Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013

PERBANDINGAN MAKNA KORUPSI PADA ILUSTRASI SAMPUL
ANTARA MAJALAH GATRA DAN TEMPO TAHUN 2013

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh
ATHIFA RAHMAH
NIM: 1110051100061

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

LEMBAR PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Depok, September 2014

Athifa Rahmah

ABSTRAK
Athifa Rahmah
PERBANDINGAN MAKNA KORUPSI PADA ILUSTRASI SAMPUL
ANTARA MAJALAH GATRA DAN TEMPO TAHUN 2013

Majalah adalah penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul,
memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari
segi isi dibagi dalam dua jenis yakni majalah umum dan majalah khusus. Isinya
meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut
diketahui pembaca. Majalah berita terbesar dan teraktual di Indonesia di antaranya
Gatra dan Tempo. Keduanya merupakan dua majalah berita terbesar di Indonesia
yang terbit setiap minggu. Hal ini untuk menjaga keaktualan berita.
Sampul majalah merupakan gerbang untuk mengantarkan pembaca masuk
ke dalam isi majalah. Sebagian besar majalah Gatra dan Tempo menggunakan
ilustrasi pada sampulnya. Pada beberapa edisi khususnya kasus-kasus korupsi,
baik Gatra maupun Tempo seringkali menggunakan ilustrasi yang bersifat
mengejek untuk menarik pembaca.
Kemudian muncul pertanyaan bagaimana representasi makna pada
ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi? Apa
saja perbandingan mengenai makna korupsi pada ilustrasi sampul antara majalah
Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi?
Melihat konteks penelitian, tinjauan teoritis yang digunakan adalah
semiotika menurut Charles Sanders Peirce, yaitu dengan melihat makna atas sign
(ikon, indeks, dan simbol), object dan interpretant. Ikon merupakan tanda yang
dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau

persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam
ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengindikasikan sumber
acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan
tanda yang dirancang untuk menjadkan sumber acuan melalui kesepakatan atau
persetujuan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
semiotik yang bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapatkan adalah
ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo selama 2013 yang bertemakan korupsi.
Dikarenakan perbandingan, dipilih edisi yang menampilkan ilustrasi kasus
korupsi yang sama. Juga ditambah dengan observasi buku dan dokumentasi.
Setelah melihat delapan ilustrasi sampul majalah yang diteliti, maka
kesimpulannya, meski mengangkat kasus korupsi yang sama, antara Gatra dan
Tempo mempunyai cara yang berbeda dalam menginterpretasikan setiap kasus ke
bentuk ilustrasi. Hal ini terkait dengan kebijakan redaksional dan ideologi yang
dianut oleh sebuah majalah.
Kata Kunci: Semiotika, Majalah Gatra dan Tempo, Ilustrasi, Sampul, dan
Korupsi

i


KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan
hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia
yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak pencerahan kepada
umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmu seperti yang kita
rasakan sekarang.
Alhamdulillah peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir
pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak,
penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti
ingin menyampaikan kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan,
M.Ag, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed, M.A, Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si serta Sekretaris

Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah.

ii

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si yang telah
menyediakan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing peneliti
sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih atas bimbingan,
ilmu, dan pencerahan yang telah Bapak berikan selama peneliti
mengerjakan skripsi.
4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu
dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti.
5. Yang paling spesial teruntuk kedua orang tua peneliti, Ibunda Riski
Soeciningsih dan Ayahanda R. Kristianto Harijono, yang senantiasa
mencurahkan doa, cinta, kasih sayang, dan motivasinya kepada peneliti
sampai peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk
ketujuh adik-adik peneliti yang selalu membuat warna di kehidupan
peneliti.
6. Segenap keluarga besar, khususnya untuk Mbah Kakung, Mbah Putri,

Eyang Putri, Budhe, Pakde, Om, Tante, dan sepupu-sepupu. Terima kasih
atas dukungan semangatnya kepada peneliti hingga skripsi ini selesai.
7. Terima kasih untuk sahabat-sahabat peneliti selama kuliah, Aulia Rahmi,
Latifah, dan Ika Suci Agustin. Untuk teman-teman Rongo, Nisa, Fajria,
Ntep, Diyah, Damar, Dwiyan, dan Tyo. Terima kasih untuk empat tahun
kebersamaan, tangis, canda dan tawa.
hanya sampai pada masa kuliah.

iii

Semoga pertemanan kita tidak

8. Teman-teman Jurnalistik A, B, dan C 2010 yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu-persatu.
9. Teman-teman KKN SIMFONI 2013 Tanjakan Mekar. Terima kasih atas
pengalaman hidup bersama satu bulan yang penuh rasa kekeluargaan.
10. Terima kasih kepada teman-teman di Aliansi Remaja Independen yang
telah banyak merubah cara pandang peneliti terhadap sesuatu hal.
11. Terima kasih kepada teman-teman di Save Street Child atas pengalaman
berorganisasi, bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang hebat yang

menginspirasi.
12. Teman-teman di KMPLHK RANITA yang telah merubah peneliti menjadi
wanita ‘tangguh’. Terima kasih atas pengalaman naik gunung, wall
climbing, dan rafting yang tidak akan peneliti lupa.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi masih banyak kekurangan. Karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga
skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Depok, September 2014

Athifa Rahmah

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B.

Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 2

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 3

D.

Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 4

E.


Metodologi Penelitian ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pesan dan Ideologi pada Ilustrasi Sampul Majalah ..................................... 10
1. Pengertian Majalah .............................................................................. 10
2. Pengertian Sampul Majalah ................................................................. 12
B. Makna Korupsi dan Islam ........................................................................... 18
1. Makna Korupsi ..................................................................................... 18
2. Korupsi dalam Pandangan Islam .......................................................... 27
C. Semiotika sebagai Upaya Melihat Tanda dan Ideologi .............................. 33
1. Semiotika .............................................................................................. 33
2. Semiotika Charles Sanders Pierce ........................................................ 36
BAB III PROFIL MAJALAH GATRA DAN TEMPO
A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Gatra dan Tempo ............................. 39
1. Sejarah Tempo Inti Media ..................................................................... 39
2. Sejarah Gatra ........................................................................................ 41

B. Visi dan Misi .............................................................................................. 43
1. Visi dan Misi Tempo Inti Media .......................................................... 43

2. Visi dan Misi Majalah Gatra ................................................................ 44
C. Korupsi dalam Majalah Gatra dan Tempo ................................................. 44

v

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Semiotika pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra dan Tempo ....... 45
B. Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Majalah Gatra dan Tempo ... 95
1. Perbandingan 1 .......................................................................................95
2. Perbandingan 2 .......................................................................................98
3. Perbandingan 3 .....................................................................................100
4. Perbandingan 4 .....................................................................................102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 104
B. Saran ......................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107

vi

DAFTAR GAMBAR


Gambar 4.1 Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 Februari 2013 ....................... 46
Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo Edisi 11 - 17 Februari 2013 ..................... 52
Gambar 4.3 Sampul Majalah Gatra Edisi 14 - 20 Februari 2013 ........................ 61
Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo Edisi 18 - 24 Februari 2013 ..................... 67
Gambar 4.5 Sampul Majalah Gatra Edisi 16 - 22 Mei 2013 .............................. 73
Gambar 4.6 Sampul Majalah Tempo Edisi 20 - 26 Mei 2013 ............................ 79
Gambar 4.7 Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 November 2013 .................... 85
Gambar 4.8 Sampul Majalah Tempo Edisi 07 - 13 Oktober 2013 ...................... 90
Gambar 4.9 Perbandingan 1 ................................................................................ 95
Gambar 4.10 Perbandingan 2 .............................................................................. 98
Gambar 4.11 Perbandingan 3 .............................................................................100
Gambar 4.12 Perbandingan 4 ............................................................................ 102

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 ............................................................................................................... 45
Tabel 4.2 ............................................................................................................... 49
Tabel 4.3 ............................................................................................................... 50
Tabel 4.4 ............................................................................................................... 56
Tabel 4.5 ............................................................................................................... 57
Tabel 4.6 ............................................................................................................... 63
Tabel 4.7 ............................................................................................................... 64
Tabel 4.8 ............................................................................................................... 69
Tabel 4.9 ............................................................................................................... 70
Tabel 4.10 ............................................................................................................. 74
Tabel 4.11 ............................................................................................................. 75
Tabel 4.12 ............................................................................................................. 81
Tabel 4.13 ............................................................................................................. 82
Tabel 4.14 ..............................................................................................................86
Tabel 4.15 ............................................................................................................. 87
Tabel 4.16 ............................................................................................................. 93
Tabel 4.17 ............................................................................................................. 93
Tabel 4.18 ............................................................................................................. 96
Tabel 4.19 ............................................................................................................. 98
Tabel 4.20 ............................................................................................................. 99
Tabel 4.21 ........................................................................................................... 101

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Majalah adalah sebuah media publikasi yang diterbitkan secara berkala.
Sebuah majalah berisi berbagai artikel, gambar, cerita pendek, opini, ilustrasi,
dan kanal lainnya. Karena lengkapnya informasi yang diberikan, majalah
seringkali dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca. Majalah menjadi salah
satu media yang menyediakan nilai-nilai informasi sekaligus hiburan, yang
juga memiliki segmentasi secara khusus.
Meski tak seaktual surat kabar yang terbit setiap hari, majalah yang terbit
setiap minggu, dwi mingguan atau bahkan bulanan memiliki strategi dan gaya
penyajian tersendiri agar majalah tetap menarik untuk dibaca. Majalah berita
merupakan salah satu contoh dari majalah mingguan, yang memiliki
segmentasi masyarakat umum. Siapapun bisa membaca dan menikmati majalah
berita karena sifatnya yang mengikuti berita-berita umum yang aktual.
Ada banyak majalah berita yang dikenal di pasaran Indonesia, seperti
majalah Gatra, Tempo, dan Sindo. Di dalam sebuah majalah, terkandung
banyak elemen grafis seperti foto, tipografi, warna, ilustrasi, dan elemen lain.
Dalam sampul majalah, ilustrasi dan foto merupakan materi yang umum
digunakan. Ilustrasi dan foto pada sampul majalah harus mampu mewakili isi
dari tema tertentu yang diangkat pada edisi yang akan terbit atau sesuai dengan
ideologi dari majalah. Ilustrasi dan foto digunakan untuk membantu
mengkomunikasikan pesan dari sebuah judul dengan cepat kepada para

1

2

pembaca atau khalayak. Dalam sampul majalah, tersimpan gambaran pesan
yang tidak terbaca oleh setiap pembaca, namun menjadi kesimpulan mengenai
edisi yang sedang terbit.
Sampul majalah harus terlihat menarik agar masyarakat tertarik untuk
membeli dan membacanya. Sampul majalah menjadi salah satu faktor apakah
suatu majalah akan laku atau tidak di pasaran. Sebelum membeli, orang akan
melihat dan memperhatikan terlebih dahulu sampul majalahnya. Dua majalah
di Indonesia yang menggunakan pendekatan ilustrasi pada sampulnya adalah
Gatra dan Tempo. Selain itu keduanya merupakan dua majalah berita terbesar
di Indonesia dengan jumlah oplah 110.000 – 180.000 eksemplar setiap terbit.
Majalah Gatra dan Tempo merupakan majalah berita mingguan yang terbit
setiap seminggu sekali.
Baik majalah Gatra maupun Tempo, masing-masing memiliki ciri khas
dalam penyajian ilustrasi terutama saat mengangkat laporan utama kasus-kasus
korupsi di Indonesia. Penyajian ilustrasi untuk kasus-kasus korupsi pada
sampul majalah Gatra maupun Tempo beberapa cukup keras menyindir elit
politik yang terlibat dalam kasus korupsi.
Tahun 2013, berbagai kasus korupsi berhasil diungkap oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Pejabat pemerintahan dari mulai menteri,
anggota DPR RI, gubernur bahkan ketua dari sebuah lembaga konstitusi yang
sangat dihormati menjadi tersangka pada kasus korupsi di tahun 2013. Dalam
hal ini sebut saja Akil Mochtar, seorang hakim dan Ketua Mahkamah
Konstitusi. Ia ditetapkan menjadi tersangka setelah dilakukan penyelidikan
oleh KPK. Akil terbukti menerima suap dari berbagai kasus sengketa pilkada

3

yang ditanganinya. Tak hanya pejabat pemerintahan, beberapa petinggi partai
yang dekat dengan pejabat pemerintahan juga terjebak dalam kasus-kasus
korupsi di tahun 2013. Seperti Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi
Hasan Ishaaq yang ditetapkan sebagai tersangka atas keterlibatannya dalam
kasus korupsi pengaturan kuota daging sapi impor juga Anas Urbaningrum
yang menjadi tersangka atas kasus Hambalang.
Menjamurnya

kasus

korupsi

di

kalangan

pejabat

pemerintah

mengakibatkan kekhawatiran, karena perbuatan korupsi sangat merugikan
negara dan masyarakat. Di dalam Islam, korupsi diibaratkan seperti perbuatan
mencuri. Meski dianggap sebagai perbuatan mencuri, Islam tidak membahas
secara detail mengenai hukuman korupsi.
Oleh karena permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah terkait
dengan tanda-tanda dalam foto, maka untuk menjawab permasalahan tersebut
digunakan pendekatan yakni semiotika Charles Sanders Peirce. Peneliti akan
meneliti perbandingan makna korupsi yang muncul dari masing-masing
ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi
melalui

pendekatan

semiotika.

Mengapa

membandingkan?

Peneliti

menganalisa bahwa ada perbedaan-perbedaan dalam menampilkan sebuah
kasus korupsi menjadi ilustrasi sampul di antara kedua majalah. Seperti
perbedaan tokoh yang ditampilkan, ekspresi atau gesture, dan tanda-tanda
lainnya, sehingga menimbulkan representasi makna yang berbeda-beda pula.
Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik meneliti dengan judul
Perbandingan Makna Korupsi Pada Ilustrasi Sampul Antara Majalah
Gatra dan Tempo Tahun 2013.

4

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat majalah Gatra dan Tempo adalah majalah mingguan,
maka untuk membatasi pembahasan dalam penelitian ini peneliti hanya
meneliti analisis semiotika pada beberapa ilustrasi sampul majalah Gatra
dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi.
2. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti oleh peneliti, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana representasi makna pada ilustrasi sampul majalah Gatra
dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi?
b. Apa saja perbandingan mengenai makna korupsi pada ilustrasi sampul
majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah memberi pengetahuan mengenai
perbandingan makna korupsi dalam ilustrasi sampul antara majalah Gatra dan
Tempo dan untuk mengatasi salah membaca pesan dari sebuah ilustrasi sampul
majalah.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam perkembangan kajian media massa melalui majalah, khususnya

5

ilustrasi sampul majalah untuk Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi konsentrasi Jurnalistik.
2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal
bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu juga memberi
masukan akademis bagi para tim produksi majalah.

D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti sudah mengadakan tinjauan
pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada
beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang
peneliti teliti, di antaranya:
Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo karya Angga Rizal
Nurhuda, Semiotika Keluarga Pada Cover Majalah Ummi karya Virlindayani
Nur Maulida, Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Kartun Benny
& Mice Talk About Hape karya Nurma Wazibali.
Dengan begitu, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada
mahasiswa/i yang meneliti tentang Perbandingan Makna Korupsi Pada
Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

6

E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma penelitian
konstruktivis yang bersifat subjectivist. Data yang didapat adalah sesuatu
yang menjadi perasaan dan keinginan pihak yang diteliti untuk
menyatakannya dengan penafsiran atau konstruksi makna.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan
lebih

mendalam

melalui

pengumpulan

data

sebanyak-banyaknya.

Penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif memiliki relasi dengan
analisis data visual dan data verbal yang merefleksikan pengalaman seharihari.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis semiotika yang bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang faktafakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.1 Analisis semiotika
memberi penekanan pada pencarian makna melalui relasi-relasi tanda yang
ada dalam teks itu sendiri (bukan relasi teks dengan pengarangnya,
pembacanya atau konteksnya).2 Pendekatan teori semiotika yang peneliti
lakukan memakai pendekatan teori semiotik Charles Sanders Peirce.

1

Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2006) Cet-2,

h. 69.
2

M, Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h. 63.

7

4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah majalah Gatra dan Tempo. Sedangkan
objek pada penelitian ini adalah beberapa ilustrasi dari sampul majalah
Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi. Berdasarkan
pengamatan peneliti, selama tahun 2013 ada empat edisi di Gatra dan
Tempo yang menampilkan ilustrasi sampul dengan tema kasus korupsi
yang sama. Berikut adalah judul pada ilustrasi sampul majalah Gatra dan
Tempo yang akan diteliti:
a. Majalah Gatra
-

Politik Daging Sapi (Edisi 07 - 13 Februari 2013)

-

Ada Apa Dengan Anas (Edisi 14 - 20 Februari 2013)

-

Setelah Lutfi Siapa Lagi (Edisi 16 - 22 Mei 2013)

-

Kisah Dangdut Akil Mochtar (Edisi 07 - 13 November 2013)

b. Majalah Tempo
-

Hangus! (Edisi 11 - 17 Februari 2013)

-

Buruk Anas Partai Dibelah (Edisi 18 - 24 Februari 2013)

-

Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah (Edisi 20 - 26 Mei 2013)

-

Wani Piro? (Edisi 07 - 13 Oktober 2013)

5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dengan menggunakan semiotika model
Charles Sanders Peirce yang membagi tanda atas icon (ikon), index
(indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara
penanda dan pertandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau dengan
kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang

8

bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya
hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau
hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada
kenyataan. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan
alamiah antara penanda dengan petandanya.3
Menurut Charles Sanders Peirce, semiotika berangkat dari tiga
elemen utama tersebut, yang disebut Peirce sebagai teori segitiga makna
atau triangle meaning.4
6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan metode mengumpulkan majalah dan pengamatan secara
menyeluruh dari semua sampul majalah maupun isi teks.
a. Observasi
Observasi adalah metode pertama yang digunakan dalam penelitian
ini, dengan melakukan pengamatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi pada penelitian ini
diartikan sebagai kegiatan mengamati subjek (majalah Gatra dan
Tempo) dan objek (ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun
2013 yang bertema korupsi) secara langsung. Pada penelitian ini,
peneliti

hanya menggunakan analisis dokumen sebagai instrumen

observasi. Analisis dokumen hanya mengamati dokumen sebagai
sumber informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil

3
4

2, h. 263.

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 42.
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), cet.

9

penelitian. Dokumen yang digunakan yaitu majalah Gatra dan Tempo
tahun 2013 yang bertema korupsi.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan
mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah atau jurnal)
yang terdapat di perpustakaan, internet atau instansi lain yang dapat
dijadikan analisis dalam penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pesan dan Ideologi pada Ilustrasi Sampul Majalah
1. Pengertian Majalah
Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam
artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasanya memiliki artikel
mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat dan ditulis
dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) majalah adalah
terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik,
pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca, dan
menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah
bulanan, mingguan, dan sebagainya, dan menurut penyusunan isinya
dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu
pengetahuan tertentu, dan sebagainya.
Menurut ensiklopedia pers Indonesia majalah adalah penerbitan
berkala yang menggunakan kertas bersampul, memuat bermacam-macam
tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam
dua jenis yakni majalah umum, yaitu majalah yang memuat karangankarangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur,
gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus, yaitu majalah
yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus,

10

11

seperti majalah wanita, majalah keluarga, majalah humor, majalah
kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen, dll.1
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat
dibedakan dengan surat kabar, karena majalah memiliki karakteristik
tersendiri, yaitu2:
1. Penyajian lebih dalam.
Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan
selebihnya dwi mingguan, bahkan bulanan (satu kali sebulan).
Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya
mempunyai waktu cukup lama untuk memahami dan mempelajari
suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu yang leluasa untuk
melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian
berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam.
2. Nilai aktualitas lebih lama.
Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka
nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan
menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu bila
kita baca saat ini. Akan tetapi kita tidak pernah menganggap usang
majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. Sebagaimana kita
alami bersama, bahwa dalam membaca majalah kita tidak pernah
tuntas sekaligus. Pada hari pertama kita hanya membaca topik yang
kita senangi atau relevan dengan profesi kita, hari esok dan seterusnya
1

Kurniawan Effendi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h.

154-155.
2

Ardianto, Elvinaro, & Lukiati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 113-114.

12

kita membaca topik lain sebagai referensi. Dengan demikian, majalah
mingguan baru tuntas kita baca dalam tempo tiga atau empat hari.
3. Gambar atau foto lebih banyak.
Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian
beritanya yang mendalam majalah juga dapat menampilkan gambar
atau foto yang lengkap dengan ukuran besar dan kadang-kadang
berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik. Fotofoto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri apabila
foto tersebut sifatnya eksklusif.
4. Di samping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya
tarik tersendiri.
Sampul majalah adalah ibarat pakaian dan aksesori pada manusia.
Sampul majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan
gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya sampul
majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya serta konsistensi
keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya.
2. Pengertian Sampul Majalah
Menurut Ellen McCracken yang mengutip pernyataan dari Goerge
Gerbner bahwa sampul majalah memegang peran utama dalam
mengiklankan sebuah majalah yang bertujuan untuk membentuk karakter
budayanya yang dituangkan lewat sebuah sampul majalah itu. Ellen
McCracken menjelaskan bagaimana peran sampul depan majalah ini di
dalam tulisannya The Cover: window to the future self dalam buku
Turning It On, A Reader in Women and Media. Ia menulis bahwa sampul

13

majalah menjadi sebuah nilai tambah serta iklan yang paling penting yang
dilakukan oleh sebuah majalah, karena inilah salah satu alat yang bisa
membedakan majalah satu dengan majalah yang lain. Gaya dan aliran
suatu majalah adalah elemen terpenting dalam memposisikan sebuah
majalah di mana majalah tersebut akan menawarkan dan membentuk
pembaca melalui sebuah proses pemahaman.3
McCracken menambahkan bahwa kebanyakan sampul mencoba
untuk membentuk representasi pembaca yang ideal, yang ingin disasar
oleh pemasang iklan. Selain itu yang sering juga dilakukan adalah sebuah
ikon yang berfungsi sebagai penanda, ataupun konotasi lain pada sebuah
kasus tertentu. Tanpa kecuali, teks verbal pada sampul yang terdiri dari
nama majalah dalam huruf yang besar dan rangkaian topik utama didesain
untuk menarik pembaca dengan tulisan tertentu yang ada di dalam
majalah.4
McCracken juga menyebutkan bahwa identitas gaya atau aliran
sebuah majalah sangat menentukan penjualan majalah dan jumlah
pembaca, dan berperan penting untuk pembaca dalam memahami dirinya
saat dia membacanya. Pesan yang disampaikan dalam sampul secara
umum dapat dilakukan dalam lingkup publik, jadi ketika pembaca
membeli majalah, membaca di ruang publik, ataupun meletakkan majalah
di atas meja sebuah kedai kopi, pembaca lain akan mengenali bahwa
keduanya membaca majalah yang sama. Ketika sebuah sampul

3

Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media (New York: St.
Martin Press Inc, 1996), h. 97.
4
Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, h. 98.

14

menyandikan sebuah gaya semata-mata digunakan untuk menjual majalah,
sampul tersebut juga menawarkan sebuah ideologi, yang membantu
pembaca dalam menggambarkan diri mereka kepada orang lain.5
McCracken menjelaskan tentang fungsi dari sampul majalah yaitu
untuk membantu apa yang dibangun majalah tersebut dengan melekatkan
definisi awal melalui judul majalah, berita utama, dan foto atau ilustrasi.
Kalimat, penekanan, warna, gambar visual, gambaran tersembunyi dari
karya yang dinikmati sampai pada posisi pada isi sebuah majalah.
Pembaca tidak hanya melihat sebuah isi majalah dari sampulnya, tapi
model interpretasi yang diberikan adalah bagian dari simbol yang ada pada
sampul yang mempunyai pengaruh yang kuat. Sampul adalah hal yang
paling penting dalam beriklan di dunia majalah, dan lalu melalui perannya
sebagai identitas gaya, sistem semiotik, dan kerangka. Hubungan saling
mempengaruhi dari fotografi, kata verbal, dan teks yang berwarna dalam
tiap sampul majalah menciptakan nilai yang dimuat dalam pengertian
kebudayaan tetapi bermaksud untuk menarik pengiklan dan meningkatkan
penjualan. Sampul majalah menjalankan peran sebagai pengenal aliran,
sistem tanda, dan kerangka untuk meraih hasil. Setiap peran yang
dimainkan sangat dekat hubungannya dengan struktur komersial dari
industri majalah dan akan menjadi berbeda dengan tujuan majalah lain
yaitu melakukan perubahan.6

5

Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media (New York: St.
Martin Press Inc, 1996), h. 99.
6
Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, h. 100.

15

Unsur-unsur dalam sampul depan majalah ternyata juga terdapat
pada iklan cetak. Iklan cetak merupakan sebuah teks yang kompleks
dimana di dalam mengkonstruksikan pesan menggunakan bahasa visual
yang meliputi bahasa gambar dan tulisan. Dalam buku Komunikasi
Periklanan Cetak karangan Dendi Sudiana, dikemukakan beberapa unsur
dalam iklan cetak, dimana unsur-unsur tersebut juga terdapat dalam
halaman muka majalah. Unsur-unsur tersebut antara lain7:
1. Judul
Judul merupakan suatu unsur cetak terpenting dalam persaingan
untuk menarik perhatian pembaca. Ilustrasi mungkin menarik, tetapi
mungkin ditafsirkan terpisah. Dengan pembubuhan judul, pembaca
dituntun dalam penyeberangan dari ilustrasi ke pesan. Dalam suatu
pengertian umum, judul melayani dwifungsinya: (1) secara ringkas dan
langsung menyarankan isi pesan, atau (2) menampilkan daya tarik
terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan
sumber.
Sifat penting judul terhadap badan naskah sangat berperan bagi
pertimbangan tata letak. Bila hasil guna iklan bergantung pada tingkat
keterbatasan teks, judul harus ditampakkan rupa dalam upaya
menuntun mata pembaca dari suatu titik tolak daya tarik ke naskah.
2. Naskah
Naskah iklan meliputi pesan kata-kata. Sebagaimana halnya judul,
semboyan, dan ilustrasi, naskah atau teks merupakan suatu bagian atau

7

Dendi Sudiana, Komunikasi Periklanan Cetak (Bandung: Remadja Karya, 1986), h. 34.

16

unit dalam iklan yang menyandang peranan tertentu masing-masing
pada penampilannya. Fungsi naskah adalah menjelaskan produk atau
jasa yang ditawarkan, sekaligus mengarahkan secara demikian rupa
agar pembaca berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan harapan
pemasang iklan. Naskah merupakan komunikasi dengan pengisian
kata-kata secara tepat guna berdasarkan gagasan atau daya tarik
tentang keunggulan, kemajuan, dan keindahan produk atau jasa yang
diiklankan.
Pendekatan kreatif naskah dapat bersifat dogmatis; bersifat
menampilan alasan-alasan, misalnya dengan mengungkapkan faktafakta, bagan, dan statistik; menampilkan daya tarik (appeals), baik
yang menyenangkan maupun yang menggelisahkan (fear appeals).
Bagaimana pun, naskah iklan perlu direka secara menarik, bersahabat,
dan meyakinkan.
3. Ilustrasi
Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering
digunakan dalam komunikasi periklanan karena sering dianggap
sebagai “bahasa universal” yang dapat menembus rintangan yang
ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata (dalam hal ini termasuk
pula

foto,

diagram,

peta,

grafik,

dan

tanda-tanda)

dapat

mengungkapkan suatu hal secara lebih cepat dan lebih berhasil guna
daripada teks.
Fungsi ilustrasi dalam iklan adalah:
-

Menarik perhatian

17

-

Merangsang minat membaca keseluruhan pesan

-

Menonjolkan salah satu keistimewaan produk

-

Menjelaskan suatu pernyataan

-

Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca di
antara rentetan pesan lainnya dalam suatu media yang sama

-

Menciptakan suasana yang khas

-

Mendramatisasi pesan

-

Menonjolkan suatu merk atau menunjang semboyan yang
ditampilkan

-

Mendukung judul iklan

4. Logo dan Merk Dagang
Pengkasatmataan iklan melibatkan pengambil keputusan yang
berkenaan dengan “tanda-tanda identifikasi”, terutama logo perusahaan
atau merk dagang. Bila kita perhatikan perilaku konsumen di pasar,
sering terjadi seseorang “membeli merk”, terutama terhadap barangbarang yang dipandang dapat menaikkan gengsi atau stastusnya di
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian logo, logogram, adcuts, dan
merk dagang ternyata dapat memainkan peran penting dalam
komunikasi periklanan.
5. Warna
Dahulu orang memilih warna hanya untuk kebutuhan tertentu
menurut perasaan saja. Pada masa modern ini orang sudah mulai
berpikir secara ilmiah melalui berbagai proses eksperimen, baik secara
fisika, kimiawi, atau seni, bahkan psikologi. Dengan perkataan lain

18

orang-orang sekarang memilih warna dengan kesadaran. Pada
dasarnya, warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu
objek ke mata manusia.

B. Makna Korupsi dan Islam
1. Makna Korupsi
Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan sosial,
budaya, kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah secara
kritis oleh banyak ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, sejak awal
telah merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi moral (moral
corruption).8 Korupsi moral merujuk pada berbagai bentuk konstitusi yang
sudah melenceng, hingga para penguasa rezim termasuk dalam sistem
demokrasi, tidak lagi dipimpin oleh hukum, tetapi tidak lebih hanya
berupaya melayani dirinya sendiri.9
Korupsi berasal dari kata Latin Corruptio atau Corruptus.
Kemudian, muncul dalam bahasa Inggris dan Prancis Corruption, dalam
bahasa Belanda Korruptie, selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan
sebutan Korupsi.10 Akan tetapi definisi korupsi yang paling banyak diacu,
termasuk oleh World Bank dan UNDP, adalah “the abuse of public office
for private gain”. Dalam arti yang lebih luas, definisi korupsi adalah
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi atau privat

Albert Hasibuan, “Titik Pandang Untuk Orde Baru”, dalam Mansyur Semma, Negara
dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32.
9
Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32.
10
A. Hamzah, “Korupsi: Dalam Pengelolaan Proyek Pembangunan”, dalam Mansyur
Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32.
8

19

yang merugikan publik dengan cara-cara bertentangan dengan ketentuan
hukum yang berlaku.11 Definisi ini merupakan konsensus yang banyak
diacu para pakar di bidang antikorupsi. Walau demikian, definisi ini belum
sempurna meski cukup membantu dalam membatasi pembicaraan tentang
korupsi. Beberapa kelemahan definisi tersebut di antaranya bias yang
cenderung memojokkan sektor publik, serta definisi yang mencakup
tindakan korupsi oleh privat walaupun sama-sama merugikan publik.12
Korupsi terjadi jika tiga hal terpenuhi, yaitu (1) Seseorang
memiliki kekuasaan termasuk untuk menentukan kebijakan publik dan
melakukan administrasi kebijakan tersebut, (2) Adanya economic rents,
yaitu manfaat ekonomi yang ada sebagai akibat kebijakan publik tersebut,
dan (3) Sistem yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh
pejabat publik yang bersangkutan. Apabila satu dari ketiga parameter ini
tidak terpenuhi, tindakan yang terjadi tidak bisa dikategorikan sebagai
tindakan korupsi.13
Secara umum, tindakan ilegal seperti penggelapan uang dan
penyelundupan selama tidak melibatkan pejabat publik, menurut definisi
di atas, tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan korupsi. Padahal,
secara tidak langsung tindakan ini merugikan publik karena mengurangi
pendapatan negara dari sektor pajak. Dalam studi Lambsdorff disebutkan
Peter Langseth et al, “The Role of a National Integrity System in Fighting Corruption”,
dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek
Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 6.
12
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan, h. 6.
13
Arvin. K. Jain, “Corruption: A Review”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi
Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009), h. 7.
15

20

bahwa besarnya proporsi bujet pemerintah terhadap GDP suatu negara
berkorelasi positif terhadap tingkat korupsi.14
Definisi tersebut menyamaratakan korupsi di negara yang
menganut sistem kerajaan dan demokrasi. Dalam negara kerajaan, raja
mempunyai wewenang untuk mengatur distribusi kekayaan negara, karena
pada prinsipnya tidak ada pemisahan antara kekayaan negara dan
kekayaan pribadi raja. Seorang raja bisa saja menggunakan uang kerajaan
untuk urusan pribadi dan ini tidak dianggap sebagai tindakan korupsi.
Tindakan yang sama akan menjadi kasus korupsi besar apabila terjadi di
negara demokrasi.15
Sedangkan Transparansi Internasional mempunyai definisi yang
lebih fleksibel tentang korupsi, yaitu “penyalahgunaan kepercayaan yang
diberikan orang lain, untuk kepentingan pribadi”. Di sisi lain, Indonesia
juga telah mengambil langkah maju dalam mendefinisikan tindak korupsi,
saat jenis tindakan yang termasuk dalam kategori korupsi diperluas,
bahkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi mencantumkan daftar 29 perbuatan yang bisa
dikategorikan sebagai korupsi baik melibatkan maupun tidak melibatkan
pejabat publik.16

Johann G. Lambdorff, “Corruption in Empirical Research-A Review”, dalam
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek
Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 7.
15
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan, h. 7.
16
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan, h. 7.
14

21

Mahzar17, menandaskan istilah korupsi secara umum sebagai
“tindakan gelap dan tidak sah (illicit or illegal activities)” untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Gagasan yang diambil
dari Philip ini, menyebutkan definisi korupsi sebagai; Pertama, pengertian
korupsi yang berpusat pada kantor publik (public office-centered
corruption), yang didefinisikan sebagai tingkah laku dan tindakan
seseorang pejabat publik yang menyimpang dari tugas-tugas publik formal
untuk mendapatkan keuntungan pribadi, atau keuntungan bagi orang-orang
tertentu yang berkaitan erat dengannya seperti keluarga, karib kerabat dan
teman. Pengertian ini, juga mencakup kolusi dan nepotisme memberikan
patronase lebih karena alasan hubungan kekeluargaan (ascriptive) daripada
merit.
Kedua, pengertian korupsi yang berpusat pada dampak korupsi
terhadap kepentingan umum (public interest-centered). Dalam kerangka
ini, korupsi dapat dikatakan terjadi, jika seorang pemegang kekuasaan atau
fungsionaris pada kedudukan publik yang melakukan tindakan-tindakan
tertentu dari orang-orang yang akan memberikan imbalan (apakah uang
atau materi lain), sehingga dengan demikian merusak kedudukannya dan
kepentingan publik. Ketiga, pengertian korupsi yang berpusat pada pasar
(market-centered) berdasarkan analisis tentang korupsi yang menggunakan

Asyumardi Mahzar, “Pemberantasan Korupsi Menuju Tata Pemerintahan yang Lebih
Baik; Makalah Seminar Internasional, Praktik-praktik yang Baik Dalam Memerangi Korupsi di
Asia”, dalam Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.
34.
17

22

teori pilihan publik dan sosial, dan pendekatan ekonomi di dalam kerangka
analisis politik.18
Berdasarkan kerangka ini, korupsi berarti lembaga ekstra-legal
yang digunakan individu-individu atau kelompok-kelompok untuk
mendapat pengaruh terhadap kebijakan dan tindakan birokrasi. Karena itu,
eksistensi korupsi jelas mengindikasikan, hanya individu dan kelompok
yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang lebih mungkin
melakukan korupsi daripada pihak-pihak lain. Masih dalam kerangka ini,
korupsi juga berarti penyalahgunan kekuasaan oleh pegawai atau pejabat
pemerintah untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari publik. Dengan
demikian, kedudukan publik telah dijadikan lahan bisnis, yang selalu akan
diusahakannya untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya.19
Definisi korupsi yang dikemukakan oleh Benveniste dalam bukunya yang
berjudul “Birokrasi”. Dalam buku tersebut, korupsi didefinisikan ke dalam
4 jenis sebagai berikut20:
a. Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya
kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya
bersifat sah, bukanlah praktek-praktek yang dapat diterima oleh para
anggota organisasi. Contoh: Seorang pelayan perijinan Tenaga Kerja
Asing, memberikan layanan yang lebih cepat kepada “calo” atau orang
yang bersedia membayar lebih, ketimbang para pemohon yang biasaAsyumardi Mahzar, “Pemberantasan Korupsi Menuju Tata Pemerintahan yang Lebih
Baik; Makalah Seminar Internasional, Praktik-praktik yang Baik Dalam Memerangi Korupsi di
Asia”, dalam Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.
34-35.
19
Mansyur Semma, Negara dan Korupsi, h. 34-35.
20
Suyatno, Korupsi Kolusi dan Nepotisme (Jakarta: CV Muliasari, 2005), h. 17-18.
18

23

biasa saja. Alasannya karena calo adalah orang yang bisa memberikan
pendapatan tambahan. Dalam kasus ini, sulit dibuktikan tentang
praktek korupsi, karena tidak ada peraturan yang dilanggar.
b. Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud
mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan
regulasi tertentu. Contoh: Di dalam peraturan lelang dinyatakan bahwa
untuk pengadaan barang jenis tertentu harus melalui proses pelelangan
atau tender. Namun karena waktunya mendesak, maka proses tender
itu tidak dimungkinkan. Untuk itu pemimpin proyek mencari dasar
hukum mana yang bisa mendukung atau memperkuat pelaksanaan
pelelangan, sehingga tidak disalahkan oleh inspektur. Dicarilah pasalpasal dalam peraturan yang memungkinkan untuk bisa dipergunakan
sebagai dasar hukum guna memperkuat sahnya pelaksanaan tender.
Dari sekian banyak pasal, misal ditemukan suatu pasal yang mengatur
perihal “keadaan darurat”. Dari sinilah dimulainya illegal corruption,
yakni ketika pemimpin proyek mengartikulasikan tentang keadaan
darurat yang dimaksud. Dalam beberapa kasus, letak illegal corruption
berada pada kecanggihan memainkan kata-kata bukan substansinya.
c. Mercenery corruption, ialah jenis korupsi yang dimaksud untuk
memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang
dan kekuasaan. Contoh: Dalam sebuah persaingan tender, seorang
panitia lelang memiliki kewenangan untuk meluluskan peserta tender.
Untuk itu secara terselubung atau terang-terangan ia mengatakan
bahwa untuk memenangkan tender, peserta harus bersedia memberikan

24

uang “sogok” atau “semir” dalam jumlah tertentu. Jika permintaan ini
dipenuhi oleh kontraktor yang mengikuti tender, maka panitia lelang
ini sudah termasuk ke dalam kategori mercenary corruption. Bentuk
“sogok” atau “semir” itu tidak mutlak berupa uang, namun bisa juga
dalam bentuk lain.
d. Ideological

corruption,

ialah

jenis

korupsi

illegal

maupun

discretionary yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.
Sedangkan menurut tingkatannya, kasus korupsi dibagi menjadi
dua yakni21:
1. Grand Corruption atau korupsi besar adalah korupsi yang dilakukan
oleh pejabat publik tingkat tinggi menyangkut kebijakan publik dan
keputusan besar di berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi.
Korupsi disebut juga corruption by greed atau korupsi akibat
keserakahan karena para pelaku umumnya sudah berkecukupan secara
materiil.
Korupsi ini menyebabkan kerugian negara yang sangat besar
secara finansial maupun nonfinansial. Modus operandi yang umum
terjadi adalah kolusi antara kekuatan ekonomi, kekuatan politik dan
para pengambil kebijakan publik. Melalui pengaruh yang dimiliki,
kelompok kepentingan tertentu mempengaruhi pengambil kebijakan
guna mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan kelompoknya.
Apabila pengaruh kelompok tersebut begitu besar dan seolah dapat

21

Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 18-21.

25

mengontrol proses perumusan kebijakan publik, fenomena ini sering
disebut dengan state capture atau elit capture.
State capture dapat terjadi dalam berbagai bentuk, World Bank
dalam bukunya Anti-Corruption in Transition 2, menjabarkan beberapa
bentuk state capture yaitu: (1) suap kepada anggota DPR untuk
mempengaruhi perundangan, (2) suap kepada pejabat negara untuk
mempengaruhi kebijakan publik, (3) suap kepada lembaga peradilan
untuk memengaruhi keputusan terkait dengan kasus-kasus besar, (4)
suap kepada pejabat bank sentral untuk memengaruhi kebijakan
moneter, dan (5) sumbangan kampanye ilegal untuk partai politik