Pengelompokan dan Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Indikasi Geografis

28

c. Pengelompokan dan Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Secara garis besar Hak Kekayaan Intelektual dibagi dalam 2 dua bagian, yaitu: a Industrial property right hak kekayaan industri, berkaitan dengan invensiinovasi yang berhubungan dengan kegiatan industri, terdiri dari : paten 1 merek 2 desain industri 3 rahasia dagang 4 desain tata letak terpadu b Copyright hak cipta, memberikan perlindungan terhadap karya seni, sastra dan ilmu pengetahuan seperti film, lukisan, novel, program komputer, tarian, lagu, batik, dsb. Sedangkan peraturan undang-undang Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia saat ini, yaitu : 1 Hak Cipta diatur dalam undang-udang No. 19 Tahun 2002 2 Paten daitur dalam undang-undang No. 14 Tahun 2001 3 Merk daitur dalam undang-undang No. 15 Tahun 2001 4 Desain Industri dalam undang-undang No. 31 Tahun 2000 5 Rahasia Dagang dalam undang-undang No. 30 Tahun 2000 6 Desain Tata Letak Sirkuit dalam undang-undang No. 32 Tahun 2000

d. Indikasi Geografis

Suatu karya intelektual tradisional ternyata meemiliki kaitan yang sangat erat dengan indikasi geografis dan indikasi asal dimana karya tersebut oleh anggapan masyarakat umum dijadikan sebagai publik domain. Indikasi Geografis adalah sustu tanda yang menunjukan daerah asal suatu barang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor 29 alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Indikasi Geografis atau indikasi asal memiliki kesamaan dengan merek yaitu sebagai tanda namun fungsinya disini adalah untuk mengindikasikan asal usul dan jaminan kualitas dari suatu prodok yang dipasarkan. Perlindungan indikasi geografis tersebut meliputi barang-barang yang dihasilkan oleh 21 : -Barang hasil pertanian - Hasil kerajinan tangan - Makanan Misal: Gudeg Jogja, Brem Bali, Batik Solo dan sebagainya. Yang berhak mengajukan perlindungan indikasi geografis antara lain oleh : 1. Lembaga yang memiliki masyarakat didaerah yang memproduksi barang tersebut antara lain : a. Produsen barang-barang hasil pertanian b. Pembuat barang-barang kerajinan tangan atau hasil pertanian atau hasil industri. c. Pedagang yan menjual barang-barang tersebut. 2. Lembaga yang diberi kewenangan untuk itu Yang dimaksud lenbaga yang mendapat kewenangan ini adalah lembaga yang mewakili masyarakat didaerah itu yang memproduksi barang-barang tersebutatau lembaga Pemerintah Daerah atau Lembaga resmi lainnya. 3. Kelompok konsumen barang-barang tersebut. 21 . Sutijarto, Hak Atas Kekayaan Intelektul dan Kekayaan Intelektual dan kekayaan Intelektual Tradisional dalam Konteks Otonomo Daerah, Yogyakarta, 2000, Mimbar Hukum, hlm. 71 30

2. Tinjauan Tentang Hak Cipta a. Pengertian Hak Cipta

Dalam kepustakaan hukum Indonesia yang pertama dikenal adalah Hak Pengarang atau Hak Pencipta autor right, yaitu setelah diberlakukannya Undang-Undang Hak Pengarang Auteurswet 1912 Stb. 1912 Nomor 600 , kemudian menyusul istilah Hak Cipta. Istilah inilah yang kemudian dipakai dalam peraturan perundang-undangan selanjutnya. Pengertian kedua istilah tersebut menurut sejarah perkembangannya mempunyai perkembangan yang cukup besar 22 Pengertian Hak Cipta 23 asal mulanya menggambarkan hak untuk menggandakan atau memperbanyak suatu karya cipta. Istilah copyright Hak Cipta tidak jelas siapa yang pertama kali memakainya, tidak ada satu pun perundang-undangan yang secara jelas menggunakannya pertama kali. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi ijin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disebutkan dalam Undang-Uundang Hak Cipta, Hak Cipta merupakan hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. Dalam pengertian pengumuman atau memperbanyak disini termasuk kegiatan menterjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalih wujudkan, 22 Muhamad Djumhana, Hak Milik Intelektual Sejarah,Teori dan Prakteknya di Indonesia, Bandung, 2003, PT. Citra Aditya Bakti, hlm.47. 23 Copyright law is a kind of giant First Amendment duty-free zone. It flouts basic free speech obligations and standards of review.2 It routinely produces results that, outside copyright’s domain, would be viewed as gross First Amendment violations. Outside of copyright, for example, a court order suppressing a book especially in the form of a preliminary injunction is called a ―prior restraint,‖ ―the most serious and the least tolerable infringement on First Amendment rights.‖3 In copyright law, however, such orders are routine. Just last year, in a much-publicized case, a federal district court enjoined publication of The Wind Done Gone, the novel about a slave born on Gone with the Wind ’s Tara plantation. Jed Rubenfeld, The Freedom of Imagination: Copyright’ Constitutionality, The Yale Law Journal, Vol. 112, 2002

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Terkait Lembaga Televisi Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

0 33 113

PENGRAJIN BATIK DAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Pengrajin Batik Dan Hak Kekayaan Intelektual: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Hak Cipta Batik Di Kampung Laweyan Surakarta.

0 2 19

PENGRAJIN BATIK DAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Pengrajin Batik Dan Hak Kekayaan Intelektual: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Hak Cipta Batik Di Kampung Laweyan Surakarta.

0 2 11

PENDAHULUAN Pengrajin Batik Dan Hak Kekayaan Intelektual: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Hak Cipta Batik Di Kampung Laweyan Surakarta.

0 3 15

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN HAK CIPTA LUKISAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA.

0 1 16

PERLINDUNGAN HUKUM KERAJINAN LUTIK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA (Studi Kasus Sentra Industri Kerajinan Lurik Batik di Kabupaten Klaten).

0 0 17

PERLINDUNGAN MOTIF BATIK MILIK PENGRAJIN PERORANGAN DI BOJONEGORO MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DAN FATWA MUI (STUDI KASUS DI SENTRA PENGRAJIN BATIK JENEGOROAN)

0 0 12

HAMBATAN BERLAKUNYA UNDANG UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

0 0 12

Undang-undang Republik lndonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

0 0 282

BAB III PENERAPAN UNDANG – UNDANG HAK CIPTA DALAM MEMBERI PERLINDUNGAN HUKUM KARYA CIPTA BATIK YANG BELUM BERKEADILAN - REKONSTRUKSI PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA BAGI KESEJAHTERAAN HIDUP PENGRAJIN BATIK YANG BERBASIS NILAI KEADILAN (STUDI KASUS PENGRAJIN

0 0 108