Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Lanjut Usia di Pos Pembinaan Terpadu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA LANJUT USIA
DI POS PEMBINAAN TERPADU
KELURAHAN CEMPAKA PUTIH
TAHUN 2012
SKRIPSI

OLEH:
ERNIATI
NIM: 108101000019

PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI

Skripsi, 22 Mei 2013
ERNIATI, NIM : 108101000019

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Lanjut Usia
di Pos Pembinaan Terpadu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
xiv + 89 halaman, 19 tabel, 9 Grafik, 5 lampiran
ABSTRAK
Meningkatnya populasi lansia dan juga terjadinya perubahan gaya hidup akibat
pengaruh globalisasi mengakibatkan timbulnya transisi epidemiologi dimana terjadi
pergeseran pola penyakit menular yang diganti oleh penyakit degeneratif. Salah satu
penyakit degeneratif yang menjadi masalah penting pada lansia adalah diabetes melitus
(DM) di mana jenis DM pada lansia umumnya adalah DM tipe 2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
DM tipe 2 pada lansia di posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini
merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan
data dilakukan melalui pengukuran gula darah dengan glucosemeter, wawancara dengan
kuesioner dan FFQ semikuantitatif serta pengukuran lingkar pinggang dengan pita meteran.
Responden penelitian ini adalah lansia yang berusia ≥60 tahun yang dipilih melalui metode
simple random sampling. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis data
univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan uji t independen serta analisis

data multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM tipe 2 pada lansia sebesar
21.5%. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan tingkat kemaknaan 10% dapat diketahui
bahwa faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 adalah konsumsi serat, konsumsi
magnesium, beban glikemik, aktivitas fisik, dan riwayat keluarga DM. Sedangkan faktor
yang tidak berhubungan terhadap DM tipe 2 adalah konsumsi lemak, merokok, dan lingkar
pinggang. Dan berdasarkan hasil uji multivariat diperoleh bahwa faktor risiko yang paling
dominan terhadap DM tipe 2 adalah riwayat keluarga DM.
Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan berupa peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat tentang gaya
hidup sehat dan pola makan yang baik terutama mereka yang sudah memiliki riwayat
keluarga DM melalui penyuluhan ke sekolah – sekolah dengan materi penyuluhan yang
spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki sore atau senam lansia yang
dipandu salah satu lansia, pemberian informasi tentang manfaat dan sumber serat yang baik,
serta pembentukan lebih banyak posbindu agar bisa menjangkau semua lansia yang ada
dalam kelurahan tersebut.
Daftar bacaan : 57 (1991 – 2010)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

SPECIALISATION OF NUTRITION
Undergraduate Thesis, May 22nd,2013
ERNIATI, NIM: 108101000019
The Factors That Associated with Type 2 Diabetes Mellitus in Elderly at Posbindu
Cempaka Putih Village 2012
xiv + 89 pages, 19 tables, 9 graphs, 5 attachments
ABSTRACT
Increased of elderly population and also a change in lifestyle due to the influence of
globalization resulted in epidemiological transition in which a shift in the pattern of
infectious diseases replaced by degenerative diseases. One of degenerative diseases which
is an important problem in elderly is diabetes mellitus (DM) especially type 2 diabetes
mellitus.
This study aims to determine the factors that associated with type 2 diabetes in
elderly at Posbindu Cempaka Putih Village in 2012. This study is an analytic epidemiologic
study with cross-sectional design. Data is collected by measuring blood sugar with
glucosemeter, interviews with questionnaires and semiquantitative FFQ and the
measurement of waist circumference with measuring tape. Respondents of this study were
elderly aged ≥ 60 years that were selected through simple random sampling method.
Analysis of the data in this study consists of univariate analysis, bivariate analysis using the
chi-square test and independent t-test and multivariate analysis using multiple logistic

regression.
The results showed that the prevalence of type 2 diabetes in the elderly was 21.5%.
Based on the results of the bivariate test with a significance level of 10% can be known that
the factors that are associated with type 2 diabetes is the consumption of fiber, magnesium
intake, glycemic load, physical activity, and family history of diabetes. While the factors
that are not related to type 2 diabetes is fat consumption, smoking, and waist circumference.
And based on the results of multivariate analysis, it is found that family history of diabetes
is the most dominant factor associated with type 2 diabetes mellitus.
Therefore, it is advisable to carry out prevention and control efforts by increasing
motivation and awareness of a healthy lifestyle and a good diet, especially those who
already have a family history of diabetes through counseling to schools with counseling
materials specific to diabetes, implementing afternoon walk activities or doing gymnastics
which guided by one of the elderly, providing information about the benefits and good
sources of fiber and magnesium, as well as the formation of more posbindu in order to
reach all the elderly in the village.
Reference: 57 (1991 - 2013)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama

: Erniati

Tempat/Tanggal Lahir

: Sidojadi, 14 November 1990

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Belum Menikah

Kewarganegaraan

: Indonesia


Agama

: Islam

No Telepon/Hp

: 085297774831

Email

: salsabila.zukhrufa@gmail.com

Alamat

: Desa Sidojadi, Kec. Bukit Malintang, Kab. Mandailing
Natal, Sumatra Utara

Riwayat Pendidikan:
 1996 – 2002


SD Indpres No 144446 Lumban Dolok

 2002 – 2005

MTsN Siabu

 2005 – 2008

MAN 2 Model Padangsidimpuan

 2008 – Sekarang Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb


Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah memberikan rahmat, karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2
pada Lanjut Usia di Pos Pembinaan Terpadu Kelurahan Cempaka Putih Tahun
2012”. Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Orang tua dan Abang yang selalu mendoakan dan memberikan support agar
penulis tetap semangat dalam proses penyusunan skripsi.
2. Prof. Dr. (hc).dr. M.K Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM. MKM sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang sudah memberikan
ilmu yang bermanfaat bagi penulis.


viii

6. Staf Puskesmas Ciputat Timur dan Kader Kelurahan Cempaka Putih yang telah
membantu penulis dalam pengambilan data di Kelurahan Cempaka Putih.
7. Para lansia yang sudah bersedia jadi responden dalam penelitian skripsi ini.
8. Teman seperjuangan (Eka, Rini, dan Titi) yang telah membantu dalam
pengambilan data skripsi.
9. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sehingga menjadi sebuah ilmu dan pembelajaran bagi penulis di masa yang
akan datang.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Jakarta, 22 Mei 2013

ERNIATI


ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 5
1.4 Tujuan ........................................................................................... 7

1.5 Manfaat .......................................................................................... 8
1.6 Ruang Lingkup ............................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10
2.1 Lanjut Usia .................................................................................. 10

x

2.2 Diabetes Melitus .......................................................................... 10
2.3 Kerangka Teori ............................................................................ 22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 24
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 24
3.2 Definisi Operasional ................................................................... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 30
4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 30
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 30
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 30
4.4 Pengumpulan Data ....................................................................... 33
4.5 Pengolahan Data .......................................................................... 37
4.6 Analisis Data ................................................................................ 40
BAB V HASIL ................................................................................................. 43
5.1 Gambaran Umum Posbindu Kelurahan Cempaka Putih ............. 43
5.2 Analisis Univariat ....................................................................... 44
5.2.1 Gambaran DM Tipe 2 ........................................................ 44
5.2.2 Gambaran Konsumsi Serat ................................................ 45
5.2.3 Gambaran Konsumsi Lemak ............................................. 46
5.2.4 Gambaran Konsumsi Magnesium ..................................... 47
5.2.5 Gambaran Beban Glikemik ............................................... 49
5.2.6 Gambaran Aktivitas Fisik .................................................. 50
5.2.7 Gambaran Kebiasaan Merokok ......................................... 50

xi

5.2.8 Gambaran Riwayat Keluarga DM ..................................... 51
5.2.9 Gambaran Lingkar Pinggang ............................................. 51
5.3 Analisis Bivariat .......................................................................... 52
5.3.1 Hubungan Konsumsi Serat dengan DM Tipe 2 ................. 52
5.3.2 Hubungan Konsumsi Lemak dengan DM Tipe 2 .............. 52
5.3.3 Hubungan Konsumsi Magnesium dengan DM Tipe 2 ...... 53
5.3.4 Hubungan Beban Glikemik dengan DM Tipe 2 ................ 53
5.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 .................. 54
5.3.6 Hubungan Merokok dengan DM Tipe 2 ........................... 54
5.3.7 Hubungan Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2 ...... 55
5.3.8 Hubungan Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2 ............. 55
5.4 Analisis Multivariat ..................................................................... 56
BAB VI Pembahasan ....................................................................................... 59
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 59
6.2 Gambaran DM Tipe 2 ................................................................. 60
6.3 Hubungan Konsumsi Serat dengan DM Tipe 2 ........................... 62
6.4 Hubungan Konsumsi Lemak dengan DM Tipe 2 ........................ 64
6.5 Hubungan Konsumsi Magnesium dengan DM Tipe 2................. 67
6.6 Hubungan Beban Glikemik dengan DM Tipe 2 .......................... 68
6.7 Hubungan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 ............................. 71
6.8 Hubungan Merokok dengan DM Tipe 2 ...................................... 73
6.9 Hubungan Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2 ................ 74

xii

6.10 Hubungan Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2 ...................... 76
BAB VII Simpulan dan Saran .......................................................................... 79
7.1 Simpulan ..................................................................................... 79
7.2 Saran ........................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83

xiii

DAFTAR TABEL

No Tabel
Judul Tabel
Halaman
3.1
27
Definisi Operasional
4.1
31
Hasil Perhitungan Besar Sampel
5.1
Jumlah Anggota Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih
43
Tahun 2012
5.2
Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Cempaka
44
Putih Tahun 2012
5.3
Gambaran Konsumsi Serat Pada Lansia di Posbindu
45
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
5.4
Gambaran Konsumsi Lemak Pada Lansia di Posbindu
46
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
5.5
Gambaran Konsumsi Magnesium Pada Lansia di Posbindu
47
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
5.6
Gambaran Beban Glikemik Pada Lansia di Posbindu
49
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
5.7
Distribusi Rata-rata Konsumsi Serat Berdasarkan DM Tipe
52
2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun
2012
5.8
Distribusi Rata-rata Konsumsi Lemak Berdasarkan DM
52
Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih
Tahun 2012
5.9
Distribusi Rata-rata Konsumsi Magnesium Berdasarkan DM
53
Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih
Tahun 2012
5.10
Distribusi Rata-rata Beban Glikemik Berdasarkan DM Tipe
53
2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun
2012
5.11
Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dengan DM
54
Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih
Tahun 2012
5.12
Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok dengan
54
DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka
Putih Tahun 2012
5.13
Distribusi Responden Menurut Riwayat Keluarga DM
55
dengan DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012
5.14
Distribusi Responden Menurut Lingkar Pinggang dengan
55
DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka
Putih Tahun 2012

xiv

No Tabel
5.15

5.16

5.17

Judul Tabel
Halaman
Hasil Analisis Bivariat Hasil Analisis Bivariat Faktor57
Faktor yang Berhubungan dengan DM Tipe 2 Pada Lansia
di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda antara
57
Konsumsi Serat, Konsumsi Magnesium, Beban Glikemik,
Aktivitas Fisik, dan Riwayat Keluarga DM dengan DM
Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih
Tahun 2012
Hasil Analisis Multivariat antara Konsumsi Serat,
58
Aktivitas Fisik, dan Riwayat Keluarga DM dengan DM
Tipe 2 pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih
Tahun 2012

DAFTAR BAGAN
No Bagan

Judul Bagan

Halaman

2.1

Kerangka Teori

23

3.1

Kerangka Konsep

26

4.1

Tahapan Penentuan Status DM

35

xv

DAFTAR GRAFIK

No Grafik
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8

Judul Grafik
Halaman
Distribusi DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan
45
Cempaka Putih Tahun 2012
Distribusi Frekuensi Konsumsi Serat Pada Lansia Posbindu
46
di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak Pada Lansia
47
Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
Distribusi Frekuensi Konsumsi Magnesium Pada Lansia di
48
Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
Distribusi Frekuensi Beban Glikemik Pada Lansia
49
Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
Distribusi Aktivitas Fisik Pada Lansia di Posbindu
50
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
Distribusi Merokok Pada Lansia di Posbindu Kelurahan
50
Cempaka Putih Tahun 2012
51
Distribusi Riwayat Keluarga DM Pada Lansia Posbindu di
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

5.9

Distribusi Lingkar Pinggang Pada Lansia di Posbindu
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

51

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Form Pernyataan Persetujuan Responden

Lampiran 2

Form Kuesioner

Lampiran 3

Form FFQ Semikuantitatif

Lampiran 4

Hasil Analisis Data

Lampiran 5

Surat Izin Penelitian

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemajuan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan teknologi yang tengah terjadi
akibat adanya globalisasi berdampak pada perubahan karakteristik demografi
masyarakat. Persaingan ekonomi telah mendorong orang untuk mementingkan karir dan
menunda berkeluarga atau mempunyai anak. Demikian pula, harapan hidup dapat
diperpanjang akibat kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang telah dicapai saat ini.
(Sriyana, 2008). Akibat adanya pembangunan di segala bidang tersebut menimbulkan
terjadinya transisi demografi di mana awalnya kondisi penduduk ditandai dengan tingkat
fertilitas dan mortalitas yang tinggi yang berubah menjadi keadaan penduduk dengan
tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah.
Transisi demografi ini mengubah struktur populasi penduduk menuju ageing
population yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia).

Proporsi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama
30 tahun terakhir dengan populasi 5,3 juta jiwa (4,48 persen dari total keseluruhan
penduduk Indonesia) pada tahun 1971 menjadi 19,3 juta (8,37 persen dari total
keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia, 2010). Dan
menurut proyeksi Bappenas jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih akan meningkat
dari 18.1 juta pada 2010 menjadi dua kali lipat (36 juta) pada 2025.
Proses menua menghasilkan perubahan fisiologis yang menyebabkan disfungsi
organ dan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Fatmah, 2010). Jenis

1

2

penyakit yang sering dikaitkan dengan proses penuaan adalah penyakit degeneratif
(Timmreck, 2004). Meningkatnya populasi lansia dan juga terjadinya perubahan gaya
hidup akibat pengaruh globalisasi dapat mengakibatkan timbulnya transisi epidemiologi
dimana terjadi pergeseran pola penyakit menular yang diganti oleh penyakit degeneratif.
Salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah penting pada lansia adalah
diabetes melitus (DM).
DM merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik dimana penderita
diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak
mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan glukosa di
dalam darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh. DM
sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua
organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi
(Misnadiarly, 2006).
DM jangka panjang menimbulkan rangkaian gangguan metabolik yang
menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi
mikrovaskuler yang berkaitan dengan DM meliputi retinopati, nefropati dan neuropati.
Pengidap DM menghadapi peningkatan risiko untuk menderita penyakit kardiovaskular,
serebrovaskular dan penyakit vascular perifer (Gibney, 2008).
Pada lansia komplikasi DM akan lebih cepat muncul dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya. Hal ini disebabkan karena pada lansia sendiri sudah terjadi
penurunan fungsi sistem organ tubuh yang menjadikan risiko terjadinya komplikasi DM
pada lansia menjadi lebih besar. Misalnya penyakit katarak, penyakit ini biasa terlihat
pada orang usia lanjut akibat adanya pengerasan lensa yang tak terhindarkan. Namun,

3

pada penderita DM penyakit ini bisa muncul sekitar 10 tahun lebih awal daripada nonDM (Ali, 2010).
Pada tahun 2000 Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah pengidap
diabetes terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dimana posisi
Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan tetap bertahan dalam daftar 4 besar negara
dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia dan diprediksi akan terjadi
kenaikan jumlah pengidap DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Wild, 2004).
DM pada lansia umumnya adalah DM tipe 2 (Misnadiarly, 2006). Menurut hasil
penelitian Handayani (2003), faktor-faktor risiko DM tipe 2 meliputi inaktivitas, riwayat
keluarga DM, umur ≥45 tahun, dan praktik yang buruk dalam mencegah DM.
Sedangkan menurut Bazzano (2005), faktor-faktor risiko DM yang dapat dimodifikasi
terdiri dari obesitas, asupan alkohol, merokok, inaktivitas fisik, dan faktor diet seperti
asupan lemak, serat, serta beban glikemik. Selain itu, Lopez-Ridaura (2004)
membuktikan bahwa asupan magnesium memiliki hubungan berbanding terbalik dengan
risiko DM.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 55-64 tahun
menduduki ranking ke-2 baik pada laki-laki (10.5%) maupun perempuan (12%) di mana
penyebab kematian ke-1 adalah stroke dengan persentase 22.5% pada laki-laki dan
20.7% pada perempuan. Dan menurut data Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (Dinkes
Tangsel) tahun 2011, DM juga merupakan penyakit kedua terbanyak pada lansia.
Dengan demikian, DM masih menjadi masalah kesehatan yang penting pada lansia yang

4

berada di wilayah Tangerang Selatan, termasuk Kelurahan Cempaka Putih yang menjadi
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Itulah sebabnya penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada
lansia di Kelurahan Cempaka Putih.

1.2 Rumusan Masalah
Menurut data Riskesdas (2007), prevalensi DM pada kelompok lansia sudah
berada di atas prevalensi nasional 1,1%, yaitu sebesar 3,7% pada kelompok usia 55 – 64
tahun, 3,4% pada kelompok usia 65–74 tahun, dan 3,2% pada kelompok usia 75 tahun
ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa DM merupakan masalah kesehatan yang penting
bagi lansia. Menurut data Dinkes Tangsel (2011) DM merupakan penyakit kedua
terbanyak pada lansia di wilayah Tangsel. Dan penyakit ini juga termasuk dalam daftar
10 besar penyakit terbanyak pada lansia berdasarkan laporan bulanan (LB1) bulan
Januari – Juni tahun 2012 di Puskesmas Ciputat Timur. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih diperoleh bahwa persentase lansia
yang menderita DM sebanyak 30%. Persentase ini jauh berada di atas prevalensi
nasional 1,1%. Dengan demikian, DM masih menjadi masalah kesehatan bagi lansia
yang terdaftar di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih.
Faktor risiko terjadinya DM tipe 2 terdiri dari faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik terdiri dari riwayat keluarga DM dan etnis/ras. Sedangkan
faktor risiko lingkungan yang utama untuk terjadinya DM meliputi: usia, obesitas dan
obesitas pada bagian perut, faktor makanan/gizi serta jarang melakukan aktivitas fisik
(Gibney, 2008). Faktor diet yang berperan dalam timbulnya DM terdiri dari asupan serat,

5

konsumsi lemak, alkohol, magnesium dan beban glikemik (Bazzano (2005) dan Lopez
Ridaura (2004)). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan diperoleh persentase
lansia yang memiliki tingkat aktivitas fisik kurang sebesar 60%, merokok sebesar 10%,
yang mempunyai riwayat keluarga DM sebesar 30%, dan yang memiliki ukuran lingkar
pinggang berisiko sebesar 60%. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih.

1.3 Pertanyaan Penelitian
1) Bagaimana gambaran DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka
Putih Tahun 2012?
2) Bagaimana gambaran konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012?
3) Bagaimana gambaran konsumsi lemak pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012?
4) Bagaimana gambaran konsumsi magnesium pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012?
5) Bagaimana gambaran beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012?
6) Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka
Putih Tahun 2012?
7) Bagaimana gambaran merokok pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka
Putih Tahun 2012?

6

8) Bagaimana gambaran riwayat keluarga DM pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012
9) Bagaimana gambaran lingkar pinggang pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012?
10) Apakah ada hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian DM tipe 2 pada
lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?
11) Apakah ada hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian DM tipe 2 pada
lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?
12) Apakah ada hubungan antara konsumsi magnesium dengan kejadian DM tipe 2
pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?
13) Apakah ada hubungan antara beban glikemik dengan kejadian DM tipe 2 pada
lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?
14) Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2 pada
lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?
15) Apakah ada hubungan antara merokok dengan kejadian DM tipe 2 pada lansia di
Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?
16) Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM tipe 2
pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?
17) Apakah ada hubungan antara lingkar pinggang dengan kejadian DM tipe 2 pada
lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?
18) Apa faktor yang paling dominan berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di
Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012?

7

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di
Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui gambaran DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012
2) Mengetahui gambaran konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012
3) Mengetahui gambaran konsumsi lemak pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012
4) Mengetahui gambaran konsumsi magnesium pada lansia di Posbindu
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
5) Mengetahui gambaran beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012
6) Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012
7) Mengetahui gambaran merokok pada lansia di Posbindu Kelurahan
Cempaka Putih Tahun 2012
8) Mengetahui gambaran riwayat keluarga DM pada lansia di Posbindu
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
9) Mengetahui gambaran lingkar pinggang pada lansia di Posbindu
Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

8

10) Mengetahui hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian DM tipe 2
pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
11) Mengetahui hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian DM tipe 2
pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
12) Mengetahui hubungan antara konsumsi magnesium dengan kejadian DM
tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
13) Mengetahui hubungan antara beban glikemik dengan kejadian DM tipe 2
pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
14) Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2
pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
15) Mengetahui hubungan antara merokok dengan kejadian DM tipe 2 pada
lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
16) Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM
tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
17) Mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dengan kejadian DM tipe 2
pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012
18) Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan DM tipe 2
pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Puskesmas Ciputat Timur
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk
merancang program kegiatan untuk mengatasi permasalahan DM pada lansia.

9

1.5.2 Bagi Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
Kelurahan Cempaka Putih terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada
lansia sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk menerapkan pola hidup sehat
yang dapat mencegah penyakit DM.
1.5.3 Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peneliti lain
untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia secara lebih
mendetail dan mendalam.

1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan terhadap DM
tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan
pada bulan September 2012 – Mei 2013 oleh mahasiswa peminatan Gizi Program
Studi Kesehatan Masyarakat. Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran gula
darah dengan glucosemeter , wawancara dengan kuesioner dan FFQ semikuantitatif
serta pengukuran lingkar pinggang dengan pita meteran. Responden penelitian ini
adalah lansia yang berusia ≥60 tahun yang dipilih melalui metode simple random
sampling.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia
Lansia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia
dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age)

: usia 45 – 59 tahun

2. Lansia (elderly)

: usia 60 – 74 tahun

3. Lansia tua (old)

: usia 75 – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old )

: usia di atas 90 tahun

Sedangkan Depkes RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut:
1. Virilitas (prasenium): masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55 -59 tahun).
2. Usia lanjut dini (senescen): kelompok yan mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60 – 64 tahun).
3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif: usia di atas
65 tahun (Fatmah, 2010).

2.2 Diabetes Melitus (DM)
2.2.1 Definisi DM
DM adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
10

11

berespons terhadap insulin dan/atau penurunan atau tidak adanya pembentukan
insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan
sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis (HHNK). Hiperglikemia jangka
panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit
ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan
peningkatan kejadian penyakit makrovaskular, termasuk infark miokard, stroke, dan
penyakit vascular perifer (Baughman, 2000).
2.2.2 Diagnosis DM
Diagnosis harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak
dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan
diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma
vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya
dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya (yang melakukan program
pemantauan kendali mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai dengan kondisi
setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler
dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai
pembakuan oleh WHO (Soegondo, 2005).
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Jika ada keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥

12

200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM.
Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang
baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.
Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik
kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl
pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan
kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl (Soegondo, 2005).
2.2.3 Klasifikasi Etiologi DM
Klasifikasi etiologi DM dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel

Klasifikasi Etiologi Kelainan Glikemia (DM)

Tipe 1

Ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial

(5 – 10% penderita

atau total oleh sel-sel ฀ pankread. Faktor penyebab masih

diabetic adalah tipe I)

belum dimengerti dengan jelas tetapi beberapa virus
tertentu, penyakit autoimun, dan faktor-faktor genetik
mungin turut berperan

Tipe 2

Ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin

(90 – 95% penderita

diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau

diabetic adalah tipe II)

dengan bentuk yang tidak efektif. Ada korelasi genetik
yang kuat pada tipe diabetes ini dan proses terjadinya
berkaitan dengan obesitas

Tipe spesifik lainnya

Defek genetik pada sel ฀
Defek genetik pada kerja insulin
Penyakit pada kelenjar ensokrin pancreas
Endokrinopati
Ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia

13

Infeksi
Bentuk immune-mediated diabetes yang langka
Kadang-kadang sindrom genetik lain yang disertai
diabetes
Diabetes gestasional

Bentuk

diabetes

yang

terjadi

selama

kehamilan.

Kebanyakan, tapi tidak semuanya, akan sembuh setelah
melahirkan
Sumber : (Gibney, 2008)
2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya DM Tipe 2
DM tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan
lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya
penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya
hidup, sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah (Gibney, 2008).
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Riwayat Keluarga (Genetik)
Bukti adanya komponen genetik berasal dari koefisien keselarasan
(corcodance) DM yang meningkat kepada kembar monozigot, prevalensi DM
yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes, dan
prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu (Gibney, 2008).
Menurut Handayani (2003), riwayat keluarga memiliki pengaruh bermakna
dengan kejadian DM tipe 2. Risiko untuk terjadi DM tipe 2 pada subyek yang
memiliki riwayat keluarga DM tipe 2 sebesar 5,9 kali dibandingkan dengan
mereka yang tidak tahu keluarganya menderita DM tipe 2.
2) Usia

14

Pertambahan usia merupakan faktor risiko yang penting untuk DM.
Hasil penelitian Handayani (2003) membuktikan bahwa umur ≥45 tahun
memiliki pengaruh yang bermakna dengan kejadian DM tipe 2. Orang yang
berusia ≥45 tahun berisiko terkena DM tipe 2 sebesar 7,5 kali dibandingkan
dengan mereka yang berumur 40 inci untuk pria > 35 inci untuk
wanita) adalah faktor risiko yang sangat potensial untuk resistensi insulin.
Resistensi insulin mengurangi pasokan glukosa ke dalam sel. Hal ini akan
mendorong sel-sel beta pankreas untuk memproduksi dan mengeluarkan

16

insulin tambahan. Kadar insulin yang lebih tinggi dari normal umumnya
cukup untuk menjaga glukosa darah terkendali selama beberapa tahun.
Namun, sel-sel dalam pankreas akan menjadi lelah, karena terlalu banyak
pekerjaan. Dalam kasus tersebut, produksi insulin semakin lambat atau akan
terhenti dan, sebagai akibatnya, glukosa menumpuk dalam darah (Brown,
2005).
2) Aktivitas Fisik
Pentingnya gaya hidup kurang gerak sebagai faktor risiko untuk
diabetes dan efek protektif aktivitas fisik sudah banyak diteliti. Orang yang
mempertahankan gaya hidup aktif secara fisik mengalami gangguan toleransi
glukosa dan DM tipe 2 lebih jarang daripada mereka yang memiliki gaya
hidup kurang gerak. Helmrich dkk (1991) menguji aktivitas fisik pada waktu
senggang dan perkembangan diabetes pada 5.990 alumni laki-laki dari
University of Pennsylvania selama 14 tahun. Mereka menemukan bahwa pria
yang berolahraga secara teratur, dengan intensitas sedang atau berat,
memiliki risiko 35% lebih rendah menderita DM tipe 2 daripada pria kurang
gerak.
Aktivitas fisik diduga dapat meningkatkan pembuangan glukosa yang
dirangsang insulin pada dosis insulin yang ditetapkan. Selain itu, orang yang
terlatih secara fisik mungkin mengalami peningkatan yang lebih kecil dalam
konsentrasi insulin plasma sebagai respons terhadap beban glukosa
dibandingkan dengan orang yang memiliki gaya hidup sedentari/kurang

17

gerak. Hal ini menunjukkan bahwa training/olahraga dapat meningkatkan
sensitivitas jaringan terhadap insulin (Bazzano, 2005).
3) Konsumsi Karbohidrat Kompleks/Serat
Karbohidrat biasanya digolongkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Pengelompokan tersebut
berdasarkan susunan kimia yang dimiliki tiap jenis. Namun, pengelompokan
yang hanya berdasarkan susunan kimia tidak memberikan panduan yang
penting untuk kesehatan. Yang lebih penting adalah klasifikasi berdasarkan
kemampuan mereka untuk dicerna dan diserap di usus kecil manusia,
sehingga memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung kepada
karbohidrat glikemik; dalam klasifikasi ini karbohidrat yang tidak dicerna
dan diserap di usus kecil manusia disimpan terpisah dari karbohidrat
glikemik, dan di antara mereka serat makanan merupakan kelompok yang
paling penting pengaruhnya bagi kesehatan terutama pada penyakit DM
(Parillo, 2004).
Efek menguntungkan dari serat makanan diperoleh mungkin karena
kandungan magnesiumnya yang tinggi, sehingga dapat melindungi dari
diabetes mengingat perannya sebagai kofaktor penting bagi enzim yang
terlibat dalam metabolisme glukosa dan pengaruhnya terhadap kerja insulin
dan homeostasis glukosa (Larsson, 2007). Selain itu, menurut Hopping dkk
(2010) asupan serat total dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes baik
pada pria dan wanita. Sementara asupan tinggi serat gandum dapat
mengurangi resiko diabetes secara signifikan sebesar 10% pada pria dan

18

wanita. Dan asupan tinggi serat sayuran dapat menurunkan risiko sebesar
22% pada pria.
4) Indeks glikemik dan Beban glikemik
Indeks glikemik (GI) adalah skala yang membagi tingkatan makanan
yang mengandung karbohidrat melalui berapa banyak makanan tersebut
dapat meningkatkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan standar
makanan. Standar makanan yang digunakan adalah glukosa dan roti putih.
Meskipun mekanisme pasti bagaimana diet tinggi GI dapat mengubah risiko
diabetes tipe 2 belum jelas, namun ada 2 jalur utama yang sudah sering
dipaparkan, yaitu:
Pertama, makanan tinggi GI menghasilkan konsentrasi glukosa darah yang
lebih tinggi dan permintaan insulin yang lebih besar daripada makanan
rendah GI meskipun jumlah karbohidrat yang dikandungnya sama. Dengan
meningkatnya permintaan insulin secara kronis menimbulkan kelelahan
pankreas yang dapat mengakibatkan intoleransi glukosa (Willet, 2002).
Kedua, diet makanan tinggi GI secara langsung dapat meningkatkan
resistensi insulin. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap hewan, diet
tinggi amilopektin atau glukosa menghasilkan resistensi insulin lebih cepat
dan lebih parah daripada diet berbasis amilosa (Higgins, 1996).
Meskipun GI mengukur kualitas karbohidrat, namun GI tidak
memperhitungkan jumlah/kuantitas karbohidrat dan dengan demikian tidak
dapat menjelaskan keseluruhan potensi peningkatan kadar glukosa dari diet
karbohidrat. Beban glikemik (GL) menyesuaikan nilai GI makanan untuk

19

jumlah karbohidrat yang terkandung dalam makanan. GL, sebuah konsep
divalidasi oleh Brand-Miller dan rekan, dihitung sebagai produk dari GI dan
jumlah diet karbohidrat. Untuk makanan individu, GL lebih relevan daripada
GI (Roberts, 2009).
5) Konsumsi Magnesium
Magnesium berperan penting dalam produksi dan fungsi insulin.
Kekurangan magnesium akan menurunkan sekresi insulin di pankreas dan
meningkatkan resistensi insulin dalam jaringan tubuh (Sendih, 2006). Hal
serupa juga dikemukakan oleh Larsson dkk (2007) yang menyatakan bahwa
peran proteksi asupan magnesium terhadap diabetes tipe 2 dapat disebabkan
oleh peningkatan sensitivitas insulin.
Asupan magnesium memiliki hubungan berbanding terbalik dengan
kejadian diabetes tipe 2. Peningkatan konsumsi makanan kaya magnesium
seperti biji-bijian, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun
hijau dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2 (Lopez-Ridaura, 2004 dan
Larsson, 2007).
6) Konsumsi Lemak
Lemak makanan dapat berkontribusi pada etiologi diabetes tipe 2.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thanopoulou dkk (2003) diperoleh
temuan bahwa asupan lemak sangat terkait dengan DM tipe 2 baik diabetes
tipe 2 yang sudah terdiagnosis atau diabetes tipe 2 tidak terdiagnosis. Adanya
diabetes tipe 2 ini terutama dikaitkan dengan asupan lemak hewani.
Distribusi kasus diabetes terakumulasi/menumpuk pada kuartil asupan lemak

20

hewani yang lebih tinggi. Dengan kata lain, peningkatan konsumsi lemak
hewani dapat menyebabkan peningkatan kejadian/insiden diabetes.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meyer dkk
(2001). Setelah dilakukan adjustmet faktor kovariat diet dan non-diet, Meyer
dkk (2001) menemukan bahwa lemak nabati memiliki hubungan berbanding
terbalik dengan insidens diabetes pada populasi lansia perempuan Iowa.
Selain itu, mereka juga mengungkapkan bahwa mengganti asam lemak jenuh
dengan asam lemak tak jenuh ganda dapat mengurangi laju/perkembangan
diabetes.
7) Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah yang rendah sampai sedang dapat
menurunkan perkembangan diabetes dengan meningkatkan sensitivitas
insulin dan memperlambat penyerapan glukosa dari makanan. Sedangkan
asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan asupan energi yang
berlebih

dan

obesitas,

induksi

pankreatitis,

gangguan

metabolisme

karbohidrat dan glukosa, dan gangguan fungsi hati (Bazzano, 2005).
Menurut Facchini dkk (1994), perbedaan asupan alkohol berperan
dalam perubahan dalam metabolisme insulin. Konsumsi alkohol dalam
jumlah rendah sampai sedang pada pria dan wanita sehat berhubungan
dengan peningkatan

penyerapan

glukosa

yang diperantarai insulin,

menurunkan glukosa plasma dan konsentrasi insulin dalam respon terhadap
glukosa oral, dan konsentrasi kolesterol HDL lebih tinggi. Facchini dkk
(1994) juga mengungkapkan bahwa individu yang diklasifikasikan sebagai
peminum alkohol ringan sampai sedang relatif memiliki insulin lebih sensitif

21

dan memiliki kadar insulin plasma yang lebih rendah dibandingkan yang
bukan peminum .
Penelitian dengan topik yang sama juga dilakukan oleh Wei dkk (2000).
Namun, kriteria sampel yang diteliti pada dua studi tersebut agak berbeda
karena Facchini dkk (1994) hanya meneliti pada peminum alkohol ringan
sampai sedang dan bukan peminum, sedangkan Wei dkk (2000) memiliki
kriteria sampel yang lebih luas, yaitu peminum alkohol ringan, sedang, dan
peminum berat serta yang bukan peminum.
Walaupun kriteria sampelnya agak berbeda namun hasil penelitian
Facchini dkk (1994) selaras dengan penelitian Wei dkk (2000). Wei dkk
(2000) menemukan hubungan yang berbentuk U antara konsumsi alkohol dan
insiden diabetes, peminum moderat memiliki resiko terendah untuk diabetes,
dan bukan peminum dan peminum berat memiliki risiko lebih tinggi.
8) Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena diabetes melalui beberapa
cara. Merokok telah terbukti dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi
glukosa darah

dan

dapat

meningkatkan

resistensi

insulin.

Seperti

dikemukakan oleh Frati dkk (1996) merokok secara akut dapat menyebabkan
toleransi glukosa terganggu dan menurunkan sensitivitas insulin.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh Rimm dkk (1993) diketahui bahwa
di antara peserta dari Nurses Health Study, wanita yang merokok lebih dari
25 batang per hari memiliki risiko 42% lebih besar (95% CI, 1,18-1,72)
terkena diabetes dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok, setelah

22

disesuaikan dengan obesitas dan faktor risiko lainnya. Pada perempuan,
merokok mungkin memiliki efek "antiestrogenik", menyebabkan perubahan
negatif dalam rasio pinggang-pinggul. Rasio pinggang-pinggul yang
meningkat telah terbukti secara signifikan berkorelasi positif dengan
resistensi insulin, kadar glukosa plasma dan overt diabetes. Oleh karena itu,
efek merokok terhadap perkembangan diabetes mungkin dimediasi melalui
perubahan dalam distribusi lemak.
Studi tentang merokok dan risiko DM juga dilakukan oleh Sairenchi
dkk (2004) yang menemukan bahwa merokok secara independen terkait
dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2 pada laki-laki dan perempuan
yang tergolong dalam kelompok middle-aged dan lansia.

2.3 Kerangka Teori
Menurut Gibney (2008), faktor risiko terjadinya DM tipe 2 terdiri dari faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik terdiri dari riwayat keluarga DM dan
etnis/ras di mana menurut Oldroyd (2005) terdapat bukti bahwa kelompok etnis tertentu
memiliki kecenderungan untuk mengidap diabetes tipe 2 dengan adanya faktor risiko
yang sama. Misalnya, pada orang dewasa Asia Selatan terdapat tingkat obesitas dan
distribusi lemak pusat yang lebih tinggi yang mengakibatkan resistensi insulin
dibandingkan dengan populasi kulit putih serta tingkat kebiasaan aktivitas fisik yang
lebih rendah juga berperan dalam meningkatkan risiko diabetes pada populasi ini.
Sedangkan faktor risiko lingkungan yang utama untuk terjadinya DM meliputi: usia,

23

obesitas dan obesitas pada bagian perut, jarang melakukan aktivitas fisik serta faktor
makanan/gizi (Gibney, 2008).
Faktor diet yang berperan dalam timbulnya DM menurut Bazzano (2005) terdiri
dari asupan serat, lemak dan konsumsi alcohol serta beban glikemik. Selain itu, LopezRidaura (2004) menemukan bahwa asupan magnesium juga berhubungan dengan DM
tip