Perhitungan Denda Murâbahah di Bank Syari’ah Mega Indonesia

Beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan penagihan denda murâbahah, yaitu 37 : a. Kerjasama yang baik dengan nasabah b. Transparansi perhitungan denda Adapun faktor penghambat penagihan denda murâbahah, yaitu: a. Nasabah mengetahui denda yang mereka bayar akan dialokasikan sebagai dana kebajikan. b. Tidak adanya sanksi jika nasabah tidak membayar. Pembahasan di atas menunjukan bahwa ketentuan mengenai denda di BSMI tidak melanggar prinsip-prinsip dari fatwa DSN MUI NO17. Fatwa DSN menyebutkan bahwa kerugian yang dapat dikenakan ta’widh adalah kerugian real yang dapat diperhitungkan dengan jelas yaitu kerugian yang terjadi secara real akibat penundaan pembayaran dan kerugian itu merupakan akibat logis dari keterlambatan pembayaran tersebut, seperti biaya-biaya real yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya dibayarkan.

B. Perhitungan Denda Murâbahah di Bank Syari’ah Mega Indonesia

37 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tugiantoro, Jakarta, 18 Agustus, 2008. Perhitungan denda murâbahah di BSMI, didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh manajemen BSMI. Ketentuan itu menyebutkan bahwa kelalaian nasabah dalam pembayaran pembiayaan akan dikenakan denda yang dihitung perhari, Denda tersebut dikenakan apabila nasabah terlambat membayar angsuran selama tiga hari setelah tanggal pembayaran bagi hasil disepakati, ketentuan tersebut tidak berlaku bagi nasabah yang dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah dan alasan tersebut dapat diterima atau disetujui Bank Syariah Mega Indonesia, dengan tenggang waktu paling lama tujuh hari kerja sejak keterlambatan tersebut. Dalam hal ini, nasabah dapat dibebaskan dari denda. Adapun syarat-syarat pengenaan denda adalah: 1. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan tidak mempunyai kemauan serta itikad baik untuk membayar hutangnya, boleh dikenakan sanksi. 2. Nasabah yang tidak atau belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi. 3. Sebelum mengenakan denda kepada nasabah pada poin dua, bank harus mendapatkan bukti atau keyakinan bahwa nasabah tersebut tidak mampu, maka denda tidak dapat diberlakukan. 4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. 5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarannya telah ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditanda-tangani. 6. Penetapan denda keterlambatan sebagai berikut: a. Besarnya denda berbeda-beda untuk setiap nasabah. b. Ketentuan besarnya denda dalam bentuk nominal dan ditetapkan di awal perjanjian sebagai kesepakatan antara bank dan nasabah. c. Perhitungan denda keterlambatan murâbahah : Margin sesuai jangka waktu x Angsuran x 1 hari = ........ hari 360 hari d. Dihitung perhari keterlambatan. e. Besarnya denda dihitung berdasarkan Base Lending Rate BLR yang ditetapkan Asset and Liability comitee ALCO pada bulan saat nasabah mendapatkan fasilitas pembiayaan. Contoh perhitungan: BLR bulan april = minimal 24 Pa BLR perhari = 24 360 hari = 0,067 Plafond pembiayaan = Rp 10,000,000,- Maka perhitungan denda perhari: = 0,067 10,000,000,-1 hari = Rp 6,700,- Sehingga di dalam akad dicantumkan sebagai denda keterlambatan sebesar Rp, 6,700,- perhari. Perhitungan denda murâbahah yang diterapkan BSMI sudah melalui prosedur peraturan perbankan, yang mana ketetapan dana denda di awal kesepakatan ketika mereka antara dua pihak atau lebih berserikat. C. Penyelesaiaan Denda Murâbahah Pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syari’ah tidak selamanya berjalan dengan lancar. Jika terjadi kegagalan atau permasalahan dalam pengembalian dana masyarakat ke pihak bank, maka bank harus menyelamatkan dana tersebut, karena dana itu merupakan amanat yang dititipkan masyarakat kepada bank. Kewajiban untuk menjaga titipan dengan penuh amanah sangat ditekankan dalam Al-Quran. H635 J 9 6 xMI ? Cy kg35 3 s b35 zCqL N {| H H? 6 L }~q• 3 A H635 €• G ‚ Fi N3 H635 6 IJ L [ FIƒ ?u9„… P30 Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”. An-Nisaa: 58 Berdasarkan ayat di atas, bank wajib mengambil tindakan-tindakan tertentu dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dan tentunya harus tetap berpegang pada prinsip syari’ah. Berikut dijelaskan cara atau upaya yang dilakukan Bank Syariah Mega Indonesia BSMI dalam mengatasi atau menyelesaikan pembiayaan murâbahah bermasalah, di antaranya: 1. Melakukan pendekatan kepada nasabah pembiayaan, hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada nasabah pembiayaan. Pendekatan dilakukan dengan cara mendatangi nasabah pembiayaan yang mengalami penunggakan, kemudian membicarakan atau mendiskusikan masalah yang sedang dihadapi nasabah dan memberikan alternatif jalan keluar dalam menyelesaikan masalah mereka dengan bank. Dengan demikian, bank segera mengetahui apa yang menjadi penyebab pembiayaan bermasalah, sehingga bank bisa memutuskan atau mengambil tindakan yang tepat dalam menyelesaikannya. Namun, dalam prakteknya tidak semua nasabah mau bekerjasama untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik. Ada sebagian nasabah yang dengan sengaja menghindar untuk ditemui. 2. Collection , yaitu penagihan secara intensif. dalam hal ini, Bank Syariah Mega Indonesia BSMI melakukan dengan dua cara sebagai berikut, pertama: penagihan secara persuasive, yaitu dengan mengirimkan surat peringatan atau teguran kepada nasabah pembiayaan murâbahah yang menunggak atas pembayaran angsurannya. Surat peringatan ini disampaikan secara bertahap di mulai dari surat peringatan pertama, kedua dan ketiga. Kedua: penagihan secara langsung, yakni dengan mendatangi langsung nasabah pembiayaan murâbahah yang mengalami penunggakan. Dalam hal penagihan secara langsung ada beberapa treatment, di antaranya: a. Simpati, melalui metode yang: 1 Sopan 2 Menyanjung 3 Fokus pada tujuan 4 Menghargai b. Empati, melalui metode yang: 1 Sopan 2 Menyelami keadaan nasabah 3 Bicara seakan untuk kepentingan nasabah 4 Bangkitkan emosi, perasaan, kesadaran, perenungan c. Menekan, melalui metode yang: 1 Langsung tegas, keras, mempermalukan dan menakuti 2 Tidak Langsung melalui pihak lain, seperti: pinjam bendera, saingan, atasan, polisi 3. Revitalisasi pembiayaan, yang meliputi cara-cara sebagai berikut: a. Rescheduling penjadwalan ulang Dalam hal ini Bank Syariah Mega Indonesia BSMI memberikan keringanan kepada nasabah pembiayaan murâbahah menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu, termasuk masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran. Misalnya, memperpanjang jangka waktu angsuran pembiayaan dari enam bulan menjadi satu tahun dan memperpanjang jangka waktu angsuran pembiayaan murâbahah dari 36 kali menjadi 48 kali. Dengan demikian jumlah angsuran pun menjadi lebih kecil seiring dengan penambahan tenggang waktu bagi orang yang berhutang. Allah berfirman: 635 7 IJ b ‡, uqˆ ‰, 9 , Akg35 ‡, u ˆ. A 6 ˆ•D… u9 z + 635 zC? J 7 Lg  Artinya: “Dan jika orang yang berhutang itu dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan, dan menyedekahkan sebagian atau semua utang itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. Al-Baqarah 2:280 1 Syarat rescheduling adalah: a Potensi usaha ada b Kemampuan nasabah masih ada c Problem cash flow sementara d Plafond tetap 2 Perubahan jadwal berupa: a Jangka waktu b Jadwal angsuran c Grace period d Jumlah angsuran b. Restructuring penataan ulang Restructuring dilakukan dengan cara Bank Syariah Mega Indonesia BSMI dan nasabah akan mengkaji ulang usaha yang dilakukan atau pembiayaan yang telah diberikan untuk mengetahui letak penyebab kerugian yang terjadi. Jika telah ditemukan, langkah selanjutnya ialah mencari penyelesaian yang efektif dengan berbagai alternatif tindakan, seperti Bank Syariah Mega Indonesia BSMI memberikan bantuan berupa bimbingan dan masukan-masukan berupa strategi yang baik dalam menjalankan usaha. Apabila pembiayaan dibatalkan berdasarkan keputusan komite pembiayaan, maka pembiayaan di reklasifikasi menjadi piutang kepada nasabah. 1 Syarat-syarat restructuring adalah: a Potensi usaha ada b Kemampuan nasabah masih ada c Problem cash flow sementara d Plafond bisa berubah 2 Perubahan restructuring berupa: a Jangka waktu b Jadwal angsuran c Jumlah angsuran d Jumlah Plafon e Persyaratan f Jaminan c. Reconditioning persyaratan ulang Persyaratan ulang ialah perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan, termasuk perubahan jangka waktu dan persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan. 1 Syarat reconditioning adalah: a Potensi usaha ada b Sarana usaha memadai c Problem cash flow dan manajemen d Plafond pembiayaan tetap atau berubah 2 Perubahan reconditioning berupa: a Jangka waktu angsuran b Harga jual c Agunan d Kepemilikan e Pengurus f Nama dan status perubahan g Perubahan nasabah d. Bantuan manajemen Bantuan manajemen diberikan melalui usulan agar nasabah mendapat bantuan manajemen dari pihak lain yang lebih menguasai seluk-beluk usahanya, sehingga diperlukan adanya perubahan manjemen. Bentuk-bentuknya di antaranya: 1 Total pengambilan alih manajemen. 2 Pengambilan alih manajemen keuangan. 3 Pengambilan alih proyek objek yang dibiayai. 4. Eksekusi Pembiayaan Eksekusi pembiayaan yaitu upaya penyelesaian pembiayaan dengan menjual dan menguasai jaminan atau usaha, karena nasabah sudah tidak lagi prospektif. Eksekusi pembiayaan dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan berupa: a. Likuidasi usaha Upaya penjualan stock barang dagangan, sarana produksi, bahkan tempat usaha, jaminan, dan lain-lain untuk menutup pembiayaan yang tertunggak. 1 Syarat: a Penjualan dilakukan untuk pembayaran angsuran atau pelunasan pembiayaan yang tertunggak. b Tidak ada pembelian kembali barang dagangan. b. Perwasitan melalui BASYARNAS Badan Arbitrase Syari’ah Nasional Eksekusi pembiayaan melalui perwasitan di Badan Arbitrase Syari’ah Nasional dapat berupa musyawarah atau persidangan yang disertai hakim atau penengah dari BASYARNAS. Eksekusi melalui perwasitan adalah pengembalian atau pelunasan atau penjualan jaminan pembiayaan dengan melalui musyawarah di depan wasit arbitrase untuk mendapatkan keputusan, yang akan didaftarkan ke pengadilan negeri untuk eksekusinya. c. Parate eksekusi Eksekusi jaminan melalui gugatan perdata terlebih dahulu secara sukarela, yakni dengan upaya pengembalian atau pelunasan pembiayaan dengan atau dari penjualan jaminan nasabah secara sukarela. d. Collection agent Proses penagihan pembiayaaan bermasalah melalui pihak ketiga orang atau lembaga lain e. Litigasi Proses pengambilan jaminan secara paksa dengan seluruh hukum yang berlaku dengan melibatkan lembaga resmi negara dibidang hukum melalui gugatan pengadilan. 1 Syarat dan proses litigasi: a Penyiapan surat somasi dan surat nasabah kepada BSMI. b Checking dokumen c Dokumen perjanjian dan jaminan hak tanggung jawab dokumen yuridis lainya. d Fasilitas pembiayaan telah jatuh tempo, karena proses litigasi hanya dapat dilakukan apabila fasilitas pembiayaan nasabah telah jatuh tempo. 2 Tahapan. a Mencari Lawyer yang telah dianggap cakap, pengalaman dalam bidang penagihan dan dapat bekerjasama dengan BSMI. b Membuat UP Usulan Pembiayaan ke komite UPP Usulan Pengajuan Pembiayaan perihal persetujuan pemakai lawyer dan biaya-biaya yang timbul. c Meminta rencana kerja dan target date dari lawyer yang telah disetujui komite. 3 Proses litigasi melalui pengadilan terdiri dari: a Gugatan Perdata b Pidana c Real eksekusi jaminan d Permohonan kepailitan Berdasarkan fenomena tersebut, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa No. 17DSN–MUIIX2000 tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran. Ganti rugi ta’widh hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pada pihak lain, yaitu: 7. Kerugian yang dapat dikenakan ta’widh sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah kerugian real yang dapat diperhitungkan dengan jelas. 8. Kerugian real sebagaimana dimaksud ayat 2 adalah biaya-biaya real yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya dibayarkan. 9. Besar ganti rugi ta’widh adalah sesuai dengan nilai kerugian real real loss yang pasti dialami fixed cost dalam transaksi tersebut, bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi potential loss karena adanya peluang yang hilang opportunity loss atau al-furshah al-dâi’ah. 10. Ganti rugi ta’widh hanya boleh dikenakan pada transaksi akad yang menimbulkan hutang-piutang dain seperti salam, istisna serta murâbahah dan ijarah. 11. Dalam akad mudârabah dan musyârakah ganti rugi hanya boleh dikenakan oleh shahibul mâl atau salah satu pihak dalam musyârakah, apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan. Berdasarkan fatwa tersebut, nasabah yang lalai bisa dikenakan denda atau ta`zir. Namun, besaran ta`zir tidak ditetapkan melainkan dibuat berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, selain itu dana ini juga tidak dijadikan pendapatan bank melainkan sebagai dana sosial. Rasulullah SAW, beliau bersabda: 0 1 23 4 5 8 6 7 . Artinya: Penangguhan sengaja dari membayar hutang oleh orang yang berkemampuan adalah satu kezaliman H. R. al-Bukhari 4 4 Muhamad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, diterbitkan atas kerjasama Tazkia Institute, Cet. Pertama, Ramadhan 1420-des, 1999. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa tazir yang diberlakukan bank Islam ini tidak boleh dimasukkan dalam pendapatan bank Islam, tetapi dibagikan untuk tujuan kebajikan kepada orang miskin. Nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang menunda penyelesaian hutangnya dalam murâbahah. Apabila seorang nasabah menunda penyelesaian hutang tersebut, kreditur dapat mengambil tindakan sebagai berikut: Mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan kembali hutang itu dan mengklaim kerugian financial yang terjadi akibat penundaan, Rasulullah SAW pernah mengingatkan penghutang yang mampu tetapi mereka lalai, dalam salah satu haditsnya yang artinya: “Yang melalaikan pembayaran hutang padahal ia mampu maka dapat dikenakan sanksi dan dicemarkan nama baiknya”. H.R. al-Bukhari Prosedur dan mekanisme penyelesaian sengketa antara bank syari’ah dan nasabahnya telah diatur melalui Badan Arbitrase Syari’ah Nasional BASYARNAS. Prosedur penyelesaian sengketa melalui lembaga pengaduan nasabah yang berada dalam internal bank yang bersangkutan berdasarkan ketentuan mengenai kebijakan dan prosedur tertulis dalam Surat Edaran Bank Indonesia SEBI No.724DPNP tertanggal 18 juli 2005, antara lain sebagai berikut: 1. Kewajiban bank untuk menyelesaikan pengaduan mencakup kewajiban menyelesaikan pengaduan yang diajukan secara lisan atau tertulis oleh nasabah atau perwakilan nasabah, termasuk yang diajukan oleh suatu lembaga, badan hukum, atau bank lain yang menjadi nasabah bank tersebut. 2. Setiap nasabah memiliki hak untuk mengajukan pengaduan 3. Pengajuan pengaduan dapat dilakukan oleh perwakilan nasabah yang bertindak untuk dan atas nama nasabah berdasarkan surat kuasa khusus dari nasabah. 5 Sehingga penyelesaian denda murâbahah, dibayar di akhir masa jangka waktu pembiayaan, denda boleh dikenakan jika nasabah mampu tetapi tidak mau membayar.

D. Pengalokasian Denda Murâbahah di Bank Syariah Mega Indonesia