Prilaku Pajak Daerah di DKI Jakarta

BAB V ANALISIS KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH DENGAN SYSTEM THINKING DAN SYSTEM DYNAMICS

5.1. Prilaku Pajak Daerah di DKI Jakarta

Penerimaan pajak di DKI Jakarta beberapa tahun terakhir ini ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Menurut data dari Dinas Pendapatan Daerah tahun 1994 pendapatan asli daerah berjumlah Rp. 1,3 triliun kemudian meningkat mencapai Rp. 6,68 triliun pada tahun 2004. Data tersebut juga menjelaskan pertumbuhan PAD pertahun selama 10 tahun tersebut rata-rata berkisar sebesar 11,87. Sementara itu PAD tahun 2007 telah meningkat pula mencapai Rp. 8,09 triliun. Pendapatan asli daerah DKI Jakarta terdiri dari pendapatan yang diperoleh dari pendapatan pajak, pendapatan retribusi, pendapatan dari perusahaan daerah dan pendapatan lainnya. Pendapatan dari sektor pajak daerah merupakan penyumbang terbesar dengan tingkat rata-rata 77,05 selama sepuluh tahun terakhir. Sebagaimana dijelaskan pada Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 pasal 2 bahwa pajak propinsi terdiri atas 4 empat jenis pajak, namun khusus untuk DKI Jakarta karena pemungutan pajak dipusatkan pada Dinas Pendapatan Daerah tingkat propinsi, maka pajak yang dipungut meliputi 10 sepuluh jenis pajak. Pendapatan dari sektor pajak diperoleh dari pajak kendaraan bermotor PKB, bea balik nama kendaraan bermotor BBN-KB, pajak bahan bakar kendaraan bermotor PBBKB, pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan PPJ, pajak pemanfaatan air permukaan dan bawah tanah PPABT dan pajak parkir. Dinas pendapatan daerah Jakarta juga mendapatkan tambahan pendapatan pajak dari denda yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak patuh di dalam membayar pajak. Ketentuan tentang objek, subjek, dan dasar pengenaan pajak diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis pajak daerah bila memenuhi kriteria a. bersifat pajak dan bukan retribusi; b. objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah kota yang bersangkutan; c. objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum; d. objek pajak bukan merupakan objek pajak pusat; e. 143 Kinerja organisasi..., Azhari Aziz S, FISIP UI, 2008. 144 potensinya memadai; f. tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif; g. memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan h. menjaga kelestarian lingkungan. Adapun hasil penerimaan pajak propinsi sebagian diperuntukan bagi daerah kota di propinsi yang bersangkutan dengan ketentuan; a. hasil penerimaan pajak kendaraan bermotor dan Kendaraan di atas air dan bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air diserahkan kepada pemerintah kota paling sedikit 30; b. hasil penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan diserahkan kepada pemerintah kota paling sedikit 70. Sampai saat ini di propinsi DKI Jakarta pendapatan dari sektor pajak yang dikenakan atas Kendaraan Bermotor seperti PKB dan BBNKB mendominasi jumlah pendapatan pajak daerah. Kedua jenis pajak ini menyumbangkan 71,66 dari total pendapatan pajak. Prilaku historis 4 empat jenis penghasil pajak tertinggi di DKI Jakarta dari tahun 2000 sampai 2007 dapat digambarkan dalam kurva sebagai berikut: GAMBAR 5.1. PRILAKU 4 PAJAK DOMINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2001-2007 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 1 2 3 4 5 6 7 1 BBNKB 2 PKB 3 P HOTEL 4 P RESTORAN

5.2. Tax Gap Empat Pajak Dominan di DKI Jakarta