mendapatkan opini yang lebih baik ataupun keleluasaan melakukan manajemen laba.
3. Bahwa variabel moderasi ukuran KAP tidak mempengaruhi hubungan
rotasi KAP secara mandatory dan voluntary terhadap kualitas audit, hal ini dilihat dari nilai parameternya yang bernilai positif, dengan kata lain
menolak hipotesis ukuran KAP memperkuat hubungan antara rotasi KAP secara mandatory terhadap kualitas audit dan hipotesis ukuran KAP
memperkuat hubungan antara rotasi KAP secara voluntary terhadap kualitas audit, bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
De Angelo 1981. Perbedaan ini mungkin dikarenakan KAP Non Big 4 juga memiliki afiliasi internasional yang menjaga kredibilitas serta kualitas
audit yang dihasilkan. Lewat kualitas audit yang diberikan, maka KAP menghindari kritikan atas reputasi KAP tersebut.
5.2 Saran
1. Penelitian selanjutnya menambahkan variabel pengendali terhadap kualitas
audit seperti keadaan rugi perusahaan, efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan lain sebagainya.
2. Kepada auditor, untuk meningkatkan kompetensi serta pemahaman
terhadap berbagai sektor industri agar kualitas audit yang dilakukan di awal masa perikatan tidak diragukan.
3. Kepada pemerintah, agar penelitian-penelitian mengenai efektivitas
regulasi pemerintah dijadikan pertimbangan oleh pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan dan menjadi referensi serta landasan dari penelitian ini. Bab ini mencakup pemahaman mengenai audit,
kualitas audit, regulasi yang mengatur batas waktu pemberian jasa audit di Indonesia, serta ukuran KAP yang akan mempengaruhi kualitas audit dalam
hubungan rotasi KAP yang bersifat mandatory maupun voluntary. Bab ini juga berisi pengembangan hipotesis yang mencakup penelitian-
penelitian terdahulu mengenai pengaruh rotasi KAP secara voluntary ataupun mandatory terhadap kualitas audit. Serta pembahasan mengenai ukuran KAP yang
mempengaruhi kualitas audit yang diberikan.
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat
kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada peraturan.
Menurut Tyler 1990 terdapat dua perspektif dasar dalam litelatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum yang disebut instrumental
dan normatif . Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap
Universitas Sumatera Utara
perubahan-perubahan dalam tangibel, insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan
apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawan dengan kepentingan pribadi mereka.
Menurut percobaan Migram 2007 terdapat 6 faktor yang mempengaruhi kepatuhan . Pertama status lokasi, dimana saat lokasi
tersebut memberikan prestige tertentu, maka terdapat kecenderungan seseorang patuh terhadap peraturan. Kedua tanggung jawab personal,
dimana didapatkan bahwa ketika tanggung jawab personal berkurang maka ketaatan meningkat. Ketiga legitimasi figur otoritas, dimana
adanya otoritas yang sah yang dimiliki atasan akan membuat bawahan taat kepada atasan dan perintahnya. Keempat status figur otoritas,
dimana seseorang memandang superior orang yang memiliki status sosial yang baik. Kelima dukungan sesama rekan, seseorang cenderung
berperilaku sama dengan rekan atau sesama dalam lingkungan sosialnya. Keenam kedekatan figur otoritas, dengan kehadiran figur
otoritas maka dapat mengawasi secara langsung mengenai prosedur dan juga arahan menegnai apa yang harus dilakukan.
Tuntutan akan kepatuhan dalam memenuhi peraturan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17PMK.012008 tentang jasa
Akuntan Publik yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor
423KMK.062002 dan
Nomor 359KMK.062003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner
Universitas Sumatera Utara
setiap 3 tiga tahun dan rotasi KAP setiap 6 enam tahun. Peraturan ini bertujuan untuk meminimalkan skandal keuangan yang melibatkan
auditor, dikarenakan ancaman independensi yang timbul dari masa pemberian jasa audit yang panjang.
Peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan dari auditor maupun klien untuk memenuhi peraturan tersebut, hal ini
sesuai dengan teori kepatuhan complience theory.
2.1.2 Teori Sinyal
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar dengan demikian
pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk Hartono, 2005.
Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal baik
positif maupun negatif kepada para penggunanya. Signalling theory juga dapat membantu mengurangi asimetri informasi antar perusahaan
agent, pemilik principal, dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan
yang berkualitas.
Untuk memastikan
pihak-pihak berkepentingan tentang keandalan suatu laporan keuangan, dibutuhkan
pihak independen yang dapat memberikan opini atas kualitas laporan keuangan yang disajikan manajemen. Menurut Scott 2009,
pengambilan keputusan investasi oleh investor dilakukan secara
Universitas Sumatera Utara
rasional dalam rangka memaksimalkan utilitasnya karena rata-rata para investor memanfaatkan informasi akuntansi keuangan sebagai
pertimabangan keputusan investasinya sehingga diharapkan akuntan bisa menyediakan informasi akuntansi yang lengkap, akurat dan tepat
waktu sehingga memberikan peluang bagi investor untuk mengambil keputusan secara rasional sehingga mencapai hasil sesuai yang
diharapkan.
2.1.3 Auditing 2.1.3.1 Definisi Auditing
Auditing adalah suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan
mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian anatara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah
ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak berkepentingan Guy et al , 2002.
Pengertian auditing menurut Arens dan Loebbecke 2009 adalah: suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh
seorang yang independen dan kompeten.
Universitas Sumatera Utara
Soekrisno Agoes 2004 menjelaskan bahwa audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dari definisi-definisi di atas dapat kita uraikan konsep-konsep penting yang mendasari istilah auditing :
1. Proses Sistematis Sebagai proses yang sistematis, audit adalah suatu
pendekatan yang logis, terstruktur, dan jelas tujuannya bagi pengambilan keputusan; audit bukan merupakan proses yang
tidak terencana. 2. Secara Objektif Memperoleh dan Mengevaluasi Bukti
Audit berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi yang akan mempengaruhi proses keputusan auditor.
Bukti dapat mengambil berbagai macam bentuk, seperti dokumen pengujian, observasi oleh auditor dan konfirmasi
saldo-saldo pihak ketiga. 3. Pernyataan mengenai Tindakan atau Kejadian Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan ini seringkali berhubungan dengan laporan keuangan. Laporan keuangan ini menunjukan pernyataan pihak
yang diaudit auditee’s assertion mengenai tindakandan
kejadian ekonomi serta mencakup tidak hanya laporan keuangan itu sendiri tetapi juga sistem informasi akuntansi dan proses
akuntansi. 4. Tingkat kesesuaian anatar Pernyataan dan Kriteria yang
Ditetapkan Tujuan auditor adalah menentukan apakah pernyataan pihak
yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang biasanya menunjuk pada prinsip-prinsip PSAK yang berlaku.
5. Mengkomunikasikan Hasil kepada Pihak yang Berkepentingan Hasil pemeriksaan auditor terhadap laporan keuangan yang
disiapkan manajemen dan berupa laporan audit yang menyatakan kesesuaian antara pelaporan dengan ketetapan yang
berlaku, harus dipublikasikan kepada pemangku kepentingan.
2.1.3.2 Tujuan Audit
Pernyataan Standar Auditing PSA 02 menyatakan bahwa tujuan dari audit laporan keuangan yang dilaksanakan oleh auditor
independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
Universitas Sumatera Utara
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yakni PSAK. Auditor mengumpulkan bukti untuk
mencapai kesimpulan, yang disampaikan melalui laporan audit, tentang apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar dan
untuk menentukan efektivitas kontrol internal.
2.1.3.3 Jenis-Jenis Audit
Menurut Soekrisno 1999, terdapat 2 pengelompokan jenis audit yang dilaksanakan oleh akuntan publik yakni berdasarkan luas
pemeriksaan dan jenis pemeriksaan. Jenis audit berdasarkan luas pemeriksaan, yakni :
1. General Audit Suatu pemeriksaan umum general audit bertujuan untuk
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Special Audit Suatu pemeriksaan terbatas yang dilakukan oleh KAP
independen, dan pada akhir pemeriksaan auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan. Jenis audit berdasarkan pemeriksaan, dapat dibedakan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
1. Management Audit Audit Operasional Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu
perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis
2. Compliance Audit Pemeriksaan Ketaatan Pemeriksaan
dilakukan untuk
mengetahui apakah
perusahaan sudah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan- kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern
perusahaan maupun pihak ekstern. 3. Internal Audit Pemeriksaan Intern
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4. Computer Audit Pemeriksaan oleh Kantor Akuntan Publik terhadap
perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP Electronic Data Processing system.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.4 Standar Auditing
Berdasarkan PSA Nomor 01 SA Seksi 150, standar auditing berbeda dengan prosedur audit. Prosedur menyangkut langkah yang
harus dilaksanakan sedangkan standar berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak
dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia IAI terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokan menjadi tiga kelompok besar , yakni :
1. Standar Umum Standar umum berkaitan dengan karakteristik seorang
auditor dimana
auditor tersebut
memiliki kemahiran
profesioanal, menggunakan kemahiran tersebut dengan cermat dan seksama serta mempertahankan sikap independensi dalam
tiap penugasan yang diberikan. 2. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar ini menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan tugas, auditor harus membuat perencanaan yang matang atas pekerjaan
yang akan dilakukan. Seorang auditor wajib memiliki pemahaman yang mumpuni atas perusahaan yang dibuat, serta
mendasarkan bukti-bukti yang kompeten dari opini atau pendapat yang akan dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Standar Pelaporan Standar ini berisi acuan bagi auditor dalam membuat laporan
auditnya. Dalam standar ini dijelaskan bahwa laporan audit harus menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai
PSAK dan menunjukan apakah PSAK secara konsisten dipakai menjadi dasar pembuatan laporan keuangan serta memuat
pengungkapan informatif
untuk pihak-pihak
yang berkepentingan. Selain itu laporan audit harus memuat suatu
pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor yang dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan. Jika ada, tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor.
2.1.3.5 Opini Audit
Menurut Standar Profesioanal Akuntan Publik PSA 29, ada lima jenis pendapat auditor yaitu :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Unqualified Opinion Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang telah
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
Universitas Sumatera Utara
keuangan,hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2. Pendapat Wajar dengan Bahasa Penjelas Unqualified Opinion with Explanantory Language
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas
dalam laporan audit. Keadan tersebut meliputi : a. Sebagian pendapat auditor didasarkan oleh pendapat auditor
lain b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan
karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh IAI c. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa
masa yang akan datang, yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit
d. Terdapat keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
e. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam
metode penerapannya
Universitas Sumatera Utara
f. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit ats laporan keuangan komparatif
3. Pendapat wajar dengan pengecualian Qualified Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan auditor untuk
laporan keuangan yang telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan
yang dikecualikan. Keadaan-keadaan yang menyebabkan auditor mengeluarkan pendapat ini adalah :
1. Tidak terpenuhinya bukti audit yang cukup untuk mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian karena
adanya pembatasan ruang lingkup 2. Auditor berkeyakinan bahwa adanya penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material, namun auditor berkesimpulan untuk tidak
menyatakan pendapatan tidak wajar 4. Pendapat tidak wajar Adverse Opinion
Pendapat ini dikeluarkan auditor pada saat laporan keuangan tidak disajikan secara wajar mengenai posisi laporan keuangan,
Universitas Sumatera Utara
hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip yang berlaku umum.
5. Tidak memberikan pendapat Disclaimer Pendapat ini dikeluarkan ketika auditor tidak mendapat
keyakinan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Peendapat ini cocok dikeluarkan jika terdapat pembatasan lingkup audit terhadap auditor, sehingga auditor
tidak dapat
melaksanakan audit
yang cukup
untuk memungkinkan memberikan pendapat atas laporan keuangan.
2.1.4 Kualitas audit
Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar – benar
harus dipertahankan oleh Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di
atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh sebab itu, keberpihakan auditor dalam
hal ini seharusnya lebih diutamakan pada kepentingan publik IAI, 2001.
Ada empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh Watkins et al. 2004. Pertama adalah definisi yang diberikan oleh
De Angelo 1981. De Angelo 1981 mendefiniskan kualitas audit sebagai
probabilitas nilaian-pasar
bahwa laporan
keuangan
Universitas Sumatera Utara
mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut. Kedua, adalah definisi yang
disampaikan oleh Lee, Liu , dan Wang 1999. Kualitas audit menurut mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan
laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk lapoan keuangan yang mengandung kekeliruan material. Definisi ketiga adalah
definisi yang diberikan oleh Titman dan Trueman 1986, Beaty 1986, Krinsky dan Rotenberg 1989, dan Davidson dan Neu 1993. Menurut
mereka kualitas auditor diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Terakhir, kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit
untuk mengurangi noise dan bias serta meningkatkan kemurnian fineness pada data akuntansi Wallace, 1980 di dalam Watkins et
al.,2004 Dari poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
adalah kemampuan auditor dapat mendeteksi salah saji yang material ataupun
kecurangan serta
transparansi auditor
yang akan
mengungkapkan temuan tersebut dalam laporan auditnya. Terdapat berbagai penelitian untuk mengukur kualitas audit
Menurut Lewnsohn et al 2007 dalam Widhiastika 2012 kualitas audit diukur dengan 3 pendekatan, yaitu : 1 menggunakan proksi
kualitas audit, misalnya ukuran auditor Mansi et al 2004, kualita laba Kim, 2002 , reputasi KAP Beatty, 1989, besarnya audit fee Copley,
1991, adanya tuntutan hukum pada auditor Palmrose, 1988, dan lain-
Universitas Sumatera Utara
lain ; 2 pendekatan langsung, misalnya dengan melihat proses audit yang dilakukan dan sejauh mana ketaatan KAP terhadap standar
pemeriksaan audit Dang, 2004; O’Keefe et al, 1994 ; 3 menggunakan presepsi dari berbagai pihak terhadap proses audit yang
dilakukan KAP Carcello, 1992
2.1.5 Rotasi KAP
Perusahaan melakukan pergantian auditor dengan alasan karena diharuskan oleh peraturan yang mengatur masa penugasan auditor pada
suatu perusahaan sehingga memaksa perusahaan untuk melakukan pergantian auditor secara mandatory. Alasan lainnya adalah karena
auditor bersikap konservatif sehingga muncul ketidaksepahaman dengan pihak auditor sehingga perusahaan mengganti auditornya
walaupun belum mencapai batas waktu yang ditetapkan dalam peraturan rotasi auditor atau disebut juga rotasi auditor secara
voluntary. Terdapat dua fokus yang berbeda saat perusahaan melakukan
pergantian auditor secara mandatory dan voluntary . Saat perusahaan melakukan pergantian auditor secara mandatory, maka yang menjadi
fokus ialah auditor pengganti. Dalam pergantian auditor secara mandatory, dimana peraturan memebatasi tenure, perusahaan telah
memiliki informasi yang lebih besar ketimbang auditor. Perusahaan cenderung memilih auditor yang lebih mudah menyepakati tentang
Universitas Sumatera Utara
praktik akuntansi perusahaan. Jika auditor sepakat menjadi auditor pengganti, maka terdapat kemungkinan bahwa auditor telah memiliki
informasi yang cukup tentang perusahaan atau terdapat kepentingan lain seperti motif finansial. Sedangkan dalam pergantian auditor secara
voluntary, yang menjadi fokus ialah perusahaan, dimana timbul pertanyaan mengenai alasan perusahaan mengganti auditornya.
Adanya rotasi audit yang dilakukan oleh perusahaan berdampak terhadap kualitas audit atas laporan keuangan perusahaan, hal ini
dikarenakan munculnya auditor baru yang akan diperbandingkan kualitas auditnya antara auditor lama dengan auditor yang baru. Di
Indonesia sendiri terdapat kebijakan tentang rotasi Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423KMK.062002 tentang jasa akuntan publik yang mengatur bahwa rotasi seorang Akuntan Publik harus dilakukan setiap
3 tahun dan rotasi KAP setiap 5 tahun. Peraturan ini direvisi dengan dikeluarkannya
Surat Keputusan
Menteri Keuangan
Nomor 359KMK.062003 tentang perubahan atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423KMK.062002. Pada tahun 2008 peraturan sebelumnya dicabut, dan diperbaharui dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17PMK.012008. Dalam regulasi ini, diatur rotasi seorang Akuntan Publik tetap 3 tahun dan untuk Kantor Akuntan Publik
6 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Siregar et al. 2012 menyatakan bahwa peraturan rotasi audit bertujuan untuk meningkatkan kualitas audit, hal tersebut didukung
dengan asumsi bahwa semakin lama hubungan antara auditor baik Kantor Akuntan Publik ataupun Akuntan Publik dengan satu
perusahaan akan mengurangi sikap independensi auditor. Namun demikian dari segi kompetensi, rotasi audit dapat menimbulkan
penurunan kualitas audit. Geiger dan Ranghunandan 2002 menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi pada periode awal
auditor melaksanakan penugasan audit. Salah satu interpretasi dari kondisi ini adalah bahwa walaupun tingkat independensi auditor relatif
lebih tinggi di awal masa penugasan namun tingkat familiaritasnya lebih rendah, terlihat dari tingginya tingkat kegagalan audit pada masa
awal tersebut Wibowo dan Rossieta, 2009
2.1.6 Ukuran KAP
Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang
– udangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik Rachmawati, 2008. Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen
perlu diaudit oleh Kantor Akuntan Publik KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, untuk menilai kredibilitas dari laporan
keuangan tersebut. Maka banyak perusahaan memilih KAP yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki reputasi baik, untuk meningkatkan kredibilitas serta kepercayaan masyarakat terkhusus investor pada informasi yang
disampaikan melalui laporan keuangan yang telah diaudit. De Angaelo 1981 menyatakan bahwa auditor skala besar
memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga
lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan.
Ukuran Kantor Akuntan Publik ditunjukan dengan afiliasinya dengan Kantor Akuntan Publik yang berlaku universal yang dikenal
dengan Big Four Worldwide Accounting Firm Big 4. Kategori KAP the big four di Indonesia adalah :
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan .....
KAP Haryanto Sahari dan rekan.
2. KAP KPMG Klynveld Peat Marwick Goerdeler, yang bekerjasama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.
3. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit adlah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Hasil
Chairunisa Nindita,
Sylvia Veronica
2012 Analisis
Pengaruh Ukuran
Kantor Akuntan
Publik terhadap
Kualitas Audit di Indonesia
Independen : Ukuran
Kantor Akuntan Publik
Dependen : Kualitas Audit
Ukuran KAP yang besar tidak selalu menghasilkan kualitas
audit yang tinggi. Kualitas audit KAP besar dan kecil
dapat
dianggap cukup
seragam Made Ariasta
Widhiastika 2012
Analisis Pengaruh
Rotasi KAP
Mandatory dan
Voluntary terhadap kualitas audit dengan
kepemilikan institusional sebagai
pemoderasi Independen :
Pengaruh rotasi
KAP mandatory
dan voluntary Dependen :
Kualitas Audit Moderasi:
Kepemilikan institusional
Rotasi KAP secara mandatory dan
voluntary tidak
mempengaruhi kualitas audit, sedangkan
kepemilikan institusional dapat meredam
hubungan negatif antara rotasi KAP
secara mandatory
dengan kualitas audit.
Andrew B.
Jackson ,
Michael Moldrich,
Peter Roebuk 2008
Mandatory audit
firm rotation and audit quality
Independen : Rotasi
KAP mandatory
Dependen : Kualitas Audit
Kualitas audit akan meningkat seiring
adanya hubungan
antar auditor
–klien jika
menggunakan proksi
kemungkinan penerbitan
opini going concern, namun tidak
berdampak jika
menggunakan proksi tingkat diskresioner
Sumarwoto 2006
Pengaruh Rotasi
KAP terhadap
kualitas laporan
keuangan Independen :
Rotasi KAP Dependen :
Kualitas
Laporan Keuangan
Kualitas laporan keuangan yang dihasilkan dari rotasi
KAP secara mandatory lebih tinggi dibandingkan dengan
rotasi KAP yang dilakukan secara voluntary
Albert L.
Nagy 2005 Mandatory
audit firm
turnover, Financial Reporting
Quality, and Client Independen :
Mandatory audit
turn over Financial reporting
Pada perusahaan
kecil, terdapat peningkatan kualitas
audit pada rotasi KAP secara mandatory, sedangkan pada
Universitas Sumatera Utara
Bargaining Power : The Case of Arthur
Andersen quality
Dependen : Client Bargaining
Power rotasi KAP secara voluntary
ada kecenderungan penurunan kualitas audit
Sumber data : Diolah 2015 Nindita 2012 melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran
Kantor Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit . Ukuran KAP dilihat dari jumlah rekan, jumlah klien dan jumlah pendapatan KAP terhadap
kualitas audit yang diukur dengan akrual diskresioner dan opini going concern. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2006-2008 dengan observasi sebanyak 348 perusahaan. Hasil penelitian secara keseluruhan, menunjukan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran KAP dengan kualitas audit. Ukuran KAP yang besar tidak selalu menghasilkan
kualitas audit yang tinggi. Kualitas audit KAP besar dan kecil dapat dianggap seragam.
Widhiastika 2012 melakukan penelitian mengenai rotasi KAP secara mandatory dan voluntary terhadap kualitas audit dimana
kepemilikan institusional
menjadi pemoderasi.
Penelitian ini
menggunakan 222 perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI dalam rentang waktu tahun 2009-2010. Dalam penelitian ini kualitas
audit diukur melalui tingkat akrual dikresioner perusahaan dengan model Kasznik. Penelitian ini mengungkapkan bahwa rotasi KAP
secara mandatory ataupun voluntary tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. Sedangkan
kepemilikan institusional
dapat
Universitas Sumatera Utara
memperlemah pengaruh hubungan rotasi KAP mandatory dengan kualitas audit, sementara pada rotasi KAP secara voluntary tidak
berpengaruh sama sekali.
Sumarwoto 2006 melakukan penelitian mengenai rotasi audit dengan kualitas audit, walaupun yang diteliti dalam penelitian ini
adalah kualitas keuangan tetapi proksi yang digunakan untuk mengukurnya sama dengan proksi untuk mengukur kualitas audit yaitu
tingkat akrual dikresioner. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sekarang Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2004 kecuali perusahaan yang berada di sektor keuangan. Hasil dari penelitian ini adalah rotasi KAP secara mandatory
tidak memperngaruhi kualitas laporan keuangan, tetapi rotasi KAP secara voluntary menurunkan kualitas keuangan.
Nagy 2005 melakukan penelitian mengenai rotasi KAP secara mandatory di Amerika pada kebangkrutan KAP besar Arthur Andersen.
Perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KAP Arthur Andersen dipaksa untuk melakukan pergantian auditornya sehingga timbul
lingkungan rotasi KAP secara mandatory. Penelitian ini berhasil menemukan adanya peningkatan kualitas audit pada perusahaan kecil
yang merupakan mantan klien Arthur Andersen yang melakukan rotasi KAP secara mandatory. Tenure audit yang pendek menimbulkan
kualiats adit menurun, serta rotasi KAP secara voluntary menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
kualitas audit menurun dikarenakan adanya kecenderungan klien mencari auditor yang memiliki pemikiran yang sama dengan klien.
Jackson et.al 2008 melakukan penelitian tentang pengaruh dari kewajiban yang dibuat untuk melakukan rotasi KAP terhadap kualitas
audit. Variabel audit tenure ditambahkan karena kecenderungan bahwa rotasi KAP dilakukan untuk menghindari terciptanya hubungan yang
dekat antara auditor dan klien. Mereka mengukur kualitas audit dengan dua pendekatan, kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern
dan tingkat kebijaksanaan akrual. Objek penelitian adalah praktek audit switching yang dilakukan perusahaan
– perusahaan di Australia pada periode 1995
– 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan yang dekat antara
auditor – klien ketika diproksikan dengan kecenderungan menerbitkan
opini going concern dan tidak berpengaruh ketika diproksikan dengan tingkat kebijaksanaan akrual.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Widhiastika 2012 serta Sumarwoto 2006, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
penelitian ini disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhiastika 2012 dan Sumarwoto 2006. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
rotasi KAP secara mandatory serta voluntary, sedangkan variabel terikatnya adalah kualitas audit, dimana terdapat pemoderasi yaitu ukuran Kantor
Akuntan Publik. Rotasi KAP
mandatory
Rotasi KAP voluntary Kualitas Audit
Ukuran KAP H
1
H
2
H
3
H
4
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara variabel-variabel tersebut didasarkan pada teori kepatuhan complience theory serta teori sinyal signalling theory. Tuntutan
atas kepatuhan dalam rangka meningkatkan kualitas audit diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No.17PMK.012008 tentang “Jasa Akuntan
Publik” pasal 3 yang merupakan pembaharuan dari Keputusan Menteri Keuangan No. 423KMK.062002. Peraturan ini mewajibkan perusahaan
untuk melakukan rotasi auditor partner setiap 3 tiga tahun dan rotasi KAP setiap 6 enam tahun , hal ini dilakukan untuk meminimalkan adanya skandal
keuangan yang melibatkan akuntan publik serta untuk mempertahankan sikap mental independen akuntan publik sebagaimana diatur dalam standar
profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Signalling Theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal baik positif maupun negatif kepada para penggunanya. Signalling theory juga dapat membantu
mengurangi asimetri informasi antara perusahaan agent, pemilik principal, dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan yang berkualitas.
2.3 Hipotesis Penelitian 2.3.1 Pengaruh rotasi KAP secara mandatory terhadap kualitas audit