Untuk kasus murtad, banyak yang belum menyadari akan akibat yang ditimbulkan. Seperti yang sering terjadi, ikatan perkawinan beda agama murtad salah
satunya masih terus dipertahankan, bahkan tidak sedikit yang terang-terangan mengakui bahwa perbuatannya itu tidak apa-ap
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan menggunakan metode
penelitian dan cara penulisan metode diskriptif-analisis. Metode diskriptif ini dilakukan untuk mendeskripsikan permasalahan murtad
dalam perkawinan yang dilangsungkan menurut hukum Islam, dan menggambarkan secara menyeluruh tentang Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,
Kompilasi Hukum Islam KHI dan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, dan metode analisis dilakukan untuk melakukan
analisis tentang kasus murtad dalam perkawinan yang dilakukan menurut hukum Islam.
2. Teknis Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah library research untuk
memperoleh data skunder yang terdiri dari bahan-bahan penelitian hukum. Bahan- bahan hukum tersebut meliputi:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu: 1 Kitab Fikih Imam Mazhab
2 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. 3 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan 4 Intruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam KHI
b. Bahan Hukum Skunder 1 Buku-buku literatur hukum
2 Artikel dan makalah c. Bahan Hukum Tertier
1 Kamus 2 Ensiklopedi
Adapun dalam teknis penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada “buku pedoman skripsi , tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan
oleh PT Hikmah Syahid, Jakarta 2007.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam penelitian ini antara lain memuat beberapa bab dan sub-bab, yang meliputi point penting terhadap permasalahan yang ada, yaitu:
Bab I : Pendahuluan, yang meliputi pembahasan mengenai latar belakang,
identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II : Perkawinan Dan Permasalahannya, yang meliputi pembahasan
mengenai pengertian dan dasar perkawinan, asas-asas dan prinsip- prinsip perkawinan, dan syarat-syarat perkawinan.
Bab III : Murtad dan akibat hukumnya terhadap perkawinan, yang meliputi
pembahasan mengenai konsepsi umum tentang murtad, kedudukan murtad dalam perkawinan, konsepsi Islam tentang murtad dalam
perkawinan, status hukum perkawinan apabila salah satu pasangan murtad menurt fikih dan kompilasi hukum Islam.
Bab IV : Murtad dan akibat hukum terhadap anak dan harta bersama , menurut
Undang-Undang No 1 tahun 1974 dan kompilasi hukum Islam Bab V :
Penutup, meliputi pembahasan kesimpulan dan saran.
BAB II PERKAWINAN DAN PERMASALAHANNYA
A. Pengertian dan Dasar Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan Perkawinan merupakan peristiwa yang amat sacral dalam kehidupan seseorang.
Sampai-sampai seseorang atau dalam hal ini pengantin terus berupaya mengabadikan upacara perkawinannya seunik mungkin, misalnya akad perkawinan yang di
selenggarakan di depan ka”bah bahkan ada juga yang lebih ekstrim lagi yaitu upacara perkawinan yang di laksanakan di udara-udara mempelai di terjunkan dari pesawat dan
ritual di lakukan di awan dengan bantuan parasut Perkawinan juga merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca
dalam media massa. Namun jika ditanyakan apa yang di maksud dengan istilah tersebut, maka orang akan berpikir terlebih dahulu untuk mendapatkan formulasi, walaupun
sebenarnya apa yang di maksud dengan istilah itu telah ada dalam pikiran dengan jelas. Sebelum memasuki masalah ini lebih dalam kiranya harus dipahami terlebih dahulu
tentang pengertian perkawinan. Perkawinan menurut bahasa Arab berasal dari kata al- nikah, yang bermakna al-
wathi’ dan al-dammu wa al-tadakhul. Terkadang juga disebut al-dammu wa al-jam’u, atau ‘ibarat ‘an al-wathi’ wa al-‘aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul dan akad
yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong- menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram.
7
7
Sulaiman Rasjid, Fikih Islam, Bandung: sinar baru algensindo, tahun 2000, Cet. 33 h. 374
13