Analisis Wacana Berita Cuti Kampanye Pejabat Negara dalam Majalah Gatra

ANALISIS WACANA BERITA CUTI KAMPANYE PEJABAT NEGARA
DALAM MAJALAH GATRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:
AHMAD NUUR HIDAYAT
NIM :108051100079

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Desember 2014

Ahmad Nuur Hidayat

ABSTRAK
Analisis Wacana Berita Cuti Kampanye Pejabat Negara Dalam Majalah
Gatra
Tahun 2014 banyak dikenal sebagai tahun politik bagi rakyat Indonesia.
Hal ini dikarenakan pada tahun ini akan diselenggarakan sebuah Pemilihan Umum
(Pemilu). Para politikus dengan giat turun kelapangan hanya untuk
mengumpulkan suara bagi mereka. Tak jarang, kita sering temui para pejabat

publik turut di dalamnya. Pada dasarnya, hal tersebut tidaklah melanggar hukum.
Namun secara etika, hal tersebut jelas sangat tidak etis. Para pejabat publik yang
seharusnya siap sedia melayani masyarakat, kini lebih memilih mengurus
partainya ketimbang amanat rakyat.
Berdasarkan konteks di atas, maka penulisan ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan, 1. Bagaimana deskripsi teks yang dibangun Majalah Gatra
dalam pemberitaan cuti kampenye pejabat negara? 2. Bagaimana kognisi sosial
Majalah Gatra dalam pemberitaan cuti kampenye pejabat negara? 3. Bagaimana
konteks sosial Majalah Gatra dalam pemberitaan cuti kampanye pejabat negara?
Untuk menganalisa dan memahami wacana yang dijabarkan Gatra dalam
pemberitaannya, peneliti menggunakan Analisis Wacana model Teun Van Dijk.
Teori ini menganalisa wacana melalui tiga aspek, yakni analisis struktur teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial.
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu
prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu tersebut secara holistic (utuh). Data yang digunakan adalah berita
“Cuti Kampanye Pejabat Negara” dan wawancara pribadi dengan penulis berita
tersebut.
Pejabat negara yang terlibat dalam kampanye serta menjadi jurkamnas

(juru kampanye nasional) pada dasarnya tidak melanggar aturan. Selama mereka
menaati syarat dan ketentuan yang berlaku, maka sah-sah saja mereka turun
sebagai jurkam. Namun, perlu pengawasan ketat agar dalam prosesnya mereka
tidak menggunakan fasilitas dan kekuatan sebagai pejabat negara dalam kegiatan
kampanye mereka.
Penelitian dari segi teks dapat ditinjau dari tiga aspek struktur, yaitu
struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Penelitian dari segi kognisi
sosial dilakukan dengan wawancara mendalam dengan narasumber selaku penulis
berita terkait. Sedangkan dari segi konteks sosial dilakukan dengan wawancara
dan melihat perkembangan isu berita terkait di kalangan masyarakat.
Keterlibatan pejabat publik sebagai jurkam perlu pengawasan ekstra,
karena dikhawatirkan akan adanya mobilisasi aparat internal dan politisasi
anggaran untung menguntungkan parpol. Dalam proses terbentuknya demokrasi
Indonesia yang lebih baik, tentunya peranan media amat penting. Sikap tidak
memihak media akan membawa angin segar bagi demokrasi yang adil dan jujur.
Keywords: Analisis Wacana, Kampanye, Pejabat Negara, Gatra
Ahmad Nuur Hidayat (108051100079)
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehigga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Wacana Berita Cuti
Kampanye Pejabat Negara Dalam Majalah Gatra. Tak lupa, shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad
SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa
mencintai beliau.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis susun demi
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada
Program Studi Konsentrasi Jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H.
Arief Subhan, M.A, Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak
Suparto, M.Ed. Ph.D, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi
Umum, Bapak Jumroni, M.Si. Serta pembantu Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Bapak Dr. Sunandar Ibnu Nur, MA.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si, serta

Sekertaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Ibu Dra. Musfirah

ii

Nurlaily, MA yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
membantu menyelesaikan kuliah saya.
3. Dosen Pembimbing skripsi Ibu Ade Rina Farida, M.Si yang telah
menyediakan waktunya di tengah kesibukannya untuk membimbing
peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan lancar.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas
ilmu yang telah diberikan kepada Peneliti.
5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Pihak majalah Gatra yang turut berperan dalam selesainya penelitian
penulis. Khususnya bapak Asrori S. Karni yang meluangkan
waktunya di tengah kesibukkannya.
7. Secara khusus dan yang paling penulis banggakan, kedua orangtua
tercinta Bapak Dedi Heriadi dan Ibu Yati Sumiati atas do’a dan kasih
sayangnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik-adikku tercinta, (Erien Damayanti dan Syifa Chandra Azizi).

Terima kasih atas dukungan dan semangatnya sehingga skripsi ini
dapat selesai.
9. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2008, Yamin, Oky, Zein, Ita, Kiki,
Ajeng, Obe, dan yang tidak bisa Peneliti sebutkan satu persatu,
semoga persahabatan dan persaudaraan kita akan terus terjalin
10. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan
mendo’akan.

iii

Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan,
namun Peneliti telah berusaha untuk semaksimal mungkin dengan baik.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Peneliti

Ahmad Nuur Hidayat

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
BAB I

PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................7
1. Batasan Masalah .......................................................................7
2. Rumusan Masalah.....................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................7
1. Tujuan Penelitian ......................................................................7
2. Manfaat Penelitian ....................................................................8
D. Metodologi Penelitian.....................................................................8
1. Metode Penelitian .....................................................................8
2. Subjek dan Objek Penelitian.....................................................9
3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................9
4. Teknis Analisis Data ...............................................................10

E. Tinjauan Pustaka...........................................................................10
F. Sistematika Penulisan ...................................................................11

BAB II

LANDASAN TEORI ........................................................................13
A. Media Massa .................................................................................13
1. Definisi Media Massa .............................................................13
2. Jenis-jenis Media Massa .........................................................14
a. Media Cetak ......................................................................14
b. Media Elektronik ..............................................................14
c. Media Online ....................................................................15
B. Berita ............................................................................................15
1. Definisi Berita.........................................................................15
2. Jenis-jenis Berita.....................................................................17
3. Nilai Berita
....................................................................17
4. Kategori Berita .......................................................................19
C. Teori Konstruksi Sosial ................................................................20
D. Definisi dan Konsep Analisa Wacana ..........................................28

1. Konsep Analisa Wacana .........................................................28
2. Analisis Wacana Van Dijk .....................................................33
a. Teks ..................................................................................36
b. Kognisi Sosial ...................................................................40
c. Konteks Sosial ..................................................................41
GAMBARAN UMUM.......................................................................44
A. Sejarah Majalah Gatra ..................................................................44
B. Visi dan Misi Majalah Gatra ........................................................46
C. Perkembangan Majalah Gatra ......................................................49
D. Struktur Organisasi .......................................................................51

BAB III

v

BAB IV

BAB V

E. Segmentasi Pemasaran .................................................................51

TEMUAN DAN ANALISIS DATA .................................................55
A. Analisis Struktur Teks ..................................................................55
B. Analisis Kognisi Sosial.................................................................71
C. Analisis Konteks Sosial ................................................................76
PENUTUP .........................................................................................79
A. Kesimpulan ...................................................................................79
B. Saran .............................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................82
LAMPIRAN .......................................................................................................... ix

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Teori Konstruksi Sosial.............................................................................28
Tabel 2 Skema Penelitian dan Metode Van Dijk ...................................................35
Tabel 3 Struktur Teks .............................................................................................36
Tabel 4 Elemen Wacana Van Dijk .........................................................................37
Tabel 5 Temuan Teks Elemen Tematik .................................................................55
Tabel 6 Temuan Teks Elemen Skema....................................................................58

Tabel 7 Temuan Teks Elemen Latar ......................................................................59
Tabel 8 Temuan Teks Elemen Detil ......................................................................62
Tabel 9 Temuan Teks Elemen Maksud..................................................................63
Tabel 10 Temuan Teks Elemen Praanggapan ........................................................65
Tabel 11 Temuan Teks Elemen Koherensi ............................................................66
Tabel 12 Temuan Teks Elemen Leksikon..............................................................68
Tabel 13 Temuan Teks Elemen Grafis...................................................................69
Tabel 14 Temuan Teks Elemen Metafora ..............................................................70

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pembaca Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................................52
Gambar 2 Pembaca Berdasarkan Usia ...................................................................53
Gambar 3 Pembaca Berdasarkan Pendidikan ........................................................53
Gambar 4 Pembaca Berdasarkan Pekerjaan ...........................................................54

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi massa merupakan disiplin ilmu yang umumnya lebih
muda dibandingkan disiplin ilmu lainnya. Pada dasarnya komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media
massa yang termasuk dalam komunikasi massa ini dihasilkan oleh teknologi
canggih. Media massa yang dimaksud menunjuk hasil produksi teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.1
Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik tentang suatu
masalah yang melibatkan tiga pihak, yaitu wartawan, sumber berita, dan
khalayak. Ketiga pihak itu mendasarkan keterlibatannya pada peran sosial
masing-masing dan hubungan diantara mereka terbentuk melalui operasional
teks yang mereka konstruksi. Salah satu produk utama didalam media massa
adalah berita. Berita menempati posisi terdepan sebagai salah satu bagian dari
produk informasi tentang segala hal yang sangat berguna dan bermanfaat
dalam rangka memberikan pencerahan bagi peradaban kehidupan manusia
kearah yang lebih baik. Realitas-realitas peristiwa yang terjadi dalamsemua
aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, hukum, ekonomi, politik, agama
dll. Semuanya merupakan bahan-bahan utama proses terjadinya suatu berita
yang akan disajikan kepada masyarakat.

1

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Raja Grafindo. 2007), h. 4

1

2

Namun demikian, tidak jarang pula suatu berita dikonstruksi oleh para
pemangku kepentingan dalam media massa berdasarkan sudut pandang yang
dimilikinya. Sudut pandang ini bisa berasal dari ideologi, visi, misi,
pengetahuan, wawasan, maupun pengalaman. Sehingga realitas peristiwa
yang dijadikan berita oleh suatu media cenderung bias. Sehingga realitas
obyektif suatu peristiwa akan menjadi realitas mediayaitu suatu realitas
peristiwa dilapangan yang dibangun atas dasar unsur penambahan atau
pengurangan berdasarkan kepentingan tertentu, dalam konteks tersebut
terdapat suatu makna di balik realitas.
Media massa dalam menyampaikan dan memberikan informasi selalu
memiliki “gaya” tersendiri. Bagaimana media massa dalam menuliskan atau
memaparkan suatu peristiwa, informasi atau berita dengan “bahasanya”
sendiri. Bahasa yang dimaksudkan disini adalah bagaimana media massa
dalam melihat suatu peristiwa. Media massa selalu melakukan konstruksi
realitas, maksudnya adalah upaya menyusun beberapa peristiwa atau keadaan
secara sistematis menjadi sesuatu yang bermakna.
Dalam pandangan kaum konstruksionis, berita yang kita baca pada
dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku
jurnalistik. Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber,
pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana
realitas tersebut hadir dihadapan khalayak.
Ideologi yang dipegang teguh dalam media sangat berpengaruh
terhadap konstruksi yang dilakukan media tersebut. Ideologi yang dimaksud

3

ialah suatu pandangan atau pemikiran abstrak yang digunakan dan dimiliki
oleh individu atau sekelompok orang untuk melihat suatu realita. Ideologi ini
berkaitan dengan bagaimana individu atau sekelompok orang tersebut
menafsirkan dan menghadapi realitas.2
Pada dasarnya, peran media lebih kepada mendefinisikan tentang
bagaimana seharusnya sebuah realitas dipahami. Bagaimana realitas itu
dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. Di antara berbagai fungsi
dari media dalam mendefinisikan realitas, fungsi pertama adalah media
sebagai mekanisme integrasi sosial. Media disini berfungsi menjaga nilainilai kelompok dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu
dijalankan.Media massa dilihat sebagai media diskusi antara pihak-pihak
dengan ideologi dan kepentingan yang berbeda-beda.3
Media massa sebagai bentuk nyata dari pers, memiliki kecenderungan
dalam menyampaikan suatu informasi. Kecenderungan tersebut disebabkan
karena faktor-faktor yang memengaruhi media tersebut.Nilai berita yang
tinggi adalah alasan utama mengapa sebuah peristiwa disampaikan kepada
khalayak, sehingga peristiwa ini terus-menerus ditampilkan. Bagaimana
media massa menghadirkan suatu informasi kepada khalayak dengan “gaya”
penulisannya sendiri. Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas
seharusnya dipahami, bagaimana realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu
kepada khalayak.

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi Massa: Sejarah, Metode, dan
Terapan di dalam Media Massa, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 277.
3
Agus Sudibyo,Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKiS, 2006), h. 220.
2

4

Dalam proses produksi sebuah berita, setiap media biasanya
memilikiciri khas tersendiri dalam tulisan yang dibuatnya. Ulasan wacana
yang disampaikan, terkadang memiliki pesan tersirat. Dalam kalangan
akademis, ada sebuah kajian mengenai “analisa wacana” sebuah produk
berita. Istilah wacana merupakan terjemahan dari bahasa Inggris discourse.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Inggris, kata discourse berasal dari
bahasa Latin diskursus yang memiliki arti lari kian kemari (dis: dari, dalam
arah berbeda, curere: lari).4Henry Guntur mengatakan bahwa wacana tidak
hanya mencakup percakapan atau obrolan tetapi juga pembicaraan di muka
umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan
sandiwara dalam lakon.5 Mengenai pengertian analisis wacana, Alex Sobur
berpendapat bahwa analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan
dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.6
Tahun 2014 banyak dikenal sebagai tahun politik bagi rakyat
Indonesia. Hal ini dikarenakan pada tahun ini akan diselenggarakan sebuah
Pemilihan Umum (Pemilu). Para politikus dengan giat turun ke lapangan
hanya untuk mengumpulkan suara bagi mereka. Tak jarang, kita sering temui
para pejabat publik turut di dalamnya. Pada dasarnya, hal tersebut tidaklah
melanggar hukum. Namun secara etika, hal tersebut jelas sangat tidak etis.
Para pejabat publik yang seharusnya siap sedia melayani masyarakat, kini
lebih memilih mengurus partainya ketimbang amanat rakyat.
Rivers, et.al. Media Massa dan Masyarakat Modern, h. 192.
Taringan dan Henry Guntur,Pengajaran Wacana. (Bandung: Angkasa, 1993), h. 23
6
Alex Sobur,Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. ke-4, h. 75.
4

5

5

Dalam beberapa kampanye yang dilakukan partai politik, ada
beberapa orang walikota, bupati, gubernur, menteri, dan bahkan seorang
presiden turut dalam kampanye tersebut. Hal ini pastinya mengganggu tugas
mereka dalam menjalankan amanat rakyat. Banyak dari pejabat publik
tersebut yang dengan sengaja meminta cuti untuk melakukan kampanye.
Meskipun ada kebijakan dari pemerintah tentang pemberian cuti, apakah hal
tersebut dapat menjamin mereka tidak lalai. Dalam hal ini, para pejabat
publik juga tidak bisa menjamin mereka akan netral ketika melaksanakan
tugas mereka sebagai pejabat publik. Dimana mereka tidak akan melakukan
kampanye ketika mereka menggunakan atribut negara.
Rogers dan Storey, seperti yang dikutip oleh Antar Venus (2009:7),
mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang
terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi,
yaitu mengajak publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang
dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Jadi, pada prinsipnya kampanye
merupakan contoh tindakan persuasi secara nyata.7
Charles U. Larson, seperti yang dikutip oleh Antar Venus (2009:1011), membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori, yakni product-oriented
campaigns, candidate-oriented campaigns, dan ideologically or cause
oriented campaigns. Product-orientedcampaigns atau kampanye yang
Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan
Kampanye Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-3, h. 7.
7

6

berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Motivasi
yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial.Candidateoriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat,
umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Sedangkan
ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang
berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali
berdimensi perubahan sosial.8
Dalam kampanye politik, seorang kandidat atau juru kampanye jelas
memainkan peran tertentu di hadapan khalayak, yang terdiri dari tindakantindakan tertentu terhadap khalayak yang sesuai dengan statusnya sebagai elit
politik.

Untuk memainkan

peran

sosialnya,

biasanya

‘sang aktor’

menggunakan bahasa verbal, seperti slogan-slogan, jargon-jargon politik, dan
janji-janji muluk. Kampanye politik biasanya menyuguhkan panggung
hiburan musik yang dimeriahkan oleh penyanyi atau artis lainnya. Panggung
tersebut dihiasi foto kandidat, poster, spanduk, bendera, dan atribut politik
lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk menampilkan citra yang hebat, kuat,
dan besar untuk menarik simpati dan dukungan massa.9
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengetahui lebih jauh
mengenai berita seputar kampanye tahun 2014, penulis mengadakan
penelitian terhadap pemberitaan dalam Majalah Gatra, maka penelitian ini

8
Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan
Kampanye Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10-11.
9
Deddy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi
Masyarakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-3, h. 89-90.

7

diberikan judul “Analisis Wacana Berita Cuti Kampanye Pejabat Negara
dalam Majalah Gatra”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1.

Batasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang sudah
dipaparkan sebelumnya dan untuk membatasi serta mempermudah
penyusunan, maka penulis akan melakukan analisis berita Cuti
Kampenye Pejabat Negara di Majalah Gatra Edisi 19, yang terbit pada
tanggal 13-19 Maret 2014.

2.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini
terangkum dalam pertanyaan, yaitu:
a. Bagaimana deskripsi teks yang dibangun Majalah Gatra dalam
pemberitaan Cuti Kampanye Pejabat Negara?
b. Bagaimana kognisi sosial Majalah Gatra dalam pemberitaan Cuti
Kampanye Pejabat Negara?
c. Bagaimana konteks sosial Majalah Gatra dalam pemberitaan Cuti
Kampanye Pejabat Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, secara khusus
penelitian ini bertujuan:

8

a. Untuk mengetahui bagaimana deskripsi teks yang dibangun Majalah
Gatra dalam pemberitaan Cuti Kampanye Pejabat Negara
b. Untuk mengetahui bagaimana kognisi sosial Majalah Gatra dalam
pemberitaan Cuti Kampanye Pejabat Negara
c. Untuk mengetahui bagaimana konteks sosial Majalah Gatra dalam
pemberitaan Cuti Kampanye Pejabat Negara
2.

Manfaat Penelitian
a.

Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil
riset terutama di bidang komunikasi massa dengan fokus pada teknik
analisis wacana. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan
data yang dapat digunakan oleh mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya mahasiswa komunikasi dan jurnalistik.

b.

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
penelitian serupa. Baik itu media massa maupun kelompok
masyarakat lain yang tertarik dalam kajian wacana media.

D. Metodologi Penelitian
1.

Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif yaitu prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

9

diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistic (utuh).10 Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan
data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah
data sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak.11
2.

Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Majalah Gatra, sementara objek
penelitiannya adalah berita “Cuti Kampanye Pejabat Negara” yang terbit
pada edisi 19 (13-19 Maret 2014)..

3.

Teknik Pengumpulan Data
a.

Analisis Teks
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis teks berita yang terdapat
pada Majalah Gatra edisi 19 (13-19 Maret 2014).

b. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan Jurnalis Majalah Gatra.
Wawancara dilakukan untuk menggali data-data sekaligus dalam
upaya menghimpun data yang akurat untuk proses penelitian yang
berkaitan.
c.

Dokumentasi
Selain melakukan analisis teks dan wawancara, penulis juga akan
menghimpun data-data, literatur, dan kepustakaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti.

h. 4

10

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),

11

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung: Alfabeta, 2010) h. 3

10

4.

Teknis Analisis Data
Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data tersebut agar
sistematis, lalu diklasifikasikan untuk kemudian dianalisa sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian, untuk kemudian disajikan dalam
bentuk laporan ilmiah. Dalam menganalisanya, peneliti menggunakan
teknik analisis data kualitatif yaitu deskriptif. Peneliti menganalisis datadata deskriptif yang telah diperoleh.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis wacana Teun
A. Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga
dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari
analisis ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke
dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah
bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk
menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial, dipelajari
proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari
wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang
berkembang dalam masyarakat dalam suatu masalah.

E. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi di Perpustakaan Utama
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat beberapa skripsi
yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini. Penulis juga meninjau

11

beberapa skripsi yang sangat berguna sebagai bahan referensi. Adapun
beberapa kajian pustaka tersebut ialah:
1.

Skripsi karya Danang Rianto dengan judul “Analisis Wacana
Pemberitaan Pemerintahan Daerah Tangerang Selatan pada Harian
Lokal Tangsel Pos Edisi 3, 4, dan 5 Oktober 2011”. Persamaan dari
penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis peneliti adalah
terletak pada kesamaan teori yang digunakan. Peneliti terdahulu
menggunakan teori analisis wacana model Teun Van Dijk. Sedangkan
perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis peneliti
adalah dalam pemilihan objek penelitian.

2.

Skripsi karya Oky Oktaniantodengan judul “Analisis Framing Berita
Pemilukada Banten 2011 pada Surat Kabar Radar Banten dan Tangsel
Pos”. Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis
peneliti adalah terletak pada kesamaan objek penelitiannya dari
penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis peneliti sama-sama
mengangkat tema mengenai kasus kampanye. Sedangkan perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis peneliti adalah dalam
penggunaan teori. Teori yang digunakan oleh penulis tersebut adalah
analisis framing dengan kerangka teori konsep Zhongdang Pan dan
Gerald M Kosicki.

F. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi

12

dkk, yang diterbitkan oleh CEQDA (Centre for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB I :

Pendahuluan
Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :

Kajian Teori
Bagian ini menjelaskan secara rinci definisi media massa, berita,
teori konstruksi sosial, teori wacana, dan model teori Teun Van
Dijk.

BAB III :

Gambaran Umum
Bagian ini berisi mengenai sejarah dan perkembangan, visi dan
misi, sirkulasi dan segmentasi pembaca, serta struktur
redaksional Majalah Gatra.

BAB IV :

Analisis dan Temuan Data
Bagian ini berisi tentang pemaparan hasil analisa dan temuan
data terkait penelitian yang ditulis peneliti. Peneliti akan
memaparkan analisa wacana terkait pemberitaan cuti kampanye
pejabat negara pada Majalah Gatra.

BAB V :

Penutup
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis atas
penelitian yang telah dilakukan.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Media Massa
1. Definisi Media Massa
Media Massa kini sudah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
masyarakat karena media massa baik cetak maupun elektronik sudah
menjadi kebutuhan hidup masyarakat di dunia. Rasa ingin tahu terhadap
apa yang terjadi dalam lingkungan sekitar merupakan sifat dasar yang
dimiliki oleh setiap individu di muka bumi ini, dari dasar inilah rasa ingin
tahu tersebut kemudian berlanjut hingga peristiwa yang berada dibelahan
dunia. Pada era informasi saat ini rasa ingin tahu tersebut dapat dipenuhi
dengan mudah diberbagai media massa. Masyarakat memanfaatkan media
massa untuk berbagai keperluan, sesuai dengan fungsi media massa. Para
pengkaji sosiologi media menunjukkan bagaimana masyarakat sebenarnya
memiliki ketergantungan pada media untuk memperoleh informasi tentang
peristiwa yang terjadi di dunia.
Pengertian Media massa secara umum adalah media informasi yang
terkait dengan masyarakat digunakan untuk berhubungan dengan khalayak
umum, dikelola secara profesional yang bertujuan mencari keuntungan.
Menurut pendapat Kurt Lang dan Gladsy Engel Lang, media massa
memaksakan perhatian terhadap isu-isu tertentu. Media massa membangun
citra publik tentang figur-figur politik. Media massa (mass media) dapat

13

14

berupa surat kabar, video, CD room, komputer, TV, radio dan lain
sebagainya.1
2. Jenis-jenis Media Massa
Seiring dengan perkembangan zaman, media massa saat ini
berkembang begitu pesat. Sehingga masyarakat luas dapat memilih
informasi dari media sesuai dengan selera yang dibutuhkan. Ada tiga jenis
media massa pada saat ini yaitu:
a. Media cetak
Media cetak merupakan media tertua yang ada di dunia. Media
cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta diurnal dan Acta
senates di kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah
Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah
beragam bentuknya, seperti surat kabar (koran), tabloid, dan majalah.2
b. Media elektronik
Setelah media cetak muncullah media elektronik pertama yaitu
radio. Radio sebagai media audio yang menyampaikan pesan lewat
suara. Kecepatan dan ketepatan waktu dalam menyampaikan pesan
radio tentu lebih cepat dengan menggunakan siaran langsung. Setelah
itu muncul televisi yang lebih canggih bisa menayangkan gambar
dengan suara, yaitu sebagai media massa audio visual.

1
Lynn H Turner, Pengantar Ilmu Komunikasi dan Aplikasi, (Jakarta: Penerbit Salemba
Humanika,2008), h. 41
2
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,
2008),cet.1 h.13

15

c. Media online
Media online yaitu media yang menggunakan jaringan internet
mulai muncul pada abad 21. Media online ini bukan termasuk media
jenis media elektronik, media internet kemampuannya bisa melebihi
media cetak dan elektronik, apa yang ada pada kedua media tersebut
bisa masuk dalam jaringan internet melalui website. Para pakar media
memisahkannya ke dalam kelompok tersendiri dengan alasan media ini
menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi
yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan
dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan.
3. Fungsi Media Cetak
Ada banyak pendapat dari para ahli mengenai fungsi media massa,
salah satunya menurut Jay Black dan Federick C. Whitney yang membagi
empat fungsi media massa yaitu:3
a. To inform (menginformasikan)
b. To entertaint (memberi hiburan),
c. To persuade (membujuk), dan
d. Transmission of the culture (transmisi budaya).
B. Berita
1. Definisi Berita
Istilah berita berasal dari bahasa Sanksekerta, yakni vrit yang
kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris menjadi write, yang arti
sebenarnya adalah “ada“ atau “terjadi“. Sebagian ada yang menyebutnya

3

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.64

16

vritta, yang artinya “kejadian“ atau “yang telah terjadi“. Vritta masuk ke
dalam bahasa Indonesia menjadi “berita“ atau “warta“.4
William S. Moulsby dalam Getting The News, seperti yang dikutip
oleh Haris Sumadiria (2005:64) menegaskan, berita bisa didefinisikan
sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta
yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian khalayak.5
Mitchel V. Charnley dalam buku Reporting, seperti yang dikutip
oleh Gunadi (1998:17) mendefinisikan berita sebagai laporan tercepat
mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau
penting, atau kedua-duanya untuk sejumlah besar penduduk.6
Pada dasarnya, berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa
di sini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada
gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa. Dengan
demikian, dapat pula dikatakan secara sederhana, bahwa dalam suatu
proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana atau keadaan,
orang, dan benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa
merupakan upaya untuk merekonstruksikan realitas. Karena sifat dan
faktanya bahwa tugas redaksional media massa, seperti wartawan, editor,
redaktur pelaksana, dan juga pemimpin redaksi adalah menceritakan
peristiwa-peristiwa, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa seluruh
4

h.46.

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.64.
6
Y.S. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, h. 17.
5

17

isi surat kabar merupakan realitas yang telah dikonstruksi (constructed
reality). Laporan-laporan jurnalistik yang ada di media pada dasarnya tidak
lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk “cerita“.7
2. Jenis-jenis Berita
Jenis-jenis berita dapat digolongkan menjadi lima bagian yaitu:8
a. Straight News: Berita langsung (straight news) adalah berita yang
ditulis apaadanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar
halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini.
b. Deep News: Berita yang mendalam dan dikembangkan dengan
pendalaman hal-hal yang ada disudut permukaan.
c. Investigation News: Berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian
dari berbagai sumber.
d. Interpretative News: Berita yang dikembangkan berdasarkan pendapat
wartwan, bedasarkan fakta yang ditemukan dilapangan.
e. Opinion News: Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya
pendapat para tokoh atau cendekiawan mengenai suatu isu atau hal-hal
tersebut.
3. Nilai Berita
Nilai berita dalam suatu berita menjadi suatu ukuran yang
menentukan berita tersebut layak diterbitkan atau tidak. Hanya ada
beberapa peristiwa yang mempunyai ukuran-ukuran atau nilai-nilai tertentu

Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h. 168.
8
Asep Syamsul Ramli, Jurnalisme Untuk Pemula, op.cit, h. 23
7

18

saja yang layak dan bisa disebut sebagai berita. Nilai berita tersebut
diantaranya adalah:9
a. Immediacy atau biasa disebut timelines: terkait dengan kesegaran
peristiwa yang dilaporkan.
b. Proximity: keterdekatan peristiwa dengan pembaca dalam keseharian
hidup mereka. Karena biasanya orang-orang akan tertarik dengan berita
yang menyangkut dengan kehidupan mereka
c. Consequence: berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah yang
mengandung nilai konsekuensi
d. Conflict: peristiwa perang, demonstrasi, atau kriminalitas merupakan
contoh elemen konflik di dalam pemberitaan.
e. Oddity: peristiwa yang tidak biasa terjadi adalah sesuatu hal yang akan
diperhatikan segera oleh masyarakat.
f. Sex: seks sering menjadi elemen utama dari sebuah pemberitaan, tetapi
sering pula seks menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu,
seperti pada berita olahraga, selebriti dan kriminal.
g. Emotion: elemen emotion ini kadang dinamakan elemen human
interest.
h. Prominence: elemen ini adalah unsur keterkenalan selalu menjadi
incaran pembuat berita.

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),
h. 18-20
9

19

i. Suspence: menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap
sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kejelasan mengenai suatu fakta
sangat dituntut oleh masyarakat.
j. Progress: ini adalah elemen “perkembangan” suatu peristiwa yang
ditunggu oleh masyarakat.
4. Kategori Berita
Pengkategorisasian berita menjadi landasan atau pijakan bagi
wartawan untuk menentukan bagaimana sebuah realitas diklasifikasikan
dan bagaimana peristiwa didefinisikan, dipahami, bahkan direkonstruksi.10
Secara umum, menurut Tuchman seperti yang dikutip oleh Eriyanto
(2002:108-109), wartawan memakai lima kategori berita. Kategori tersebut
dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subjek peristiwa yang
menjadi berita. Kelima kategori tersebut adalah:11
a. Hard news. Berita mengenai peristiwa yang terjadi pada saat itu.
Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Semakin
cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari
kategori ini adalah kecepatannya.
b. Soft news. Kategori ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kisah
manusiawi (Human Interest). Pada jenis berita ini tidak dibatasi oleh
waktu. Iabisa diberitakan kapan saja.

10
Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h. 176.
11
Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h. 25-26.

20

c. Spot news. Spot newsadalah sub klasifikasi dan kategori yang bersifat
hard news. Dalam spot news, peristiwa yang diliput tidak bisa
direncanakan.
d. Developing news. Developing newsadalah sub klasifikasi dari hard
news yang umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga
seperti spot news. Tetapi dalam developing news dimasukan elemen
lain, seperti peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian
berita yang akan diteruskan keesokan hari atau dalam berita
selanjutnya.
e. Continuing news. Continuing news adalah sub klasifikasi lain dari hard
news. Dalam continuing news peristiwa-peristiwa bisa diprediksi dan
direncanakan.
C. Teori Konstruksi Sosial
Asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruksivisme, yang dimulai
dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Namun apabila ditelusuri,
sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruksivisme sebenarnya telah dimulai
oleh Giambatissta Vico, seorang epistimolog dari Italia, ia adalah cikal bakal
konstruktivisme.12 Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of
reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi
dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki
dan dialami bersama secara subyektif.13

12
13

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi,(Jakarta: Kencana, 2006), h. 193.
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi,(Jakarta: Kencana, 2006), h. 194.

21

Konstruksi sendiri merupakan cikal bakal yang berasal dari aliran
filsafat. Ide konstruksionis dimulai oleh Giambatista Vico, seorang
epistimologi dari Italia. Aristotoles dalam Bertens mengatakan bahwa,
manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan
kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan
adalah fakta.
Berger dan Luckmann kemudian melalui Social Construction of
Reality (1965) menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun
secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi dan
internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di
dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial
tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.14
Tentu saja, teori ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat
realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu yang
merupakan manusia bebas. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang
sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.
Realitas sosial itu ada dilihat dari subjektivitas ada itu sendiri dan dunia
objektif di sekeliling realitas sosial itu. Individu tidak hanya dilihat sebagai
kediriannya, namun juga dilihat dari mana kedirian itu berada, bagaimana ia
menerima dan mengaktualisasikan dirinya serta bagaimana pula lingkungan
menerimanya.15

14
15

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi,(Jakarta: Kencana, 2006), h. 192.
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi,(Jakarta: Kencana, 2006), h. 192.

22

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann menggambarkan proses sosial
melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara
terus-menerus suatu realitas yang memiliki dan dialami bersama secara
subjektif.16 Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruksivis, realitas
merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian
kebenaran suatu realitas sosial yang berlaku sesuai konteks spesifik yang
dinilai relevan oleh pelaku sosial.17 Melihat berbagai karakteristik dan
substansi pemikiran dari teori konstruksi sosial nampak jelas, bahwa teori ini
berparadigma konstruktivis. Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme yakni
konstruktivisme radikal, realisme hipotesis, dan konstruktivisme biasa.18
1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh
pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum
konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan
dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi
mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun
sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan
selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak
dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif, sedangkan lingkungan
adalah sarana terjadinya konstruksi itu.
2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur
realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang
hakiki.
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi,(Jakarta: Kencana, 2006), h. 193.
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi,(Jakarta: Kencana, 2006), h. 191.
18
Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius, 1997), h. 25.
16

17

23

3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme
dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu.
Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang
dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri.
Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana
konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk
menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu
dengan lingkungan atau orang di dekitarnya. Individu kemudian membangun
sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur
pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan
Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.19
Ketika melakukan proses konstruksi realitas, wartawan masih
dipengaruhi oleh dua faktor konteks eksternal dan faktor konteks internal yang
terdiri dari internal institusi dan internal individu. Ini tentu dapat dipahami
karena pada dasarnya sebuah institusi media masa seperti surat kabar tidaklah
hidup atau berada dalam sebuah ruang hampa. Institusi ini berada di antara
institusi-institusi lain yang ada di masyarakat yang pasti juga akan menuntut
terjadinya interaksi antara institusi yang satu dengan institusi yang lain, seperti
dijelaskan Birowo (2004).20
Tahap pembentukan konstruksi21
a.
19
20

177.

21

Tahap pembentukan konstruksi realitas
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi,(Jakarta: Kencana, 2006), h. 194.
M. Antonius Birowo,Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.
M. Antonius Birowo,Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004),h. 165.

24

Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, di mana pemberitaan telah
sampai pada pembaca dan pemirsanya, yaitu terjadi pembentukan
konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung. Pertama,
konstruksi realitas pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media
massa yang terbentuk di masyarakat yang cenderung membenarkan apa
saja yang ada di media massa sebagai suatu realitas kebenaran.Kedua,
kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap
pertama. Bahwa pilihan orang untuk menjadi pembaca/pemirsa media
massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya
dikonstruksi oleh media massa. Ketiga, menjadikan konsumsi media
massa sebagai pilihan konsumtif, di mana seseorang secara habit
tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan
hidup yang tak bisa dilepaskan
b. Tahap pembentukan konstruksi citra
Konstruksi citra yang dimaksud bisa berupa bagaimana konstruksi citra
pada sebuah pemberitaan ataupun bagaimana konstruksi citra pada
sebuah iklan. Konstruksi citra pada sebuah pemberitaan biasanya
disiapkan oleh orang-orang yang bertugas di dalam redaksi media massa,
mulai dari wartawan, editor, dan pimpinan redaksi. Sedangkan konstruksi
citra pada sebuah iklan biasanya disiapkan oleh para pembuat iklan,
misalnya copywriter. Di mana bangunan konstruksi citra yang dibangun
oleh media massa ini terbentuk dalam dua model, yakni model good
news dan model bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi

25

yang cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan sebagai pemberitaan
baik. Sedangkan model bad news adalah sebuah konstruksi yang
cenderung mengkonstruksi kejelekan atau memberi citra buruk pada
objek pemberitaan.
Dengan demikian, dapat pula dikatakan secara sederhana, bahwa dalam
suatu proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana atau keadaan,
orang dan benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa
merupakan upaya untuk merekonstruksikan realitas. Karena sifat dan faktanya
bahwa tugas redaksional media massa, seperti wartawan, editor, redaktur,
redaktur pelaksana dan juga memimpin redaksi adalah menceritakan peristiwaperistiwa, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa seluruh isi surat
kabar atau majalah merupakan realitas yang telah dikonstruksikan.22
Pendakatan Burger dan Luckmann mengatakan terjadi dialektika antara
individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu.
Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivikasi dan
internalisasi.23 Dialektika ini berlangsung dalam proses dengan tiga momen
simultan; (1) eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural
sebagai produk manusia. (2) Objektivikasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi
dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses
institusionalisasi, sedangkan yang ke (3) Internalisasi, yaitu proses yang mana

168.
195.

22

M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.

23

M. Antonius Birowo,Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.

26

individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau
organisai sosial tempat individu menjadi anggotanya.24
Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckmann ini terdiri
dari realitas objektif, realitas, simbolis dan realitas subjektif. Realitas objektif
adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada
di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas
simbolis merupakan ekspresi simbolis dari realitas objektif dalam berbagai
bentuk sebagai preses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis ke
dalam individu melalui proses internalisasi.25 Proses kon