 % (Achuo et al.,2001).

Penyakit gugur daun Corynespora (PGDC) pada tanaman karet disebabkan oleh cendawan Corynespora cassiicola. PGDC merupakan salah satu penyakit yang potensial menyebabkan kerugian pada perkebunan karet. Tanaman yang terinfeksi PGDC memperlihatkan gejala serangan penyakit pada daun. Pada klon yang rentan, serangan penyakit dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, turunya produktifitas dan kematian tanaman (Hadi, 2008).

Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Corynespora cassiicola dikategorikan sebagai salah satu penyakit karet yang penting karena


(15)

mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup berarti. Corynespora cassiicola menyerang tanaman karet di pembibitan, kebun entres dan tanaman muda serta tanaman menghasilkan di lapangan. Serangan berat Corynespora cassiicola mengakibatkan peranggasan sepanjang tahun sehingga pertumbuhanya terhambat, penyadapan tidak dapat dilakukan dan lambat laun akan mengalami kematian (Situmorang, 1996).

Kerusakan akibat penyakit ini sangat tergantung pada tingkat resistensi klon dan kondisi iklim setempat. Pada klon yang rentan gugur daun dapat terjadi berulang-ulang dan tajuk bisa gundul sepanjang tahun. Gugur daun yang berulang terus-menerus pada tanaman muda dapat menyebabkan mati pucuk, pertumbuhan tanaman terganggu atau tanaman mati, sedangkan pada tanaman dewasa menyebabkan turunya produksi secara nyata (Soepena, 1996).

C. cassiicola memperoduksi banyak ras dan mampu hidup pada berbagai

tumbuhan dan klon karet dan berbagai kondisi lingkungan. Dengan kemampuan tersebut patogen dapat mengakibatkan kerusakan berat atau mematahkan resistensi tanaman. Beberapa laporan menunjukkan bahwa selama 1980-1996, patogen tersebut telah mengakibatkan kerusakan pada 34 klon karet di perkebunan karet dunia termasuk Indonesia. Klon karet resisten yang ditanam sekarang ini diperkirakan akan mengalami kerusakan oleh ras patogen yang timbul di masa yang akan datang. Mengingat bahaya tersebut, telah dilakukan berbagai penelitian tentang virulensi ras patogen dan resistensi klon karet terhadap patogen tersebut di Indonesia (Situmorang, 2001).

Epidemi penyakit gugur daun Corynespora telah terjadi di negara produsen karet di Asia meskipun sebagian diantaranya terjadi pada klon yang


(16)

ditanam dalam skala kecil. Timbulnya epidemi ini belum banyak diketahui faktor penyebab utamanya, apakah faktor kerentanan klon karet atau pembentukan ras yang lebih virulen atau pengaruh faktor lingkungan (Fairuzah, 2009).

Di Indonesia penyakit gugur daun Corynespora pertama kali ditemukan pada tahun 1980 di kebun percobaan Sumbawa, Propinsi Sumatera Selatan (Sinulingga dkk, 1996). C. cassiicola telah membentuk berbagai ras dengan patogenitas yang cukup bervariasi. Ras patogen ini terdiri dari tiga kelompok besar yaitu : 1. ras yang beradaptasi terhadap kondisi geografis, 2. ras yang beradaptasi terhadap tumbuhan inang selain karet dan, 3. ras yang beradaptasi dengan klon karet. Ras kelompok pertama dan ke tiga termasuk ras yang sangat penting dibandingkan dengan ras kelompok kedua yang biasanya tidak menular ke tanaman karet. Ras kelompok ketiga ini dapat digolongkan dalam 2 ras yaitu : a. Adalah ras yang menyerang klon yang sebelumnya telah rentan (klon kelompok pertama) dan ras kelompok b. Adalah ras ras yang telah mulai menyerang klon yang sebelumnya tahan (klon kelompok kedua) (Fairuzah, 2009).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat ketahanan klon IRR seri 300 tanaman karet terhadap penyakit gugur daun Corynespora cassiicola.


(17)

Hipotesa Penelitian

Klon tanaman karet yang berbeda mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap penyakit gugur daun yang disebabkan oleh jamur

Corynespora cassicola.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyusun Skripsi di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Faakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

TINJAUAN LITERATUR

Biologi Penyakit

Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut :

Divisi : Eumicophyta

Sub Divisi : Eumycotina

Kelas : Deutromycetes

Ordo : Coryneales

Famili : Hipomycetes

Genus : Corynespora

Spesies : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei

Konidiofor berwarna coklat, keluar dari permukaan bawah daun, dengan ujung membengkak. Konidium berwarna coklat, seperti gada atau selindris, ujungnya agak runcing, bersepta 2–14, dengan ukuran 40-120µm x 8-18µ m. Dalam biakan murni bermacam-macam isolat C. cassiicola dari tanaman karet mempunyai misselium yang beragam mofologinya (Semangun, 1999).

Miselium C. cassiicola


(19)

Penyebaran penyakit ini melalui spora yang dibawa oleh angin. Daerah penyebarannya di Indonesia sampai tahun 1986 sudah meluas hingga ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Penyakit ini dianggap sebagai salah satu ancaman perkebunan karet dewasa ini (Anonimus, 1993).

Penyakit gugur daun Corynespora akhir-akhir ini muncul menjadi penyebab gugur daun yang mencolok, terutama pada klon introduksi. Pada klon yang ditanam di Sumatera Utara dan Timur, Corynespora menyebabkan gugur daun sepanjang tahun sehingga tanaman gundul dan pertumbuhannya terhambat. Klon lokal biasanya tahan terhadap penyakit ini, tetapi dikhawatirkan patogenitas akan meningkat sehingga pada akhirnya klon lokal pun akan terserang juga. Pada klon peka, Corynespora dapat menyerang daun muda maupun daun tua (Setyamidjaja, 1993).

Konidium berkecambah dan membentuk apresorium. Jamur juga dapat menembus langsung ke dalam jaringan. Dalam jaringan daun miselium berkembang di dalam dan di antara sel-sel. Patogen menghasilkan enzim dan toksin (Semangun, 1999).

C. cassiicola lebih menyukai daun yang masih muda sampai umur 4

minggu, meskipun daun tua dapat di infeksinya. Apabila infeksi patogem berhasil pada saat tanaman membentuk daun muda dengan dukungan kondisi iklim/cuaca akan merupakan pemacu timbulnya epidemi pada bulan berikutnya. Pengguguran daun tanaman biasanya berlangsung 3-4 bulan setelah infeksi patogen. Pengguguran daun tanaman berlangsung lambat dan terus-menerus hingga tajuk tanaman menjadi tipis sepanjang tahun. Adakalanya tanaman membentuk


(20)

daun-daun yang baru namun dalam waktu 2-3 bulan kemudian akan gugur juga (situmorang dkk, 1996).

Gejala Serangan

Gejalan seranga pada daun coklat masih belum tampak setelah daun menjadi hijau muda, gejala mulai terlihat bercak hitam kemudian berkembang seperti menyirip. Menjadi pucat, lemas, dan bagian ujungnya mati atau kering. Pada daun tua, bercak hitam tersebut dan sirip tampak lebih helas seperi tulang ikan. Bercak ini meluas mengikuti urat daun dan kadang-kadang sebagian pusat bercak berwarna coklat atu kelabu, dan berlubang. Daun akhirnya menjadi kuning atau kemerahan kemudian gugur. (Situmorang, 2009).

Pada klon yang sangat rentan, serangan terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan tanaman meranggas atau mati. Sedangkan pada klon yang resisten, serangan Corynespora pada daun menimbulkan bercak kehitaman tetapi tidak berkembang, demikian juga warna daun disekitar bercak tersebut tidak berubah dan daun tidak gugur (Rahayu, 2007).

Infeksi terutama terjadi pada daun muda yang umurnya kurang dari 4 minggu. Mula-mula pada daun terjadi bercak hitam, terutama pada tulang-tulang daun. Bercak berkembang mengikuti tulang-tulang daun dan meluas ketulang-tulang yang lebih halus, sehingga bercak tampak menyirip seperti ketulang-tulang atau duri ikan. Pada tingkat lanjut, bercak semakin meluas, berbentuk bundar atau tidak teratur. Bagian tepi bercak berwarna coklat, dengan sirip berwarna coklat dan hitam. Bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang. Di sekitar bercak


(21)

biasanya terdapat daerah yang berwarna kuning (halo) yang agak lebar. Daun yang sakit menguning, menjadi coklat dan gugur (Rahayu, 2005)

Penyakit gugur daun C. cassiicola selain menyerang daun muda juga menyerang daun tua. Daun muda (flush) yang helaian daunnya baru membuka, berwarna merah tembaga atau hijau muda, apabila terserang Corynespora akan berubah menjadi kuning, menggulung, layu, dan gugur. Daun-daun akan terlepas dari tangkainya dan akibatnya tangkai itu sendiri gugur. Pada daun muda, serangan Corynespora tidak menimbulkan bercak yang nyata, tetapi tampak kuning merata diseluruh permukaan daun. Sedangkan daun tua atau hitam, tidak menyirip seperti tulang ikan (Rahayu, 2007).

Daun muda (flush) yang helaian daunya baru membuka, bewarna merah tembaga atau hijau muda apabila terserang Corynespora akan berubah menjadi kuning, menggulung dan layu. Daun-daun akan terlepas dari tangkainya dan akibatnya tangkai itu sendiri gugur. Pada daun muda, serangan Corynespora tidak menimbulkan bercak yang nyata tetapi tampak kuninh merata di seluruh permukaan daun. Sedangkan pada daun tua serangan Corynespora ditandai dengan adanya bercak-bercak tak beraturan bewarna coklat tua atau hitam, tampak menyirip seperti tulang ikan. Bagian sekitar bercak akan berubah menjadi jingga sampai ungu dan akhirnya daun gugur (Soekirman, 2004).


(22)

Gambar 2. Bercak daun Corynespora cassiicola (Berk & Curt.) Wei.

Toksin yang dibentuk oleh Corynespora menyebabkan perubahan warna yang meluas pada daun. Bahkan meskipun pada patogen hanya membentuk bercak yang kecil pada tulang daun, karena adanya toksin ini daun dapat menguning, menjdi coklat dan gugur. Tanaman-tanaman yang rentan dapat menjadi gundul, dengan banyak ranting dan cabang mati, pertumbuhannya terhambat, sehingga terlambat memasuki masa sadap (Semangun, 1999)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Iklim/Cuaca

Penyakit ini biasanya timbul dalam kondisi cuaca yang agak lembab (curah hujan merata dengan rata-rata per hari 12,4 mm, hari hujan 27 hari/bulan dan kelembapan udara nisbi rata-rata perhari 89%, dan suhu udara rata-rata 270C bersamaan pada waktu tanaman membentuk daun muda. Selain itu, epidemi penyakit juga terjadi pada kondisi hujan panas yaitu bersamaan dengan terik matahari pada waktu tanaman membentuk daun muda (Rahayu, 2005).


(23)

Pengguguran daun yang berat atau epidemi C. cassiicola akan terjadi bila kondisi iklim/cuaca yang lembab mendukung dengan curah hujan yang relatif tidak terlalu tinggi dan merata sepanjang hari (situmorang dkk, 1996)

Keadaan hujan merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi timbulnya serangan jamur yang berat atau epidemi. Di daerah dengan curah hujan yang rendah terjadi serangan yang lebih berat dibandingkan dengan daerah dengan curah hujan yang tinggi. Kemudian di daerah-daerah yang mempunyai curah hujan yang merata sepanjang tahun atau di daerah dengan batas musim hujan dan musim kering tidak begitu jelas, C. cassiicola menimbulkan kerusakan yang berat dan tanaman akan merangas sepanjang tahun. Namun di daerah dengan batas musim hujan dan musim kemarau yang lebih jelas, serangan jamur juga terjadi namun tanaman tidak mengalami perangsangan sepanjang tahun (Situmorang dkk, 1996)

Ketinggian Tempat

Kebun-kebun yang terletak pada tempat yang lebih rendah dari 300 m di atas permukaan laut mendapat serangan jamur yang lebih berat, dibandingkan dengan kebun-kebun yang terletak di tempat yang lebih tinggi. Keadaan suhu yang lebih rendah pada tempat yang lebih tinggi tersebut diduga merupakan faktor penghambat bagi perkembangan jamur. Hal ini terlihat bercak-bercak hitam pada daun yang terserang terhambat perkembanganya dan bentuknya kurang lebih bundar dengan sirip-sirip hitam yang tidak begitu jelas pada tepi bercak (Situmorang dkk, 1996).


(24)

Kesuburan Tanah

Kebun-kebun yang terletak pada lahan yang kurang subur atau tanpa diberi pupuk sehingga kondisi tanaman menjadi lemah, atau kebun yang dipupuk dengan nitrogen dalam dosis yang terlalu tinggi akan mengalami serangan C.cassiicola (Situmorang dkk, 1996).

Pengendalian Penyakit

Menanam klon karet yang tahan serangan penyakit ini pada daerah yang rawan serangan penyakit ini. Selain itu juga perlu diperhatikan pembatasan penanaman klon karet yang sama dalam skala luas untuk mencegah terjadinya serangan penyakit ini dalam skala luas. Pemilihan klon yang sesuai untuk suatu daerah juga merupakan salah satu cara pengelolaan penyakit ini (Rahayu, 2005).

Pengendalian dengan fungisida, fungisida yang dianjurkan adalah Carbendazim dan Chlorothalonil dosis 1 kg/ha/aplikasi sedangkan Prochloraz dosis 650 ml/ha/aplikasi. Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman membentuk daun muda. Pengendalian dengan fungisida pada kebun yang tanaman telah menghasilkan memerlukan pengulangan aplikasi. Selain itu tingkat kesulitan menyemprot tanaman yang sudah tinggi dan biaya yang dikeluarkan tinggi maka penyemprotan pada kebun yang menghasilkan yang mengalami serangan dapat dianjurkan apabila dianggap masih memberikan hasil yang menguntungkan (Rahayu, 2007).

Penyakit ini bisa ditekan penyebarannya dengan bahan kimia Mankozeb dan Tridemorf untuk tanaman yang belum menghasilkan, sedangkan untuk


(25)

tanaman menghasilkan yang tingginya lebih dari 8 m dilakukan pengabutan dengan Tridemorf atau Calixin 750 dengan dosis 500 ml aplikasi, 3-4 kali dengan selang waktu seminggu (Anonimus, 2008).

1. Pembibitan jangan dibuat di tanah yang sangat berpasir, miskin, dan kurang dapat menahan air.

2. Harus diusahakan agar bibit tumbuh sebaik-baiknya dengan pemupukan yang seimbang.

3. Bibit dilindungi dengan fungisida. Untuk keperluan ini dapat dipakai fungisida tembaga seperti bubur Bordeaux atau Oksiclorida tembaga (Semangun, 1999).

Klon Pembanding

Klon BPM 1 menpunyai ketahanan yang cukup baik terhadap penyakit

Corynespora, sedangkan terhadap Coletotrichum dan Oidium moderat. Potensi

produksi mencapai awal dengan rata-rata produksi aktual 1685 kg/ha/th selama 8 tahun penyadapan. Pengembangan yang sesuai untuk klon BPM 1 yaitu untuk daerah beriklim sedang sampai dengan kering (Woelan dkk,1999).

Klon RRIC 100 ketahananya terhadap beberapa penyakit daun (Coletotrichum, Corynespora dan Oidium) cukup baik. Potensi produksi awal rendah dengan rata-rata produksi aktual 1567 kg/ha/th selama 8 tahun penyadapan, latex bewarna putih. Pengembanganya dapat dilakukan pada daerah beriklim sedang (Woelan dkk,1999).

Klon PB 260 sensitif terhadap pra koagulasi, hal ini ditunjukkan oleh lateks yang cepat menggumpal setelah disadap sehingga aliran lateks terhenti.


(26)

Saat ini Dinas Perkebunan dan Kehutanan membutuhkan konfirmasi apakah tanaman karet bisa dibudidayakan pada elevasi 850 m dpl (Wijaya, 2009).


(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Sungai Putih Kec. Galang, Kabupaten Deli Serdang pada ketinggian 80 m dpl dan berlangsung mulai bulan Januari sampai Maret 2011.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain klon karet yang ada di kebun entres yang terdiri dari klon IRR 300, IRR 301, IRR 305, IRR 306, IRR 308, IRR 310, IRR 311, IRR 312, IRR 313, IRR 317, IRR 318, IRR 319, IRR 327, IRR 328, IRR 329, RRIC 100, BPM 1, dan PB 260 sebagai objek penelitian, isolat Corynespora cassiicola , bahan-bahan kimia seperti alkohol 96%, chlorox 0,2 %, formalin 0,3%, aquadest steril, dan PDA (Potato Dextrose Agar), dan bahan-bahan yang mendukung lainya.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain otoklaf untuk sterilisasi alat, becker glass, erlenmeyer, deck glass, gelas ukur, gunting, hand sprayer, hot plate, haemocytometer, inkubator, kotak penyinaran sinar ultra violet, kain muslin, kertas saring, lampu bunsen, mikroskop, petridish, pinset, pisau, jarum inokulasi, jarum kait, dan alat-alat yang mendukung lainnya.


(28)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial terdiri dari 18 perlakuan dan 3 ulangan.

Klon IRR seri 300 yang digunakan terdiri dari 18 faktor yaitu 15 perlakuan dan 3 faktor pembanding. Adapun klon IRR seri 300 yang digunakan yaitu:

K1 = IRR 300 K10 = IRR 317

K2 = IRR 301 K11 = IRR 318

K3 = IRR 305 K12 = IRR 319

K4 = IRR 306 K13 = IRR 327

K5 = IRR 308 K14 = IRR 328

K6 = IRR 310 K15 = IRR 329

K7 = IRR 311 K16 = RRIC 100*

K8 = IRR 312 K17 = BPM 1*

K9 = IRR 313 K18 = PB 260 *

Keterangan :

IRR = Indonesian Rubber Research

RRIC = Rubber Research Institute of Ceylon BPM = Balai Penelitian Medan

PB = Perang Besar

* = Klon Pembanding (t-1) (r-1)≥15

(18-1) (r-1)≥15 17r ≥ 32 r = 32/17


(29)

r = 1,88

Metode linier yang digunakan adalah : Yij = µ + σi + εij

Diaman:

Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i ulangan ke j

µ = Nilai tengah umum

σi = Pengaruh perlakuan ke i

Eij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i ulangan ke j .

Jika efek perlakuan nyata atau sangat nyata, maka di lanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) (Bangun, 1990).

Pelaksanaan Penelitian

Penyiapan Bahan Tanaman

Sebelum pelaksanaan inokulasi jamur, tanaman yang ada di kebun entres dipangkas ±2 bulan sebelum aplikasi untuk memperoleh pertumbuhan yang seragam. Jika pada saat aplikasi tanaman tidak seluruhnya tumbuah secara seragam maka aplikasi dapat dilakukan pada tanaman yang memenuhi syarat untuk diaplikasi.


(30)

Isolasi Patogen C. cassiicola

Isolat jamur C.cassiicola asal dari klon GT1 diambil dari daun karet yang terserang jamur C.cassiicola.

Penyiapan Spora Jamur

Diambil daun karet yang rentan terhadap C. cassiicola (atau daun yang sama dengan asal isolat) yang hijau payung kedua atau tua. Masukkan kedalam petridish diameter 12 cm berisi kertas saring lapis, beri air steril sampai lembah/basah. Kemudian di autoclave pada suhu 121 ºC. Inokulasikan 8 potong isolat murni C. cassiicola pada daun permukaan bawah dalam kondisi steril lalu inkubasikan dalam inkubator suhu 25 ºC selama 4 hari. Setelah itu balik daun dan letakkan isolat di bawah sinar Ultra Violet (UV) selama 3-4 hari. Buka sedikit tutup petridish supaya tidak lembab. Setelah terbentuk konidia, keringkan dulu 1 hari kemudian dikuas. Taruh di aquades dan dihitung jumlah konidianya kemudian larutan tersebut dapat digunakan untuk penyemprotan.


(31)

Pelaksanaan Inokulasi

Disiapkan konidia C. cassiicola (4 x 104 spora/ml) sebanyak 80 ml untuk 18 klon. Caranya dihitung kerapatan konidia hasil biakan dengan menggunakan Haemocytometer, diencerkan dengan menambahkan air untuk mendapatkan kerapatan konidia yang diinginkan yaitu 4 x 104 konidia/ml. Masukkan larutan konidia tersebut dalam botol semprot (hand sprayer). Semprotkan ke permukaan bawah daun karet muda yang masih berwarna kecoklat-coklatan. Semprot dengan jarak 25 cm ke tengah-tengah daun sebanyak dua kali semprot. Perlakuannya 1 klon terdiri dari 3 pohon, yaitu 1 pohon per ulangan. Dari 1 pohon diambil 3 tangkai daun (terdiri dari 3 daun/tangkai) yang masih berwarna. Setelah disemprot, bungkus dengan pelastik transparan. Inkubasikan selama 2 hari. Beri label tiap plastik sesuai dengan perlakuan. Setelah dua hari plastik pembungkus dibuka dengan tetap memberi setiap tangkai perlakuan. Setelah 10 hari pelepasan plastik, ambil daun yang telah diperlakukan tersebut dan simpan dalam wadah plastik sesuai dengan perlakuan kemudian diamati.


(32)

Perhitungan kerapatan konidia jamur Corynespora cassiicola

Jumlah konidia Corynespora cassiicola dapat dihitung dengan menggunakan alat hitung Haemocytometer

Kotak A, B, C, D adalah contoh kotak yang akan dihitung jumblah konidianya. Adapun cara kerjanya sebagai berikut :

1. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan air mengalir dan kemudian dikeringkan dengan tissue atau kain yang lembut.

2. Tempatkan gelas penutup diatas slide,kemudian dijepit dengan penjepit yang ada di sebelah kanan – kiri.

3. Siapkan suspensi sel yang akan dihitung, usahakan sel yang tersuspensi dalam cairan menyebar merata.

4. Ambil sedikit suspensi sel dengan dropping pipet dan teteskan sebanyak 2 tetes di tepi gelas penutup. Suspensi akan masuk ke kamar hitung dan mengisi seluruh ruangan yang ada pada bilik tersebut. Suspensi yang berlebih akan terbuang ke dalam parit pembuangan.


(33)

5. Biarkan selama 1 – 2 menit,agar sel yang ada dalam bilik stabil.

6. Tempatkan haemocytometer pada meja mikroskop dan hitung jumblah sel yang ada dengan rumus sebagai berikut :

Jumblah sel/ml = ∑ (A+B+C+D)x 2500 (Syaifuddin, 1992).

Parameter Pengamatan

Intensitas Serangan Penyakit

Pengamatan intensitas serangan dilakukan 12 hari setelah inokulasi. Daun yang diamati adalah 3 helai anak daun tengah dari 3 tangkai daun. Besarnya intensitas serangan penyakit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Σ (ni x vj)

I = x 100%

N x Z

Keterangan :

I : Intensitas Serangan

ni : Jumlah daun ke i pada skala serangan (v) ke j vj : Skala dari tiap kategori serangan

N : Jumlah seluruh daun yang diamati Z : Skala serangan tertinggi


(34)

Daun yang terserang dibagi dalam 4 kategori (skala serangan) yaitu : Skala 0 : Tidak ada infeksi

Skala 1 : Terdapat beberapa bercak kecoklatan pada daun

Skala 2 : 1-50% daun menguning

Skala 3 : 51-100% daun menguning atau gugur

(Unterstenhover, 1963).

Tingkat kepekaan / ketahanan tanaman ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Kategori sangat tahan (HR) : 0% Kategori tahan (MR) : > 0-33%

Kategori peka (MS) : 34-67%

Kategori sangat peka (HS) : 68-100% (Unterstenhover, 1963).

Jumlah Bercak

Pengamatan jumlah bercak dilakukan dengan menggunakan alat yang dibuat dari pelastik transparan. Daun yang diamati adalah 3 helai daun dari tiap tangkai daun. Satu daun dihitung 3 kali pada seluruh permukaan daun.

Periode Latent

Periode latent merupakan interval dimulai dari inokulasi sampai sporulasi pertama kali terdeteksi. Pengamatan ini dilakukan pada semua daun yang disemprot (9 helai daun dari 3 tangkai daun).


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian uji ketahanan beberapa klon tanaman karet (Hevea

brasiliensis Muell. Arg.) terhadap penyakit gugur daun (Corynespora cassiicola

(Berk & Wei.) Wei) di lapangan adalah sebagai berikut :

Intensitas Serangan (%) C. cassiicola

Berdasarkan hasil pengamatan intensitas serangan (%) C.cassiisola yang dilakukan 1 kali pada 12 hsi (hari setelah inokulasi). Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa jenis klon menunjukkan hasil yang sangat nyata.

Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda sangat nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD). Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1


(36)

Tabel 1. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan C. cassiicola (%) pada waktu pengamatan 12 hsi

Perlakuan Rataan

K1 (IRR 300) 55.56 A

K2 (IRR 301) 11.11 D

K3 (IRR 305) 51.85 A

K4 (IRR 306) 33.33 B

K5 (IRR308) 37.04 B

K6 (IRR 310) 7.41 D

K7 (IRR 311) 44.44 A

K8 (IRR 312) 25.93 C

K9 (IRR 313) 55.56 A

K10 (IRR 317) 11.11 D

K11 (IRR 318) 22.22 C

K12 (IRR 319) 40.74 B

K13 (IRR 327) 25.93 C

K14 (IRR 328) 25.93 C

K15 (IRR329) 48.15 A

K16 (RRIC 100) 0.00 E

K17 (BPM 1) 0.00 E

K18 (PB 260) 11.11 D

Keterangan : Angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda sangat nyata pada taraf 0.01 menurut Uji Jarak Duncan.

Dari hasil pengamatan 12 hsi (hari setelah inokulasi) pada tabel 1 diperoleh bahwa IRR 300 berbeda sangat nyata dengan IRR 306, IRR 308, IRR 319, IRR 312, IRR 318, IRR 327, IRR 328, IRR 301, IRR 317, PB 260, RRIC 100 dan BPM 1 namun tidak berbeda nyata dengan IRR 305, IRR 311 dan IRR 329. Rataan intensitas serangan yang terendah pada perlakuan RRIC 100 dan BPM 1 sebesar 0.00 dan yang tertinggi terdapat pada perlakuan IRR 300 dan IRR 313 sebesar 55.56 %.


(37)

Tingkat Kepekaan \ Ketahanan Tanaman Terhadap Serangan C.cassiicola

Berdasarkan data intensitas serangan C.cassiicola dapat dilihat bahwa klasifikasi kerentanan klon yang di ujikan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kepekaan \ Ketahanan Tanaman Terhadap Serangan C.cassiicola

Klasifikasi Klon

Sangat Tahan Tahan

Peka

RRIC 100 BPM 1 PB 260 IRR 301 IRR 306 IRR 310 IRR 312 IRR 317 IRR 318 IRR 327 IRR 328 IRR 300 IRR 305 IRR 308 IRR 311 IRR 313 IRR 319 IRR 329

Berdasarkan Unterstenhoper (1963) bahwa tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan C. cassiicola terbagi atas Sangat Tahan (0%), Tahan (>0-33%), Peka (34-67%) dan Sangat Peka (68-100%). Maka pada tabel 2 dapat dilihat bahwa RRIC 100 dan BPM 1 tergolong klon yang sangat tahan sedangkan klon IRR 300, IRR 305, IRR 308, IRR 311, IRR 313, IRR 319, dan IRR 329 tergolong peka dan Klon IRR 301, IRR 306, IRR 310, IRR 312, IRR 317, IRR 318, IRR 327, IRR 328, PB 260 tergolong klon yang tahan terhadap jamur C. cassiicola.


(38)

Jumlah Bercak C. cassiicola

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah bercak C. cassiicola yang dilakukan 1 kali pada 12 hari Hsi (Hari setelah inokulasi). Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa jenis klon menunjukkan hasil yang nyata.

Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD). Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Uji Beda Rataan Jumlah Bercak C. cassiicola pada waktu pengamatan 12 hsi

Perlakuan Rataan

K1 (IRR 300) 1.12 a

K2 (IRR 301) 0.27 c

K3 (IRR 305) 1.41 a

K4 (IRR 306) 0.41 c

K5 (IRR308) 0.28 c

K6 (IRR 310) 0.65 b

K7 (IRR 311) 0.27 c

K8 (IRR 312) 0.54 b

K9 (IRR 313) 1.41 a

K10 (IRR 317) 0.23 c

K11 (IRR 318) 0.21 c

K12 (IRR 319) 0.59 b

K13 (IRR 327) 0.52 b

K14 (IRR 328) 0.29 c

K15 (IRR329) 0.79 b

K16 (RRIC 100) 0.00 d

K17 (BPM 1) 0.01 d

K18 (PB 260) 0.07 d

Keterangan : Angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 menurut Uji Jarak Duncan.


(39)

Dari tabel 3 diperoleh bahwa IRR 300 berbeda nyata dengan IRR 310, IRR 312, IRR 319, IRR 327, IRR 329, IRR 301, IRR 306, IRR 308, IRR 311, IRR 317, IRR 318, IRR 328, RRIC 100, BPM 1 DAN PB 260 namun tidak berbeda nyata dengan IRR 305 dan IRR 313.

Rataan jumlah bercak per satuan luas daun antar masing-masing klon yang tertinggi terdapat pada klon IRR 305 dan IRR 313 sebesar 1,41 per satuan luas daun dan yang terendah pada klon RRIC 100 sebesar 0,00 per satuan luas daun.

Periode Latent

Dari data pengamatan periode latern di lapangan dapat dilihat bahwa umumnya gejala timbul seminggu setelah inokulasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa munculnya gejala pada masing-masing klon rata-rata pada hari ke lima. Klon yang lebih awal terserang adalah IRR 300 yaitu muncul pada hari ke empat,. Sedangkan yang paling lama muncul pada hari ke sebelas pada klon IRR 301 sedangkan RRIC 100 sama sekali tidak terserang.


(40)

Tabel 4. Pengamatan Periode Laten.

Klon Ulangan 1 Ulangan II Ulangan III

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

IRR 300

x x x x

x x x

x x x x x

IRR 301

x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x

IRR 305

x x x x x x x

x x x x x x

x x x x x

IRR 306

x x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

IRR 308

x x x x x x x

x x x x x x

x x x x x x x x

IRR 310

x x x x x x x x x

x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x

IRR 311

x x x x x

x x x x

x x x x x x x x

IRR 312

x x x x x x x

x x x x x x x x

x x x x x x x x x

IRR 313

x x x x x x x

x x x x

x x x x x x

IRR 317

x x x x x x x x

x x x x x x x x

x x x x x x x

IRR 318

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

IRR 319

x x x x x x

x x x x x x

x x x x x x x

IRR 327

x x x x x x x x

x x x x x x x x x

x x x x x x x

IRR 328

x x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

IRR 329

x x x x x

x x x x x

x x x x

RRIC 100

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

BPM 1

x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

PB 260

x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

Keterangan: X = Belum ada gejala C. cassiicola

= Sudah ada gejala C. cassiicola


(41)

Pembahasan

Intensitas serangan Corynespora cassiicola (%)

Pada tabel 1 diperoleh bahwa intensitas serangan yang terendah terdapat pada perlakuan RRIC 100 dan BPM 1 sebesar 0,00 % dan yang tertinggi terdapat pada perlakuan IRR 300 dan IRR 313 sebesar 55,56 %. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa setiap klon memiliki ketahanan yang berbeda-beda sehingga intensitas serangan pada setiap klon berbeda juga. Hal ini sesuai dengan literatur Soepena (1996) yang menyatakan bahwa kerusakan akibat C. cassiicola sangat tergantung pada tingkat resistensi dan kondisi iklim setempat.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan K16 (RRIC 100) merupakan klon yang paling tahan terhadap serangan C. cassiicola dibandingkan dengan perlakuan lain hal ini disebabkan karena pada pengamatan dapat dilihat bahwa tekstur daunnya lebih keras dan tebal sehingga patogen lebih sulit untuk menginfeksi jaringan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Woelan, dkk (1999) yang menyatakan bahwa klon RRIC 100 ketahananya terhadap beberapa penyakit daun (Coletotricum, Corynespora dan Oidium) cukup baik.

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa semua klon yang di ujikan semua terserang oleh jamur Corynespora cassiicola sedangkan klon pembanding (RRIC 100 dan BPM 1) tidak terserang. Namun klon pembanding PB 260 terserang oleh jamur Corynespora cassiicola walaupun klon PB 260 ini merupakan klon yang resisten. Tetapi ini tidak menjadi patokan bahwa klon ini akan resisten terus menerus karena adanya fisiologi baru dari jamur itu sendiri yang dapat mematahkan ketahanan suatu klon. Hal ini sesuai dengan literatur Situmorang


(42)

dan mampu hidup pada berbagai tumbuhan dan klon karet dan berbagai kondisi lingkungan. Dengan kemampuan tersebut patogen dapat mengakibatkan kerusakan berat atau mematahkan resistensi tanaman.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Histogram intensitas serangan

C. cassiicola (%) pada gambar 5.

11.11 51.85 33.33 37.04 7.41 44.44 25.93 55.56 11.11 22.22 40.74 25.9325.93 48.15 0 0 11.11 55.56 0 10 20 30 40 50 60 K1 (IR

R 3 00)

K2 (IR

R 3 01)

K3 (IR

R 3 05)

K4 (IR

R 3 06) K5 (IR R3 08) K6 (IR

R 3 10)

K7 (IR

R 3 11)

K8 (IR

R 3 12)

K9 (IR

R 3 13)

K10 (IR

R 3 17)

K11 (IR

R 3 18)

K12 (IR

R 3 19)

K13 (IR

R 3 27)

K14 (IR

R 3 28) K15 (IR R32 9) K16 (R RIC 100 ) K17 (B PM 1) K18 (P

B 2 60) P erlakuan In te n s it a s S e ra n g a n C . c a s s ii c o la ( % ) R ataan

Gambar 5 : Histogram Intensitas Serangan C. cassiicola (%) di Lapangan

Jumlah Bercak Corynespora cassiicola

Berdasarkan tabel 3 Rataan Jumlah Bercak per satuan luas daun antar masing-masing klon yang tertinggi terdapat pada klon IRR 305 dan IRR 313 sebesar 1,41 per satuan luas daun dan yang teredah pada RRIC 100 sebesar 0,00 per satuan luas daun. Berdasarkan hasil di atas terjadinya perbedan rataan jumlah daun disebabkan karena pada daun muda bercak tidak menunjukkan bercak yang nyata. Hal ini sesuai dengan literatur Soekirman (2004) yang menyatakan bahwa pada daun muda serangan Corynespora tidak menimbulkan bercak yang nyata,


(43)

tetapi tampak kuning merata di seluruh permukaan daun. Sedangkan pada daun tua serangan Corynespora ditandai dengan adanya bercak-bercak tak beraturan bewarna coklat tua atau hitam, tampak menyirip seperti tulang ikan.

Pada daun terserang dapat dilihat bahwa serangan diawali pada daun yang lebih muda dengan gejala bercak hitam pada tulang daun dan meluas ke tulang-tulang daun yang lebih kecil dan mulai terlihat bercak menyirip seperti tulang-tulang ikan. Hal ini sesuai dengan literatur Rahayu (2005) yang menyatakan bahwa infeksi terutama terjadi pada daun muda yang umurnya kurang dari 4 minggu. Mula-mula pada daun terjadi bercak hitam terutama pada tulang-tulang daun dan meluas ke tulang-tulang yang lebih halus, sehingga bercak tampak menyirip seperti tulang ikan atau duri ikan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Histogram intensitas serangan

C. cassiicola (%) pada gambar 6.

1.12 0.27 1.41 0.41 0.28 0.65 0.27 0.54 1.41 0.23 0.21 0.59 0.52 0.29 0.79

0 0.010.07 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 K1 (IR

R 3

00)

K2

(IR

R 3

01)

K3

(IR

R 3

05)

K4

(IR

R 3

06) K5 (IR R3 08) K6 (IR

R 3

10)

K7

(IR

R 3

11)

K8

(IR

R 3

12)

K9

(IR

R 3

13)

K10

(IR

R 3

17)

K11

(IR

R 3

18)

K12

(IR

R 3

19)

K13

(IR

R 3

27)

K14

(IR

R 3

28) K15 (IR R32 9) K16 (R RIC 100 ) K17 (B PM 1) K18 (P

B 2

60)

P e rla kua n

J u m la h B e rc a k R ataan


(44)

Periode latern

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa munculnya gejala serangan rata-rata pada hari ke enam. Gejala serangan pada klon IRR 300 terlihat lebih cepat pada hari ke empat dan gejala yang tidak tampak sama sekali pada klon RRIC 100. hal ini karena setiap tanaman memiliki tingkat resistensi yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan literatur Rahayu (2007) yang menyatakan pada klon yang sangat rentan serangan terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan tanaman meranggas atau mati. Sedangkan pada klon yang resisten serangan Corynespora pada daun menimbulkan bercak kehitaman tetapi tidak berkembang.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada pengamatan 12 Hsi (Hari setelah inokulasi) intensitas serangan

C. cassiicola yang tertinggi terdapat pada klon IRR 300 dan IRR 313

sebesar 55,56 % dan yang terendah pada klon RRIC 100 dan BPM 1 sebesar 0,00.

2. Jumlah bercak tertinggi terdapat pada klon IRR 313 sebesar 1,41 per satuan luas daun dan yang terendah pada klon RRIC 100 sebesar 0,00 per satuan luas daun.

3. Klon yang menunjukkan gejala lebih awal terserang C. cassiicola pada klon IRR 300 yaitu muncul pada hari ke 4 (empat) sedangkan yang paling lama muncul pada hari ke 11 (sebelas) pada klon IRR 301.

4. Pada pengamatan diperoleh bahwa klon pembanding (RRIC 100 dan

BPM 1) sangat tahan terhadap jamur C. cassiicola.

5. Berdasarkan tingkat kepekaan / ketahanan klon karet bahwa klon IRR 300, IRR 305, IRR308, IRR 311, IRR 313, IRR 319, IRR 329, tergolong peka (MS), klon PB 260, IRR 301, IRR 306, IRR 310, IRR 312, IRR 317, IRR 318, IRR 327, IRR 328 tergolong tahan (MR) dan klon RRIC 100 dan BPM 1 tergolong klon sangat tahan (HR) terhadap jamur Corenespora


(46)

Saran

Disarankan penelitian lanjutan mengenai Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensin Muall. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk & Curt.) di Lapangan dengan klon-klon anjuran yang lainya.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Achuo, A., M. M. Ebai and S. M. Gobina. 2001. In vitro evolution of Hevea

genotypes for resistance to Corynespora cassiicola. Journal of Rubber

Research, 4(4), 255-269.

Alexopoulus, C. J and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycologi. 3rd edition. John Willey and Sons, New York, 349-356.

Anonim, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bangun, MK. 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan, Hlm 24-28.

Fairuzah, Z., B, Setiawan dan T, S, Febbyanti., 2009. Resistensi dan Kepekaan

Klon Anjuran Serta Klon Harapan Terhadap Beberapa Isolat Penyakit Gugur Daun Corynespora. Lokakarya Nasional Pemuliaan

Tanaman Karet. Batam, 4-6 Agustus 2009, Pusat Penelitian Karet. Hlm 269-275.

Hadi, H. 2008. Efektifitas Penanda Morfologi Untuk Seleksi Resisitensi

Tanaman Karet Terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora. J. Nat.

Rubb. Res, 26(2), 114-123.

Rahayu, S. 2005. Pengenalan Penyakit Gugur Daun Karet dan

Pengendalianya. 13-15 Desember 2005, Pusat Penelitian Karet, Sungai

Putih, Hlm 5-8.

Rahayu, S dan Sujatno. 2007. Pengenalan Penyakit Gugur Daun Pada

Tanaman Karet. 13-15 Maret 2007, Pusat Penelitian Karet, Sungai Putih

Semangun, H. 1999. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Hlm 90-97.

Setyamidjaja, D. 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta. Hlm 9-114.

Sinulingga, W., Suwarto dan H. Soepena. 1996. Perkembangan Penyakit Gugur

Daun Corynespora di Indonesia. Lokakarya Penyakit Gugur Daun

Corynespora pada tanaman karet. Medan, 16 – 17 Desember 1996. Pusat

Penelitian Karet, Sungai putih, Hlm 29-36.

Situmorang, A., A. Budiman, H. Suryaningtyas, T, R. Febbiyanti dan M. Munir. 2009. Penyakit Tanaman Karet dan Pengendalianya. Pusat Penelitian


(48)

Situmorang, A., A. Budiman, S. Pawirosoemartjo dan M. Lasminingsih. 1996

Epidemi penyakit gugur daun Corynespora dan Pencegahanya Pada Tanaman Karet. Lokakarya Penyakit Gugur Daun Corynespora pada

tanaman karet. Medan, 16 – 17 Desember 1996. Pusat Penelitian Karet, Sungai putih, Hlm 111-132.

Situmorang, A., M. S. Sinaga, H. Suryaningthyas dan M. Laminingsih. 2001.

Perkembangan Penyakit Gugur Daun Corynespora, Genetika Resistensi Klon Karet Anjuran dan Pencegahan Timbulnya Ledakan Serangan. Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet. Pusat Penelitian Karet,

Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Hlm 215-231.

Soekirman, P. 2004. Manajemen Pengendalian Penyakit Penting Dalam

Upaya Mengamankan Target Produksi Karet Nasional Tahun 2020.

Prosiding Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet Untuk Mempertahankan Potensi Produksi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia tahun 2020. Palembang, 6-7 Oktober 2004, Pusat Penelitian Karet, Sumbawa, Hlm 21-45.

Soepena, H, Swarto dan W. Sinulingga. 1996. Pengendalian Penyakit Gugur

Daun Corynespora cassiicola Secara Kimiawi. Lokakarya Penyakit

Gugur Daun Corynespora cassiicola pada tanaman karet. Medan, 16-17 Desember 1996. Pusat Penelitian Karet, Sungai Putih, Hlm 215-225. Suryaman, S. 2009. Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Pada Tanaman

Karet. Pusat Penelitian Karet, Sungai Putih. Medan, Sumatera Utara.

Hlm 39-41.

Syaifuddin, 1992. Pengelolaan Laboratorium. Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I). Pusat Penelitian Sungai Putih, Galang. Deli Serdang, Sumatera Utara, Hlm 1-20.

Wijaya, T, U. Hidayati, R. Ardika dan A. Nurcahyo. 2009. Observasi

Pertumbuhan dan Produksi Karet Pada Elevasi Tinggi di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman

Karet. Batam, 4-6 Agustus 2009, Pusat Penelitian Karet. Hlm 269-275. Woelan, S, I. Suhendry, A. Daslin dan R. Azwar. 1999. Karakteristik Klon

Anjuran Rekomendasi 1999-2001. Dalam warta Pusat Penelitian Karet

Volume 18, Pusat Penelitian Karet Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. Hlm 37-50.

Unterstenhover, G. 1963. The basic principles of crop protection field trial. Pflanzenschulz – Nachrichten Bayer AG, Laverkusen.


(49)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Percobaan

I

II

III

Keterangan :

K1 = IRR 300 K10 = IRR 317 I = Ulangan 1

K2 = IRR 301 K11 = IRR 318 II = Ulangan 2

K3 = IRR 305 K12 = IRR 319 III = Ulangan 3

K4 = IRR 306 K13 = IRR 327

K5 = IRR 308 K14 = IRR 328

K6 = IRR 310 K15 = IRR 329

K7 = IRR 311 K16 = RRIC 100

K8 = IRR 312 K17 = BPM 1

K9 = IRR 313 K18 = PB 260

K1U1 K10U1 K1U2 K10U2 K1U3 K10U3

K2U1 K11U1 K2U2 K11U2 K2U3 K11U3

K3U1 K12U1 K3U2 K12U2 K3U3 K12U3

K4U1 K13U1 K4U2 K13U2 K4U3 K13U3

K5U1 K14U1 K5U2 K14U2 K5U3 K14U3

K6U1 K15U1 K6U2 K15U2 K6U3 K15U3

K7U1 K16U1 K7U2 K16U2 K7U3 K16U3

K8U1 K17U1 K8U2 K17U2 K8U3 K17U3

K9U1 K18U1 K9U2 K18U2 K9U3 K18U3

U

S


(50)

Lampiran 2. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. cassiicola 12 hsi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

K1 (IRR 300) 44.44 66.67 55.56 166.67 55.56

K2 (IRR 301) 22.22 0.00 11.11 33.33 11.11

K3 (IRR 305) 55.56 44.44 55.56 155.56 51.85

K4 (IRR 306) 22.22 22.22 55.56 100.00 33.33

K5 (IRR308) 44.44 22.22 44.44 111.11 37.04

K6 (IRR 310) 11.11 11.11 0.00 22.22 7.41

K7 (IRR 311) 22.22 66.67 44.44 133.33 44.44

K8 (IRR 312) 66.67 0.00 11.11 77.78 25.93

K9 (IRR 313) 55.56 66.67 44.44 166.67 55.56

K10 (IRR 317) 11.11 11.11 11.11 33.33 11.11

K11 (IRR 318) 22.22 11.11 33.33 66.67 22.22

K12 (IRR 319) 22.22 66.67 33.33 122.22 40.74

K13 (IRR 327) 11.11 33.33 33.33 77.78 25.93

K14 (IRR 328) 11.11 11.11 55.56 77.78 25.93

K15 (IRR329) 22.22 55.56 66.67 144.44 48.15

K16 (RRIC 100) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

K17 (BPM 1) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

K18 (PB 260) 11.11 0.00 22.22 33.33 11.11

Total 455.56 488.89 577.78 1522.22


(51)

Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. cassiicola 12 hsi Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

K1 (IRR 300) 6.70 8.20 7.49 22.39 7.46

K2 (IRR 301) 4.77 0.71 3.41 8.88 2.96

K3 (IRR 305) 7.49 6.70 7.49 21.68 7.23

K4 (IRR 306) 4.77 4.77 7.49 17.02 5.67

K5 (IRR308) 6.70 4.77 6.70 18.17 6.06

K6 (IRR 310) 3.41 3.41 0.71 7.52 2.51

K7 (IRR 311) 4.77 8.20 6.70 19.67 6.56

K8 (IRR 312) 8.20 0.71 3.41 12.31 4.10

K9 (IRR 313) 7.49 8.20 6.70 22.39 7.46

K10 (IRR 317) 3.41 3.41 3.41 10.22 3.41

K11 (IRR 318) 4.77 3.41 5.82 13.99 4.66

K12 (IRR 319) 4.77 8.20 5.82 18.78 6.26

K13 (IRR 327) 3.41 5.82 5.82 15.04 5.01

K14 (IRR 328) 3.41 3.41 7.49 14.30 4.77

K15 (IRR 329) 4.77 7.49 8.20 20.45 6.82

K16 (RRIC 100) 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

K17 (BPM 1) 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

K18 (PB 260) 3.41 0.71 4.77 8.88 2.96

Total 83.63 79.49 92.82 255.94


(52)

Daftar Sidik Ragam Pada Pengamatan 12 hsi

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 17 238.91 14.05 4.91 ** 1.96 2.58

Error 34 97.30 2.86

Total 53 336.20

FK = 1213.02 KK = 0.36 %

Keterangan : tn = tidak nyata

* = nyata


(53)

Uji Jarak Duncan Pada Pengamatan 12 hsi

Sy 0.23 -0.19 -0.22 1.55 1.99 1.97 2.41 3.08 3.64 3.74 3.98 4.62 5.01 5.21 5.51 5.76 6.17 6.39 6.39

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

SSR 0,01 3.89 4.06 4.16 4.22 4.32 4.36 4.41 4.45 4.48 4.48 4.54 4.54 4.58 4.58 4.61 4.61 4.63 4.63

LSR 0,01 0.90 0.93 0.96 0.97 0.99 1.00 1.02 1.02 1.03 1.03 1.05 1.05 1.05 1.05 1.06 1.06 1.07 1.07

Perlakuan K16 (RRIC 100) K17 (BPM 1) K6 (IRR 310) K2 (IRR 301) K18 (PB 260) K10 (IRR 317) K8 (IRR 312) K11 (IRR 318) K14 (IRR 328) K13 (IRR 327) K4 (IRR 306) K5 (IRR308) K12 (IRR 319) K7 (IRR 311) K15 (IRR329) K3 (IRR 305) K1 (IRR 300) K9 (IRR 313)

Rataan 0.71 0.71 2.51 2.96 2.96 3.41 4.10 4.66 4.77 5.01 5.67 6.06 6.26 6.56 6.82 7.23 7.46 7.46

A B

C D


(54)

Lampiran 3. Data Pengamatan Jumlah Bercak C. cassiicola 12 hsi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

K1 (IRR 300) 0.70 1.59 1.07 3.37 1.12

K2 (IRR 301) 0.48 0.15 0.19 0.81 0.27

K3 (IRR 305) 2.63 1.56 0.04 4.23 1.41

K4 (IRR 306) 0.41 0.41 0.41 1.22 0.41

K5 (IRR308) 0.22 0.11 0.52 0.85 0.28

K6 (IRR 310) 1.41 0.48 0.07 1.96 0.65

K7 (IRR 311) 0.19 0.37 0.26 0.81 0.27

K8 (IRR 312) 1.26 0.11 0.26 1.63 0.54

K9 (IRR 313) 1.96 1.93 0.33 4.22 1.41

K10 (IRR 317) 0.07 0.33 0.30 0.70 0.23

K11 (IRR 318) 0.30 0.15 0.19 0.64 0.21

K12 (IRR 319) 0.44 1.04 0.30 1.78 0.59

K13 (IRR 327) 0.15 0.44 0.96 1.55 0.52

K14 (IRR 328) 0.37 0.19 0.30 0.86 0.29

K15 (IRR329) 0.19 0.70 1.48 2.37 0.79

K16 (RRIC 100) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

K17 (BPM 1) 0.00 0.04 0.00 0.04 0.01

K18 (PB 260) 0.07 0.00 0.15 0.22 0.07

Total 10.85 9.60 6.83 27.28


(55)

Data Pengamatan Jumlah Bercak C. cassiicola 12 hsi Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

K1 (IRR 300) 1.10 1.45 1.25 3.80 1.27

K2 (IRR 301) 0.99 0.81 0.83 2.62 0.87

K3 (IRR 305) 1.77 1.43 0.73 3.94 1.31

K4 (IRR 306) 0.95 0.95 0.95 2.86 0.95

K5 (IRR308) 0.85 0.78 1.01 2.64 0.88

K6 (IRR 310) 1.38 0.99 0.76 3.13 1.04

K7 (IRR 311) 0.83 0.93 0.87 2.63 0.88

K8 (IRR 312) 1.33 0.78 0.87 2.98 0.99

K9 (IRR 313) 1.57 1.56 0.91 4.04 1.35

K10 (IRR 317) 0.76 0.91 0.89 2.56 0.85

K11 (IRR 318) 0.89 0.81 0.83 2.53 0.84

K12 (IRR 319) 0.97 1.24 0.89 3.10 1.03

K13 (IRR 327) 0.81 0.97 1.21 2.98 0.99

K14 (IRR 328) 0.93 0.83 0.89 2.66 0.89

K15 (IRR329) 0.83 1.10 1.41 3.33 1.11

K16 (RRIC 100) 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

K17 (BPM 1) 0.71 0.73 0.71 2.15 0.72

K18 (PB 260) 0.75 0.71 0.81 2.27 0.76

Total 18.12 17.69 16.54 52.35


(56)

Daftar Sidik Ragam Pada Pengamatan 12 hsi

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 17 1.86 0.11 2.23 * 1.96 2.58

Error 34 1.67 0.05

Total 53 3.52

FK = 50.75

FK = 0.23

Keterangan : tn = tidak nyata

* = nyata


(57)

Uji Jarak Duncan pada Pengamatan 12 Hsi

Sy 0.03 0.59 0.59 0.63 0.72 0.72 0.74 0.75 0.74 0.75 0.82 0.86 0.86 0.90 0.91 0.97 1.13 1.17 1.21

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

SSR 0,01 3.89 4.06 4.16 4.22 4.32 4.36 4.41 4.45 4.48 4.48 4.54 4.54 4.58 4.58 4.61 4.61 4.63 4.63

LSR 0,01 0.12 0.12 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14

Perlakuan K16 (RRIC 100) K17 (BPM 1) K18 (PB 260) K11 (IRR 318) K10 (IRR 317) K2 (IRR 301) K5 (IRR308) K7 (IRR 311) K14 (IRR 328) K4 (IRR 306) K8 (IRR 312) K13 (IRR 327) K12 (IRR 319) K6 (IRR 310) K15 (IRR329) K1 (IRR 300) K3 (IRR 305) K9 (IRR 313)

Rataan 0.71 0.72 0.76 0.84 0.85 0.87 0.88 0.88 0.89 0.95 0.99 0.99 1.03 1.04 1.11 1.27 1.31 1.35

a

b C


(58)

Lampiran 4. Foto Gejala Serangan Corynespora cassiicola (Berk & Curt.) Wei.

Lampiran 5. Foto daun tanaman yang tidak terserang Corynespora cassiicola (Berk & Curt.) Wei.


(59)

(60)

Lampiran 7. Perhitungan kerapatan konidia jamur Corynespora cassiicola

Jumlah konidia Corynespora cassiicola dapat dihitung dengan menggunakan alat hitung Haemocytometer

Kotak A, B, C, D adalah contoh kotak yang akan dihitung jumblah konidianya. Adapun cara kerjanya sebagai berikut :

7. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan air mengalir dan kemudian dikeringkan dengan tissue atau kain yang lembut.

8. Tempatkan gelas penutup diatas slide,kemudian dijepit dengan penjepit yang ada di sebelah kanan – kiri.

9. Siapkan suspensi sel yang akan dihitung, usahakan sel yang tersuspensi dalam cairan menyebar merata.

10.Ambil sedikit suspensi sel dengan dropping pipet dan teteskan sebanyak 2 tetes di tepi gelas penutup. Suspensi akan masuk ke kamar hitung dan mengisi seluruh ruangan yang ada pada bilik tersebut. Suspensi yang berlebih akan terbuang ke dalam parit pembuangan.


(61)

11.Biarkan selama 1 – 2 menit,agar sel yang ada dalam bilik stabil.

12.Tempatkan haemocytometer pada meja mikroskop dan hitung jumblah sel yang ada dengan rumus sebagai berikut :

Jumblah sel/ml = ∑ (A+B+C+D)x 2500 (Syaifuddin, 1992).

Hasil perhitungan konidia jamur C. cassiicola

A : 14

B : 12 Total : 58 konidia

C : 16

D : 16

Jumlah konidia : ∑ (A+B+C+D)x 2500 = 58 x 2500

= 14.5 x 104

Maka untuk membuat kerapatan 4.104 konidia\ml maka digunakan rumus pengenceran sebagai berikut

V1 N1 = V 2 N 2

600 x 14,5. 104 = V2 x 4. 104

8700 = 4 V2


(62)

Lampiran 8. Data Curah Hujan Bulan Januari s/d September 2011

Bulan Januari 2011

Tanggal Curah hujan

1/1/2011 23

2/1/2011 -

3/1/2011 -

4/1/2011 40

5/1/2011 30

6/1/2011 10

7/1/2011 -

8/1/2011 -

9/1/2011 -

10/1/2011 -

11/1/2011 13

12/1/2011 -

13/1/2011 -

14/1/2011 -

15/1/2011 -

16/1/2011 -

17/1/2011 -

18/1/2011 -

19/1/2011 -

20/1/2011 -

21/1/2011 -

22/1/2011 -

23/1/2011 6

24/1/2011 12

25/1/2011 24

26/1/2011 -

27/1/2011 8

28/1/2011 6

29/1/2011 1

30/1/2011 -


(63)

Bulan Feberuari 2011

Tanggal Curah Hujan

1/1/2011 -

2/1/2011 -

3/1/2011 -

4/1/2011 -

5/1/2011 -

6/1/2011 -

7/1/2011 -

8/1/2011 -

9/1/2011 -

10/1/2011 - 11/1/2011 - 12/1/2011 - 13/1/2011 - 14/1/2011 13 15/1/2011 27 16/1/2011 - 17/1/2011 - 18/1/2011 3 19/1/2011 8 20/1/2011 - 21/1/2011 - 22/1/2011 - 23/1/2011 12 24/1/2011 - 25/1/2011 - 26/1/2011 - 27/1/2011 - 28/1/2011 -


(64)

Bulan Maret 2011

Sumber : Balai Penelitian Sungai Putih Tanggal Curah Hujan

1/1/2011 -

2/1/2011 16

3/1/2011 42

4/1/2011 -

5/1/2011 -

6/1/2011 9

7/1/2011 -

8/1/2011 -

9/1/2011 7

10/1/2011 6

11/1/2011 -

12/1/2011 -

13/1/2011 -

14/1/2011 -

15/1/2011 -

16/1/2011 -

17/1/2011 -

18/1/2011 -

19/1/2011 11

20/1/2011 19

21/1/2011 2

22/1/2011 5

23/1/2011 17

24/1/2011 15

25/1/2011 -

26/1/2011 -

27/1/2011 -

28/1/2011 53

29/1/2011 19


(1)

(2)

Lampiran 7. Perhitungan kerapatan konidia jamur Corynespora cassiicola

Jumlah konidia Corynespora cassiicola dapat dihitung dengan menggunakan alat hitung Haemocytometer

Kotak A, B, C, D adalah contoh kotak yang akan dihitung jumblah konidianya. Adapun cara kerjanya sebagai berikut :

7. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan air mengalir dan kemudian dikeringkan dengan tissue atau kain yang lembut.

8. Tempatkan gelas penutup diatas slide,kemudian dijepit dengan penjepit yang ada di sebelah kanan – kiri.


(3)

11.Biarkan selama 1 – 2 menit,agar sel yang ada dalam bilik stabil.

12.Tempatkan haemocytometer pada meja mikroskop dan hitung jumblah sel yang ada dengan rumus sebagai berikut :

Jumblah sel/ml = ∑ (A+B+C+D)x 2500 (Syaifuddin, 1992).

Hasil perhitungan konidia jamur C. cassiicola A : 14

B : 12 Total : 58 konidia C : 16

D : 16

Jumlah konidia : ∑ (A+B+C+D)x 2500 = 58 x 2500

= 14.5 x 104

Maka untuk membuat kerapatan 4.104 konidia\ml maka digunakan rumus pengenceran sebagai berikut

V1 N1 = V 2 N 2

600 x 14,5. 104 = V2 x 4. 104

8700 = 4 V2


(4)

Lampiran 8. Data Curah Hujan Bulan Januari s/d September 2011

Bulan Januari 2011

Tanggal Curah hujan 1/1/2011 23

2/1/2011 -

3/1/2011 -

4/1/2011 40 5/1/2011 30 6/1/2011 10

7/1/2011 -

8/1/2011 -

9/1/2011 -

10/1/2011 - 11/1/2011 13 12/1/2011 - 13/1/2011 - 14/1/2011 - 15/1/2011 - 16/1/2011 - 17/1/2011 - 18/1/2011 - 19/1/2011 - 20/1/2011 - 21/1/2011 - 22/1/2011 - 23/1/2011 6 24/1/2011 12 25/1/2011 24 26/1/2011 - 27/1/2011 8 28/1/2011 6 29/1/2011 1 30/1/2011 - 31/1/2011 -


(5)

Bulan Feberuari 2011

Tanggal Curah Hujan 1/1/2011 - 2/1/2011 - 3/1/2011 - 4/1/2011 - 5/1/2011 - 6/1/2011 - 7/1/2011 - 8/1/2011 - 9/1/2011 - 10/1/2011 - 11/1/2011 - 12/1/2011 - 13/1/2011 - 14/1/2011 13 15/1/2011 27 16/1/2011 - 17/1/2011 - 18/1/2011 3 19/1/2011 8 20/1/2011 - 21/1/2011 - 22/1/2011 - 23/1/2011 12 24/1/2011 - 25/1/2011 - 26/1/2011 - 27/1/2011 - 28/1/2011 -


(6)

Bulan Maret 2011

Sumber : Balai Penelitian Sungai Putih Tanggal Curah Hujan

1/1/2011 -

2/1/2011 16 3/1/2011 42

4/1/2011 -

5/1/2011 -

6/1/2011 9

7/1/2011 -

8/1/2011 -

9/1/2011 7

10/1/2011 6 11/1/2011 - 12/1/2011 - 13/1/2011 - 14/1/2011 - 15/1/2011 - 16/1/2011 - 17/1/2011 - 18/1/2011 - 19/1/2011 11 20/1/2011 19 21/1/2011 2 22/1/2011 5 23/1/2011 17 24/1/2011 15 25/1/2011 - 26/1/2011 - 27/1/2011 - 28/1/2011 53 29/1/2011 19 30/1/2011 19


Dokumen yang terkait

Uji Ketahanan Beberapa Genotipe Tanaman Karet Terhadap Penyakit Corynespora cassiicola dan Colletotrichum gloeosporioides di Kebun Entres Sei Putih

1 85 68

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Progeni F1 HP 1998 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeoesporioides (Penz). Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Laboratorium

0 29 61

Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Laboratorium

0 38 63

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53

Uji Resistensi Klon Irr Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora cassicola (Berk. & Curt.)Wei. Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium

0 32 92

Uji Resistensi Beberapa Kultivar Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei) Di Lapangan

0 29 53

Antagonisme Antara Fungi Permukaan Daun dengan Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei Penyebab Penyakit Gugur Daun pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

1 10 50