Skenario pesimis 0,1; atau disebut juga skenario dasar adalah skenario yang Skenario moderat 0,2; skenario ini akan menambah jumlah pajak kendaraan Skenario optimis 0,3; skenario ini akan lebih menambah jumlah pajak

147 ΣPot PenPKBbbn = Jumlah potensi penerimaan PKB mobil beban ΣPotPenPKB = Jumlah potensi penerimaan PKB Σbis = Jumlah mobil bis ΣSM = Jumlah sepeda motor ΣPnp = Jumlah mobil penumpang ΣBbn = Jumlah mobil beban Hrgrtbis = Harga rata-rata mobil Bis HrgrtSM = Harga rata-rata sepeda motor HrgrtPnp = Harga rata-rata mobil penumpang Hrgrtbbn = Harga rata-rata mobil beban ΣPotNF = Jumlah Potensi nonfilling ΣPotUR = Jumlah Potensi underreporting ΣPotUP = Jumlah Potensi sanksi S = Sanksi Dari persamaan di atas dilakukan simulasi dengan 3 skenario, yaitu skenario pesimis 0,1, moderat 0,2 dan optimis 0,3 terhadap angka bobot dengan maksud untuk mendapatkan nilai potensi penerimaan PKB tahun 2007. Skenario dilakukan terhadap angka bobot dengan pertimbangan mengurangi tingkat protes terhadap kenaikan tarif pajak, memiliki alasan yang kuat untuk mengurangi tingkat polusi dan mengantisipasi isu-isu internasional global warming. Skenario dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Skenario pesimis 0,1; atau disebut juga skenario dasar adalah skenario yang

mengikuti kecenderungan yang terjadi pada saat ini yaitu tidak dilakukan intervensi tindakan kebijakan apapun terhadap model. Skenario dilakukan terhadap angka bobot yang pada saat ini ditetapkan 0,1 terhadap sebagian besar kendaraan penumpang. Skenario hanya digunakan untuk melihat potensi PKB dan apakah masih terdapat peluang untuk meningkatkan potensi.

2. Skenario moderat 0,2; skenario ini akan menambah jumlah pajak kendaraan

terhutang yang dikenakan terhadap peningkatan angka bobot.

3. Skenario optimis 0,3; skenario ini akan lebih menambah jumlah pajak

terhutang yang dikenakan terhadap peningkatan angka bobot kendaraan. Model skenario dapat dilihat pada lampiran 5.1., sedangkan hasil perolehan simulasi tiga skenario disajikan pada tabel berikut ini: Kinerja organisasi..., Azhari Aziz S, FISIP UI, 2008. 148 TABEL 5.2. POTENSI DAN TAX GAP PKB DI DKI JAKARTA TAHUN 2007 DENGAN 3 SKENARIO 000 rupiah No JENIS POTENSI PKB BERDASARKAN OBYEK PAJAK POTENSI PKB SKENARIO PESIMIS MODERAT OPTIMIS 1 Mobil Penumpang 1.636.018.514 1.738.269.671 1.840.520.828 2 Mobil Beban 147.086.992 156.279.929 165.472.866 3 Mobil Bis 354.298.077 376.441.707 398.585.336 4 Sepeda Motor 145.837.072 154.951.889 164.066.706 Total 2.283.240.655 2.425.943.196 2.888.282.760 5 Nonfiling KB rusakmatimutasi 97.760.040 103.870.042 109.980.045 6 Underpayment Sanksi 7.854.858 7.854.858 7.854.858 7 Underreporting KB khusus,CDCC 3.802.419 4.040.065 4.277.711 8 Invisible Potential 142.703.196 285.405.737 Total Potensi Pajak 2.392.657.972 2.541.708.161 2.690.758.351 Sumber : Biro Pusat Statistik dan Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta, 2007, sebagian data merupakan data olahan Lampiran 5.1. Pemahaman nonfiling pada pembahasan ini berbeda dengan nonfiling sebagaimana dimaksudkan oleh Turder, hal ini disebabkan Turder memahami nonfiling dari sisi income tax, sedangkan penelitian ini membahas pajak kendaraan bermotor. Dalam hal ini tax gap yang nonfiling terjadi karena surat tanda nomor kendaraan STNK tidak berlakumati atau pemilik kendaraan tidak melakukan perpanjangan STNK karena kendaraan tidak lagi digunakan atau kendaraan rusak, hancur karena tabrakan atau kecelakaan dan sebagainya. Adapun tax gap yang underreporting merupakan kendaraan bermotor yang dimiliki oleh korps diplomatik dan korps konsuler dari negara asing, kendaraan ambulans, pemadam kebakaran dan yang sejenis dengan itu. Underpayment ialah wajib pajak kendaraan bermotor yang dikenakan sanksi akibat terlambat membayar pajak terhutang. Pada pemahaman underreporting, pengertian overdeducting 219 yang sering dipakai pada income tax tidak dapat dilekatkan pada nilai jual kendaraan bermotor, karena komisi taksasi telah menetapkan nilai jual kendaraan bermotor berdasarkan rata-rata nilai pasar. Setelah dilakukan simulasi dengan tiga skenario terhadap angka potensi PKB, maka terhadap skenario pesimis skenario dasar diperoleh total potensi pajak sebesar Rp.2.392.657.971.851,- sedangkan realisasi penerimaan PKB sebesar Rp. 2.283.240. 219 Anne Miller, 2006, California Tax Gap Stratregies, June, email anne.millerftb.ca.gocv. Kinerja organisasi..., Azhari Aziz S, FISIP UI, 2008. 149 654.795,-. Apabila dibandingkan antara total potensi dengan realisasi penerimaan pajak, terdapat tax gap atau potential loss sebesar Rp. 109.417.317.056,- atau 4,57. Dari angka ini diperoleh informasi jumlah tax gap yang nonfiling sebesar Rp. 97.760.039.988 89,35, underreporting sekitar Rp. 3.802.419.068 3,47 dan underpayment sebesar Rp. 7.854.858.000 7,18. Angka nonfiling diperoleh dari perkalian jumlah per jenis kendaraan bermotor yang mutasi 104.721 unit dan matiusang 213.934 unit dengan tarif pajak. Angka under payment diperoleh dari angka sanksi pajak yang dikenakan terhadap kendaraan yang terlambat membayar pajak, sedangkan angka underreporting diambil dari kendaraan yang tidak membayar pajak karena perlakuan khusus berjumlah 5.029 unit. Posisi tax gap dengan skenario pesimis dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.2. TAX GAP PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI DKI JAKARTA TAHUN 2007 SKENARIO PESIM IS Nonfilers MatiMutasi; 97.760.039.988; 90 Underreporting CDCC; 3.802.419.068; 3 Underpayment sanksi; 7.854.858.000; 7 Nonf ilers MatiMutasi Underpayment sanksi Underreporting CDCC Sumber : Data diolah Terhadap skenario moderat diperoleh total potensi pajak sebesar Rp.2.541.708.161.299,- sedangkan realisasi penerimaan PKB sebesar Rp. 2.283.240. 654.795,-. Perbandingan antara total potensi dengan realisasi penerimaan pajak menghasilkan tax gap atau potential loss sebesar Rp. 258.467.506.504,- atau 10,17. Dari angka ini diperoleh informasi jumlah tax gap yang nonfiling sebesar Rp. 103.870.042.487 40,19, underreporting Rp. 4.040.065.092 1,56 dan under payment Rp. 7.854.858.000 3,04. Yang menarik dari analisis ini terdapat angka Kinerja organisasi..., Azhari Aziz S, FISIP UI, 2008. 150 invisible potential sebesar Rp. 142.702.540.925,- 55,21, hal ini terjadi karena dinaikannya angka bobot dari 0,1 menjadi 0,2. Angka ini bersifat asumsi untuk menggambarkan bahwa masih terdapat potensi yang dapat digali bila angka bobot dinaikkan dengan alasan-alasan yang logis. Posisi tax gap dengan skenario moderat dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.3. TAX GAP PKB DI DKI JAKARTA TAHUN 2007 SKENARIO MODERAT Invisible Potential; 142.703.195.720 ; 55 Underpayment sanksi; 7.854.858.000; 3 Underreporting CDCC; 4.040.065.092; 2 Nonfilers MatiMutasi; 103.870.042.487 ; 40 Nonf ilers MatiMutasi Underpayment sanksi Underreporting CDCC Invisible Potential Sumber : Data diolah Untuk melihat analisis yang lebih sensitif sensitivitas analisis, analisis dilanjutkan dengan skenario optimis dan diperoleh total potensi pajak sebesar Rp.2.690.758.350.746,- sedangkan realisasi penerimaan PKB sebesar Rp. 2.283.240.654.795,-. Perbandingan antara total potensi dengan realisasi penerimaan pajak menghasilkan tax gap atau potential loss sebesar Rp. 407.517.695.951,- atau 15,14. Dari angka ini diperoleh informasi jumlah tax gap yang nonfiling sebesar Rp. 109.980.044.987,- 26,99, underreporting Rp. 4.277.711.115,- 1,05 dan under payment Rp. 7.854.858.000 1,93, sedangkan invisible potential diperoleh sebesar Rp. 285.405.081.849,- 70,03 yang disebabkan oleh kenaikan angka bobot 0,1 menjadi 0,3. Dengan demikian kembali terjadi kenaikan potensi PKB lebih tinggi dibandingkan dengan skenario moderat. Posisi tax gap dengan skenario moderat dapat dilihat pada gambar berikut ini. Kinerja organisasi..., Azhari Aziz S, FISIP UI, 2008. 151 Gambar 5.4. TAX GAP PKB DI DKI JAKARTA TAHUN 2007 SKENARIO OPTIMIS Nonfilers MatiMutasi; 109.980.044.987; 27 Invisible Potential; 285.405.736.644; 70 Underpayment sanksi; 7.854.858.000; 2 Underreporting CDCC; 4.277.711.115; 1 Nonf ilers MatiMutasi Underpayment sanksi Underreporting CDCC Invisible Potential Sumber : Data diolah Kesimpulan yang dapat diperoleh dari ketiga skenario ini ialah potensi PKB yang ada saat ini sesungguhnya sudah sangat minim, tidak mungkin dapat dikembangkan bila hanya mengandalkan tingkat perkembangan kendaraan bermotor belaka. Pemerintah daerah dapat mencari alternatif lain untuk meningkatkan potensi PKB dengan jalan menaikkan angka bobot dengan alasan-alasan yang logis.

5.2.2. Tax Gap BBNKB