Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia Di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor

(1)

Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia

Di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor

Wahyuzar Adrian 101121035

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Psikologis Lansia di Lingkungan V Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor”.

Skripsi terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota

Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III.

3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing proposal

skripsi saya di Fakulatas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang

telah memberi bimbingan selama perkuliahan.

5. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan proposal ini.


(4)

7. Terima kasih buat bebeb Pebriani Hrp S.Kep dan teman seperjuangan saya Eki Mario S.kep, Entin Manurung S.Kep yang telah sama-sama berjuang dalam menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan ini, serta tidak lupa terima kasih kepada teman satu bimbingan saya Herlina Nst S.Kep, Ismu Raudah S.Kep, dan Lisna Afriani Hrp S.kep yang banyak membantuku untuk mendapatkan informasi.

Akhir kata penulis berharap Skripsi ini dapat dilanjutkan sehingga menjadi skripsi dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2012

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Abstrak ... viii

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Keluarga ... 6

2.1.1 Bentuk-bentuk keluarga ... 6

2.1.2 Peranan keluarga ... 9

2.1.3 Fungsi keluarga ... 10

2.1.4 Tugas-tugas keluarga ... 12

2.2 Lansia ... 14

2.2.1 Teori penuaan ... 15

2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia ... 18

2.2.3 Bahaya psikologis ... 18

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi kesehatan psikologi ... 21

BAB 3 Kerangka Konseptual 3.1 Kerangka Konseptual ... 28

3.2 Defenisi Operasional ... 29

BAB 4 Metodologi Penelitian 4.1 Desain Penelitian ... 31

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 31

4.2.1 Populasi ... 31

4.2.2 Sampel ... 32

4.2.3 Teknik Sampling ... 32

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 32

4.4 Pertimbangan Etik ... 33

4.5 Instrumen Penelitian ... 33

4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 34

4.6.1 Validitas ... 34


(6)

4.8 Analisa Data ... 36

BAB 5 Hasil Penelitian Dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ... 38

5.2 Pembahasan ... 44

BAB 6 Kesimpulan Dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

6.2.1 Pendidikan Keperawatan ... 49

6.2.2 Praktek Keperawatan ... 50

6.2.3 Penelitian Keperawatan ... 50

6.2.4 Keluarga ... 50 Daftar Pustaka

Jadwal Penelitian Inform Consent Instrumen Penelitian Hasil Uji Reabilitas

Surat Izin Penelitian Dari Institusi

Surat Izin Melakukan Penelitian Dari Kelurahan Kedai Durian Riwayat Hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 39 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Penurunan Kondisi Fisik ... 40 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual ... 41 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Perubahan Aspek Psikososial ... 41 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Perubahan Yang Berkaitan Dengan Pekerjaan ... 42 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat ... 43 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konsep Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia ... 28


(9)

Judul : Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor

Nama Mahasiswa : Wahyuzar Adrian

NIM : 101121035

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012

ABSTRAK

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Proses menua adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia, yang secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan psikologis mereka yaitu: penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, perubahan dalam peran sosial dimasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif dengan teknik purposive sampling melibatkan 61 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Januari 2012. Uji reabilitas dilakukan dengan rumus KR-20, dengan sampel 20, dan didapat hasil 0,761. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia adalah baik 32 responden (52,46 %), peneliti berasumsi mayoritas responden berada dalam kategori peran yang baik karena lansia mayoritas tinggal bersama anak kandungnya (72,05 %). Karena bagi orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, kehadiran keliarga sangat berarti. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul ini di rekomendasikan untuk mengambil responden yaitu lansia, agar dapat mengidentifikasi kebenaran peran keluarga dilakukan dengan baik atau buruk.

__________________________________________________________________ Kata Kunci : Peran Keluarga, Psikologis Lansia


(10)

Judul : Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor

Nama Mahasiswa : Wahyuzar Adrian

NIM : 101121035

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012

ABSTRAK

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Proses menua adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia, yang secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan psikologis mereka yaitu: penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, perubahan dalam peran sosial dimasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif dengan teknik purposive sampling melibatkan 61 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Januari 2012. Uji reabilitas dilakukan dengan rumus KR-20, dengan sampel 20, dan didapat hasil 0,761. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia adalah baik 32 responden (52,46 %), peneliti berasumsi mayoritas responden berada dalam kategori peran yang baik karena lansia mayoritas tinggal bersama anak kandungnya (72,05 %). Karena bagi orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, kehadiran keliarga sangat berarti. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul ini di rekomendasikan untuk mengambil responden yaitu lansia, agar dapat mengidentifikasi kebenaran peran keluarga dilakukan dengan baik atau buruk.

__________________________________________________________________ Kata Kunci : Peran Keluarga, Psikologis Lansia


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia ≥ 60 tahun menurut Undang -Undang RI No. 13, Tahun 1998) di Indonesia adalah sebesar 7,28% dari jumlah penduduk. Diperkirakan pada Tahun 2020 nanti akan meningkat menjadi sebesar 11,34%. Indonesia memiliki jumlah warga lanjut usia keempat terbanyak di dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (Kosasih dkk., 2004). Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 miliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk (Maryam dkk., 2008).

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan


(12)

jiwa secara khusus pada individu lanjut usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu (Affandi, 2008).

Issu dan kecenderungan masalah kesehatan gerontik pada lansia sering dijumpai terjadi perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah (Mubarak, dkk, 2006)

Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, kecemasan, kegilaan atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran (Akhmadi, 2009).

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan psikologis mereka yaitu: penurunan fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan


(13)

dengan pekerjaan, perubahan dalam peran sosial dimasyarakat. Dalam menghadapi berbagai permasalahan ini pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, dan sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu merawat dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar (Arya, 2009).

Bagi para orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak, cucu, ataupun tinggal di rumah perawatan, ternyata kehadiran orang lain sangat berarti (Hadi, 2004). Lansia mungkin dapat mengalami pengasingan dari anggota keluarga karena banyak alasan, seperti penyalahgunaan obat atau alkohol dan ketidak setujuan terhadap agama, orientasi seksual, pilihan terhadap pasangan pernikahan, masalah keturunan, atau masalah bisnis. Pengasingan dari anak dan cucu dapat sangat menyakitkan. Seiring dengan waktu, lansia dapat merindukan untuk membina ikatan keluarga yang pecah tahun-tahun sebelumnya. Merujuk pasien tersebut ke terapi keluarga dapat sangat efektif (Stockslager dan Liz, 2007).

Dalam situasi ini lansia sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang yang berada didekatnya, yaitu keluarga (anak, dan cucu). Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga


(14)

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 1998).

Beberapa alasan lansia perlu dirawat dilingkungan keluarga diantaranya: keluarga merupakan unit pelayanan dasar, tempat tinggal keluarga merupakan lingkungan atau tempat alamiah dan damai bagi lansia apabila keluarga harmonis, kesejahteraan keluarga dan kemampuan keluarga untuk menentukan diri sendiri merupakan prinsip-prinsip untuk mengarah kepada pengambilan keputusan, pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan keluarga merupakan proses aktif, merupakan kesepakatan keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan (Mubarak, dkk, 2006).

Berdasarkan data dari Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor tahun 2010 bahwa terdapat sekitar 313 orang lansia. Dari jumlah data yang diperoleh maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang peran keluarga dalam pemenuhan psikologis lansia di daerah tersebut dan. dikarenakan menurut peneliti Kelurahan itu mudah dijangkau dan memiliki jumlah lansia yang cukup.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor.


(15)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berharga dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan, baik bagian keperawatan keluarga maupun di bagian keperawatan komunitas.

1.4.2 Praktek Keperawatan

Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga menjadi tambahan informasi dalam fungsi keluarga dalam rentang sehat sakit.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Dapat memberikan tambahan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, dan dapat digunakan menjadi data ilmiah untuk penelitian selanjutnya. 1.4.4 Keluarga Lansia

Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada keluarga tentang guna interaksi keluarga dalam pemenuhan psikologis lansia.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Duval dan Logan. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).

Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berintekrasi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.

2.1.1 Bentuk-bentuk keluarga

Pembagian tipe atau bentuk keluarga menurut Anderson carter

1. Keluarga inti (nuclear family). Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.


(17)

2. Keluarga besar (extended family). Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3. Keluarga berantai (serial family). keluarga ynag terdiri atas wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga duda atau janda (single family). Keluarga ini terjadi karena adanya perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi. Keluarga yang perkawinannya berpoligami

dan hidup secara bersama-sama.

6. Keluarga kabitas. Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

Tipe keluarga menurut konteks keilmuan dan pengelompokan orang 1. Traditional nuclear. Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam

satu rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

2. Reconstituted nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

3. Middle age atau aging couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah, atau keduanya bekerja diluar rumah, anak-anak sudah


(18)

meninggalkan rumah karena sudah sekolah, perkawinan, atau meniti karier.

4. Dyadic nuclear. Pasangan suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah. 5. Single parent. Keluarga dengan satu orang tua sebagai akibat

perceraian atau akibat kematian pasangannya, anak-anaknya dapat tinggal di dalam rumah atau diluar rumah.

6. Commuter married. Pasangan suami istri atau keduanya sama-sama bekerja dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

7. Single adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

8. Three generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

9. Institusional. Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti. 10. Communal. Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogamy dengan anak-anaknya dan sama-sama berbagi fasilitas. 11. Groub marriage. Satu rumah terdiri dari orang tua dan satu kesatuan

keluarga.

12. Unmarried parent and child. Ibu dan anak pernikahannya tidak dikehendaki dan kemudian anaknya diadopsi.

13. Cohabitating couple. Dua orang tua atau satu pasangan yang bersama tanpa menikah.


(19)

14. Extended family. Nuclear family dan anggota keluaraga yang lain tinggal dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga (Effendi, 2009).

2.1.2 Peranan Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system (Kozier, Barbara, 1995). Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat

Peran keluarga terhadap lansia antara lain:

1. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia , tetap dalam keadaan optimal atau produktif

2. Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia 3. Mengantisipasi adanya perubahan social dan ekonomi pada lansia 4. Memotivasi dan memfasilitasikan lansia untuk memenuhi kebutuhan

spiritual, dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia kepada Tuhan YME

Beberapa peran keluarga terhadap lansia adalah: 1. Sistem keluarga besar yaitu:

a. Lansia adalah sesepuh yang harus dihargai, dihormati dan diminta nasehat atau doa restu


(20)

2. Sikap Keluarga dan Masyarakat Terhadap Lansia yaitu: a. Adanya kecenderungan berpersepsi negative

b. Diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena

merupakan peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu akan mengalaminya

3. Membangun kebutuhan untuk dicintai, aktualisasi dari lanjut usia

4. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang

harmonis (saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia) (Mubarak, dkk 2006).

2.1.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman (1998) yaitu: 1. Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi apektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi apektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Setiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan berhubungan dalam keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.


(21)

Keluarga merupakan tempat individu untuk bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan anggota keluarga yang ditujukan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma, budaya, dan prilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua.

4. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah, dan lain-lain.

5. Fungsi pemeliharaan kesehatan

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktifitas yang tinggi, kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan keluarga. Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. keluarga


(22)

mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, dan keluarga mampu memberikan asuhan keperawatan yang mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Pengetahuan keluarga juga tentang sehat-sakit juga mempengaruhi prilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga Fungsi religious Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini (Effendi, 2009).

2.1.4 Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut bailon dan maglaya (1998)

1. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dank arena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan yang akan terjadi, dan berapa basar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal


(23)

fakta-fakta masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat a. Keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah b. Keluarga merasakan adanya masalah kesehatan

c. Membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit terdekat atau pos pelayanan kesehatan terdekat

3. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi, dan perawatannya) b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c. Keberadaab fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik, psikososial).

e. Sikap keluarga terhadap penyakit

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Sumber-sumber keluarga yang dimiliki

b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan c. Pentingnya hygiene sanitasi


(24)

d. Upaya pencegahan penyakit

e. Sikap dan pendangan keluarga terhadap hygiene sanitasi

f. Kekompakan antar anggota keluarga

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Keberadaan fasilitas keluarga

b. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan

e. Fasilitas keehatan yang ada terjangkau oleh anggota keluarga (Effendi, 2009).

2.2 Lansia

Berbagai perubahan pada usia lanjut merupakan konsekuwensi yang tidak dapat dielakkan dari perubahan fisik (organo-biologik), dengan dampak pada aspek fungsi biologis, psikologis, maupun sosial (Marsetio dan Arjatmo, 1991). Proses tua merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan kehilangan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita.


(25)

2.2.1 Teori Penuaan

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang sering terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi (Stanley dan Patricia, 2006).

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori biologi, teori psikologis, dan teori sosiologi.

1. Teori Biologis

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori


(26)

biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor risiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari risiko dan memaksimalkan kesehatan (Stanley dan Patricia, 2006).

2. Teori Psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi (Maryam dkk, 2008).

3. Teori Sosiologi

Terdapat tiga teori utama mengenai penuaan yang timbul dari studi ilmiah awal penuaan yang dilakukan empat atau lima dekade yang lalu: pembebasan, aktivitas, dan kesinambungan. Teori tersebut berusaha


(27)

meramalkan dan menjelaskan interaksi dan peran sosial yang memberi pengaruh pada penyesuaian hidup yang berhasil bagi seseorang di usia lanjut.

Teori pembebasan (Cummings & Henry, 1961) mengemukakan bahwa individu lansia, dengan menarik diri dari masyarakat pada saat yang sama dimana masyarakat menarik dukungannya dari kelompok usianya, mencapai moral dan kepuasan hidup yang tinggi. Teori ini telah disangkal oleh temuan riset yang menunjuukkan bahwa individu yang terikat, aktif mencapai kepuasaan hidup yang lebih tinggi dibanding dengan individu yang tidak terikat, dan lebih pasif.

Teori aktivitas (Havighurst, 1968) mengemukakan bahwa kepuasan hidup pada individu lansia normal mencakup memelihara gaya hidup aktif saat usia pertengahan. Teori ini mencerminkan pemikiran mayoritas kelas menengah Amerika. Teori ini berasumsi bahwa individu lansia akan menemukan penggantian aktivitas yang memuaskan.

Teori kesinambungan (Atchley, 1989; Neugarten, 1964) mengemukakan bahwa penyesuaian yang berhasil terhadap usia tua tergantung pada kemampuan individu untuk melanjutkan pola hidup sepanjang masa kehidupan. Penting artinya untuk memelihara kontuinitas atau koneksi pada masa lalu. Kebiasaan, nilai-nilai, dan minat masa lalu adalah bagian integral dari kehidupan individu saat ini (Smeltzer dan Brenda, 2001).


(28)

2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia

Nugroho (2000) mengatakan bahwa menurut Organisasi kesehatan dunia batasan-batasan lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan, yaitu kelompok umur 45 sampai dengan umur 59

tahun.

2. Lanjut usia (elderly), yaitui umur antara 60 sampai dengan umur 74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old), yaitu umur antara 75 sampai dengan 90 tahun. 4. Usia sangat tua, yaitu umur 90 tahun keatas.

2.2.3 Bahaya Psikologis

Ada sejumlah tanda-tanda psikologis pada orang usia lanjut. Meskipun juga bisa terjadi pada tingkat usia yang lain, seperti halnya bahaya fisik, bahaya psikologis tidak hanya lebih sering terjadi pada usia lanjut dari pada usia muda, tetapi tampaknya pada penyesuaian pribadi dan sosial lebih besar.

Dalam Harlock (1980), dari sekian banyak tanda-tanda bahaya psikologis pada orang usia lanjut, beberapa bahaya yang akan dijelaskan dibawah ini merupakan bahaya yang paling bersifat umum dan paling serius yaitu: 1. Orang yang usia lanjut menerima pendapat klise tentang kebudayaan Bahaya psikologis pertama adalah mereka menerima kepercayaan tradisional dan pendapat klise tentang kebudayaan dari suatu usia. Hal ini dianggap sebagai bahaya karena pendapat tersebut mendorong orang usia lanjut untuk merasa tidak enak dan rendah mutunya. Akibatnya lebih


(29)

buruk lagi, karena mereka cenderung kehilangan motivasi untuk mengerjakan tentang apa yang sesungguhnya mampu mereka kerjakan. 2. Pengaruh perubahan fisik pada usia lanjut

Bahaya psikologis yang kedua bagi orang usia lanjut adalah perasaan rendah diri dan tidak enak yang akan datang bersama dengan perubahan fisik. Hilangnya daya tarik dan penampilan seksual yang tepat mungkin mengakibatkan pria atau wanita merasa ditolak oleh kelompok social. Hilangnya pendengaran mengganggu mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai tambahan, banyak orang usia lanjut yang mengalami kesulitan bicara karena giginya ompong atau gigi palsunya tidak cocok lagi. Ini juga merupakan suatu bukti yang dapat menghambat komunikasi dan hubungan sosial.

3. Perubahan dalam pola kehidupan

Bahaya psikologis yang ketiga adalah orang usia lanjut perlu menetapkan pola hidup yang berbeda dengan keadaan masa lalu dan cocok dengan kondisi usia lanjut. Misalnya mereka tidak perlu lagi memiliki rumah yang besar, karena anak-anaknya sudah mempunyai rumah masing-masing.tetapi banyak orang usia lanjut tetap teguh untuk memepertahankan rumah mereka dan hartanya dan gaya hidup yang berhubungan dengan itu.

4. Kecenderungan untuk tidur secara mental

Bahaya psikologis yang keempat adalah kecurigaan atau realisasi bahwa penurunan mental sudah mulai terjadi. Bagi banyak orang usia lanjut


(30)

curiga bahwa mereka dalam beberapa hal pelupa sekali, bahwa mereka menemui kesulitan dalam belajar fakta dan nama-nama baru, dan mereka merasa tidak dapat bertahan terhadap tekanan yang berat yang biasa mereka pikul sebelumnya. Mereka mungkin mulai berfikir secara mental tertidur, dan perasaan seperti ini mendukung kepercayaan mereka bahwa mereka terlalu tua untuk apa saja yang baru. Sebagai pengganti terhadap penyesuaian kegiatan, yang cocok dengan kondisi mentalnya, mereka menarik diri dari semua bentuk kegiatan yang melibatkan kompetisi dengan orang yang lebih muda, dan dengan demikian pengalamanan mereka terhadap berbagai masalah, mengakibatkan mereka tidak terikat erat dengan kegiatan sosial.

5. Mereka merasa bersalah karena menganggur

Bahaya psikologis yang kelima adalah perasaan bersalah karena mereka tidak bekerja sedang orang lain masih bekerja. Banyak orang usia lanjut ini yang dibesarkan dalam masyarakat yang lebih mementingkan kerja, merasa bersalah setelah tanggung jawab rumah tangganya berkurang banyak. Mereka masih tetap ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat, tetapi mungkin merasa malu karena pekerjaannya tidak sesuai dengan rencana masyarakat tentang pekerjaan yang disediakan untuk orang usia lanjut. Hal ini karena pekerjaan mereka lebih bersifat rekreasional atau yang diistilahkan dengan membuat kerjaan, jadi bukan kerja sesungguhnya.


(31)

6. Berkurang Pendapatan

Bahaya psikologis yang keenam adalah akibat dari berkurangnya pendapatan. Setelah pensiun, banyak orang usia lanjut yang tidak dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan yang produktif, seperti menghadiri kuliah atau konsert, atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat. Apabila mereka ternyata hanya tergantung pada program televise semata sebagai sumber hiburan, mereka akan merasa bahwa sebagian besar programnya disajikan untuk anak muda atau orang dewasa. Acara seperti itu menimbulkan sedikit daya tarik bagi orang usia lanjut.

7. Pelepasan Kegiatan Sosial

Bahaya psikologis yang ketujuh dan sejauh ini merupakan yang paling berbahaya bagi orang usia lanjut adalah, pelepasan berbagai kegiatan sosial. Seperti yang telah dijelaskan pada uraian yang terdahulu, munkin pelepasan ini secara sukarela, tetapi lebih sering dilakukan secara terpaksa karena kesehatannya memburuk, sumber keuangan terbatas, atau kondisi lain dimana control bagi orang usia lanjut sangat sedikit.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Psikologis

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia dikutip dari Arya (2009). Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan psikologis mereka adalah sebagai berikut:


(32)

1. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupu n sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.

Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memaksa fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti: Gangguan jantung, Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus, Vaginitis, Baru selesai operasi: misalnya prostatektomi, Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang.


(33)

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:

a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada

lansia

b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta

diperkuat oleh tradisi dan budaya.

c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. d. Pasangan hidup telah meninggal.

e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cepat atau agresif. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.


(34)

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.


(35)

4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya.

Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun atau pasrah. Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.

Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya


(36)

memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.

Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

5. Perubahan dalam peran sosial dimasyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.

Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.


(37)

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga seperti orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara atau merawat dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.


(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

Skema 3.1: Kerangka konsep Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia.

Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat peran keluarga dalam pemenuhan psikologis lansia. Bagi para orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, ternyata kehadiran orang lain sangat berarti (Hadi, 2004). Lansia mungkin dapat mengalami pengasingan dari anggota keluarga karena banyak alasan, seperti penyalahgunaan obat atau alkohol dan ketidaksetujuan terhadap agama, orientasi seksual, pilihan terhadap pasangan pernikahan, masalah

Pemenuhan kebutuhan psikologis lansia : 1. Penurunan kondisi fisik

2. Penurunan fungsi dan potensi seksual 3. Perubahan aspek psikososial

4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

5. Perubahan dalam peran sosial Peran Keluarga


(39)

keturunan, atau masalah bisnis. Pengasingan dari cucu dan cicit dapat sangat menyakitkan. Seiring dengan waktu, lansia dapat merindukan untuk membina ikatan keluarga yang pecah tahun-tahun sebelumnya. Merujuk pasien tersebut ke terapi keluarga dapat sangat efektif (Stockslager dan Liz, 2007).

3.2 Defenisi Operasional

Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan psikologis pada lansia. Hal ini dapat mempengaruhi kebutuhan psikologis lansia, untuk itu lansia memerlukan upaya pencegahan atau menghindari terjadinya hal tersebut dan dalam hal ini lansia membutuhkan peran dari keluarga.

Adapun kebutuhan psikologis lansia adalah : 1. Penurunan kondisi fisik

Keluarga menjaga dan mempertahankan fisik lansia dengan melakukan kegiatan bersama dalam batas kemampuan lansia. Keluarga mengingatkan lansia merawat diri atau kebersihan dirinya. Keluarga menjaga dan memeriksakan kesehatan lansia secara teratur.

2. Penurunan fungsi dan potensi seksual

Keluarga menberikan rasa aman dan nyaman pada lansia. Keluarga mendengarkan cerita lansia. Keluarga mendukung lansia yang sudah dtinggal pasangannya untuk memiliki pasangan kembali.

3. Perubahan aspek psikososial

Keluarga memfasilitasi kebutuhan lansia dan menemani lansia berkunjung kerumah kerabat yang lain. Keluarga mengajak lansia untuk mengobrol


(40)

dan melibatkan lansia dalam kegiatan keluarga. Keluarga memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu

4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

Keluarga mendukung dan menyediakan lansia kegiatan untuk mengisi hari-harinya. Keluarga mendukung lansia bahwa ia bisa memperoleh penghasilan dengan pekerjaan barunya.

5. Perubahan dalam peran sosial dimasyarakat

Keluarga memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya seperti yasinan, dan posyandu lansia. Keluarga menemani lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol. Keluarga menemani lansia memenuhi kebutuhan spiritualnya.


(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor.

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik sampling 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah bapak/ibu yang berusia > 60 tahun. Data yang diperoleh dari Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor pada tahun 2010 jumlah lansia adalah 313 orang dalam 5 lingkungan yaitu lingkungan I ada 50 orang, lingkungan II ada 62 orang, lingkungan III ada 60 orang, lingkungan IV ada 69 orang, lingkungan V ada 72 orang. Karena Kelurahan tersebut luas,maka peneliti memprioritaskan pada lingkungan yang jumlah lansianya paling banyak yaitu di Lingkungan V. Sehingga diambil satu lingkungan untuk mewakili dari 5 lingkungan di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor yaitu lingkungan V yang memiliki jumlah lansia terbanyak dari ke 5 lingkungan tersebut.


(42)

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel untuk penelitian ini diambil di satu lingkungan, yaitu lingkungan V yang memiliki jumlah lansia terbanyak yaitu 72 orang.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berilut : a. Dapat berbahasa Indonesia dengan baik

b. Dapat membaca dan menulis

c. Lansia yang tinggal bersama keluarga 4.2.3 Teknik Sampling

Dari pengambilan data jumlah keluarga yang memiliki lansia di lingkungan V adalah 61 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan kriteria di kehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2003).

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan V Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor. Lokasi tersebut dipilih karena populasi lansia yang terbanyak diantara 5 lingkungan yang ada. Penelitian akan dilakukan setelah mendapatkan surat izin penelitian dari institusi. Sehingga dapat mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor.


(43)

4.4 Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pembagian kuesioner, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur kepada responden. Jika responden bersedia, maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan persetujuan secara verbal (lisan). Responden berhak menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa ada tekanan, dan peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden, tetapi cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2003).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori yang ada pada tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua bagian. Pertama data demografi mencakup data mengenai hubungan responden dengan lansia, status dalam keluarga, usia responden,


(44)

pendidikan terakhir, agama, suku, penghasilan perbulan, usia lansia yang dirawat, penyakit atau masalah kesehatan lansia, dan lama penyakit atau masalah kesehatan lansia. Kedua, kuesioner tentang penatalaksanaan peran keluarga yang terdiri dari 21 pernyataan (1-21) dengan jawaban “ya” dengan nilai satu dan “tidak” dengan nilai nol. Kuesioner ini terdiri dari enam pernyataan tentang peran keluarga dalam psikologi penurunan fisik lansia (nomor 1-6), tiga pertanyaan tentang peran keluarga dalam psikologis penurunan fungsi dan potensi seksual lansia (nomor 7-9), empat pernyataan tentang peran keluarga dalam psikologis perubahan aspek psikososial lansia (nomor 10-14), tiga pernyataan tentang peran keluarga dalam psikologis perubahan yang berkaitan pekerjaan lansia (nomor 15-17), empat pernyataan tentang peran keluarga dalam psikologi perubahan peran dimasyarakat (nomor 18-21).

4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2005). Sebuah instrumen dikatakan valid, bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variebel yang diteliti. Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas instrumen dilakukan oleh ahli Keperawatan Komunitas Departemen Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(45)

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrument sehingga dapat digunakan peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Reliabilitas indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hali ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten dan bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan (Arikunto, 2006). Dengan rumus K-R 20 karena instrument terdiri dari 21 pernyataan atau dengan jumlah butir pertanyaan ganjil (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data, kepada responden yang memenuhi kriteria seperti responden yang sebenarnya sebanyak 20 orang (Arikunto, 2006). Menurut Polit & Hungler (1995) suatu intrumen yang baru reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih diperoleh dengan komputerisasi. Hasil dalam Uji reliabilitas yang telah dilakukan adalah 0,761. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan lansia yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

1.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan data yang digunakan dengan cara: 1)Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi


(46)

Fakultas Keperawatan USU, 2)Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke BALITBANG Kantor Walikota di Sumatera Utara, 3)Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke Kantor Kecamatan Medan Johor, 4)Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke Kantor Kelurahan Kedai Durian, 5)Membentuk Tim Untuk Pengambilan data yang terdiri dari 4 orang, 6)Menjelaskan kepada tim isi data yang akan diambil sesuai dengan tujuan penelitian, 7)Setelah mendapatkan izin kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian, 8)Menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat penelitian, 9)Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani inform consent, 10)Mengidentifikasi peran keluarga dengan menggunakan kuesioner selama 10 menit, 11)Sewaktu pengisian kuesioner responden dibantu oleh peneliti, 12)Kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang telah terkumpul kemudian diolah atau dianalisa.

4.8 Analisa Data

Analisa data bila setelah semua data terkumpul melalui melalui beberapa tahap dimulai dari editing untuk menambah kelengkapan data, kemudian memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi, selanjutnya memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dan teknik komputerisasi dimana data akan dianalisis secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel


(47)

distribusi frekuensi. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi 21.

kelas Banyak

Rentang P=

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 21 dan banyak kelas 3 yaitu baik, cukup, kurang. sehingga diperoleh P= 7. Dengan P= 7 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka pengetahuan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut: Baik: 15-21, Cukup: 8-14, Kurang: 0-7.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia yang di laksanakan pada bulan Januari 2012 di Lingkungan V Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 61 responden.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan tentang karateristik responden, yaitu status dalam keluarga adalah Anak Lansia (72,05%). Mayoritas berusia 26-35 tahun (68,85%). Rata-rata pendidikan terakhir responden SMP (34,4%). Adapun agama yang dianut mayoritas adalah islam (88,5%), dan kebanyakan bersuku jawa (63,93%). Usia lansia yang dirawat terbanyak berusia 71-80 tahun (70,49%), adapun penyakit yang diderita lansia kebanyakan Rematik (40,98%), dan lama penyakit yang diderita 10-20 tahun (39,34%). Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1.


(49)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik responden keluarga dengan anggota keluarga lansia

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)

Status dalam keluarga

- Anak lansia

- Anak Menantu

- Cucu

Usia Responden

- 15-25 tahun

- 26-35 tahun

- 36-45 tahun

Pendidikan Terakhir

- Tidak Sekolah

- SD

- SMP

- SMA

- Perguruan tinggi Agama - Islam - Katolik Protestan Suku - Jawa - Minang - Batak Melayu Penghasilan Perbulan - <1 juta - 1 juta – 2 juta >2 juta

Usia Lansia

- 60-70 tahun

- 71-80 tahun

- >81 tahun Penyakit Lansia

- Tidak Ada

- Rematik

- Hipertensi

- Diabetes

- Sesak Nafas

- Maag Kronik

- Jantung

Lama Penyakit Lansia

- Tidak Ada

- <1 tahun

- 1-5 tahun

- 10-20 tahun

44 14 3 16 42 3 2 19 21 15 4 54 6 1 25 12 16 8 39 19 3 16 43 2 7 25 10 8 7 2 2 7 4 13 24 72,05 22,9 4,9 26,2 68,8 4,9 3,2 31,1 34,4 24,5 6,5 88,5 9,8 1,6 40,9 19,6 26,2 13,1 63,9 31,1 4,9 26,2 70,4 3,2 11,4 40,9 16,3 13,1 11,4 3,2 3,2 11,4 6,5 31,3 39,3


(50)

5.1.2 Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis pada lansia 1. Penurunan kondisi fisik

Dari hasil penelitian diperoleh data peran keluarga dalam memenuhan kebutuhan penurun kondisi fisik pada lansia yang terbanyak yaitu dari pernyataan mengingatkan lansia untuk menyikat gigi (86,89%). Dan yang sedikit yaitu dari pernyataan keluarga membantu atau mngingatkan lansia untuk membersihkan diri atau mandi terlihat (40,98%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memenuhi penurunan kondisi fisik pada lansia.

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

1 2 3 4 5 6

Keluarga mendukung lansia melakukan aktivitas fisik disukai dalam batas kemampuannya.

Keluarga mengingatkan lansia untuk menyikat gigi setiap hari.

Keluarga mempertahankan kekuatan fisik lansia dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga. Keluarga memeriksakan kesehatan lansia secara teratur.

Keluarga mengingatkan lansia untuk beristirahat atau tidur.

Keluarga membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri atau mandi

50 53 46 40 47 25 81,9 86,89 75,41 65,57 77 40,98 11 8 15 21 14 36 18,03 13,11 24,59 34,43 23 56,02

2. Penurunan fungsi dan potensi seksual

Data penelitian peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia yang terbanyak yaitu berdasarkan pernyataan keluarga mendengarkan setiap keluhan lansia sebanyak (62,3%). Dan yang sedikit yaitu dari pernyataan keluarga memberikan lingkungan yang nyaman bagi lansia (44,26%).


(51)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia.

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

7 8

9

Keluarga mendengarkan setiap keluhan lansia.

Keluarga mendukung lansia untuk memiliki pasangan kembali, Keluarga memberikan lingkungan yang nyaman bagi lansia.

38 34 27 62,3 55,74 44,26 23 27 34 37,7 44,26 55,74

3. Perubahan aspek psikososial

Berdasarkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan perubahan aspek psikososial pada lansia yang terbanyak yaitu dari pernyataan keluarga memenuhi segala kebutuhan lansia (93,44%). Dan yang sedikit yaitu dari pernyataan keluarga memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan (52,46%).

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi peran keluarga dalam memenuhi perubahan aspek psikososial pada lansia.

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

10 11

12 13 14

Keluarga memenuhi segala kebutuhan lansia.

Keluarga menemani lansia berkunjung kerumah kerabat yang lain.

Keluarga menemani lansia untuk mengobrol.

Keluarga melibatkan lansia dalam kegiatan keluarga.

Keluarga memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan. 57 55 45 53 32 93,44 90,16 73,77 86,89 52,46 4 6 16 8 29 6,55 9,83 26,23 13,11 47,54


(52)

4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

Dari distribusi tabel peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan pada lansia yang terbanyak yaitu pernyataan keluarga mendukung lansia dalam kegiatan mengisi hari-harinya dengan kegiatan, seperti berkebun, berternak,dll (85,25%). Dan yang sedikit dari pernyataan keluarga memfasilitasi kegiatan lansia (52,46%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan pada lansia.

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

15

16 17

Keluarga mendukung lansia dalam kegiatan mengisi hari-harinya dengan kegiatan, seperti berkebun, berternak, dll.

Keluarga memfasilitasi kegiatan lansia.

Keluarga meyakinkan lansia bawhwa ia bisa memperoleh penghasilan dengan pekerjaan barunya. 52 32 36 85,25 52,46 59,02 9 29 25 14,25 47,54 40,98

5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

Dilihat dari peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan perubahan dalam peran sosial di masyarakat yang terbanyak yaitu berdasarkan pernyataan keluarga menemani lansia pergi ketempat ibadah (77,05%). Dan yang sedikit dari pernyataan keluarga memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya (yasinan, arisan, dll) (42,62%).


(53)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan perubahan dalam peran sosial di masyarakat .

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

18

19

20 21

Keluarga memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya (yasinan, arisan, dll).

Keluarga menemani lansia bertemu teman sebayanya untuk mengobrol. Keluarga menemani lansia pergi ketempat ibadah.

Keluarga mengingatkan lansia dalam kegiatan posyandu lansia.

26 44 47 44 42,62 72,13 77,05 72,13 35 17 14 17 57,38 27,87 22,95 27,87

Berdasarkan hasil penelitian pengelompokan tingkat peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia dikelurahan Kedai Durian kecamatan Medan Johor, terlihat bahwa mayoritas dalam kategori peran baik 32 responden (52,46%) dengan skor kuesioner 15-21, kategori peran cukup yaitu 25 responden (40,98%) dengan skor kuesioner 8-14, dan hanya 4 responden (6,55%) yang termasuk kategori peran kurang dengan skor kuesioner 0-7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia di Lingkungan V Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor.

Kategori Peran Skor Kuesioner Frekuensi Presentasi %

Baik Cukup Kurang 15-21 8-14 0-7 32 25 4 52,46 40,96 6,55


(54)

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor, terlihat bahwa keluarga dalam peran baik 32 responden (52,46%). Peneliti berasumsi mayoritas responden berada dalam kategori peran yang baik, karena mayoritas lansia tinggal bersama anak kandungnya (77,05%). Karena bagi orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, kehadiran orang lain sangat berarti (Hadi, 2004). Merujuk pasien tersebut ke terapi keluarga dapat sangat efektif (Stockslager dan Liz, 2007).Dan sebagai keluarga yang memiliki lansia, setiap anggota keluarga harus saling menyayangi dan menghargai agar tercipta rasa aman dan nyaman pada setiap anggota keluarga.

Pada lansia akan timbul penurunan fungsi tubuh sehingga akan timbul masalah-masalah fisik pada lansia. Penyakit yang diderita lansia di lingkungan V kebanyakan adalah rematik (40,98%). Dan lama menderita penyakit 10-20 tahun (39,3%). Dari tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1998) disebutkan keluarga bertugas mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, dan merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat. Keluarga berperan baik dengan lansia karena mengetahui penyakit yang diderita lansia dan lama penyakit yang


(55)

telah di derita. Hal ini juga diperlihatkan pada pernyataan keluarga memeriksakan kesehatan lansia secara teratur (65,57%).

Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Penelitian yang diperoleh dari penurunan kondisi fisik pada lansia berdasarkan pernyataan keluarga mengingatkan lansia untuk menyikat gigi (86,89%) dan keluarga membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri atau mandi (40,98%). Terlihat peran keluarga terhadap lansia baik karena keluarga menyadari perannya dalam menjaga kondisi fisik lansia. Sesuai dengan fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman (1998) menyebutkan salah satunya yaitu fungsi pemeliharaan kesehatan. Yang mengatakan fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktifitas yang tinggi, fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Yang dapat dilihat pada pernyataan keluarga mempertahankan kekuatan fisik lansia dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga (75,41%).

Pada hasil penelitian peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia yaitu berdasarkan pernyataan keluarga mendengarkan setiap keluhan lansia (62,3%). Dalam hal ini lansia merasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksualnya, dan sikap keluarga yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. Lansia kelelahan dan bosan karena kurang variasi


(56)

dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya (Arya, 2009). Keluarga memperhatikan kebutuhan seksual lansia dengan baik. Terlihat dari pernyataan keluarga yang mendukung lansia memiliki pasangan kembali (55,74%), dikarena mayoritas lansia telah kehilangan pasangan hidupnya.

Peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan perubahan aspek psikososial pada lansia yang berdasarkan pernyataan keluarga memenuhi segala kebutuhan lansia (93,44%). Sesuai dengan fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman (1998) yaitu fungsi afektif. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Setiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan berhubungan dalam keluarga.

Dalam hasil penelitian dari data peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan adalah baik yaitu berdasarkan pernyataan keluarga mendukung lansia dalam kegiatan mengisi hari-harinya dengan kegiatan, seperti berkebun, berternak, dll (85,25%). Dengan fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman (1998) yaitu fungsi ekonomi. Menyatakan keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat mengembangkan kemampuan individu


(57)

untuk meningkatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, rumah dan kebutuhan lainnya. Dalam hal ini keluarga berusaha mencegah terjadinya post power syndrome pada lansia pada saat lansia mengalami kegagalan dalam karir dengan tetap mendukung segala bentuk pekerjaan yang dilakukan lansia sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari. Yang terlihat pada pernyataan keluarga meyakinkan lansia bahwa lansia bisa memperoleh penghasilan dengan pekerjaan barunya (59,02%)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang kebutuhan sosial lansia dalam berhubungan dengan masyarakat sekitar, oleh sativa (2010) menunjukkan bahwa lansia masih sangat membutuhkan hubungan interpersonal dengan tetangga disekitar rumah sebagai upaya menjaga suasana hati lansia terkait rasa kesepian. Dari pernyataan keluarga menemani lansia bertemu teman sebayanya untuk mengobrol (72,13%). Hal ini menyatakan keluarga berperan baik dalam memenuhi kebutuhan perubahan dalam peran sosial lansia dimasyarakat. Dalam peran keluarga terhadap lansia menurut Mubarak (2006), yaitu memotivasi dan memfasilitasikan lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual, dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia kepada Tuhan YME. Dari pernyataan keluarga menemani lansia pergi ketempat ibadah (77,05 %). Hal ini menunjukkan keluarga membantu lansia untuk melewati hari-hari tuanya dan mendekatkan lansia dengan Tuhan agar dapat menerima keadaannya saat ini.


(58)

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system (Kozier, Barbara, 1995). Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dan berdasarkan hasil penelitian didapatkan keluarga berperan baik (52,46%) dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia.


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan terhadap 61 orang responden (keluarga) di Lingkungan V Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor tahun 2012. Hasil penelitian ini menggambarkan peran keluarga dalam pemenuhan psikologis lansia.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa mayoritas keluarga memiliki peran yang baik yaitu sebanyak 32 responden (52,46%), selebihnya pengetahuan cukup sebanyak 25 responden (40,98%), dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 4 responden (6,55%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran yang baik dalam pemenuhan kebutuhan lansia. Meskipun ada beberapa responden yang perannya masih kurang.

Adapun sebagian keluarga yang masih belum mengerti tentang kebutuhan psikologis lansia mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang didapat oleh keluarga. Hal ini menunjukkan masih kurangnya peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia.

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan diharapkan untuk menggali lebih dalam lagi pengetahuan tentang keperawatan kemunitas mengenai peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia. Sehingga perawat-perawat


(60)

dapat menjelaskan pentingnya merawat lansia didalam lingkungan keluarga.

6.2.2 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai acuan bagi perawat komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai peran keluarga dalam merawat lansia yang baik. Sehingga dapat meningkatkan kuwalitas hidup lansia.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai evidence base bagi penelitian selanjutnya terkait dengan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia. Penelitian lanjutan juga perlu dilakukan tentang hubungan antara terpenuhinya kebutuhan psikologis lansia dengan status kesehatan lansia. Penelitian lanjutan terkait dengan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia sebaiknya dilakukan dengan menggunakan lansia sebagai responden agar hasil peran keluarga lebih benar tanpa ada yang di rekayasa dan jumlah sampel yang lebih representatif dan lokasi penelitian yang berbeda.

6.2.4 Keluarga

Keluarga di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor tetap meningkatkan partisipasi dalam merawat lansia dengan baik, sehingga kuwalitas hidup lansia semakin bertambah, dan demikian tercipta masyarakat yang sehat. Bagi keluarga yang masih kurang dalam merawat lansia hendaknya menanyakan kepada petugas kesehatan.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arya Utama. (2009). Psikologi Pada Lansia. Diambil pada tanggal 24 mei 2011, http://ilmupsikologi.wordpress.com/2009/12/11/psikologi-lansia

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi IV. Cetakan 3. Jakarta : Rineka Cipta.

Harlock, Elizabeth. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ferry Efendi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika. Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.

Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal. (2006). Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cita.

Setiadi, (2008). Kosep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiawati.S dan Dermawan.C, Agus. (2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Cetakan 1, Edisi 2. Jakarta : Trans Info Media.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8., Jakarta: EGC.

Stockslager, Jaime L dan Liz Schaeffer. (2007). Asuhan Keperawatan Geriatrik, Edisi 2., Jakarta:EGC


(62)

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan Februari Maret April Mei September

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1. Mengajukan judul penelitian 2. Revisi judul penelitian 3. Konsultasi Bab I dan II 4. Revisi Bab I dan II

5. Konsultasi Bab II, III, dan IV 6. Revisi Bab II, III, dan IV

7. Revisi Bab III dan konsultasi alat instrumen

8. Revisi alat instrumen 9. Revisi alat instrumen 10. Sidang proposal 11. Revisi Proposal 12. Uji Validitas 13. Uji Reliabilitas 14. Pengambilan Data 15. Pengolahan Data 16. Sidang Skripsi


(63)

No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1. Mengajukan Judul Penelitian 2. Revisi Judul Penelitin

3. Konsultasi Bab I dan II 4. Revisi Bab I dan II

5. Konsultasi Bab II, III, dan IV 6. Revisi Bab II, III, dan IV 7. Revisi Bab III dan konsultasi

alat instrumen 8. Revisi alat instrumen 9. Revisi alat instrumen 10. Sidang proposal 11. Revisi Proposal 12. Uji Validitas 13. Uji Reliabilitas 14. Pengambilan Data 15. Pengolahan Data 16. Konsultasi BAB V dan VI 16. Sidang Skripsi


(64)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya adalah mahasiswa S1 Ekstensi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Nama : Wahyuzar Adrian

NIM : 101121035

Akan melakukan penelitian dengan judul “Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Psikologis Lansia diLingkungan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikologis lansia di Lingkungan V Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor.

Saya mengharapkan tanggapan/jawaban yang bapak/ibu berikan berasal dari hati nurani sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain. Informasi yang bapak/ibu berikan akan dipergunakan untuk pengembangan kualitas pelayanan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas dan informasi yang bapak/ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya.

Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas untuk ikut serta menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, silahkan bapak/ibu menandatangani kolom ini.

Medan, Januari 2012

Responden Peneliti


(65)

KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian

1. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan.

2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti. A. DATA DEMOGRAFI

1. Kode (diisi oleh peneliti) : ________________

2. Status Dalam Keluarga : ________________

3. Usia : ____ tahun

5. Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah SD

SMP SMA Perguruan Tinggi

6. Agama : Islam Katolik Protestan

Hindu Budha

7. Suku : Jawa Minang Batak

Melayu dll

8. Penghasilan per bulan : < 800.0000 1.200.000

>1.200.000

9. Usia lansia yang dirawat : ____ tahun

10. penyakit / masalah kesehatan lansia : _________________ 11. Lama penyakit / masalah kesehatan lansia : ________________


(66)

B. Data Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Psikologis Lansia

No Pernyataan Ya Tidak

.

1) Keluarga mendukung lansia melakukan aktivitas

fisik yang disukai dalam batas kemampuannya 2) Keluarga mengingatkan lansia untuk mnyikat gigi

setiap hari

3) Keluarga mempertahankan kekuatan fisik lansia

dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga

4) Keluarga memeriksakan kesehatan lansia secara

teratur

5) Keluarga mengingatkan lansia untuk beristirahat / tidur

6) Keluarga membantu dan mngingatkan lansia untuk

membersihkan diri / mandi

7) Keluarga mendengarkan setiap keluhan lansia

8) Keluarga mendukung lansia untuk memiliki

pasangan kembali

9) Keluarga memberikan linkungan yang nyaman bagi

lansia

10)Keluarga memenuhi segala kebutuhan lansia

11)Keluarga menemani lansia berkunjung kerumah

kerabat yang lain

12)Keluarga menemani lansia untuk mengobrol

13)Keluarga melibatkan lansia dalam kegiatan

keluarga

14)Keluarga memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan


(67)

15)Keluarga memberikan lansia kegiatan yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun, beternak, dll

16)Keluarga memfasilitasi kegiatan lansia

17)Keluarga menyakinkan lansia bahwa ia bisa

memperoleh penghasilan dengan pekerjaan barunya

18)Keluarga memfasilitasi lansia untuk mengikuti

kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan, dll.)

19)Keluarga menemani lansia berkumpul dengan

teman sebayanya untuk mengobrol

20)Keluarga menemani lansia pergi ketempat ibadah

21)Keluarga mengingatkan lansia dalam kegiatan


(68)

(69)

(70)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyuzar Adrian

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura/ 16 november 1989

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan : 1. 1996 – 2002 : SD Negeri 4 Tanjung Pura 2. 2002 – 2004 : MTS Negeri Tanjung Pura 3. 2004 – 2007 : MAN Negeri 2 Tanjung Pura

4. 2007 – 2010 : DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. 2010 – Skrg : S1 Ekstensi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(1)

KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian

1. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan.

2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti.

A. DATA DEMOGRAFI

1. Kode (diisi oleh peneliti) : ________________ 2. Status Dalam Keluarga : ________________ 3. Usia : ____ tahun

5. Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah SD SMP SMA

Perguruan Tinggi

6. Agama : Islam Katolik Protestan Hindu Budha

7. Suku : Jawa Minang Batak Melayu dll

8. Penghasilan per bulan : < 800.0000 1.200.000 >1.200.000

9. Usia lansia yang dirawat : ____ tahun

10. penyakit / masalah kesehatan lansia : _________________ 11. Lama penyakit / masalah kesehatan lansia : ________________


(2)

B. Data Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Psikologis Lansia

No Pernyataan Ya Tidak

.

1) Keluarga mendukung lansia melakukan aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya 2) Keluarga mengingatkan lansia untuk mnyikat gigi

setiap hari

3) Keluarga mempertahankan kekuatan fisik lansia dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga

4) Keluarga memeriksakan kesehatan lansia secara teratur

5) Keluarga mengingatkan lansia untuk beristirahat / tidur

6) Keluarga membantu dan mngingatkan lansia untuk membersihkan diri / mandi

7) Keluarga mendengarkan setiap keluhan lansia

8) Keluarga mendukung lansia untuk memiliki pasangan kembali

9) Keluarga memberikan linkungan yang nyaman bagi lansia

10)Keluarga memenuhi segala kebutuhan lansia

11)Keluarga menemani lansia berkunjung kerumah kerabat yang lain

12)Keluarga menemani lansia untuk mengobrol


(3)

15)Keluarga memberikan lansia kegiatan yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun, beternak, dll

16)Keluarga memfasilitasi kegiatan lansia

17)Keluarga menyakinkan lansia bahwa ia bisa memperoleh penghasilan dengan pekerjaan barunya 18)Keluarga memfasilitasi lansia untuk mengikuti

kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan, dll.) 19)Keluarga menemani lansia berkumpul dengan

teman sebayanya untuk mengobrol

20)Keluarga menemani lansia pergi ketempat ibadah 21)Keluarga mengingatkan lansia dalam kegiatan


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyuzar Adrian

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura/ 16 november 1989 Agama : Islam

Riwayat Pendidikan : 1. 1996 – 2002 : SD Negeri 4 Tanjung Pura 2. 2002 – 2004 : MTS Negeri Tanjung Pura 3. 2004 – 2007 : MAN Negeri 2 Tanjung Pura

4. 2007 – 2010 : DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. 2010 – Skrg : S1 Ekstensi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara