Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – Pak Bharat

(1)

Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Sibande

Kabupaten Pak – Pak Bharat

Rizki Rahna Sari

Skripsi

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan sykur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian ini. Skripsi penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 dengan Judul “Hubungan seksual selama kehamilan pada ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – pak bharat“ Dalam penyusunan skripsi penelitian ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Erniyati, SKp, MNS, selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. 3. Bapak Mula Tarigan, SKp, M.Kes, selaku dosen penguji I .

4. Ibu Nur Afi Darti, SKp, M.Kep, selaku dosen penguji II.

5. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, selaku dosen pembimbing akademik saya yang telah memberikan nasihat dan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

6. Para pegawai di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – pak Bharat yang telah memberikan bantuan dalam penelitian saya.


(4)

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan.

8. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda serta keluarga besarku yang telah memberikan dukungan baik segi moril maupun materil dan doa yang tulus untuk penulis.

9. Teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi Pagi Fakultas Keperawatan USU angkatan 2010/2011 yang telah bekerja sama dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi penelitian ini masih terdapat kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan peneliti. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi penelitian ini.

Akhir kata kepada-NYA kita berserah diri semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dibidang kesehatan.

Medan, 20 Februari 2012

Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iv

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1

2. Perumusan Masalah... 3

3. Tujuan Penelitian... 3

4. Manfaat Penelitian... 3

4.1. Pendidikan Keperawatan... 3

4.2.Praktik Keperawatan... 3

4.3.Peneliti Selanjutnya... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Defenisi Gravidarum... 5

2. Hubungan Seksual... 6

2.1. Defenisi Seksual... 6

2.2.Fisiologis Seksual... 7

2.3.Hubungan Seksual Selama Kehamilan... 9

2.4.Faktor – Faktor Yang Menghambat Hubungan Seksual... 10

2.5. Cara Untuk Mempertahankan Hubungan Seksual... 13


(6)

2.7.Komplikasi Hubungan Seksual Dalam Kehamilan... 16

BAB III KERANGKA KONSEP 1. Kerangka Konseptual... 19

2. Defenisi Operasional... 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian... 21

2. Populasi dan Sampel... 21

2.1. Populasi... 21

2.2.Sampel... 22

3. Lokasi dan waktu Penelitian... 22

4. Pertimbangan Etik... 22

5. Instrumen Penelitian... 23

6. Validitas Penelitian... 24

7. Reliabilitas Penelitian... 24

8. Analisa Data... 24

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil... 25

5.1.1 Karakteristik Demografi... 25

5.1.2 Persepsi Ibu Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual... 27 5.1.3 Persepsi Ibu Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual


(7)

5.1.4 Persepsi Ibu Yang Tidak Tahu Tentang Hubungan Seksual.... 31 5.2 Pembahasan... 33

5.2.1 Persepsi Ibu Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual... 34

5.2.2 Persepsi Ibu Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual

5.2.3 Persepsi Ibu Yang Tidak Tahu Melakukan Hubungan Seksual

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 42


(8)

Judul : Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmenas Sibande Kabupat Pak – Pak Bharat

Nama Mahasiswa : Rizki Rahna Sari

NIM : 101121057

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012

Abstrak

Kehamilan merupakan suatu proses ketika kehidupan dimulai dan berkembang di dalam rahim seorang wanita. Selama kehamilan, pasangan suami istri dapat mengalami banyak perubahan, termasuk dalam hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ibu hamiltentang hubungan seksual selama kehamilan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel dalam perolehan ini sebanyak 43 responden. Penentuan jumlah sampel dengan tekhnik Convenience Sampling. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Juli sampai Agustus dengan menggunakan kuesioner yang berisi data, demografi dan pertanyaan mengenai hubungan seksual pada ibu selama kehamilan yang terlebih dahulu diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas (KR – 21).Hasil penelitian menunjukkan, responden yang melakukan hubungan seksual selama kehamilan, mengatakan bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat menjaga keselarasan dalam hubungan suami istri. Pada responden yang tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan memilih alternatif lain seperti berciuman dan berpelukan. Sedangkan responden yang tidak tahu tentang hubungan seksual selama kehamilan, sebenarnya dapat melakukan hubungan seksual dan mayoritas tidak ada yang menjadi penghalangnya.Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada mahasiswa keperawatan dan bagi praktik keperawatan lebih memahami tentang hubungan seksual selama kehamilan sehingga perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara komprehensif.

Kata Kunci : Persepsi, Hubungan Seksual Selama Kehamilan, Ibu Hamil


(9)

Judul : Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmenas Sibande Kabupat Pak – Pak Bharat

Nama Mahasiswa : Rizki Rahna Sari

NIM : 101121057

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012

Abstrak

Kehamilan merupakan suatu proses ketika kehidupan dimulai dan berkembang di dalam rahim seorang wanita. Selama kehamilan, pasangan suami istri dapat mengalami banyak perubahan, termasuk dalam hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ibu hamiltentang hubungan seksual selama kehamilan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel dalam perolehan ini sebanyak 43 responden. Penentuan jumlah sampel dengan tekhnik Convenience Sampling. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Juli sampai Agustus dengan menggunakan kuesioner yang berisi data, demografi dan pertanyaan mengenai hubungan seksual pada ibu selama kehamilan yang terlebih dahulu diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas (KR – 21).Hasil penelitian menunjukkan, responden yang melakukan hubungan seksual selama kehamilan, mengatakan bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat menjaga keselarasan dalam hubungan suami istri. Pada responden yang tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan memilih alternatif lain seperti berciuman dan berpelukan. Sedangkan responden yang tidak tahu tentang hubungan seksual selama kehamilan, sebenarnya dapat melakukan hubungan seksual dan mayoritas tidak ada yang menjadi penghalangnya.Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada mahasiswa keperawatan dan bagi praktik keperawatan lebih memahami tentang hubungan seksual selama kehamilan sehingga perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara komprehensif.

Kata Kunci : Persepsi, Hubungan Seksual Selama Kehamilan, Ibu Hamil


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses ketika kehidupan dimulai dan berkembang di dalam rahim seorang wanita yang akan lahir tumbuh dan berkembang menjadi manusia. Selama masa kehamilan pasangan suami istri dapat mengalami banyak perubahan, terutama dalam berhubungan seksual. Perubahan hubungan seksual ini berupa penurunan kenikmatan dan gairah seksual. Perubahan ini berkaitan dengan pemahaman pasangan suami istri dalam berhubungan seksual (Eisenberg, 1996).

Pemahaman suami istri tentang berhubungan seksual selama kehamilan akan dapat meredakan ketakutan dan keemasannya. Sehingga pasangan tersebut dapat melakukan hubungan seksual dengan tenang (Eisenberg, 1996). Tetapi kebanyakan wanita malu untuk menanyakan masalah yang berhubungan dengan seks selama kehamilan. Mereka merasa bahwa tenaga medis di klinik dan rumah sakit akan menyangka sesuatu telah terjadi sehubungan dengan pertanyaan tersebut. Padahal itu dapat membantu mereka bila terdapat masalah dalam aktivitas seksualnya (Close, 1998).

Menurut Eisenberg (1996), beberapa pasangan akan mengalami penurunan kenikmatan dan gairah seksualnya, hanya 21% yang tidak mengalami kenikmatan selama kehamilan. Persentasi wanita yang tidak mengalami kenikmatan seksual


(11)

kesembilan. Demikian pula pada minggu ke 12 kehamilan, kira – kira satu dari 10 pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan seksual, memasuki bulan kesembilan sepertiga menjadi pantang seksual. Tetapi ada juga wanita yang dapat melakukan hubungan seksual selama kehamilan tanpa ada masalah.

Selama trimester ketiga, ketidakyamanan fisik biasanya meningkat kembali. Hal ini dapat dihindari dengan mencari posisi yang nyaman dalam melakukan hubungan seksual. Posisi wanita diatas (Mariana, 2004) dan posisi duduk dapat menjadi pilihan pasangan sehingga wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi (Ningsih, 2007).

Pada kasus – kasus kehamilan tertentu, ibu hamil dilarang atau harus membatasi untuk melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Kasus – kasus kehamilan tersebut antara lain: riwayat kelahiran prematur,keluar cairan dari vagina yang diketahui penyebabnya, penyakit menular seksual, plasenta previa dan lain – lain (fatiia, 2007).

Mengingat pentingnya peranan hubungan seksual dalam keharmonisan rumah tangga maka diperlukan pengetahuan dalam hubungan seks terutama selama hamil. Pengetahuan juga diperlukan untuk suatu proses perubahan perilaku. Berdasarkan uraian dan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengidentifikasi persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual selama kehamilan di puskesmas.


(12)

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi ibu tentang hubungan seksual selama kehamilan”.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Persepsi

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan “Persepsi ibu tentang hubungan seksual selama kehamilan”

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam lingkup bahasan ajar yang akan disampaikan dalam mata kuliah keperawatan maternitas.

1.4.2 Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan bagi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara komprehensif.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan penelitian ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa mendatang dan dapat digunakan sebagai informasi bagi penelitian keperawatan tentang hubungan seksual


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Ibu Hamil (Gravida)

Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu hamil sangat memepengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal.

Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Primigaravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri – cirinya adalah payudara tegang, puting susu runcing, perut tegang menonjol, striase livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen perforatus, vagina sempit, dengan rugae, portio runcing dan tertutup. b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup

bulan. Ciri – cirinya adalah payudara lembek dan bekas dan menggantung, puting susu tumpul, perut lembek dan menggantung, striase livide dan ablikan, perineum terdapat bekas robekan, vulva terbuka, karunkulemirtiformis, vagina longgar tanpa rugae, portio tumpul dan terbagi dalam bibir depan – belakang.


(14)

2.2 Hubungan Seksual

2.2.1 Defenisi

Hubungan seksual adalah aktivitas seksual yang berkaitan dengan sistem reproduksi yang melibatkan gamet pria dan wanita (Dorland,2002). Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), hubungan seksual adalah yang berhubungan dengan persetubuhan antara pria dan wanita.

2.2.2 Fisiologi Seks

Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalau didambakan oleh setiap pasangan suami – istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil. Menurut Derek (2000), aktivitas seksual yang sempurna berlangsung melalui empat fase reaksi seksual yaitu:

a. Fase Kenikmatan atau bangkitnya gairah, Fase ini dimulai dari hubungan kontak tubuh dengan pria, bukan oleh rangsangan seksual, meskipun pandangan terhadap pria yang menarik bisa memainkan peranan. Bangkitnya gairah seksual bervariasi tergantung waktu. Banyak wanita mengalami minat seksual yang tinggi pada saat – saat tertentu, seperti pada pertengahan siklus atau sebelum dan selama haid. Tetapi tidak ada pola yang konsisten dapat ditentukan. Fase kenikmatan seorang wanita tergantung pada kelambatan mencapai puncak, yang lebih lama dari pada pria. Selama itu, klitoris bereaksi, saluran vagina menjadi lebih halus dan tebal karena dipenuhi


(15)

pembuluh darah yang membentuk benjolan halus. Perubahan ini beragam tingkatannya dari satu wanita ke wanita lain.

b. Fase Plateu, pada fase ini wanita akan merasakan penis bereaksi di dalam vaginanya. Banyak wanita mengatakan, bagian yang menyenangkan dari hubungan seksual, terpisah dari orgasme itu sendiri adalah perassan ketika penis memasuki vagina. Jika wanita tidak mengalami orgasme ketika melakukan hubungan seksual, wanita tersebut mungkin menginginkan pria membantunya mencapai orgasme dengan mengusap daerah klitoris secara lembut dan mengusap dengan lidah dan bibir yang disebut dengan cunilingus. Wanita mungkin lebih senang mengalami orgasme sebelum mereka memulai senggama atau setelah pria mengalami ejakulasi, tergantung dari suasana hati mereka berdua.

c. Fase Orgasme. Orgasme disebabkan oleh suatu refleks. Rangsangan di daerah klitoris baik secara langsung ketika wanita bermasturbasi, atau dirangsang secara tidak langsung oleh gerakan penis ketika masuk kedalam vagina. Setiap orang merasa dan menerima orgasme secara berbeda. Penjelasan yang diberikan beberapa wanita menunjukkan, orgasme adalah perasaan nikmat yang tertinggi dari bangkitnya nafsu seks. Perasaan ini biasanya dimulai dibagian pinggul, kemudian menyebar keseluruh tubuh. Selama orgasme perasaan wanita berpusat pada sensasi dan sebagian besar pada pengeluaran cairan. Ini dimulai dengan saat – saat ketegangan yang tidak terkontrol, pelepasan


(16)

ketegangan mental dan kelegaan. Hampir setiap wanita dapat mencapai orgasme dengan bermasturbasi, atau dengan rileks dan yakin terhadap hubungannya untuk memberitahu pasangan tentang kebutuhan, sehingga dapat membantu mencapai orgasme dengan perangsangan. d. Fase Resolusi. Pada pria dan wanita, kontraksi otot konklusif dan

kenikmatan orgasme diikuti dengan relaksasi. Tetapi berbeda dengan penis pria, biasanya klitoris tidak mengendur dan beberapa wanita dapat mencapai satu orgasme setelah orgasme yang lain, tanpa selingan. Banyak wanita merasa cukup dengan hanya satu orgasme. Dalam lima sampai sepuluh menit pertama dari fase resolusi, jaringan vagina dan vulva kehilangan cairan yang akan membasahi vagina. Tetapi jika wanita dirangsang kembali secara seksual, maka dia dapat terangsang dan mengalami orgasme yang lain dengan jarak waktu yang lebih pendek dari pada pria. Sebaliknya, jika wanita dirangsang pada fase plateau tetapi tidak dibantu mencapai orgasme, maka fase resolusi sering menjadi lama dan ketegangan jaringan vagina lambat untuk dipulihkan. Rangsangan yang berulang dan kegagalan mencapai orgasme bisa menyebabkan frustasi fisik dan mental. Mungkin juga menyebabkan keluhan ginekologis yang bersifat psikomatis.


(17)

2.2.3 Hubungan Seksual Selama Kehamilan

Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan kasih sayang, rasa aman, dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam hubungan suami istri. Tetapi jangan menjadikan hubungan seks memegang peranan paling berkuasa dalam keselarasan hubungan suami istri. Pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar pikiran (komunikasi), berpelukan, ciuman, atau pun pijatan tanpa harus melakukan hubungan seksual (Suririnah, 2004). Selain itu, pasangan dapat mencari alternatif lain dengan mandi air hangat, makan malam romantis atau apapun yang sama – sama membuat pasangan senang (Fatia, 2007).

Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak beresiko, pasangan suami istri dapat melakukanhubungan seksual hingga menjelang persalinan. Dengan tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stress yang mungkin muncul selama kehamilan ( Close,1998).

Seperti yang dikemukakan oleh Ningsih (2007), tidak sedikit wanita hamil justru merasa kenikmatandan kepuasan luar biasa dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat mencapai orgasme multipel dengan mudah. Hal ini dapat terjadi karena hormon wanita dan hormon kehamilan mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan perubahan pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ reproduksi) menjadi lebih sensitif dan responsif.


(18)

Dengan memahami pengaruh kehamilan terhadap prilaku seksual, dan trhadap kehamilan diharapkan tidak terjadi masalah antara suami istri. Hal penting yang selalu diingat adalah bahwa hubungan seksual dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga diperlukan saling pengertian atas dasar saling mengasihi (Pangkahila 2002).

2.2.4 Faktor – faktor yang menghambat Hubungan Seksual

Menurut Eisenberg (1996), banyak sekali perubahan fisik yang mempengaruhi gairah kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu:

a. Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada waktu – waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual.

b. Keletihan dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diseljgi acara bercinta dengan pasangan anda.

c. Perubahan fisik tubuh, bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan tidak nyaman karena terhalang oleh perut yang membesar. Bentuk tubuh wanita yang berubah dapat membuat pasangannya menjadi tidak bergairah. Anda harus dapat mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa perut besar itu indah.Menyempitnya genital dapat mens kurang menyebabakan seks


(19)

kurang memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa “penuh” pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehungga kehilangan ereksinya. Keluarnya kolostrum. Pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat “bocor” karena adanya rangsangan seksual pada payudara.

d. Takut menyakitkan janin menyababkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindungi dari bantalan amnion dan rahim. Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi, tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi terhadap keguguran dan kelahiran prematur.

e. Kecemasan yang akan datang, calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang campur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional untuk membesarkan seorang anak, semua ini dapat mengahambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka.


(20)

f. Perubahan pada cairan vagina. Bertambahnya pelicin ini dapat membuat hubungan seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan yang cairan vaginanya kering atau terlalu sempit. Tetapi dapat juga membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga pasangan prianya sulit untuk mampertahankan ereksi.

g. Kemarahan yang tidak disadari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian atau pun sebaliknya, karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi). h. Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama

kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti bahwa penetrasi yang dalam kadang- kadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua.

i. Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena janin yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi yang dalam.

j. Mitos bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan. Kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim belum “matang” dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa kajian menunjukkan


(21)

meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu – minggu terakhir kehamilan, maka sering kali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kehamilan beresiko kelahiran prematur.

2.2.5 Cara Untuk Mempertahankan Hubungan Seksual

Menurut Eisenberg (1996), hubungan seksual yang baik dan tahan lama, seperti hubungan pernikahan yang baik dan tahan lama, tidak akan bisa dibangun dalam satu hari (satu malam yang sangat indah sekalipun). Hubungan ini tumbuh bersamaan dengan pengalaman, kesabaran, saling pengertian dan cinta. Begitu pula dengan hubungan seksual selama kehamilan, yang mengalami banyak tekanan fisik dan emosional. Berikut ini ada beberapa cara untuk mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan, yaitu:

a. Jangan tergantung dari keharusan dan berapa seringnya anda melakukan hubungan seksual. Kualitas dari hubungan seksual jauh lebih penting dari jumlahnya, terutama selama hamil.

b. Lebih menekankan cinta dari pada permainan cinta. Bila salah satu pasangan tidak ingin melakukan hubungan seksual atau hubungan ini menimbulkan frustasi karena tidak memuaskan, maka temukan cara lain untuk mempertahankan keintiman, misalnya: berciuman atau mencium leher, bergenggaman tangan, mengusap punggung, memijat kaki, membagi minuman susu di tempat tidur, mononton TV.


(22)

c. Bicarakan setiap masalah secara terbuka, jangan disembunyikan atau dianggap tidak ada. Bila masalahnya terlalu besar untuk anda tangani sendiri , mintalah bantuan keluarga.

d. Berpikir secara positif, hubungan seksual adalah persiapan fisik yang baik untuk persalinan.

e. Jika selama ibu hamil telah mendapat larangan dari dokter, bidan, & perawat tentang hubungan seksual, maka anda juga akan mendapat kepuasan tersendiri di dalam melakukan hubungan seksual walaupun tanpa mencapai klimaks dan itu juga akan dialami oleh pasangan ibu juga. f. Mencoba posisi berhubungan seksual yang nyaman selama kehamilan.

2.2.6 Posisi–Posisi Dalam Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan

Mengatur posisi yang nyaman saat berhubungan seksual dapat mengurangi keluhan saat bersenggama. Posisi ini akan mempermudah pasangan memberikan rangsangan pada daerah – daerah sensitif. Dengan demikian, gairah bercinta semakin membara dan tetap terjaga hingga akhir aktivitas senggama. (Indarti,2004).

Menurut Westheimer(2002), posisi yang tepat dalam berhubungan seksual adalah:


(23)

Pria menindih wanita dari atas saling berhadapan. Posisi ini masih bisa digunakan pada trimester pertama dan kedua. Tetapi si pria harus menahan berat badannya agar tidak menekan perut si istri.

b. Saling berhadapan, Istri di atas

Suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok di atasnya dan membantu memasukkan kemaluan suami ke dalam vagina. Istri menahan berat badannya sendiri dengan lengan, atau duduk di atas pangkal paha suami. Suami berbaring mengangkat tubuh dengan lengan, atau melingkarkan tangan di sekeliling pinggang istri. Posisi ini yang paling nyaman untuk ibu hamil, karena perut istri terhindar dari tekanan badan suami dan istri dapat mengontrol seberapa dalam penis berpenetrasi ke dalam vagina, sehingga mengurangi iritasi pada servik.

c. Posisi penetrasi dari belakang

Wanita menahan berat badannya dengan kedua tangan, tapi tangan dan payudaranya diletakkan di pinggir tempat tidur dan lututnya dialasi dengan bantal. Pria berlutut di lantai yang memungkinkannya untuk mengontrol dalamnya penetrasi dengan baik. Posisi ini akan lebih nyaman pada bulan – bulan terakhir kehamilan.

d. Posisi Dr.Ruth dan Dr.Amos

Wanita berbaring telentang, meletakkan salah satu kaki atau keduanya pada bangku, suaminya berlutut atau berdiri diantaranya kedua kakinya.


(24)

Posisi ini dapat digunakan selama kehamilan. Saat penetrasi tidak akan ada tekanan pada perut istri dan mereka dapat bergerak dengan bebas.

Selama posisi – posisi di atas, posisi hubungan seksual yang juga baik selama kehamilan (Suririnah,2004) adalah :

1) Posisi Duduk

Suami duduk di kursi atau tepi tempat tidur, memangku istri dan saling berhadapan, kemaluan suami di dalam vagina istri, lengan saling merangkul. Posisi ini biasanya pada kehamilan pertengahan atau lanjut dimana tidak memerlukan banyak gerakan dan wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi.

2) Posisi berlutut atau berdiri

Dengan agak melipat lutut, suami dapat memasukkan penis dari belakang. Istri melingkarkan lengannya pada leher dan melingkar kaki suami antra kedua pahanya. Posisi ini juga sesuai untuk dilakukan pada saat perut anda sudah besar, atau saat anda tidak dapat berperan aktif lagi selama bercinta.

2.2.7 Komplikasi Hubungan Seksual Pada Kehamilan

Wanita yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dan masturbasi sampai mencapai orgasme terutama selama 3 – 4 bulan pertama, karena dapat menimbulkan gerakan rahim yang justru lebih hebat. Selain itu, prostaglandin yang ada di dlam sperma dapat menimbulkan kekejangan otot rahim sehingga menyebabkan keguguran (Pangkahila,2002).


(25)

MenurutWestheimer (2002), ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus kehamilan sebagai berikut:

 Placenta previa, karena dapat mengganggu placenta dan potensial menimbulkan pendarahan dan kelahiran prematur. Jika posisi placenta tidak berubah hingga trimester ketiga, bayi akan dilahirkan dengan operasi Caesar.

 Afasmen dan dilatasi cerviks, Penelitian terbaru menunjukkan bahwa serviks yang mengalami efasmen atau dilatasi dalam awal kehamilan, memiliki resiko besar melahirkan bayi prematur. Walaupun kebanyakan peneliti tidak meyakinkan, penetrasi ke dalam vagina secara teori dapat menimbulkan infeksi, pecahnya kantong amnion. Jika dokter melarang anda berhubungan seks, diskusikan semua faktor di atas dan tanyakan apakah boleh berhubungan seks menggunakan kondom.

 Cerviks lemah, berarti cerviks tidak cukup kuat menahan kehamilan hingga saat persalinan tiba. Wanita yang telah didiagnosa memiliki kandungan yang lemah membutuhkan operasi yang disebut stitch. Walaupun tidak ada bukti ilmiah bahwa hubungan seks bisa membahayakan, kebanyakan dokter sepakat untuk membatasi hubungan seks jika terdapat jahitan pada rahim anda.

 Pendarahan, khususnya jika kehamilan anda belum memasuki minggu ke - 37 dari kehamilan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk puasa dari hubungan seks hingga pendrahan berhenti. Jika pendarahan terjadi


(26)

lagi dan khusus nya setelah hubungan seks, dokter akan menyarankan anda untuk sama sekali tidak berhubungan seks.

 Cairan amniotik bocor atau ketuban pecah, karena hubungan seks pada kondisi ini menambah resiko infeksi.

Selain itu, paangan suami istri juga tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus – kasus kehamilan seperti : Riwayat kelahiran prematur, keluar cairan dari vagina yang tidak diketahui penyebabnya, suami atau istri yang menderita penyakit menular (Suririnah,2004), pasangan tidak menemukan posisi hubungan seksual yang nyaman, nyeri saat berhubungan seksual, janin multiple (Curtis,1999).

Pengertian Persepsi

 Persepsi Merupakan proses akhir dari pengamatanyang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses yang diterima stimulus oleh alat indra, kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Sunaryo, 2004).


(27)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual

Hubungan seksual dapat dilakukan selama kehamilan ibu dalam kondisi baik, kecuali ibu mengalami masalah pada kehamilannya hal ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi ibu. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi adalah Faktor fungsional yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan, pelayanan, dan pengalaman; Faktor struktural yang dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu; Faktor situasional yang berkaitan dengan bahasa non verbal ; Faktor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti variabel persepsi ibu tentang hubungan seksual selama kehamilan.

Skema I : Persepsi Hubungan Seksual Selama KehamilanKeterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Ibu Hamil

Hubungan Seksual Selama Kehamilan:

• Boleh • Tidak Boleh • Tidak Tahu


(28)

3.2 Defenisi Operasional

Persepsi tentang hubungan seksual selama kehamilan adalah pendapat, pengalaman seorang ibu yang sedang hamil didalam melakukan hubungan seksual selama kehamilan.

No

Variabel

Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Persepsi Pendapat ibu tentang

hubungan seksual selama kehamilan

Kuesioner Yang

terdiri dari 24

pertanyaan,

1. Boleh 2. Tidak Boleh 3. Tidak Tahu

Nominal


(29)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Desain yang digunakan dalam penelitan ini adalah desain penelitian deskriptif. Desain penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis tertentu (Arikunto, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi Hubungan Seksual Selama Kehamilan kepada ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Pak – Pak Bharat.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di puskesmas, selama periode penelitian berlangsung jumlah nya adalah 278 orang. Tetapi data yang didapat oleh peneliti tidak tercatat dengan akurat, melainkan didapat dari para tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas sibande tersebut.


(30)

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah obyek yang sebagian diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2005), Sampel yang diambil oleh peneliti sebanyak 43 responden di puskesmas Sibande kabupaten pak – pak bharat, yang dihitung berdasarkan (Arikunto, 2002), yang berdasarkan 10 – 25%. Tekhnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Convenience Sampling

4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kabupaten pak – pak Bharat dengan pertimbangan bahwa di Puskesmas tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai Hubungan Seksual Selama Kehamilan yang di berikan pada ibu hamil dan proses pengambilan data dilaksanakan pada Juli sampai Agustus 2011.

4.4 Pertimbangan Etik

Proses penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangan prinsip – prinsip etik, yaitu Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan mendatangani informed consent. Informed consent adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden. Lembar informed consent ini diberikan setelah subyek mendapatkan penjelasan dan proses penelitian yang bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. subyek bersedia maka mereka harus menandatangani lembr persetujuan dan responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut


(31)

responden, baik resiko fisik maupun resiko psikologis, kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada pengumpulan data, hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti mengenai pada konsep dan teori yang di uraikan dalam tinjauan pustaka bagian kueisioner dibedakan menjadi 2 yaitu : Karakteristik Demografi dan persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual selma kehamilan.

4.5.1 Karakteristik Demografi mengeksplorasi umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia kehamilan, sumber informasi.

4.5.2 Persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual selama yang berbentuk multiple choice. Responden cukup memilih jawaban yang menurutnya benar. Kuisioner terdiri dari 24 pertanyaan, yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu: satu pertanyaan dengan jawaban boleh, tidak boleh, dan tidak tahu.

4.6 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui derajat atau kemampuan suatu instrumen untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Sehubungan dengan keterbatasan peneliti uji validitas tidak dilakukan. Namun dikonsultasikan kepada seorang dosen keperawatan Maternitas di Fakultas


(32)

Keperawatan USU. Keterbataan yang ada juga menyebabkan peneliti hanya dapat melakukan uji reliabilitassetelah pengumpulan data dilakukan.

4.7 Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan analisa data diawali dengan tahapan editing atau mengecek dan memastikan bahwa kuisioner telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilanjutkan dengan koding dan memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah dalam menganalisa data dan data tersebut dapat diproses.

Analisa data menggunakan analisa univariat sesuai dengan desain penelitian yaitu desain deskriptif. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer, dengan statistik deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk frekuensi dan persentase (%).


(33)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Septembet 2011 dan diperoleh 43 ibu hamil yang periksa kehamilan di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – pak Bharat. Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian tentang hubungan seksual selama kehamilan serta pembahasannya.

5.1.1 Karakteristik Demografi

Deskriptif demografi respondenyang diuraikan mencakup usia, agama, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia kehamilan dan sumber informasi tentang seks selama kehamilan. Pada tabel 5.1 terlihat sebagian besar usia responden 17-24 tahun sebanyak 14 responden (32,6%), usia 25-32 tahun sebanyak 19 responden (44,1%), dan usia 33-40 10 responden (23,3%). Mayoritas beragama islam sebanyak 27 responden (62,8%) dan sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SMU sebanyak 21 responden (48,8%). Sebanyak 29 responden (67,4%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, mayoritas responden memiliki anak ≥ satu orang yaitu sebanyak 29 orang (67,4%). Sebagian besar usia kehamilan responden ≥ 7 – 9 bulan sebanyak 19 (44,2%), responden yang menerima informasi tentang seks dari keluarga sebanyak 31 responden (72,1%). Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1 pada halaman berikut :


(34)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakter Responden (n = 43 orang)

No. Data Demografi Jumlah (Orang) Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Umur 17-24 tahun 25-32 tahun 33-40 tahun Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Pendidikan SD SMP SMU Akademi/Perguruan tinggi Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pegawai Negri Sipil Jumlah Anak Belum Ada

≥ 1 orang

Usia Kehamilan

≥ 1-3 bulan

≥ 4-6 bulan

≥ 7-9 bulan

Sumber informastentang seks selama kehamilan Keluarga Media massa/elektronik Dokter/perawat/bidan 14 19 10 27 11 5 3 10 21 9 29 8 6 14 29 11 13 19 31 4 8 32,6 44,1 23,3 62,8 25,6 11,6 7,0 23,2 48,8 20,9 67,4 18,6 14,0 32,6 67,4 25,6 30,2 44,2 72,1 9,3 18,6


(35)

5.1.2 Persepsi Ibu Hamil Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual Kehamilan Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n = 20)

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 9 responden (45 %) mengetahui bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat menjaga keselarasan hubungan suami istri dan 7 responden (35 %) responden menjawab untuk menjalankan kewajiban istri. Seluruh responden mencoba posisi hubungan seksual yang nyaman untuk mempertahankan hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan. Tetapi sebanyak 16 responden (80%) malas melakukan hubungan seksual apabila mengalami keletihan.

Sebanyak 10 responden (50%) menjawab kualitas hubungan seksual serta posisi wanita di atas dan pria di bawah sangat penting untuk diperhatikan dalam berhubungan seksual. Sebagian besar responden (50%) merasa rahimmnya mengejang dalam waktu yang singkat saat mencapai “klimaks” dan sebanyak 13 responden (65%) melarang suaminya untuk menekan perutnya ketika berhubungan seksual. Distribusi frekuensi dan persentase persepsi ibu hamil yang boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan dapat dilihat pada tabel 5.2 di halaman selanjutnya.


(36)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase persepsi ibu hamil

yang boleh melakukan hubungan seksual selama

kehamilan (n=20).

No

Pertanyaan

Frekuensi

Persentase

1.Alasan ibu harus melakukan hubungan seksual selama kehamilan:

a. Hanya untuk mendapatkan anak 4 (20%) b. Menjaga keselarasan dalam 9 (45%) hubungan suami istri

c. Menjalankan kewajiban istri 7 (35%) 2.Menurut ibu, apa fungsi hubungan

seksual selama kehamilan?

a.Mengurangi steres yang muncul 14 (70%) selama kehamilan

b.Hanya untuk menyalurkan gairah seks 0 0 c.Meneruskan keturunan 6 (30%) 3.Bagaimana cara ibu untuk mempertahankan

hubungan seksual selama kehamilan?

a.Bermesraan di tempat terbuka 0 0 b.Mencoba posisi hubungan seksual yang 20 (100%) nyaman

c.Berhias sebelum melakukan hubungan 0 0 seksual.

4.Apa yang dapat menyebabkan ibu malas untuk berhubungan seksual selama kehamilan?

a.Tidak suka melihat suami 2 (100%) b.Tidak tahan dengan bau badan suami 2 (100%)


(37)

5.Apa yang lebih penting saat ibu melakukan hubungan seksual?

a.Kualitas hubungan sekshubungan seksual 10 (50%) b.Jumlah atau frekuensi dalam melakukan 3 (15%) seksual

c.Posisi dalam melakukan hubungan seksual 7 (35%) 6.Posisi hubungan seksual yang ibu lakukan

selama kehamilan?

a.Posisi duduk 2 (10%)

b.Wanita diatas dan pria di bawah 10 (50%) c.Wanita dibawah dan pria diatas 8 (40%) 7.Apa yang menjadi keluhan mengganggu

Pada saat ibu melakukan hubungan seksual?

a.Terasa kejang dalam waktu yang lama 1 (5%) b.Terasa kejang dalam waktu singkat 10 (50%) c.Tidak terjadi perubahan 9 (45%) 8.Menurut ibu apa yang harus dihindari

Suami saat melakukan hubungan seksual?

a.Memasukkan cairan mani kedalam vagina 4 (35%) b.Melakukan hubungan seksual tanpa pemanasan 3 (15%)

c.Menekan perut saya 13 (65%)


(38)

5.1.3 Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=13)

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa sebagian besar responden (46%) tidak melakukan hubungan seksual sejak dokter, perawat, bidan menemukan masalah dengan kehamilannya sampai masalah tersebut dapat diatasi. Lebih dari setengah justru keluarga dan dukun bayi yang melarang agar reponden (76%) memilih berpelukan dan berciuman untuk menyatakan kasih sayang tanpa harus melakukan hubungan seksual.

Sebanyak sembilan orang (62,9%) dapat mempertahankan hubungan selama kehamilan ini dengan membicarakan setiap masalah yang ada secara terbuka. Sebagian besar responden (53,8%) menjawab bahwa suaminya tidak boleh memasukkan kemaluannya terlalu dalam ke vagina saat kepala janin sudah semakin turun atau satu bulan terakhir kehamilan. Responden (76,9%) juga tidak melakukan hubungan seksual apabila keluar darah / cairan dari vagina yang tidak diketahui penyebabnya. Distribusi frekuensi dan persentase persepsi ibu hamil yang tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan tentang hubungan seksual selama kehamilan dapat dilihat pada tabel 5.3 di lembar selanjutnya.


(39)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Persentase Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=13).

No. Pertanyaan Frekuensi Persentase 1.

2.

3.

4.

5.

Alasan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual saat hamil?

a. Agar tidak mengganggu 3 (23,1%) perkembangan bayi

b. Ada masalah dengan 6 (46,1%) kehamilan saya5

c. Agar tidak menyakiti janin 4 (30,8%) Kapan ibu dilarang melakukan

hubungan seksual selama kehamilan?

a. Diketahui hamil 3 (23,1%) b. Dokter / bidan menemukan 6 (46,1%) masalah pada kehamilan saya

c. Mulai Usia Kehamilan 7 bulan 4 (30,8%) Sampai kapan ibu tidak boleh melakukan

hubungan seksual selama kehamilan ini?

a. Sampai melahirkan 4 (30,8%) b. Sampai Masalah pada kehamilan 6 (46,1%) saya teratasi

c. Usia Kehamilan 8 bulan 3 (23,1%) Siapa yang melarang ibu untuk tidak

melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini?

a. Dukun Bayi 3 (23,1%) b. Keluarga 0 0 c. Dokter kandungan atau bidan 10 (76,9%) Alternatif pengganti yang Ibu dan

suami dapat menyatakan kasih sayang tanpa harus melakukan hubungan seksual dengan cara?

a. Mandi bersama 3 (23,1%) b. Bersamaan sebelum tidur 0 0 c. Berpelukan dan berciuman 10 (76,9%)


(40)

6

7.

8.

Upaya ibu lakukan agar dapat mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan ini?

a. Membicarakan setiap masalah 9 (62,9%) secara terbuka

b. Bermesraan sebelum tidur 3 (23,1%) c. Menghias diri untuk menarik 1 (7,7%) perhatian suami.

Menurut ibu ketika kapan suami tidak boleh melakukan memasukkan kemaluannya terlalu dalam?

a. Setiap berhubungan seksual 1 (7,7%) b. Saat kepala janin sudah semakin 7 (53,8%) turun atau 1 bulan terakhir kehamilan

c. Selama 3 bulan pertama kehamilan. 5 (38,5%) Kapankah sebaiknya ibu tidak melakukan

hubungan seksual selama kehamilan?

a. Keluarnya darah / cairan dari 10 (76,9%) b. vagina yang tidak diketahui 1 (7,7%) penyebabnya

Mual dan muntah

c. Perut istri yang semakin membesar 2 (15,4%)

5.1.4

Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n= 10)

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa sebanyak delapan responden (80,0%) menyatakan mendapat informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan dan tidak ada penghalang dalam melakukan hubungan seksual. Sebanyak tujuh responden (70,0%) menyatakan dapat melakukan hubungan seksual. Distribusi frekuensi dan persentase persepsi


(41)

ibu hamil yang tidak tahu tentang hubungan seksual selama kehamilan dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tentang Hubungan Seksual Selama Kehami (n = 10)

No. Pertanyaan Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Aktifitas seksual adalah sikap dan keinginan yang berkaitan dengan hubungan seksual?

a. Ya 6 (60%) b. Tidak 4 (40%)

Apakah ibu melakukan hubungan seksual selama hamil ini?

a. Ya 7 (70%) b. Tidak 3 (30%) Adakah yang menjadi penghalang ibu

dalam melakukan hubungan seksual?

a. Ya 8 (80%) b. Tidak 2 (20%) Adakah yang memberikan informasi

tentang hubungan seksual selama kehamilan pada ibu?

a. Ya 8 (80%) b. Tidak 2 (20%) Ibu yang pernah mengalami keguguran,

sebaiknya melakukan hubungan seksual sampai mencapai “klimaks” terutama 3-4 bulan kehamilan.

a. Ya 4 (40%) b. Tidak 6 (60%) Hubungan seksual tidak aman dilakukan

pada kehamilan yang normal.

a. Ya 4 (40%) b. Tidak 6 (60%)


(42)

7. Ibu dan suami harus melakukan hubungan seksual untuk

mengungkapkan.

a. Ya 4 (40%) b. Tidak 6 (60%) 8. Posisi hubungan seksual wanita diatas

dan Pria dibawah sangat cocok digunakan selama kehamilan.

a. Ya 6 (60%) b. Tidak 4 (40%)


(43)

5.2 Pembahasan

Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu menggambarkan hubungan seksual selama kehamilan pada ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – Pak Bharat. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain : faktor fungsional yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan, pelayanan, dan pengalaman. Faktor struktural yang dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu. Faktor situasional yang berkaitan dengan bahasa non verbal. Faktor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian.

5.2.1 Persepsi Ibu Hamil Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=20).

Di sini akan dibahas tentang bagaimana persepsi ibu hamil yang berpendapat boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Ibu hamil dengan kehamilan yang normal tetap boleh melakukan hubungan seksual. Tidak sedikit ibu hamil jutru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar biasa serta mencapai orgasme multypel dengan mudah dibandingkan semasa tidak hamil (Ningsih,2005).

Berdasarkan penelitian, sebagian besar responden mengatakani bahwa mereka melakukan hubungan seksual untuk menjaga keselarasan dalam hubungan suami istri sehingga dapat mengurangi stress yang muncul selama kehamilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suririnah (2004) yang menyatakan bahwa hubungan seksual dapat menjadi salah satu bagian penting dalam pernyataan kasih sayang, rasa aman, dan tenang, kebersaman, kedekatan perasaan, serta menjaga


(44)

keselarasan dalam hubungan suami istri. Menurut Close (1998), dengan tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stress yang muncul selama kehamilan.

Hampir setengah responden juga menjawab bahwa responden harus melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini untuk menjalankan kewajiban istri. Hal ini sesuai dengan penelitian Hasanah (2006) secara kualitatif pada pasangan suami istri yang menunjukkan pasangan suami istri harus melakukan hubungan seksual sebagai kewajiban dalam berumah tangga.

Dalam penelitian ini seluruh responden mencoba posisi hubungan seksual yang nyaman untuk mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan dan sebagian besar menjawab kualitas hubungan seksual sangat penting untuk diperhatikan saat melakukan hubungan seksual. Kemudian berpikir positif, lebih menekankan cinta dari pada permainan cinta, membicarakan setiap masalah secara tebuka juga penting memperhatikan hubungan seksual selama kehamilan (Eisenberg,1996).

Mayoritas responden mengatakan bahwa keletihan dapat menyebabkan malas unuk melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Eisenberg,1996) bahwa keletihan, kebocoran kolostrum, mual dan muntah, perubahan cairan vagina, kecemasan, dan takut menyakiti janin merupakan perubahan fisik yang dapat mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual.


(45)

Tetapi ada juga responden yang malas melakukan hubungan seksual karena tidak suka melihat suaminya dan tidak tahan lagi dengan bau badan suaminya. Hal ini dapat dimaklumi karena kehamilan adalah sesuatu yang unik, sehingga perubahan yang terjadi pada ibu hamil sangat bersifat individual.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa posisi wanita diatas dan pria dibawah merupakan posisi hubungan hubungan seksual yang dipilih oleh sebagian besar responden. Selain itu, posisi duduk, posisi berlutut, atau berdiri (Suririnah,2004), posisi penetrasi dari belakang, posisi missionaris, (Westheimer,2002) merupakan pilihan posisi yang aman untuk melakukan hubungan seksual selama hamil. Tetapi, posisi apapun yang dipilih oleh pasangan suami istri tidak menjadi masalah, yang penting tidak meletakkan berat badan suami ke perut ibu hamil.

Saat mencapai “klimaks” dalam berhubungan seksual sebagian besar responden merasakan rahimnya mengejang dalam waktu yang singkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasanah (2006) secara kualitatif, tiga dari empat orang suami istri partisipan mengalami kejang perut pada saat berhubungan seksual, tetapi hanya terjadi sebentar. Untuk menghindari masalah lain, pasangan suami istri tersebut tidak melakukan hubungan seksual untuk beberapa hari dan berhati – hati saat kembali melakukan hubungan seksual.Seperti yang dikemukakan oleh (Close,1998) bahwa hormon oksitosin akan dilepas oleh kelenjar bawah otak apabila seorang wanita mengalami orgasme. Hormon ini juga dipaskan pada saat persalinan / melahirkan, oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi. Jadi kekejangan uterus akan dialami selama atau setelah orgasme


(46)

dengan selang waktu yang singkat selama kehamilan dan efeknya hanya sebentar serta tidak cukup kuat untuk menggugurkan kandungan. Tetapi ada juga beberapa ibu hamil yang tidak menyadari adanya kontraksi uterin yang timbul akibat orgasme.

5.2.2 Ibu Hamil Yang Tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=13).

Disini akan di bahas ibu hamil yang tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Sebagian besar responden dilarang oleh dokter agar tidak melakukan hubungan seksual karena ada masalah dengan kehamilannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suririnah (2004), bahwa ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan seksual selama hamil bila ditemukan kasus – kasus kehamilan seperti : Placenta previa, riwayat kelahiran prematur, perdarahan atau keluar cairan dari vagina yang tidk diketahui penyebabnya, suami istri yang menderita penyakit menular Cervix inkompeten, pecah ketuban, pasangan tidak menemukan posisi hubungan seksual yang nyaman, nyeri saat berhubungan seksual juga harus dibatasi awal pada Cervix, Ectopic pregnancy, Abruptio Placenta, Preeclampsia dan Eclampsia.

Mengalami masalah dalam kehamilan atau persalinan tetap saja sulit secra emosional. Selain steress yang dirasakan orang tua, perasaan bersalah dapat dirasakan. Pasangan suami istri dapat membicarakan perasaanyan masing – masing karena komplikasi kehamilan dapat mempengaruhi hubungan baik secara fisik maupun emosional (Westheimer,2002).


(47)

Membicarakan setiap masalah secara terbuka merupakan salah satu cara yang dilakukan lebih dari setengah responden untuk mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan dan hampir setengah responden memilh menghias diri dan bersamaan sebelum tidur sebagai alternatif lainnya.

Dalam penelitian ini beberapa responden berpersepsi bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama hamil sejak responden tersebut diketahui hamil atau pun sejak usia kehamilan tujuh bulan sampai melahirkan agar tidak menyakiti janin dan mengganggu perkembangan janin. Seperti yang dikemukakan oleh Pangkahila (2002), banyak pendapat tentang seks dan kehamilan yang beredar luas di masyarakat tentang seks. Hal ini dapat dimaklumi mengingat sebagian besar responden kebanyakan menerima informasi tetang seks selama kehamilan dari keluarga.

Sehubungan dengan kondisi diatas, maka mayoritas responden memilih berpelukan dan berciuman sebagai ungkapan kasih sayang tanpa harus melakukan hubungan seksual. Seperti yang dikemukakan Fatia (2007), alternatif lain yang bisa dilakukan untuk menjaga kehangatan suasana rumah tangga adalah berpelukan, mandi air hangat, makan malam romantis, pijat atau apapun yang sama – sama membuat pasangan.

Mayoritas responden menjawab bahwa suaminya tidak boleh memasukkan penisnya terlalu dalam ke dalam vagina saat kepala janin sudah semakin turun atau satu bulan terakhir kehamilan dan hampir setengah responden juga menjawab selama tiga bulan pertama kehamilan suaminya tidak boleh memasukkan penisnya


(48)

terlalu dalam ke dalam vagina. Hal ini dapat dikaitkan dengan karakteristik responden dengan usia kehamilan ≥ 1-3 bulan sebanyak 11 responden dan ≥ 7 – 9 bulan sebanyak 19 responden serta jumlah anak ≥ 1 orang. Beberapa ibu hamil dapat menjadi tegang saat melakukan hubungan seksual karena posisi janin yang sudah dekat. Padahal pasangan suami istri tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi yang dalam (Eisenberg,1996). Demikian pula ibu hamil yang pernah mengalami keguguran berulang kali, harus membatasi hubungan seksual. Tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai mencapai “klimaks” terutama usia kehamilan ≥ 1-3 bulan karena prostaglandin dapat menimbulkan kekejangan otot rahim yang dapat memicu terjadinya otot rahim yang dapat memicu terjadinya keguguran (Pangkahila,2002).

5.2.3 Pesepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan (n=10)

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak enam responden (60%) menjawab bahwa hubungan seksual adalah sikap dan keinginan yang berkaitan dengan aktivitas seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Dorland (2002) yang menyatakan hubungan seksual yang melibatkan gamet pria dan wanita.Mayoritas responden dapat melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini dan tidak ada yang menjadi penghalangnya. Responden juga menerima informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan mayoritas diperoleh dari keluarga (72,1%) dan dokter/ bidan / perawat (18,6%) serta media massa / elektronik (9,3%). Keluarga, dokter / bidan / perawat dan media massa / elektronik merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual


(49)

Sebanyak enam responden (60%) berpendapat bahwa wanita yang pernah mengalami keguguran berulang kali, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sampai mencapai “klimaks” terutama 3-4 bulan kehamilan.

Seperti yang dikemukakan Pangkahila (2002), wanita yang pernah mengalami keguguran berulang kali, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dan masturbasi sampai mencapai orgasme terutama 3-4 bulan pertama, karena dapat menimbulkan gerakan rahim yang justru lebih hebat. Selain itu prostaglandin yang ada di dalam sperma dapat menimbulkan kekejangan otot rahim sehingga menyebabkan keguguran.

Dalam penelitian ini ditemukan ternyata mayoritas responden menjawab bahwa hubungan seksual aman dilakukan pada kehamilan yang normal. Dengan tetap menikmati hubungan seksual, pasangan suami istri dapatberbagi rasa takut maupun kekhawatiran yang mungkin muncul selama kehamilan. Selain itu, hubungan seksual selama kehamilan bermanfaat juga sebagai persiapan bagi otot panggul untuk menghadapi proses persalinan (Ningsih 2005).

Mayoritas responden (60%) tidak setuju jika mereka harus melakukan hubungan seksual untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang. Seperti yang dikemukakan Suririnah (2004), pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar pikiran, berpelukan, berciuman, atau saling memijat tanpa harus melakukan hubungan seksual, yang terpenting adalah mencoba untuk saling mengerti keinginan pasangan.


(50)

Seiring bertambahnya usia kehamilan, ibu hamil perlu mencari posisi hubungan seksual yang nyaman. Dalam penelitian ini lebih dari setengah ibu hamil menjawab bahwa posisi wanita diatas dan pria dibawah merupakan salah satu posisi yang cocok digunakan selam kehamilan. Menurut Suririnah (2004) posisi lain yang dapat digunakan selama kehamilan adalah posisi berlutut, posisi duduk dan posisi laki – laki di atas tetapi berbaring hanya separuh tubuh (Menyamping).


(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai persepsi ibu hamil tentang hubungan seksual selama kehamilan di puskesmas Sibande.

6.1 Kesimpulan

Responden yang boleh melakukan hubungan seksual bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat menjaga keselarasan dalam hubungan suami istri dan mengurangi stres yang muncul selama kehamilan, responden mencoba posisi hubungan seksual yang nyaman dan mengutamakan kualitas hubungan seksual tersebut. Posisi hubungan seksual yang paling sering digunakan selama kehamilan adalah posisi wanita diatas dan pria dibawah. Dalam penelitian ini, keletihan merupakan penyebab responden malas untuk melakukan hubungan seksual.

Bagi responden yang ditemukan masalah pada kehamilannya oleh dokter / bidan tidak melakukan hubungan seksual selma kehamilan sampai masalah tersebut dapat teratasi. Responden juga memilih untuk tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan, bila keluar darah / cairan yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa alternatif yang dilakukan responden untuk menyatakan kasih sayang tanpa harus melakukan hubungan seksual selama kehamilan adalah berpelukan, berciuman, dan membicarakan setiap masalah secara terbuka. Sedangkan responden yang tidak tahu tentang hubungan seksual selam kehamilan, mayoritas dapat melakukan hubungan seksual dan yang tidak ada yang menjadi


(52)

penghalangnya. Sebagian besar respoden berpersepsi bahwa hubungan seksual aman dilkukan pada kehamilan yang normal dan wanita yang pernah mengalami keguguran berulang kali, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sampai mencapai “klimaks” terutama 3-4 bulan kehamilan.

6.2 Saran / Rekomendasi

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada mahasiswa Keperawatan dan bagi praktik Keperawatan untuk lebih memahami ibu hamil tentang hubungan seksual selama kehamilan. Sehingga perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara komprehensif.

Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah responden yang menjadi sampel untuk uji validitas dan uji reliabelitas. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu penelitian.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arkunto,S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Budianto, E. (2001). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: ECG

Close, S. (1998). Kehidupan Seks Selama Kehamilan dan Setelah Melahirkan. Jakarta: Arcan.

Curtis, G. (1999). Kehamilan di Atas 30 Tahun. Jakarta: Arcan.

Derek Llewenlyn-Jones. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: PT Delapratasa Publishing.

Dorland,W.A.N.(2002). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : ECG. Eisenberg, A.(1996). Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan.

Jakarta : Arcan.

Fatia, P.(2005). Seks Saat Hamil? Kenapa Tidak! Dibuka ada tanggal 23 April

2011 dari Website

Hasanah, R.(2006). KTI, Persepsi Pasangan Suami Istri terhadap Hubungan Seksual Pada Masa Kehamilan di Poli Ibu Hamil RSU Sundari Medan. Tidak untuk dipublikasikan.

Hidayat,A.A.A (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: PT Salemba Medika.

Ibun. (2007). Memahami Persepsi Sosial. Dibuka pada tanggal 09 maret 2011

dari websit

Indarti, J. (2004). Panduan Kesehatan Wanita. Jakarta: PT Puspa Swara.

Manuaba,I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mariana,L.(2004). Aktivitas Seks Saat Hamil. Dibuka pada tanggal 03 maret 2011

dari Websit

Mckinley. (2004). Bercinta Saat Hamil. Di buka pada tanggal16 febuari 2011 dari

websit

Ningsih, L.(2005). Senggama Nikmat, Bayi Selamat. Dibuka pada tanggal 24


(54)

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:PT Salemba Medika.

Pangkahila, W. (2002). Mitos Seks Pun Melengkapi Kehamilan. Dibuka pada tanggal 03 maret 2011 dari website

Rakhmat, J. (1992). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

http://kompas – cetak/0302/13/ekonomi/127643

Rohana, S.(1999). Pengetahuan, Keyakinan, Sikap Perilaku Generasi Muda Berkenaan dengN Perkawinan Traditional. Tanjung Pinang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Sobur. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: Pustaka Setia

Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : ECG

Suririnah,Dr. (2004). Berbahayakah Kehamilan Melakukan Hubungan Seksual dan Orgasme Selama Kehamilan. Dibuka pada tanggal 05 Maret 2011

dari website

Suririnah, (2004). Posisi Hubungan Seks Selama Kehamilan. Dibuka pada tanggal 05 Maret 2011 dari website

Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Westheimer, R.(2002), Menkreasikan Kehamilan dan Menjaga Kasih Sayang

BersamaDr. Ruth. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

(2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.EDSD. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : Balai Pustaka.


(55)

(56)

(57)

Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Persepsi Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Pada Ibu Yang

Melakukan Pemeriksaan Di Puskesmas Sibande Kabupaten Pak – Pak Bharat

Rizki Rahna Sari 101121057

Saya adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan seksual selama kehamilan pada ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas sibande kabupaten pak – pak bharat ” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Indentitas pribadi anda dan semua informasi yang telah diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan peneliti ini.

Terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.

Medan, Juli 2011

Peneliti Responden


(58)

Lampiran 3

JADWAL PENELITIAN

N

o Kegiatan

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Febr uari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian 3

Menyusun proposal penelitian

4 Mengajukan sidang proposal

5 Sidang proposal penelitian 6 Revisi proposal

penelitian 7 Mengajukan izin

penelitian

8 Pengumpulan data 9 Analisa Data 1 0 Penyusunan laporan skripsi 1 1 Pengajuan sidang skripsi 1 2 Sidang skripsi 1 3 Revisi Skripsi 1 4 Mengumpulkan skripsi


(59)

Lampiran 4

INSTRUMEN PENELITIAN

KUISIONER PERSEPSI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

Petunjuk pengisian:

1. Istilah data di bawah ini dengan lengkap

2. Bubuhkan tanda benar (√) pada kotak pilihan yang telah disediakan dan sesuai dengan jawaban ibu.

3. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang dipahami dapat dipertanyakan kapada peneliti.

A. Karakteristik Demografi

1. Inisial :

2. Umur :

3. Agama : ฀ Islam

฀ Kristen Protestan ฀ Kristen Katolik ฀ Budha

฀ Hindu 4. Pendidikan : ฀ SD

: ฀ SMP : ฀ SMU

: ฀ Tamat akademi atau Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan : ฀ Ibu rumah tangga

: ฀ Pegawai Swasta : ฀ Pegawai Negeri : ฀ Lain-lain ....(sebutkan) 6. Jumlah anak : ฀ Belum ada

: ฀ ≥ 1 orang

7. Usia Kehamilan : ฀ ≥ 1-3 bulan : ฀ ≥ 4-6 bulan


(60)

: ฀ ≥ 7-9 bulan 8. Sumber informasi

tentang seks : ฀ Keluarga

฀ Media massa/elektronik ฀ Dokter/Bidan/Perawat ฀ Lain-lain ... (sebutkan)

9. Bagaimana menurut ibu hubungan seksual selama kehamilan ? ฀ Boleh (Jawab pertanyaan no. 1-8)

฀ Tidak boleh (Jawab pertanyaan no. 9-16) ฀ Tidak tahu (Jawab pertanyaan 17-24)


(61)

Lampiran 5

B. KUISIONER HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

1. Alasan ibu harus melakukan hubungan seksual selama kehamilan: a. Hanya untuk mendapat anak.

b. Menjaga keselarasan dalam hubungan suami – istri. c. Menjalankan kewajiban istri.

2. Menurut ibu, apa fungsi hubungan seksual selama kehamilan? a. Mengurangi stress yang muncul selama kehamilan. b. Hanya untuk menyalurkan gairah seks.

c. Meneruskan keturunan.

3. Bagaimana cara ibu untuk mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan?

a. Bermesraan di tempat terbuka.

b. Mencoba posisi hubungan seksual yang nyaman. c. Berhias sebelum melakukan hubungan seksual.

4. Apa yang dapat menyebabkan ibu malas untuk berhubungan seksual selama kehamilan?

a. Tidak suka melihat suami.

b. Tidak tahan dengan bau badan suami. c. Keletihan.

5. Apa yang lebih penting saat ibu melakukan hubungan seksual? a. Kualitas hubungan seksual.


(62)

c. Posisi dalam melakukan hubungan seksual.

6. Posisi hubungan seksual yang ibu lakukan selama kehamilan: a. Posisi duduk.

b. Wanita diatas dan pria dibawah. c. Wanita dibawah dan pria diatas.

7. Apa yang menjadi keluhan mengganggu pada saat bibu melakukan hubungan seksual:

a. Terasa kejang dalam waktu yang lama. b. Terasa kejang dalam waktu singkat. c. Tidak terjadi perubahan.

8. Menurut ibu apa yang harus dihindari suami saat melakukan hubungan seksual?

a. Memasukkan cairan mani ke dalam vagina. b. Melakukan hubungan seksual tanpa pemasan. c. Menekan perut saya.

9. Alasan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual saat hamil? ? a. Agar tidak mengganggu perkembangan bayi.

b. Ada masalah dengan kehamilan ibu. c. Agar tidak menyakiti janin.

10.Kapan ibu dilarang melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini? a. Diketahui hamil

b. Dokter / bidan menemukan masalah pada kehamilan saya. c. Mulai usia kahamilan 7 bulan.


(63)

11.Sampai kapan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kahamilan ini?

a. Sampai melahirkan

b. Sampai masalah kehamilan saya teratasi. c. Usia kehamilan 8 bulan.

12.Siapa yang melarang ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini?

a. Dukun bayi. b. Keluarga.

c. Dokter kandungan atau bidan.

13.Alternatif pengganti Ibu dan suami dapat menyatakan kasih sayang tanpa harus melakukan hubungan seksual dengan cara:

a. Mandi sama.

b. Bermesraan di depan umum. c. Berpelukan dan berciuman.

14.Upaya ibu lakukan agar dapat mempertahankan hubungan seksual selama kehamilan ini:

a. Membicarakan setiap masalah secara terbuka. b. Bermesraan sebelum tidur.

c. Menghias diri untuk menarik perhatian suami.

15.Menurut ibu ketika kapan suami tidak boleh melakukan memasukkan kemaluannya terlalu dalam?


(64)

b. Saat kepala janin sudah semakin turun atau satu bulan terakhir kehamilan.

c. Selama tiga bulan pertama kehamilan.

16.Kapan sebaiknya ibu tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan?

a. Keluar darah dari vagina yang tidak diketahui penyebabnya. b. Mual dan muntah.

c. Perut ibu yang semakin membesar.

17.Aktifitas seksual adalah sikap dan keinginan yang berkaitan dengan hubungan seksual?

a. Ya b. Tidak

18.Apakah ibu melakukan hubungan seksual selama hamil ini? a. Ya

b. Tidak

19.Adakah yang menjadi pengahalang ibu dalam melakukan hubungan seksual?

a. Ya. b. Tidak

20.Adakah yang memberikan informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan kepada ibu?


(65)

b. Tidak

21.Ibu yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya melakukan hubungan seksual sampai puncak “klimaks” terutama 3-4 bulan kehamilan?

a. Ya b. Tidak

22.Hubungan seksual tidak aman dilakukan pada kehamilan yang normal? a. Ya

b. Tidak

23.Ibu dan suami harus melakukan hubungan seksual untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang.

a. Ya. b. Tidak

24.Posisi hubungan seksual wanita diatas dan pria dibawah sangat cocok digunakan selama kehamilan.

a. Ya b. Tidak


(66)

Validitas Instrumen Penelitian

Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson product moment. setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan kemudian dilihat penafsiran dari indeks korelasi nya.

Rumus pearson product moment :

Thitung =

� .(∑��)−(∑�).(∑�) � (� .∑�2− (∑�)2) . �∑�2− (∑�)2

Keterangan:

thitung

∑X = Jumlah skor item = koefisen korelasi

∑Y = Jumlah skor total (item) n = Jumlah responden

Rumus uji t

thitung = ��

(�−2) �(1−�)

Keterangan:

t = Nilai t

r = Koefisien korelasi hasil t

hitung

n = Jumlah responden

hitung

Untuk tabel tα = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai thitung > ttabel

valid, demikian sebaliknya, jika nilai t berarti


(67)

1. Persepsi Ibu Hamil Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

∑X ∑X2

∑XY

rhitung 83 63 91 63 82 78 00 62 thitung 31 03 03 03 43 02 21 23 ttabel 6 6 6 6 6 6 6 6 eterangan idd idd idd idd id id id id


(68)

2. Persepsi Ibu Hamil Yang tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

∑X ∑X2

∑XY

rhitung 22 22 10 79 60 43 60 64 thitung 46 46 47 13 13 14 85 11 ttabel 6 6 6 6 6 6 6 6 eterangan id id id id id id id id


(69)

3. Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tantang Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

∑X ∑X2

∑XY

rhitung 03 00 97 00 0 35 35 03 thitung 39 21 49 21 21 65 23 39 ttabel 6 6 6 6 6 6 6 6 eterangan id id id id id id id id


(70)

Reliabilitas Instrument Penelitian

Untuk mengukur uji reliabilitas menggunakan rumus KR – 21, yaitu : KR21

Keterangan : =

�−1

1−��(�−�)

���1

R : Reliabilitas Instrumen

K : banyaknya butir soal atau pertanyaan M : skore rata-rata

Vt : varian total

1. Persepsi Ibu Hamil Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(71)

Rumus : KR21

Diketahui N = 10 :

�−1

1−��(�−�)

���1

K = 8

Jawab : M = ∑�

� =52

10 = 5,2

Vt = 328− (52)2

10

10

=

328−270,4 10 = 5,76

KR21

= 1,14

1−5,2�2,8 8�5,76

=

8

8−1

1−5,2�(8−5,2) 8�5,76

=

1,14 (1 – 0,316) = 1,14 x 0,684 = 0,779


(72)

2. Persepsi Ibu Hamil Yang tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rumus : KR21

Diketahui N = 10 :

�−1

1−��(� �)

���1

K = 8

Jawab : M = ∑�

� =47


(73)

Vt = 279− (47)2

10

10

=

279−220,9 10 = 5,81

KR21

= 1,14

1−4,7�3,3 8�5,81

=

8

8−1

1−4,7�(8−4,7) 8�5,81

=

1,14 (1 – 0,334) = 1,14 x 0,666 = 0,759

4. Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tantang Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor Kuadrat skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(74)

Rumus : KR21

Diketahui N = 10 :

�−1

1−��(�−�)

���1

K = 8

Jawab : M = ∑�

� =51

10 = 5,7

Vt = 307−

512 10

10

=

307 – 260,1 10 = 4,69

KR21

= 1,14

1−5,1�2,9 8�4,69

=

8

8−1

1−5,1�(8−5,1) 8�4,69

=

1,14 (1 – 0,394) = 1,14 x 0,606 = 0,691


(1)

3. Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tantang Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

∑X ∑X2 ∑XY

rhitung 03 00 97 00 0 35 35 03

thitung 39 21 49 21 21 65 23 39

ttabel 6 6 6 6 6 6 6 6


(2)

Reliabilitas Instrument Penelitian

Untuk mengukur uji reliabilitas menggunakan rumus KR – 21, yaitu : KR21

Keterangan : =

�−1

1−��(�−�) ���1

R : Reliabilitas Instrumen

K : banyaknya butir soal atau pertanyaan M : skore rata-rata

Vt : varian total

1. Persepsi Ibu Hamil Yang Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(3)

Rumus : KR21

Diketahui N = 10 :

�−1

1−��(�−�) ���1

K = 8

Jawab : M = ∑�

� =52

10 = 5,2

Vt = 328− (52)2

10 10

=

328−270,4 10 = 5,76

KR21

= 1,14

1−5,2�2,8 8�5,76

=

8

8−1

1−5,2�(8−5,2) 8�5,76

=

1,14 (1 – 0,316) = 1,14 x 0,684 = 0,779


(4)

2. Persepsi Ibu Hamil Yang tidak Boleh Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rumus :

KR21

Diketahui N = 10 :

�−1

1−��(� �) ���1

K = 8

Jawab : M = ∑�

� =47


(5)

Vt = 279− (47)2

10 10

=

279−220,9 10 = 5,81

KR21

= 1,14

1−4,7�3,3 8�5,81

=

8

8−1

1−4,7�(8−4,7) 8�5,81

=

1,14 (1 – 0,334) = 1,14 x 0,666 = 0,759

4. Persepsi Ibu Hamil Yang Tidak Tahu Tantang Hubungan Seksual Selama Kehamilan

esponden Pertanyaan

otal skor

Kuadrat skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(6)

Rumus :

KR21

Diketahui N = 10 :

�−1

1−��(�−�) ���1

K = 8

Jawab : M = ∑�

� =51

10 = 5,7

Vt = 307− 512

10 10

=

307 – 260,1 10 = 4,69

KR21

= 1,14

1−5,1�2,9 8�4,69

=

8

8−1

1−5,1�(8−5,1) 8�4,69

=

1,14 (1 – 0,394) = 1,14 x 0,606 = 0,691


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Adaptasi Fisiologis Selama Kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2012

1 56 105

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Kesehatan Gigi Dan Mulut Selama Kehamilan Di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan

1 17 156

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKORAME MOJOROTO KEDIRI

0 2 132

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN KUNJUNGAN Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan Dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 2 14

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan Dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 5 9

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan Dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 3 4

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEBUTUHAN HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

0 0 8

PERSEPSI IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN TRIMESTER III DI POLI HAMIL RUMAH SAKIT BHAYANGKARA WATUKOSEK

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC) DENGAN FREKUENSI PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS GARUNG WONOSOBO TAHUN 2012

0 0 11

HUBUNGAN PERSEPSI SEKSUAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL MASA KEHAMILAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI PUSKESMAS BANGUNTAPAN III BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Persepsi Seksual dengan Perilaku Seksual Masa Kehamilan pada Ibu Hamil Trimester I di Pu

0 0 17