Pengaruh Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

(1)

PENGARUH FAKTOR RISIKO YANG BISA DIMODIFIKASI TERHADAP DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM

HADRIANUS SINAGA PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

TESIS

Oleh

HERAWATI RINDA MANIK 107032079/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH FAKTOR RISIKO YANG BISA DIMODIFIKASI TERHADAP DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM

HADRIANUS SINAGA PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

HERAWATI RINDA MANIK 107032079/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR RISIKO YANG BISA DIMODIFIKASI TERHADAP DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM HADRIANUS SINAGA PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR Nama Mahasiswa : Herawati Rinda Manik Nomor Induk Mahasiswa : 107032079

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid D, Sp.PD) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 09 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid D, Sp.PD Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H 3. dr. Taufik Ashar, M.K.M


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR RISIKO YANG BISA DIMODIFIKASI TERHADAP DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM

HADRIANUS SINAGA PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2012

(Herawati Rinda Manik) 107032079/IKM


(6)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) salah satu dari penyakit degeneratif yang dewasa ini terus meningkat prevalensinya, tahun 2003 WHO mencatat prevalensi DM didunia diperkirakan 194 juta dan akan diprediksikan berjumlah 335 juta pada tahun 2025, saat ini Indonesia merupakan angka ke 4 penyakit DM tertinggi di dunia setelah China, India Amerika Serikat. Hasil Penelitian Riskesda (2007) Prevalensi DM untuk propinsi Sumatera Utara 1,98%, prevalensi untuk Medan 2,7% dan prevalensi untuk Samosir 0,3%. Jumlah kunjungan pasien DM berobat jalan di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga tahun 2008-2010 terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh faktor risiko yang bisa dimodifikasi IMT ≥ 23 kg/m², kurang aktivitas fisik, hipertensi > 140/90mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet rendah serat terhadap kejadian DM di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan study kasus kontrol. Sampel terdiri dari 69 kasus dan 69 kontrol. Analisa data terdiri dari analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-sguare dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil analisis bivariat faktor risiko yang bisa dimodifikasi terhadap DM menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang bermakna terhadap DM dengan hasil hubungan IMT terhadap DM (p 0,000 dan OR =5,2), hubungan hipertensi terhadap DM (p 0,028 dan OR 2,26), hubungan aktivitas fisik terhadap DM (p 0,024 dan OR 2,37), hubungan Karbohidrat terhadap DM (p 0,007 dan OR 2,99) dan hubungan serat terhadap DM (p 0,009 dan OR 10,2) sedangkan dari hasil multivariat regresi logistik berganda yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT ≥ 23 kg/m² dengan hasil p 0,000.

Disarankan untuk mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dari sumber makanan yang mengandung banyak serat seperti kacang hijau,kacang kedelai, sayur buncis, jambu biji. Kurangi porsi makanan dari sumber karbohidrat terutama nasi, lakukan olahraga teratur dan berkesinambungan.


(7)

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) as one of the degenerative diseases, nowadays has its prevalence keeping increased. In the year of 2003 it was estimated about 194 million cases all over the world, and is predicted to be 335 million cases in 2025. Indonesia is the fourth highest DM cases in the world after China, India and United States. Study of Riskesda (2007) in North Sumatra Province showed that the prevalence in Medan City was 2.7% while in Samosir Regency was 0.3%. Data from Rumah Sakit Umum dr Hadrianus Sinaga from 2008-2009 showed that there was an increase of DM patient visits.

This study was aimed to analize the influence of modified risk factor of DM such as IMT ≥ 23 kg/m² lack of physical activity, hypertension defined as blood pressure > 140/90 mmhg, high carbohydrate diet, low fiber diet through DM patients in Rumah sakit Umum dr hadrianus Sinaga Kabupaten Samosir.

This is an observational study with case control methode. Sample were each 69 patients in both case or control group. Data was analyzed with bivariate analysis by using the chi-square test and multivariare analysis using multiple logistic reggresion test.

Results of the bivariate analysis showed that all the variabel of modified risk factor has a significant influence to the DM patients concomitantly IMT (p 0,000 and OR = 5.2), hypertension (p 0.028 and OR 2.26), physical activity (p 0,024 and OR 2,37), high carbohydrate (p 0,007 and OR 2,99), low fiber (p 0,009 dan OR 10,2) while the multivariate analysis showed that IMT ≥ 23 kg/m² is the most influence variabel against DM with p 0.000

It is suggested that people in Samosir Regency to change their life styles by consuming high fiber diet such as nuts, fruits, vegetables especialy soybeans,stringbean reducing meal with high carbohydrate source such as rice and perform a regular and continuous exercise.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala hormat dan kemuliaan penulis ucapkan kehadirat Bapa yang Maha Kuasa karena atas kemurahanNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini, didasari oleh keluarga yaitu Ibu dan abang yang menderita Diabetes Mellitus, penulis berminat untuk meneliti Diabetes Mellitus dengan judul “Pengaruh Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir”.

Adapun penulisan tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan baik moral maupun materil dari banyak pihak.

Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

3. Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid Damanik, Sp.PD, Sp.GK dan Dra. Syarifah, M.S selaku komisi pembimbing yang telah membantu dalam memberikan waktu dan pikiran membimbing penulis dalam menyusun tesis ini.

4. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H dan dr. Taufik Ashar, M.K.M sebagai komisi penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam perbaikan tesis ini.

5. Dosen Pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU. 6. Dr. Nimpan Karo-Karo, M.M sebagai Direktur Rumah Sakit Umum

Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.

7. Sahabat - sahabat seperjuangan Administrasi Kesehatan Komunitas (AKK)/Epidemiologi angkatan 2010 ( Sri Novita Lubis, Henny, Sutri, Chinta, Linda, Afni, Ety, Syarifah, Dahlia, Mardiana, Santi, Arif) yang sudah begitu banyak mendukung, memberikan waktu, pemikiran dan membantu meskipun sama-sama sibuk dalam menyelesaikan program akhir penyusunan tesis, sehingga tesis ini bisa selesai pada waktunya.

8. Ibunda Saulina Munthe, Bapak Alm B. Manik, Bapak Alm. Alexander Dakhi, Kakak dan Abang yang sudah memberikan doa dan semangat hidup yang penulis dapatkan dalam penyusunan tesis.

Terimakasih tak terhingga penulis ucapkan kepada Bernard Agus Sakti Dakhi dan Catherine Aurora Dakhi untuk semua kesabaran, dukungan, pengertian dan doa yang sudah diberikan selama kuliah dan masa penyusunan tesis ini, dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan trimakasih kepada semua orang yang


(10)

turut berperan dalam selesainya penusunan tesis yang namanya tak dapat disebutkan satu persatu, kiranya Tuhan akan membalas semua kebaikan yang sudah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini mempunyai kekurangan baik dari isi, dan kapasitas pengetahuan yang dimiliki , untuk itu penulis menerima saran maupun kritik yang bersifat untuk menyempurnakan tesis ini, akhir kata penulis mohon maaf untuk semua pihak atas kesalahan dan kekurangan yang penulis lakukan selama penelitian ini berlangsung, semoga Tuhan yang Maha Kuasa yang membalas semua kebaikan yang sudah diberikan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua.

Medan, Agustus 2012 Penulis

(Herawati Rinda Manik) 107032079/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Herawati Rinda Manik lahir di Kabanjahe pada tanggal 30 Juni 1975, anak ke lima dari lima bersaudara dari bapak B. Manik dan ibu S. Munthe, menikah dengan Bernard Agus Sakti Dakhi dan dikaruniai seorang putri Catherine Aurora Dakhi.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1987 di SD Masehi No. IV Kabanjahe, menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Katholik Sint. Xaverius Kabanjahe pada tahun 1990, menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan SPK Sari Mutiara pada tahun 1993, menamatkan Program Pendidikan Bidan di Departemen Kesehatan RI Tahun 1994, menyelesaikan S1 FKM tahun 2009 dan pada tahun 2010- 2012 mengikuti Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi di Universitas Sumatera Utara.

Bekerja sejak tahun 1994-1997 sebagai bidan PTT angkatan I di Teluk Dalam Nias, Tahun 1997-2000 melanjutkan PTT di Mardinding Kabupaten Karo, tahun 2001- 2009 bekerja di RS Gleneagles Medan (sekarang Columbia Asia), tahun 2010 – 2011 sebagai staff pengajar di Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Hipotesis ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Diabetes Melitus ... 12

2.1.1. Pengertian Diabetes Mellitus ... 12

2.1.2. Epidemiologi Diabetes Mellitus ... 12

2.1.3. Klasifikasi DiabetesMellitus ... 14

2.1.4. Insulin ... 15

2.1.5. Diagnosis Diabetes Mellitus ... 15

2.1.6. Gejala Diabetes Mellitus ... 17

2.1.7. Keluhan Subjektif Diabetes Mellitus ... 18

2.1.8. Patogenesis Diabetes Mellitus ... 19

2.1.9. Komplikasi Diabetes Mellitus ... 19

2.1.10. Pengendalian Diabetes Mellitus ... 20

2.1.11. Prinsip Pengendalian Diabetes Mellitus ... 20

2.2. Faktor Risiko Diabetes Mellitus ... 25

2.2.1. Faktor Risiko yang tidak Bisa Dimodifikasi ... 25

2.2.2. Faktor Risiko yang Bisa di Modifikasi ... 28

2.3. Landasan Teori ... 40

2.4. Kerangka Konsep ... 42

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 43

3.1. Jenis Penelitian ... 43

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44


(13)

3.3.1. Populasi ... 44

3.3.2. Sampel ... 45

3.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 45

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 46

3.4.1. Data Primer ... 46

3.4.2. Data Sekunder ... 48

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 48

3.6. Metode Pengukuran ... 50

3.7. Metode Analisis Data ... 52

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 54

4.1. Keadaan Geografis ... 55

4.2. Kependudukan ... 56

4.3. Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan ... 57

4.3.1. Fasilitas Rumah Sakit ... 57

4.3.2. SDM (Sumber Daya Masyarakat) Rumah Sakit ... 59

4.3.3. Pengendalian Diabetes Mellitus ... 60

4.4. Karakteristik Responden ... 60

4.5. Jenis Serat ... 62

4.6. Jenis Aktivitas Responden ... 67

4.7. Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi ... 67

4.8. Hasil Analisa Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi ... 69

BAB 5. PEMBAHASAN ... 75

5.1. Faktor Risiko yang Bida Dimodifikasi ... 75

5.1.1. IMT ≥ 23kg/m² ... 75

5.1.2. Hipertensi ... 76

5.1.3. Aktivitas Fisik ... 77

5.1.4. Karbohidrat ... 79

5.1.5. Serat ... 81

5.2. Faktor yang Dominan Berpengaruh ... 83

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

6.1. Kesimpulan ... 85

6.2. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus ... 14

2.2 Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus ... 16

2.3 Bahan Makanan Karbohidrat... ... 24

2.4 Klassifikasi Nilai IMT (Indeks Masa Tubuh) ... 29

2.5 Klassifikasi Tekanan Darah JNC ... 33

2.6 Daftar Kandungan Serat per 100 Gram Sayur-Sayuran, Buah Buahan Serta Produk Olahannya ... 37

2.7 Daftar Indeks Glikemik ... 38

3.1 Definisi Operasional, Cara dan Alat Ukur, Hasil Ukur, Skala Ukur dan Kategori Hasil Ukur ... 50

4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 60

4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 61

4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 61

4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Serat di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir .... 62

4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Serat Buah di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 63

4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Serat Sayur di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 64


(15)

4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Serat Kacang di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan

Kabupaten Samosir ... 65 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Karbohidrat

di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan

Kabupaten Samosir ... 66 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Aktivitas yang

Dilakukan di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan

Kabupaten Samosir ... 67 4.10 Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi Berdasarkan

IMT > 23kg m² Hipertensi, Aktivitas dan Serat ... 68 4.11 Hasil Analisis Hubungan IMT terhadap Diabetes Mellitus

Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan

Kabupaten Samosir ... 69 4.12 Hasil Analisis Hubungan Hipertensi terhadap Terjadinya Diabetes

Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga

Pangururan Kabupaten Samosir ... 70 4.13 Hasil Analisis Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Terjadinya

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 70 4.14 Hasil Analisis Hubungan Karbohidrat terhadap Diabetes Mellitus

Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan

Kabupaten Samosir ... 71 4.15 Hasil Analisis Hubungan Serat terhadap Diabetes Mellitus

Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan

Kabupaten Samosir ... 72 4.16 Hasil Analisa Regresi Logistik Pengaruh IMT, Aktivitas,


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Penyakit Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum

Hadrianus Sinaga ... 4

2.1 Bagan The Web Caution Modifikasi Marbach ... 41

3.1 Kerangka Konsep Penelitian... ... 42

3.2 Rancangan Penelitian Kasus Kontrol ... 43

4.1 Peta Kabupaten Samosir Pangururan ... 55

4.2 Gambar RSU Hadrianus Sinaga ... 58


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Output SPSS ... 101

2. Master Tabel ... 120 3. Surat Penelitian... ... 125


(18)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) salah satu dari penyakit degeneratif yang dewasa ini terus meningkat prevalensinya, tahun 2003 WHO mencatat prevalensi DM didunia diperkirakan 194 juta dan akan diprediksikan berjumlah 335 juta pada tahun 2025, saat ini Indonesia merupakan angka ke 4 penyakit DM tertinggi di dunia setelah China, India Amerika Serikat. Hasil Penelitian Riskesda (2007) Prevalensi DM untuk propinsi Sumatera Utara 1,98%, prevalensi untuk Medan 2,7% dan prevalensi untuk Samosir 0,3%. Jumlah kunjungan pasien DM berobat jalan di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga tahun 2008-2010 terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh faktor risiko yang bisa dimodifikasi IMT ≥ 23 kg/m², kurang aktivitas fisik, hipertensi > 140/90mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet rendah serat terhadap kejadian DM di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan study kasus kontrol. Sampel terdiri dari 69 kasus dan 69 kontrol. Analisa data terdiri dari analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-sguare dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil analisis bivariat faktor risiko yang bisa dimodifikasi terhadap DM menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang bermakna terhadap DM dengan hasil hubungan IMT terhadap DM (p 0,000 dan OR =5,2), hubungan hipertensi terhadap DM (p 0,028 dan OR 2,26), hubungan aktivitas fisik terhadap DM (p 0,024 dan OR 2,37), hubungan Karbohidrat terhadap DM (p 0,007 dan OR 2,99) dan hubungan serat terhadap DM (p 0,009 dan OR 10,2) sedangkan dari hasil multivariat regresi logistik berganda yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT ≥ 23 kg/m² dengan hasil p 0,000.

Disarankan untuk mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dari sumber makanan yang mengandung banyak serat seperti kacang hijau,kacang kedelai, sayur buncis, jambu biji. Kurangi porsi makanan dari sumber karbohidrat terutama nasi, lakukan olahraga teratur dan berkesinambungan.


(19)

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) as one of the degenerative diseases, nowadays has its prevalence keeping increased. In the year of 2003 it was estimated about 194 million cases all over the world, and is predicted to be 335 million cases in 2025. Indonesia is the fourth highest DM cases in the world after China, India and United States. Study of Riskesda (2007) in North Sumatra Province showed that the prevalence in Medan City was 2.7% while in Samosir Regency was 0.3%. Data from Rumah Sakit Umum dr Hadrianus Sinaga from 2008-2009 showed that there was an increase of DM patient visits.

This study was aimed to analize the influence of modified risk factor of DM such as IMT ≥ 23 kg/m² lack of physical activity, hypertension defined as blood pressure > 140/90 mmhg, high carbohydrate diet, low fiber diet through DM patients in Rumah sakit Umum dr hadrianus Sinaga Kabupaten Samosir.

This is an observational study with case control methode. Sample were each 69 patients in both case or control group. Data was analyzed with bivariate analysis by using the chi-square test and multivariare analysis using multiple logistic reggresion test.

Results of the bivariate analysis showed that all the variabel of modified risk factor has a significant influence to the DM patients concomitantly IMT (p 0,000 and OR = 5.2), hypertension (p 0.028 and OR 2.26), physical activity (p 0,024 and OR 2,37), high carbohydrate (p 0,007 and OR 2,99), low fiber (p 0,009 dan OR 10,2) while the multivariate analysis showed that IMT ≥ 23 kg/m² is the most influence variabel against DM with p 0.000

It is suggested that people in Samosir Regency to change their life styles by consuming high fiber diet such as nuts, fruits, vegetables especialy soybeans,stringbean reducing meal with high carbohydrate source such as rice and perform a regular and continuous exercise.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit tidak menular yang secara global meningkat, secara nasional telah menduduki sepuluh penyakit besar penyebab kematian dan kasus terbanyak diantaranya adalah penyakit Diabetes Melitus (Depkes, 2009).

Diabetes Mellitus (DM) sering juga disebut dengan the great imitator, yaitu

penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan, Diabetes Mellitus timbul dengan perlahan-lahan sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan didalam tubuhnya, secara medis Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total) maupun sebagian

(Hadisaputro. Setiawan, 2007).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya, pada tahun 2003 WHO (World Health

Organization) mengatakan prevalensi diabetes didunia diperkirakan 194 juta,

jumlah ini akan diperkirakan menjadi 335 juta ditahun 2025 sebagai konsekuensi dari harapan hidup yang lebih lama, gaya hidup santai dan perubahan pola makan


(21)

penduduk, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes ke 4 terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat, pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8.4 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 21.3 juta penderita pada tahun 2030 (Soegondo dkk, 2009).

Pada tahun 2005 WHO mencatat yaitu 70% angka kematian dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular, beberapa hasil telaah para pakar menyimpulkan bahwa penyakit hipertensi pada diabetes di Indonesia meningkat menjadi 15-25 %, penyakit jantung 40-50% sedangkan komplikasi kronik lainnya adalah stroke, kebutaan, penyakit ginjal kronik, luka kaki yang sulit sembuh, impotensi merupakan masalah besar bagi kelangsungan dan produktivitas manusia yang akan mengakibatkan beban biaya kesehatan yang sangat mahal (Depkes, 2008).

Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat lemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya arteriosclerosis (penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri, yang

mengakibatkan gangguan sirkulasi pada pembuluh darah besar dan kecil, bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf, kulit, serta memperlambat penyebuhan luka karena berkurangnya aliran darah ke kulit (Soegondo, 2004).

Data Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam, distribusi pasien baru DM yang berobat jalan ke rumah sakit di Indonesia sebanyak 180.926 orang sedangkan jumlah pasien yang meninggal


(22)

berjumlah 5.585 orang dengan angka Case Fatality Rate (CFR) sebesar 6.73%

(Depkes RI, 2009).

Berdasarkan data yang diperoleh dari data Survailans Terpadu Penyakit (STP) tahun 2008 terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit Diabetes Melitus dengan jumlah kasus Diabetes Melitus mencapai 918 pasien yang ada di 123 rumah sakit 28 kota/ kabupaten seluruh propinsi Sumatera Utara, data Riskesdas (2007) prevalensi Diabetes Melitus yang didiagnosa oleh Nakes (tenaga kesehatan) disertai dengan gejala diperoleh data untuk Samosir 0.3 %, Dairi 1%, Serdang bedagai 0.6%, Tapanuli Utara 0.3%, prevalensi Diabetes Mellitus untuk kota Medan 2.7% dan prevalensi Diabetes Melitus untuk propinsi Sumatera Utara 1.98%, sementara data terakhir yang dikeluarkan Depkes RI menyatakan prevalensi DM secara nasional adalah 5.7% (Depkes, 2009).

Prevalensi kelebihan berat badan di negara maju maupun negara berkembang cukup tinggi di Korea Selatan, tercatat 20,5% tergolong berat badan berlebih, di Thailand 16% penduduknya mengalami overweight, berdasarkan

perkiraan direktorat bina gizi masyarakat departemen kesehatan RI, mencatat dari 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight

mencapai 17,5% (Hadi, 2004).

Meskipun data dari profil kesehatan kota Medan tahun 2009, dalam sepuluh penyakit terbesar di kota Medan, penyakit Diabetes Melitus ini tidak masuk didalamnya, namun di Rumah Sakit Pangururan dalam 4 tahun terakhir penyakit ini mengalami peningkatan, berdasarkan hasil survey awal data rekam medik


(23)

tahun 2007–2010 Rumah Sakit Hadrianus Sinaga Kabupaten Pangururan, peningkatan penyakit ini terus bertambah setiap tahunnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini:

Grafik 1.1 Jumlah Penyakit Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Kabupaten Pangururan 2007-2010

Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat jumlah kunjungan meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2007 penyakit Diabetes Melitus tidak termasuk dalam penyakit sepuluh terbesar di Samosir, kemudian tahun 2008 penyakit ini masuk dalam 10 penyakit terbesar di rumah sakit dengan urutan ke sepuluh, sedangkan pada tahun 2010 penyakit ini meningkat masuk dalam urutan ke 2 dari sepuluh penyakit terbesar (Rekam Medik RSU Hadrianus Sinaga, 2010).

Menurut Depkes RI (2008) dan Perkeni (2006) terjadinya penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, faktor risiko yang dapat dimodifikasi

0 100 200 300 400 500 600 700 800

tahun 2007 tahun 2008 tahun 2009 tahun 2010

39 45

151


(24)

diantaranya adalah IMT (Indeks Masa Tubuh) lebih atau sama dari 23 kg/m², kurang aktivitas fisik, hipertensi > 140/90 mmhg, dislipidemia (HDL < 35 mg/dl), diet tidak sehat (diet tinggi karbohidrat dan rendah serat) sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah berat badan lahir > 4000 gram, riwayat pernah menderita Diabetes Mellitus Gestasional (DMG), riwayat lahir dengan berat badan kurang 2500 gram, ras/etnik, riwayat keluarga dengan diabetes.

Marbach (2011) mengembangkan penyebab faktor risiko terhadap terjadinya Diabetes Mellitus adalah disebabkan oleh multi faktor melalui teori sarang laba-laba ( The Web Caution), dimana lebih menjangkau lebih luas faktor

penyebab terjadinya Diabetes Mellitus, Marbach memodifikasi aktivitas fisik disebabkan oleh faktor sosial yang tidak mendukung, kekerasan, ketidak sanggupan dalam melakukan aktivitas, waktu duduk yang lama saat bekerja atau sekolah dan kondisi seseorang untuk memulai kegiatan aktivitas, disamping itu Marbach memodifikasi faktor lainnya seperti pola makan yang tidak baik seperti rendah serat dapat memicu terjadinya Diabetes Mellitus.

Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor risiko Diabetes Mellitus dimana kelebihan berat badan bisa diukur dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan hasil ≥ 23 kg/m², berat badan berlebih disebabkan oleh meningkatnya kecenderungan masyarakat mengkomsumsi makanan tinggi karbohidrat, lemak dan rendah serat sedangkan aktivitas fisik yang dilakukan rendah, penelitian yang dilakukan Medawati dkk (2005) pada remaja SLTP di


(25)

Yogyakarta dan di Bantul menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan energi dan lemak semakin tinggi terjadinya obesitas.

Penelitian yang dilakukan Hapsari (2007) pada karyawan PT ACS Jakarta, menunjukkan ada hubungan bermakna antara asupan energi dan status gizi. Karyawan yang asupan gizinya melebihi angka kecukupan gizi (AKG) memiliki risiko gizi lebih sebesar 2.9 kali dibanding dengan karyawan yang asupan energimya tidak melebihi AKG.

Aktivitas yang kurang menjadi faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus, pada keadaan istirahat metabolisme otot hanya sedikit menggunakan glukosa darah sebagai sumber energi, sedangkan pada saat beraktivitas fisik (latihan fisik /olahraga), otot menggunakan glukosa darah dan lemak menjadi sumber energi utama, aktivitas fisik mengakibatkan sensitivitas dari reseptor dan insulin semakin meningkat sehingga glukosa darah yang dipakai untuk metabolisme energi semakin baik (Ditjen PL, 2008).

Penelitian yang dilakukan di USA (United States Amerika) pada 21.217

dokter USA selama 5 tahun (kohort study) menemukan bahwa kasus DM tipe 2 lebih tinggi pada kelompok yang melakukan aktivitas fisik kurang dari 1 kali perminggu dibanding dengan kelompok yang melakukan olah raga 5 kali seminggu (Niemann,1995).

Hasil penelitian Kaban dkk (2005) di Sibolga tentang pengaruh aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 mempunyai nilai OR (Odd Rasio) sebesar 2,7 orang yang aktivitas fisiknya rendah 2,7 kali menderita Diabetes


(26)

Melitus, pengaruh obesitas terhadap diabetes mempunyai nilai OR 2,6 yang artinya orang yang obesitas 2,6 kali menderita diabetes dibanding yang tidak obesitas.

Dalam studi yang dilakukan pada tahun 2003 dengan melibatkan 4.747 siswa/siswa SLTP kota Yogyakarta dan 4.602 siswa/siswi SLTP Kabupaten Bantul ditemukan bahwa remaja dengan asupan energi normal ≤ 2.200 kkal/hari tetapi nonton TV ≥ 3 jam/hari mempunyai risiko berat badan berlebih 2.7 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang asupan energi normal ≤ 2. 200 kkal/hari dan waktu nonton TV ≤ 3 jam/hari. Remaja yang asupan energinya tinggi ( ≥ 2.200 kkal/hari) dan mempunyai waktu nonton TV ≥ 3 jam/hari mempunyai risiko berat badan berlebih 12.3 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang asupan energi ≤ 2.200 kkal/hari dan waktu nonton TV ≤ 3jam/hari (Hadi, 2004).

Status pekerjaan di Samosir berdasarkan data Sakernas (2008) untuk kabupaten Samosir adalah orang yang bekerja sebagai petani, nelayan, perkebunan sebanyak 59.123,bekerja sebagai pedagang 4607 orang, bekerja sebagai pegawai sebanyak 4445 orang, bekerja di industri 586 orang, bekerja sebagai jasa kemasyarakatan dan sosial sebanyak 4143, bekerja sebagai pengangkutan transportasi sebanyak 1210 orang .

Menurut Depkes faktor risiko yang dapat dimodifikasi lainnya adalah dislipidemia, gambaran tentang dislipidemia sering didapatkan pada pasien dengan Diabetes Mellitus dimana hasil yang didapat dari pemeriksaan trigliserida 250mg/dl dan penurunan kolesterol HDL 35mg/dl, Studi Finnish membuktikan


(27)

nsity Lypoprotein) merupakan faktor resiko DM tipe 2 (Niemann, 1995).

Prevalensi hipertensi pada penderita diabetes mellitus secara keseluruhan adalah 70 %, Pada laki laki 32 %, wanita 45 %, pada masyarakat India Puma sebesar 49%, pada kulit putih sebanyak 37 % dan pada orang asia sebesar 35%, hal ini menggambarkan bahwa hipertensi pada DM akan sering ditemukan dibandingkan pada individu tanpa Diabetes Mellitus (Weir et al. 1999).

Faktor risiko untuk rendah serat tinggi karbohidrat, adanya serat memperlambat absorsi glukosa sehingga dapat berperan memperlambat kenaikan gula darah, suatu penelitian yang dilakukan di Capetown, yang menunjukkan bahwa pada penduduk yang mengkonsumsi serat rata-rata 6,5 gram per hari ditemukan penderita Diabetes sebanyak 3,6 % sedangkan penduduk yang makan serat rata-rata 24,8 gram per hari hanya ditemukan 0,05% (Hutagalung, 2004)

Di negara berkembang karbohidrat dikomsumsi 70-80% dari total kalori bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90% hal ini disebabkan karbohidrat harganya lebih murah dari sumber kalori lainnya yang kaya akan lemak dan protein, pengaruh pola makan terhadap Diabetes Melitus mempunyai nilai OR 1.9 artinya orang yang pola makan tidak baik 1.9 kali menderita diabetes dibanding yang tidak menderita diabetes (Kaban dkk, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanaban (2007) pola makan yang mengandung tinggi karbohidrat, tinggi lemak merupakan faktor resiko terhadap kejadian diabetes tipe 2 dengan nilai OR untuk karbohidrat 7.87, OR lemak 5.45 dan OR aktivitas fisik 4,44 (Nyoman, 2006).


(28)

Penelitian yang dilakukan kepada ras Fiji yang mengkonsumsi tinggi energi, lemak, protein mempunyai resiko sebesar 1,59 kali untuk menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan ras jepang dan Vietnam (Tomisaka et all, 2002).

Faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya penyakit Diabetes Mellitus dirumah sakit umum Hadrianus Sinaga dari hasil survey pendahuluan yang didapat melalui wawancara yang ditanyakan langsung kepada pasien Diabetes yang datang berkunjung ke rumah sakit Hadrianus Sinaga Pangururan menyatakan bahwa penyebab mereka menderita penyakit diabetes karena jumlah porsi nasi yang mereka makan bisa 2-3 piring saat makan sedangkan aktivitas yang digunakan sedikit umumnya suka duduk di kedai kopi bersama teman-teman duduk di kedai kopi/tuak sudah menjadi kebiasaan masyarakat didaerah tersebut, hal ini merupakan faktor yang berkontribusi terhadap angka kejadian Diabetes Melitus di Pangururan.

Untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus Diabetes Melitus, faktor risiko yang bisa dimodifikasi terhadap terjadinya penyakit ini adalah IMT (Indeks Masa Tubuh), hipertensi, hiperlipidemia (peningkatan profil lemak dalam

darah), aktivitas fisik yang kurang dan unhealthy diet (diet yang tidak sehat)

(Perkeni, 2006).

Berdasarkan latar belakang yang didapat dari survai pendahuluan dan hasil penelitian sebelumnya, penulis berminat untuk melakukan penelitian tentang faktor


(29)

risiko yang dapat dimodifikasi terhadap terjadinya penyakit diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.

1.2. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahui tingginya pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi (IMT ≥ 23 kg m² , kurangnya aktivitas fisik, hipertensi ≥ 140/90 mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet rendah serat) terhadap Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.

1.3.Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi (IMT ≥ 23kg/ m², kurangnya aktivitas fisik, hipertensi ≥ 140/90 mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet rendah serat) terhadap kasus Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi (IMT ≥ 23kg m² , kurangnya aktivitas fisik, hipertensi ≥ 140/90 mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet rendah serat) terhadap Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.


(30)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini dimanfaatkan sebagai

a. Sumber informasi bagi pengambil kebijakan , khususnya rumah sakit tentang faktor risiko yang bisa dimodifikasi yang paling berpengaruh dengan kejadian penyakit Diabetes Mellitus.

b. Sumber informasi bagi masyarakat tentang epidemiologi penyakit Diabetes Mellitus dalam rangka pengendalian diabetes melitus.

c. Bagi Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat, sebagai tambahan dokumentasi penelitian.

d. Bagi peneliti yang akan meneliti masalah Diabetes Melitus, penelitian ini dapat diteruskan lebih lanjut dengan melihat pengaruh yang berbeda dan disain yang berbeda.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus

2.1.1. Pengertian Diabetes Melitus (DM)

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo dkk, 2009).

Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total)

maupun sebagian (Hadisaputro. Setiawan, 2007).

2.1.2. Epidemiologi Diabetes Melitus

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total populasi, insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia, DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi di negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di Afrika , ini akibat tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat, di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas (2007) dari 24417 responden berusia > 15 tahun , 10,2% mengalami toleransi glukosa tergangggu (kadar glukosa


(32)

140-200 mgdl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban glucosa sebanyak 75 gram), DM lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding dengan pria, lebih sering pada golongan tingkat pendidikan dan status sosial yang rendah, daerah dengan angka penderita DM yang tertinggi adalah Kalimantan Barat dan Maluku Utara, yaitu 11.1% sedangkan kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%, beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan buah (Riskesdas, 2007).

Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes, 2008).

Hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1993 di Jakarta daerah urban membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1.7% pada tahun 1982 menjadi 5.7% kemudian tahun 2001 di Depok dan didaerah Jakarta Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di Ujung Pandang daerah urban meningkat dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada tahun1998, kemudian pada akhir 2005 menjadi 12.5%, di daerah rural yang dilakukan oleh Arifin di Jawa Barat 1,1% didaerah terpencil, di tanah Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8% dapat dijelaskan perbedaan prevalensi daerah urban dan rural (Soegondo dkk, 2009).


(33)

2.1.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)

Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh Perkeni adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA), klasifikasi

etiologi Diabetes Mellitus, menurut ADA (2007) adalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Klassifikasi Etiologis Diabetes Mellitus

Tipe Keterangan

DiabetesTipe 1 Diabetesang tergantung dengan insulin disebabkan oleh kerusakan sel-sel beta dalam pankreas sejak

masa anak anak atau remaja

Diabetes Tipe 2 Mulai dari yang dominan resistensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin

Diabetes Tipe lain 1. Defek genetik fungsi insulin 2. Defek genetik kerja insulin 3. Karena obat

4. Infeksi

5. Sebab imunologi yang jarang : antibody insulin 6. Resistensi Insulin

7. Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Klinefelter, sindrom Turner)

Diabetes Gestasional (DMG)

Karena dampak kehamilan Sumber: Perkeni 2006

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila trdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini:

a. Keluhan klasik DM berupa : banyak minum, banyak makan, banyak buang air kecil dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae (gatal didaerah kemaluan)


(34)

Diabetes karena dampak kehamilan ditegakkan hasil pemeriksaan TTGO, dilakukan dengan memberikan beban 75 g glukosa setelah berpuasa 8 – 14 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah beban. DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa

≥ 95 mg/dl, 1 jam setelah beban ≥ 180 mg/dl dan 2 jam setelah beban ≥ 155 mg/dl.

Apabila hanya dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah ≥ 155 mg/dL, sudah dapat didiagnosis Diabetes Gestasional (Perkeni, 2006).

2.1.4. Insulin

Insulin adalah salah satu hormon didalam tubuh manusia yang dihasilkan atau diproduksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam kelenjarpangkreas, Insulin merupakan suatu polipeptida (protein) dalam keadaan normal, jika kadar glukosa darah naik, kelenjar pangkreas akan mengeluarkan insulin dan masuk ke dalam aliran darah, oleh darah insulin disalurkan ke reseptor hati sebesar 50 % ginjal 10-20%, sel darah, otot, jaringan lemak 30-40%, apabila kadar insulin cukup atau fungsinya tidak terganggu, kelebihan gula dalam darah akan segera diubah dan disimpan untuk metabolisme tubuh (Soewondo, 2006).

Gula darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi energi dan akan merangsang sel beta pulau langerhans untuk mengeluarkaninsulin, selama tidak ada insulin, gula darah tidak dapat masuk kedalam sel-sel jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak, insulin merupakan kunci yang membuka pintu sel jaringan, memasukkan gula ke dalam sel dan menutup pintu


(35)

kembali, di dalam sel, gula dibakar menjadi energi yang berguna untuk aktivitas (Soegondo, 2004).

2.1.5. Diagnosis Diabetes Mellitus

Dapat ditegakkan melalui tiga cara dengan melihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2.2. Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus

Gejala klasik DM + Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl Gejala klasik DM + Glukosa plasma puasa > 126 mg/dl atau

u Glukosa plasma 2 jam pada TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) > 200 mg dl, menggunakan beban glukosa 75 g anhidrus yang dilarutkan dalam air

Sumber, Perkeni 2006

Cara pemeriksaan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) sesuai dengan Perkeni (2006)

a. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari- hari ( dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.

b. Berpuasa paling sedikit 8 jam ( mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.

c. Diperiksa kadar glukosa puasa

d. Diberikan glucosa, 75 gram pada orang dewasa atau 1,75 gram/kg BB anak-anak, dilarutkan dalan 250ml dan diminum dalam waktu 5 menit.

e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glucosa selesai.

f. Diperiksa kadar glucosa 2 jam sesudah beban glucosa. g. Selama proses pemeriksaan tidak merokok (Perkeni, 2006).


(36)

2.1.6. Gejala Diabetes Mellitus

2.1.6.1. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus

Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.

1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu:

1) Banyak makan (poliphagia).

2) Banyak minum (polidipsia).

3) Banyak kencing (poliuria).

2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala: 1) Banyak minum.

2) Banyak kencing.

3) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 2-4 minggu).

4) Mudah lelah.

5) Bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma .

2.1.6.2. Gejala Kronik Diabetes Mellitus

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:

1) Kesemutan.

2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum. 4) Rasa tebal di kulit.


(37)

5) Kram. 6) Capai.

7) Mudah mengantuk.

8) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata. 9) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.

10)Gigi goyah mudah lepas, kemampuan seksual menurun, impotensi. 11)Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam

kandungan, atau dengan berat lahir lebih dari 4 kg (Jhonson, 1998 ).

2.1.7. Keluhan Subjektif Diabetes Melitus

Keluhan subjektif adalah keluhan yang dirasakan oleh pasien sendiri, adapun keluhannya adalah:

1). Poliuria (banyak buang air kecil)

2). Polidipsia (banyak minum)

3). Polifagia (banyak makan)

4). Kesemutan

5). Gatal didaerah kemaluan 6). Keputihan

7). Infeksi susah sembuh 8). Bisul hilang timbul 9). Penglihatan kabur


(38)

2.1.8. Patogenesis Diabetes Mellitus

Patogenesis diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan hepatic glucosa production (HGP) dan penurunan fungsi

sel β, yang akhirnya akan menuju kerusakan total sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin, untuk mengkompensasi (mengatasi kekurangan) resistensi insulin agar kadar glukosa darah tetap normal.

Lama-kelamaan sel beta tidak sanggup lagi mengkompesasikan resistensi insulin hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta semakin menurun saat itulah diagnosa diabetes ditegakkan ternyata penurunan fungsi sel beta berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengekresi insulin (ADA, 2007).

2.1.9. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi-komplikasi penderita diabetes melitus:

1) Sistem kardiovaskuler (peredaran darah jantung) seperti hipertensi,

infarck miokard ( gangguan pada otot jantung).

2) Mata: retinopathy diabetika, katarak

3) Saraf: neropathy diabetika

4) Paru-paru: TBC (tuberculosis)

5) Ginjal: pielonefritis (infeksi pada piala ginjal), Glumerulosklerosis

(Pengerasan pada glomerolus).


(39)

7) Kulit: Gangren (jaringan mati pada kulit, jaringan), ulcus (luka)

2.1.10. Pengendalian Diabetes Mellitus

Tujuan pengendalian Diabetes Mellitus dibagi menjadi tujuan jangka panjang dan tujuan tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.

Tujuan jangka panjang yaitu:

1) Agar penyangdang diabetes dapat hidup lebih lama, karena kualitas hidup seseorang menjadi kebutuhan, seseorang yang bertahan hidup tetapi dalam keadaan tidak sehat akan mengganggu kebahagiaan dan kestabilan keluarga. 2) Untuk membantu penyandang diabetes agar mereka dapat membantu dirinya

sendiri, sehingga komplikasi yang mungkin timbul dapat dikurangi dan jumlah hari sakit dapat ditekan.

3) Agar penyandang diabetes dapat produktif sehingga dapat berfungsi dan berperan sebaik-baiknya didalam masyarakat.

4) Menekan biaya perawatan baik secara pribadi, asuransi maupun nasional.

2.1.11. Prinsip Pengendalian Diabetes Mellitus meliputi 4 pilar yaitu: 1). Penyuluhan

Tujuan penyuluhan menurut pengendalian yaitu meningkatkan pengetahuan diabetisi tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut, penyuluhan meliputi penyuluhan untuk pencegahan primer ditujukan untuk kelompok risiko tinggi, penyuluhan untuk pencegahan


(40)

sekunder ditujukan pada diabetisi terutama pasien yang baru, materi yang diberikan meliputi pengertian diabetes, gejala, penatalaksanaan Diabetes Mellitus, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, penyuluhan untuk pencegahan tersier ditujukan pada diabetisi lanjut, dan materi yang diberikan meliputi aktivitas fisik, pola makan, pengawasan kadar gula darah (Soegondo dkk, 2009).

2). Latihan Fisik (Olah Raga).

Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut, olah raga meliputi empat prinsip jenis olah raga dinamis yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, time (durasi) dan tipe (jenis ):

Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan teratur 3-5 kali Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70% MHR ( Maximun Heart Rate )

Time : 30-60 menit

Tipe/Jenis : Olahraga endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan

kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.

Menurut Soegondo dkk (2009) menentukan MHR (Maksimun Heart Rate)

yaitu: 220 - umur, setelah MHR didapat ditentukan THR ( Target Heart Rate ),

misalnya intensitas latihan yang diprogramkan bagi diabetisi umur 50 tahun sebesar 60-70%, maka THR = 60% × (220-50) = 102, sedangkan THR 70% adalah: 70% × ( 220 – 50) = 119, dengan demikian jika diabetesi ini akan olahraga sebaiknya berada diantar 102-119 kali/menit, hal-hal yang perlu diperhatikan


(41)

waktu olah raga yaitu pemanasan (warm up) kegiatan ini dilakukan sebelum

memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan, menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi secara perlahan-lahan, mengurangi kemungkinan terjadinya cedera, lama pemanasan 5-10 menit, kemudian latihan inti (Conditioning) pada tahap ini denyut

nadi diusahakan mencapai THR (Target Heart Rate) agar latihan benar

bermanfaat.

Pendinginan (cooling-down), setelah selesai olahraga dilakukan

pendinginan untuk menimbulkan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolahraga atau pusing-pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktip, contohnya bila olah raga jogging maka pendinginan

dilakukan dengan tetap jalan selama beberapa menit, bila mengayuh sepeda tetap mengayuh tanpa beban, lama pendinginan sebaiknya dilakukan 5-10 menit, peregangan ( Stretching) hal ini dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan

otot-otot yang masih meregang dan tidak elastis dan ini sangat penting bagi diabetisi usia lanjut (Soegondo dkk, 2009).

3). Diet Diabetes Mellitus

Adanya serat (sayur, buah dan kacangan) memperlambat absorbsi glukosa, sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan gula darah, makanan yang cepat dirombak dan juga cepat diserap dapat meningkatkan kadar gula darah, sedangkan makanan yang lambat dirombak dan lambat diserap masuk ke aliran darah menurunkan gula darah (Almatsier, 2006).


(42)

Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori, walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang, di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%, sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%, hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein, karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian (Ostman, 2001) .

Penukar nasi umumnya digunakan sebagai makan pokok, satu porsi nasi setara dengan ¾ gelas atau 100 gram, mengandung 175 kalori, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat, untuk menentukan berapa kebutuhan karbohidrat total perhari dapat ditentukan dengan melihat kebutuhan energi sehari, jika energi sehari adalah sebesar 2450 kkal, maka energi yang berasal dari karbohidrat adalah 1470-1838 kkal atau sekitar 368-460 g karbohidrat , 1 gram karbohidrat setara dengan 4 kkal, kebutuhan karbohidrat 60-70% total kkal (Almatsier, 2006).

Untuk melihat bahan makanan yang berasal dari karbohidrat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(43)

Tabel 2.3 Bahan Makanan Karbohidrat

No Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat (gr)

1 Bihun ¼ gelas 50

2 Biscuit 4 keping 40

3 Havermut 5½ sendok makan 45

4 Kentang 2 biji sedang 210

5 Crackers 5 keping 50

6 Macaroni ½ gelas 50

7 Mie Kering 1 gelas 50

8 Mie Basah 2 gelas 200

9 Nasi ¼ gelas 100

10 Talas 1 potong 125

11 Ubi 1 biji sedang 135

12 Roti Putih 3 potong sedang 70

Sumber: Almatsier, 2006

Sumber karbohidrat lain dapat diperoleh dari gula merupakan salah satu sumber karbohidrat sederhana yang dicampur ke kopi, teh manis, susu dan minuman lainnya yang banyak dikonsumsi masyarakat contohnya 1 sendok makan susu kental manis = 71 kalori, g

4. Pengobatan

ula termasuk dalam sumber karbohidrat tetapi bukan sumber energi utama, sumber energi utama adalah karbohidrat kompleks (Nasi, kentang, bihun, jagung, bihun, mie), penggunaan gula yang terlalu banyak tidak dianjurkan, gula jika dikonsumsi berlebihan maka bisa memicu berbagai masalah seperti Diabetes dan kegemukan, satu sendok makan gula pasir sama dengan 10 gram ( Almatsier, 2006).

Jika telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka dipertimbangkan pemberian obat meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) dan insulin, pemberian obat hipoglikemi oral diberikan kurang lebih 30 menit sebelum


(44)

makan, pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena (melalui vena)

atau intramuskuler (melalui otot) ( Soegondo, 2009).

2.2 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

2.2.1. Faktor Risiko yang tidak Bisa Dimodifikasi a. Ras/etnik

Merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki ciri fisikbawaan yang sama, pada dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu ciri fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak, ciri fenotipe terdiri atas ciri

kualitatif dan kuantitatif, ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut, bentuk hidung, bentuk dagu dan bentuk bibir sementara ciri kuantitatif antara lain tinggi badan dan ukuran bentuk kepala, ciri filogenetif yaitu hubungan asal

usul antara ras-ras dan perkembangan sedangkan ciri getif yaitu ciri yang

didasarkan pada keturunan darah (Lanning, 2009).

Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya, anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa , sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi, penelitian yang dilakukan oleh NHANES (National Health And Nutrition

Examinations Surveys) dari 11.090 sampel, didapati 880 yang menderita diabetes


(45)

mempunyai 2 kali menderita diabetes dibandingkan dengan wanita kulit putih (Lipton, 1993).

b. Riwayat Keluarga dengan Diabetes (Anak Penyandang Diabetes)

DM tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik yang akan mempercepat fenotipe diabetes, riwayat penyakit untuk timbulnya DM tipe 2 terjadi interaksi antara predisposisi genetik dan lingkungan, pada penelitian yang dilakukan oleh The Framingham offspring of tipe 2 diabetes mendapatkan

resiko DM tipe 2 yaitu 3,5 kali lebih tinggi pada keturunan salah satu orang tua diabetes, dan 6 kali lebih tinggi pada keturunan yang keduanya orang tua tersebut menderita diabetes (Meigs, 2000).

Pada penelitian epidemiologi prospektif nilai C reaktip protein dapat digunakan untuk memprediksi DM tipe 2 Tan dalam penelitiannya dari pasien yang non obesitas dengan gangguan toleransi glukosa mendapatkan nilai C reaktip positif yang memprediksikan individu tersebut akan menjadi DM (Wu T at all, 2002).

c. Umur

Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai dengan penurunan produksi hormon tertosteron untuk laki-laki dan oestrogen untuk perempuan biasanya memasuki usia 45 tahun keatas, kedua hormon ini tidak hanya berperan dalam pengaturan hormon seks, tetapi juga metabolisme pengaturan proses metabolisme tubuh, salah satu fungsi dua hormon tersebut adalah mendistribusikan lemak keseluruh tubuh akibatnya, lemak menumpuk diperut, batasan lingkar perut normal untuk perempuan < 80cm dan untuk laki-laki < 90cm. Membesarnya


(46)

lingkaran pinggang akan diikuti dengan peningkatan gula darah dan kolesterol yang akan diikuti dengan sindroma metabolik yakni terganggunya metabolisme tubuh dari sinilah mulai timbulnya penyakit degeneratif (Tjokroprawiro, 1998).

d. Riwayat Melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir > 4000 gram atau Riwayat Pernah Menderita Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)

Diabetes Mellitus Gestational (DMG) adalah suatu bentuk diabetes yang berkembang pada beberapa wanita selama kehamilan, Diabetes gestasional terjadi karena kelenjar pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengkontrol gula darah ( glukosa ) wanita hamil tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin yang dikandungnya (Jhonson, 1998).

e. Riwayat Lahir dengan Berat Badan Rendah Kurang dari 2500 gram

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah yang menunjukkan wanita hamil tersebut mempunyai kadar gula yang tinggi dalam darahnya dimana ia tidak pernah menderita diabetes sebelum kehamilannya, Diabetes Mellitus Gestasional berbeda dengan diabetes lainnya dimana gejala penyakit ini akan menghilang setelah bayi lahir,di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9 - 3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap Diabetes Mellitus atau gangguan toleransi glukosa (Soewondo, 2006).

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah tentunya memiliki organ yang internal yang kecil. Organ internal akhirnya membuat si anak tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuhnya. Jika berat badan kecil maka pankreasnya juga


(47)

kecil dan tidak sempurna, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan insulin tubuh. Ketika anak ini bertumbuh dan dewasa anak yang lahirnya kecil untuk jadi bertambah besar ketika sudah masuk usia anak-anak dan remaja. Ini semakin membuat organ tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuhnya, akhirnya akan berisiko penyakit-penyakit berbahaya seperti diabetes (Jhonson, 1998).

2.2.2. Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi

a. Berat Badan Lebih (IMT ≥23 kg/m ²)

Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) berat badan seseorang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu normal, overweight (kelebihan berat badan) dan

obesitas. Overweight dan obesitas merupakan sama-sama menunjukkan adanya

penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh, ditandai dengan peningkatan nilai masa indeks tubuh diatas normal, orang yang mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dalam jangka waktu yang lama akan menjadi risiko tinggi DM Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:

Contoh : BB = 50 kg, TB = 160 cm, IMT = 50/(160/100)2

Tabel 2.4 Klasifikasi Nilai IMT (Indeks Masa Tubuh) Asia Fasifik

= 50/2,56 = 19,53

IMT Kategori

< 18,5 BB Kurang

18.5-22.9 BB Normal

≥ 23,0 BB Lebih

23,0-24,9 Dengan Risiko

25,0-29,9 Obesitas 1

≥ 30 Obesitas 2

Sumber : Perkeni, 2002

���= �� (��)


(48)

Penelitian Hartati (2004) pada penderita DM tipe 2 di RSUD Tugurejo Semarang menghasilkan tidak ada pengaruh IMT dengan kejadian DM tipe 2 dengan hasil p value > 0,005 sedangkan penelitian oleh National Health and

Nutrition Examinations Surveys (NHANES) tahun 1992-2002 didapatkan 80% dari

responden dengan IMT ≥ 18,5 kg/m² menderita DM dibanding dengan responden dengan IMT < 18,5 kg/m² (ADA, 2007). Diabetes Mellitus tipe 2 cenderung meningkat seiring dengan peningkatan lemak yang diukur dengan IMT, setiap peningkatan 1 kg berat badan meningkatkan risiko sebesar 4,5% untuk menderita DM tipe 2 (Webber, 2004).

Penelitian Kaban, dkk (2005) hubungan obesitas dengan DM diperoleh nilai p= (0,000) dengan nilai OR sebesar 4,6 yang artinya orang yang obesitas kemungkinan 4,6 kali menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan yang tidak.

b. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan fisik yang dilakukan dengan teren cana, terstruktur, berulang dan tujuannya memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani, kesegaran jasmani berkaitan dengan kesehatan mengacu pada beberapa aspek fungsi fisiologi dan psikologis yang dipercaya memberikan perlindungan kepada seseorang dalam melawan beberapa tipe penyakit degeneratif seperti penyakitjantung koroner, obesitas dan kelainan muskuloskeletal (Ganlay. Sherman, 2000).

Penelitian yang dilakukan di USA pada 21.217 dokter US selama 5 tahun (kohort study) menemukan bahwa kasus DM tipe 2 lebih tinggi pada kelompok


(49)

yang melakukan aktivitas fisik kurang dari 1 kali perminggu dibanding dengan kelompok yang melakukan olah raga 5 kali seminggu. Penelitian lain yang dilakukan selama 8 tahun pada 87.535 perawat wanita yang melakukan olah raga ditemukan penurunan resiko penyakit DM tipe 2 sebesar 33%, (Soegondo dkk, 2009).

Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik Diabetes Mellitus (Niemann, 1995).

Olahraga menyebabkan sel-sel otot dan organ hati menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sebagai hasilnya dapat menyimpan dan menggunakan glukosa dengan lebih efektif, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa, keadaan ini dapat berlanjut beberapa jam setelah melakukan olah raga.

Lamanya manfaat olah raga akan hilang bila berhenti 3 hari, hal ini menekankan pentingnya olah raga secara teratur dan berkesinambungan , agar benar-benar bermanfaat olahraga dilakukan 3-4 kali dalam seminggu, berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang panjang (Suharto, 2004). Olahraga selama 30-40 menit dapat meningkatkan pemasukan glukosa kedalam sel sebesar 7-20 kali lipat dibandingkan tanpa olah raga, olah raga yang tepat untuk diabetes adalah jalan, jogging, renang, bersepeda, aerobik (Soewondo, 2006).


(50)

Hasil penelitian Wardani (2009), aktivitas fisik rendah memiliki resiko DM tipe 2 sebanyak 3,2 kali lebih besar dari yang melakukan aktivitas fisik yang baik.

c. Hipertensi (≥ 140/90 mmhg)

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding- dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung kejaringan, tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah, tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel

berelaksasi (tekanan diastolik) (Hull, 1996).

Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan dinding pembuluh darah, mereka yang menderita hipertensi mempunyai tinggi tekanan darah yang tidak normal, penyempitan pembuluh nadi atau aterosklerosis merupakan gejala awal yang umum terjadi pada hipertensi, karena arteri-arteri terhalang lempengan kolesterol dalam aterosklerosis, sirkulasi darah melewati pembuluh darah menjadi sulit, ketika arteri-arteri mengeras dan mengerut dalam aterosklerosis darah memaksa melewati jalan yang sempit, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi tinggi (Hull, 1996).

Menurut JNC 7 (Joint National Commite) (2003) bila tekanan darah ≥ 140/90 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi, hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis, hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri, satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.


(1)

Master Tabel

55 1 4 1 1 2 1 1 1 1 Umur Seks Pkerj IMT TD Aktivts Kbohdrat Serat DM Jns Aktiv

68 2 1 1 1 2 1 1 1 3 55 1 1 1 1 2 1 1 1 1 53 1 4 1 2 1 1 1 1 1 64 1 4 2 2 1 2 1 1 1 64 1 6 1 1 1 1 1 1 1 56 1 1 1 2 1 1 1 1 1 48 2 4 2 2 1 1 1 1 1 73 1 1 1 2 2 1 1 1 1 72 1 4 1 1 1 1 1 1 1 47 2 1 1 2 1 1 1 1 1 51 1 1 1 2 2 1 1 1 1 59 1 1 1 2 1 1 1 1 1 48 2 4 1 2 1 1 1 1 3 55 1 6 1 1 1 1 1 1 1 63 1 4 1 1 2 1 1 1 1 63 1 6 1 1 1 1 1 1 1 54 1 4 1 1 1 2 1 1 1 67 2 4 1 2 1 2 1 1 1 60 2 4 1 2 1 1 1 1 1 65 1 2 1 2 1 1 1 1 1 69 2 1 1 2 1 1 1 1 1 53 1 2 1 2 1 2 1 1 1


(2)

50 2 4 1 2 2 2 1 1 1 65 1 3 2 1 1 1 1 1 3 59 1 4 1 2 1 1 1 1 1 64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 56 1 4 2 1 1 1 1 1 1 53 2 4 2 2 1 1 1 1 1 55 1 4 2 1 1 1 1 1 1 65 1 2 1 2 1 1 1 1 1 46 2 5 1 2 1 1 1 1 1 48 2 1 2 2 1 1 1 1 1 59 1 2 2 1 1 1 1 1 1 63 2 1 2 2 1 1 1 1 1 70 2 3 1 2 2 1 1 1 2 63 2 1 1 2 1 1 1 1 3 63 1 1 1 2 1 2 1 1 1 52 2 5 1 2 1 1 1 1 1 67 1 1 1 2 2 1 1 1 1 51 2 1 2 2 2 1 1 1 1 53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 64 1 2 1 2 1 1 1 1 1 52 2 1 2 2 1 2 1 1 1 55 2 2 1 1 1 1 1 1 4 48 1 6 1 2 1 1 1 1 1


(3)

50 2 1 1 2 1 1 1 1 3 70 1 3 1 1 1 1 1 1 5 51 2 1 2 2 1 1 1 1 1 54 2 1 1 1 1 2 1 1 1 48 1 1 1 1 1 1 1 1 5 42 2 2 1 2 1 1 1 1 3 43 2 2 1 1 1 1 1 1 3 48 1 1 1 2 1 1 1 1 4 46 1 2 1 1 1 2 1 1 4 47 2 1 1 1 1 1 1 1 3 60 1 6 1 1 1 1 1 1 3 66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 64 2 1 1 2 1 1 1 1 1 46 1 2 1 1 1 1 1 1 1 48 1 6 1 1 1 1 1 1 1 73 1 6 1 2 2 1 1 1 1 52 1 1 1 2 1 1 2 1 1 60 2 7 2 2 1 1 1 1 1 63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 62 2 1 1 1 2 1 1 1 1 64 1 7 1 2 2 2 1 1 1 55 1 2 2 1 1 1 1 0 1 68 2 1 2 2 2 1 1 0 1 55 1 1 2 1 2 1 1 0 2 53 2 4 2 2 1 1 1 0 1


(4)

64 1 5 2 2 2 2 1 0 1 56 1 1 2 1 2 1 1 0 1 48 2 1 2 2 1 1 1 0 1 73 1 3 2 2 1 1 2 0 1 72 1 6 2 2 1 1 1 0 1 47 2 7 2 2 2 1 1 0 1 51 1 1 2 2 1 1 1 0 1 59 1 2 2 2 1 1 1 0 1 48 2 1 2 1 2 1 1 0 1 55 1 2 1 2 1 1 1 0 1 63 1 4 1 1 1 1 2 0 1 63 1 4 1 2 1 1 1 0 3 54 1 4 1 2 1 2 1 0 1 67 2 1 1 2 2 2 1 0 1 60 2 1 1 2 1 1 1 0 1 65 1 2 1 2 1 1 1 0 1 69 2 2 2 2 1 1 1 0 1 53 1 4 1 2 1 2 1 0 1 59 2 4 1 2 1 1 1 0 1 50 2 1 1 1 1 2 1 0 1 65 1 4 1 2 1 1 1 0 1 59 1 6 1 1 1 2 1 0 1 64 1 6 2 2 1 2 1 0 1


(5)

53 2 1 1 2 1 2 1 0 1 55 1 1 1 1 2 2 1 0 2 65 1 4 2 2 1 1 1 0 1 46 2 4 1 2 1 1 1 0 1 48 2 6 1 2 2 2 1 0 1 59 1 4 2 2 1 1 1 0 2 63 2 1 2 2 2 1 1 0 1 70 2 3 1 2 1 1 1 0 1 63 2 1 1 2 2 1 1 0 1 63 1 7 1 2 1 2 1 0 1 52 2 6 1 2 1 1 1 0 1 67 1 1 1 2 2 2 1 0 1 51 2 1 2 2 2 1 1 0 1 53 1 1 1 1 1 2 1 0 1 64 1 2 1 2 1 2 1 0 1 52 2 1 2 2 1 1 1 0 1 55 2 4 2 1 2 2 2 0 1 48 1 4 1 1 1 1 1 0 1 41 1 6 1 2 1 2 1 0 1 50 2 4 2 2 1 1 1 0 1 70 1 3 2 1 1 1 1 0 1 51 2 2 2 2 1 1 1 0 1 54 2 7 2 2 1 1 1 0 1 48 1 6 2 2 1 2 1 0 1 42 2 4 2 2 2 1 1 0 1


(6)

48 1 6 2 2 1 1 1 0 1 46 1 4 2 2 1 1 1 0 1 47 2 7 2 2 1 1 2 0 1 60 1 4 2 2 2 2 1 0 1 66 1 4 2 2 2 1 1 0 1 64 2 2 2 2 2 1 2 0 1 46 1 5 2 2 2 1 1 0 1 48 1 2 2 2 2 1 1 0 1 73 1 6 2 2 2 2 1 0 1 52 1 4 1 2 2 2 1 0 1 60 2 2 2 1 2 2 1 0 1 63 1 6 2 2 2 2 2 0 1 62 1 1 2 1 2 2 2 0 1 64 1 1 1 1 2 2 1 0 1