Evaluasi Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok (Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung)
1 EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK
(Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Administrasi Negara OLEH
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
WINDI NUANSARI PAULINA SITOHANG 100903051
(2)
2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:
Nama : Windi Nuansari Paulina Sitohang NIM : 100903051
Departemen : IlmuAdministrasi Negara
Judul : Evaluasi Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok (Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung)
Medan, 06 Juni 2014
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Negara
Drs. M. RidwanRangkuti, M.S Drs. M. HusniThamrinNasution, M.Si NIP. 196110041986011001 NIP. 196401081991021001
Dekan FISIP USU
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002
(3)
i KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya penulis telah diberikan kesehatan, semangat dan ketekunan selama masa penyelesaian skripsi yang berjudul “Evaluasi Dampak Kebijakan pemerintah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok (Studi Tentang Program Raskin di Kecamatan Medan Tembung)”. Adapun penulisan skripsi ini ialah sebagai syarat guna menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Sebagai suatu karya ilmiah, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, semangat dan dorongan, baik itu secara moral maupun secara materil dari berbagai pihak.Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini saya dedikasikan untuk semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu :
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara , Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si.
2. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution,M.Si.
3. Kepada Ibu Elita Dewi,M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.
4. Kepada Bapak Drs.M.Ridwan Rangkuti,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan yang membangun dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan banyak ilmu selama perkuliahan.
6. Staff administrasi di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, terkhusus untuk Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi.
7. Ibu Rosida Simatupang, SH dan Bapak Drs. Supiyanto selaku Kepala Bidang Perekonomian Kelurahan Indrakasih dan Sidorejo hilir yang telah bersedia meluangkan waktu dan banyak memberikan informasi kepada penulis untuk keperluan penyusunan skripsi ini.
(4)
ii 8. Bapak Budianto Turnip yang telah banyak membantu penulis dalam
memberikan informasi dan data selama penyusunan skripsi
9. Staf Kantor Camat Medan Tembung yang sudah membantu dalam keperluan administrasi penulis guna sampai ke Kelurahan melakukan penelitian
10. Kedua orang tua yang saya cintai Bapak Drs. M. Sitohang dan Ibu L. Sinaga, terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua doa, nasehat dan dukungan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang kalian berikan, terima kasih untuk pengorbanan kalian yang tiada habisnya. Doa kalian yang mengantarku ke jalan kesuksesan (Aminnn). Semoga selalu diberikan kesehatan dan perlindungan dari Tuhan Yesus Kristus.
11. Abangku Zippo Sitohang dan adik-adikku Jordi Sitohang, Charly Sitohang, Govin Sitohang, terima kasih untuk dukungan kalian selama ini dalam hal apapun dan semoga kita semua dapat meraih impian dan cita-cita kita (Aminnn).
12. Sahabat-sahabat yang saya kasihi; Chyntia (gembong 1), Bernad (gembong 3), Hanna (gembong 4), Lasma (si mas gondrong :p), Benny (Ajudan pak *tiitttt*), Atika (gelleng 1), Reina (gelleng 2), Meylan (kawan awak hanyut :D). Terima kasih untuk hari-hari yang telah kita lalui bersama. Terima kasih untuk semua bantuan, dukungan, saran, masukan, semangat, doa, tawa, canda, suka, dan duka. Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini ( I love u Full :*)
13. Seluruh teman-teman Magang kelompok Desa Lau Damak dan Seluruh AN 2010 yang selalu menemani penulis dalam masa perkuliahan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan kita setiap harinya, terima kasih untuk semuanya. Sukses buat stambuk 2010 “AN Satu AN Jaya”.
Medan, Juni 2014 Penulis,
(5)
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Rumusan Masalah ... 5
I.3 Tujuan Penelitian ... 6
I.4 Manfaat Penelitian ... 6
I.5 Kerangka Teori ... 6
I.5.1 Kebijakan Publik ... 7
I.5.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 7
I.5.1.2 Proses Kebijakan Publik ... 9
I.5.2 Evaluasi Kebijakan ... 13
I.5.2.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan ... 13
I.5.2.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi ... 14
I.5.2.3 Tipe atau Model Evaluasi ... 16
I.5.2.4 Pendekatan Evaluasi ... 21
I.5.2.5 Model Evaluasi yang Digunakan peneliti ... 21
I.5.2.6. Indikator Evaluasi ... 22
I.5.3 Kebutuhan ... 23
(6)
iv
I.5.4.1 Pengertian Raskin ... 25
I.5.4.2 Tujuan dan Sasaran Program Raskin ... 27
I.5.4.3 Penentuan Pagu ... 28
I.5.4.4 Pengelolaan dan Pengorganisasian ... 28
I.5.4.5. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan ... 30
I.5.4.6. Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan ... 31
I.5.4.7 Satuan Kerja Raskin ... 32
I.5.4.8 Mekanisme Distribusi Raskin ... 34
I.5.4.9 Pembiayaan Operasional ... 35
I.6 Definisi Konsep ... 36
I.7 Sistematika Penulisan ... 38
BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian ... 39
II.2 Lokasi Penelitian ... 39
II.3 Informan Penelitian ... 41
II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42
II.5 Teknik Analisa Data ... 43
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1 Kota Medan ... 45
III.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 45
III.1.1.1 Kondisi Demografi ... 46
III.1.1.2 Kondisi Sosial Budaya ... 46
III.1.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Medan ... 47
(7)
v
III.2.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung... 49
III.2.1.1 Kondisi Demografi ... 50
III.2.1.2 Kondisi Sosial Budaya ... 54
III.2.1.3 Sarana dan Prasarana …... 55
III.2.2. Pemerintahan Kecamatan Medan Tembung ... 56
III.3 Kelurahan Indrakasih ... 57
III.3.1 Gambaran Umum Kelurahan Indrakasih. ... 57
III.3.1.1 Kondisi Demografi ... 57
III.3.1.2 Kondisi Sosial Budaya ……... ... 60
III.3.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Indrakasih ... 61
III.4 Kelurahan Sidorejo Hilir ... 61
III.4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sidorejo Hilir ... 61
III.3.1.1 Kondisi Demografi ... 62
III.3.1.2 Kondisi Sosial Budaya ... 63
III.3.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Sidorejo Hillir. ... 63
BAB IV PENYAJIAN DATA IV.1 Data Kuesioner ... 65
IV.1.1 Deskripsi Identitas Responden ... 65
IV.1.2 Deskripsi Indikator Penelitian ... 72
IV.2 Deskripsi Hasil Wawancara ... 96
(8)
vi BAB V ANALISA DATA
V.1 Evaluasi Dampak Program Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin)
di Kecamatan Medan Tembung ... 116 V.2. Analisis Indikator Evaluasi ... 122 BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan ... 142 VI.2 Saran ... 147 DAFTAR PUSTAKA ... 149 LAMPIRAN
(9)
vii DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kelurahan di Kecamatan Medan Tembung Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Tembung Tabel 3. Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Tembung
Menurut Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2011 Tabel 4. Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Tembung
Menurut Mata PencaharianTahun 2011
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Tembung dirinci Menurut Agama yang Dianut Tahun 2011
Tabel 6. Pelayanan Umum Tabel 7. Pendidikan Tabel 8. Perdagangan
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kelurahan Indrakasih
Tabel 10. Komposisi Penduduk Kelurahan Indrakasih Menurut Mata PencaharianTahun 2012
Tabel 11. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir Menurut Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 12. Distribusi Data Responden Berdasarkan jenis Kelamin Tabel 13. Distribusi Data Responden Berdasarkan Usia
Tabel 14. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 15. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 16. Distribusi Data Responden Berdasarkan Penghasilan
(10)
viii Tabel 17. Distribusi Data Responden Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga
Tabel 18. Distribusi Data Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Penerima Manfaat
Tabel 19. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tanggapan Terkait Adanya Program Raskin
Tabel 20. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Aparatur Kelurahan Dalam Pembagian Raskin Kepada Masyarakat Tabel 21. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sosialisasi
(Komunikasi) Yang Dilakukan Aparatur Kelurahan Kepada Masyarakat Terkait Program Raskin
Tabel 22. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Raskin Yang Dibagikan
Tabel 23. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Harga TebuRaskin
Tabel 24. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ada Tidaknya Pungutan Tambahan Yang Pernah Dibebankan Kepada Masyarakat Ketika Menebus Raskin
Tabel 25. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Ketergantungan Terhadap Raskin Dalam Memenuhi Kebutuhan Beras Rumah Tangga Sehari-hari
Tabel 26. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Raskin Yang Disalurkan Sebesar 15 Kg/Bulan
Tabel 27. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Raskin Mencukupi Kebutuhan Pangan Rumah Tangga
(11)
ix Tabel 28. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan
Raskin Dalam Mengurangi Beban Pengeluaran Rumah Tangga
Tabel 29. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ada Tidaknya Penerima Raskin Yang Tidak Terdaftar Sebagai Rumah Tangga Sasaran
Tabel 30. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Kelompok/Individu Yang lebih Diutamakan Ketika Membagi Raskin
Tabel 31. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah
Perbedaan Jumlah dan Harga Raskin Yang Ditebus Antara Warga Satu Dengan Warga Lainnya
Tabel 32. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Terhadap Program Raskin
Tabel 33. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Terhadap Kinerja Aparatur Pelaksana Raskin Dalam Hal Pendistribusian Raskin
Tabel 34. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan
Pendataan Yang Dilakukan BPS Terkait Penerima Manfaat Raskin
Tabel 35. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ada Tidaknya Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) Sebagai Wadah Untuk Menampung Setiap Saran Dari Warga Terkait Program Raskin
Tabel 36. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemanfaatan Program Raskin
(12)
x Tabel 37. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesesuaian
Jumlah Raskin Yang Ditebus Dengan yang Telah Ditetapkan Yakni 15 Kg/Bulan
Tabel 38. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesesuaian Harga Tebus Raskin Yakni Rp1600,-/Kg
Tabel 39. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ada Tidaknya Penerima Raskin Di Kecamatan Medan Tembung yang Tidak Tepat Sasaran ( Tidak tepat ke Masyarakat Yang Seharusnya Lebih Berhak Menerima)
Tabel 40. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketepatan Waktu Pembagian Raskin Tiap Bulan
Tabel 41. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ada Tidaknya Responden Mengalami Peningkatan Kesejahteraan Tabel 42. Data Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Beserta
Jumlah Pagu Raskin di Kota Medan Tahun 2012
Tabel 43. Data Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Beserta Jumlah Pagu Raskin di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013
(13)
xi DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kebijakan Sebagai Suatu Proses
Gambar 2. Model Evaluasi Menurut Finsterbusch dan Motz Gambar 3. Skema Area Cluster Sampling
Gambar 4. Kartu Tebus Raskin Gambar 5. Raskin
(14)
xii DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi 2. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing 3. Undangan Seminar
4. Jadwal Seminar
5. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal 6. Berita Acara
7. Surat Izin Pra Penelitian dari FISIP USU 8. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU
9. Surat Rekomendasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan 10.Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Medan Tembung
11.Pedoman Wawancara dan Transkip Hasil Wawancara Lengkap 12.Daftar Kuesioner
(15)
xiii
ABSTRAK
EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK
(Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung) Nama : Windi Nuansari Paulina Sitohang
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Sumatera Utara (USU) Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M,S
Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) merupakan sebuah program dari pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kg/Rumah Tangga/bulan dengan masing-masing seharga Rp 1600,00 per kg (netto) di titik distribusi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan masyarakat miskin. Kecamatan Medan Tembung sendiri merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan jatah raskin.Penelitian ini sendiri ditujukan untuk mengevaluasi bagaimana dampak yang terjadi setelah dilaksanakannya program Raskin dalam upaya pemenuhan kebutuhan Pangan Pokok Masyarakat miskin di Kecamatan Medan Tembung.
Dalam penelitian ini, metodologi penelitian yang dipergunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis kualitatif, dengan maksud untuk memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan. Informan kunci penelitian ialah Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Kecamatan Medan Tembung, Kepala Seksi Pembangunan Kelurahan Indrakasih dan Kelurahan Sidorejo Hilir, sedangkan informan utama adalah 60 orang responden yang telah mengisi kuesioner penelitian.
Kesimpulan penelitian ini adalah program raskin di Kecamatan Medan Tembung memang sudah berjalan dengan baik di titik distribusi, adanya good will pemerintah yang menjalankan program ini sudah baik, namun masih kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin karena masih banyaknya ditemukan kendala-kendala yang mengurangi manfaat raskin bagi masyarakat seperti jadwal turunnya raskin yang sering terlambat dan koordinasi yang kurang dari pihak BPS dengan kelurahan, dll. Untuk kedepannya diharapkan agar masalah utama raskin dapat segera diatasi agar nilai manfaat raskin dapat lebih dirasakan oleh masyarakat.
Kata Kunci (Keywords) : Evaluasi Dampak, Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin), Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok
(16)
xiii
ABSTRAK
EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK
(Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung) Nama : Windi Nuansari Paulina Sitohang
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Sumatera Utara (USU) Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M,S
Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) merupakan sebuah program dari pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kg/Rumah Tangga/bulan dengan masing-masing seharga Rp 1600,00 per kg (netto) di titik distribusi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan masyarakat miskin. Kecamatan Medan Tembung sendiri merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan jatah raskin.Penelitian ini sendiri ditujukan untuk mengevaluasi bagaimana dampak yang terjadi setelah dilaksanakannya program Raskin dalam upaya pemenuhan kebutuhan Pangan Pokok Masyarakat miskin di Kecamatan Medan Tembung.
Dalam penelitian ini, metodologi penelitian yang dipergunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis kualitatif, dengan maksud untuk memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan. Informan kunci penelitian ialah Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Kecamatan Medan Tembung, Kepala Seksi Pembangunan Kelurahan Indrakasih dan Kelurahan Sidorejo Hilir, sedangkan informan utama adalah 60 orang responden yang telah mengisi kuesioner penelitian.
Kesimpulan penelitian ini adalah program raskin di Kecamatan Medan Tembung memang sudah berjalan dengan baik di titik distribusi, adanya good will pemerintah yang menjalankan program ini sudah baik, namun masih kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin karena masih banyaknya ditemukan kendala-kendala yang mengurangi manfaat raskin bagi masyarakat seperti jadwal turunnya raskin yang sering terlambat dan koordinasi yang kurang dari pihak BPS dengan kelurahan, dll. Untuk kedepannya diharapkan agar masalah utama raskin dapat segera diatasi agar nilai manfaat raskin dapat lebih dirasakan oleh masyarakat.
Kata Kunci (Keywords) : Evaluasi Dampak, Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin), Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok
(17)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah klasik di berbagai negara, khususnya negara-negara berkembang.Kata kemiskinan diartikan sebagai kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan manusia secara material seolah-olah kemiskinan ini sendiri hanya memiliki arti yang terbatas.Persoalan kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks.BAPPENAS mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau kelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ait bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindakan kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.
Berdasarkan data BPS jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga Maret 2013 mengalami penurunan sebesar 0,52 juta orang dibanding September 2012 (www. investor.co.id). Penurunan jumlah penduduk miskin ini terjadi karena masyarakat Indonesia sudah mengalami peningkatan pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan kepala BPS, Suryamin sebagai berikut:
“jumlah penduduk miskin hingga Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang. Adapun pada September 2012 turun menjadi 28,59 juta orang, sementara pada Maret 2013 kembali turun menjadi 28,07 juta orang. Jumlah penduduk miskin ini sudah mengalami penurunan, meski tipis.Ini disebabkan karena pendapatan masyarakat sudah mulai meningkat," kata Suryamin saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (1/7/2013).
(18)
2 Suryamin menambahkan, jumlah penduduk miskin hingga September 2012 untuk di perkotaan mencapai 10,51 juta orang, sementara di pedesaan mencapai 18,08 juta orang. Adapun jumlah penduduk miskin hingga Maret 2013 untuk di perkotaan sebesar 10,33 juta orang, sedangkan di pedesaan mencapai 17,74 juta orang. Oleh karenanya, perubahan jumlah penduduk miskin untuk di perkotaan menurun sekitar 180.000 orang, dan di pedesaan menurun 340.000 orang,"
Melihat dari kutipan tersebut, kemiskinan memang mengalami penurunan, namun dalam hal ini pemerintah Indonesia belum bisa dikatakan berhasil dalam menanggulanginya karena masih banyak sekali contoh kasus kemiskinan yang dapat dengan mudah kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Untuk meminimalisir hal tersebut pemerintah selalu berusaha untuk membentuk suatu program yang efektif dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Adapun program kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dibentuk pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono mencakup ke dalam 3 klaster, yaitu:
1. Klaster I : meliputi Program Keluarga Harapan (PKH), Program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dan Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
2. Klaster II : meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja/Padat Karya Produktif
3. Klaster III : meliputi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Usaha Bersama (KUBE)
Salah satu program yang cukup penting ialah program Beras Untuk Masyarakat Miskin atau biasa disebut (RASKIN).Instruksi presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang kebijakan perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala
(19)
3 Lembaga Pemerintah Non Departermen tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus Perum Bulog diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan yang penyediaannya mengutamakan pengadaan beras dan gabah dalam negeri.
Program RASKIN adalah sebuah program yang dilaksanakan di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 tahun 2003 dan Nomor: PKK-12/07/2003, yang melibatkan instansi terkait, pemerintah daerah dan masyarakat.BPS mencatat pada tahun 2013 terdapat sebanyak 15.530.897 Rumah Tangga Sasaran – Penerima Manfaat (RTS-PM) yang menerima raskin .Adapun program RASKIN ini bertujuan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15kg/Rumah Tangga Miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp1.600/kg (netto) di titik distribusi.Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi dipegang oleh Perum Bulog bertujuan baik.Namun, dalam pelaksanaannya masih kurang memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sehingga walaupun telah menjadi program
(20)
4 tahunan pemerintah, raskin ini sendiri masih belum mampu menjawab kebutuhan pemenuhan pangan pokok masyarakat Indonesia (dalam hal ini beras).Banyak kekurangan/kelemahan dalam program ini salah satunya ialah salah sasaran karena kurangnya koordinasi antara pemerintah provinsi dengan kota-kecamatan-desa/kelurahan yang menyebabkan keusangan data mengenai jumlah warga miskin.Kemudian persolan tepat guna apakah program ini memang merupakan program yang tepat untuk menjawab kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin melihat jatah yang ditetapkan pemerintah kepada tiap rumah tangga miskin yang maksimal 15kg/bulan.Dengan jatah ini, bagaimana kebutuhan pangan masyarakat miskin dapat tercukupi mengingat semakin tingginya harga kebutuhan pangan pokok dipasaran.Itupun jika jatah beras dapat diberikan maksimal, bagaimana jika kurang dari jatah maksimal.Kemudian menyangkut kualitas beras.Hal ini merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan karena bagaimanapun masyarakat merupakan insan manusia yang harusnya mendapatkan pangan yang layak.Namun, dalam kenyataannya tidak jarang ditemukan kulitas beras yang rendah bahkan ada beras yang berkutu yang diberikan kepada warga.Kemudian, alokasi biaya. Dengan adanya program raskin ini seharusnya dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan lainnya dengan mengalokasikan dana yang seharusnya untuk kebutuhan pangan menjadi dana untuk memenuhi kebutuhan penting lain yang menyangkut hidupnya dan bukan sama sekali tidak ada perbaikan kondisi hidup masyarakat seperti yang banyak terlihat sekarang ini. Beberapa hal di atas dapat menggambarkan bagaimana kelemahan-kelemahan yang terjadi dan masih banyak lagi kelemahan-kelemahan lainnya yang membuat
(21)
5 program ini masih perlu mendapatkan peninjauan guna perbaikan yang membawa perubahan pada kualitas hidup masyarakat.
Fakta tentang masih banyaknya terdapat kekurangan/kelemahan dalam kebijakan program beras RASKIN ini kepada masyarakat juga terjadi di Kecamatan Medan Tembung.Sebagai daerah dengan jumlah penduduk miskin yang masih tergolong tinggi, Kecamatan Medan Tembung termasuk daerah yang menjadi target penyaluran Raskin.Dikarenakan masih adanya kelemahan-kelemahan seperti yang telah dijelaskan di atas membuat penulis merasa tertarik mengadakan penelitian seputar Program RASKIN dengan mengangkat judul “EvaluasiDampak Kebijakan Pemerintah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok Masyarakat Miskin (Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana dampak dari pelaksanaan Program RASKIN (Beras Untuk Masyarakat Miskin) di Kecamatan Medan Tembung?”
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung
(22)
6 2. Untuk mengetahui bagaimana manfaat yang dirasakan masyarakat dengan
adaqnya program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung
1.4.Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
2. Bagi penulis, guna menambah wawasan tentang program raskin yang dilakukan oleh pemerintah dan nilai kemanfaatannya bagi masyarakat 3. Bagi intansi terkait, sebagai bahan masukan dalam menjalankan program
raskin di wilayahnya
4. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti program raskin selanjutnya
1.5.Kerangka Teori
Dalam melakukan penelitian dibutuhkan kerangka penelitian, yaitu pedoman dasar berfikir untuk memudahkan penelitian. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih ( Nawawi: 400 ).1
Menyusun teori diartikan sebagaiserangkaian konsep, defenisi, proposisi yang saling berkaitan dan tujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu
1
(23)
7 fenomena.Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis mengemukakan beberapa teori yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian ini.
1.5.1.Kebijakan Publik
1.5.1.1. Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan merupakan terjemahan dari kata Policy yang berasal dari bahasa Inggris.Kata Policy yang diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan atau pernyataan mengenai tujuan-tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu pemerintahan, partai politik, dan lain-lain.menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan dapat diartikan sebgai rangkaian konsep dan asa yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Sedangkan pengertian public itu sendiri bisa diartikan sebagai umum, masyarakat ataupun Negara.
Menurut Thomas R. Dye (1981) dalam Winarno (2002), kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan.2
2
Budi, Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo
Namun para ahli menganggap pengertian ini belum bisa mendefinisikan kebijakan publik dengan rinci. Banyak para ahli yang mencoba untuk mendefinisikan pengertian kebijakan publik dengan lebih luas. Menurut Easton (1969) dalam Hessel N. Tangkilisan (2003) kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari
(24)
8 sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.3
1.5.1.2. Proses Kebijakan Publik
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang dirumuskan dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga lain yang mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat.Jadi pada dasarnya kebijakan publik berorientasi pada pemecahan masalah riil yang terjadi di tengah masyarakat.
Kebijakan dalam konteks program biasanya mencakup serangkaian kegiatan yang menyangkut pengesahan/legislasi, pengorganisasian, daan pengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Program itu sendiri memiliki ruang lingkup yang relative khusus dan cukup jelas batas-batasnya.Program-program dipandang sebagai sarana (instrument) untuk mewujudkan berbagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah.
Adapun kebijakan publik memliki tahap-tahap yang cukup kompleks karena memiliki banyak proses dan variabel yang harus dikaji. Menurut William N. Dunn (1994) tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut:4
1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
3
Hessel Nogi Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI
4
William N Dunn. (1994), Public Policy Analysis: An Introduction, Prentice-Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey
(25)
9 Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakanq publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah.
Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut Dunn, isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber, 1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:
1. telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius;
2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis jika tidak dilakukan pemunculan kebijakan oleh pejabat berwenang;
(26)
10 3. menjangkau dampak yang amat luas ;
4. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ; 5. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi
mudah dirasakan kehadirannya)
6. Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.
Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.
2. Formulasi kebijakan (Policy Formulation)
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh
(27)
11 kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang mendukung.Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.
4. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
Suatu Program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya financial dan manusia.
Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi mendapat dukungan para pelaksana, namun, beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana
5. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar
(28)
12 untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
1.5.2. Evaluasi kebijakan
1.5.2.1. Pengertian Evaluasi kebijakan
Menurut Subarsono (2005), evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.5Sedangkan Jones (1997) menyatakan bahwa evaluasi suatu kebijakan public berarti dilakukan peninjauan ulang untuk mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan.pertanyaan mendasar yang muncul pada proses dilakukannya evaluasi kebijakan, yaitu: apakah akibat-akibat itu memang diinginkan, bagaimana hasilnya, respon yang muncul dari berbagai kelompok masyarakat, bagaimana lokasi dan kondisi di lapangan, bagaimana dukungan perundang-undangannya, bagaimana sikap dari kelompok-kelompok yang ada.6
Menurut James Lester dan Joseph Stewart (2000), evaluasi kebijakan ditujukan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakn public yang telah dijalankan meraih dampak yang
Jika dilihat dari proses tahapan kebijakan publik maka evaluasi adalah tahap akhir dalam tahapan kebijakan, namun pendapat beberapa ahli sering menyatakan bahwa evaluasi bukanlah proses akhir dalam tahapan kebijakan. evaluasi dilakukan karena tidak semua program kebiijakan public meraih hasil yang diinginkan.
5
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
6
(29)
13 diinginkan.lebih lanjutnya, evaluasi mereka bedakan ke dalam dua tugas yang berbeda, yaitu:7
1. Menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Tugas ini merujuk pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan atau tidak. Bila tidak, faktor-faktor apa yang menjadi penyebabnya.
2. Menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standart atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas ini berkaitan erat dengan tugas pertama. Setelah kita mengetahui konsekuensi-konsekuensi kebijakan melalui penggambaran dampak kebijakan publik, maka kita dapat mengetahui apakah program kebijakan yang dijalankan sesuai atau tidak dengan dampak yang diinginkan.
Berdasarkan seluruh pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk menilai dan mengukur tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau program secara objektif melalui standar pengukuranyang telah ditetapkan
1.5.2.2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Tujuan Evaluasi
Menurut William N. Dunn (1994), evaluasi memiliki beberapa tujuan yang dirinci sebagai berikut:8
7
Budi, Winarno. Op. cit. Hal 165
8
William N Dunn. (1994), Public Policy Analysis: An Introduction, Prentice-Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey
(30)
14 1. Mengukur efek suatu program/kebijakan pada kehidupan masyarakat
dengan membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah adanya program tersebut. Mengukur efek menunjuk pada perlunya metodologi penelitian. Sedang membandingkan efek dengan tujuan mengharuskan penggunaan kriteria untuk mengukur keberhasilan
2. Memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan dan menilai kesesuaian dan perubahan program dengan rencana
3. Memberikan umpan balik bagi manajemen dalam rangka perbaikan/ penyempurnaan implementasi
4. Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program di masa datang
Gambar 1. Kebijakan Sebagai Suatu Proses
Input Proses Ouput Outcome Dampak
Umpan Balik
Fungsi Evaluasi
Evaluasi kebijakan berfungsi untuk memenuhi akuntabilitas publik, karenanya sebuah kajian evaluasi harus mampu memenuhi esensi akuntabilitas tersebut, yakni:
(31)
15 1. Memberikan Eksplanasi yang logis atas realitas pelaksanaan sebuah
program/kebijakan. Untuk itu dalam studi evaluasi perlu dilakukan penelitian/kajian tentang hubungan kausal atau sebab akibat
2. Mengukur Kepatuhan, yakni mampu melihat kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan
3. Melakukan Auditing untuk melihat apakah output kebijakan sampai pada sasaran yang dituju. Apakah ada kebocoran dan penyimpangan pada penggunaan anggaran, apakah ada penyimpangan tujuan program, dan pada pelaksanaan program
4. Akunting untuk melihat dan mengukur akibat sosial ekonomi dari kebijakan. Misalnya seberapa jauh program yang dimaksud mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, adakah dampak yang ditimbulkan telah sesuai dengan yang diharapkan, adakah dampak yang tak diharapkan.
1.5.2.3. Tipe atau Model Evaluasi
Sugiyono (1998) menyebutkan ada dua tipe evaluasi yaitu:9
1. Evaluasi Proses (Formative Evaluation), adalah penilaian terhadap proses dari program. Evaluasi proses sering disebut juga dengan evaluasi implementasi. Evaluasi ini memiliki konsekuensi berupa output. Output adalah barang, jasa, atau fasilitas lain yang diterima oleh sekelompok masyarakat tertentu, baik kelompok sasaran maupun kelompok lain yang tidak dimaksudkan untuk disentuh oleh kebijakan. output biasanya berupa dampak jangka pendek. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai tingkat
9
Skripsi SatrianaMaraya. 2011. Evaluasi Penyelenggaraan Program Pelatihan Reguler di
UPTP Balai Latihan Kerja Industri Makassar Periode 2010. Makassar: Universitas
(32)
16 kepatuhan pelaksana atas standart aturan. Umumnya evaluasi ini lebih bersifat kualitatif dan menggunakan model-model implementasi beserta varibelnya
2. Evaluasi Dampak (Summative Evaluation), adalah penilaian dampak dari suatu program (outcomes). Bisa dilakukan sebelum diimplementasikan (sering disebut analisis, estimasi, prediksi atau perkiraan) atau sesudah diimplementasikan.
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran (baik akibat yang diharapkan atau tidak diharapkan), dan akibat tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran (impact). Konsekuensi kebijakan berupa dampak yang ditimbulkan rentetan aktivitas input, proses, dan output kebijakn. Umumnya perubahan kondisi fisik dan social jangka panjanglah yang menjadi output evaluasi dampak. Evaluasi dampak dapat menggunakan pendekatan deskriptif dan eksplanatif
Adapun evaluasi dampak dilakukan untuk melihat berbagai hal, yaitu:
1. Menentukan apakah program telah membawa dampak yang diinginkan terhadap individu, rumah tangga, dan lembaga
2. Membandingkan sebelum dan sesudah program diimplememtasikan
3. Membandingkan satu kelompok yang menjadi subjek intervensi dengan kelompok lain yang tidak terintervensi
4. Mengeksplor akibat yang tidak diperkirakan baik positif maupun negatifnya
(33)
17 6. Permasalahan yang disoroti pada bagaimana program mempengaruhi
peserta program dan apakah perbaikan kondisi peserta program betul-betul disebabkan oleh program ataukah faktor lain
Adapundimensi dampak yang dikaji dalam evaluasi kebijakan ini meliputi:
a. Waktu.
Dimensi waktu ini penting diperhitungkan karena kebijakan dapat memberikan dampak yang panjang, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang.Semakin lama periode evaluasi waktu semakin sulit mengukur dampak, sebab :
1. Hubungan kausalitas antara program dengan kebijakan semakin kabur,
2. Pengaruh faktor-faktor lain yang harus dijelaskan juga semakin banyak,
3. jika efek terhadap individu dipelajari terlalu lama maka akan kesulitan menjaga track record individu dalam waktu yg sama.
4. Semakin terlambat sebuah evaluasi dilakukan akan semakin sulit mencari data dan menganalisis pengaruh program yang diamati. b. Selisih antara dampak aktual dengan yang diharapkan.
Selain memperhatikan efektifitas pencapain tujuan, seorang evaluator harus pula memperhatikan:
1. Berbagai dampak yang tak diinginkan,
2. Dampak yang hanya sebagian saja dari yang diharapkan dan 3. Dampak yang bertentangan dari yang diharapkan
(34)
18 Dampak juga bersifat agregatif artinya bahwa dampak yang dirasakan secara individual akan dapat merembes pada perubahan di masyarakat secara keseluruhan
Sedangkan Finsterbusch dan Motz (1980) membagi tipe evaluasi berdasarkan kekuatan kesimpulan yang diperolehnya, yaitu:10
1. Single program after-only, informasi yang diperoleh berdasarkan keadaan kelompok sasaran sesudah program dijalankan
2. Single program before-after, informasi yang diperoleh berdasarkan perubahan keadaan kelompok sasaran sebelum dan sesudah program dijalankan
3. Comparative after-only, informasi yang diperoleh berdasarkan keadaan sasaran dan bukan sasaran program yang dijalankan
4. Comparative before-after, inormasi yang diperoleh berdasrkan efek program trhadap kelompok sasarn sebelum dan sesudah program dijalankan.
Gambar 2. Model Evaluasi Menurut Finsterbusch dan Motz
JENIS EVALUASI PENGUKURAN KONDISI KELOMPOK SASARAN
SEBELUM SESUDAH
KELOMPOK KONTROL
INFORMASI YANG DIPEROLEH
Single Program After Only
Tidak Ya Tidak Ada Keadaan Kelompok sasaran (Output) Single Program Ya Ya Tidak Ada Perubahan
(35)
19
Before-After Kelompok sasaran
Comarative After Only Tidak Ya Ada Keadaan Sasaran dan Bukan Sasaran
(Outcome) Comparative
Before-After
Ya Ya Ada Efek Program Terhadap Sasaran
1.5.2.4. Pendekatan Terhadap Evaluasi
Menurut Dunn (1994) dalam Subarsono (2005) ada tiga jenis pendekatan terhadap evaluasi, yakni:
1. Evaluasi Semu: adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode dekriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan, tanpa menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompok, atau masyarakat
2. Evaluasi Formal: adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh pemuat kebijakan
3. Evaluasi Proses Keputusan: adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan mentode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai stakeholders.
(36)
20 1.5.2.5. Model Evaluasi yang digunakan peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan evaluasi dampak yang bersifat non-ekonomis dengan lebih khusus lagi menggunakan model Single program after-only.dalam model Single Program after-only ini penelliti hanya tertuju pada kelompok sasaran dalam program tersebut tanpa melihat kelompok eksternal.Kita tidak bisa menelliti denngan menggunakan model Single program after-only jika program tersebut belum diimplementasikan.Adapun penelitian dengan Single program after-only ini hanya melihat keadaan masyarakat (sasaran) setelah dilaksanakannya program tersebut tanpa kelompok kontrol.
1.5.2.6. Indikator Evaluasi
Menurut Subarsono, untuk menilai suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator, karena penggunaan indicator yang tunggal akan membahayakan. Dalam arti hasil penelitiannya dapat bias dari yang sesungguhnya. Indicator atau criteria evaluasi yang dikembangkan oleh Dunn mencakup lima indicator sebagai berikut:
a. efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?
b. Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?
c. Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok yang berbeda?
d. Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka?
(37)
21 1.5.3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk mencapai kemakmuran.Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan.Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari.selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama.Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam
kebutuhan yang harus dipenuhi.Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki
lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya (Robbins: 2008).11
1. Kebutuhan Fisiologis
Lima tingkat kebutuhan dasar menurut teori Maslow adalah sebagai berikut (disusun dari yang paling rendah) :
Contohnya seperti : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contohnya seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan Sosial
Contohnya seperti : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
11
(38)
22 4. Kebutuhan Penghargaan
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Ekstrinsik dan Instrinsik. Sub kategori ekstrinsik meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya, sedangkan sub kategori instrinsik sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang yang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu inginkan. Dalam artian mereka berasumsi “dilahirkan untuk melakukan hal berguna apa” bagi diri sendiri dan bagi banyak orang
Dari kelima kebutuhan yang telah dipaparkan di atas, adapun yang menjadi fokus penelitian ialah terletak pada kebutuhan paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis ataupun sering disebut dengan kebutuhan primer dimana penelitian ini melihat bagaimana dampak kebijakan pemerintah dalam usaha pemenuhan kebutuhan di bidang pangan yang direalisasikan pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan melalui program RASKIN (beras untuk masyarakat miskin).
1.5.4. Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) 1.5.4.1. Pengertian RASKIN
Program RASKIN (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi beban
(39)
23 pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kg/Rumah Tangga Miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp 1600,00 per kg (netto) di titik distribusi. Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh Perum Bulog (Badan Urusan Logistik).
Menurut Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Program Raskin adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat berupa bantuan beras bersubsidi kepada rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan rentan miskin).
Istilah-istilah yang digunakan dalam petunjuk teknis antara lain adalah:
1. Tim koordinasi program RASKIN tingkat provinsi adalah tim koordinasi yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur dan terdiri dari unsur opemerintah daerah provinsi (Biro Sarana Perekonomian, Biro Bina Produksi, Bapperda, BPS (Badan Pusat Statistik), Perum Bulog, Kepolisisan, Kejaksaan serta stakeholders yang terkait.
2. Tim Koordinasi Divisi Regional (Divre) provinsi adalah satuan kerja Perum Bulog Divre provinsi yang dibentuk Kadivre yang bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinasi dalam pelaksanaan program RASKIN di Sub Divre
(40)
24 3. Satuan kerja RASKIN adalah satuan kerja perum Bulog Sub Divre ytang dibentuk kepala Sub Divre yang bertugas dan bertanggung jawab mengangkut beras dari gudang Perum Bulog sampai dengan titik distribusi dan menyerahkan kepada pelakana distribusi
4. Pelaksana Distribusi adalah kelompok kerja di titik distribusi yang dibentuk berdasarkan musyawarah desa/kelurahan yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa/Lurah, terdiri dari aparat desa/kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur masyarakat yang bertugas dan berwenang mendistribusikan RASKIN kepada penerima manfaat RASKIN
5. Titik Distribusi adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh Satuan Kerja RASKIN Sub Divre kepada pelaksana distribusi di desa/kelurahan yang dapat dijangkau penerima RASKIN atau lokasi lain yang ditetapkan atas dasar kesepakatan secara tertulis antara pemerintah daerah dan Sub Divre
6. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah penerima manfaat Program RASKIN di desa/kelurahan sesuai hasil pendataan BPS dengtan kategori sangat miskin, miskin, dan sebagian hampir miskin
7. Musyawarah desa/kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat desa/kelurahan untuk menetapkan RTM yang berhak menerima RASKIN 8. Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium, kondisi baik,
dan tidak berhama
9. Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) adalah lembaga yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur di provinsi dan keputusan Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota yang berfungsi menerima dan menindaklanjuti pengaduan
(41)
25 masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung termasuk media cetak dan elektronik
1.5.4.2. Tujuan dan Sasaran Program RASKIN 1. Tujuan
Tujuan program RASKIN adalah untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.
2. Sasaran
Sasaran dari program RASKIN ini ialah Rumah tangga yang dapat menerima beras Raskin, atau juga disebut Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Raskin yaitu rumah tangga yang terdapat dalam Daftar Nama dan Alamat RTS-PM Program Raskin.
1.5.4.3. Penentuan Pagu
Pagu raskin Nasional dialokasikan ke provinsi di seluruh Indonesia oleh Tim Koordinasi Raskin pusat berdasarkan data RTS dari BPS.Adapun Pagu Nasional Program Raskin mengalami perubahan dari sekitar 17,5 juta RTS-PM di tahun 2012 menjadi sekitar 15,3 juta RTS-PM untuk tahun 2013. Dengan
(42)
26 demikian, alokasi pagu tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan juga mengalami perubahan dari tahun sebelumnya.sedangkan pagu Raskin provinsi dialokasikan ke Kabupaten/Kota oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi. Untuk pagu kecamatan/ kelurahan/desa ditetapkan oleh tim koordinasi rakin kabupaten/kota dengan keputusan bupati/walikota. Penetapan pagu raskin kecamatan dan kelurahan/desa didasarkan pada pagu raskin kabupaten/kota dan data rimah tangga sasaran kecamatan dan kelurahan/desa dari BPS.
1.5.4.4. Pengelolaan dan Pengorganisasian
`Pengelolaan Raskin memiliki prinsip nilai -nilai dasar yang menjadi landasan atau acuan setiap pengambilan keputusan dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan, yang diyak ini mampu mendorong terwujudnya tujuan program Raskin. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keberpihakan kepada RTS PM Raskin, bermakna mengusahakan RTS -PM Raskin dapat memperoleh beras kualitas baik, cukup sesuai alokasi dan terjangkau.
b. Transparansi, bermakna membuka akses informasi kepada pemangku kepentingan Raskin terutama RTS -PM Raskin, yang harus mengetahui dan memahami adanya kegiatan Raskin serta dapatmelakukan pengawasan secara mandiri.
c. Partisipatif, bermakna mendorong masyarakat terutama RTS -PM Raskin berperan secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan program Raskin, mulai dari tahap perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan pengendalian. d. Akuntabilitas, bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan Raskin harus
(43)
27 kepada semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.
Dalam pelaksanaan program Raskin dipandang perlu mengatur organisasi dari pelaksana program Raskin itu. Untuk mengefektifkan pelaksanaan program dan pertanggungjawabannya, dibentuk Tim Koordinasi Raskin di tingkat pusat sampai kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin di tingkat desa/kelurahan serta tim lainnya sesuai kebutuhan yang diatur dan ditetapkan melalui keputusan pejabat yang berwenang. Penanggung jawab pelaksanaan program Raskin di pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, di provinsi adalah gubernur, di kabupaten/kota adalah bupati/walikota, di kecamatan adalah camat dan di desa/kelurahan adalah kepala desa/lurah.
1.5.4.5. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan
Camat sebagai penanggung jawab di tingkat kecamatan bertanggung jawab atas pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian pembayaran HPB dan adminstrasi distribusi Raskin di wilayahnya. Untuk penyelenggaraan program Raskin di wilayahnya, camat membentuk Tim koordinasi Raskin sebagai berikut :
a. Kedudukan
Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana program Raskin di kecamatan, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada camat.
b. Tugas
Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring, dan evaluasi
(44)
28 pelaksanaan program Raskin serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai fungsi :
1. Perencanaan distribusi program Raskin di kecamatan.
2. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan penyebarluasan informasi program Raskin di kecam atan.
3. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Pelaksana Distribusi Desa/Kelurahan.
4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di desa/kelurahan.
Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggung jawabyaitu camat, ketua yaitu sekretaris kecamatan, sekretaris yaitu Kasi Kesejahteraan Sosial, dan anggota terdiri dari aparat Kecamatan, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), anggota Satker Raskin dan pihak terkait yang dipandang perlu
1.5.4.6. Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan
Kepala desa/lurah sebagai penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan bertanggung jawab atas pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian pembayaran HPB dan adminstrasi distribusi Raskin di wilayahnya.
Untuk pelaksanaan distribusi Raskin di wilayahnya, kepala desa/lurah dapat memilih dan menetapkan salah satu dari 3 alternatif Pelaksana Distribusi Raskin yaitu:
(45)
29 1. Kelompok Kerja (Pokja)
2. Warung Desa (Wardes)
3. Kelompok Masyarakat (Pokmas)
Pembentukan Pokmas dan Warung Desa diatur dalam Pedoman Teknis tersendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pedum Raskin
a. Kedudukan
Pelaksana Distribusi Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala desa/lurah.
b. Tugas
1. Menerima dan mendistribusikan beras Raskin dari Satker Raskin dan menyerahkan/menjual kepada RTS- PM Raskin di TD.
2. Menerima Hasil Penjualan Beras (HPB) dari RTS-PM Raskin secara tunai dan menyetorkan ke rekening Bank yang ditunjuk Divre/Subdivre/Kansilog Perum BULOG atau menyetor secara tunai kepada Satker Raskin.
3. Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Daftar Penjualan Beras
c. Fungsi
1. Pendistribusian Raskin kepada RTS-PM Raskin.
2. Penerimaan uang hasil penjualan beras Raskin secara tunai dari RTS -PM Raskin dan penyetorannya kepada Satker Raskin atau ke rekening bank yang ditetapkan Divre/Subdivre/Kansilog Perum Bulog.
(46)
30 1.5.4.7. Satker Raskin
1. Kedudukan
Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya.
2. Organisasi
Satker Raskin terdiri dari : a. Ketua
b. Anggota :
1. Pegawai Perum BULOG yang ditetapkan melalui Surat Perintah (SP) Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.
2. Tenaga bantuan yang ditetapkan oleh ketua satker atas sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.
3. Tugas dan Kewenangan
Satker Raskin mempunyai tugas, kewenangan dan tanggung jawab : a) Ketua :
1. Mempunyai kewenangan mengangkat dan memberhentikan tenaga bantuan di wilayah kerjanya atas sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.
(47)
31 2. Mempunyai tugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
distribusi, penyelesaian HPB, dan administrasi Raskin.
b) Anggota mempunyai tugas membantu dan bersama ketua sebagai berikut :
1. Mendistribusikan beras dari gudang Perum BULOG sampai dengan TD dan menyerahkan kepada Pelaksana Distribusi Raskin di TD.
2. Menerima uang HPB atau bukti setor bank dari Pelaksana Distribusi Raskin dan menyetorkan ke rekening HPB Bulog.
3. Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu Delivery Order dan pembayaran HPB (Tanda Terima/kuitansi dan Bukti Setor Bank)
4. Melaporkan pelaksanaan tugas antara lain : realisasi jumlah distribusi beras, setoran HPB di wilayah kerjanya kepada Kadivre/Kasubdivre/ Kakansilog Perum BULOG secara periodik setiap bulan.
1.5.4.8. Mekanisme Distribusi Raskin
1. Bupati/walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada kepala Sub Divisi Regional Perum Bulog berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rumah tangga sasaran penerima manfaat di masing - masing Kecamatan/Desa/Kelurahan
2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain
(48)
32 dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.
3. Berdasarkan SPA, Sub Divre menerbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang Delivery Order (SPPB DO) beras untuk masing-masing Kecamatan/Desa/Kelurahan kepada pelaksana Raskin . Apabila terdapat tunggaka n Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.
4. Berdasarkan SPPB DO, pelaksana Raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum Bulog, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan standar kualitas Bulog. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada pelaksana Raskin untuk ditukar/diganti.
5. Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi dibukt ikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggung jawab.
6. Pelaksana distibusi menyerahkan beras kepada Rumah Tangga Miskin. 7. Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin
Kabupaten/Kota dengan kondisi objektif masing- masing daerah. (Sumber : Buku Pedoman Umum Raskin 2010).
1.5.4.9. Pembiayaan Operasional
Pemerintah Provinsi menyediakan anggaran untuk pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi Raskin dari APBD setempat.Pemerintah Kabupaten/Kota
(49)
33 mengalokasikan anggaran untuk biaya operasional dari titik distribusi sampai di tangan Rumah Tangga Sasaran yang bersumber dari APBD dengan tetap mendorong keterlibatan/partisipasi masyarakat. Di samping itu, anggaran daerah diarahkan juga untuk pembinaan UPM (Unit Pengaduan Masyarakat), koordinasi, monitoring, evaluasi Raskin di tingkat Kabupaten/kota
1.6. Definisi Konsep
Konsep ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun:2006), sehingga dengan konsep maka peneliti akan bisa memahami unsur-unsur yang ada dalam penelitian baik variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dikehendaki di dalam penelitian.12
1. Kebijakan publik ialah segala sesuatu yang diputuskan dan dilaksanakan pemerintah yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti. Adapun definisi konsep dari penelitian ini, yaitu:
2. Evaluasi dampak adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk mengevaluasi suatu kebijakan atau program dengan konsekuensi berupa dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh rentetan aktivitas input, proses dan output kebijakan
3. Program Beras Miskin (RASKIN) adalah suatu program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras
12
(50)
34 dalam jumlah dan harga tertentu yang diharapkan dapat berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin dan secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan produktivitas keluarga miskin
Jadi, pengertian evaluasi dampak program beras miskin adalah melihat/mengevaluasi suatu hasil pengembangan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin.
(51)
35 1.7. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika Penulisan
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan data tentang gambaran umum, karakteristik lokasi penelitian yang relevan dengan topik penelitian
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian di lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang kajian dan analisa data yang diperoleh pada saat penelitian di lapangan dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diteliti
(52)
36 BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1.Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menurut Nawawi (1990) dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati.13
Adapunlokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Tembung, Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan peneliti mengangkat kecamatan Medan Tembung sebagai tempat atau lokasi penelitian ialah dikarenakan kecamatan medan tembung merupakan salah satu kecamatan dengan penduduk miskin yang
Adapun alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif adalah sebagaimana melihat model evaluasi single program after-only yang melihat keadaan sasaran kelompok setelah adanya program Raskin. Jadi, peneliti hanya mendeskripsikan atau memaparkan bagaimana keadaan masyarakat setelah adanya Program RASKIN sebagai wujud dari kebijakanpemerintah .
2.2. Lokasi Penelitian
13
(53)
37 Kelompok Sasaran
masih tergolong tinggi dan juga sebagai daerah yang menjadi target penyaluran raskin.
2.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Tembung. Peneliti terlebih dahulu menentukan sampel dengan menggunakan teknik cluster (Area Sampling). Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), teknik cluster dilakukan dengan membagi populasi sebagai cluster-cluster kecil, lalu pengamatan dilakukan pada sampel cluster tersebut.Teknik sampling area ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.Adapun penentuan responden dilakukan secara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi.
Kecamatan Medan Tembung (4268 RTS)
7 Kelurahan
Kelurahan Sidorejo Hilir (654 RTS) Kelurahan Indra Kasih (778 RTS)
(54)
38 Gambar 3. Skema Area Cluster Sampling
Adapun alasan peneliti menarik sampel penelitian pada Kelurahan Sidorejo Hilir dan Kelurahan Indra Kasih ialah karena kelurahan Sidorejo Hilir dan Kelurahan Indrakasih merupakan dua kelurahan dimana kedua kelurahan ini menjadi target penyaluran raskin dan memang memiliki penduduk yang dominan merupakan penduduk miskin.
2.4. Informan Penelitian
Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu informan kunci dan informan utama.Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.Sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.14
1. Dalam penelitian ini adapun yang menjadi informan kunci ialah Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial medan Tembung, Kepala Seksi Pembangunan Sidorejo Hilir, dan Kepala Seksi Pembangunan Indra Kasih beserta aparatur kecamatan dan kelurahan yang melaksanakan program RASKIN dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat
2. Yang menjadi informan utama ialah masyarakat yang mendapat RASKIN karena mereka adalah orang-orang yang langsung terlibat dan merasakan program RASKIN ini
14
(55)
39 2.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian untuk mencari kebenaran dan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:
a. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya-jawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data lengkap dan mendalam kepada pihak-pihak yang terkait
b. Pengamatan/observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkenaan dengan topik peneliti
c. Angket/kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah yang akan diteliti yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan serta informasi yang diperoleh secara serentak
2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan untuk mendukung data primer. Teknik ini digunakan dengan menggunakan instrument:
a. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi
(56)
40 penelitian atau sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian
b. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti
2.6. Teknik Analisis data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi dari gejala yang diteliti.Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini peneliti mengkonfirmasi seluruh existing data sekunder dan data primer (wawancara, kuesioner, dan observasi) dan menyajikannya dengan analisis kualitatif. Menurut Moleong (2006), teknik analisa data kualitati dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.15
Menurut Miles dan Huberman (1992:16) ‘bahwa analisis terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:16
15
Moleong L.J. 2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
WIB/20 September 2013)
(57)
41 a. Reduksi Data, yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan b. Penyajian Data, penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih
c. Menarik Kesimpulan, penarikan kesimpulan menurut Miles dan Huberman hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverivikasi selama penelitian berlangsung
(58)
42 BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Kota Medan
III.1.1. Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif kota Medan berbatasan dengan:
- Sebelah Utara : Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
(59)
43 Kota medan memiliki 21 kecamatan dan salah satunya ialah kecamatan Medan Tembung yang menjadi Lokasi penelitian penulis.
III.1.1.1 Kondisi Demografi
Berdasarkan berjumlah 2.109.339 jiwa dan sebanyak 1.040.680 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1.068.659 perempuan yang berarti bahwa kota medan didominasi oleh penduduk perempuan.
Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.
III.1.1.2. Kondisi Sosial Budaya
Mayoritas penduduk kota Medan berasal dari dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo) dan kemudian disusul oleh keturuna populasi orang Tionghoa cukup banyak.
(60)
44 Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota dan berdasarkan ini juga, penduduk kota medan banyak yangberprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan.Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau.Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Mandailing.Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau.
III.1.2. Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Medan
Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:
(61)
45
Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima sifat, yaitu :
( 1) Pemberian pelayanan,
(2) Fungsi pengaturan (penetapan perda), (3) Fungsi pembangunan,
(4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi /Pusat), (5) Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.
Dalamkaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 (dua) bidang urusan yaitu : (1) Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh
Dinas-dinas daerah, dan
(62)
46 - Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan sebagai Badan Legislatif Kota.
- Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh Walikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Kota.
Berdasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi (pimpinan Eksekutif tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.
III.2.Kecamatan Medan Tembung
III.2.1.Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di kota Medan, provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 7,78 Km2 dan berbatasan dengan:
- Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Denai
(63)
47 - Sebelah Barat : Kecamatan Medan Perjuangan
- Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Medan Tembung memiliki tujuh kelurahan dengan luas masing-masing yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Kelurahan di Kecamatan Medan Tembung
No. Nama kelurahan Luas wilayah (km2)
1. Tembung 0,64
2. Bantan 1,51
3. Bandar Selamat 0,9
4. Bantan Timur 0,89
5. Sidorejo 1,19
6. Sidorejo Hilir 1,16
7. Indrakasih 1,49
Sumber: Profil Kecamatan Medan Tembung (data diolah)
III.2.1.1 Kondisi Demografi a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Medan Tembung tahun 2011 adalah sebanyak 133.579 jiwa yang tersebar di 7 kelurahan dengan domisili penduduk terbanyak berada pada kelurahan bantan (22,22%) dan kelurahan tembung sebagai tempat domisili warga yang paling sedikit (7,35%). Hal ini dapat dilihat dengan rincian tabel sebagai berikut :
(64)
48 No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk
(jiwa)
Persentase (%)
1. Tembung 9.821 7,35
2. Bantan 29.693 22,22
3. Bandar Selamat 17.794 13,32
4. Bantan Timur 13.851 10,36
5. Sidorejo 21.057 15,75
6. Sidorejo Hilir 19.864 14,87
7. Indrakasih 21.704 16,24
Medan Tembung 133.579 100,00
Sumber: Profil Kecamatan Medan Tembung (data diolah)
b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Berdasarkan data profil Kecamatan Medan Tembung, jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan, dimana penduduk laki-laki ialah sebanyak 65.391 jiwa dan perempuan sebanyak 68.188 jiwa. Sedangkan berdasarkan kelompok umur, penduduk Kecamatan Medan Tembung lebih didominasi oleh penduduk usia produktif. Hal ini dapat dilihat dari rincian tabel sebagai berikut:
(65)
49 Tabel 3. Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Tembung Menurut Jenis
Kelamin dan Umur Tahun 2011 Kelompok
Umur (Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)
Persentase (%) Laki-laki
(jiwa)
Perempuan (jiwa)
0-4 5.872 5.584 11.456 8,57
5-14 11.916 11.239 23.155 17,33
14-44 35.933 38.631 74.564 55,82
45-64 9.931 10.339 20.270 15,17
>=65 1.829 2.510 4.339 3,24
Medan Tembung
65.486 68.303 133.579 100,00
Sumber: Profil Kecamatan Medan Tembung (data diolah)
c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Berdasarkan data komposisi mata pencaharian, profesi sebagai pedagang dan pegawai swasta lebih banyak mendominasi Penduduk Kecamatan Medan Tembung dan tidak ada saupun penduduk yang berprofesi sebagai nelayan dikarenakan letak wilayah kecamatan medan tembung yang tidak berada dekat dengan laut seperti kecamatan belawan. Adapun dominasi penduduk yang berprofesi sebagai pedagang dan karyawan swasta tidak lepas dari luas dan
(66)
50 peruntukan sebagian wilayah di kecamatan medan tembung yang sebagian besar digunakan sebagai lokalisasi berdagang, baik berbentuk Ruko, Toko, maupun kios pinggir pasar. Untuk lebih jelasnya, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4. Komposisi Penduduk Kecamatan Medan Tembung Menurut Mata PencaharianTahun 2011
Kelurahan Pegawai Petani
(jiwa)
Nelayan (jiwa)
Peda- gang (jiwa)
Pensiu-nan (jiwa)
Lain- nya (jiwa) Negeri
(jiwa)
Swasta (jiwa)
ABRI (jiwa)
(67)
51
Bantan 442 5.147 49 36 0 7.454 294 0
Bandar Selamat 171 44 22 14 0 536 59 0
Bantan Timur 120 86 21 0 0 50 24 0
Sidorejo 484 364 67 3 0 288 74 0
Sidorejo Hilir 37 2.254 25 24 0 124 73 0
Indrakasih 1.533 351 234 16 0 193 434 0
Medan Tembung
2853 8291 425 100 0 8.172 989 0
Sumber: Profil Kecamatan Medan Tembung (data diolah
III.2.1.2. Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat di kecamatan Medan Tembung terdiri dari berbagai ragam etnis seperti Batak Toba, Melayu, Karo, Jawa, Sunda, Simalungun, Mandailing, Tionghoa, dan lain-lain. Begitu juga dalam hal memeluk agama, adapun agama yang dianut masyarakat Kecamatan Medan Tembung ialah islam, Kristen, katholik, Buddha, dan hindu, dan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama islam dan Buddha (beberapa kelurahan seperti kelurahan sidorejo hilir, bantan, dan bantan timur banyak sekali terdapat etnis tionghoa). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5.Jumlah Penduduk dirinci Menurut Agama yang Dianut Tahun 2011 Kelurahan Islam
(jiwa)
Kristen (jiwa)
Katholik (jiwa)
Buddha (jiwa)
Hindu (jiwa)
(68)
52
Tembung 9.731 64 15 0 0
Bantan 15.533 4.568 1.523 8.058 14
Bandar Selamat 17.495 226 13 42 2
Bantan Timur 7.014 2.650 17 4.131 27
Sidorejo 12.610 5.510 2.898 0 0
Sidorejo Hilir 8.069 975 620 10.160 4
Indrakasih 14.650 4.498 2.391 99 22
Medan Tembung
85.102 18.491 7477 22.490 69
Sumber: Profil Kecamatan Medan Tembung (data diolah)
III.2.1.3. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana di kecamatan Medan Tembung ini dapat dikatakan baik.Ini dapat dilihat dari tersedianya berbagai fasilitas layanan umum, pendidikan, maupun kegiatan ekonomi pedagangan yang dapat diakses masyarakat di tiap-tiap kelurahan dengan mudah sehingga sangat membantu masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tabel berikut:
Tabel 6. Pelayanan Umum. No Jenis Pelayanan Keterangan 1 Air Bersih 16.969 Pelanggan 2 Listrik 27.573 Pelanggan
(1)
4. Responsivitas
Berdasarkan indikator responsivitas dapat disimpulkan bahwa program memang cukup bermanfaat bagi masyarakat kurang mampu dalam mengurangi beban pengeluaran mereka namun belum mampu menjawab kepuasan masyarakat karena persoalan dasar yang sampai saat ini masih belum dapat teratasi, yaitu masalah pendataan oleh BPS yang kurang melakukan komunikasi dan koordinasikepada pihak kecamatan maupun kelurahan sehingga hasil akhir pendataan berupa surat keputusan penerima manfaat sering kurang sesuai dengan data yang diajukan oleh pihak kelurahan sehingga banyak masyarakat yang mengeluh kepada pihak kelurahan dan mengira pihak kelurahan kurang memperhatikan kondisi masyarakat dan akhirnya mengakibatkan kecemburuan social antar warga satu dengan lainnya. Tidak hanya itu, pihak kecamatan maupun kelurahan juga kurang melibatkan masyarakat dalam rapat-rapat berlangsung sehingga aspirasi masyarakat masih kurang memberikan pertimbangan sebagai bahan perbaikan program ke depan.
5. Ketepatan
Berdasarkan indicator ketepatan dapat disimpulkan bahwa program raskin sudah cukup tepat dalam hal jumlah pembagian, sasaran, dan harga tebus raskin yang telah ditetapkan, namun kendala utama yang menjadikan program raskin masih kurang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat ialah ketidaktepatan waktu turunnya raskin ke titik distribusi yang terkadang turun sekali dua atau tiga bulan sehingga
(2)
masyarakat sering kelimpungan menyediakan dana untuk menebus raskin yang datang dua atau tiga kali lipat tersebut.
VI.2. Saran
Program raskin masih perlu untuk diteruskan melihat kondisi masyarakat Indonesia yang masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan dengan menimbang beberapa hal sebagai berikut:
1. Kualitas raskin harus lebih diperhatikan oleh pemerintah karena berdasarkan tujuannya raskin juga berdampak tidak langsung terhadap peningkatan gizi penerima manfaat
2. Perlu melibatkan masyarakat dalam setiap agenda rapat baik di tingkat kelurahan maupun kecamatan sebagai pembanding agar dapat disuarakan kepada pemerintah provinsi dan nasional guna perbaikan program raskin kedepannya
3. Dalam pelaksanaan pendistribusian raskin perlu terobosan baru yang tidak kaku dan sesuai dengan kesepakatan bersama sehingga manfaat program dapat lebih dirasakan merata kepada semua pihak yang membutuhkan seperti yang dilakukan aparatur kelurahan sidorejo hilir. 4. Perlu diadakan koordinasi dan komunikasi dua arah antara pihak BPS
dan kelurahan ketika melakukan konfirmasi pendataan di lapangan agar tidak terjadi kekeliruan maupun keusangan data sehingga masyarakat semakin puas karena pendataan dilakukan oleh dua pihak yang independen dan tidak memihak.
(3)
5. Keterlambatan raskin yang sering terjadi hendaknya menjadi sorotan khusus pemerintah karena pada dasarnya raskin memang berhasil mengurangi beban pengelaran rumah tangga penerima manfaat namun karena keterlambatan raskin membuat masyarakat sering mengeluh karena tidak adanya dana untuk menebus raskin secepatnya sementara untuk penebusan raskin harus dilakukan secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
(4)
5. Keterlambatan raskin yang sering terjadi hendaknya menjadi sorotan khusus pemerintah karena pada dasarnya raskin memang berhasil mengurangi beban pengelaran rumah tangga penerima manfaat namun karena keterlambatan raskin membuat masyarakat sering mengeluh karena tidak adanya dana untuk menebus raskin secepatnya sementara untuk penebusan raskin harus dilakukan secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
(5)
Arikunto, suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Ath-Thawil Et Al. 1997.Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-Negara Miskin. Bandung: Mizan
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana
Dunn, William N. (1994), Public Policy Analysis: An Introduction, Prentice-Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey
Hadari, Nawawi. 1990. Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press
Media Hessel Nogi Tangkilisan.2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI
Moleong L.J. 2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. 2008.Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Singarimbun, Masri & Effendi Sofian. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Suyanto.2005. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Kencana Prenada media Group
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pressindo
DASAR UNDANG-UNDANG
Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan
(6)
SUMBER INTERNET www.tnp2k.go .id