Pengaturan Teknis Operasional Stone Crusher Dalam Pemenuhan Kebutuhan Agregat Di Sekitar Medan

PENGATURAN TEKNIS OPERASIONAL STONE
CRUSHER DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AGREGAT DI
SEKITAR MEDAN
(Studi Kasus )

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas
dan memenuhi syarat untuk menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

BERLIN GIRSANG
05 0404 121

BIDANG STUDI GEOTEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011


Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya, sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh
ujian sarjana pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Judul Tugas Akhir ini adalah :
“PENGATURAN

TEKNIS

OPERASIONAL

STONE

CRUSHER


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AGREGAT DI SEKITAR MEDAN”.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, saya banyak mendapatkan
bantuan mulai dari perencanaan, penelitian sampai penyelesaian Tugas Akhir ini.
Untuk itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
rasa hormat yang tulus kepada :
1. Bapak Ir. Indra Jaya pandia, MT., sebagai pembimbing, atas saran,
bimbingan, dan kebijaksanaan yang diberikan terhadap hambatan-hambatan
yang saya alami.
2. Pera penguji, Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc., Bapak Ir. Joni
Harianto, Bapak Medis S. Surbakti, ST. MT., yang telah membantu dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Ir. Johanes Tarigan, sebagai ketua jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

5. Teristimewa untuk orang tua tercinta, ibu dan ayah, terimakasih untuk semua
dukungan, doa, kasih, dan kesabaran kalian.

6. Rekan-rekan mahasiswa terkhusus stambuk 2005 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu namanya. Terimakasih semuanya untuk setiap bantuan,
dukungan dan doanya.

Saya menyadari penulisan Tugas Akhir ini begitu sederhana terdapat kekurangan
baik dalam penelitian maupun penulisannya disebabkan terbatasnya pengetahuan,
pengalaman, dan referensi yang dimiliki. Untuk itu penulis menerima segala saran
dan kritik guna penyempurnaannya.
Semoga Tugas Akhir yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan dan teknologi, setidaknya bagi bidang Teknik Sipil.

Medan, September 2011
Penulis,

Berlin Girsang

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


Pada proyek konstruksi, agregat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
misalnya untuk bangunan seperti gedung dan jembatan, selain itu juga digunakan
dalam pembuatan jalan.
Di dalam proyek jalan raya, baik itu proyek pembangunan jalan maupun
peningkatan jalan tidak terlepas dari tinjauan aspek alat-alat berat (Heavy
Equipment). Alat berat ini hubungannya sangat erat sekali atau tidak terpisahkan
dengan proses penyusunan program proyek, pelaksanaan fisik proyek, dan
pengendalian proyek., alam usaha pemenuhan kebutuhan akan agregat sebagai bahan
konstruksi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada undersize 70% di dapat jumlah
produksi untuk ukuran MA lebih banyak dari undersize 75 %. Dan bahwa koefisien
efisiensi alat yang berbeda semakin kecil maka efisiensi alat semakin bagus karena
akan lebih murah dan optimal dari segi waktu.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………..…..……..………………….…… i
ABSTRAK …………..………………….……………….…………...… iii

DAFTAR ISI ….……………………..………………………..………… iv
DAFTAR GAMBAR ……….……..………………………….…..…….. viii
DAFTAR TABEL …………………….......………………….………….. ix

BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Umum ……….……………………………………………..……….. 1
I.2.Latar Belakang …………….…………………………………..…….. 2
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian …………………………………........ 3
I.4.Manfaat Penelitian ……………...…………………………………… 3
I.5.Ruang Lingkup Penelitian ………………………………...…………. 3
I.6. Metodologi…………………………………………………...………. 4
I.7.Sistematika Penulisan ………………...……………….………...…… 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Bentuk butir Agregat ………………………………………..……… 6
II.2. Stone Cusher Sebagai Penghasil Agregat Untuk Pekrjaaan Jalan ….. 9
II.2.1. Umum ……………………………………………………. 9
II.2.2. Jenis-Jenis Stone Crusher ………..……………………… 10

Universitas Sumatera Utara


II.2.2.a. Jaw Crusher ………..………………………… 13
II.2.2.b . Cone Crusher ……………………….... 14
II.2.2.c. Gyratory Crusher ……………………………... 15
II.2.2.d. Impact Crusher ……………...………………… 16
II.2.2.e. Roll Crusher ……………...…………………… 18
II.2.2.f. Pemecah Batu Lain ………………..…………… 20
II.2.3. Alat Bantu Crusher ………………………………....…… 20
II.2.3.a. Feeder ………………………………..…...…… 20
II.2.3.b. Penyalur ……...………………………………... 22
II.2.3.c. Saringan …….…………………………….…… 22
II.2.3.d Dump Truck ………………………………….. 24
II.2.3.e Wheel loader …………………...…………….... 24
II.2.3.f Generating Set …………..……………….…….. 24
II.2.3.g Timbangan Jembatan ………………...……….. 25
II.3. Kapasitas Stone Crusher …………………………………………... 25
II.3.1. Kapasitas Jaw Crusher …………………………... 25
II.3.2. Kapasitas Gyratory Crusher ……………………... 28
II.3.3. Kapasitas Cone Crusher …….…………………… 29
II.3.4. Kapasitas Hammermill …………………………... 30

II.3.5. Kaspasitas Roll Crusher …………………………. 30
II.3. Kriteria Pengaturan Stone Crusher ………………………... 31
II.4.. Kombinasi Stone Crusher ………………………………… 32

Universitas Sumatera Utara

II.5. Dimensi Stone Crusher ………………...………………… 36
II.6. Bentuk butir agregat ……………………………….…….. 37

BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
III.1. Lokasi Penelitian ………………………………………... 38
III.2. Pengambilan Data ………………………………………. 39
III.2.1. Data Primer …………………………………… 39
III.2.2. Data Sekunder ………………………………… 39
III.3. Spesifikasi Stone Crusher dan Alat Pendukungnya …….. 39
III.3.1. Stone Crusher …………………………………. 39
III.3.2. Alat Pendukung Stone Crusher ……………….. 40
III.4 Pelaksanaan Pekerjaan Stone Crusher …………………… 49

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA

IV.1. Data Kinerja Stone Crusher dan Alat Pendukungnya …... 51
IV.1.1. Data Stone Crusher …………………………… 51
IV.1.2 Data alat pendukungnya……………...………. 49
IV.2 Analisa Data Stone Crusher dan AlatPendukungnya...… 51
IV.2.1. Analisis Data Stone Crusher dan Alat Pendukungnya pada
PT. Karya Murni ………..…………………………… 53
IV.2.1.a Analisa Data Stone Crusher…………………. 53
IV.2.1.b Analisa Data alat pendukung Stone
Crusher………………………………………………. 56

Universitas Sumatera Utara

IV.2.2. Analisis Data Stone Crusher dan Alat Pendukungnya pada
PT. Adhi Karya ……………………………………. 60
IV.2.2.a Analisa Data Stone Crusher………………... 61
IV.2.2.b Analisa Data alat pendukung Stone Crusher.. 64
IV.3 Analisa Harga Dasar Satuan Bahan……………………………. 68
IV.3.1 PT.Adhi Karya……………………………………….. 68
IV.3.1a Analisa Harga Dasar Satuan Batu Kali……... 68
IV.3.1.b Analisa Harga Dasar Satuan Material……… 69

IV.3.2 PT.Karya Murni……………………………………… 70
IV.3.2 a Analisa Harga Dasar Satuan Batu Kali ……. 70
IV.3.1.b Analisa Harga Dasar Satuan Material……… 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan…………………………….…….… 72
V.1.1 Hasil Analisa Produksi Stone Crusher…72
V.1.2 Hasil Analisa Efisiensi Alat Pendukung Stone
Crusher ………............................................... 73
V.2. Saran ……………………………………………74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

2.1 Tipikal bentuk butir kubikal, lonjong, dan pipih …………………… 6
2.2 Tipikal skema unit produksi agregat ……………………………… 11

2.3 Jaw Crusher ………………………………………………………... 13
2.4 Cone Crusher ………………………………………………………. 14
2.5 Gyratory Crusher ……………………………………………………16
2.6 Impact Crusher ……………………………………………………..17
2.7 Roll crusher …………………………………………………………19
2.8 Skema roll crusher ………………………………………………….19
2.9 Tipikal pemasok (feeders) alat pemecah batu …………….……….. 22
2.10 Tipikal saringan pemecah batu …………………………..……...… 23
2.11 Proses Pemecahan Batu ……………………………….…………....36
3.1 Peta lokasi Stone Crusher ………………….…………….…………. 38
3.2 Flow chart pemecahan batu ……………….…………………………50

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

2.1 Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam) ………………………………….... 27
2.2 Kapasitas Jaw crusher Type Singel Toggle ….……………………... 27
2.3 Kapasitas Jaw crusher Type Granulator ……..……………………... 28
2.4 Kapasitas Gyratory crusher (ton/jam) ………………………………. 29

2.5 Kapasitas Cone Crusher …………………………………………….. 30
2.6 Kapasitas hammmermill crusher (ton/jam) ………………….……… 31
2.7 Kapasitas roll crusher (ton/jam) …………………………………….. 32
2.8 Job efficiency ……………………………………………………….. 33
2.9 ratio of reduction …………………………………………………… 34
2.10 Grid chart out put crusher ……………………..…………………... 35
3.1 Undersize Percentage pada Jaw Crusher ……. …………………….. 40
3.2. Faktor Bucket (bucket fill factor) – (Fb) …..……………………….. 42
3.3 Waktu siklus standar (standard cycle time) Backhoe (detik) – (TS) .. 43
3.4 Faktor Konversi (Conversion Factor) – (Fv) ……………………….. 43
3.5 Efisiensi kerja (job efficiency) – (Fa) ………………………………. 44
3.6 Kecepatan rata-rata maksimum Dump Truck ………………….…… 44
3.7 Kecepatan rata-rata maksimum Dump Truck ……………….……… 44
3.8 Faktor Bucket (bucket fill factor) – (Fb) …………………..……….... 45
3.9 Kondisi Penumpahan …………………………………….………….. 45
3.10 Penumpahaan ………………………………………….…………… 46
3.11 Waktu Siklus standar V-loading wheel loader ………....…………... 46
3.12 Waktu Siklus standar V-loading Track Loader ……..…………….. 47

Universitas Sumatera Utara

3.13 Waktu Siklus standar Cross Loading Wheel Loader ……………... 47
3.14 Waktu Siklus standar Cross Loading Track Loader ……….……… 47
3.15 Kecepatan Laju Wheel Loader (VF,VR) ………………………….. 49
3.16 Faktor efisiensi kerja (Fa) …………………………………………. 49
4.1 Data Stone Crusher …………………………………………………. 51
4.2 Data Excavator Backhoe ……………………………………………. 51
4.3 Data Wheel loader ………………………………….…………….…. 52
4.4 Data Dump Truck ………………………………….…………...…… 52
4.5 Data Generating Set …………………………….…………………… 53
4.6 Asumsi Harga Dasar Satuan Bahan ………….……………….………68
5.1 Produksi Stone Crusher dengan settingan 65 mm (2 1/2”) ................... 72
5.2 Koefisien efisiensi alat pendukung …………………..……………… 73

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Pada proyek konstruksi, agregat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
misalnya untuk bangunan seperti gedung dan jembatan, selain itu juga digunakan
dalam pembuatan jalan.
Di dalam proyek jalan raya, baik itu proyek pembangunan jalan maupun
peningkatan jalan tidak terlepas dari tinjauan aspek alat-alat berat (Heavy
Equipment). Alat berat ini hubungannya sangat erat sekali atau tidak terpisahkan
dengan proses penyusunan program proyek, pelaksanaan fisik proyek, dan
pengendalian proyek., alam usaha pemenuhan kebutuhan akan agregat sebagai bahan
konstruksi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada undersize 70% di dapat jumlah
produksi untuk ukuran MA lebih banyak dari undersize 75 %. Dan bahwa koefisien
efisiensi alat yang berbeda semakin kecil maka efisiensi alat semakin bagus karena
akan lebih murah dan optimal dari segi waktu.

Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Umum
Di dalam proyek jalan raya, baik itu proyek pembangunan jalan maupun
peningkatan jalan tidak terlepas dari tinjauan aspek alat-alat berat (Heavy
Equipment). Alat berat ini hubungannya sangat erat sekali atau tidak terpisahkan
dengan proses penyusunan program proyek, pelaksanaan fisik proyek, dan
pengendalian proyek.
Dalam proses penyusunan program proyek, akan terdapat hal-hal pokok yang
berhubungan dengan alat berat. Yang berhubungan dengan alat berat yaitu: volume
pekerjaan, jumlah alat berat yang dipergunakan dan lama waktu yang diperlukan
untuk pekerjaan tersebut. Tentunya di dalam proyek hal-hal tersebut di harapkan
tidak meleset dari perkiraan. Hal ini bisa terjadi bila didukung dengan analisa yang
cermat dari kapasitas alat berat.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan proyek, perlu diadakan analisa
lebih lanjut. Dengan adanya analisa yang baik di harapkan peralatan yang
dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna menangani proyek tersebut. Evaluasi
dapat di kembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan peralatan tersebut pada
tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan. Misalnya
untuk aktivitas pengangkutan raw material dari quarry dibawa menuju Crushing
Plant, pekerjaan pelebaran jalan, pekerjaan overlay hot-mix, semua pekerjaan ini
membutuhkan jenis dan jumlah alat-alat yang berbeda-beda.

Universitas Sumatera Utara

Didalam hubungannya dengan pengendalian/pengawasan proyek, perlu
adanya monitoring terus menerus dalam rangka mencapai target kemajuan pekerjaan
sehingga bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan proyek dalam suatu saat dapat
dideteksi lebih awal dan memberikan suatu analisa rinci dan teknis.
I.2 Latar Belakang
Pada proyek konstruksi, agregat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
misalnya untuk bangunan seperti gedung dan jembatan, selain itu juga digunakan
dalam pembuatan jalan.
Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir
70% - 80 % lebih berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas
agregat kasar (kerikil/batu baur) dan agregat halus (pasir), dan jika diperlukan
menggunakan bahan pengisi atau filler Agregat kasar yang digunakan pada
umumnya berasal dari batuan sungai dan batu gunung hasil ledakan (blasting) yang
ukurannya tidak beraturan lebih besar dari 5mm. Hal ini membuat perlu dilakukan
pengolahan terhadap batuan tersebut untuk mendapatkan gradasi dan bentuk butir
yang diinginkan. Guna mendapatkan batuan pecah yang sesuai dengan ukuran yang
diharapkan, maka diperlukan alat pemecah batu (stone crusher).
Didalam memproduksi agregat stone crusher bekerja secara berulang
ulang.Artinya batuan yang masih berukuran lebih besar dari 5mm akan di pecah
kembali sampai di dapat batuan yang diinginkan.
Selain memecahkan batuan, stone crusher juga berfungsi untuk memisahkan
batuan hasil pemecahan dengan menggunakan saringan. Hasil dari pemecahan yang
telah dipisah–pisahkan oleh suatu saringan dinyatakan dalam persen (%). Dengan
adanya screen batuan dapat dikelompokkan sesuai dengan ukurannya. Dari proses

Universitas Sumatera Utara

kerja alat pemecah batu yang telah diuraikan tersebut menyatakan bahwa pentingnya
mengelola suatu manajemen alat pemecah batu, selain mengetahui peralatan
pelengkapan apa saja yang digunakan untuk proses produksi agregat juga
mengetahui kombinasi peralatan agar diperoleh biaya operasional yang ekonomis.

I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan Tujuan yang ingin dicapai pada tulisan ini adalah mengatur
penggunaan stone crusher sesuai dengan kebutuhan agregat yang menyangkut dalam
hal teknis operasionil sehingga dapat diperoleh waktu dan jumlahproduksi yang lebih
optimal,sehubungan dengan banyaknya kebutuhan material dalam infrastruktur jalan.

I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang
Stone Crusher serta alat pendukungnya dan pengaturan produksinya,sehingga sesuai
dengan kebutuhan agregat yang dibutuhkan dan pengoperasional yang lebih optimal

I.5. Ruang Lingkup Penelitian
Studi ini mempunyai ruang lingkup dan batasan masalah sebagai
berikut:
a) Meninjau operasional Stone Crusher untuk mendapatkan fraksi agregat
CA,MA dan FA dengan setting 65 mm
b) Pemilihan quarry yang berada didaerah si biru-biru dengan alasan memenuhi
persyaratan,yang meliputi jarak, jenis batuan dan diameter batuannya.

Universitas Sumatera Utara

c) Pemisahan material meliputi ukuran agregat yang lolos saringan Stone
Crusher,yaitu 19–25( mm )=CA ; 6 - 19 (mm)=MA ; dan 0 – 6(mm)= FA
I.7. Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam studi ini,didalam
penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
Bab I

PENDAHULUAN
Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan
dilakukan meliputi, latar belakang, maksud dan tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
metodologi dan sistematika penulisan.

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil studi
yang relevan dengan pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan
hal-hal mengenai stone crusher dan alat pendukungnya dalam
menghasilkan agregat.
Bab III

METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian yang
menjadi kasus dan

bagaimana cara mendapatkan data di

lapangan serta data yang ada yang sesuai dengan penelitian.
Bab IV

DATA DAN ANALISA DATA
Berisikan

pembahasan

mengenai data-data yang

diperoleh dari hasil survey di daerah stone crusher yaitu di PT.
Adhi Karya dan PT. Karya Murni.

Universitas Sumatera Utara

Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan
yang telah di peroleh dari pembahasan pada bab sebelumnya
dan saran mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan
masukan.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Bentuk butir agregat
Agregat memiliki bentuk butir dari bulat (rounded) sampai bersudut (angular),
sepertiyang diilustrasikan pada gambar 12. Bentuk butir agregat ini dapat mempengaruhi
workabilitas campuran perkerasan selama penghamparan, yaitu dalam hal energy pemadatan
yang dibutuhkan untuk memadatkan campuran, dan kekuatan struktur perkerasan selama
umur pelayanannya.Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat
(agregatinterlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan (displacement) agregat
yang mungkin terjadi.
Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat yangmemiliki lebih
dari satu bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat yang paling baik. Dalam
campuran beraspal, penggunaan agregat yang bersudut saja atau bulat saja tidak akan
menghasilkan campuran beraspal yang baik. Kombinasi penggunaan kedua bentuk partikel
agregat ini sangatlah dibutuhkan untuk menjamin kekuatan pada struktur perkerasan dan
workabilitas yang baik dari campuran tersebut.

Gambar 2.1 Tipikal bentuk butir kubikal, lonjong, dan pipih

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pengolahannya agregat dapat dibedakan atas agregat siap
pakai dan agregat yang perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipakai.
Agregat siap pakai adalah agregat yang dapat dipergunakan sebagai material
perkerasan jalan dengan bentuk dan ukuran sebagaimana diperoleh di lokasi asalnya,
atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses erosi
dan degradasi. Agregat siap pakai sering disebut sebagai agregat alam. Bentuk
partikel agregat alam ditentukan berdasarkan proses yang dialaminya. Aliran air
menyebabkan erosi pada agregat, sehingga partikel agregatnya cenderung bulat-bulat
dengan tekstur permukaan licin. Proses degradasi agregat di bukit-bukit akan
membentuk agregat bersudut dan kasar. Dua bentuk dan ukuran agregat alam yang
sering dipergunakan sebagai material perkerasan jalan yaitu kerikil dan pasir.
Agregat yang perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipakai adalah agregat
yang diperoleh di bukit-bukit, di gunung-gunung, ataupun di sungai-sungai. Agregat
di bukit dan di gunung umumnya ditemui dalam bentuk massif, sehingga perlu
dilakukan pemecahan dahulu supaya dapat diangkat ke tempat mesin pemecah batu
(stone crusher). Sungai-sungai yang membawa agregat di musim hujan, umumnya
membawa agregat berukuran besar sehingga tidak memenuhi persyaratan ukuran
yang ditentukan. Guna dapat dipergunakan sebagai material perkerasan jalan, agregat
ini harus diolah dahulu secara manual dengan mempergunakan tenaga manusia, atau
melalui proses mekanis dengan mesin pemecah batu. Agregat yang berasal dari
gunung, bukit, atau sungai yang perlu melalui proses pengolahan terlebih dahulu di
mesin pemecah batu, umumnya lebih baik sebagai material perkerasan jalan, karena
mempunyai bidang pecahan bertekstur kasar dan ukuran agregat sesuai yang
diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

Di samping itu terdapat pula agregat yang merupakan hasil olahan pabrik
seperti semen dan kapur, atau limbah industri seperti abu terbang.
Berdasarkan ukuran butirnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Batasan dari masing-masing agregat ini
sering kali berbeda, sesuai institusi yang menentukannya.
The Asphalt Institute(MS-2) dan Depkimpraswil dalam Spesifikasi Baru
Campuran Panas, 2002 membedakan agregat menjadi :


Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan
No.8 (=2,36 mm)



Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari saringan
No.8 (=2,36 mm)



Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang lolos saringan
No.30 (=0,60 mm)
Bina Marga(Buku3 Second Nine) membedakan agregat menjadi :



Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan
No.4 (=4,75 mm)



Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran lebih halus dari saringan No.4
(=4,75 mm)



Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan No.200 (=0,075 mm)

Universitas Sumatera Utara

II.2. Stone Crusher Sebagai Penghasil Agregat Untuk Pekerjaan Jalan
II.2.1. Umum
Efesiensi dan efektivitas produksi agregat untuk campuran beraspal
ditentukan oleh pengaturan dan pengawasan yang dilakukan pada unit stone crusher.
Sebelum masuk ke unit stone crusher bahan baku batuan harus sudah memenuhi
persyaratan kekerasan dan keawetan. Demikian juga setelah keluar dari unit
produksi, harus memenuhi persyaratan sifat fisik yang ditentukan dalam spesifikasi.
Jika bahan baku batuan tersebut mengandung tanah atau kotoran organik lainnya,
maka harus dilakukan penanganan khusus terlebih dahulu untuk menghilangkan
kotorannya. Sering dijumpai bahan baku batuan yang mengandung lempung masuk
ke unit pemecah batu. Akibatnya kotoran dan tanah lempung tersebut bersatu dengan
agregat hasil pemecahan. Secara visual fraksi abu batu akan terlihat menggumpal dan
jika dimasukkan ke air akan terlihat kotor (air menjadi keruh). Dengan mengacu pada
spesifikasi mengenai batas kandungan lempung maka agregat hasil produksi tersebut
harus ditolak bila dipakai sebagai agregat untuk campuran beraspal. Pemakaian
agregat yang kotor akan memberi pengaruh yang negatif pada kinerja campuran
beraspal nantinya, salah satunya adalah campuran beraspal mudah mengalami retak
akibat dari rendahnya ikatan antar agregat dengan aspal. Untuk membersihkan bahan
baku batuan tersebut dapat digunakan beberapa cara, antara lain dengan pemisahan
(scalping), pengerikan (scrubbing) atau dengan pencucian (dewatering).
Pemisahan (scalping) dilakukan untuk memisahkan batuan yang kecil dan
besar.Hal ini dilakukan untuk efesiensi alat dan dapat mengurangi masuknya
lempung ke unit pemecah batu. Dengan penggunaan scalping, kapasitas produksi alat
pemecah batu dapat ditingkatkan sampai dengan 15 %. Pengerikan (scrubbing)

Universitas Sumatera Utara

dilakukan dalam suatu alat pencuci yang prinsip kerjanya adalah melepaskan kotoran
dan lempung yang menempel pada pasir dan kerikil dengan cara menyemprotkan air
dan mengaduk-aduk. Setelah terlepas kemudian dilakukan penyaringan untuk
memisahkan lempung tersebut dari pasir dan kerikil. Pencucian (cleaning) dilakukan
dengan cara penyaringan basah. Saringan digetarkan dengan frekuensi yang tinggi.
Saringan terbuat dari bahan dengan tahanan gesek yang rendah seperti dari bahan
plastik atau karet, sehingga pasir dan kerikil dapat bergerak lebih bebas.
Unit

produksi

agregat

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

urutan

pemecahannya, yaitu pemecah primer, sekunder, tersier dan seterusnya. Pemecah
primer langsung menerima bahan baku dari kuari dan kemudian memperkecil ukuran
bahan baku tersebut dengan cara dipecahkan. Hasil dari pemecah primer masuk ke
pemecah sekunder dan demikian seterusnya sampai diperoleh ukuran butir yang
disyaratkan. Pada umumnya jenis pemecah batu yang digunakan untuk tiap urutan
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pemecah primer

: digunakan pemecah batu jenis jaw, gyratory atau
hammer mill

b) Pemecah sekunder

: digunakan pemecah batu jenis konus, roll atau
hammer mill

c) Pemecah tersier

: digunakan pemecah batu jenis roll, rod mill atau ball
mill.

Tipikal skema unit produksi agregat diperlihatkan pada Gambar 13. Bahan
baku batuan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan batuan berukuran kecil
dengan yang berukuran besar. Batuan yang berukuran besar selanjutnya masuk ke
pemecah primer. Metoda pemisahan ini (scalping) dapat meningkatkan efisiensi alat

Universitas Sumatera Utara

pemecah batu dan mengurangi kotoran dan lempung yang masuk ke unit pemecah
batu.

Gambar 2.2 Tipikal skema unit produksi agregat

II.2.2 Jenis-jenis Stone Crusher
Dalam pekerjaan konstruksi, baik itu konstruksi perkerasan jalan,
pembuatan beton, bendungan diperlukan syarat-syarat khusus untuk gradasi butiranbutiran pengisinya.Dalam memenuhi gradasi yang sesuai untuk kebutuhan pekerjaan
harus dilakukan pengolahan karena batuannya berasal dari alam.

Universitas Sumatera Utara

Untuk mendapatkan butiran yang juga disebut agregat diperlukan
pemecahan-pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan gradsi yang minimal
mendekati gradsi yang diinginkan, maka dipergunakan apa yang disebut Stone
Crusher. Stone crusher ini kadang-kadang dioperasikan menyerupai sebuah pabrik
atau disebut Crushing plant.
Pada pekerajaan crushing ini, biasanya diperlukan beberapa kali
pengerjaan pemecahan, tahap-tahap pekerjaan itu beserta jenis crusher yang
dipergunakan antara lain:
1. Pemecahan tahap pertama oleh jenis primary crusher
2. Pemecahan tahap kedua oleh jenis secondary crusher
3. Pemecahan tahap ketiga oleh jenis tertiary crusher
Untuk pemecahan-pemecahan pertama biasanya dipergunakan :
Jaw crusher (pemecah tipe rahang)
Gyratory crusher (pemecah giratori)
Impact crusher (pemecah tipe pukulan)
Untuk pemecahan kedua (secondary), dipergunakan :
Cone crusher (pemecah tipe konus)
Roll crusher (pemecah tipe silinder)
Hammer mill ( pemecah tipe pukulan)
Sedangkan untuk pemecahan lanjutan, dipergunakan :
Roll crusher (pemecah tipe silinder)
Rod mill (pemecah tipe batang)
Ball mill (pemecah tipe bola)

Universitas Sumatera Utara

II.2.2.a. Jaw Crusher
Sebagai primary crusher banyak digunakan jaw crusher, pemecah batu ini
dimaksudkan untuk mengurangi besar butiran pada tingkat pertama, untuk kemudian
dipecah lebih lanjut oleh crusher lainnya. Pengisian dengan batu-batu yang terlampau
kecil dalam pemecahan oleh jaw crusher, selain tidak ekonomis juga akan
memberikan keausan pada jaw bagian bawah. Batu yang cocok untuk dipecahkan
oleh jaw crusher berukuran 0.8 kali ukuran feed opening, hal ini berlaku untuk
batuan yang tidak terlalu keras.

Gambar 2.3 Jaw Crusher
Cara bekerjanya adalah sebagai berikut: Batu yang akan dipecahkan
dimasukkan lewat feed opening (F), bagian moveble jaw (yang bergerak ke depan
dan ke belakang dan turun naik), akibat excentric shaft yang digerakkan oleh fly
wheel, batu tadi dihancurkan oleh dua buah jaw karena gerakan moveble jaw, batu

Universitas Sumatera Utara

yang telah hancur, keluar melewati discharge opening (S). discharge opening ini bias
diatur dengan menyetel setting sedemikian rupa oleh suatu baut penyetel adjustment.
Ukuran dari crusher ditentukan oleh jaw dan lebar feed opening (1), sebagai
contoh jika lebar feed opening 24’’ dan lebar jaw 36’’, maka dikatakan bahwa
ukuran 24’’x 36’’. Ukuran batu yang dapat dipecah oleh crusher jenis ini tergantung
kepada ukuran feed opening, tanpa menyebabkan meloncatnya batu keluar pada
waktu dipecahkan, tentu saja hal ini juga tergantung kepada kekerasan batu yang
dipecahkan.

II.2.2.b. Cone Crusher
Mesin jenis konus ini sama dengan jenis gyratory di atas kecuali mempunyai
konus yang lebih pendek, bukaan yang lebih kecil, berputar lebih cepat (dari 430 rpm
sampai 580 rpm), dan menghasilkan agregat dengan ukuran yang lebih seragam
(lihat Gambar II-3).

Gambar 2.4 Cone Crusher
Pemecah batu jenis konus digunakan secara luas sebagai mesin pemecah
batusekunder dan tersier seperti halnya jenis jaw yang umum digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

pemecah batu primer. Pemecah jenis konus merupakan mesin serba guna untuk pasir
dan kerikil serta material yang memiliki ukuran butir (sebelum dipecah) 20 cm - 25
cm, yang tidak memerlukan lagi pemecah primer. Untuk batu hasil ledakan, pemecah
jenis konus berfungsi sebagai pemecah lanjutan dan/atau pemecah akhir setelah
pemecah primer.
Jenis pemecah batu konus yang standar dapat memecah batu dengan rasio
pemecahan 6 - 8 : 1, mengurangi ukuran material menjadi minimum kurang dari 20
mm. Sementara jenis konus halus dapat mengurangi material menjadi kurang dari 6
mm dengan rasio pemecahan 4 - 6 : 1.

II.2.2.c. Gyratory Crusher
Crusher ini masih jenis primary juga secondary. Bagian crusher
pemecah berbentuk conis, karenanya juga kadang-kadang disebut cone crusher. Cone
ini dipasang pada sumbu excentric yang berdiri tegak, sehingga apabila cone ini
berputar akan memberikan gerakan kisaran. Bagian crusher yang lain berbentuk bowl
merupakan crusher plate cekung yang berdiri vertical. Ketika bekerja, cone berputar
excentric (membuat kisaran) sehingga celah antara cone dan bagian bowl akan
melebar dan menyempit pada setiap putaran, pelebaran dan penyempitan inilah yang
dipakai untuk memecahkan batu.
Kalau melihat cara pemecahan batunya, maka gyratory crusher
hamper sam dengan jaw crusher, perbedaannya terletak kepada cara pemberian
tekana, untuk gyratory crusher tekanan diberiakan dari arah samping. Jika crusher ini
akan dipergunakan sebagai secondary crusher maka terlebih dahulu harus diadakan
perubahan-perubahan seperlunya agar dapat memberikan hasil seperti yang

Universitas Sumatera Utara

di
diharapkan.
n. Hasil pem
mecahan cru
rusher ini rata-rata
ra
berb
erbentuk kubu
bus dan aga
gak
uni
uniform,
ini
in karena bentuk
b
leng
ngkung darii cone dan bowl yang
ng mempuny
nyai
pe
permukaan
n cekung (co
(concave). Se
Setting dapat
at dilakukann dengan menyetel
me
bau
baut
a
adjustment
t sedemikian
ian rupa seh
sehingga has
asil-hasil peekerjaan pemecah
pe
bat
batu
m
mempunyai
ai gradasi.
g
sep
seperti
yang dih
diharapkan.. (lihat
(li gambar
ar 22.5

Gam
mbar 2.5 Gyra
yratory Crushe
her

II.2.2
.2.2.d. Impact
act Crusher
C
Sering kita
ki melihatt ppemecahan batu
b
secaraa manual den
engan memak
akai
s
suatu
palu besi
b
besar,
r, tetapi caraa ini tidak terkontrol
te
dit
ditinjau darii pemechanny
nya
(
(gradasinya)
a), juga mung
ngkin produks
ksinya sangat
at kecil.
Suatu cara
car yang pri
rinsipnya sam
sama dengan ccara pukula
lan tadi, tetap
tapi
s
secara
meka
kanis adalah ddengan mem
makai “impac
act crusher”.. Impact
I
crush
sher juga biasa
iasa
di
dipakai
dala
lam pemecah
ahan tingkatt ppertama (pr
primary crush
sher), disinii ada
a dua jen
enis
y
yang
dikenal
nal yaitu :
1. Impa
pact breaker
2. Ham
mmer mill

Universitas Sumatera Utara

Kedua jenis tadi prinsipnya sama, perbedaannya terletak pada jumlah rotor
dan ukurannya, impact breaker mempunyai satu atau dua buah rotor dan ukurannya
lebih besar dari hammer mill.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
Rotor yang dilengkapi oleh tiga buah row atau lebih yang ujung – ujungnya
terbuat dari baja keras, berputar dengan kecepatan tinggi, kedalaman feed opening
dimasukkan batu, batu – batu ini terpukul oleh row yang berputar tadi dalam ruang
pemecahan (crusher chamber), dinding dari crusher chamber ini dibuat dari plat –
plat baja. Dinding ini juga disebut breaker plate. Batu – btu yang terpukul oleh row
tadi terbanting oleh breaker plate, pecahan – pecahan nya kembali dan dipukul oleh
untuk kedua kalinya. Proses ini berlangsung dengan dan hasil pemecahan keluar dari
discharge opening. (lihat gambar II-5)

Gambar 2.6 Impact Crusher

Universitas Sumatera Utara

Suatu hal yang perlu diperhatikan , adalah bahwa row- row tadi mudah aus,
walau bagaimanapun kerasnya baja yang digunakan. Umur row- row tadi menurut
pengalaman berkisar antara 100-200 jam kerja (1). Tetapi untuk jenis reversibek
impactor, jika salah satu bidang telah aus, maka putarannya dibalik hingga bidang
row yang lainnya bias dipergunakan.

II.2.2.e Roll Crusher (pemecahan tipe silinder)
Setelah melampaui beberapa kali pemecahan, maka untuk pemecahan tahap
akhir, jika ternyata belum didapatkan gradasi

yang diinginkan untuk keperluan

konstruksi. Untuk pemecahan tahap akhir ini digunakan roll crusher. Ada beberapa
macam roll crusher, jika ditinjau dari jumlah rollnya (1), yaitu : single roll, double
roll dan triple roll.
Ketiga jenis roll crusher ini masing – masing memberikan keuntungan
tersendiri, dalam tenaga tekanan yang diberikan oleh roll yang saling berdekatan itu.
Permukaan roll ini dilapisi oleh baja keras, ada yang licin (plain) ada juga yang
beralur (corrugated). Roll ini berputar sendiri – sendiri, yang digerakkan oleh belt.
Masing – masing roll dilengkapi oleh pegas untuk keamanan bila ada benda keras
seperti besi yang tidak dapat dipecahkan.
Untuk penggunaan – penggunaan khusus dipakai single roll, sesuai dengan
namanya single hanya mempunyai satu buah roll yang berbentuk silinder yang
porosnya dipasang horizontal. Roll ini berputar diatas sebuah pelat yang dapat diatur,
dan berfungsi sebagai pelayan roll dalam memecahkan batu. Crusher jenis ini
ukurannya ditentukan oleh diameter roll dan panjangnya, dinyatakan dalam inchi.

Universitas Sumatera Utara

Twin atau triple roll dipakai untuk mendapatkan agregat dengan diameter
dibawah ¼”. Twin roll mempunyai dua buah roll yangb dipasang horizontal, masing
– masing berputar berlawanan arah. Ukuran twin roll crusher ditentukan oleh dua
dimensi yaitu : diameter dan panjang dari roll. (lihat gambar II-6)

Gambar 2.7 Roll crusher
Maksimum diameter batu yang dapat dihancurkan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (1) :
F = 0.085 R + S
F = ukuran terbesar batu (inchi)
R = jari – jari roll (inchi)
S = Setting (inchi)

Gambar 2.8 Skema roll crusher

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengatur setting, maka salah satu roll itu dapat diatur (adjustable)
maju atau mundur.

II.2.2.f Pemecah Batu Lain
Pemecah batu lainnya, yang sering dijumpai dalam pekrjaannya itu rod mill
dan ball mill. Tipe ini termasuk kedalam impact crusher, tetapi dimaksudkan untuk
mendapatkan material yang lebih halus. Jenis lain adalah centrifugal Crusher yang
dipergunakan untuk menghasilkan gradasi batu hingga kurang dari 1” yang
berbentuk pipih hingga bidang enam, cocok untuk aspal beton atau lapisan hot mix.

II.2.3. Alat Bantu Crusher
Untuk mendapatkan material dan efesiensi yang sesempurna mungkin, maka
diperlukan alat pembantu atau pelengkap pada unit crusher. Alat pelengkap ini
dimaksudkan untuk mengatur dan mempercepat proses produksi material.
II.2.3.a. Feeder
Feeder adalah komponen dan peralatan pemecah batu yang berfungsi sebagai
pengatur aliran, pemisah bahan dan penerima bahan baku. Tujuan pemisahan bahan
(scalping) sebelum masuk ke pemecah primer adalah sebagai berikut :
a) Menyeleksi ukuran partikel yang akan masuk ke alat pemecah batu sehingga
efisiensi alat dapat ditingkatkan sampai dengan 15 %. Batu-batu yang terlalu
besar disingkirkan agar tidak menyumbat pada bukaan crusher, dan
demikian juga batu-batu kecil hasil peledakan yang sudah sesuai ukurannya
dipisahkan.

Universitas Sumatera Utara

b) Hasil penambangan mungkin mengandung kotoran atau lempung, yang
member pengaruh negatif pada campuran beraspal sehingga harus
disingkirkan terlebih dahulu.
Pemisahan (scalping) dapat dilakukan dengan pemasangan saringan, Saringan
untuk pemisah dapat juga dibuat di lokasi. Saringan tersebut berbentuk persegi
dengan ukuran minimum 3 m x 4 m dan dipasang miring dengan sudut 40 0 – 45 0.
Jarak antar besi tulangan yang berfungsi sebagai saringan adalah 4,5 cm sampai 6,5
cm. Secara umum terdapat dua jenis pemasok (feeder), yaitu apron feeder dan
mekanikal atau reciprocating plate feeder. Apron feeder umumnya digunakan untuk
memasok batu belah (rock) ke pemecah primer. Lebar pemasok umumnya berkisar
antara 76,2 cm s/d 243,84 cm dan panjang 2 s/d 3 kali lebarnya. Pemasok dapat
digerakkan oleh motor bertenaga 5 horsepower s/d 20 horsepower (tergantung
kapasitas yang ada). Mekanikal atau reciprocating plate feeder umumnya untuk
material lebih halus (gravel pit). Reciprocating plate digerakkan oleh poros esentrik
dengan tenaga motor sekitar 3 horsepower s/d 20 horsepower. Ukuran atau dimensi
feeder dan kecepatannya sebaiknya diatur agar mempunyai kapasitas 25 % sampai 35
% lebih besar dari pada kapasitas pemecah.

a.Pemasok Pelat Recripocating

b.Pemasok Getar Grizzly

Universitas Sumatera Utara

c. Pemasok Getar
Gambar2.9 Tipikal pemasok (feeders) alat pemecah batu

II.2.3.b Penyalur
Penyalur berfungsi untuk memindahkan material dari satu unit ke unit lain
atau ke tempat peyimpanan atau penimbunan (stockpile). Pada umumnya suatu unit
penyalur terdiri atas komponen sabuk conveyor, dudukan conveyor, dan motor
penggerak. Fungsi-fungsi conveyor pada peralatan pemecah batu biasanya terdiri
atas fungsi penyambung atau perantara (joint conveyor), mendistribusikan (discharge
conveyor), pemasok (feed conveyor ), dan fungsi balik untuk dipecah lagi (return
conveyor)

II.2.3.c Saringan
Saringan adalah komponen pada peralatan pemecah batu yang berfungsi
untuk menyaring/memisahkan, membentuk gradasi, dan secara tidak langsung
mengontrol penyaluran material ke unit stone crusher dan selanjutnya ke tempat
penimbunan (stockpile). Tujuan utama penyaringan adalah pemisahan , yaitu untuk
memisahkan ukuran material yang lebih besar (oversize) atau ukuran yang lebih kecil
(undersize), atau untuk mendapatkan ukuran agregat yang disyaratkan. Tipikal
saringan diperlihatkan pada Gambar II-9. Saringan pada unit pemecah batu yang

Universitas Sumatera Utara

portable biasanya terdiri atas 2 ½ dek atau lembaran saringan. Dek paling atas
berfungsi penerima awal atau penerima yang pertama. Posisi dek atau lembaran
saringan terpisah secara paralel dengan jarak yang cukup sehingga tidak
mengganggu pergerakan material di atas dek. Material yang tertahan pada dek bagian
atas akan dipecah lagi oleh pemecah primer, material yang lolos dari dek pertama
dan yang tertahan pada dek bagian kedua akan dipecah oleh unit crusher selanjutnya.
Untuk material berlebih yang halus (abu batu) akan melalui saringan paling bawah
berukuran ½ dek.
Pada umumnya saringan terbuat dari kawat baja yang dianyam berbentuk
bidang persegi empat. Terdapat dua jenis saringan yang biasa dipakai, yaitu saringan
getar (vibrating screen) dan saringan putar (revolving screen). Saringan putar terdiri
atas lembaran atau dek yang rata dan miring ke bawah searah aliran agregat.
Vibrating screen digetarkan oleh sebuah penggetar yang ditempelkan di atas atau di
kiri dan kanan ayakan. Saringan putar biasanya terbuat dari drum yang dindingdindingnya berlubang dan berputar. Kedudukannya miring ke bawah searah aliran
agregat. Saringan dengan bahan karet Saringan getar Grizzly dengan dek ganda.

Gambar 2.10 Tipikal saringan pemecah batu

Universitas Sumatera Utara

II.2.3.d Dump Truck
Dump truck merupakan alat yang dapat memindahkan materialpada
jarak menengah sampai jarak jauh (>500 m). Muatannya diisikan oleh alat pemuat,
sedangkan untuk membongkar muatannya ia dapat bekerja sendiri. Dump truck ada
dua golongan ditinjau dari besar muatannya :
1. On High Way Dump Truck, muatannya dibawah dari 20 m3.
2. Off High Way Dump Truck, muatannya diatas 20 m3.

II.2.3.e Wheel loader
Wheel loader merupakan alat pemuat yang beroda karet atau ban.
Penggunaannya mirip dengan Dozer Shovel, hanya beda landasan kenjanya saja.
Wheel Loader efisien untuk daerah yang relatif rata, kering dan kokoh. Digunakan
terutama apabila dituntut kerusakan permukaan landasan kerja seminimal mungkin,
disertai mobilitas yang tinggi.

II.2.3.f Excavator Backhoe
Merupakan alat yang digunakan untuk menggali, mengangkat dan
memuat material. Istimewa untuk menggali parit-parit, saluran air atau pipa. Bagian
alas dari mesin dimana muatan berada dapat berputar 360 derajat sehingga
memungkinkan alat ini bekerja ditempat yang relatif sempit

II.2.3.g Generating Set
Generating Set merupakan alat pembangkit tenaga listrik. Salah satu
mesin penggeraknya adalah Diesel, bisa juga menggunakan angin atau air. Banyak

Universitas Sumatera Utara

merk genset yang dijual dipasaran dan dayanya tergantung kebutuhan konsumen,
misal 150 KVA dll. Mesin generator adalah kombinasi dari sebuah generator listrik
dan sebuah mesin (prime mover) yang dipasang bersama untuk membentuk satu
peralatan.

II.2.3.h Timbangan Jembatan
Jembatan timbang merupakan seperangkat alat untuk menimbang
kendaraan barang/truk yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat
dipindah-pindahkan

yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta

muatannya, digunakan untuk pengawasan jalan ataupun untuk mengukur besarnya
muatan pada industri, pelabuhan ataupun pertanian.

II.3. Kapasitas Stone Crusher.
Kapasitas stone crusher adalah banyaknya atau jumlah agregat yang dapat
diproduksi oleh setiap jenis stone crusher dalam setiap jam. Dengan demikian
besarnya kapastas itu akan mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
produksi agregat oleh stone crusher. Kapasitas ini akan berbeda-beda untuk tiap jenis
stone crusher, karena adanya perbedaan dari dimensi stone crusher itu sendiri.

II.3.1 Kapasitas Jaw Crusher
Kapasitas dari jaw crusher dirumuskan oleh Taggart adalah sebagai berikut :

Dimana :
Q = Kapasitas crusher (ton/jam)

Universitas Sumatera Utara

b = Lebar jaw (cm)
d = Ukuran rata-rata material hasil pemecahan
Kapasitas dari jaw crusher dirumuskan oleh Lewenson adalah sebagai berikut
:

Dimana :
Q = Kapasitas crusher (ton/jam)
n = Putaran poros penggerak (rpm)
b = lebar swing jaw (m)
s = amplitude swing jaw (m)
d = ukuran rata-rata material hasil pemecahan (m)
µ = konstanta (0,25 – 0,30)
= berat jenis crusher feed (ton/m³)
Kapasitas dari jaw crusher dirumuskan oleh Giesking adalah sebagai berikut :

Dimana :
Q = kapasitas crusher (ton/jam)
c = faktor pelat jawa (7,0 . 10-5 – 1,0 . 10-4)
= Bulk density (kg/dm³)
B = panjang bukaan (cm)
S = slot crusher (cm)
e = panjang amplitude jaw (m)

Universitas Sumatera Utara

n = jumlah angkatan permenit
b = faktor koreksi untuk sudut jaw crusher, 26° = 1
= angka perbandingan kapasitas crusher antara teori dan praktek (0,8 – 0,9)
Kapasitas dari jaw crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut :
Table 2.1 Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)
S
etting
(inch)
1/2

/4

ype

1/2

0

S
ize (inch)

1
0x20

0

7

4

3

0

8

0

3

0

0

3

3

3

2

2

1

7

3

25

25

50

00

1
0x36

0
1

5x30
1
8x36
3
0x42

50

00

30

15

80

55

80

20

10

80

80

70

60

4
2x48
4
2x48
4
8x60

Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
1. Jaw crusher tipe overhead
2. Jaw crusher tipe blake
- size 10x20 (lebar feed opening = 10, lebar jaw = 20)
Hubungan antara tabel II-1 dengan rumus kapasitas giesking adalah bahwa
setting pada tabel II-1 dan bukaan pada rumus giesking, berbanding lurus dengan
kapasitas stone crusher.
Tabel 22 .Kapasitas Jaw crusher Type Singel Toggle
Model

05.03

57

67

08.06

09.07

10.08

12.10

13.11

Bukaa
n (mm)
500 x
300
570 x
300
670 x
400
800 x
600
900 x
700
1000 x
800
1170 x
1000
1300

Setting
min/max (mm)

30 – 70

40 – 90

50 – 100

70 – 140

90 – 170

90 – 200

100 –
240
120 –

Kapa
sitas (tph)
16 –
19
2327
45 –
53
90 –
110
115
– 135
170
– 215
260
– 320
400 -

Settin
g (mm)

50

60

70

100

120

140

170

200

Universitas Sumatera Utara

x1100

280

1500 x

15.13

500

140 –

1300

540

300

240

– 700

Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982

Tabel 2.3.Kapasitas Jaw crusher Type Granulator(7)
Setting
Bukaa

Kapasit

Settin

min/max

Model
n (mm)

as tph

g (mm)

(mm)
800 x

20



08.02
200

24 – 30

50

30 – 38

50

80
920 x

30



92
250

80

Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982

II.3.2. Kapasitas Gyratory Crusher
Kapasitas gyratory crusher dirumuskan oleh GIesking sebagai berikut:

Dimana:
Q= kapasitas crusher (ton/jam)
c=factor crushing cone ( 7,0 . 10-5 – 1,0 . 10-4 )
= Bulk density (kg/dm³)
S=slot crusher (cm)

Universitas Sumatera Utara

e = panjang amplitude cone,cm
n = jumlah angkatan permenit
b = Faktor koreksi untuk sudut antara crushing ring dan cone
= Angka perbandingan kapasitas crusher antara teori dan praktek (0,8 –
0,9)
Kapasitas gyratory crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Kapasitas Gyratory crusher (ton/jam)
!

"

#

$

$

$

$

$

$
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982

Universitas Sumatera Utara

Hubungan antara tabel II-4 dan rumus kapasitas gyratory gesking adalah
bahwa setting pada tabel dan bukaan (B) pada rumus giesking berbanding lurus
dengan kapasitas.

II.3.3 Kapasitas Cone Crusher
Kapasitas cone crusher (3) adalah :

Q= kapasitas crusher (ton/jam)
D=diameter dasar cone
d=ukuran rata-rata material hasil pemecahan
n=Stroke number,rpm
=Berat jenis bukaan pemecah ,ton/m2
Kapasitas cone crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5.Kapasitas Cone Crusher (7)
Openi
ng open

Capacities

/closed side
Mod

min setting

el

d
(mm)

Tph

(mm

d
tph

)

(mm
)

56 71
2’

78 93

16

12.5

33

40

19

20

54

65

22

25

63

65

100 -

Universitas Sumatera Utara

111
103 115

3’

124 143
180 -

36

20

90

65

50

25

125

65

90

40

160

80

85

25

180

65

105

32

225

80

140

40

270

100

150

40

300

100

100

25

225

80

150

40

280

100

200

50

320

100

215

50

370

125

215

40

345

100

270

50

410

100

280

50

580

125

196
130 144
157 176
4’
182 204
216 237
131 150
205 224
4’ ¼
229 253
242 270
196 208
5’ ½
219 241

Universitas Sumatera Utara

251 -

420

80

610

125

276
343 368
254 -

680

279
330

38

450

45

680

65

780

75

292 324

100
0

7
343 378
425 460

80
100

125
0
125

125
125

0

Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982

Hubungan antara tabel II-5 dan rumus kapasitas cone crusher adalah bahwa
setting pada tabel dan ukuran rata-rata material hasil pemecahan (d),berbanding lurus
dengan kapasitas.

II.3.4 Kapasitas Hammmermill Crusher
Kapasitas Hammmermill Crusher (3)adalah sebagai berikut:

Q=kapasitas crusher ,m3/jam
D=diameter rotor ,m
L=panjang terpakai rotor,m

Kapasitas hammer mill crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6.kapasitas hammmermill crusher (ton/jam)
!

%

&

&

&

&

&

#

#
$

"

"

$

$

Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982

Hubungan antara tabel II-6 dan rumus kapasitas hammmermill adalah bahwa
semakin besar diameter rotor semakin kecil kecepatan poros dan semakin besar pula
kapasitas hammmermill.

II.3.5 Kapsitas Roll Crusher
Rumus dari Kapsitas Roll Crusher (3) adalah sebagai berikut:

Dimana:
Q = kapasitas crusher (ton/jam)
L =panjang roll,(m)
D =diameter roll,(m)
n =Kecepatan rotasi roll,rpm

Universitas Sumatera Utara

d =Celah diantara roll,(m)
= Bulk density material,t/m3

Kapasitas roll crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7.Kapasitas roll crusher (ton/jam)
!

'
)
(
* +*

&

&

&

"

"

,
$

,
,

$

,
,

$

,
,

$

,
,

$