Profil Peresepan Obat Pada Pasien Rawat Jalan Jamkesmas Dari Poli Kardiovaskular Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari–Maret 2011

PROFIL PERESEPAN OBAT PADA PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DARI POLI KARDIOVASKULAR
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI–MARET 2011 SKRIPSI
OLEH: TEDY KURNIAWAN BAKRI
NIM 091524002
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara

PROFIL PERESEPAN OBAT PADA PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DARI POLI KARDIOVASKULAR
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI–MARET 2011 SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH: TEDY KURNIAWAN BAKRI
NIM 091524002
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PROFIL PERESEPAN OBAT PADA PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DARI POLI KARDIOVASKULAR
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI–MARET 2011
OLEH: TEDY KURNIAWAN BAKRI

NIM 091524002
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Pada: Juli 2011

Disetujui Oleh: Pembimbing I,

Disahkan Oleh: Panitia Penguji,

Dr. Julia Reveny, M.Si, Apt. NIP 195807101986012001
Pembimbing II

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
Dr. Julia Reveny, M.Si, Apt. NIP 195807101986012001

Dra. Yusmainita, SpFRS., Apt. NIP 19625091992032002

Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. NIP 195208241983031001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001
Medan, Juli 2011 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Dekan,


Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
Universitas Sumatera Utara

PROFIL PERESEPAN OBAT PADA PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DARI POLI KARDIOVASKULAR
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIODE JANUARI – MARET 2011
ABSTRAK
Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukkan bahwa pemakaian obat jauh dari keadaan optimal dan rasional. Peresepan obat berperan penting untuk mengetahui rasionalitas pemakaian obat, dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, sedangkan kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya.
Pada penelitian ini dilakukan pemantauan terhadap peresepan obat pasien rawat jalan Jamkesmas yang terkait dengan pemberian dosis toksik dan interaksi obat dari Poli Kardiovaskular di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan periode Januari-Maret 2011. Jenis penelitian adalah analitik-deskriptif dengan desain prospektif cross sectional. Dengan data lembar resep pasien rawat jalan Jamkesmas yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil Penelitian menujukkan bahwa dari 1019 lembar resep pasien rawat jalan Jamkesmas dari Poli Kardiovaskuler di RSUP H. Adam Malik Medan, diperoleh bahwa interaksi obat terjadi 28,85% dan yang tidak berinteraksi sebesar 71,05%, dimana jumlah kombinasi obat yang paling banyak dengan kombinasi 5 jenis obat yaitu mencapai 295 lembar resep, kemudian kombinasi 6 jenis obat yang mencapai 239 lembar resep. Ditemukan 294 kejadian interaksi obat, terdiri dari 21 jenis obat yang berinteraksi, dengan mekanisme interaksi farmakokinetika 34,26%, farmakodinamika 51,66%, dan unknown 14,07%. Level severitas interaksi obat pada pasien rawat jalan antara lain level severitas interaksi severe 22,04%, moderate 48,73%, dan low 29,21% . Dan tidak ada pemberian dosis toksik pada peresepan obat pasien rawat jalan dari poli Kardiovaskular Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan periode Januari–Maret 2011.
Kata kunci : pola peresepan, rasionalitas peresepan, interaksi obat, dosis toksik, RSUP.H.Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara

PROFILE PRESCRIPTIONS PATIENT JAMKESMAS
FROM THE CARDIOVASCULAR CLINIC
IN GENERAL HOSPITAL HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIOD FROM JANUARY TO MARCH 2011
ABSTRACT
Irrational use of drugs is a serious problem in health care because of possible negative impacts that occur. In many countries, at various levels of health services, studies and findings have shown that drug use is far from optimal and rational state. Prescribing drugs play an important role to determine the rationality of the use of drugs, is said to be irrational if the possibility to give little or no benefit at all, while the potential benefits not worth the possible side effects or cost.

In this research, the monitoring of outpatient prescriptions Jamkesmas associated with toxic dosing and drug interactions from the Cardiovascular Clinic at General Hospital H. Adam Malik Medan period from January to March 2011. Type of analytic-descriptive study was a prospective cross sectional design. With the data sheet outpatient prescription Jamkesmas who fulfilled the inclusion criteria.
Research results showed that from 1019 outpatient prescription sheets of Poly Cardiovascular Jamkesmas in RSUP H. Adam Malik Medan, found that drug interactions occur 28.85% and that do not interact at 71.05%, where the number of the most on prescription by a combination of 5 types of drugs that reach 295 sheets of recipes, then a combination of 6 types of drugs that reach 239 sheets of recipes. Found 294 incidents of drug interactions, consisting of 21 types of drugs that interact, with the mechanism of pharmacokinetic interaction of 34.26%, pharmacodynamics of 51.66% and 14.07% unknown. Level of severity of drug interactions in outpatients include severe levels of interaction 22.04%, 48.73% moderate, and low 29.21%. And there is no toxic dose of outpatient prescriptions of the General Hospital Cardiovascular poly RSUP H. Adam Malik Medan period from January to March 2011.
Keywords: prescribing patterns, rationality of prescribing, drug interactions, toxic doses, RSUP H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Peresepan Obat pada Pasien Rawat Jalan Jamkesmas dari Poli Kardiovaskular di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari–Maret 2011”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Peresepan obat berperan penting untuk mengetahui rasionalitas pemakaian obat, dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan dampak mamfaatnya lebih kecil dibandingkan efek samping atau biaya yang diperlukan. Pemakain obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan. Dosis dan interkasi obat merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan karena dosis obat sangat mempengaruhi efektifitas suatu obat dalam pengobatan dan dengan meningkatnya kompleksitas obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan pada saat ini, dan berkembangnya polifarmasi maka kemungkinan terjadinya interaksi obat merugikan semakin besar. Hal inilah yang menjadi perhatian penulis dan semoga menjadi masukkan bagi dokter, farmasis, dan semua penyedia pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesarbesarnya kapada Dr. Julia Reveny, M.Si, Apt dan Dra. Yusmainita, SpFRS., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr.
Universitas Sumatera Utara

Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Direktur SDM dan Pendidikan, Kepala Instalasi Litbang beserta staf, Kepala Instalasi Farmasi berserta staf, Kepala instalasi Rekam Medis berserta staf, serta Kepala Apotek KPN berserta staf yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua, Ayahanda H. Bakri Usman dan Ibunda Hj. Cut Nilawati tercinta, serta Abang Sulaiman Bakri, S.Pd., Zulfadli, SE., dan kakak Dasrita Bakri M.Si., atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini. Serta ucapan terimakasih kepada semua teman-teman yang telah memberikan dukungan moral dan masukkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Juli 2011 Penulis
Tedy Kurniawan Bakri Nim. 091524002
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman


JUDUL ......................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………… iv

ABSTRAK …………………………………………………………..... ..... vi

ABSTRACT …………………………………………………………........ vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………… ...... viii

DAFTAR TABEL …………………………………………………..... ..... xi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… ...... xii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… .......... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………...... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Kerangka Pikir ………………………………………………

5

1.3 Perumusan Masalah ................................................................. 6

1.4 Hipotesis................................................................................... 7

1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..

9

2.1 Rumah Sakit ………………………………………………..


9

2.2 Resep ……………………………………………………….

10

2.3 Kardiovaskular …………………………………………… .. 11

2.4 Penyakit Kardiovaskular …………………………………. .. 13

Universitas Sumatera Utara

2.5 Dosis Obat ………………………………………………. … 15

2.6 Interaksi Obat …………………………………………..…. 17

2.7 Tingkat Keparahan Interaksi Obat …………………………. 24

BAB III. METODE PENELITIAN ……....................................................


26

3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………..

26

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................. 26

3.2.1 Waktu Penelitian ........................................................... 26

3.2.2 Lokasi Penelitian …………………………………….. 26

3.3 Populasi dan Sampel ….......................................................…… 27

3.3.1 Populasi …………………................................................. 27

3.3.2 Sampel ………….. ………………………………….. …. 27

3.4 Definisi Operasional ………..................................................... 28


3.5 Instrumen Penelitian ................................................................ 29

3.5.1 Sumber Data ………………………………………….. 29

3.5.2 Teknik Pengumpulan data …………………………… . 30

3.6 Pengolahan Data …………………………………………… 30

3.7 Bagan Alur Penelitian ……………………………………… 31

3.8 Langkah Penelitian ………………………………………… 32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 33

4.1 Profil Peresepan Obat ………………………………………. 33

4.2 Gambaran Kejadian Interaksi Obat.............................................. 46

4.3 Profil jenis obat, mekanisme interaksi dan level severitas


interaksi obat.................................................................................. 48

Universitas Sumatera Utara

4.4 Gambaran Dosis Obat Pasien…………...………….................. 53 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 55
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 55 6.2 Saran........................................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 57 LAMPIRAN................................................................................................. 60
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 4.1.a Profil peresepan obat dari Poli Kardiovaskular……………........ 34 Tabel 4.1.b Profil peresepan obat dari Poli Kardiovaskular dengan
resep penyerta dari Poli lainnya………………………...……… 46 Tabel 4.2 Gambaran Interaksi obat pada peresepan obat pasien
rawat jalan Jamkesmas darimPoli Kardiovaskula……………... 47 Tabel 4.3a Profil Jenis obat,mekanisme interaksi, dan level severitas
interaksi pada peresepan obat pasien rawat jalan Jamkesmas dari poli Kardiovaskular di RSUP H.Adam Malik Medan …… 48 Tabel 4.3b Jumlah kasus masing-masing pola mekanisme interaksi obat pada pasien rawat jalan Jamkesmas dari Poli Kardiovaskular di RSUP H.Adam Malik Medan ….…………………………. 50 Tabel 4.3c Jumlah kasus masing-masing level interaksi obat pada pasien rawat jalan Jamkeskas dari Poli Kardiovaskular di RSUP H.Adam Malik Medan …………………….. ……… 51 Tabel 4.4 Gambaran dosis obat pasien………………………………….. 53
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1.1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat …… 6 Gambar 3.7 Bagan Alur Penelitian ………………………………………. 31
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Profil peresepan obat pasien rawat jalan Jamkesmas
dari Poli Kardiovaskular di RSUP. H. Adam Malik Medan Periode Januari – Maret 2011……………………………… 60 Lampiran 2 Data pemberian dosis obat pada pasien rawat jalan dari Poli Kardiovaskular di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari-Maret 2011………………………………… 65 Lampiran 3 Data Interaksi Obat-obat pada pasien rawat jalan

Jamkesmas di RSUP H. Adam Malik Medan

periode Januari–Maret 2011……………………………… 67

Lampiran 4 Lembar Formulir data wawancara pasien rawat jalan Jamkesmas dari Poli Kardiovaskular RSUP H. Adam Malik Medan……………………………………………………….
Lampiran 5 Surat keterangan telah selesai melaksanakan penelitian di di RSUP H. Adam Malik Medan…………………………....

90 94

Universitas Sumatera Utara

PROFIL PERESEPAN OBAT PADA PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DARI POLI KARDIOVASKULAR
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIODE JANUARI – MARET 2011
ABSTRAK

Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukkan bahwa pemakaian obat jauh dari keadaan optimal dan rasional. Peresepan obat berperan penting untuk mengetahui rasionalitas pemakaian obat, dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, sedangkan kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya.
Pada penelitian ini dilakukan pemantauan terhadap peresepan obat pasien rawat jalan Jamkesmas yang terkait dengan pemberian dosis toksik dan interaksi obat dari Poli Kardiovaskular di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan periode Januari-Maret 2011. Jenis penelitian adalah analitik-deskriptif dengan desain prospektif cross sectional. Dengan data lembar resep pasien rawat jalan Jamkesmas yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil Penelitian menujukkan bahwa dari 1019 lembar resep pasien rawat jalan Jamkesmas dari Poli Kardiovaskuler di RSUP H. Adam Malik Medan, diperoleh bahwa interaksi obat terjadi 28,85% dan yang tidak berinteraksi sebesar 71,05%, dimana jumlah kombinasi obat yang paling banyak dengan kombinasi 5 jenis obat yaitu mencapai 295 lembar resep, kemudian kombinasi 6 jenis obat yang mencapai 239 lembar resep. Ditemukan 294 kejadian interaksi obat, terdiri dari 21 jenis obat yang berinteraksi, dengan mekanisme interaksi farmakokinetika 34,26%, farmakodinamika 51,66%, dan unknown 14,07%. Level severitas interaksi obat pada pasien rawat jalan antara lain level severitas interaksi severe 22,04%, moderate 48,73%, dan low 29,21% . Dan tidak ada pemberian dosis toksik pada peresepan obat pasien rawat jalan dari poli Kardiovaskular Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan periode Januari–Maret 2011.
Kata kunci : pola peresepan, rasionalitas peresepan, interaksi obat, dosis toksik, RSUP.H.Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara

PROFILE PRESCRIPTIONS PATIENT JAMKESMAS
FROM THE CARDIOVASCULAR CLINIC
IN GENERAL HOSPITAL HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIOD FROM JANUARY TO MARCH 2011
ABSTRACT
Irrational use of drugs is a serious problem in health care because of possible negative impacts that occur. In many countries, at various levels of health services, studies and findings have shown that drug use is far from optimal and rational state. Prescribing drugs play an important role to determine the rationality of the use of drugs, is said to be irrational if the possibility to give little or no benefit at all, while the potential benefits not worth the possible side effects or cost.
In this research, the monitoring of outpatient prescriptions Jamkesmas associated with toxic dosing and drug interactions from the Cardiovascular Clinic at General Hospital H. Adam Malik Medan period from January to March 2011. Type of analytic-descriptive study was a prospective cross sectional design. With the data sheet outpatient prescription Jamkesmas who fulfilled the inclusion criteria.
Research results showed that from 1019 outpatient prescription sheets of Poly Cardiovascular Jamkesmas in RSUP H. Adam Malik Medan, found that drug interactions occur 28.85% and that do not interact at 71.05%, where the number of the most on prescription by a combination of 5 types of drugs that reach 295 sheets of recipes, then a combination of 6 types of drugs that reach 239 sheets of recipes. Found 294 incidents of drug interactions, consisting of 21 types of drugs that interact, with the mechanism of pharmacokinetic interaction of 34.26%, pharmacodynamics of 51.66% and 14.07% unknown. Level of severity of drug interactions in outpatients include severe levels of interaction 22.04%, 48.73% moderate, and low 29.21%. And there is no toxic dose of outpatient prescriptions of the General Hospital Cardiovascular poly RSUP H. Adam Malik Medan period from January to March 2011.
Keywords: prescribing patterns, rationality of prescribing, drug interactions, toxic doses, RSUP H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam
pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukkan bahwa pemakaian obat jauh dari keadaan optimal dan rasional. Banyak hal yang dapat ditingkatkan dalam pemakaian obat pada umumnya dan khususnya dalam peresepan obat (prescribing). Secara singkat, pemakaian obat (lebih sempit lagi adalah peresepan obat atau prescribing), dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan memberikan manfaat sangat kecil atau tidak ada sama sekali, sehingga tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya (Vance dan Millington, 1986).
Di sini terkandung aspek manfaat, risiko efek samping dan biaya. Tidak dapat disangkal lagi bahwa dalam membuat pertimbangan mengenai manfaat, risiko dan biaya ini masing-masing dokter dapat berbeda sama sekali. Tetapi perbedaan tersebut dapat dikurangi atau diperkecil kalau komponen-komponen dasar dalam proses keputusan terapi atau elemen-elemen pokok pemakaian obat secara rasional tetap selalu dipertimbangkan (Vance dan Millington, 1986).
Dosis atau takaran suatu obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau yang dapat diberikan kepada seseorang penderita untuk pengobatan (Syamsuni, 2007). Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutis dan
Universitas Sumatera Utara

rectal. Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan apabila dibelakang jumlah obat bersangkutan pada resep dibubuhi tanda seru dan paraf dokter penulis resep (Farmakope Indonesia III, 1979).
Suatu penelitian tentang Drug Related Problems (DRPs) pada resep dokter anak di Instalasi Rawat Jalan RSUD Wirosaban Yogyakarta menunjukkan kejadian DRPs kategori dosis toksik masuk dalam peringkat pertama untuk DRPs yang sering terjadi yaitu sebesar 50,72%, dan sebanyak 28,99% kasus dosis kurang (Rahmawati, 2006).
Suatu interaksi bisa terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungan. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau yang terjadi ketika satu obat hadir bersama dengan obat yang lainnya (Stockley, 2008). Kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar dengan meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan saat ini dan kecenderungan polifarmasi. Telah menjadi semakin sulit bagi dokter dan apoteker untuk akrab dengan seluruh potensi interaksi (Tatro, 2001).
Sebuah studi yang melibatkan 9900 pasien dengan 83200 paparan obat, 234 (6,5%) dari 3600 pasien mengalami reaksi obat merugikan yang termasuk ke dalam kategori interaksi obat. Studi lain yang dilakukan oleh Gallery et al., (1994) menemukan bahwa dalam peresepan dengan total jumlah pasien sebanyak 160 pasien, terjadi 221 interaksi obat, sebanyak 24 kasus (10,85%) termasuk kategori severe, 115 kasus (52,03%) termasuk kategori moderate dan 82 kasus (37,12%) termasuk kategori low. Studi lain yang dilakukan oleh Hajebi et al., (2000) mengevaluasi interaksi obat pada 3130 resep dari 4 bagian di sebuah rumah sakit
Universitas Sumatera Utara

pendidikan, hasilnya menunjukkan bahwa dari 3130 resep terjadi 156 kejadian interaksi obat (Nazzari dan Mochadam, 2006).
Penelitian yang dilakukan disalah satu apotek di Jakarta, di peroleh persentase obat oral Kardiovaskular yang rasional pada sampel yang dibatasi 138 lembar resep adalah 89,86% (124 lembar resep) dan sisanya 10,14% (14 lembar resep) dinyatakan tidak rasional jika ditinjau dari interaksi obat yang terjadi. Ketidakrasionalan obat yang terjadi karena ketidak sesuaian kombinasi obat dalam satu resep yang mengakibatkan terjadinya interaksi antar obat yang dapat mengakibatkan kehilangan kerja obat, berkurangnya efek obat, dan peningkatan toksisitas obat (Herianto, dkk., 2006).
Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada beberapa tahap, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi (Fradgley, 2003). Beberapa kejadian interaksi obat sebenarnya dapat diprediksi sebelumnya dengan mengetahui efek farmakodinamik serta mekanisme farmakokinetik obat-obat tersebut. Pengetahuan mengenai hal ini akan bermanfaat dalam melakukan upaya pencegahan terhadap efek merugikan yang dapat ditimbulkan akibat interaksi obat (Quinn dan Day, 1997).
Keparahan/severitas interaksi juga harus diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga level yaitu minor, moderate, dan major atau severe, moderate dan low. Sebuah interaksi termasuk ke dalam severitas severe jika interaksi mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya
Universitas Sumatera Utara

terhadap pasien jika terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan absorbsi ciprofloxacin oleh antasida ketika dosis diberikan kurang dari dua jam setelahnya. Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi vancomicin dan gentamicin perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas. Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan low jika terdapat probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen. Contohnya adalah perkembangan aritmia yang terjadi karena pemberian eritromisin dan terfenadin (Bailie, 2004).
Tidak semua interaksi obat akan bermakna secara signifikan, walaupun secara teoritis mungkin terjadi. Banyak interaksi obat yang kemungkinan besar berbahaya terjadi hanya pada sejumlah kecil pasien. Namun demikian, seorang farmasis perlu selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya efek merugikan akibat interaksi obat ini untuk mencegah timbulnya risiko morbiditas atau bahkan mortalitas dalam pengobatan pasien (Rahmawati, 2006).
Berdasarkan studi orientasi di RSUP H. Adam Malik Medan bulan November 2010, pasien dari Poli Kardiovaskular cukup banyak di mana tiap bulannya lebih dari 300 pasien dan ini menjadi perhatian melihat semakin meningkatnya pasien penyakit jantung. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang peresepan obat-obat dari Poli Kardiovaskular pada pasien rawat jalan
Universitas Sumatera Utara

Jamkesmas di RSUP H. Adam Malik Medan untuk menilai kondisi interaksi obat yang terjadi pada peresepan obat dan ada tidaknya pemberian dosis toksik dalam peresepan obat. 1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang ada tidaknya peresepan obat dengan dosis toksik, ada tidaknya terjadi interaksi obat, frekwensi interaksi, mekanisme interaksi, dan mengidentifikasi obat-obat yang sering berinteraksi serta menentukan tingkat severitas interaksi obat yang terjadi serta di RSUP H. Adam Malik, Medan.
Pada penelitian ini interaksi obat dan dosis obat sebagai variabel bebas (independent variable) dan sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah frekuensi interaksi, mekanisme interaksi, jenis obat yang berinteraksi, level severitas interaksi serta dosis toksik.
Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Universitas Sumatera Utara

Variabel Bebas
Interaksi obat

Variabel Terikat
Frekuensi interaksi
Mekanisme interaksi
Jenis obat yang
berinteraksi
Level severitas interaksi

Farmakokinetik Farmakodinamik
Unknown
Severe/Major Moderate Low/Minor

Dosis obat

Dosis Toksik

Frekuensi Dosis Toksik

Gambar 1.1. Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah peresepan obat pasien rawat jalan Jamkesmas dari Poli Kardiovaskular di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari-Maret 2011 adalah sebagai berikut : a. apakah ada pemberian obat dengan dosis toksik pada peresepan? b. apakah terjadi interaksi obat pada peresepan? c. apakah frekuensi interaksi obat yang terjadi pada peresepan tinggi? d. apa sajakah pola mekanisme interaksi obat pada peresepan? e. apa sajakah obat yang sering berinteraksi pada peresepan? f. apa sajakah level severitas interaksi obat pada peresepan?

Universitas Sumatera Utara

1.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian profil peresepan obat pasien rawat jalan Jamkesmas dari Poli Kardiovaskular di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari-Maret 2011 adalah: a. adanya pemberian dosis toksik pada peresepan. b. terjadi interaksi obat pada peresepan. c. tingginya frekuensi interaksi obat pada peresepan. d. adanya pola mekanisme interaksi obat yang beragam pada peresepan. e. interaksi obat yang terjadi pada peresepan terdiri dari beragam jenis obat. f. adanya level severitas interaksi obat yang beragam pada peresepan
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, maka tujuan penelitian profil peresepan obat pasien rawat jalan Jamkesmas dari Poli Kardiovaskular di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari-Maret 2011 adalah: a. Mengetahui apakah ada pemberian obat dengan dosis toksik pada peresepan. b. mengetahui apakah terjadinya interaksi obat pada peresepan. c. mengetahui apakah tinggi frekuensi interaksi obat yang terjadi pada peresepan. d. mengetahui apa sajakah pola mekanisme interaksi obat pada peresepan. e. mengetahui apa sajakah obat yang sering berinteraksi pada peresepan. f. mengetahui apa sajakah level severitas interaksi obat pada peresepan.
Universitas Sumatera Utara

1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. memberikan gambaran mengenai ada tidaknya pemberian dosis toksik pada peresepan. b. memberikan gambaran mengenai interaksi obat pada peresepan. c. memberikan gambaran mengenai frekuensi interaksi obat yang terjadi pada peresepan. d. memberikan gambaran mengenai pola mekanisme interaksi obat pada peresepan. e. memberikan gambaran mengenai obat yang sering berinteraksi pada peresepan. f. memberikan gambaran mengenai level severitas interaksi obat pada peresepan. g. sebagai landasan bagi pemerintah terutama profesional kesehatan untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan dengan peserepan secara rasional dan pelayanan informasi obat secara jelas.
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit: a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit dan rumah sakit Rumah Sakit mempunyai fungsi: a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
Universitas Sumatera Utara

Pada hakikatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).
2.2 Resep Resep adalah permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker/farmasis
pengelola apotek untuk memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk sediaan tertentu sesuai dengan keahliannya, takaran, dan jumlah obat sesuai dengan yang diminta, kemudian menyerahkannya kepada yang berhak/pasien. Lembaran resep umumnya berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran ideal lebar 10-20 cm dan panjang 15-20 cm. Dalam pengertian secara definitive dan teknis, resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resep resmi kepada pasien, format, dan kaedah penulisan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Permintaan tersebut disampaikan kepada farmasis/apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak. Dengan kata lain penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep, diajukan secara tertulis kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai dengan yang tertulis. Pihak apotek berkewajiban melayani secara cermat, memberi informasi secara terutamam yang menyangkut dengan penggunaan dan mengoreksinya bila terjai kesalahan dalam penulisan. Dengan
Universitas Sumatera Utara

demikian pemberian obat lebih rasional, artinya tepat, aman, efektif dan ekonomis (Jas, 2008).
Resep terdiri dari enam bagian yaitu: 1. Inscriptio yaitu meliputi nama dokter, No.Sip.,
Alamat/Telp/Hp/kota/tempat, tanggal menulis resep. Untuk resep obat narkotika, hanya berlaku untuk satu kota propinsi. Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktek pribadi. 2. Invocatio yaitu permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin ”R/=resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek. 3. Prescriptio / Ordonantio, yaitu nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan. 4. Signatura, yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian harus jelas, untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi. 5. Subscriptio, yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut. 6. Pro (peruntukkan), dicantumkan nama dan umur pasien, teristimewa untuk obat narkotika juga harus dicantumkan alamat pasien (Jas, 2008).
2.3 Kardiovaskular Jantung adalah organ sebesar kepalan tangan yang berongga dan terdiri
dari otot. Letaknya didalam rongga dada bagian bawah, dan disebelah kiri tulang dada. Jantung bekerja keras dan kuat memompa darah keseluruh tubuh hingga ke
Universitas Sumatera Utara

semua sel, otot, tulang dan organ. Sepanjang hidup kita jantung berdenyut sekitar sekali setiap detik dan akan lebih sering lagi saat kita melakukan aktifitas fisik. Berat jantung kira-kira setengah kilogram dan memompa sekitar lebih dari 4 liter darah permenitnya. Dalam sehari jantung memompa darah sekitar 7600 liter ke seluruh sistem peredaran darah. Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tipis yang disebut perikardium. Perikardium terdiri dari tiga lapisan jaringan yaitu epikardium, miokardium dan endokardium. Pada jantung sebelah kanan, melalui katup trikuspid darah mengalir dari serambi kanan ke bilik kanan. Katup membuat darah tidak bisa mengalir ke arah sebaliknya. Dari bilik kanan darah dipompa melalui katup pulmoner ke paru untuk mengambil oksigen dan membuang karbon dioksida dan bahan buangan lain ke dalam kantong udara. Dari serambi kiri darah mengalir melalui katup mitral ke bilik kiri. Dari bilik kiri darah dipompa melalui katup aorta menuju keseluruh tubuh termasuk otak, organ lain dan anggota kaki dan tangan. Kontraksi bilik yang memompa darah keluar ke paru maupun kebagian lain tubuh disebut sistole. Sedangkan relaksasi bilik yang membuat darah masuk ke jantung disebut diastole. Ruangan kanan dan kiri berkontraksi dan relaks secara simultan. Kecepatan jantung berkontraksi dan relaksasi bervariasi, tergantung pada aktifitas tubuh saat itu. Dalam keadaan istirahat, jantung memompa lebih lambat. Ketika berlari atau menaiki tangga kecepatan memompa lebih cepat karena otot dan jaringan lain membutuhkan lebih banyak oksigen (Scot, 2008).
Universitas Sumatera Utara

2.4 Penyakit Kardiovaskular Lebih dari 17 juta orang meninggal dunia per tahun akibat penyakit
kardiovaskular. Banyaknya orang yang meninggal dunia ini menjadikan penyakit kardiovaskular sebagai salah satu penyakit yang memakan korban jiwa terbesar secara global. Di Indonesia, stroke, hipertensi dan penyakit jantung iskemik menempati proporsi terbesar (27.3%) penyebab kematian semua umur (Herianto,dkk, 2006).
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, ancaman dari si pembunuh no 1 dunia belum pernah surut. Tak lagi orangtua yang menjadi sasarannya, generasi yang lebih muda 20 tahun pun kini ikut menjadi targetnya. Bukan virus atau senjata yang membuat si pembunuh datang tapi perilaku hidup yang menentukan. “Kardiovaskular terus menjadi pembunuh nomor satu dunia dan angka kejadiannya terus meningkat dan hampir separuh kasus yang terjadi ada di kawasan Asia Pasifik,” kata Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS, mantan presiden World Heart Federation dalam acara ‘Scientific Tutorial for Journalist‘ yang diadakan Bayer Schering Pharma di Marco Polo Beijing, China, Kamis (17/6/2010). Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) dari kasus kematian yang terjadi di tahun 2005, sebanyak 17,5 juta (30,2%) nyawa melayang karena penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskular. Angka kematian akibat kardiovaskular lebih tinggi dua kali lipat dari kematian akibat kanker 15,7% serta gangguan penyakit lain 15,7%. Sedangkan kematian terbanyak akibat virus adalah HIV AIDS 4,9%, Tuberculosis (TBC) 2,4%, Malaria 1,5% dan kasus infeksi lain 20,9%. Profesor Sheikh menjelaskan dari total 17,5 juta kematian akibat kardiovaskular sebanyak 7,6 juta meninggal karena
Universitas Sumatera Utara

jantung koroner dan 5,7 juta mati karena stroke. Penyakit kardiovaskular terdiri dari gangguan yang menyebabkan penyakit jantung (kardio) dan pembuluh darah (vaskular). Profesor Sheikh mengungkapkan gaya hidup seseorang yang akan menjadi penanda apakah berisiko terkena kardiovaskular atau tidak. Pemicu utamanya adalah tekanan darah tinggi, kolesterolterol tinggi, obesitas (kegemukan), merokok dan kurang bergerak. “Terapi pencegahan sangat penting untuk mengurangi kasus kematian kardiovaskular secara global,” kata Profesor Sheikh yang juga menjadi ketua Punjab Institute of Cardiology, Lahore, dan dokter ahli kardiologi di Hospital & Medical Centre, Lahore, Pakistan. Yang lebih mencemaskan kata Profesor Sheikh, di kawasan Asia penyakit ini banyak menyerang usia muda atau 10 tahun lebih muda dari penderita di negara-negara barat. China mencatat angka penambahan terbesar dari semula 12,8% di tahun 1957 menjadi 35,8% di tahun 1990 (Emboli, 2010).
Penyakit kardiovaskular terdiri dari 3 bentuk: 1. Penyakit Jantung Koroner, adalah gangguan pembuluh darah ke jantung contohnya seperti serangan jantung (infark miokard), nyeri dada (angina) dan irama jantung tidak normal (aritmia). 2. Penyakit serebrovaskular, adalah gangguan pembuluh darah ke otak contohnya seperti stroke yang terjadi karena sel otak akibat kurangnya suplai darah ke otak dan gangguan yang menyerang sistem iskemik seperti gerakan, rasa, penglihatan dan kemampuan bicara yang hilang. 3. Penyakit vaskular perifer, adalah gangguan pembuluh darah yang menyuplai tangan dan kaki yang terkadang datang dan pergi. Gangguan lainnya seperti sakit karena kram otot kaki.
Universitas Sumatera Utara

Profesor Sheikh mengatakan perlu manajemen gaya hidup dari semua orang untuk menghindari ancaman pembunuh nomor satu ini. Sebagian besar penyakit kardiovaskular juga sudah dapat dikendalikan melalui terapi seperti menurunkan tekanan darah atau pencegahan agar darah tidak menggumpal (Emboli,2010).
2.5 Dosis Obat Salah satu masalah yang dihadapi penyedia kesehatan publik dan
administrator di banyak negara adalah menjamin penggunaan obat rasional. Konfrensi ahli tentang penggunaan obat rasional, yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Nairobi pada tahun 1985, mendefinisikan penggunaan rasional sebagai berikut: penggunaan obat rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima obat sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang memenuhi untuk pasien sendiri secara individu, untuk jangka waktu yang cukup, dan pada biaya terendah untuk pasien dan masyarakat (Moore, et.all., 1997).
Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien diduga akibat terapi obat sehingga kenyataanya dapat mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan (Strandet al., 1992). DRPs dapat dikategorikan menjadi aktual maupun potensial. DRPs aktual merupakan permasalahan yang telah terjadi, sehingga diperlukan intervensi dari farmasi untuk menanganinya. DRPs potensial merupakan permasalahan yang belum terjadi, namum mepunyai potensi atau ada
Universitas Sumatera Utara

kemungkinan terjadi pada beberapa pasien dengan resiko tinggi, jika tidak diikuti intervensi dari farmasi untuk mencegahnya (Tatro, 2001)
Pemberian obat yang tidak tepat menyebabkan tujuan terapi tidak tercapai, sehingga memperlama waktu rawat inap dan menghambat kesembuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Pada tahun 1997 di Amerika tercatat 140.000 kematian dan 1 juta pasien di rawat di Rumah Sakit akibat adanya DRPs dari obat yang diresepkan (Cipolle et al., 1998).
Drug related problems (DRPs) didefinisikan sebagai kejadian atau keadaan yang berpotensi bertentangan dengan hasil kesehatan yang diinginkan. Dalam penelitian di Norwegia mengenai perbandingan DRPs di kelompok pasien yang berbeda diperoleh data bahwa kasus DRPs terjadi dengan rata-rata kejadian di tiap instalasi yang berbeda. Sebanyak 1,9% dilaporkan di instalasi kardiologi, 2,0% di instalasi geriatri, 2,1% di instalasi pengobatan respiratori dan 2,3% di instalasi rheumatology. DRPs yang paling sering ditemukan dalam kelompok pasien adalah dosis yang tidak optimal (kardiologi, respiratori dan geriatri) dan membutuhkan obat tambahan (rheumatology) (Anonim, 2004).
Riset dari A referral based pharmacist conducted management program pada 1 juli 2001 sampai 29 maret 2002, dari 80 pasien terdapat 271 kasus DRPs. Kategori obat salah menempati urutan kedua, yaitu sebanyak 18% setelah kategori membutuhkan obat tetapi tidak menerimanya sebanyak 20%. (Triller et al., 2003). Kategori dosis menempati urutan kedua dari kategori DRPs berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Minnesota Pharmaceutical Care Project selama 3 tahun terhadap 9399 pasien. Diketahui jumlah DRPs yang terjadi sebanyak 5544 kasus yang terbagi atas 23% membutuhkan terapi obat tambahan, 15%
Universitas Sumatera Utara

diidentifikasi dari pasien yang menerima obat salah, 8% karena obat tanpa indikasi medis yang valid, 16% diantaranya menyangkut dosis terlalu rendah dan dosis terlalu tinggi sebesar 6%. Sedangkan penyebab umumnya lainnya Adverse Drug Reaction (Cipolle et al., 1998).
2.6 Interaksi Obat Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat yang
diakibatkan oleh obat lainnya sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah (Fradgley, 2003). Risiko interaksi obat akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan oleh individu. Hal ini juga mengisyaratkan risiko yang lebih besar pada orang lanjut usia dan mengalami penyakit kronis karena mereka akan menggunakan obat-obatan lebih banyak dari populasi umumnya. Risiko juga meningkat bila rejimen pasien berasal dari beberapa resep (McCabe, et.al., 2003).
Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang seorang penderita mendapat obat lebih dari satu macam obat, menggunakan obat ethical, obat bebas tertentu selain yang diresepkan oleh dokter maupun mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu seperti alkohol, kafein. Perubahan efek obat akibat interaksi obat dapat bersifat membahayakan dengan meningkatnya toksisitas obat atau berkurangnya khasiat obat. Namun, interaksi dari beberapa obat juga dapat bersifat menguntungkan seperti efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta-bloker dalam pengobatan hipertensi (Fradgley, 2003).
Universitas Sumatera Utara

Dengan meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan pada saat ini, dan berkembangnya polifarmasi maka kemungkinan terjadinya interaksi obat makin besar. Interaksi obat perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan (Quinn dan Day, 1997). Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah (Fradgley, 2003).
Interaksi obat dianggap berbahaya secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).
Interaksi obat merupakan salah satu DRPs yang dapat mempengaruhi outcome terapi pasien. Hasil penelitian Rumahsakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta menunjukkan bahwa interaksi obat terjadi pada 59% pasien rawat inap dan 69% pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap ditemukan 125 kejadian interaksi (48 interaksi obat-obat dan 77 interaksi obat-makanan) dengan pola interaksi obat farmakokinetik 36 %, famakodinamik 16 % dan unknown 48 %. Jenis obat yang sering berinteraksi diantaranya furosemid, kaptopril, aspirin, dan seftriakson. Sedangkan pada rawat jalan ditemukan 128 interaksi obat terdiri dari 47 kasus interaksi obat-obat dan 81 kasus interaksi obat-makanan dengan pola interaksi obat farmakokinetik 72%, farmakodinamik 19% dan sisanya tidak diketahui (Rahmawati, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat : a. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya (Setiawati, 2007). Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe : i. Interaksi pada absorbsi obat
a. Efek perubahan pH gastrointestinal Obat melintasi membran mukosa dengan difusi pasif tergantung pada apakah obat terdapat dalam bentuk terlarut lemak yang tidak terionkan. Absorpsi ditentukan oleh nilai pKa obat, kelarutannya dalam lemak, pH isi usus dan sejumlah parameter yang terkait dengan formulasi obat. Sebagai contoh adalah absorpsi asam salisilat oleh lambung lebih besar terjadi pada pH rendah daripada pada pH tinggi (Stockley, 2008).
b. Adsorpsi, khelasi, dan mekanisme pembentukan komplek Arang aktif dimaksudkan bertindak sebagai agen penyerap di dalam usus untuk pengobatan overdosis obat atau untuk menghilangkan bahan beracun lainnya, tetapi dapat mempengaruhi penyerapan obat yang diberikan dalam dosis terapetik. Antasida juga dapat menyerap sejumlah besar obat-obatan. Sebagai contoh, antibakteri tetrasiklin dapat membentuk khelat dengan sejumlah ion logam divalen dan trivalen, seperti kalsium, bismut aluminium, dan besi, membentuk kompleks yang kurang diserap dan mengurangi efek antibakteri (Stockley, 2008).
Universitas Sumatera Utara

c. Induksi atau inhibisi protein transporter obat Ketersediaan hayati beberapa obat dibatasi oleh aksi protein transporter obat. Saat ini, transporter obat yang terkarakteristik paling baik adalah Pglikoprotein. Digoksin adalah substrat P-glikoprotein, dan obat-obatan yang menginduksi protein ini, seperti rifampisin, dapat mengurangi ketersediaan hayati digoksin (Stockley, 2008).
ii. Interaksi pada distribusi obat a. Interaksi ikatan protein Setelah absorpsi, obat dengan cepat didistribusikan ke seluruh tubuh oleh sirkulasi. Beberapa obat secara total terlarut dalam cairan plasma, banyak yang lainnya diangkut oleh beberapa proporsi molekul dalam larutan dan sisanya terikat dengan protein plasma, terutama albumin. Ikatan obat dengan protein plasma bersifat reversibel, kesetimbangan dibentuk antara molekul-molekul yang terikat dan yang tidak. Hanya molekul tidak terikat yang tetap bebas dan aktif secara farmakologi (Stockley, 2008). b. Induksi dan inhibisi protein transport obat Distribusi obat ke otak, dan beberapa organ lain seperti testis, dibatasi oleh aksi protein transporter obat seperti P-glikoprotein. Protein ini secara aktif membawa obat keluar dari sel-sel ketika obat berdifusi secara pasif. Obat yang termasuk inhibitor transporter dapat meningkatkan penyerapan substrat obat ke dalam otak, yang dapat meningkatkan efek samping CNS (Stockley, 2008).
iii. Interaksi pada metabolisme obat a. Perubahan pada metabolisme fase pertama
Universitas Sumatera Utara

Meskipun beberapa obat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk tidak berubah dalam urin, banyak diantaranya secara kimia diubah menjadi senyawa lipid kurang larut, yang lebih mudah diekskresikan oleh ginjal. Jika tidak demikian, banyak obat yang akan bertahan dalam tubuh dan terus memberikan efeknya untuk waktu yang lama. Perubahan kimia ini disebut metabolisme, biotransformasi, degradasi biokimia, atau kadangkadang detoksifikasi.

Dokumen yang terkait

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

2 111 87

Studi Retrospektif Interaksi Obat pada Pasien Pediatrik Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari–Juni 2012

8 116 168

Profil Pasien Hipertensi di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 58 65

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan

9 44 76

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

2 11 90

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 2011.

0 0 12

PENDAHULUAN Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 2011.

0 2 9

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT “X” Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 20

0 2 15

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

0 0 14

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

0 0 2