Abdullah Saeed mengatakan bahwa Al-Quran tidak pernah secara langsung membicarakan tentang murâbahah, meski di sana terdapat sejumlah acuan tentang
jual beli, laba rugi dan perdagangan. Demikian pula tidak ada hadits yang menjadi rujukan langsung kepada murâbahah. Mengingat tidak adanya rujukan baik dalam
Al-Quran maupun hadits shahih yang diterima umum, para fuqaha harus membenarkan murâbahah dengan dasar yang lain.17
2. Syarat-Syarat Murâbahah
Murâbahah pada dasarnya merupakan sebuah akad jual beli di mana terjadi
pertukaran barang dengan barang lain berdasarkan kesepakatan, sebagaimana halnya jual beli, maka murâbahah juga harus memenuhi rukun dan syarat yang
umum dalam jual beli yaitu: a.
Sighat; b.
‘Aqidain; c.
Ma’qud alaih harga barang dan barang yang di perjual belikan
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli di atas meliputi: a.
Syarat yang terkait dengan ijab qabul Ulama fiqih mengemukaan bahwa syarat ijab qabul sebagai berikut:
17 As-Son’ani, Subulu As-Salam, Bandung: Dahlan Press, Juz 3, hal. 76.
1 Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal menurut jumhur
ulama, dan berakal menurut ulama hanafiah. 2
Qabul sesuai dengan ijabnya. 3
Ijab dan Qabul dilakukan dalam satu majlis.18 b.
Syarat orang yang berakad Para ulama fiqih sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli harus
memenuhi syarat baligh dan berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.
Adapun anak kecil yang sudah mumayyiz, menurut ulama Hanafiah, hukumnya sah jika akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi anak kecil tersebut,
dan tidak sah jika membawa kerugian.19 c.
Syarat harga barang al- Tsaman dan barang yang diperjual-belikan Para ulama membedakan al-tsaman dengan al-Si’ir. Menurut mereka as-
Tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah-tengah masyarakat secara
aktual, sedangkan al-Si’ir adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual kepada konsumen.20
Para ulama fiqih mengemukakan syarat al-Tsaman sebagai berikut: Harga yang di sepakati oleh kedua belah pihak harus jelas jumlah dan jenisnya.
18 Harun Nasrun, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, h. 116. 19 Ibid,. h. 117.
20 Ibid,. h. 118.
Sedangkan syarat barang yang diperjual belikan, boleh diserahkan pada saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi
berlangsung.21 Adapun syarat-syarat murâbahah menurut Syafi’i Antonio adalah sebagai
berikut: 22 a.
Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. b.
Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang telah di tetapkan. c.
Kontrak harus bebas dari riba. d.
Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip, jika syarat dalam A, B atau C tidak dipenuhi, pembeli
memiliki pilihan: 1
Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. 2
Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak-setujuan atas barang yang dijual.
3 Membatalkan kontrak.
21 Ibid,. h.118. 22 Muhamad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
2004, cet.1, h.102
3. Ketentuan Umum Murâbahah