9
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam melakukan penelitian tentang frase preposisi pada kumpulan cerpen anak
Let’s Smile, Delia karya Wanda Amyra Mayshara dibutuhkan berbagai teori dan acuan. Berikut ini akan dideskripsikan beberapa teori yang mendukung dalam
penelitian tentang frase preposisi. Selain itu, akan diuraikan pula mengenai penelitian yang relevan dan kerangka pikir dari penelitian ini.
A. Deskripsi Teori
Deskripsi teori ini merupakan teori-teori yang digunakan dalam penelitian frase preposisi dalam kumpulan cerpen anak
Let’s Smile, Delia karya Wanda Amyra Mayshara. Deskripsi teori tersebut meliputi hakikat frase, hakikat frase
preposisi, pola frase preposisi, dan makna frase preposisi.
1. Hakikat Frase
Frase merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan satuan gramatikal setelah kata. Istilah frase tersebut sering diungkapkan berbeda
oleh beberapa ahli. Ada yang menyebutkan frase dengan istilah frasa, ada pula yang menyebutnya dengan istilah frase, seperti istilah yang digunakan oleh
Ramlan 1980. Istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu istilah frase, istilah tersebut dipakai untuk mengonsistenkan penyebutan istilah yang digunakan
dalam penelitian ini. Selain penyebutannya yang berbeda, frase juga didefinisikan berbeda oleh beberapa ahli.
Frase merupakan sebuah konstruksi gramatikal yang merupakan unsur dari suatu klausa dengan terdiri atas dua kata atau lebih dan tidak bermakna proposisi
Soeparno, 2002: 101. Frase merupakan unsur dari sebuah kalimat. Pengertian lain mengenai frase juga diungkapkan oleh Chaer 2009: 39,
bahwa sebuah frase terdiri atas dua kata atau lebih dan menduduki satu fungsi sintaksis. Pengertian
frase dari kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa frase adalah sebuah konstruksi gramatikal yang merupakan unsur klausa dan kalimat, terdiri atas dua
kata atau lebih, memiliki hubungan makna, dan menduduki satu fungsi sintaksis. Jika dilihat dari hubungan maknanya, Chaer 2006: 302
membagi frase menjadi tiga macam, yaitu frase setara, frase bertingkat, dan frase terpadu. Frase
setara merupakan sebuah frase yang unsur-unsur pembentuk dari frase tersebut memiliki kedudukan yang sama atau sederajat. Frase bertingkat merupakan
sebuah frase yang unsur-unsur pembentuk dari frase tersebut memiliki kedudukan yang tidak sama, salah satu dari unsurnya berkedudukan sebagai inti dan unsur
lainnya menjadi penjelas. Unsur inti dalam frase bertingkat ini biasa disebut dengan unsur yang diterangkan disingkat D, sedangkan unsur lain yang
bertindak sebagai penjelas biasa disebut dengan menerangkan disingkat M. Selain berstruksur D-M, jenis frase bertingkat ini juga dapat berstruktur
sebaliknya, yakni M-D. Jenis frase yang ketiga adalah frase terpadu. Frase terpadu merupakan sebuah frase yang kedudukan dari unsur-unsur pembentuk frase
tersebut tidak dapat ditinggalkan karena jika salah satu dari unsur tersebut ditinggalkan, akan menjadi tidak berterima dalam sebuah kalimat Chaer, 2006:
302.
Salah satu ciri dari sebuah frase yakni harus menduduki satu fungsi sintaksis dalam sebuah kalimat. Secara fungsional, kalimat terdiri atas fungsi S
atau Subjek dan P atau Predikat. Terdapat pula unsur lain yang menduduki fungsi dalam suatu kalimat yaitu O atau Objek, Pel atau Pelengkap, dan Ket atau
Keterangan Ramlan, 2008: 17. Di samping itu, ada fungsi lain seperti atributif yang menerangkan, koordinatif yang menggabungkan secara setara,
subordinatif yang menggabungkan secara bertingkat Alwi, dkk, 2003: 36. Selain menduduki salah satu fungsi, frase juga memiliki berbagai jenis.
Ditinjau dari kelas katanya frase dibedakan menjadi lima jenis, yaitu frase benda FB atau frase nominal FN, frase kerja FK atau frase verbal FV, frase sifat
Fsif atau frase adjektival FAdj, frase bilangan Fbil atau frase numeral FNum, dan frase depan FDep atau frase preposisional FPrep. Kelima frase
tersebut memiliki jenis yang berbeda. Frase nominal, frase verbal, frase adjektival, dan frase numeral merupakan jenis frase endosentrik sehingga kategori frase yang
bersangkutan sama dengan kategori unsur pusat intinya. Frase depan atau frase preposisi termasuk dalam jenis frase eksosentrik direktif preposisional sehingga
unsurnya terdiri atas preposisi kata depan sebagai direktor dan unsur lain sebagai aksis Suhardi, 2008: 69.
Kelima frase yang telah disebutkan di atas memiliki berbagai unsur pusat yang berbeda. Frase nomina memiliki unsur pusat berupa kelas kata nomina atau
kata benda. Frase verba memiliki unsur pusat yang berupa kelas kata verba atau kata kerja. Frase adjektiva memiliki unsur pusat berupa kelas kata adjektiva atau
kata sifat. Frase numeral memiliki unsur pusat yang berupa kata bilangan.
Berbeda dengan beberapa frase tersebut, unsur pembentuk dari frase preposisi secara bersama-sama membentuk kesatuan terpadu yang tidak dapat terpisahkan
Chaer, 2006: 324. Kelas kata yang menjadi unsur pusat dari beberapa frase tersebut dapat berdiri sendiri dan berposisi sebagai kata yang memiliki makna,
kecuali preposisi. Preposisi yang termasuk dalam kata tugas ini tidak dapat berdiri sendiri, distribusinya harus mengikuti kelas kata lain.
2. Hakikat Frase Preposisi