Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

(1)

Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan

Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih

Binjai

Skripsi Oriza Sativa

051101034

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Karakteristik perawatan lansia terhadap kebutuhan pemenuhan gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

Nama mahasiswa : OrizaSativa NIM : 051101034

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S1) Tahun : 2010

Tanggal lulus (...)

Pembimbing Penguji 1

(Ismayadi S,Kep, Ns )

NIP: 19750629 200212 1 002 (Iwan Rusdi.SKp, MNS) NIP: 19770726 200212 2 001 Penguji II

(Sukri Tanjung S.Kep, Ns)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan sarjana keperawatan (S.Kep)

Medan, 26 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah_Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelasaikan skripsi penelitian ini dengan judul “Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih

Binjai.

Skripsi penelitian ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing skripsi dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral,masukan, dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak telah memberikan bimbingan selama saya menyelesaikan akademik di Fakultas Keperawatan USU.


(4)

4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kep M.Kep selaku penguji II dan yang telah memvalidasi intrumen penelitian ini, dan Bapak Sukri M. Tanjung, S.Kep, Ns selaku penguji III.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan. 6. Papa saya Bahtiar dan Mama saya Risnah: selaku orang tua penulis,

terimakasih yang tak terhingga untuk Papa dan Mama yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayang serta dukungan yang besar kepada Ori selama ini. Terima kasih atas doa papa dan mama, kekuatan doa kalian adalah semangat untuk Ori. Semoga Allah senantiasa memberikan keimanan dan berkah umur untuk papa dan mama. Allahumma Amiin.

7. Adik-adik saya : Feni, Kiat, Celly dan Iqbal, terimakasih atas motivasi dan kasih sayang yang sudah diberikan pada kakak.

8. Sahabat saya , Ansih, Aan, Marhamah yang selalu senantiasa menemani keseharian penulis, persahabatan yang tak kan lekang oleh waktu. Terimakasih juga kepada teman-teman stambuk 2005 : Sundari, Dina Rasmita, Lita, YuliAzni, Ayu, Iwan, pokoknya semua geng kerang rebus keperawatan. Semua adik-adik stambuk 2006, 2007 dan 2008, terimaksih atas semangat yang diberikan. Teman-teman alumni SMAN I Sinabang, Ayu WP, Fera, Yos, Dinda, Sherly, Riska, Ria, Irawan, Jonsah, terimakasih atas motivasinya selama ini. Teman-teman seperjuangan saya di forum An-niswah, buat Kak Dini, Nelvi, Novi, Nanda, dan semuanya deh, jazakumullah


(5)

khair ya ukhti fillah, semoga Allah senantiasa mengumpulkan kita di atas jalan kebenaran dan senantiasa dalam dakwah. Allahumma Amiin.

9. Ibu Asma selaku Pimpinan Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai. 10. Para Penghuni Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai yang telah

berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan dan penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Medan, Juli 2010


(6)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak...ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usia Lanjut 2.1.1 Definisi Usia Lanjut ... 8

2.1.2 Teori Proses Penuaan ... 8

2.1.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut ... 10

2.1.3.1 Perubahan Fisiologi Pada Lansia ... 10

2.1.3.2 Perubahan Kognitif ... 11

2.1.3.3 Perubahan Psikososial ... 12

2.2. Perawatan Lanjut Usia ... 12

2.2.1 Definisi Perawatan Lanjut Usia ... 12

2.2.2 Masalah Dalam Perawatan Lanjut Usia ... 18

2.3. Kebutuhan Gizi Lansia ... 19

2.3.1 Gizi Pada Lansia ... 20

2.3.2 Jumlah Kebutuhan Minimal Sehari (MDR/Minimal Daily Requrement) ... 20

a. Pendekatan Terapeutik ... 21

b. Pendekatan Preventif ... 22

2.3.3 Anjuran Kebutuhan Sehari (RDA/Recommended Daily Allowence) ... 23

2.3.4 Kecukupan Gizi ... 24

2.3.5 Masalah Gizi Lansia ... 26

2.3.6 Penentuan Status Gizi ... 30


(7)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 34

3.2 Definisi Konseptual dan Operasional ... 35

3.2.1 Definisi Konseptual ... 35

3.2.2 Definisi Operasional ... 35

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 37

4.2 Populasi dan sampel Penelitian ... 37

4.2.1 Populasi ... 37

4.2.2 Sampel ... 37

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4.4 Pertimbangan Etik ... 38

4.5 Instrumen Penelitian ... 39

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40

4.7 Pengumpulan Data ... 41

4.8 Analisa Data ... 42

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil...44

2. Pembahasan...53

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan...56

2. Saran...57

Daftar Pustaka ... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Data Hasil Peneitian 4. Jadwal Penelitian 5. Taksasi Dana 6. Surat Izin Penelitian 7. Curiculum Vitae


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perubahan Fisiologi Pada Lansia………9

Tabel 2 Asupan gizi yang dianjurkan...25

Tabel 3 Kecukupan Bahan Makanan Satu Hari (Usia 60 tahun keatas)...25

Tabel 4 Bahan Kimia yang Terdapat pada Bahan Pangan...28

Tabel 5 Kontaminasi Logam Berat dan Efek Keracunan yang Ditimbulkan...28

Tabel 6 Kategori Ambang Batas IMT...33

Tabel 7 Definisi Operasional Variabel Penelitian………..35

Tabel 8 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia di panti werdha.44 Tabel 9 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap makanan yang bergizi dan seimbang...46

Tabel 10 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap olah raga teratur dan seimbang………..48

Tabel 11 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur………50

Tabel 12 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur………52

Tabel 13 Gambaran Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia Di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai ………....53


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konseptual identifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.………...34


(10)

Judul : Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Nam Mahasiswa : Oriza Sativa NIM : 051101034

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S1) Tahun : 2010

ABSTRAK

Lanjut usia atau usia tua merupakan suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat. Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan). Desain penelitian ini yaitu deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini yaitu 160 orang dan jumlah sampel dalam penelitian ini yakni 48 responden. Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Sumatera Utara, pada tanggal 05 Juli 2010 sampai 12 Juli 2010. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel ialah purvosif sampling. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dengan menggunakan skala likert. Nilai Reliabilitas yang didapat dari penelitian ini yaitu 0.877. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 48 responden, mayoritas lansia memiliki karakteristik baik dengan jumlah 27 orang (56,3%), karakteristik cukup berjumlah 18 orang (37,5%), dan yang memilikai karakteristik tidak baik berjumlah 3 orang (6,3%). Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya bagi pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan dan peneliti berikutnya.


(11)

Judul : Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Nam Mahasiswa : Oriza Sativa NIM : 051101034

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S1) Tahun : 2010

ABSTRAK

Lanjut usia atau usia tua merupakan suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat. Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan). Desain penelitian ini yaitu deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini yaitu 160 orang dan jumlah sampel dalam penelitian ini yakni 48 responden. Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Sumatera Utara, pada tanggal 05 Juli 2010 sampai 12 Juli 2010. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel ialah purvosif sampling. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dengan menggunakan skala likert. Nilai Reliabilitas yang didapat dari penelitian ini yaitu 0.877. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 48 responden, mayoritas lansia memiliki karakteristik baik dengan jumlah 27 orang (56,3%), karakteristik cukup berjumlah 18 orang (37,5%), dan yang memilikai karakteristik tidak baik berjumlah 3 orang (6,3%). Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya bagi pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan dan peneliti berikutnya.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara, 2008).

Kemajuan di bidang kesehatan dan peningkatan pengetahuan masyarakat berdampak pada semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Dengan peningkatan ini maka usia harapan hidup juga akan bertambah, sehingga menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Indonesia merupakan negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia/aging structured (UNICEF, 2007). Selanjutnya hasil survey United Nation International Children Found (UNICEF), mengemukakan bahwa pertambahan jumlah lanjut usia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 – 2025 tergolong tercepat di dunia. Pada tahun 2006, jumlah lansia di Indonesia 20 juta dan diproyeksi akan bertambah menjadi 28,8 juta atau sebesar 11,34 % penduduk pada tahun 2020. Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh kementrian koordinator bidang kesejahteraan rakyat tahun 2006 masing-masing untuk pria adalah 66 tahun dan untuk wanita 69 tahun.


(13)

Bersamaan dengan bertambahnya usia lansia terjadi pula penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisiologis tubuh.

Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2000 dilaporkan bahwa jumlah penduduk Kota Madya Medan sebesar 2.064.900 jiwa dan 13,5% (278.895 jiwa penduduk) adalah lanjut usia ( Suryadi dan Nugroho, (1999) didalam Darmojo, 2004)

Pada tahap perkembangan lansia, terjadi proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya cadangan pada sebagian besar sistem fisiologis dan disertai dengan meningkatnya kerentangan terhadap penyakit dan kematian. Proses penuaan ini juga mengubah metabolisme tubuh yang diikuti oleh perubahan komposisi tubuh dan perubahan pola makan. Perubahan fisiologis di atas dapat juga menghalangi asupan diet, diantaranya : akuitas rasa dapat menurun sesuai usia, gigi palsu dapat meningkatkan rasa pahit dan asam, penurunan normal pada sekresi lambung menyebabkan kurang efisiensi pencernaan. Oleh karena itu lansia memilki resiko cukup besar terhadap masalah nutrisi (Potter & Perry, 2005).

Semakin meningkatnya umur harapan hidup sebagai akibat dari keberhasilan pembangunan nasional sekarang ini, maka akan meningkatnya jumlah lansia. Pada saat sekarang ini lansia kurang sekali mendapat perhatian yang kurang serius di tengah masyarakat terutama mengenai kecukupan gizi pada mereka. Padahal kalau hal ini dibiarkan terus menerus, lansia itu dapat menjadi beban bagi keluarganya, masyarakat, bahkan bagi negara (Riyadi, 2001).

Panti werdha atau panti jompo adalah suatu institusi hunian bersama dari pada lanjut usia dari para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih


(14)

mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti (Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon (2008), panti jompa adalah tempat dimana tempat berkumpulnya orang – orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya, dimana tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta.

Peningkatan dalam tingkat harapan hidup manusia memang patut untuk disyukuri, namun disisilain kondisi ini menimbulkan polemik baru dalam kehidupan bermasyarakat maupun berkeluarga. Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Belum lagi berbagai penyakit

degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang disekelilingnya.

Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi mereka. Hal ini masih ditambah dengan manifestasi yang kompleks dari depresi.

Pertanyaan selanjutnya adalah “Bagaimana cara untuk merawat lansia agar mereka dapat melalui kehidupannya dengan lebih baik?” Terdapat dua pilihan bagaimana untuk merawat lansia. Lansia dapat dirawat di rumah sendiri oleh


(15)

keluarganya atau dapat juga dirawat di tempat yang kita kenal sebagai rumah jompo.

Nilai kekeluargaan yang sangat dipegang erat oleh sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin menjadi salah satu alasan mengapa rumah jompo bukan menjadi suatu pilihan dalam perawatan lansia. Mengirim keluarga yang sudah berumur dan memerlukan perawatan ekstra ke rumah jompo dianggap sebagai perbuatan yang tidak terpuji. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ekstra lansia tersebut mereka mempekerjakan seorang perawat untuk merawat orangtuanya di rumah.

Melalui cara ini memang terdapat keuntungan maupun kerugiannya. Lansia dapat tetap tinggal di rumah sehingga ia mendapatkan rasa nyaman dan aman. Namun juga banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama. Perlu diingat bahwa lansia memerlukan berbagai hal lain untuk dapat mempertahankan kualitas hidupnya seperti latihan-latihan yang dapat melatih kekuatan tubuhnya agar tidak terus menurun, ataupun bagaimana untuk mempertahankan fungsi kognitifnya. Tak lupa bahwa lansia juga membutuhkan sosialisasi. Hal ini menuntut perhatian khusus dari keluarga yang menjaga lansia tersebut. Jangan sampai lansia merasa sendirian yang akan berdampak pada depresi walaupun berada di rumahnya sendiri.

Pada keadaan dimana keluarga dari lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan kemampuan untuk merawat lansia maka rumah jompo dapat menjadi pilihan. Rumah jompo sekarang ini bukan merupakan tempat yang kumuh, reot ataupun jelek tetapi kini telah banyak rumah jompo yang baik dan


(16)

tertata rapih juga menyediakan perawatan serta fasilitas yang baik dan lengkap untuk merawat lansia.

Di rumah jompo para lansia akan menemukan banyak teman, dimana selain mereka mendapatkan perawatan yang maksimal, juga telah diadakan berbagai kegiatan dan aktifitas yang dapat membantu mereka dalam mempertahankan fungsi motorik dan kognitifnya, seperti permainan, olahraga, keterampilan, juga terdapat hiburan. Makanannya pun telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik. Pengukuran tanda-tanda vital seperti pengukuran tekanan darah, pengecekan gula darah, dll menjadi salah satu rutinitas di rumah jompo.

Namun patut diperhitungkan bahwa lansia kadang sukar beradaptasi terhadap lingkungan maupun suasana baru dan kadang lebih menyukai tinggal di rumahnya sendiri. Menjadi tua dan lemah adalah proses yang tidak terelakkan. Perawatan lansia harus dilakukan dengan teliti, sabar, dan penuh cinta. Perawatan lansia diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya dengan lebih baik. (Versayanti, 2008).

Berdasarkan paparan di atas, penulis ingin mengkaji tentang “Karakteristik perawatan lansia terhadap kebutuhan pemenuhan gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai”.


(17)

1.2 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti Werdha Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk praktek keperawatan, pendidikan keperawatan, dan penelitian keperawatan yang akan datang. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara, sehingga diharapkan akan dapat membantu perawat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah gizi lansia khususnya di Panti Werdha Dharma Asih Binjai.

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar informasi bagi institusi pendidikan keperawatan tentang karakteristik perawatan lansia terhadap


(18)

pemenuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara, dalam meningkatkan dan memperbaiki pendidikan keperawatan komunitas.

1.4.3 Penelitian Keperawatan yang akan datang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pengembangan penelitian keperawatan selanjutnya yang berhubungan dengan pemenuhan gizi lansia yang dilakukan di berbagai tempat lainnya.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usia Lanjut

2.1.1. Definisi Usia Lanjut

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Muhilal,et.al, 1998). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara, 2008). Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas . penggolongan lansia menurut Depkes (2000), menjadi tiga kelompok yaitu : kelompok lansia dini (55-64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas), dan kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Sedangkan menurut Hurlock (1999), usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.

2.1.2. Teori Proses Penuaan

Proses penuaan merupakan penurunan fungsi fisiologis tubuh secara perlahan lahan dan menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/dan mempertahankan fungsi normal tubuh secara perlahan sehingga pertahan tubuh terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan jaringan yang rusak menjadi menurun. Seiring dengan proses penuaan tersebut, tubuh akan mengalami


(20)

berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam, dkk. 2008).

Menurut Donald and Stanley (2007) & Maryam (2008), ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologis dan teori psikososial.

a. Teori Biologis

Teori biologi mencakup untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

Teori biologis terdiri dari teori radikal bebas, teori cros-link, teori imunologis. Teori radikal bebas menyatakan bahwa proses penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan irefersibel akibat senyawa pengoksidasi. Teori cros-link menyatakan bahwa molekul kolagen dan elasin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan ragiditas sel, cros-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul-molekul yang normalnya terpisah. Teori imunologi menyatakan bahwa penurunan atau perubahan dalam keefektifan system imun berperan dalam penuaan. Mekanisme selular tak teratur diperkiran menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui autoagresi atau imunodefisiensi (penurunan imun). Tubuh kehilangan kemamampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing system imun menyerang dan menghancurkan jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap.


(21)

b. Teori Psikososial

Teori psikososial terdiri dari teori disengagement, teori aktivitas, teori Kontinuitas. Teori disengagement menyatakan bahwa orang yang menua menarik diri dari peran yang biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih introspektif dan berfokus pada diri sendiri. Teori aktivitas tidak menyetujui teori disengament dan menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Teori kontinuitas menyatakan bahwa kepribadian tetap sama dan perilaku menjadi lebih mudah diperdiksi seiring penuaan. Berdasarkan teori ini kepribadian merupakan faktor kritis dalam menentukan hubungan antara aktivitas peran sebagai teori yang menjanjikan karena teori ini menunjukkan kompleksitas proses penuaan dan kemampuan adaptif seseorang.

2.1.3. Perubahan yang Terjadi Pada Usia Lanjut

Perubahan yang terjadi pada usia lanjut, yaitu: perubahan fisiologis, perubahan kognitif, dan perubahan psikososial.

2.1.3.1 Perubahan Fisiologi Pada Lansia

Berikut ini, disajikan perubahan fisiologi pada lansia dalam bentuk tabel yang terdiri dari sistem tubuh dan temuan normal;

Tabel 1. Perubahan Fisiologi Pada Lansia

NO Sistem Tubuh Temuan Normal

1. Integumen Kulit kehilangan kelenturannya dan kelembabannya pada masa lansia. Lapisan epitel menipis dan serat kolagen elstis menyusut dan menjadi kaku.


(22)

2. Kardiovaskular Penurunan kekuatan kontraktil miiokardium menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan inni siknifikan jika lansia mengalami stress karena ansietas, kegembiraan, penyakit atau aktifitas berat. 3. Gastrointestinal

dan abdomen

Penuaan mnyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen akibatnya terjadi peningkatan ukuran abdomen.

4. Reproduksi Perubahan pada struktur dan fungsi reproduktif terjadi sebagai akibat perubahan hormonal.

5. Perkemihan Hipertropi kelenjar prostate dapat terjadi pada pria lansia. Hipertropi ini memperbesar kelenjar dan tekanannya terletak pada leher kandung kemih akibatnya infeksi traktus urinarius , seriong berkemih inkontinensia, dan terjadi retensi urin. 6. Muskuloskeletal Lansia yang berolah raga secsra teratur tidak

kehilangan masa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang ukurannya, dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan masa otot.

7. Neurologis Jumlah neuron pada system nerfus mulai nberkurang pada pertengahan dekade kedua. Neuron ini tidak bergenerasi, dan penurunan atau kerusakan dapat menyebabkan perubahan fungsi.

2.1.3.2 Perubahan Kognitif

Perubahan kognitif yang sering terjadi pada lansia yaitu demensia dan delirium. Demensia adalah kerudsakan umumfungsi intelektual yang mengganggu fungsi sosial dan okupasi. Sindrom ini ditandai adanya disfungsi serebral ireversibel dan progresif yang dikarakteristikkan oleh adanya penurunan fungsi intelektual, perubahan kepriobadian, kerusakan penilaian, dan seringkali perubahan afek yang diakibatkan perubahan metabolism serebral secara permanen.Sedangkan yang dimaksud dengan delirium adalah sindrom otak yang menyerupai dimensia ireversibel, tetapi secara klinis dibedakan oleh adanya tingkat kesadaran tidak jelas atau lebih tepatnya perubahan perhatian dan kesadaran (Potter & Perry, 2005).


(23)

2.1.3.3. Perubahan Psikososial

Lansia akan beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi selama proses penuaan. Perubahan psikososial tersebut adalah, seperti: Pensiun, Isolasi social, seksualitas, tempat tinggal, perubahan lingkungan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

Sedangkan menurut Nugroho, (2000), perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah mencakup perubahan fisik, perubahan psikososial, dan perkembangan spiritual.

2.2 Perawatan Lanjut Usia

2.2.1. Definisi Perawatan Lanjut Usia

Perawatan lansia adalah satu dari sekian banyak area keperawatan yang bersifat eksklusif karena perawatnya terspesialisasi (Watson, 2003).

Menurut Versayanti (2008), perawatan lansia merupakan penerapan cara hidup sehat. Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang dalam usia lanjut, salah satunya yaitu pemenuhan kebutuhan gizi. Adapun cara-cara tersebut adalah:

1. Makanan yang bergizi dan seimbang

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan


(24)

fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):

a) Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. b) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang

yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan, biji – bijian).

c) Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. d) Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang

bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.

e) Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.

f) Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang – kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.

g) Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.

h) Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.

i) Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang segar dan mudah dicerna.


(25)

k) Makan disesuaikan dengan kebutuhan 2. Minum air putih 1.5 – 2 liter

Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari.

Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.

Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya.

3. Olah raga teratur dan sesuai

Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan


(26)

kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.

Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.

4. Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.

5. Menjaga kebersihan

Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (


(27)

telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.

Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan.

6. Minum suplemen gizi yang diperlukan

Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.

7. Memeriksa kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko


(28)

menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

8. Menjaga Keseimbangan Mental dan batin

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:

a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.


(29)

9. Rekreasi

Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

10. Membina Hubungan yang sehat antar sesama

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

2.2.2. Masalah dalam Perawatan Lanjut Usia

Penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang


(30)

diderita. Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), inkontinensia, gangguan intelektual/dementia, infeksi, gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit, sulit buang air besar, depresi, kurang gizi, menderita penyakit akibat obat-obatan, insomnia, daya tahan tubuh menurun, impotensi (WHO/UNU, 1989). 2.3. Kebutuhan Gizi Lansia

Pangan sebagai sumber energi pada makhluk hidup pada umumnya dan khususnya kebiasaan pola makan yang kurang teratur bisa membuat golongan 17 lansia yang sudah berumur lebih setengah abad tidak bisa menikmati kehidupan yang penuh aktivitas dan merasa sehat, karena hanya dengan olahraga yang teratur dan asupan gizi yang baik maka lansia mampu mempertahankan daya tahan tubuhnya secara optimal. Adalah sebuah persepsi yang salah bahwa kaum lansia tidak perlu memperhatikan asupan zat gizinya. Dengan alasan mereka sudah tidak lagi terjadi pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa tuanya. Memang benar lansia tidak membutuhkannya justru mereka sangat membutuhkan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak serta menjaga kestabilan daya tahan tubuhnya (Arcole, 1996).

Kebutuhan gizi bagi para lanjut usia perlu dipenuhi secara edukatif, karena merupakan pokok kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia lanjut. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisi.


(31)

Kalori dasar ini adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiataan tubuh dalam keadaan istirahat (Muhilal, et.al., 1998).

2.3.1. Gizi Pada Lansia

Belloc dan Breslow di tahun 1972 mengatakan bahwa “strong modifiers” untuk proses menua adalah berat badan, keteraturan makan, konsumsi alkohol yang rendah, tidak merokok dan keteraturan aktivitas fisik. Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tidak benar, aktivitas fisik berkurang, obesitas, stres, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan berkontribusi terhadap penurunan berbagai fungsi organ di usia lanjut. Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan tetap baik. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun faali dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degeneratif maupun non degeneratif yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya (Darmojo, 2004).

2.3.2. Jumlah Kebutuhan Minimal Sehari (MDR/Minimal Daily Requrement)

Menurut Sediaoetama (2006) nilai Kebutuhan Minimal Sehari (MDR) untuk zat-zat gizi tertentu telah dapat ditentukan melalui pendekatan terapeutik dan preventif.


(32)

Pada pendekatan terapeutik, subyek penelitian dibuat sakit dahulu dan kemudian diberi zat gizi yang sedang diteliti, untuk menentukan dosis terkecil yang dapat menyembuhkan gejala-gejala kekurangan zat gizi tersebut dalam jangka waktu tertentu.

Pada pendekatan preventif subyek penelitian sehat diberi makanan yang mengandung zat gizi sedang diteliti itu dikurangi secara bertingkat, dan dicari dosis terkecil yang sanggup menjaga subyekpenelitian dari gejala-gejala defisiensi zat gizi tersebut.

a. Pendekatan Terapeutik

Sejumlah subyek percobaan diberi suatu diet basal, dengan susunan lengkap kecuali zat gizi yang akan ditentukan kebutuhannya. Setelah beberapa lama, subyek-subyek percobaan percobaan tersebut akan menunjukkan gejala-gejala defisiensi zat gizi yang tidak diberikan tadi. Setelah tercapai kondisi demikian, ke dalam diit ditambahkan jumlah-jumlah kecil yang kwantumnya diketahui dari zat gizi yang sedang diteliti; kwantum-kwantum ini secara bertingkat semakin besar. Pada suatu dosis tertentu mulai tampak penyembuhan pada subyek-subyek tertentu. Maka jumlah minimal dari zat gizi yang diperlukan untuk memberikan penyembuhan, disebut jumlah Kebutuhan Minimal Sehari (MDR); Minimal Daily Requirement. Cara ini dapat dilakukan untuk zat gizi yang telah dapat dipisahkan secara murni atau telah dapat disintesa; tetapi juga dapat dipergunakan untuk bahan makanan sumber zat gizi, bila zat gizi tersebut belum dikenal secara murni. Maka yang dapat ditentukan ialah jumlah bahan makanan sumber zat gizi tersebut, dan kelak kwantum zat gizi murni di dalam bahan


(33)

makanan tersebut dapat ditentukan, bila zat gizinya telah diketahui dan dipisahkan secara murni.

b. Pendekatan Preventif

Cara ini dilaksanakan berlawanan dengan cara kuratif atau terapeutik. Di sini dipergunakan subjek-subjek percobaan yang ada dalam keadaan sehat, diberi susunan ddit yang lengkap. Maka subjek percobaan akan menunjukkan kondisi gizi baik. Kemudian zat gizi yang akan diteliti dikeluarkan dari susunan hidangan dan ditambahkan secara bertingkat menurun dalam jumlah-jumlah kecil yang diketahui. Setelah beberapa waktu subyek yang diberi zat gizi dengan dosis tertentu mulai menampakkan gejala-gejala difisiensi dari zat gizi yang sedang diteliti tersebut. Di atas dosis itu, subyek-subyek percobaan tetap sehat, sedangkan dibawahnya memperlihatkan gejala-gejala defisiensi.Dalam pendekatan ini,dosis terkecil yang masih melindungi subjek percobaan dari gejala-gejala defisiensi, disebut Kebutuhan Minimal Sehari (MDR). Jadi menurut pendekatan preventif, MDR ialah dosis terkecil zat gizi yang diperlukan sehari untuk melindungi seseorang dari serangan gejala-gejala defisiensi tertentu, sedangkan menurut pendekatan kuratif MDR ialah dosis terkecil zat gizi yang diperlukan sehari untuk menyembunyikanseseorang dari gejala-gejala difisiensi zat gizi tersebut. Pada umumnya MDR yang didapat dengan pendekatan preventif akan mempunyai nilai lebih besar dari nilai menurut pendekatan kuratif. Jadi nilai MDR ini merupakan suatu ”range value”, tidak merupakan suatu angka pasti range ini mempunyai batas-batas MDR yang ditentukan melalui kedua pendekatan di atas, dengan batas


(34)

atas MDR menurut pendekatan preventif, dan batas bawah MDR menurut pendekatan kuratif.

2.3.3.Anjuran Kebutuhan Sehari (RDA/Recommended Daily Allowence) MDR adalah kebutuhan minimal sehari agar seseorang rata-rata tidak menjadi sakit, pada kondisi yang umum dianggap normal. Pada keadaan-keadaan khusus, dosis MDR ini mungkin tidak akan mencukupi, misalnya pada saat orang itu bekerja lebih berat dari biasa, atau pada saat ada stress fisik lain yang tidak terdapat sehari-hari. Karena itu MDR harusdinaikkan dengan suatu tambahan, agar sanggup menjamin kebutuhan yang meningkat karena keadaan khusus itu. Jumlah (dosis) MDR zat gizi setelah diberi tambahanini, kemudian dianjurkan untuk dikomsumsi setiap harinya dan disebut Anjuran Kecukupan Sehari atau RDA (Recommended Daily Allowance). Tambahan pada MDR untuk menjadikan RDA ini disebut Batas Keamanan (Safety Margin), sehingga dapat diberikan rumus:

Dimana : RDA = Anjuran Kecukupan Sehari MDR = Kebutuhan Minimal sehari A = Batas Keamanan

Nilai MDR tidak banyak berbeda bagi berbagai bangsa, tetapi RDA berbeda-beda bagi masing-masing negara atau bangsa, hal ini karena nilai batas keamanan yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya batas


(35)

keamanan tersebut ialah tingat kesehatan gizi masyarakat yang di capai, tingkat ekonomi masyarakat/negara yang menetukan tingkat daya beli, umur kelompok, jenis kelamin, dan kondisi fisik. Nilai RDA ini berlaku bagi rata-rata masyarakat, jadi bila hendak diterapkan bagi perorangan, harus diadakan lagi adaptasi kondisi orang tersebut, misalnya yang lebih gemuk mungkin memerlukan zat gizi yang lebih banyak, dan sebaliknya yang lebih kurus akan memerlukan zat gizi yang kurang dibandingkan dengan RDA. Tingakat kegiatan kerja juga berpengaruh terhadap RDA bagi perorangan. Nilai RDA untuk suatu negara tertentupun harus ditinjau secara periodik, karena berbagai faktor yang mempengaruhi nilai batas keamanan itu berubah pula menurut kondisi dan waktu. Sebaiknya nilai RDA ditinjau dan disesuaikan secara periodik, misalnya setiap 5-10 tahun sekali. Demikan pula daftar RDA bagi Indonesia ditinjau dan disesuaikan secara berkala, umumnya estiap 10 tahun sekali, tetapi penyesuaian terakhir dilakukan setelah 5 tahun karena kemajuan ekonomi.

2.3.4. Kecukupan Gizi

Tiap negara mempunyai standar/baku untuk untuk kebutuhan zat-zat gizi dengan menggunakan standar Food and Agricultural Organization (FAO)/Word Health Organization (WHO) sebagai acuan utama. Indonesia memiliki Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) untuk energi dan zat-zat gizi lainnya yang diperbaharui tiap 5 tahun melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (Darmojo, 2004).


(36)

Tabel 2.Asupan gizi yang dianjurkan

Asupan Gizi

Laki-Laki Perempuan

Inggris Indonesia Inggris Indonesia

75+ 60+ 75+ 60+

Energi (Kal) Protein (G) Zat besi (mg) Kalsium (mg) Vit. C (mg)

2100 53 10 500 30 2200 62 13 500 60 1900 48 10 500 30 1850 54 14 500 60

Tabel 3. Kecukupan Bahan Makanan Satu Hari (Usia 60 tahun keatas)

Dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat dunia, tentunya dibutuhkan pembangunan dan perbaikan sistem ketahanan pangan dalam sebuah negara, yang terdiri dari 5 elemen dasar, yaitu;

1) Food Availability and stability (Ketersediaan dan stabilitas pangan).

Jenis Bahan

Makanan Laki-Laki Perempuan

Nasi Lauk daging/ikan, Tempe Kalau tahu Sayur Buah Gula Minyak/santan

3 x 200 gram (3x1,5 gls blimbing)

1,5 x gls 50 gram 5 x 25 gram (1 pt kecil)

5 x 50 gram 1,5 x 100 gram (1,5 x 1 gls penuh sayur)

2 x 100 gram (1 pt sedang) 2 sendok makan (sdm)

2 sdm/1,5 gls

2 x 200 gram (2x 1,5 gls blb)

2 x 50

4 x 5 gram ( 1 pt kecil) 4 x 50 gram 1,5 x 100 gram

(1 pt sedang) 2 x 100 gram (1 pt sedang)

2 sdm 2 sdm/1,5 gls


(37)

2) Food Accessibility (Kemudahan akses dalam memperoleh atau mencukupi pangan).

3) Production and consumtion of food security (keamanan dalam produksi

dan konsumsi bahan pangan).

4) Food utilization (pemanfaatan pangan).

5) Continuitas and accessibility of food (keberlanjutan akses ketersediaan

pangan dengan usaha tani) (Lathan, 1997).

2.3.5 Masalah Gizi Lansia

Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat berbentuk KKP (kurang kalori protein) kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah melalui penampilan umum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya berat badan seorang lansia dibanding dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi lain yang banyak muncul adalah defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12. Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency dan gaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai makanan siap saji yang enak dan kaya energi. Keadaan kelebihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes melitus, dan dislipidemia (Darmojo, 2004).


(38)

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2000), bahwa tujuan khusus aksi untuk penurunan dan pencegahan masalah pangan dan gizi adalah sebagai berikut;

1) Mengembangkan wawasan penentu kebijakan masalah pangan dan gizi serta prioritas penanganannya.

2) Meningkatkan kemampuan merumuskan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program pangan dan gizi.

3) Menjaga kesinambungan program pangan dan gizi.

4) Memantapkan keterpaduan program melalui sistem pemantauan secara terus-menerus terhadap berbagai bentuk masalah pangan dan gizi.

(Pusat Studi Kebijakan Pangan dan gizi IPB dan Deptan RI, 2002).

Di usia lansia, banyak dari kalangan masyarakat dunia yang mengidap penyakit mematikan, seperti; kanker, jantung, dan diabetes. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penanganan dan konsumsi makanan. Berbagai macam toxin ditemukan secara alami dalam bahan pangan yang bersumber dari tanaman, peternakan, maupun perikanan. Pangan juga dapat terkontaminasi logam berat dan mikroba patogen, karena terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran bahan pangan dapat ditinjau dari 2 segi utama, yaitu:

1) Kandungan zat gizi, bahan pangan jadi tidak aman dikonsumsi disebabkan terjadinya kelebihan kandungan gizi, seperti; lemak, karbohidrat, protein dan natrium). Karena dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti; kanker, jantung, diabetes, berat badan berlebih (obesitas).


(39)

2) Kontaminasi, bahan pangan tidak aman dikonsumsi karena telah terkontaminasi oleh mikroorganisme dan bahan kimia, seperti; logam berat dan racun kimia.

(FAO, 1997).

Pada tabel-tabel berikut ini, disajikan berbagai jenis logam berat, dan bahan-bahan kimia yang membahayakan terhadap kesehatan jika tercemar kedalam bahan pangan, yaitu:

Tabel 4. Bahan Kimia yang Terdapat pada Bahan Pangan

NO Bahan Kimia Jenis

1. Bahan pangan tambahan

Bahan Pengawet (nitrit, senyawa sulfitasi), penambah aroma (MSG) dan pewarna. 2. Bahan kimia dari

bahan pengemas Monomer, plasticizer, bahan pencetak (tinta) 3. Bahan kimia

pertanian Insektisida, herbisida, fungisida dan fertilizer

4.

Senyawa kimia yang dihasilakan selama preparasi, prosesing, penyimpanan, dan penanganan

Hidrokarbon, produk oksida lipid, nitrosamine, polisiklik aromatik, dan mutagen dari proses pemanasan daging.

5. Kontaminan

Peralatan dalam pasca panen (Cu, Zn, Fe203), Polusi lingkungan dan industri (Hg, poly-chlorinated biphenyl atau polybrominated biphenyl).

Sumber: Winarno, (1999).

Tabel 5. Kontaminasi Logam Berat dan Efek Keracunan yang Ditimbulkan

NO Logam Berat Efek Keracunan

1. Merkuri

Merusak sistem saraf, depresi, kelelahan, lesu, sakit kepala, gangguan lambung dan usus.

2. Cadmium

Kelelahan, sakit kepala, mual, anemia, gagal ginjal, dan hilangnya indra penciuman.


(40)

3. Timah

Merusak sistem saraf, kemunduran mental, sistem pembentukan darah, ginjal, sistem reproduksi, dan sistem endokrin.

4. Alumunium Kerusakan urat saraf dan otak 5. Kobalt

Nausea, mual, anoreksia, telinga berdenging, kerusakan saraf, dan penyakit pernapasan. 6. Kromium Kerusakan ginjal dan kanker paru-paru Sumber: Winarno, (1999).

Adinugraha (2009), menjelaskan masalah gizi lansia terdiri dari: 1. Gizi Berlebih

Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaa n makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.

2. Gizi Kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.


(41)

3. Kekurangan Vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

2.3.7. Penentuan Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan refleksi dari apa yang kita makan sehari-hari. Status gizi dikatakan baik bila pola makan kita seimbang. Artinya, banyak dan jenis makanan yang kita asup harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila yang dimakan melebihi kebutuhan, tubuh akan menjadi gemuk. Sebaliknya, bila yang dimakan kurang dari yang dibutuhkan, tubuh bakal kurus dan sakit-sakitan. Kegemukan juga tidak berarti sehat karena dapat memacu timbulnya berbagai penyakit. Status gizi kurang atau status gizi lebih akan berdampak kurang baik terhadap kesehatan tubuh. Kedua keadaan yang ekstrem tersebut dinamakan status gizi salah. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain tingkat pendapatan, pengetahuan gizi yang dimiliki, serta budaya setempat (Kompas, 2008).

Departemen Kesehatan republik Indonesia mempromosikan pedoman umum gizi seimbang (PUGS), yang lebih dikenal dengan 13 pesan dasar gizi seimbang, yaitu;

1. Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam


(42)

3. Mengkonsumsi karbohidrat sebagai sumber setengah dari kebutuhan energi.

4. Batasi mengkonsumsi lemak dan minyak sampai seperampat dari kecukupan energi

5. Gunakan garam yang beryodium

6. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan (ASI Eksklusif) 8. Biasakan Makan Pagi

9. Minum air bersih, aman, dan cukup jumlahnya 10. Lakukan olah raga dan kegiatan fisik secara teratur 11. Hindari minuman beralkohol

12. Mengkonsumsi makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada bahan pangan yang dikemas. (Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 1995).

Demi pemenuhan status gizi masyarakat, maka perlu diketahui penyebab kerusakan pangan dan resikonya untuk kesehatan. Berikut ini beberapa penyebab kerusakan bahan pangan;

a) Serangga perusak bahan pangan. Makanan yang telah terkontaminasi serangga akan tercemar oleh zat kimia dan mengalami kerusakan. b) Enzim yang ada dalam bahan pangan yang bersumber dari mikroba atau

sudah ada dalam bahan pangan, akan mengalami reaksi kimia dan biokimia yang dapat merusak struktur gizi dan merusak makanan.


(43)

c) Suhu pemanasan/memasak bahan pangan akan menyebabkan rusaknya struktur gizi, terutama kandungan protein (denaturasi dan koagulasi). (Herper, deaton, and Drisked, 1985).

Berdasarkan dari laporan Food and Agricultural Organization (FAO)/ (World Healt Organization (WHO)/ United Nation Union (UNU) tahun 1985. Batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index BMI. Di Indonesia istilah BMI diterjemahkan dengan Index Mass Tubuh (IMT). IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapaiusia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2002).

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Cara menghitung IMT menggunakan rumus berikut ini:

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti Tabel 6 berikut ini:

Berat Badan (Kg) Berat Badan IMT =


(44)

Tabel 6. Kategori Ambang Batas IMT

Katagori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat ringan < 17,0 17,0 – 18,5

Normal 18,5 - 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 - 27,0 >27,0 Sumber: Supariasa (2002)

Perlu ditekankan bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena terjadinya osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebra. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI) dengan BMA (body mass-armspam) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0.81 untuk wanita dan pria dengan nilai p-0,001. Selain itu, triceps skinfold dan lingakar lengan atas tidak lagi akurat untuk menilai lemak pada lansia karena adanya perubahan distribusi lemak di dalam tubuh lansia (Darmojo, 2004).


(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN 1. Kerangka Konsep

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Ket :

: Variabel yang diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Perawatan Lansia terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi (MDR dan RDA) Karakteristik perawatan Lansia: terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia  Baik  Cukup

 Tidak baik

• Makanan yang bergizi dan seimbang

• Olah raga teratur dan sesuai

• Memeriksaan

kesehatan secara teratur


(46)

2. Definisi Konseptual dan Operasional 2.1. Definisi Konseptual

2.1.1 Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia Perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia adalah usaha dan cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga dan mempertahaingga dapat menungkatka kesehatan lansia. Adapun cara-cara tersebut adalah: memberikan makanan yang bergizi dan seimbang, olah raga teratur, pemeriksaan kesehatan yang teratur pada lansia dan rekreasi. (Versayanti, 2008).

2.2. Definisi Operasional

Tabel 7. Definisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala 1. Perawatan

Lansia Terhadap Pemenuhan Gizi 1.Memberikan makanan yang bergizi dan seimbang. 2.Olah raga teratur

Penerapan dan cara hidup sehat dalam memenuhi kebutuhan gizi lansia. 1. Makanan bergizi dan seimbang yang disediakan oleh panti yang akan dikonsumsi oleh penghuni panti.

2. Olah raga yang dilaksanakan oleh lansia di panti sesuai dengan kemampuan Tiap Sub variabel ini diukur dengan menggunakan kuesioner sebanyak 5 pernyataan yang masing-masing sub variabel terdiri dari memberikan makanan yang bergizi dan seimbang, olah raga teratur, pemeriksaan kesehatan yang teratur pada lansia dan rekreasi. Hasil dari kuesioner ini yaitu: skor 0 sampai 3. Selalu: 3 Sering: 2 Jarang: 1 Tidak Pernah: 0 Ordinal


(47)

3.Pemeriksaan kesehatan yang teratur pada lansia

4.Rekreasi

masing-masing lansia. 3. Pentingnya

pemeriksaan dan

kosultasai kesehatan yang dilakukan oleh lansia yang sudah disediakan oleh panti. 4. Kebiasaan

lansia di panti untuk menghilangk an stres.


(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai 4.2 Populasi dan Sampel

4,2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai dengan jumlah populasi 160 kepala keluarga.

4.2.2 Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini (deskriptif) tidak ditentukan. Tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purvosif sampling, yaitu suatu tehnik penetapan sample dengan cara memilih sample diantara populasi sesuai dengan kriteria yang dikehendaki penelitian. Sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria sampel yang dikehendaki adalah sebagai berikut, yaitu: 1) Lansia, yang berumur 60 sampai 80 tahun.

2) Lansia bersedia menjadi responden.

Dari data yang diperoleh ternyata populasi dalam jumlah besar, sehingga sampel yang diambil yaitu sekitar 30% dari jumlah populasi karena dianggap telah dapat mewakili, yaitu sebanyak lansia 48 orang lansia.


(49)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai, dengan pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut banyak terdapat lansia yang memiliki kriteria yang sama. Serta belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai. Selain itu, Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai merupakan institusi pemerintah, sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil data. Waktu penelitian berlangsung 5 Juli 2010 sampai 12 Juli 2010. 4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu :

1. Self Determination

Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

2. Informed Consent

Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan.


(50)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut.

4. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu kuisioner data demografi responden yang meliputi usia lansia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, pendidikan, agama, dan suku. Bagian kedua yaitu kuisioner yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi. Kuisioner ini terdiri dari 20 pertanyaan yang peneliti kembangkan dari perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi, dimana untuk mengidentifikasi makanan yang bergizi seimbang, olah raga teratur dan sesuai, memeriksa kesehatan secara teratur, dan rekreasi masing-masing terdiri dari 5 pertanyaan.

Penilaian menggunakan skala likert, dengan jawaban selalu (SL): 3, sering (SR): 2, jarang (JR): 1, tidak pernah (TP): 0. Total untuk skor yang terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 60. dengan menggunakan rumus statistic menurut Sudjana (2005), dengan rentang sebesar 60 dan terkecil 0 dibagi 3 katagori yaitu: karakteristik perawatan lansia terhadap kebutuhan gizi lansia baik,


(51)

karakteristik perawatan lansia terhadap kebutuhan gizi lansia cukup, karakteristik perawatan lansia terhadap kebutuhan gizi lansia tidak baik, maka diperoleh panjang kelas sebesar 20.

P = Rentang / Banyak kelas

Dengan P = 20, dengan nilai terendah 0 sebagai batas bawah pertama maka persepsi di kategorikan sebagai berikut :

0-20 : karakteristi tidak baik

21-40: karakteristik cukup

41-60: karakteristik baik

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau mampu mengukur apa yang diinginkan dan memiliki validitas tinggi. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas tersebut (Arikunto, 2006). Uji validitas dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Bapak Iwan Rusdi S.Kp, MNS. Bentuk uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi.


(52)

Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur. Uji reliabilitas digunakan pada item-item yang valid, tinggi rendahnya reliabiltas ditunjukan oleh suatu angka koefisien reliabilitas. Uji reliabilitas instrumen dilakukan terhadap 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel yaitu dengan uji reliabilitas internal konsitensi yaitu instrumen diuji coba sekali kemudian hasil yang diperoleh dianalisa melalui program komputerisasi dengan menggunakan formula cronbach’s alpha. Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner adalah 0,877. Berdasarkan Dempsey & Dempsey (2002), yang menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil uji lebih besar dari 0,70. Sehingga kuesioner karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ini dikatakan reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan.

Setelah mendapatkan surat izin tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, dengan terlebih dahulu meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuisioner pada calon responden. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuesioner dengan tetap didampingi oleh peneliti.


(53)

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah yaitu, memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai petunjuk (Editing). Memberikan kode tertentu pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (Coding). Dan mempermudah analisa data, pengolahan dan pengambilan kesimpulan dengan melakukan tabulasi (Tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi dan menggunakan program SPSS dengan crombach alpha. Kemudian dilakukan labelisasi variable, dimana yang akan diukur adalah frekuensi, persen, dan mean. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi ferkuensi untuk melihat karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia.

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, yang secara garis besar meliputi empat langkah yaitu: 1) Persiapan, yaitu mengecek kelengkapan identitas, kelengkapan data macam isian data, 2) Tabulasi data dengan memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberi kode terhadap item-item yang tidak di beri skor, 3) Memodifikasi data dan disesuaikan dengan teknik analisa yang digunakan, 4) Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data komputerisasi (Arikunto, 2004).

Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi dan menggunakan program SPSS dengan crombach


(54)

alpha. Kemudian dilakukan labelisasi variable, dimana yang akan diukur adalah frekuensi, persen, dan mean. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai


(55)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Pada proses pengumpulan data yang dilakukan dari tanggal 05 Juli 2010 sampai 12 Juli 2010 maka diperoleh informasi tentang karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti werdha. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti werda yang dibagi dalam dua puluh bagian pernyataan yaitu: lima dari pernyataan mengenai memberikan makanan yang bergizi dan seimbang, lima dari pernyataan mengenai olah raga teratur dan sesuai, lima pernyataan mengenai pemeriksaan kesehatan secara teratur pada lansia dan lima pernyataan mengenai rekreasi.

1.1. Karekterisktis lansia di panti werdha

Dari penelitian ini didapat hasil bahwa usia lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini yang paling banyak adalah berkisar antara 70-72 tahun (29,2%). Jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 27 orang (56,3%).Tinggi badan pada lansia paling banyak 160 cm sebanyak 9 orang (18,8%). Berat badan lansia yang paling banyak 55 kg sebanyak 7 orang (14,6%). Dalam hal tingkat pendidikan responden lebih banyak mempunyai tingkat pendidikan sampai jenjang SD yaitu 36 orang (75,0%). Pada agama didapat hasil bahwa kebanyakan dari responden penelitian ini beragama islam yaitu : 44 orang


(56)

(91,7%). Suku bangsa menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini banyak bersuku Jawa 23 orang (47,9%). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table table 8 di bawah ini.

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia di panti werdha.

Data Demografi Frekuensi Persentase(%) Usia 60-63 Tahun 64-66 Tahun 67-69 Tahun 70-72 Tahun 73-75 Tahun 76-78 Tahun 79-80 Tahun 7 10 4 14 4 7 2 14,6 20,8 8,3 29,2 8,3 14,6 4,2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 21 27 43,8 56,3 Tinggi badan

160 cm 9 18,8

Berat badan 35-50 Kg >50-60 Kg >60 kg 20 23 5 41,6 47,9 10,4


(57)

Pendidikan tidak sekolah SD SMP SLTA 8 36 2 2 16.7 75.0 4.2 4.2 Agama islam protestan katolik 44 3 1 91.7 6.3 2.1 Suku bangsa batak jawa melayu lain-lain 15 23 3 7 31.3 47.9 6.3 14.6

1.2 Karakteristik perawatan lansia terhadap makanan yang bergizi dan seimbang Hasil dari pernyataan makanan yang bergizi dan seimbang, pada pernyataan no 1, tentang kandungan makanan yang bergizi yang konsumsi lansia dalam sebulan terakhir paling banyak responden menjawab selalu yaitu 44 orang (91,7%), dan paling sedikit responden menjawab sering yaitu 4 orang (8,3%). Pada pernyataan no 2 mengenai jenis buah-buahan yang sering dimakan oleh responden ada 39 orang (81,3%) yang menjawab selalu, sedangkan yang paling sedikit menjawab jarang sebanyak 4 orang (8,3%). Pada pernyataan no 3 yang menjelaskan tentang frekuensi makan rresponden dalam sehari mayoritas


(58)

menjawab semua dengan selalu ada 48 orang (100%). Pada pernyataan 4 tentang cita rasa makanan yang diberikan pada responden paling banyak menjawab selalu 35 orang (72,9%), dan paling sedikit menjawab jarang 3 orang (6,3%). Dan pernyataan ke 5 mengenai makanan selingan, jawaban yang paling banyak dijawab adalah jarang dengan jumlah 25 orang dan paling sedikit jawaban dalah selalu 4 orang (8,3%) dan tidak pernah 4 orang (8,3%).

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap makanan yang bergizi dan seimbang

No Pernyataan

Jawaban

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah N % n % n % n % 1. Selama sebulan terakhir,

dalam sehari makanan yang disediakan untuk bapak/ibu terdiri dari karbohidrat vitamin, protein, lemak.

44 91,7 4 8,3 0 0 0 0

2. Selain sayur, bapak/ibu juga mengkonsumsi buah-buahan seperti: pisang, papaya, jeruk, atau yang lainnya.

39 81,3 5 10,4 4 8,3 0 0

3. Dalam sehari bapak/ibu makan 3 sampai 4 kali.

48 100 0 0 0 0 0 0 4. Makanan yang diberikan

tidak terlalu manis, tinggi garam dan lemak.

35 72,9 10 20,8 3 6,3 0 0

5. Disamping makanan padat, bapak/ibu juga diberikan makan selingan.


(59)

1.3 Karakteristik perawatan lansia terhadap olah raga teratur dan sesuai

Hasil pernyataan tentang olah raga secara teratur yang dilakukan oleh responden, pada pernyataan no 1 tentang jadwal olah raga untuk lansia diperoleh bahwa dari 48 responden terdapat 37 orang (77,1%) menjawab dengan jawaban tidak pernah, dan paling sedikit menjawab dengan pernyataan sering dan selalu masing-masing sebanyak 4 orang (8,3%). Pada pernyataan no 2 mengenai frekuensi olah raga yang dilakukan lansia dalam seminggu jawaban yang paling banyak adalah sering dan jarang dengan jumlah 16 orang (33,3%), dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 6 orang (12,5%). Pada pernyataan no 3 yaitu tentang kemampuan lansia dalam berolah raga, responden paling banyak menjawab selalu dengan jumlah 22 orang (45,8%), dan yang paling sedikit menjawab tidak pernah dengan jumlah 5 orang (10,4%). Untuk pernyataan no 4 mengenai jumlah waktu yang digunakan selama berolahraga pada responden, jawaban yang paling banyak menjawab selalu dengan jumlah 17 orang (35,4%), dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 9 orang (18,8%). Sedangkan untuk pernyataan ke 5 yaitu tentang kebiasaan lansia dalam berolah raga antar sesama lansia di panti werdha, jawaban yang paling banyak dijawab adalah tidak pernah dengan jumlah 26 orang (54,2) dan paling sedikit menjawab sering sebanyak 5 orang (10,4%).


(60)

Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap olah raga teratur dan seimbang

No Pernyataan

Jawaban

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah n % n % n % N % 1. Bapak/ibu mempunyai

jadwal untuk berolah raga secara rutin dan teratur.

3 6,3 3 6,3 5 10,4 37 77,1

2. Bapak/Ibu berolah raga sebanyak 2 sampai 3 kali dalam seminggu.

10 20,8 16 33,3 16 33,3 6 12,5

3. Olah raga yang Bapak/ibu lakukan sesuai dengan kemampuan Bapak/ibu.

22 45,8 9 18,8 12 25,0 5 10,4

4. Biasanya bapak/ibu mampu melakukan olah raga selama kurang lebih 30 menit.

17 35,4 10 20,8 12 25,0 9 18,8

5. Biasanya bapak/ibu berolah raga secara bersama-sama dengan teman-teman.

0 0 5 10,4 17 35,4 26 54,2

1.4 Karakteristik perawatan lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur Hasil pernyataan mengenai pemeriksaan kesehatan secara teratur, pada pernyataan no 1 yaitu tentang jadwal pemeriksaan dan konsultasi kesehatan yang dilakukan lansia, jawaban yang paling banyak adalah dengan jawaban selalu sebanyak 31 orang (64,4%), dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 3 orang (6,3%). Pada pernyataan no 2 tentang kesediaan lansia untuk melakukan


(61)

pemeriksaan kesehatan walaupun dalam keadaan tidak sakit, jawaban yang paling banyak dijawab oleh responden adalah selalu dengan jumlah 29 orang (60,4%) dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 3 orang (6,3%). Untuk pernyataan no 3 yaitu tentang kepatuhan lansia dalam melaksanakan petunjuk/saran dokter/petugas kesehatan terkait dengan kondisi kesehatannya, jawaban yang paling banyak adalah selalu dengan jumlah 34 orang (70,8%), dan yang paling sedikit menjawab tidak pernah dengan jumlah 1 orang (2,1%). Pada pernyataan mengenai keteraturan lansia dalam memeriksa kesehatan, responden paling banyak menjawab selalu dengan jumlah 31 orang (64,6%), dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang (2,1%). Dan pada pernyataan ke 5 adalah frekuensi yang dilakukan lansia dalam memeriksakan kesehatannya dalam satu bulan, responden banyak menjawab selalu dengan jumlah 30 orang (62,5%) dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang (4,2%). Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur

No Pernyataan

Jawaban

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah N % n % n % n % 1. Pemeriksaan dan konsultasi

kesehatan dilakukan secara berkala.

31 64,6 6 12,5 8 16,7 3 6,3

2. Walaupun tidak sedang sakit, bapak/ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan.

29 60,4 7 14,6 9 18,8 3 6,3

3. Petunjuk atau saran dokter ataupun petugas kesehatan


(62)

yang berhubungan dengan kondisi kesehatan bapak/ibu akan dilakukan sesuai instruksi.

4. Memeriksa kesehatan secara teratur membuat bapak/ibu merasa sehat.

31 64,6 13 27,1 3 6,3 1 2,1

5. Dalam sebulan pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal satu kali.

30 62,5 13 27,1 3 6,3 2 4,2

1.5 Karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan rekreasi lansia

Hasil pada pernyataan tentang pemenuhan rekreasi lansia di panti, pada pernyataan no 1 yaitu mengenai frekuensi rekreasi yang dilakukan lansia selama satu minggu, jawaban yang paling banyak dari responden adalah tidak pernah dengan jumlah 34 orang (64,4%), dan jawaban yang paling sedikit adalah ddengan jawaban sering sebanyak 1 orang (2,1%). Pernyataan no 2 tentang perasaan dan pikiran lansia setelah melakukan rekreasi, responden paling banyak menjawab sering dengan jumlah 19 orang (39,6%), dan paling sedikit jawaban tidak pernah dengan jumlah 6 orang (12,5%). Pada pernyataan no 3 yaitu mengenai tempat favorit yang dikunjungi lansia dalam berekreasi, jawaban yang paling banyak dijawab oleh responden adalah jarang sebanyak 31 orang (64,6%), dan yang paling sedikit menjawab selalu adalah 1 orang (2,1%). Pada pernyataan no 4 adalah tentang kesenagan lansia dalam berekreasi dialam terbuka, responden paling banyak menjawab jarang dengan jumlah 38 orang (79,2%), dan responden paling sedikit menjawab selalu sebanyak 1 orang (2,1%). Sedangkan pada


(63)

pernyataan ke 5, yaitu mengenai pilihan lansia dalam berekreasi, responden banyak menjawab sering dan jarang dengan jumlah 18 orang (37,5%) dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 4 orang (8,3%).

Tabel 12. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur

No Pernyataan

Jawaban

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah n % n % n % n % 1. Bapak/ibu berekreasi dengan

keluarga atau dengan teman-teman minimal satu kali dalam seminggu.

0 0 1 2,1 13 27,1 34 70,8

2. Setelah berekreasi, pikiran dan perasaan bapak ibu menjadi tenang.

9 18,8 19 39,6 14 29,2 6 12,5

3. Bapak /ibu pergi berekreasi ke tempat yang paling disukai.

1 2,1 4 8,3 31 64,6 12 25,0

4. Bapak/Ibu lebih senang berekreasi di alam terbuka.

1 2,1 4 8,3 38 79,2 5 10,4 5. Meskipun tidak pergi

berekreasi di luar panti, Bapak/ibu tetap dapat berekreasi di panti misalnya menonton televisi, makan bersama keluarga yang datang berkunjung.

8 16,7 18 37,5 18 37,5 4 8,3


(64)

1.6 Gambaran Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia Di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 48 orang responden terdapat 27 orang (56,3%) memiliki karakreristik pemenuhan gizi yang baik, 18 orang (37,5%) memiliki karakteristik pemenuhan gizi cukup, dan 3 orang (6,3%) memiliki karakteristik pemenuhan gizi tidak baik.

Tabel 13. Gambaran Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia Di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

Karakteristik penilaian Frekuensi Persentase (%)

Baik 27 56,3

Cukup 18 37,5

Tidak baik 3 6,3

2. Pembahasan

Dalama pembahasan akan dijabarkan mengenai karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia di panti werdha tresna abdi dharma asih binjai.

2.1 Karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia di panti werdha tresna abdi dharma asih binjai

Karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia di panti werdha tresna abdi dharma asih binjai, yang telah dibahas sebelumnya


(65)

yang baik, 18 orang (37,5%) memiliki karakteristik pemenuhan gizi cukup, dan 3 orang (6,3%) memiliki karakteristik pemenuhan gizi tidak baik. Dari hasil persentase yang didapat di atas menunjukkan bahwa persentase karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia dalam keadaan baik. Hal ini sejalan dengan fungsi sebuah panti jompo, yang merupakan suatu institusi hunian bersama dari pada lanjut usia dari para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni termasuk juga kebutuhan makanannya telah diatur sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi lansia.(Darmojo & Martono, 1999).

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat (Versayanti, 2008). Pemenuhan gizi yang adekuat juga turut membantu lansia dalam menjaga dan meningkatkan kualitas hidup lansia baik pada kondisik fisik ataupun psikis lansia tersebut, dari data yang diperoleh peneliti dimana dari 48 orang responden lansia sebagian besar berusia >70 tahun yakni sebanyak 27 orang, pengaruh dari pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat pada kehidupan lansia yaitu tingginya keikutsertaan lansia dalam memeriksa kesehatannya, baik dalam kondisi sakit ataupun tidak, data yang diperoleh yaitu sebagian besar lansia yang menjadi respoden dalam penelitian secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.


(66)

Pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi para lanjut usia perlu di penuhi secara edukatif, karena merupakan kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam tubuh dan guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia lanjut.


(67)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil yang diperoleh dalam penelitian karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti werdha tresna abdi dharma asih binjai adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa mayoritas responden/lansia berusia 70-72 tahun (n=14, 29,2%), paling banyak berjenis kelamin perempuan (n=27, 56,3%).

2. Mayoritas responden memiki tinggi badan 160 cm (n=9, 18,8%), dan berat badan 55 kg (n=7, 14,6%).

3. Mayoritas responden beragama islam (n= 44, 91,7%), dan bersuku jawa (n=23, 47,9%).

4. Pada tingkat pendidikan mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan SD (n=36, 75,0%).

5. Pada karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia mayoritas lansia memiliki karakteristik baik dengan jumlah 27


(68)

orang (56,3%), karakteristik cukup berjumlah 18 orang (37,5%), dan yang memilikai karakteristik tidak baik berjumlah 3 orang (6,3%).

6. Melihat hasil dari penelitian diatas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang baik terhadap pemenuhan kebutuhan gizinya.

2. Saran

2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti werdha, oleh karena itu diharapkan bagi pelayanan keperawatan khususnya di bidang keperawatan gerontik dan keperawatan komunitas dapat lebih optimal dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah gizi lansia khususnya di panti werdha.

2.2 Bagi Penelitian Berikutnya

Penelitian ini dilakukan pada lansia yang dirawat di dalam panti, untuk itu peneliti menyarankan kepada peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian pada lansia yang perawatannya di lakukan di rumah atau oleh keluarga sendiri, untuk melihat apakah ada perbedaan perawatan lansia dip anti dengan perawatan lansia dirumah.


(1)

Lampiran 4 JADWAL PENELITIAN

No

. Aktivitas Penelitian

September 2009 Oktober 2009 Desember 2009 Januari 2010 Mei 2010 Juli 2010 Agustus 2010 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan judul penelitian

dan menyusun Bab 1 2 Menyusun Bab 2 3 Menyusun Bab 3 4 Menyusun Bab 4 5 Menyerahkan Proposal Penelitian

6

Mengajukan sidang proposal

penelitian 7 Revisi proposal penelitian 8 Pengumpulan data responden 9 Analisa data 10 Penyusunan laporan/skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi


(2)

13 Revisi skripsi 14 Mengumpulkan skripsi

Diketahui oleh,

Dosen Pembimbing

Ismayadi S,Kep Ns


(3)

Lampiran 5

Rencana Anggaran Biaya Penelitian

1. Persiapan Proposal

- Biaya rental dan print proposal Rp. 80.000,-

- Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 90.000,-

- Perbanyak Proposal Rp. 150.000,-

- Biaya Internet Rp. 50.000,-

- Sidang Proposal Rp. 45.000,-

- CD Rp. 10.000,-

2. Pengumpulan Data

- Izin Penelitian Rp. 100.000,-

- Transportasi Rp. 120.000,-

- Penggandaan Kuesioner & Persetujuan Penelitian Rp. 100.000,-

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan

- Biaya rental dan print laporan Rp. 100.000,-

- CD Rp. 10.000,-


(4)

- Sidang Meja Hijau (Skripsi) Rp. 150.000,-

5. Biaya Tak Terduga Rp. 200.000,-


(5)

Lampiran 7

CURICULLUM VITAE

Nama : Oriza Sativa

Tempat Tanggal Lahir : Sinabang, 14 Februari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Tani No.100 Pangkalan Mansyur Medan Johor

Riwayat Pendidikan :

1. Pada tahun 1992-1993, TK di TK PERTIWI Sinabang

2. Pada tahun 1993-1999, Sekolah Dasar di SD Negeri No 4 Sinabang 3. Pada tahun 1999-2002. Pendidikan Tingkat Menengah Pertama di SLTP

Negeri 1 Sinabang

4. Pada tahun 2002-2005, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Sinabang 5. Pada Tahun 2005, Pendidikan Sarjana di Fakultas Keperawatan, Universitas

Sumatera Utara, Medan (Sekarang)

Pengalaman organisasi :

1. Pada tahun 2000-2001, sebagai Ketua OSIS SLTP N 1 Sinabang 2. Pada tahun 2003-2004, sebagai Sekretaris OSIS SMA N 1 Sinabang 3. Pada tahun 2002-2003, sebagai Bendahara ROHIS SMA N 1 Sinabang


(6)

Universitas Sumatera Utara.

5. Pada tahun 2006-2007, sebagai staf Perdagangan KSBM USU

6. Pada tahun 2007-2008, sebagai Bendahara HIMIK Keperawatan USU 7. Pada tahun 2007-2008, sebagai MG Perdagangan KSBM USU