ANALISIS DANA PERIMBANGAN DAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2002 – 2009

ABSTRAK

ANALISIS DANA PERIMBANGAN DAN PENERIMAAN PAJAK
DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2002 – 2009.
0leh
Jaya Sijabat

Didalam pelaksanaan otonomi daerah diharapkan agar daerah mampu mengurangi
ketergantungan masalah pembiayaan dari pemerintah pusat, sehingga daerah dapat
lebih mandiri, yang salah satunya diindikasikan dengan meningkatnya kontribusi
pendapatan asli daerah (PAD) dalam pembiayaan daerah. Pemberian transfer
pusat ini diharapkan agar daerah mempunyai tingkat kesiapan fiskal yang relatif
sama dalam mengimplementasikan otonomi daerah. Daerah diharapkan mampu
mengalokasikan sumber dana ini pada sektor-sektor produktif yang mampu
mendorong adanya peningkatan investasi di daerah dan juga pada sektor yang
berdampak pada peningkatan pelayanan publik, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kontribusi pelayanan terhadap pajak.
Dari hasil penelitian ini yang menggunakan alat analisis deskriptif menunjukkan
bahwa transfer pemerintah pusat tidak meningkatkan kemandirian pemerintah
daerah. Tidak adanya pengaruh yang berarti dari transfer pemerintah pusat

terhadap upaya perolehan pajak daerah. Hal ini dilihat dari proporsi transfer pusat
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Lampung Tengah masih tinggi
termasuk pajak daerah, Proporsi transfer pusat terhadap belanja daerah
berpengaruh positif, Proporsi PAD Kabupaten Lampung Tengah tidak
berpengaruh besar terhadap belanja daerah Kabupaten Lampung Tengah, dan
peningkatan alokasi transfer diikuti dengan pertumbuhan belanja yang tinggi.
Hasil ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah tidak mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan daerah sehingga pendapatan dari transfer pemerintah
pusat masih dalam jumlah yang cukup besar dan pemerintah daerah Kabupaten
Lampung Tengah masih tergantung dengan transfer dari pemerintah pusat dalam
hal pembiayaan daerah.

Kata Kunci : Keuangan Daerah, Dana Perimbangan, Pajak Daerah.

ABSTRACT

ANALYSIS OF FUND BALANCE AND LOCAL TAX REVENUE
LAMPUNG TENGAH REGENCY
IN 2002–2009.
By:

Jaya Sijabat

In the implementation of regional autonomy for the region is expected to reduce
dependence on central government financing problems, so the area can be more
independent, one of which is indicated by the increasing contribution of local
revenues (PAD) in the area of financing. Provision of central transfers is expected
to have a level area that is relatively the same fiscal readiness in implementing
regional autonomy. Areas expected to be able to allocate these resources to
productive sectors to encourage an increase in investment in the region and also in
sectors that have an impact on improving public services, which in turn can
increase the contribution of services to tax.
From the results of this research is using descriptive analysis shows that central
government transfers do not increase the independence of local governments. The
absence of significant influence of the central government transfers to the
acquisition of local tax effort. It is seen from the proportion of central transfers to
local revenue (PAD) Lampung Tengah Regency was still high, including local
taxes, Proportion of central transfers to local spending has positive, Lampung
Tengah Regency PAD Proportions not significantly affect the shopping area of
Lampung Tengah Regency, and the increase transfer allocation followed by a high
expenditure growth. These results indicate that local governments do not optimize

local revenue sources so that the revenue from central government transfers are
still in large numbers and local government Lampung Tengah Regency still
depend on transfers from the central government in terms of local financing.
Keywords : Regional Finance, Fund Balance, Regional Tax.

ii

ANALISIS DANA PERIMBANGAN DAN
PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2002–2009

Oleh

JAYA SIJABAT
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMPUNG

iii

BANDAR LAMPUNG
2011

Judul Skripsi

: ANALISIS DANA PERIMBANGAN DAN
PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2002–2009

Nama Mahasiswa

: Jaya Sijabat


No. Pokok Mahasiswa : 0411021073
Jurusan

: ekonomi Pembangunan

Fakultas

: Ekonomi

MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing

Yourni Atmaja, S.E.
NIP 195107111983031001

2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. I Wayan Suparta, S.E, M.Si.
NIP 196112091988031003


iv

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

: Yourni Atmaja, S.E.

………………

Penguji Utama

: Rahmat, S.E.

………………

2. Dekan Fakultas Ekonomi


Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si.
NIP 196109041987031011

v

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 23 Februari 2011

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1985, merupakan
anak pertama dari pasangan Sihol Sijabat dan Mirnalina Br. Purba.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Way Hui
kecamatan Jati Agung pada tahun 1997, SLTP Pangudi Luhur Bandar Lampung
pada tahun 2000 dan SMU Negeri 13 Bandar lampung pada tahun 2003. Pada
tahun 2004 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada jurusan Ekonomi
pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung tahun akademik
2004/2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada bulan November 2007, Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kunjung

Lapangan (KKL) mata kuliah ekonomi Keuangan Internasional ( EKI) ke Jakarta.
Tempat yang dikunjungi antara lain : Bank Indonesia (BI), Bank Mandiri, Sekolah
Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI).

vi

MOTTO
Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki,
Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda
lakukan.
Thomas Jefferson

Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika
anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah
merasa cukup dalam hal apapun.
Oprah Winfrey

Lakukanlah hal yang terbaik, sebelum hal terbaik tersebut dilakukan
oleh orang lain
Jaya Sijabat


vii

PERSEMBAHAN

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, karya kecil ini ku persembahan
kepada:
Tuhan Yesus Kristus, yang selalu setia menyertai hidupku dan memimpin setiap
langkahku.
Bapak dan Mamak tersayang,
Atas segala doa, curahan cinta serta kasih sayang, terutama atas dukungan moril
dan materil yang takkan terbalaskan bahkan meski tlah mampu ku genggam dunia
ini beserta isinya. Hanya Tuhan yang mampu membalasnya.
Yang terkasih adik-adikku, Asran Sijabat, Yohanes Tanjung Mulyadi Sijabat, dan
Maria Fitri Sijabat.
Keluarga Besar Sijabat dan Keluarga Besar Purba
Yang tersayang, Margaretha Listi Purbasari, A.Md.
Atas kebersamaan dalam suka dan duka yang takkan lekang oleh waktu.
Almamater tercinta Universitas Lampung


viii

SANWACANA

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan kehendak-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini yang berjudul “ANALISIS DANA PERIMBANGAN DAN PENERIMAAN
PAJAK DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2002–
2009” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Puji Tuhan, selesainya skripsi ini merupakan ikhtiar penulis yang tak bisa lepas
dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini, penulis, dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof.Dr. H. Satria Bangsawan, S.E.,M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. I wayan Suparta, S.E.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dan Bapak

Muhammad Husaini, S.E.,M.EP. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung..

ix

3. Ibu Marselina, S.E.,M.P.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Bapak Yourni Atmaja, S.E.,M.Si. selaku Pembimbing Utama Skripsi yang
telah dengan sabar memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti dan
berkenan meluangkan waktu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Rahmat, S.E. selaku Dosen Penguji utama pada ujian Komprehensif;
terimakasih untuk masukan dan saran-saran yang diberikan dalam penulisan
skripsi ini.
6. Para Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang tak bisa disebutkan
satu persatu, atas bimbingan dan pengajarannya selama penulis menjadi
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
7. Seluruh Karyawan Jurusan EP dan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
yang telah membantu penulis dalam proses akademis dan kemahasiswaan;
Bang Herman, Bu Mar, Mas Kus, dll.
8. Orang-orang yang menjadi panutan, motivator dan inspirasiku yaitu Bapakku
Sihol Sijabat dan Mamak ku Mirnalina Br. Purba yang telah berusaha keras
mengasuh dengan penuh kasih sayang, mendidik dengan sabar serta
mendukung dab selalu mendampingi disetiap langkahku dengan sabar.
9. Adik-adikku Asran Sijabat, Yohanes Tanjung Mulyadi Sijabat, dan Maria
Fitri Sijabat.
10. Margaretha Listi Purbasari, A.Md. yang telah banyak mengajarkan tentang arti
cinta dan hidup ini.

11. Rudi, Ilie dan heri yang menjadi teman terbaikku dari SMP hingga saat ini.
12. Kedua sahabat terbaikku Ojak dan Tobing semoga semua kenangan manis
selama ini tidak akan pernah terlupakan.

x

13. Teman-teman di Kampung Baru : Rod Lewi, Hendra, Sanggam, Exel, Lukas,
Ewin, Ardi, Gata, Van Mayel, Markus, Iko, Veking, Margo, Jonsar, Jono,
Toman, Charles, dan semua yang pernah berjuang bersama yang belum
disebutkan.
14. Teman-teman OMK Way Kandis.
15. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan angkatan 2004.
16. Terima kasih pada masalah atas segala keluh kesah dan solusi yang memberi
cukup arti.

Penulis menyadari Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan
sehingga penulis dapat menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif.
Penulis berharap skripsi ini, semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Terima Kasih.

Bandar Lampung, 23 Februari 2011
Penulis,

Jaya Sijabat

xi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Permasalahan...................................................................................... 10
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 11
D. Kerangka Pemikiran........................................................................... 11

II.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah dan Pemerintah Daerah........................................... 21
1. Otonomi Daerah................................................................................ 21
2. Pemerintahan Daerah........................................................................ 23
B. Teori Desentralisasi........................................................................... 24
1. Desentralisasi Fiskal di Indonesia.................................................... 26
2. Konsep Kesenjangan Fiskal.............................................................. 27
C. Upaya Fiskal (Fiscal Effort)............................................................... 30
D. Keuangan Daerah............................................................................... 31
E. Dana Perimbangan............................................................................ 34
1. Dana Bagi Hasil............................................................................... 35
a. Dana Bagi Hasil Pajak................................................................. 35
b. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam.......................................... 36
2. Dana Alokasi Umum....................................................................... 37

xii

3. Dana Alokasi khusus....................................................................... 37
F. Transfer Pusat ke Daerah..................................................................... 39
G. Pengertian Dan Konsep Pajak Daerah................................................ 42

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data....................................................................... 47
B. Metode Pengumpulan Data................................................................ 47
C. Alat Analisis....................................................................................... 48
D. Gambaran Umum Tempat Penelitian................................................ 49

IV.

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis dan Pembahasan.................................................................. 50
B. Mekanisme Transfer Pusat................................................................ 51
C. Proporsi Transfer Pusat terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). . . 53
D. Pengalokasian Transfer Pusat............................................................ 55
E. Proporsi Transfer Pusat terhadap Belanja Daerah............................. 59
F. Proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah. . 60
G. Upaya Pajak Kabupaten Lampung Tengah....................................... 60

V.

KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan......................................................................................... 61
B.Saran.................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar

1. Kerangka Hubungan Antara Pusat danDaerah.............................................. 33

2. Kriteria Penentuan Daerah Penerima DAK.................................................. 38

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman
TABEL

1. Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Lampung
Tengah
Periode
2002-2009.
......................................................................................................................
5
2. Realisasi PAD Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2002-2009..................6
3. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah
Tahun
Anggaran
2002-2009
......................................................................................................................
7
4. Jenis Pajak Propinsi dan Kabupaten/Kota....................................................46
5. Transfer Pusat ke Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2002-2009.............52
6. Proporsi Transfer Pusat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten
Lampung
Tengah
Tahun
2002-2009
......................................................................................................................
53
7. Alokasi Dana Transfer Pusat Kabupaten Lampung Tengah
Tahun
2002-2009
......................................................................................................................
55
8. Proporsi Transfer Pusat Terhadap Belanja Daerah Kabupaten Lampung
Tengah
Tahun
2002-2009
......................................................................................................................
59
9. Proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah
Kabupaten
Lampung
Tengah
Tahun
2002-2009
......................................................................................................................
60

xv

10. Perkembanagan Dana Alokasi Umum (dalam satuan rupiah) dan upaya
Pajak
Kabupaten
Lampung
Tengah
Tahun
2002-2009
......................................................................................................................
61

xvi

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa pada bab sebelumnya, dan analisa terhadap permasalahan yang
ada, maka dapat ditarik kesimpulan dalam tulisan ini adalah :
1.

Mekanisme transfer pusat berdasarkan UU No. 25 Tahun 1999 yang kemudian

diperbahurui menjadi UU No. 33 Tahun 2004 yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK).
2.

Proporsi transfer pusat terhadap pendapatan asli daerah masih tertinggi

dibandingkan dengan pendapatan penerimaan daerah Kabupaten Lampung Tengah
termasuk Pajak Daerah. Transfer pemerintah pusat justru menjadi diisentif bagi daerah
dalam meningkatkan upaya pajak. Ketika transfer pusat yang diterima semakin tinggi
maka upaya pajak pemerintah Kabupaten Lampung Tengah justru semakin rendah.
3.

Proporsi transfer pusat terhadap berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Jika

transfer pusat meningkat, belanja daerah Kabupaten Lampung Tengah pun ikut
meningkat.
4.

Proporsi PAD Kabupaten Lampung Tengah tidak berpengaruh besat terhadap belanja

daerah Kabupaten Lampung Tengah. Jadi dapat dilihat bahwa transfer pemerintah pusat
begitu dominan dalam membiayai belanja pemeritah daerah.
5.

Peningkatan alokasi transfer diikuti dengan pertumbuhan belanja yang lebih tinggi.

Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa peningkatan belanja yang tinggi tersebut
dikarenakan inefesiensi belanja pemerintah daerah Kabupaten Lampung Tengah,
terutama belanja operasional. Kecenderungan ini menunjukkan ketergantungan
pemerintah Kabupaten Lampung Tengah kepada pemerintah pusat masih tinggi.

6.

Peningkatan transfer pemerintah pusat akan diikuti dengan peningkatan belanja

daerah Kabupaten Lampung Tengah dan juga peningkatan dalam pajak asli daerah
Kabupaten Lampung Tengah walaupun peningkatan PAD Kabupaten Lampung Tengah
tidak sebanding dengan peningkatan belanja daerah Kabupaten Lampung Tengah dan
transfer pemerintah pusat. Hal ini sesuai dengan teori the flypaper effect yang
menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah daerah akan semakin besar jika
pendanaannya yang berasal dari transfer pemerintah pusat dibandingkan dengan
pendanaan yang berasal dari sumber Penerimaan Asli Daerah (PAD). Ketika
pengeluaran semakin besar maka kesenjangan fiscal juga semakin besar. Untuk
mengatasi masalah tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Lampung Tengah akan
meningkatkan pinjaman daerah atau memungut pajak tambahan sebagai sumber
pendanaan.
7.

Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah melakukan upaya dalam usaha untuk

meningkatkan penerimaan pajak. Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten
Lampung Tengah dalam meningkatkan pajak adalah peningkatan potensi PAD yang
meliputi, Melaksanakan Penyusunan data potensi sumber-sumber penerimaan daerah
yang akurat, Menggali sumber-sumber PAD yang belum terpungut, Sosialisasi pajak
kepada warga masyarakat, Menyesuaikan aspek-aspek yang diatur dalam peraturan
daerah dan ketentuan/ peraturan-peraturan lainnya mengenai penerimaan daerah,
memberikan penghargaan kepada aparat pengelola, Memperbaiki menajemen
pengelolaan pendapatan daerah, Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas, Pemasangan iklan himbauan pajak. Dan tahap penggalian
sumber PAD yang belum terpungut yaitu, Pendapatan serta sosialisasi dan inventarisi
sumber-sumber pajak yang belum dikelola.

B. Saran – saran
1. Pemerintah daerah Kabupaten Lampung Tengah harus mengurangi ketergantungan
terhadap transfer pemerintah pusat dengan melakukan upaya meningkatkan kemampuan
penerimaan daerah, khususnya penerimaan pajak harus diarahkan pada usaha-usaha yang
terus menerus dan berlanjut agar penerimaan pajak tersebut dapat meningkat.
2. Sistem pengawasan yang baik akan memberikan dampak terhadap upaya peningkatan
penerimaan pajak daerah, karena akan mendorong:
1.

Peningkatan jumlah wajib pajak

2.

Peningkatan cara penetapan pajak

3.

Peningkatan pemingutan pajak dalam jumlah yang benar dan tepat pada waktunya.

4.

Peningkatan dalam sistem pembukuan sehingga memudahkan dalam hal pencarian
data dan tunggakan pajak yang akan mempemudah penagihannya serta memperbaiki
administrasi maupun operasional.

3.

Pemerintah daerah perlu melakukan kerjasama dengan swasta dengan mendirikan

perusahaan daerah yang baru sehingga menjadi sumber penerimaan daerah disamping
dari penerimaan daerah lainnya terutama penerimaan dari pemerintah pusat.
4.

Dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pengelola pajak itu sendiri,

dalam hal ini merupakan usaha yang positif dengan menggerakkan dan mengerahkan
sumberdaya pegawai dalam organisasi agar berhasil mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan mengikutsertakan pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan daerah dan meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat pentingnya
membayar pajak yang akan digunakan untuk pembangunan daerah.
5.

Agar penelitian yang sejenis dapat lebih baik di masa yang akan datang, Peneliti

menyarankan agar ditambahkan variabel inflasi sehingga dapat diketahui nilai riil dari
penelitian ini.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi global senantiasa berdampak terhadap negara-negara yang sedang
berkembang, selain mendorong perkembangan ekonomi lokal dampak lain adalah terjadinya
ketergantungan dengan negara adikuasa.
Tampaknya seluruh negara telah membuka perekonomiannya dengan melakukan hubungan
dengan negara-negara lain (open economy),konsekuensinya adalah lemahnya posisi negara
sedang berkembang seperti Indonesia dalam menghadapi perekonomian global.dan
ketergantungan dengan situasi perekonomian dunia.

Dengan terjadinya krisis moneter dan transisi politik, sejak 1 Januari 2001,
Republik Indonesia mengambil sikap melalui kebijakan dalam bidang reformasi sistim
pemerintahan sentralistik menjadi sistim pemerintahan yang desentralistik (otonomi daerah)
yang didasarkan pada UU No. 22 tahun 1999 tentang “Pemerintah Daerah” dan UU No. 25
tahun 1999 tentang “Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah”. Dalam
perkembangannya kedua regulasi ini diperbaharui dengan UU No.32 tahun 2004 dan UU No.
33 tahun 2004, yang pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang
lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi dimana kota dan kabupaten bertindak
sebagai “motor” sedangkan pemerintah propinsi sebagai koodinator. Dengan demikian
pemerintah daerah diberikan kekuasaan untuk mengatur dan menetapkan arah pembangunan
daerah masing-masing yang disesuaikan dengan potensi yang tersedia,sehingga daerah tidak
lagi sekedar menjalankan instruksi dari pemerintah pusat, tetapi dituntut untuk
mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam mengoptimalkan potensi sumber daya yang
selama ini dimiliki secara efektif dan efisien.

Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah maka salah satu tujuan pemberian otonomi kepada
daerah pada prinsipnya untuk memungkinkan daerah mengurus dan mengatur rumah
tangganya sendiri agar berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat serta pelaksanaan pembangunan (Moneyzar
Usman, 1997 :1) (dalam Ganie, 2004). Inti dari hakekat otonomi adalah adanya kewenangan
daerah, bukan pendelegasian (Saragih, 2003).

Pelaksanaan Otonomi Daerah hingga saat ini memang sudah berjalan di tiap kabupaten/kota
di Indonesia, akan tetapi realitas menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum dapat
sepenuhnya lepas dari pemerintah pusat di dalam mengatur rumah tangga daerah. Hal ini
tidak hanya terlihat dalam konteks kerangka hubungan politis dan wewenang daerah, namun
juga terlihat dalam hubungan keuangan pusat dan daerah (Simanjuntak, 2001)

Dalam peralihan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintah daerah menjadi
salah satu komponen penting dalam proses pembangunan, sistem ini dikenal sebagai
desentralisasi. Desentralisasi membawa dampak yang berbeda bagi perekonomian daerah.
Desentralisasi dapat meningkatkan respon pemerintah daerah terhadap penyediaan barang
dan jasa publik di daerah dan kebijakan desentralisasi ini ditujukan untuk mewujudkan
kemandirian suatu daerah.

Dalam upaya mewujudkan kemandirian Pemerintah Daerah yang dinamis dan bertanggung
jawab, serta mewujudkn pemberdayaan dan otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata
perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah yang
dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi mulai dari aspek perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi sehingga otonomi yng diberikan kepada daerah akan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dari berbagai bentuk kemandirian daerah, salah satu diantaranya adalah dengan dilakukannya
pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional, karena pembangunan daerah turut menentukan berhasil tidaknya
pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mampu menciptakan
sistem manajemen yng mampu mendukung operasionalisasi pembangunan daerah.

Bagi pemerintahan daerah salah satu aspek yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah
pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrument kebijakan yang utama bagi
Pemerintah Daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan pencerminan
kebijaksanaan dan program kegiatan dalam satu tahun anggaran daerah dalam bentuk uang.
Pengelolaan APBD dilaksanakan berdasarkan aturan keuangan daerah yang tercermin dalam
APBD tersebut merupakan motor penggerak dalam kegiatan otonomi daerah, maupun
penunjang bagi pelaksanaan pembangunan sektoral yang dilaksanakan daerah (Supriatna,
1996 : 175 yang dikutip dalam Ganie, 2004).

Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu dari beberapa Kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Lampung yang memiliki potensi yang cukup baik dan dapat menjalankan Otonomi
Daerah di Provinsi Lampung. Dengan ketersediaan potensi yang dimiliki Kabupaten
Lampung Tengah sudah selayaknya pemerintah kabupaten dapat mengembangkan sumber
daya potensial yang tersedia dan mengurangi ketergantungan dari Pusat sehingga pemerintah

daerah mampu meningkatkan penerimaan daerah dengan tidak menimbulkan distorsi pasar
dan high cost economy yang disertai dengan upaya pemerintah daerah dengan meningkatkan
pelayanan publik. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah harus mampu menyelenggarakan
pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan secara efektif dan efisien, salah satu bentuk penyelenggaraan itu dalam hal
pengelolaan APBD.
Sejak implementasi otonomi yang luas dan desentralisasi yang sekarang dapat dinikmati oleh
pemerintah daerah kabupaten dan kota sehingga pemerintah daerah Kabupaten Lampung
Tengah dapat melakukan pembahuruan sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki.

Tabel 1.Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Lampung Tengah Periode 2002 – 2009
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Rata-rata

Penerimaan
(Rp)
231.198.865.538,81
296.008.076.522,18
369.344.394.507,95
362.985.447.247,06
411.681.662.993,70
595.004.847.734,32
665.973.208.162,83
742.869.327.452,96

Perkembangan
(%)
28,03
31,72
(2,75)
21,06
79,29
30,70
33,26
31,62

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah Kab. Lampung Tengah 2010 .

Tabel 1. memperlihatkan perkembangan APBD Kabupaten Lampung Tengah dalam kurun
waktu 8 tahun yaitu dari periode 2002 – 2009 berfluktuasi dengan perkembangan tertinggi
dari sebelumnya terjadi pada tahun 2007 sebesar 79,29 persen, dan perkembangan terendah
dari tahun sebelumnya terjadi pada tahun 2003 sebesar 28,03 persen dengan rata-rata

perkembangan sebesar 31,62 persen. Penurunan perkembangan APBD yang sangat tajam
terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar -2,75.

Secara umum, penerimaan pemerintah (termasuk pemerintah daerah) dapat
bersumber dari pajak (taxes), retribusi (user charges) dan pinjaman (Musgrave dan
Musgrave, 1991: 225). Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada
masyarakat berdasarkan asas desentralisasi, daerah diberikan kewenangan untuk memungut
pajak dan retribusi (tax assignment) serta mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam
pemungutan pajak(taxing power). Selain itu, daerah juga menerima bagi hasil penerimaan
(revenue sharing) serta bantuan keuangan (grant) atau dikenal sebagai dana perimbangan
sebagai sumber dana bagi APBD, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Tabel 2. Realisasi PAD Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2001- 2009.
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

Pajak (Rp)
14.296.330.014,30
19.686.070.727,69
22.406.753.437,58
22.304.069.191
28.288.077.272
26.975.594.010
30.411.161.966,81
39.265.916.881

Retribusi (Rp)
8.412.866.452,80
9.814.868.121.,50
10.292.417.728
10.498.676.576
12.744.984.980
11.088.122.062
12.533.404.985
14.414.767.716

Laba BUMD(Rp)
260.000.000
643.804.291,29
867.724.770,99
1.871.141.919
2.334.373.404
2.196.129.542
2.149.979.288
2.509.144.000

PAD Lain (Rp)
727.473.088,48
1.441.540.633,82
1.944.902.024,90
2.015.688.056
2.706.064.066,70
5.877.413.556,16
8.620.368.522,15
8.936.020.117,96

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah Kab.Lampung Tengah 2010 .

Tabel 2 diatas memperlihatkan realisasi masing-masing PAD yang terdiri dari pajak, retribusi,
Laba BUMD dan PAD lain yang syah. Dilihat dari data Tabel di atas dari tahun 2002 hingga
tahun 2009, pajak dan retribusi memegang peranan penting karena merupakan bagian
pendapatan yang menyumbangkan paling besar dibandingkan dengan pendapatan lainnya
dalam PAD KabupatenLampung Tengah .

Idealnya sumber PAD mampu menyumbangkan bagian terbesar dari seluruh pendapatan
daerah dibandingkan dengan sumber pendapatan lainnya. Hubungan keuangan yang ideal
akan dapat berlangsung apabila setiap tingkatan pemerintahan bisa bebas menggunakan
keuangannya untuk membiayai tugas, wewenang, atau fungsi dari pemerintahan masingmasing. Hal ini berarti seharusnya pendapatan yang berasal dari daerahnya sendiri menjadi
sumber pendapatan utama atau dengan kata lain pemberian dana dari pemerintah pusat
sebagai sumber pembiayaan pembangunan menjadi sumber penerimaan yang kurang penting.
Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut agar lebih jeli dan peka dalam menggali dan
mengolah sumber-sumber potensial daerahnya sehingga Pendapatan Asli Daerah dapat
meningkat.

Tabel 3. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Pusat
Kabupaten Lampung Tengah Tahun Anggaran 2002-2009
Tahun

PAD
(Rp)

2002
23.696.669.555,58
2003
31.586.283.774,30
2004
35.500.797.961,47
2005
36.689.575.342,06
2006
46.073.499.722,70
2007
46.137.259.170,16
2008
53.714.914.761,96
2009
65.125.848.714,96
Rata-rata

Perkembanga
n
(%)

Transfer Pusat
(RP)

Perkembangan
(%)

33,29
12,39
3,35
25,58
0,14
16,42
21,24
16,06

160.091.203.600
199.350.000.000
240.050.000.000
243.544.000.000
268.151.000.000
449.491.000.000
498.467.000.000
552.159.017.000

24,52
20,42
1,46
10,10
67,63
10,90
10,77
20,83

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah Kab.Lampung Tengah 2010 .

Tabel 3 memperlihatkan perkembangan PAD dan penerimaan Transfer Pusat Kabupaten
Lampung Tengah dalam kurun waktu 8 tahun yaitu tahun anggaran 2002 sampai tahun 2009
berfluktuasi. Perkembangan PAD tertinggi dari tahun sebelumnya terjadi pada tahun 2006
yaitu sebesar 25,58 persen, dan perkembangan terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar
0,14 persen dengan rata-rata perkembangan 16,06 persen. Perkembangan Transfer Pusat

tertinggi dari tahun sebelumnya terjadi pada tahun 2007 dan terendar terjadi pada tahun 2005
dengan rata-rata perkembangan 20,83 persen.

Dilihat dari Tabel 3 diatas sumber pembiayaan dari Pendapatan Daerah Kabupaten Lampung
Tengah relatif rendahi untuk membiayai seluruh kebutuhan pengelurannya, hal ini terlihat
dari rendahnya kontribusi PAD dalam penerimaan Daerah dibandingkan dengan kontribusi
transfer pusat (Tabel 3) Sedangkan dalam Struktur PAD Kabupaten Lampung Tengah, masih
didominasi oleh pajak daerah dan retribusi, hal ini menunjukkan belum optimalnya peran
BUMD dalam Penerimaan Kabupaten Lampung Tengah sehingga pemerintah Kabupaten
Lampung Tengah masih tergantung pada dana transfer pusat. Oleh karena itu Kabupaten
Lampung Tengah perlu meningkatkan pemasukannya sendiri; meningkatkan trasparansi,
akuntabilitas dan pengeluaran umum yang efisien; serta memperkuat proses-proses
penganggaran, pencatatan keuangan, pengadaan dan pemeriksaan.

Berdasarkan teori federalisme fiskal, transfer antar pemerintah dapat mengurangi masalah
yang berkaitan dengan desentralisasi, seperti kesenjangan daerah, eksternalitas, dan
rendahnya kualitas barang dan jasa publik di daerah (Oates, 1972). Dengan demikian, transfer
pemerintah menjadi bagian penting dari proses desentralisasi fiskal. Desentralisasi fiskal
menciptakan atau mendelegasikan tax base dari pemerintah pusat ke daerah, hal ini akan
meningkatkan kompetensi dalam meningkatkan sisi keuangan daerah, namun dapat juga
mengurangi insentif dalam upaya perolehan pajak sehingga meningkatkan ketergantungan
terhadap pemerintah pusat dan memperburuk kesenjangan fiskal.
Hubungan antara transfer antar pemerintah dengan upaya perolehan pajak daerah memiliki
dua efek, yaitu transfer dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap upaya perolehan pajak
daerah. Kedua efek tersebut dijelaskan berikut.

Pertama, berdasarkan asumsi maksimisasi manfaat yang rasional (rational benefit
maximization) disebutkan bahwa transfer mengurangi upaya perolehan pajak daerah karena
adanya efek subtitusi. Pemerintah daerah mensubtitusi biaya pajak yang mahal dengan
transfer yang diberikan pemerintah daerah. Pendekatan dengan teori ini mengasumsikan
bahwa pengeluaran daerah tetap. Dalam kasus ini. Pemerintah daerah hanya merelokasi
sumber penerimaan daerah dengan memilih sumber penerimaan dengan biaya yang murah
(Peterson,1997).

Kedua, berdasarkan teori the flypaper effect yang menyimpulkan bahwa pengeluaran
pemerintah daerah akan semakin besar jika pendanaannya berasal dari transfer pemerintah
pusat dibandingkan dengan pendanaan yang berasal dari Penerimaan Asli Daerah. Ketika
pengeluaran semakin besar maka kesenjangan fiskal juga semakin besar. Untuk mengatasi
masalah tersebut, pemerintah daerah akan meningkatkan pinjaman daerah atau memungut
pajak tambahan sebagai sumber pendanaan (Hines dan Thaler, 1995).

Upaya pajak (tax effort) seringkali diidentikkan dengan tekanan fiskal (fiscal Stress).
Otonomi daerah ditunjukkan untuk meningkatkan kemandirian daerah, yang diindikasikan
dengan meningkatnya pendapatan sendiri (PAD). Pemerintah cenderung menggali potensi
penerimaan pajak untuk meningkatkan penerimaan daerahnya (Shamsub dan Akoto, 2004
yang dikutip dalam Adi, 2008). Upaya pajak (Tax Effort) adalah peningkatan pajak daerah
yang diukur melalui perbandingan antara hasil penerimaan (realisasi) sumber- sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan potensi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. Tax
Effort menunjukkan upaya pemerintah untuk mendapatkan pendapatan bagi daerahnya
dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki. Potensi dalam pengertian ini adalah

seberapa besar target yang ditetapkan pemerintah daerah dapat dicapai dalam tahun anggaran
daerah tersebut.

Dengan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk menelaah hubungan dana
perimbangan dengan upaya perolehan pajak di Kabupaten Lampung Tengah dengan
melakukan penelitian yang berjudul :
“Analisis Dana Perimbangan dan Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Lampung
Tengah Tahun 2002-2009”.

B. Identifikasi Masalah
Dengan diberlakukannya Otonomi daerah maka terdapat kewenangan yang dimiliki daerah
untuk memberikan konsekuensi adanya tuntutan peningkatan kemandirian daerah (Sidik,
2002). Daerah diharapkan mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi (peningkatan
kesejahteraan masyarakat). Untuk itu, pemerintah daerah seyogyanya lebih berkonsentrasi
pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal, melakukan alokasi yang lebih efisien pada
berbagai potensi lokal yang sesuai dengan kebutuhan publik (Lin dan Liu,2000;
Mardiasmo,2002 dan Wong,2004). Peningkatan pertumbuhan ekonomi lebih cepat terwujud
dan pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja (kemampuan) keuangan daerah. Hal ini
berarti, idealnya pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan
terhadap pemerintah pusat, daerah menjadi lebih mandiri, yang salah satunya diindikasikan
dengan meningkatnya kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dalam hal pembiayaan daerah
(Adi,2007).
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh transfer pemerintah pusat terhadap upaya perolehan pajak daerah di
Kabupaten Lampung Tengah tahun 2002-2009.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh transfer pemerintah pusat terhadap upaya perolehan pajak
daerah di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2002-2009.

D. Kerangka Pemikiran
Otonomi Daerah adalah menyerahkan kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan
pemerintahan kepada daerah. Otonomi daerah memberikan kesempatan kepada aparat daerah
termasuk wakil-wakil rakyatnya untuk berpartisipasi di dalam merencanakan dan
melaksankan berbagai kebijaksanaan pembangunan tanpa harus diarahkan oleh pemerintah
pusat. Dengan demikian pembangunan daerah lebih berorintasi pada kebutuhan bukan
didasarkan kepada kemauan yang menjadi landasan pembangunan daerah.

Suatu daerah untuk dapat menjalankan hak otonominya harus memiliki kemampuan ekonomi
serta kemungkinan pengembangan untuk dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas
pembangunan di daerah, termasuk di dalamnya pembiayaan pembangunan sesuai dengan
prinsip ekonomi. Kemampuan ekonomi sangat menentukan bagi kelangsungan daerah agar
tidak selalu tergantung dan menjadi beban pemerintah pusat dalam penyediaan dana
keuangan daerahnya.

Sumber-sumber keuangan daerah dikelompokkan dalam dua kelompok utama, yaitu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber non Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Menurut UU No.34 Tahun 2004,

PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.

Berdasarkan Pasal 1 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desentralisasi merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan bernegara, terutama dalam
pelaksanaan pelayanan umum yang lebih baik dan proses pengambilan keputusan yang lebih
demokratis. Dengan dilaksanakannya desentralisasi, maka terjadi proses pelimpahan
kewenangan kepada tingkat pemerintahan di bawahnya untuk melakukan pembelanjaan,
memungut pajak (taxing power), membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),
memilih Kepala Daerah, serta adanya bantuan dalam bentuk transfer dari pemerintah pusat
kepada tingkat pemerintahan di bawahnya. Implikasi langsung pelaksanaan desentralisasi
fiskal adalah kebutuhan dana yang cukup besar sehingga diperlukan pengaturan perimbangan
keuangan pusat dan daerah untuk membiayai tugas dan tanggung jawab daerah.

Desentralisasi fiskal merupakan salah satu mekanisme transfer dana dari APBN dalam kaitan
dengan kebijakan keuangan negara yaitu untuk mewujudkan ketahanan fiskal yang
berkelanjutan (fiscal sustainability) dan memberikan stimulus terhadap aktivitas
perekonomian masyarakat. Dengan kebijakan desentralisasi fikal diharapkan akan
menciptakan pemertaan kemampuan keuangan antar daerah yang sepadan dengan besarnya

kewenangan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah otonom sehingga
kemandirian daerah pun dapat tercipta.

Transfer dana dari pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan penting bagi propinsi
maupun kabupaten/kota. Hal ini dikarenakan tingkat penerimaan di daerah masih relatif
rendah dibandingkan dengan penerimaan pemerintah pusat. Namun keterbatasan penerimaan
tersebut, pemerintah daerah dihadapkan dengan besarnya tingkat pengeluaran untuk
membiayai berbagai kebutuhan di tingkat daerah sehingga terjadi ketimpangan antara
besarnya penerimaan dan pengeluaran daerah. Besarnya kebutuhan fiskal daerah hanya
ditopang dengan minimnya potensi fiskal di daerah.

Pada dasarnya pemerintah daerah dihadapkan pada persoalan tingginya kebutuhan fiskal
daerah (fiscal need) sementara kapasitas fiskal daerah tidak mencukupi. Hal ini menyebabkan
terjadinya kesenjangan fiskal (Mardiasmo, 2002:147). Transfer dari pemerintah di tingkat
propinsi maupun kabupaten/kota merupakan satu cara untuk mengoreksi kesenjangan fiskal
tersebut.

Berbagai tujuan dari transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, antara lain:
1.

Membiayai seluruh atau sebagian biaya penyediaan jasa-jasa pelayanan atau programprogram pembangunan yang kepentingannya bersifat nasional.

2.

Mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan program-program
pembangunan dan pelayanan sesuai dengan kebijakan nasional.

3.

Merangsang pertumbuhan ekonomi daerah serta mengurangi ketimpangan antar
daerah.

4.

Mengendalikan pengeluaran daerah agar sesuai dengan kebijakan dan standar
nasional.

5.

Menjaga standar penyediaan jasa-jasa dan mengusahakannya agar lebih merata.

6.

Mengembangkan daerah-daerah yang kapasitas fiskalnya rendah agar penerimaan
langsung daerah meningkat.

Dalam menciptakan kemandirian daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu menggali
sumbersumber keuangan lokal, khususnya melalui Pendapatan Asli Daerah sehingga
ketergantungan pada transfer dari pemerintah pusat akan semakin dibatasi setiap tahunnya.
Oates (1995) memberikan alasan kenapa pemerintah daerah harus mengurangi
ketergantungan ini:
1.

Transfer pusat biasanya disertai dengan persyartan tertentu, sehingga otonomi relative
bersifat kompromis, terlebih bila dana transfer merupakan sumber dominan
penerimaan lokal.

2.

Ketergantungan pada transfer justru mengurangi kreatifitas lokal untuk mengambil
kebijakan terkait dengan penerimaan lokal yang lebih efisien.

Upaya pajak (tax effort) merupakan aspek yang relevan bila dikaitkan dengan tujuan otonomi
daerah, yaitu peningkatan kemandirian daerah. Kemandirian daerah seringkali diukur dengan
menggunakan Pendapatan Asli Daerah, dimana pajak daerah dan retribusi daerah menjadi
komponen PAD yang memberikan kontribusi yang sangat besar.

Pajak daerah adalah pajak yang diungut oleh pemerintah derah. Pajak ini dalah salah satu
penyumbang yang cukup besar dalam PAD. Untuk mengurangi ketergantungan pada transfer
pemerintah pusat, pemerintah daerah Kabupaten Lampung Tengah perlu menelusuri upaya-

upaya untuk meningkatkan kapasitas finansialnya dengan mengembangkan basis pajak,
meningkatkan pengumpulan pajak dan retribusi, merasionalkan pengeluaran,
mempromosikan kemitraan swasta-pemerintah dalam menyediakan pelayanan kota dan
menggunakan lahan kota sebagai sumber daya yang penting dan merestrukturisasi kesulitan
BUMD dan instansi layanan publik pemerintah lainnya agar lebih Profitable dan
meningkatkan cost recovery untuk pelayanan sehingga dapat membantu Peningkatan PAD
dan membangun mekanisme keuangan Kabupaten Lampung Tengah yang berkelanjutan.

Optimalisasi penerimaan pajak atau upaya fiskal (Fiscal Effort) yang memperlihatkan
seberapa besar usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam peningkatan pajak
hendaknya didukung dengan upaya pemerintah daerah Kabupaten Lampung Tengah dalam
meningkatkan pelayanan publik masyarkat daerahnya. Menurut Mardiasmo (2002),
eksploitasi terhadap PAD yang berlebihan justru akan semakin membebani masyarakat,
menjadi diinsentif bagi daerah dan mengancam perekonomian makro.

Dilihat dari data yang ada menunjukkan bahwa nominal PAD Kabupaten Lampung Tengah
terus menerus meningkat dari tahun 2002 hingga tahun 2009. Tetapi kontribusi PAD yang
dari tahun ke tahun ini mengalami peningkatan belum mampu menyeimbangi transfer pusat
(DAU dan DAK). Kondisi ini menggambarkan belum optimalnya upaya fiskal (fiscal effort)
pemerintah daerh Kabupaten Lampung Tengah dalam menggali dan mengolah potensi
sumber daya lokal yang dimiliki.