PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA ( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 ).

(1)

PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA

( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )

SKRIPSI

Di susun oleh : RISTIN MONEPA

NPM. 0743010218

YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


(2)

Pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra

( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )

Oleh : RISTIN MONEPA

NPM. 0743010218

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 13 Juni 2011

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Ir.H.Didiek Tranggono,MSi Ir.H.Didiek Tranggono,MSi NIP. 195812251990011001 NIP. 195812251990011001

2. Sekretaris

Dra.Sumardjijati, Msi

NIP. 196203231993092001

3. Anggota

Dra.Herlina Sukmawati,Msi

NIP. 196412251993092001

Mengetahui, DEKAN

Dra.Hj.Suparwati,Msi NIP. 195507181983022001


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas kasih dan berkat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra dengan judul “Menepis Serangan Wikileaks”. Penulis tidak akan mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” dengan baik, tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak.

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Dekan Fisip Dra.Hj. Suparwati.Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dan juga kepada Ir.H.Didiek Tranggono,MSi selaku Dosen yang telah membimbing dan memberi saran juga dukungan demi kelancaran penulisan Skripsi ini, Serta semua pihak yang terkait dalam kelancaran penulisan Skripsi ini, antara lain :

1. Juwito S.Sos,MSi selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan seluruh Dosen Ilmu Komunikasi serta Staf TU.

2. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memberi dukungan moril serta materil, buat kedua sodaraku ka’un dan ka’opi, trimakasih atas pengertiannya dan sudah menjadi saudara yang baik untuk memberi masukan dan motifasi.


(4)

  v

3. Buat ‘Best Frend forever’ dikostan, Emak(veve) teman yang membantuku jikalau sakit, nonton Tv dikamarnya dan berbagi makanan. Malin(marlin) yang selalu memberi dorongan semangat supaya cepat selesai dan menasehatiku, Sapi(wida) trimakasih pinjaman buku serta internetnya guys, aying yang biasanya mentraktir makan dan ngajak jalan makasih, mereka teman “Laugh Every Day”. Tidak lupa juga seluruh penghuni MA 1b no.29a atas dukungan dan doanya.

4. Buat teman kapselku Dhea ndud, Mayong, Firman, Bojes, trimakasih atas kerjasamanya, dan buat seluruh teman seperjuangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik angkatan ’07 khususnya Ilmu Komunikasi yang saling memotifasi “sucses always guys”.

5. Buat mama tua (bude), Bu Rohani (karokermawa), Bu kantin Fisip, Bu Yanti, Bu Jiban, trimakasih atas nasehat dan menjadi ibu angkatku ketika aku jauh dari orangtuaku.

6. Buat Ignas Irwan selaku pelatih Paduan Suara Gita Widya Giri yang membantu melatih sehingga mengharumkan nama baik UPN dibidang UKM Paduan Suara, dan sudah menganggap kami seperti anaknya sendiri. Tidak lupa juga buat seluruh anggota Paduan Suara Gita Widya Giri khususnya PS


(5)

angkatan ’07 (Singgoku’rigky’, trio offie “ai dan jofita”, Mario, Gigih, Dika) atas doa, dukungan dan kerjasamanya selama ini “love you guys forever”.

7. Buat penjaga Perpus Fisip dan Perpus Pusat, trimakasih atas bantuannya mencarikan referensi dan buku.

8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis trimakasih doanya.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan ini. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya teman-teman di Program Studi Ilmu Komunikasi. Terima kasih.

Surabaya, Mei 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

ABSTRAKSI ... ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 10

2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Media Cetak ... 10

2.1.2. Ilustrasi Cover Majalah ... 13

2.1.3. Ilustrasi Sebagai Proses Komunikasi ... 15

2.1.4. Teori Komunikasi Politik ... 16

2.1.5. Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik ... 18

2.1.6. Sistem Politik ... 18

2.1.7. Korupsi ... 21


(7)

2.1.9. Konsep Makna ... 23

2.1.10. Font ... 25

2.1.11. Tipografi ... 26

2.1.12. Pemaknaan Warna ... 26

2.1.13. Kesatria ... 30

2.1.14. Pedang dan Tameng ... 30

2.1.15. Wikileaks ... 31

2.1.16. Pendekatan Semiotik ... 32

2.1.17. Pierce dan Tanda ... 35

2.1.18. Makna Denotatif dan Konotatif ... 36

2.1.19. Model Semiotik Carles Sanders Pierce ... 38

2.2. Kerangka Berfikir ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Metode Penelitian ... 42

3.2. Kerangka Konseptual ... 43

3.2.1. Korpus ... 43

3.2.2. Unit Analisis ... 44

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.4. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 50

4.1.1. Majalah Gatra ... 50

4.1.2. Penyajian Data ... 52


(8)

4.2.1. Pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra

”Menepis Serangan Wikileaks” ... 53

4.2.2. Analisis Ilustrasi Cover Majalah Gatra Berdasarkan Metode Semiotik Carles Sanders Pierce ... 54

4.3. Pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 Berdasarkan Tiga Kategori Pierce ... 58

4.3.1. Ikon ... 58

4.3.2. Indeks ... 61

4.3.3. Simbol ... 63

4.4. Makna Keseluruhan Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 dalam model Triangle Of Meaning……. 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 70

5.1. Kesimpulan ……… 70

5.2. Saran ……….. 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 76


(9)

ABSTRAKSI

RISTIN MONEPA, PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA ( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )

Permasalahan dalam Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret 2011 yaitu mengapa seorang Presiden Republik Indonesia bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) digambarkan atau diilustrasikan sebagai seorang kesatria pedang (swordman) yang berpakaian baju baja lengkap dan menggunakan sepatu sejenis boot, padahal biasanya seorang kepala negara berwibawa dengan menggunakan jas, dasi, serta sepatu pantofel. Terlihat pula dalam ilustrasi tersebut SBY memasang kuda-kuda yang siap untuk menepis serangan dari lawan, serangan tersebut berupa kertas yang menggumpal dan koran yang digumpal diikat dengan kawat,pada ujung kawat digantungkan jam pasir bertuliskan Wikileaks. Apa sebenarnya arti serangan-serangan tersebut yang mengarah kepada SBY.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan Ilustrasi Cover Majalah Gatra yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011. dengan mengkaji tanda visual terkait dengan gambar ilustrasi, warna serta tanda verbal (kata-kata judul).

Metode yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif, dan menjadi korpus pada Cover Majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret adalah sebatas gambar ilustrasi, tulisan judul ”Menepis Serangan Wikileaks serta tulisan gatra yang tidak utuh karena sebagian hurufnya tertutup. Sedangkan unit analisisnya adalah tanda-tanda berupa gambar dan tulisan, yang terdapat pada korpus kemudian dianalasis menggunakan pendekatan semiotik Charles Sanders Pierce (sign, object, interpretan ) dimana objek dibagi menjadi ikon, indeks, simbol.

Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu bahwa ilustrasi cover Majalah Gatra disini menunjukan bahwa Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono mempunyai jiwa kesatria, yang siap menepis serangan yang datang kepadanya melalui gumpalan kertas dan koran tersebut. Dimana gumpalan kertas tersebut merupakan dokumen rahasia wikileaks yang bocor kepada koran ”The Age” yang memberitakan tentang ”Yudhoyono Abused Power” seperti dugaan korupsi oleh keluarga SBY melalui koneksi politik, adanya campur tangan SBY untuk mempengaruhi jaksa dan hakim mengamankan tokoh-tokoh politik yang korup, beliau juga dituduh memanfaatkan Badan Intelejen Negara memata-matai Yusril.I.M,

Kata kunci : Pemaknaan, Semiotik Charles Sanders Pierce, Ilustrasi Cover, Majalah Gatra.


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Majalah didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti semingu sekali, atau sebulan sekali. Adapula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan yang terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita ketahui selama ini.

Menurut suatu literatur, majalah pertama terbit diinggris tahun 1731 yaitu Gentleman Magazine. Majalah ini berisi berbagai topik tentang sastra, politik, biografi, dan kritisisme. Kelak, ia menjadi contoh karakter umum majalah yang biasa dijumpai hingga kini, misalnya berisi humor, esai politik, sastra, musik, teater, hingga berita orang-orang ternama. Sepuluh tahun sesudahnya, muncul majalah pertama di Amerika Serikat.

Namun sumber lain seperti Encyclopedia Americana menyebutkan, majalah dalam bentuk sisipan dari surat kabar sudah terbbit sejak 1665 diprancis, yakni Le Journal de Savants.majalah periodik ini berisi berita penting dari berbagai buku dan penulis, komentar seni, filsafat, dan iptek. Di Inggris, ada majalah Tatler yang terbit singkat 1709-1711, demikian juga The Spectator (1711-1712). Gentelman”s Magzine


(11)

sendiri lebih pas disebut sebagai majalah umum pertama yang tampil modern, dan bertahan cukup lama hingga 1901.

Pengertian majalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulan, mingguan dan sebagainya, serta menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya.

Ditempat penjualan majalah, koran, tabloid, calon pembaca diberikan banyak pilihan sehingga mata pembaca ”ditarik” kesana-kemari oleh penampilan desain yang atraktif dan persuasive. Penampilan majalah yang kurang ngejreng akan sulit mengambil perhatian calon pembaca. Sebab masyarakat pembaca sudah terbiasa ”dimanjakan” matanya oleh desain-desain yang menarik dan menyenangkan. Penerbitan pers, khususnya majalah, dewasa ini tidak cukup hanya mengandalkan kualitas berita atau naskah, kendati aspek verbal amat penting. Harus diakui bahwa aspek visual (desain) memiliki pesan yang sangat menentukan untuk menangkap calon pembaca. Betapapun menariknya sebuah artikel, jika tidak di-visualisasikan dengan baik, boleh jadi tidak akan dibaca.

Sampul atau Cover majalah punya peran strategis untuk menangkap perhatian pembaca. Cover ibarat etalasenya, sampul majalah harus dapat mempromosikan dirinya. Untuk maksud tersebut, banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Cover harus memiliki ciri atau identitas, ia harus tampil beda dari yang lain sehingga pembaca dapat dengan mudah mengenalnya. Untuk menarik perhatian calon


(12)

pembaca, cover harus dapat menghentikan pandangan, terutama jika dipajang dikios bersama majalah-majalah lain.

Cover adalah lembaran kertas paling luar bagian depan belakang atau sering disebut kulit buku pada media cetak. Cover biasanya lebih tebal dari kertas isi, dibuat dengan warna-warni dan dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik perhatian pembaca oleh sebab itu gagasan menampilkan tokoh, yang realistis, diharapkan juga membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti dibanding tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar atau ilustrasi merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan, dan peran gambar atau ilustrasi dalam sampul sangat besar pengaruhnya karena lebih mudah diingat daripada kata-kata, dan paling cepat untuk pemahaman serta dimengerti maksdunya. Namun, pemilihan judul (teks) juga penting selain harus singkat, juga mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkadandung didalamnya. (Pudiastuti, 1999:29).

Ilustrasi pada majalah biasanya dijumpai cover atau sampul. Ilustrasi pada sampul majalah yang diterbitkan tentu saja harus mampu mewakili isi pesan yang terkandung. Sedangkan dari segi pemasaran, ilustrasi sampul buku harus mampu menjadi nilai tambah agar mampu menarik perhatian khalayak, yang selanjutunya diikuti oleh perilaku membeli. Ilustrasi digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan terjemahan dari sebuah judul. Ilustrasi sebagai gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat. Meskipun ilustrasi merupakan attention – getter (penarik


(13)

perhatian ) yang paling efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga menunjang pesan yang terkandung. (Kusmiati, 1999:44).

Dari uraian diatas, maka dapat dilihat bahwa ilustrasi merupakan salah satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual, keberadaannya dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non-verbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan ataupun ucapan, dan merupakan ungkapan ide dan pesan dari penulis dan penerbit kepada publik yang dituju melalui simbol berwujud gambar, tulisan, dan lainnya.

Pesan yang akan disampaikan dalam ilustrasi, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal dilihat dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.

Alasan peneliti dalam mengambil objek penelitian ilustrasi sampul depan majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 yang berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” adalah karena ilustrasi tersebut menggambarkan seorang Presiden Republik Indonesia yaitu Susilo Bambang Yudhoyono berpakaian baja lengkap, dengan sarung tangan yang disimpul atau dianyam erat pada bagian lengan, ditangan kanannya membawa pelindung dari baja (tameng) berbentuk bulat, serta pedang ditangan kirinya, dan memakai sepatu yang juga terbuat dari baja, sepintas terlihat seperti kesatria pedang yang ada digame online yang siap berperang menepis serangan musuh, bahan yang terbuat dari baja pasti akan sangat keras dan kuat terhadap serangan dari senjata-senjata. serangan yang datang pada cover tersebut diibaratkan dengan kertas-kertas bergumpal yang berterbangan seperti dilemparkan


(14)

kepada Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian ada gumpalan koran yang diikat dengan kawat dan dibagian ujung kawat digantugkan jam pasir yang bertuliskan wikileaks, dikoran tersebut dituliskan nama Susilo Bambang Yudhoyono.

Ilustrasi Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 tersebut jika diatasnamakan seni tidak ada masalah karena seni berbicara tentang keindahan, kreatifitas, dan kebebasan berekspresi dan berimajinasi. Semakin tidak biasa suatu ide sebuah karya seni, semakin unik karya seni tersebut. Namun ilustrasi majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 tersebut menggambarkan fenomena saat ini.

Permasalahan dalam Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 tersebut digambarkan seorang Presiden Republik Indonesia memakai pakaian kesatria pedang lengkap dengan membawa pelindung dari baja (tameng) dan pedangnya, mengapa digambar tersebut tidak menggambarkan seorang presiden yang berwibawa dengan berpakaian rapi memakai jas serta sepatu pantovel malah digambarkan sebagai seorang kestria pedang yang ada digame online. Hal ini berarti sebuah permasalahan penggambaran seorang Presiden yang menepis serangan wikileaks seperti judul Majalah Gatra. Permasalahan lain yaitu adanya gumpalan koran yang diikat dengan kawat dan diujung kawat digantungkan jam pasir bertuliskan wikileaks dan dalam koran tersebut memuat nama SBY, ada apa sebenarnya dengan SBY dalam koran tersebut, mengapa koran dan kertasnya harus digumpal dan koran yang digumpal mengapa diikat dengan kawat kemudian ujungnya digantungkan jam pasir yang bertuliskan wikileaks. Serta apa makna dari tulisan judul majalah ”Menepis Serangan Wikileaks” yang berwarna merah, dan menggunakan huruf kapital, bercetak tebal. Serangan apa saja yang harus ditepis SBY dari wikileaks terkait dengan masalah yang terjadi antara Presiden Republik


(15)

Indonesia dengan koran The Age yang memuat berita tentang SBY, berita tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh SBY tersebut didapat dari Dokumen yang ada pada Situs Wikileaks yang telah dibocorkan oleh Wikileaks. Itulah berbagai permasalahannya, sehingga peneliti tertarik untuk mengungkapkan makna-makna yang terdapat pada ilustrasi sampul majalah mingguan Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 yang berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa ilustrasi digunakan untuk menyampaikan proses komunikasi secara cepat, tepat, dan tegas, serta sedapat mungkin mampu menunjang pesan terkandung. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin menggali lebih jauh makna dan tanda dari Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret yang berudul Menepis Serangan Wikileaks.

Sebagai symbolic speech, maka penyampaian pesan yang terdapat dalam ilustrasi tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan bahasa simbol. Simbol-simbol pada gambar tersebut merupakan simbol yang disertai maksud (signal) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang menggirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima), (Van Zoest, 1993 : 3). Dengan demikian jelas bahwa proses komunikasi itu sebenarnya mencakup pengiriman pesan dari sistem saraf seseorang kepada sistem saraf oranglain , dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna yang sama dengan yang ada dalam benak si pengirm. Simbol-simbol atau tanda-tanda pada sebuah ilustrasi baik itu verbal maupun visual bukanlah tidak berarti apa-apa, atau dengan kata lain mewakili sesuatu selain dirinya, didalamnya ia mngemban sebuah makna yang dapat digali kandungan faktualnya atau dengan kata lain bahasa simbolis tersebut menciptakan situasi yang simbolis pula, artinya penuh dengan kata lain bahasa simbolis tersebut menciptakan situasi yang simbolis pula


(16)

Artinya penuh dengan tanda tanya atau hal-hal yang harus diungkap maksud dan arti yang terkandung dalam simbolnya.

Cover Majalah tersebut memiliki ilustrasi gambar yang unik dan sulit ditebak apa artinya, karena untuk menguak makna sebuah ilustrasi Ilustrasi Cover depan sebuah Majalah pada kenyataannya bukan sebuah pekerjaan yang mudah, mengingat pandangan setiap orang dalam memaknai sebuah gambar berbeda-beda. Melalui penciptaan sebuah ilustrasi, terutama ilustrasi sampul sebuah majalah, realitas cerita dalam majalah tersebut yang ditangkap oleh ilustrator dapat saja berbenturan dengan kerangka pemikirannya sendiri, sebuah tempat yang terdapat didalam diri seorang ilustrator, tempat dimana ilustrasi itu berdiri. Dalam pengertian lain, ilustrasi sangatlah ditentukan oleh siapa yang berdiri di belakangnya, dengan demikian akan sangat dibutuhkan pengetahuan serta wawasan dalam melakukan interpretasi terhadap sebuah tulisan atau cerita sesuai dengan konteksnya.

Dalam bidang perancangan grafis, sebuah desain Cover berkembang menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya dukung gambar sebagai lambang visual, guna mengefektifkan pesan komunikasi yang terdapat pada ilustrasi cover. Upaya mendayagunkan lambang visual, berangkat dari anggapan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik bersifat khas untuk menimbulkan kesan tertentu pada pengamatnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam proses memaknai dan memahami ilustrasi dar Cover Majalah Gatra ini, siapapun berhak mendasarkan pemaknaan berdasarkan field of exprerience dan frame of reference dan pengalaman kurtural pembaca. Sehungga hasil pemaknaan dari setiap individu tentu saja akan berbeda-beda. Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan metode semiotika Charles Sanders


(17)

Pierce guna menggali makna dan tanda dari ilustrasi Cover majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret 2011. Pada metode semiotika Peirce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam memaknai keseluruhan ilustrasi sampul depan majalah tersebut karena pada ilustrasi Cover majalah tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbol yang ada pada cover. Menurut Pierce tulisan, gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi (Sobur, 2001). Selain itu peneliti juga menggunakan warna sebagai acuan untuk meneliti sampul depan karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.

Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang dogolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks, simbol. Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi Cover Majalah Gatra yang berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

”Bagaimana pemaknaan pada Ilustrasi Cover Majalah Gatra yang Berjudul Menepis Serangan Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 ? ”


(18)

9  

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu :

” Untuk mengetahui pemaknaan ilustrasi pada Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011.”

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis : penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian kulitatif dari ilmu komunikasi serta memberikan wacana bagi peneliti mengenai studi semiotika.

2. Kegunaan Praktis : Untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi semiotika sehingga para pembaca majalah dapat memberi makna dari Cover.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Cetak

Secara harfiah pengertian media cetak bisa diartikan sebagai sebuah media penyampai informasi yang memiliki manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Dari pengertian ini, kita bisa melihat bahwa media cetak adalah sebuah media yang didalamnya berisi informasi yang di dalamnya terkait dengan kepentingan masyarakat umum dan bukan terbatas pada kelompok tertentu saja. Media cetak ini merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya.

Dari pengertian cetak tersebut, nampak ada keunggulan media ini dibandingkan dua pesaingnya tersebut. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan digital, mereka lebih mengutamakan kecepatan informasi. Sehingga tak jarang informasi yang disampaikan lebih bersifat sepotong dan berulang-ulang. Secara umum, jenis media cetak yang ada di Indonesia diklasifikasikan menjadi delapan bagian. Pengklasifikasian tersebut, didasarkan pada waktu terbit media tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikeluarkan oleh dirjen pembinaan pers dan Grafika, tentang pembagian media cetak dan pengklasifikasiannya. Adapun jenis media cetak tersebut antaralain :


(20)

1. Surat Kabar Harian

Ini adalah jenis media cetak yang terbit setiap hari, kecuali pada hari hari tertentu seperti hari libur nasional. Jenis media cetak ini masih dibagi lagi menjadi surat kabar harian Nasional, Surat Kabar Harian Daerah, dan Surat Kabar Harian Lokal. Berita yang disampaikan adalah jenis berita news atau informasi terkini da disampaikan dengan sistem straight news atau apa adanya.

2. Surat Kabar Mingguan

Jenis media cetak ini lebih banyak dikenal dengan sebutan Tabloid. Biasanya berita yang diangkat adalah berita in depth news atau liputan mendalam. Tulisan dalam media ini lebih banyak bergaya atau deskriptif.

3. Majalah Mingguan

Jenis majalah ini terbit setiap minggu sekali. Berita yang diangkat adalah berita in depth news dengan jenis berita adalah berita news atau tentang sebuah peristiwa. 4. Majalah tengah bulanan

Majalah ini terbit sebulan dua kali. Berita yang ditampilkan lebih bersifat informatif dan biasanya memuat tentang berita life style atau gaya hidup.

5. Majalah bulanan

Majalah bulanan terbit sekali dalam sebulan. Jenis pemberitaan yang disampaikan biasanya termasuk investigatif atau berita yang didapat dari hasil penelitian.

6. Majalah Dwibulanan

Majalah ini terbit sekali dalam dua bulan. Informasi yang disampaikan dalam majalah ini biasanya terkait dengan laporan dari hasil aktivitas sesuatu. Misalnya laporan neraca perusahaan atau juga majalah yang berisi laporan pendapatan sebuah lembaga zakat.


(21)

7. Majalah Tribulanan

Majalah ini berkonsep hampir mirip dengan majalah dwinulanan. Yang membedakan hanya masalah waktu terbit, yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. (file:///F:/pengertian-media-cetak.htm) (28 maret 2011)

Media cetak mempunyai karakteristik yang penting. Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita melalui radio dan televisi. (Hamundu, 1999 ). sumber: Pengertian Media Cetak http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060387-pengertian-media-cetak/#ixzz1Hr3MLcy1 ( 28 maret 2011).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah tengah bulan, majalah mingguan dan sebagainya.

Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi foto, gambar atau lukisan tetapidapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah sebagai salah satu bentuk media massa yang sangat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa. Majalah adalah terbitan berkala yang beritanya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

Menurut Junaedhie ( 1991 : 54 ), dilihat dari isinya majalah dibagi menjadi 2 jenis yaitu ;


(22)

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum, komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan seni. b. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

2.1.2 Ilustrasi Cover Majalah

Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah majalah, karena pada saat kita akan membeli atau membaca sebuah majalah, yang diperhatikan pertamakali adalah sampul dan ilustrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar mampu menarik perhatian khalayak untuk membacanya.Pemilihan judul atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang memikat.

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) pengertian ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan dan dapat pula berupa gambar, desain, atau diagram untuk menghias halaman sampul. Sesuai dengan pengertian tersebut maka ilustrasi cover majalah adalah sebuah gambar atau lukisan dan tulisan-tulisan yang dipergunakan untuk menghias sebuah majalah, sekaligus sebagai media untuk memperjelas pandangan dan penilaian akan suatu fenomena kehidupan selain berita yang terdapat dalam majalah tersebut.


(23)

Ilustrasi merupakan suatu cara untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu objek dengan tujuan :

1. Menggambarkan suatu produk atau ilusi yang belum pernah ada. 2. Mencoba menggambarkan ide abstrak.

3. Menggambarkan kejadian peristiwa yang agak mustahil.

4. Memperjelas komentar, biasanya komentar editorial berbentuk kartun atau karikatur.

5. Menggambarkan sesuatu secara rinci 6. Memperjelas suatu artikel

7. Membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau zaman pada saat tulisan tersebut dibuat (Kusmiati, 1999:45).

Gambar adalah lambang lain yang digunakan dalam berkomunikasi non-verbal, gambar dapat digunakan untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan. Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang visual pesan guna mengefektifkan komunikasi (http://puslipetra.ac.idljournals/desain, diakses 29 maret 2011 ).

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka ilustrasi sampul majalah sangat berperan dalam mengefektifkan komunikasi, karena ilustrasi merupakan sebuah proses komunikasi, dimana terdapat informasi atau pesan yang sengaja digunakan oleh komunikator (pengarang atau ilustrator) untuk disampaikan atau ditransmisikan kepada komunikan dengan menggunakan bahasa. Namun, dalam cover majalah Gatra yang berjudul ” Menepis Serangan Wikileaks” edisi 17 – 23 Maret 2011 bahasa yang digunakan dalam ilustrasi adalah bahasa gambar atau foto yang menampilkan seorang Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang berpakaian baja, membawa pedang dan pelindung dari baja seperti layaknya seorang pahlawan


(24)

yang hendak menepis serangan musuh diabstraksikan sedemikian rupa agar mampu menarik perhatian khalayak.

2.1.3 Ilustrasi Sebagai Proses Komunikasi

Ilustrasi merupakan ”symbolic speech”, artinya penyampaian pesan yang terdapat dalam sebuah ilustrasi tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Simbol-simbol pada tanda tersebut merupakan symbol yang disertai makna (signal) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima). (Van Zoest, 1999: 3).

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lainnya yang secara langsung mampu ”menterjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal kemampuan ”menterjemahkan” pikiran seseorang. Dengan kata lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas (Effendy, 2003 : 11-12)

Melalui pergaulan sosial, orang bertindak menurut makna yang membuat mereka mampu menciptakan kembali dunia subyektif mereka. Dean Barnlund dalam (Nimmo, 1989 : 7) mengatakan bahwa komunikasi melukiskan evolusi makna, makna adalah sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan dan bukan sesuatu yang diterima. Jadi, komunikasi bukanlah suatu reaksi terhadap sesuatu juga bukan


(25)

interaksi dengan sesuatu melainkan suatu transaksi yang didalamnya orang menciptakan dan memberikan makna untuk menyadari tujuan.

Berawal dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ilustrasi adalah sebuah proses komunikasi karena terdapat informasi atau pesan yang terkandung dalam ilustrasi tersebut yang sengaja dugunakan oleh komunikator untuk disampaikan atau ditransmisikan kepada komunikan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan dalam ilustrasi adalah bahasa simbol yang berupa kata-kata, gambar, grafik, dan sebagainya. Selain sebagai hiasan, ilustrasi digunakan media untuk memperjelas pandangan dan penilaian dari penulis akan suatu fenomena kehidupan. Tujuan ilustrasi adalah menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan lebih mudah dicerna. Berikut adalah fungsi ilustrasi :

1. Memberikan bayangan setiap karakter didalam setiap cerita.

2. Memberikan bayangan yang digunakan didalam tulisan ilmiah memberikan bayangan langkah kerja.

3. Menghubungkan tulisan dengan kreatifitas dan individualisme manusia. 4. Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.

2.1.4 Teori Komunikasi Politik

Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari phenomena yang bersifat politik. Dengan perkataan lain teori politik adalah bahasan dan renungan atas a) tujuan dari kegiatan politik, b) cara-cara mencapai tujuan, c) kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimnulkan oleh situasi politik yang tertentu dan d) kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan oleh politik itu


(26)

(Miriam, 2005: 30). Politik juga seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam hal ini bukanlah pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh dan pakaian.

Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol, gagasan, kepentingan dan sebagainya diantara sejumlah pihak. Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran sosial, terutama dalam pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan peran komunikator politik sebagai pemimpin publik opinian, karena mereka berhasil membuat bebrapa gagasan yang mula-mula ditolak, kemudian dipertimbangkan dan akhirnya diterima massa (Ali dalam Marliani, 2004 : 13). Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang ((private goals), lagipula politik menyangkut kegiatan orang seorang (individu).

Komunikasi politik merupakan salah satu input dari sistem politik ini menggambarkan proses informasi-informasi politik. Komunikasi politik mempersembahkan semua kegiatan dari sistem politik, sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijaksanaan. Disamping komunikasi politik menghubungkan semua bagian dari sistem politik, dapat pula menentukan kualitas tanggapan dari sistem politik itu sendiri. Bila mana komunikasi itu berjalan lancar, wajar dan sehat maka akan meningkatkan kualitas responsif yang tinggi terhadap perkembangan aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan perubahan zaman.


(27)

2.1.5 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik

Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah berkembang. Ada yang menyangkut pembicaraan mereka yang melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum, konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagian besar lambang tersebut adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan lain sebagainya (Mrliani, 2004 : 27 ). Sebagai pengguna dan penafsir lambang, manusia terkadang irasional dengan menganggap seolah olah ada hubungan antara suatu lambang dengan apa yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang dipersepsi sebagai sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu sehingga pihak-pihak yang yang berkepentingan merasa perlu melakukan perang dengan mengadakan warna atau meniadakan warna tersebut. Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).

2.1.6. Sistem Politik

Pengertian sistem politik berdasar dari kata sistem dan politik, sistem artinya adalah suatu kumpulan pendapat-pendapat, prinsip-prinsip dan lain-lain yang membentuk suatu kesatuan yang berhubung-hubungan satu sama lain. Prof.Pamudji mengartikan sistem sebagai suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh. Menurut Prof.sumantri, sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama


(28)

untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya, maka maksud yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi, atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan. Jadi sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian, yang kait mengait satu sama lain.

Suatu sistem selalu terkait dengan keadaan dimana bagian-bagiannya satu sama lain bergantung secara fungsional, yang mempunyai batas-batas tertentu tapi merupakan komponen daripada suatu keutuhan yang bulat. Sistem dapat pula diartikan sebagai kumpulan fakta-fakta, pendapat-pendapat, kepercayaan-kepercayaan dan lain-lain yang disusun dalam suatu cara yang teratur. Suatu sistem politik terdiri dari interaksi peranan warga negara. Jadi sistem dianggap pula sebagai ”pola yang relatif tetap” dari hubungan antara manusia yang melibatkan makna yang luas dari kekuasaan, aturan-aturan kesewenangan. Definisi kekuasaan yang diberikan oleh Robert M. Macvler dalam (Budiardjo, 2005:35 ) adalah kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia. Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan sosial dan dalam semua organisasi sosial.

Kata politik berasal dari kata yunani ”polis” adalah kota yang berstatus negara/negara kota, seperti dalam Webster’s New Collegiate Dictionary, berasal dari kata polis yang berarti ”city state” negara kota. Segala aktivitas yang dijalanka oleh polis untuk kelestarian dan perkembangannya disebut ”politike techne” (politika).

Berdasarkan pengertian diatas maka, politik pada hakekatnya seni dan ilmu memeintah. Kekuasaan tidak identik dengan politik, kekuasaan hanya merupakan salah satu unsur politik. Politik ialah pengertian dan kemahiran untuk mencukupi dan menyelenggarakan keperluan maupun kepentingan bangsa dan negara. Politik pada


(29)

dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Untuk itu, politik sebagian besar menyangkut kegiatan partai politik, ABRI dan organisasi kemasyarakatan, walaupun tidak menutup kemungkinan bagi kegiatan yang bersifat perseorangan.

Robert Dahl memberikan pengertian sistem politik sebagai berikut ; A political system is any persistent of power realtionship that involves the significant extent, power, rules or authority. Dengan demikian sistem politik menurut Robert Dahl, Mencakup dua hal sebagai berikut :

1. Pola yang tetap dari pada hubungan antar manusia.

2. Melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan-aturan dan kewenangan.

Sukarna berpendapat, bahwa sistem politik ialah suatu tata cara untuk mengatur atau mengolah bagaimana memperoleh kekuasaan didalam negara, mempertahankan kedudukan kekuasaan didalam negara, mengaur hubungan pemerintah dengan rakyat atau sebaliknya dan mengatur hubungan antar negara dengan negara, atau dengan rakyatnya, atau dengan secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem politik ialah tata cara mengatur. Jadi sistem politik dapat diartikan sebagai seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari totalitas perilaku sosial melalui mana nilai-nilai disebarkan untuk suatu masyarakat. Suatu sistem politik harus bertahan dalam segala kondisi lingkungan yang menekannya sampai batas tertentu. Sistem politik merupakan bagian dari sistem sosial, dilain pihak sistem politik berbatasan dengan sistem sosial dan saling mempengaruhi.


(30)

2.1.7. Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa Latin Corruptio dari kata kerja corrumpere yang memiliki arti busuk, rusak, menyogok, menggoyahkan, memutarbalik. Secara Harfiah, Korupsi berarti kebusukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang memfitnah. Pengertian Korupsi dalam arti modern baru terjadi kalau ada pengaturan pemisahan keuangan pribadi dan sebagian pejabat sangat penting, sebab seorang raja tradisional tidak dianggap sebagai koruptor jika menggunakan uang negara, karena raja adalah negara itu sendiri.

Andi Hamzah, (2005) menjelaskan bahwa korupsi berawa dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti inggris yaitu corruption, corrupt, dari bahasa Belanda yaitu corruptie,korruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke Bahasa Indonesia yaitu korupsi. Definis Korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor (domestik maupun asing ), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau kewenangannya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan melakukan tindak korupsi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Korupsi adalah : penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.


(31)

2.1.8. Teori Desain Komunikasi Visual

Keberadaan desain komunikasi visual sangat lekat dengan hidup dan kehidupan kita. Ia tidak bisa lepas dari sejarah manusia. Karena ia merupakan salah satu usaha manusia untuk meningkatkan kualitas hidup. Desain komunikasi visual sangat akrab dengan kehidupan manusia, menurut Widagdo (1993:31) desain komunikasi visual dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan dari rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat rasional, dan pragmatis. Jagat desain komunikasi visual senantiasa dinamis, penuh gerak, dan perubahan. Hal itu karena peradaban dan ilmu pengetahuan modern memungkinkan lahirnya industrialisasi. T. Sutanto (2005: 15-16) menyatakan, desain komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan penampilan rupa yang dapat diserap orang banyak dengan pikiran maupun perasaannya. Rupa yang mengandung pengertian makna, karakter serta suasana yang mampu dipahami (diraba dan disarankan) oleh khalayak umum atau terbatas dalam pandangan Sanyoto (2006:8) desain komunikasi visual memiliki pengertian secara menyeluruh, yaitu rancangan sarana komunikasi yang bersifat kasat mata.

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna, komposisi dan layout. Semuanya itu dilakukan guna menyampaikan pesan secara visual, audio, dan audio visual kepada target sasaran yang dituju.


(32)

2.1.9. Konsep Makna

Dari mana datangnya makna? ”makna ada dalam diri manusia”, makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia, kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan (De Vito dalam Sobur 2006: 20). Makna hubungan antara suatu objek dengan lambangnya(Litteljohn, 1996:64). Makna pada dasarnya terbentuk berdasarkan hubungan antara lambang komunikasi dengan penggunaan akal budi manusia (objek). Semua ahli komunikasi, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat (1996), sepakat bahwa makna kata sangat subjektif.

Dalam penjelasaan Umberto Eco (Budiman, 1999: 7), makna dari sebuah wacana tanda (sign-vechicle) adalah satuan kultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya, serta dengan begitu, sematik mempertunjukan pula ketidaktergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya (Sobur, 2004: 55). Pemaknaan lebih menuntut pada kemampuan integratif manusia, seperti indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi disajikan, seperti juga ekstrapolasi dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator. Bagi sesuatu yang lebih jauh. Hanya saja ekstrapolasi terbatas, dalam arti empirik, logic, sedangkan dalam pemaknaan dapat menjangkau yang etik ataupun transedental (Sobur, 2004:256).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model proses makna Jhonson dalam De Vito, 1997: 123-125, antaralain :

1. Makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita


(33)

gunakan untuk memproduksi, dibenak pendengar, apa yang ada dalam benak kita, reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bisa salah.

2. Makna berubah. Kata kata relatif statis. Banyak dari kata-kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makan dari kata-kata ini terus berubah dan hal ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna.

3. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal, bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa makna yang membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan yang konkrit dan dapat diamati. Bila kita berbicara tentang cinta, persahabatan, kebahagiaan, kebaikan, kejahatan dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu, kebanyakan kata mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

6. Makna komunikasi hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna-makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita. Karenanya, pemahaman yang merupakan tujuan yang ingin kita capai,tetapi tidak tercapai (Sobur, 2004:258-259).


(34)

2.1.10. Font

Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaannya senantiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetika, kenyamanan keterbacaannya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan elemen-elemen visual disekitarnya.

Huruf atau biasa disebut ”font” atau ”Typeface” adalah salah satu elemen terpenting dalam desain Grafis karena huruf merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk visual menjadi sebuah bentuk bahasa. Huruf (Tipo/Typeface/Type/Font) adalah bentuk visual yang dibunyikan sebagai kebutuhan komunikasi verbal. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetikanya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual.

Jenis-jenis font terbagi menjadi 4 yaitu pertama Serif huruf yang memiliki kait/serif pada bagian ujung atas atau bawahnya contohnya Times, Souvenir, palatino. Kedua Sans Serif huruf yang tidak memiliki kait/serif pada ujung atas maupun bawahnya,memiliki ketebalan huruf yang sama kesan yang ditimbulkan oleh huruf ini adalah Modern, kontemporer dan efesien contohnya : Arial, Tahoma, Helvetica, Futura. Ketiga Script huruf yang bentuknya menyerupai tulisan tangan manusia, kesan yang ditimbulkan adalah sifat pribadi dan akrab contohnya: Commercial Scrypt, Sheley Volante, English Vivance, Brush Script. Dan keempat Decorative huruf yang tidak termasuk kedalam klasifikasi diatas. Huruf ini merupakan pengembangan dari huruf-huruf yang sudah ada, misalnya ditambah hiasan kesan yang dimiliki huruf ini adalah dekoratif dan ornamental, contohnya : Canteburry, Augsburger.


(35)

2.1.11. Tipografi

Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang huruf dan penggunaannya dalam aplikasi desain komunikasi visual, tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terpaan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Langakah awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau memahami anatomi huruf. Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf merupakan identifikasi visual yang dapat membedakan antar huruf yang satu dengan yang lain. Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap jenis huruf. Berikut adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf. Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi disebut sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan baseline. Tinggi dari badan huruf kecil secara secara optis rata dengan x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memilki batang yang pada bagian ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai penutup yang disebut terminal. Sumber http:/www.precisionintermedia.com.

2.1.12. Pemaknaan Warna

Bahasa adalah ibu dari pemikiran, bukan dayang-dayangnya (Karl Kraus dalam Marcel Danesi, 2004: 131). Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti ; merah,hijau,kuning, hitam dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan.


(36)

Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003: 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna warni seperti warna hitam abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangakan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya berkonotasi negative dan warna putih positif (Sobur, 2011: 25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya warna merah, bisa berarti api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun dibeberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung situasi.

Oleh sebab itu warna mempunyai kemampuan untuk menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna sbb :

”warna-warni itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam(Mofit, 2004:28).”


(37)

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya ”periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunujang kegiatan periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah.

Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.

2. Oranye

Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan dan indepedent.

3. Kuning

Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini anatara lain riang, dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan optimis, dan termasuk pada golongan warna yang mudah menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikkan metabolisme.

4. Biru

Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spritual, kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan ide, berbagi, idealisme,


(38)

empati, dingin, konservatisme, persahabatan, dan harmoni serta kasih sayang, kalem, ketenangan, menenangkan nemun juga dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.

5. Abu-abu

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius, kedewasaan, konservatif, praktis, bosan, profesional, kualitas, diam dan tenang.

6. Putih

Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral dan fleksibel.

7. Hitam

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

8. Ungu/jingga

Ungu melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, upacara, kebijakan, pencerahaan, arogan, intuisi, mimpi, ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri, independensi, kontemplasi dan meditasi, ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan romantik.


(39)

9. Cokelat

Warna coklat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasadekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan.

2.1.13. Kesatria

Kesatria atau ksatria, adalah golongan karya atau warna dalam agama hindu. Golongan karya ini memiliki tugas atau profesi sebagai bangsawan, tokoh masyrakat, penegak keamanan, penegak keadilan, pemimpin, pemimpin masyarakat, pembela kaum tertindas atau lemah karena ketidak-adilan dan ketidak-benaran. Bakat dasar seorang ksatria adalah berani, bertanggung jawab, lugas, cekatan, prilaku pelopor, memperhatikan keselamatan dan keamanan, adil, dan selalu siap berkorban untuk tegaknya kebenaran dan keadilan. Dizaman dahulu ksatria merujuk pada klas masyrakat kasta bangsawan atau tentara, hingga raja.

Zaman sekarang, ksatria merujuk pada profesi seorang yang mengabdi pada penegakkan hukum, kebenaran dan keadilan prajurit, bisa pula berarti perwira yang gagah berani atau pemberani. Kelompok ini termasuk pemimpin negara, pimpinan lembaga atau tokoh masyarakat karena tugasnya untuk menjamin terciptanya kebenaran, kebaikan, keadilan, dan keamanan di masyarakat, bangsa dan negara.

2.1.14. Pedang dan Tameng

Pedang adalah sejenis senjata tajam yang memiliki bilah panjang. Pedang dapat memiliki dua sisi tajam atau hanya satu sisi tajam saja. Dibeberapa kebudayaan


(40)

jika dibandingkan senjata lainnya pedang biasanya memiliki prestise lebih atau paling tinggi. Pedang biasanya dibuat dari logam keras seperti besi atau baja. Selain itu terdapat juga pedang yang terbuat dari emas yang biasanya digunakan sebagai hiasan saja, biasanya pedang yang terbuat dari kayu digunakan untuk latian padahal sebenarnya pedang dari kayu meskipun keras masih berbahaya. Senjata serupa pedang menggunakan bilah obsidian digunakan oleh suku-suku asli amerika tengah dan selatan yang pada saat kolonialisasi eropa belum mengenal logam. Bilah pedang adalah bagian penting pedang yang dapat digunakan untuk menyerang. Jenis serangan yang bisa dilakukan dengan bilah itu sendiri, menghantamkannya, menusuk, dan menebas. Oleh karena masing-masing jenis serangan tersebut mensyaratkan bentuk yang berbeda untuk hasil optimal maka bentuk bilah pedang bergantung pada gaya penggunanya. Gagang pedang adalah bagian untuk memegang pedang. Pada beberapa jenis pedang gagangnya memiliki penahan diatas dan dibagian bawahnya, penahan bagian atas biasanya untuk menahan tangan ketika melakukan serangan. Tameng adalah suatu perisai yang terbuat dari emas dan besi yang digunakan dalam upacara penobatan sultan atau orang yang mempunyai kekuasaan lebih tinggi atau dengan kata lain yaitu seorang raja. Bentuk tameng menyerupai suatu bentuk mandala atau cakra (roda kehidupan alam semesta).

2.1.15. Wikileaks

Wikileaks tak ada hubungannya dengan Wikipedia ataupun Yayasan Wikimedia. Wikileaks adalah organisasi internasional yang bermarkas di swedia. Situs wikileaks menerbitkan dokumen-dokumen rahasia sambil menjaga kerahasiaan


(41)

sumber-sumbernya. Situs tersebut diluncurkan pada tahun 2006. saat ini alamat situs telah dialihkan ke www.wikileaks.ch untuk alasan keamanan. Organisasi ini didirikan oleh disiden politik cina, dan juga jurnalis, matematikawan dan teknolog dari amerika serikat, taiwan, eropa, australia, dan afrika selatan. Artikel koran dan majalah The New Yorker mendeskripsikan Julian Assange, seorang jurnalis dan aktivis internet Australia sebagai direktur Wikileaks. Wikileaks menjadi perbincangan hangat kalangan internasional karena Konon wikileaks mengumbar data rahasia negara-negara adidaya termasuk negeri Paman Sam yaitu USA. Situs yang mendedikasikan dirinya sebagai ember ini, lagi-lagi merilis sejumlah dokumen rahasia. Sejak wikileaks merilis kawat-kawat rahasia itu, media sedunia berpesta pore memberitakannya, berita heboh bertaburan, selain berita tentang SBY yang dimuat pada koran The Age dan Sydney Morning Herald edisi 11 Maret, misalnya soal belanda yang menyimpan nuklir titipan Amerika Serikat, dan raja Arab meminta Amerika Serikat untuk menyerang Iran. Ketika Indonesia diserang dengan Tuduhan dari pers Australia barulah Indonesia bereaksi dan menaruh perhatian khusus. Pers Australia dinilai cenderung menyerang Indonesia. Perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing.

2.1.16. Pendekatan Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda, sebuah cabang keilmuan yang memperlihatkan pengaruh semakin penting tidak saja sebagai metode kajian (decoding), akan tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Semiotika telah berkembang menjadi sebuah model atau paradigma bagi berbagai bidang keilmuan yang sangat luas, yang menciptakan cabang-cabang


(42)

semiotika khusus, diantaranya adalah semiotka binatang (zoo semiotics), semiotik kedokteran (medical semiotics), semiotika arsitektur, semiotika seni, semiotika fashion, semiotika sastra, semiotika televisi, termasuk semiotika desain.

Semiotika berasal dari kata Yunani : semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri (piliang, 1998:262).

Semiotika menurut berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saissure (1857-1913) dan Charles Sander Pierce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Karena latar belakang keilmuan mereka berbeda Saussure adalah linguistik, sedangkan Pierce filsafat. Semiologi menurut Saussure seperti dikutip hidayat, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakangnya sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda di sana ada sistem (Hidayat, 1998:26). Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics). Bagi Pierce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda (Berger, 2000:11-22).


(43)

Sebenarnya banyak sekali definisi-definisi mengenai semiotik, seperti semiotik menurut Van Zoest, yaitu ; ” komunikasi melukiskan evolusi makna, makna adalah sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan, dan bukan sesuatu yang diterima, jadi komunikasi bukanlah sesuatu, juga bukan interaksi dengan sesuatu, melainkan sesuatu transaksi yang didalamnya orang menciptakan dan memberikan makna untuk menyadari tujuan-tujuan orang itu”.

Menurut Dick Hartoko, semiotika adalah bagaimana suatu karya tersebut ditafsirkan oleh pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang (Sobur, 2004: 96). Menurut Saussure, seperti dikutip Pradopo (1991:54) tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Dimana ada tanda disitu ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud tanda atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut signifier, bidang penanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung didalam aspek pertama. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama. Lebih lanjut dikatakan bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, obyek dan sebagainya. Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna. Tanda akan selalu mengacu pada sesuatu hal yang lain yang disebut referent, apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian (Eco, 1979:59 dalam Piliang 2008:13). Menurut Pierce, tanda (representamen) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu


(44)

mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut obyek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretan ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan pierce terkenal dengan nama segitiga semiotik. Selanjutnya dikatakan tanda dalam hubungan dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon, indeks, dan simbol.

2.1.17. Pierce dan tanda

Merujuk teorinya Pierce (Noth, 1995:45), maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Diantaranya : ikon, indeks, dan simbol, ketiganya bisa dimodelkan kedalam segitiga. Peirce merasakan bahwa ini merupakan model yang sangat bermanfaat dan fundamental mengenai sifat tanda. Setiap tanda menurutnya ditentukan oleh objeknya,pertama-tama dengan mengambil bagian dalam karakter objek, Pierce menyebut tanda sebuah ikon, kedua dengan menjadi nyata dan dalam eksistensi individualnya terkait dengan objek individual, kemudian menyebutnya sebagai sebuah indeks, ketiga dengan kurang lebih mendekati kepastian bahwa tanda itu akan ditafsirkan sebagai mendenotasikan objek sebagai konsekuensi kebiasaan, dan menyebutnya tanda sebuah simbol.

Ikon adalah tanda yang mirip dengan obyek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan.


(45)

Misalnya foto adalah sebuah ikon, sebuah peta adalah ikon, cap jempol adalah ikon. Ikonpun bisa berupa tanda-tanda verbal.

Indeks merupakan tanda yang kehadirannya menunjukan adanya hubungan dengan yang ditandai, atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya asap adalah indeks api, tanda tangan adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan, jejak telapak kaki ditanah index dari orang yang melewati tempat itu.

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya, burung garuda adalah simbol bagi bangsa indonesia, palang merah adalah simbol, angka adalah simbol.

Berdasarkan pengelompokan tanda menjadi tiga jenis oleh Charles Sanders Pierce, yaitu indeks, ikon, dan simbol. Indeks (index) adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda di dalamnya bersifat kasual, misalnya: hubungan antara asap dan api. Ikon (icon) adalah tanda yang hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat keserupaan (similitude). Sementara, simbol adalah tanda yang hubungan penanda dan petandanya bersifat arbiter (Piliang, 2003:271).

Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, telah terdapat tanda-tanda pada Cover Majalah Gatra yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011, yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian dengan penggunaan pendekatan semiotik.

2.1.18. Makna Denotatif dan konotatif

Kita seringkali menggunakan makna tetapi seringkali pula kita tidak memikirkan makna itu padahal makna dalam satu bentuk atau bentuk lainnya,


(46)

menyampaikan pengalaman sebagian besar umat manusia disemua masyarakat. Salah satu cara yang digunakan para ahli untuk membahas lingkup makna yang lebih besar ini adalah dengan membedakan antara makna denotatif dengan makna konotatif. Makna denotatif pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (yang disebut sebagai makna referensial ).

Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol mengacu pendapat Spardley (1997:121) adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur : pertama, simbol itu sendiri. Kedua, satu rujukan atau lebih. Ketiga, hubungan antar simbol dengan rujukan. Semuanya itu merupakan dasar bagi keseluruhan makna simbolik. Sementara itu, simbol sendiri meliputi apapun yang dapat kita rasakan atau alami. Menggigil bisa diartikan dan dapat pula menjadi simbol ketakutan, kegembiraan atau yang lainnya. Mencengkram gigi, mengerdipkan mata, menganggukan kepala, menundukan tubuh, atau melakukan gerakan lain yang memungkinkan, semuanya dapat merupakan simbol.

Salah satu cara yang digunakan para pakar untuk membahas lingkup makna yang lebih besar adalah dengan membedakan makna denotatif dengan makna konotatif. Spradley (1997:122)menjabarkan makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial). Piliang (1998:14) mengartikan makna denotatif adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif. Misalnya juga dicatat seperti merah, kuing, biru, putih, dan sebagainnya. Pada tahapan ini hanya informasi data yang disampaikan.

Menurut Spradley (19977:123) menyebut makna konotatif meliputi semua signifikan sugestif dari simbol yang lebih daripada arti referensialnya. Menurut


(47)

(piliang, 1998: 17), makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi, contohnya gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagiaan.

2.1.19. Model Semiotik Charles Sanders Pierce

Menurut Charles Sanders Pierce, semiotik adalah suatu tindakan, pengaruh atau kerjasamanya antara tiga elemen (triangle of meaning) yang terdiri dari tanda (sign), acuan tanda (object) dan pengguna tanda (interpretan). (Fiske, 1990 & Litle John, 1998). Salah satu bentuk dari tanda adalah kata (Sobur, 2004 : 115).

Pierce melihat tanda (sign) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretan), tanda menurut pandangan Pierce adalah ”...something whicl stands to somebody for some thing in some repect or capacity” tampak pada definisi Pierce ini peran subjek (somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi (Piliang, 2003 : 266).

Hubungan segitiga makna pierce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut ini : (Fieske dalam Sobur, 2001 : 85).

Sign

Interpretan Object

Gambar.2.1 Hubungan Tanda , Objek dan Interpretant Pierce Model Triangle of Meaning Charles Sanders Pierce


(48)

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, dan simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut.

Icon

Indeks Simbol

Gambar.2.2 Model Kategori Tanda Oleh Pierce 2.2. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan maka dapat diketahui bahwa untuk mengerti, memahami dan memaknai pesan dari cover majalah Gatra yang berjudu Menepis Serangan Wikileaks Edisi 17 – 23 Maret 2011 maka peneliti menggunakan teori tiga elemen utama pembentuk tanda Pierce (triadic Pierce) yang meliputi sign, interpretan, dan object. Tanda yang dimaksud disini adalah gambar yang ada dalam cover majalah Gatra tersebut yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks dibedakan atas ikon, indeks, dan simbol. Objek disini adalah keseluruhan dari ilustrasi Cover Majalah Gatra yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks Edisi 17 – 23 Maret 2011yaitu gambar Susilo Bambang Yudhoyono memakai pakaian baja lengkap dengan sepatu dan sarung tangan yang disimpul kuat pada bagian lengannya,ditangan kanannya membawa tameng dan ditangan kirinya membawa pedang seperti layaknya seorang kesatria pedang yang hendak menepis serangan terlihat juga bentuk bibir yang agak mengarah kedepan seolah-olah mengucapkan kata ’whuus..’, terdapat juga kertas-kertas yang digumpal dan berterbangan seolah dilemparkan kuat mengarah lurus kepada SBY dipertegas dengan adanya kabut asap


(49)

lurus. Kemudian barcode yang ada dipojok kiri dibawahnya SBY, dekat bayangan SBY berwarna hitam. Pada bagian tengah terdapat tulisan Menepis Serangan Wikileaks yang mengandung unsur penekanan pada Cover Majalah Gatra itu sendiri. Berdasarkan pengetahuan secara personal, peneliti memaknai tanda dan lambang yang ada pada objek. Pada penelitian ini peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk gambar yang terdapat pada Cover Majalah Gatra yang berjudul Menepis Serangan Wikleaks Edisi 17 – 21 Maret 2011 menggunakan metode Charles Sanders Pierce untuk memperoleh hasil dari interpretasi dta mengenai pemaknaan ilustrasi Cover Majalah Tersebut.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode semiotik Pierce dikarenakan dalam ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 -23 Maret 2011 yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks, terangkum berbagai makna tanda maka digunkan ikon,indek, dan simbol untuk mengklasifikasikan sebuah tanda secara spesifik.

Dalam penelitian ini yang diutamakan adalah peristiwa yang melatarbelakangi pembuatan ilustrasi Cover Majalah Gatra yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks. Pierce menggunakan tanda istilah (representamen) yang merupakan representasi dari sesuatu diluar tanda yaitu objek dan dipahami oleh interpretan.


(50)

41  

Berikut adalah gambar kerangka berfikir penelitian pada ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret 2011 yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks :

Ilustrasi Cover majalah

Gatra yang berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011

Analasis semiotik Charles Sanders Pierce Melalui : indeks, ikon, dan simbol

Interpretasi

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Ilustrasi Cover Majalah Gatra yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks Edisi 17 – 23 Maret 2011.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode ini karena adanya banyak pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek yang diteliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pada umumnya alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena, permasalahan yang dibahas penuh makna.

Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif-interpretatif, yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut. Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejon,1996: 64 dalam Alex Sobur, 2004:15), manusia dengan perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu peneliti harus memperhatikan beberapa hal dalam penelitian ini, yaitu konteks atau situasi sosial diseputar dokumen atau teks yang akan diteliti, dan proses atau bagaimana suatu produksi media dan isi pesannya


(52)

dikemas secara aktual dan organisasi secara bersama, serta pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi (makna yang kita peroleh dari tanda ).

Dalam penelitian ini menggunakan metode semiotik. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotik atau dalam istilah barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana memaknai hal-hal, memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya memberi informasi, dalam hal mana objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan sepanjang gambar dalam cover. Pendekatan semiotik termasuk dalam metode kulitatif, tipe penelitian ini adalah deskriptif dimana peneliti berusaha untuk mengetahui Pemaknaan Ilustrasi Pada Cover Majalah Gatra dengan Judul “ Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011.

3.2. Kerangka Konseptual 3.2.1. Korpus ( corpus )

Korpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan. Korpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun taraf waktu (Kurniawan


(53)

2001:70). Dalam studi semiotik informan atau subjek penelitian dikenal dengan korpus.

Korpus merupakan sample terbatas pada penelitian kualitatif yang bersifat homogen. Tetapi sebagai analisa, korpus bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan memahami berbagai aspek dari sebuah teks pesan. Korpus bertujuan khusus digunakan untuk analisa semiotik dan analisa wacana. Pada penelitian kualitatif memberikan peluang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif. Sedangkan korpus untuk penelitian ini adalah sebatas tulisan Judul utama serta Gambar atau Ilustrasi pada Cover Majalah Gatra yang berjudul “ Menepis Serangan Wikileaks “ Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011.

3.2.2. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanda dan lambang berupa gambar, tulisan dan warna yang menjadi latar belakang dalam ilustrasi sampul depan Majalah Gatra, kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan metode Charles Sanders Pierce yang terdiri dari Ikon, Indeks, dan Simbol.

3.3.1. Ikon (ikon)

Ikon adalah tanda yang mirip dengan obyek yang diwakilinya. Dan dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Apabila pada Cover Majalah Gatra yang Berjudul Menepis Serangan Wikileaks ditunjukan pada :

1. Ilustrasi Gambar Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang berpakaian baja


(54)

3. Koran dan kertas yang menggumpal dengan ukuran yang berbeda 3.3.2. Indeks (index)

Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan yang diwakilinya. Atau juga tanda sebagai bukti. Pada cover majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” ditunjukan pada :

1. Tulisan judul majalah “Menepis Serangan Wikileaks” 2. kabut atau asap berbentuk garis lurus

3.3.3. simbol (Symbol)

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati. Simbol pada Majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” ditunjukan pada :

1. Warna yang terdapat pada background serta tulisan “Menepis Serangan wikileaks”.

2. Barcode pada Cover Majalah Gatra yang berada dibawah pojok kiri 3. Baju baja, tameng, dan pedang khusus swordman

4. Tanda non verbal (kerutan diwajah, mulut monyong, dan mata sipit ). Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks, simbol tergantung dari kebutuhan dan sudut pandang khalayak (point of interest) yang memaknainya. Sehingga penempatan tanda dalam cover majalah Gatra “Menepis Serangan Wikileaks” dapat dilihat mana sebagai ikon mana sebagai indeks, dan mana sebagai simbol.


(55)

Teknik pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan pengamatan secara langsung Ilustrasi pada Cover Majalah Gatra yang berjudul “ Menepis Serangan Wikileks “ Edisi 17 – 23 Maret 2011.

Pengumpulan data dalam penelitian ini, melalui bahan dokumenter berupa media cetak yaitu Majalah, Studi keperpustakaan, bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi serta penggunaan internet. Selanjutnya data-data akan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotik Pierce dan data dari penelitian ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui penafsiran makna Ilustrasi Pada Cover Majalah Gatra yang Berjdul “Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011.

3.4. Tenik Analisis Data

Teknik Analisa data yang digunakan pada metode ini adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang diteliti. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada metode Charles Sanders Pierce yang terdiri dari sistem tanda (sign) dalam ilustrasi yang dijadikan korpus (sample) dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Pierce yang terbagi kedalam tiga kategori yaitu Ikon (icon), Indeks (Index), dan Simbol (symbol). Dengan studi semiotika penelitian dapat memakai gambar dan pesan yang terdapat dalam gambar atau foto Majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” serta membentuk berbagai pemaknaan terhadap Ilustrasi tersebut. Ilustrasi “Menepis Serangan Wikileaks” akan diinterpretasikan dengan cara mengidentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam setiap penggambaran, untuk mengetahui makna apa yang terkandung dalam Ilustrasi tersebut.


(56)

Untuk mengetahui antara tanda, penggunaan tanda dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Cahrles Sanders Pierce. Sistem tanda (gambar, warna, perilaku non verbal dan atribut pendukung ). Yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan menggunkan metode deskriptif. Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui isi pesan dalam gambar atau foto pada Majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” edisi 17 – 23 Maret 2011, peneliti mengamati signs atau sistem tanda yang tampak dalam majalah, kemudian memaknai dan menginterpretasikannya dengan menggunakan metode semiotik Pierce, yang dimisalkan menjadi teori segitiga makna (triangle meaning) terdiri dari :

1. Objek

Adalah gambar atau ilustrasi itu sendiri. Obyek dalam penelitian ini adalah gambar atau ilustrasi pada cover Majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011.

2. Sign

Adalah segala sesuatu yang ada dalam Ilustrasi Cover tersebut. Sign dalam penelitian ini yaitu tulisan Menepis Serangan Wikileaks, gambar presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang berpakaian baja lengkap dengan tameng dan pedang ditangannya, dengan gerak tubuh kaki kanan didepan serta kaki kiri dibelakang memasang kuda-kuda yang kokoh seperti menahan serangan musuh, dan mulut sedikit maju atau monyong seperti mengucapkan kata “wuushh...” salah satu kata yang digunakan orang untuk menepis atau menghindari serangan, terdapat juga gumpalan kertas yang berterbangan,dimana salah satu gumpalan kertas


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23

Maret 2011 berdasarkan kategori tanda Charles Sanders Pierce yang dibedakan atas

ikon, indeks, simbol pada Korpus penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa

visualisasi Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 secara

umum mengkomunikasikan bahwa kepemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

sedang diusik oleh surat kabar The Age. Sehingga ada beberapa oknum yang

membocorkan beberapa masalah tentang SBY dan pejabat-pejabatnya yang diperoleh

dari kawat dokumen rahasia Wikileaks kemudian diberitakan melalui surat kabar

“The Age”. Namun Susilo Bambang Yudhoyono tidak tinggal diam dengan hal ini,

dengan jiwa kesatrianya seperti tergambar dengan baju kesatrianya lengkap dengan

tameng dan pedang swordman, beliau berusaha membuat pertahanan yang kokoh dan

menepis serangan atau tuduhan tersebut.

Tampilan dengan gaya pada ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret –

23 Maret 2011 yang menjadi korpus penelitian ini dirancang sedemikian rupa,

sehingga menimbulkan makna tertentu. Dalam penelitian ini peneliti juga

menyimpulkan bahwa Ilustrasi tersebut sebagai gambaran pesan SBY sedang

mengalami serangan dari koran “The Age” dan dokumen sumber-sumber yang tidak

diketahui siapa penulisnya, serta kawat dokumen wikileaks Wikileaks. SBY

berjuang menepis serangan dengan keberanian, cekatan supaya dapat mengalahkan


(2)

Yudhoyono sedang menghadapi perang Asimetris, karena media itu bisa dua (peran)

satu sebagai industri, tapi juga bisa sebagai instrumen. Jadi langkah nyata yang

diperlukan agar terhindar dari perang ini masyarakat dan pemerintahan harus dapat

membedakan antara usaha taktis dan strategis. Kalau taktis kita harus memastikan

bahwa berita itu tidak akuntabel, kita juga harus mempunyai strategi untuk

menghadapi perang ini. Salah satunya dari media, Maka media Nasional harus

kompak dan berjiwa patriotisme, supaya negara kita tidak gampang dipengaruhi yang

akhirnya tercerai berai. Supaya kesatuan Republik Indonesia terlihat bersatu untuk

membela Kepala Negaranya yaitu Presiden Susilo Bambang kita perlu

mempersiapkan national security atau undang-undang keamanan Nasional untuk

memagari republik ini agar aman dari segi kedaulatan, aman dari segi keselamatan,

dan aman dari segi teritorial.

5.2. Saran

Dari Ilustrasi Cover Majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan

Wikileaks” edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 mengandung beberapa permasalahan

yaitu penggunaan identitas apalagi menyangkut kepala negara, dalam hal ini yaitu

baju perang baja lengkap yang dikenakan Susilo Bambang Yudhoyono seperti

seorang kesatria pedang, namun tidak demikian setelah adanya Interpretasi dari

peneliti bahwa itu adalah sebuah gambaran jiwa, kepribadian, semangat yang

dimiliki oleh Presiden Republik Indonesia dalam menghadapi serangan tuduhan yang

ditujukan kepadanya. Namun sebenarnya penggunaan baju baja lengkap tersebut bisa

sedikit menurunkan wibawa seorang Pemimpin Negara yang sering menggunakan


(3)

72  

pakaian rapi, berdasi dan menaiki mobil mewah, serta dikawal dengan pasukan

khusus. Saran dari peneliti adalah agar setiap orang terutama ilustrator maupun

masyarakat luas lebih berhati-hati dalam menggambarkan apapun, baik itu suatu

kelompok, institusi ataupun perorangan, jangan sampai meggunakan dan memakai


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Budiarjo, Miriam, 2005, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Cangara, Hafid,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Devito, Joseph A, 1997, Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Penterjemah

Agus Maulana, Jakarta : Proffesional Books.

Effendy, Onong, 2003.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Aditya

CitraBakti.

Fiske, John, 2006, Cultural and Communication Studies, Yogyakarta : Jalansutra.

Junaedhie, Kurniawan, 1999, Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, Yogyakarta : Yayasan Indonesia.

Kusmiati.R, Artini, 1999, Desain Komunikasi Visual, Jakarta : PT. Remaja

Rosdakarya.


(5)

Moleong, Lexy, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Rosdakarya

Mulyana, Daddy, 1999, Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya.

, 2003, Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nuruddin.2007. Pengantar Komunikasi Massa.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Piliang,A. Yasraf,2008.Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: JALASUTRA.

Rahman, Arifin, 1998. Sistem Politik Indonesia . Surabaya : SIC

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Semiotik dan Framming, Bandung : PT. Rosdakarya.

, 2003, Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

, 2004, Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya


(6)

   

    

Internet:

http://www.fsid.itb.ac.id/thesis-disertai/magister-desain angkatan-2000 file///F:/Pengertian-Media-Cetak.htm

http://id.shuoong.com/writting-and-speaking/2060387-pengertian-media-cetak/#1x221Hr3MLcy1

http://puslipetra.ac.idljouinals/desain file://localhost/F:/pengertian-korupsi.html

file://localhost/C:/Documents%20and%20Settings/A'note/My%20Documents/artikel _raut-wajah-dan-kepribadian.html

file://localhost/C:/Documents%20and%20Settings/A'note/My%20Documents/Baja.h tm

file://localhost/C:/Documents%20and%20Settings/A'note/My%20Documents/sword man.php.htm

Non Buku :

Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks”


Dokumen yang terkait

Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013

0 6 119

PEMAKNAAN ILUSTRASI GAMBAR PADA COVER MAJALAH GATRA (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Ilustrasi Gambar Pada Cover Majalah Gatra “SOLUSI OR SUBSIDI” Edisi 19-25 Januari 2012).

0 0 89

PEMAKNAAN ILUSTRASI GAMBAR PADA COVER MAJALAH GATRA (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Ilustrasi Gambar Pada Cover Majalah Gatra "SOLUSI OR SUBSIDI" Edisi 19-25 Januari 2012).

0 1 89

PEMAKNAAN COVER MAJALAH GATRA EDISI ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” ( Studi semiotik pemaknaan cover majalah Gatra edisi ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” ).

0 3 63

PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL DEPAN MAJALAH TEMPO (Analisis Semiotik Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi 22 Maret Sampai 28 Maret 2010 Yang Berjudul Angkatan Baru Penebar Teror).

1 4 93

PEMAKNAAN COVER MAJALAH GATRA EDISI ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” ( Studi semiotik pemaknaan cover majalah Gatra edisi ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” )

0 0 14

PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA ( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )

0 0 18

PEMAKNAAN ILUSTRASI GAMBAR PADA COVER MAJALAH GATRA (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Ilustrasi Gambar Pada Cover Majalah Gatra "SOLUSI OR SUBSIDI" Edisi 19-25 Januari 2012)

0 0 22

PEMAKNAAN ILUSTRASI GAMBAR PADA COVER MAJALAH GATRA (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Ilustrasi Gambar Pada Cover Majalah Gatra "SOLUSI OR SUBSIDI" Edisi 19-25 Januari 2012)

0 0 67

PEMAKNAAN ILUSTRASI GAMBAR PADA COVER MAJALAH GATRA (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Ilustrasi Gambar Pada Cover Majalah Gatra “SOLUSI OR SUBSIDI” Edisi 19-25 Januari 2012)

0 0 22