Penanganan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Lanjut.

ABSTRAK

Menjadi tua dengan bertambahnya umur adalah suatu hal yang dialami oleh
setiap orang. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang berhubungan
dengan penuaan. Prevalensi kejadiannya meningkat sesuai umur, jarang terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda.
Di Amerika Serikat pada masyarakat yang berumur 65 tahun ke atas
diperkirakan 20% mengidap diabetes. Insidensi diabetes melitus bertambah
dengan meningkatnya umur. Angka insidensi pada umur 25-44 tahun adalah kirakira 2 setiap 1000 orang dan pada umur lebih dari 45 tahun meningkat sampai
kira-kira 5 setiap 1000 orang. Insidensi yang tinggi ini tetap pada usia 75 ke atas.
Meskipun klasifikasi diabetes pada lansia adalah sulit, kebanyakan pengidap
diabetes di atas 60 tahun adalah Diabetes Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).
Diabetes Tergantung Insulin (DMTI) juga dijumpai pada kelompok ini, sekitar 5
sampai 10%. Sedangkan beberapa lansia dengan Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin (DMTTI) pada suatu saat akan bisa menjadi Diabetes Melitus
Tergantung Insulin (DMTI).
Pengobatan lansia dengan diabetes memerlukan perhatian yang cermat dan
dapat dibagi menjadi pengobatan dasar dan pengobatan agresif. Empat standar
modalitas dari terapi diabetes : diet, latihan, penggunaan OHO (Obat
Hipoglikemik Oral) dan pengaturan insulin, semuanya dipertimbangkan untuk
semua usia lanjut.


iv

ABSTRACT

Aging is something that every one. Diabetes mellitus is a disease associated
with aging. Uncommon in children and younger adults, its prevalence increases
w ith age.
In the UnitedStates diabetes muy affect up to 20% of individuals over the age
of 65 years. The incidence of diabetes mellitus also increases with age. The
incidence rate is approximately 2 per 1000 among those individuals aged 25 to
44, increasing to approximately 5 per 1000 among individuals older than 45. This
high incidence rate is maintained evenfor those individuals greater than 75years
old.
Although the classificatiionof diabetes mellitus in older adults is dificult, the
majority of individuals with diabetes mellitus who are older than 60 have non
insulin dependent diabetes (NIDDM). insulin dependent diabetes mellitus (IDDM)
occurs in this age group as well, perhaps 5 to 10% of older individuals. In
addition, a small proportion of older individuals who initially have NIDDM
appear to become insulin dependent over time.

Treatment of older patients with diabetes mellitus demands careful
consideration and muy be divided in two levels :basic care and aggressive care.
The four standard modalities of diabetes therapy : diet, exercise, use of oral
hypoglycemic agents, and administration of insulin, all merit consideration for
older adults.

V

DAFTAR IS1

Hal
Lembar Judul
Lembar Persetujuan Pembimbing
...

Lembar Pernyataan Mahasiswa........................... ............................ ............... .

111

Abstrak ............................. ............ ............................ ..... ..... .............................


iv

Abtract ...... ......................,...........................,.....................................................

V

Kata Pengantar ._.........................._. ........,.............,..........,..........................,... ...

vi

Daftar lsi ...........................................................................................................

...

Vlll

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................


1

1.2 ldentifikasi Masalah ..........._...,........................,................... ......................

2

1.3 Tujuan dan Maksud............................,......................................................

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan-Perubahan Dalam Metabolisme Karbohidrat Pada Penuaan ...

2.2 Definisi Diabetes Melitus ................................ ........................,................

4
5

2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus ........__. ............._............................................


5

2.4 Etiologi Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut .., ............ . .............................

7

2.5 Gejala Klinis Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut ............................... ......

8

2.6 Diagnosis Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut .. ........................................

9

,

2.7 Komplikasi Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut .......................................

11


2.8 Pengelolaan Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut........ .. .............................

11

2.8.1 Terapi Perencanaan Makanan ......._.................. .___ ..................,......

13

2.8.2 Terapi Olah Raga/Latihanjasmani ..... .. .... ...............,................ ... ..

16

2.8.3 Terapi OHO (Obat Hipoglikemik Oral) ,.......................................

18

2.8.4 Terapi Insulin ...................................... ....... ..

21


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.9 Penderita Diabetes Melitus Usia Lanjut Yang Dirawat Di Rumah

Perawatan .. .. .. .................. ..............,.............. .. . . . .. .... .. .. ..... .... ..............
...
Vlll

24

2.10 Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus Usia Lanjut ..............................

26

BAB in RTNGKASAN .................................................................................

27

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ................................................................................................


30

4.2 Saran ..........................................................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

32

RIWAYAT HIDUP

IX

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menjadi tua adalah keadaan alamiah yang tidak dapat dihindarkan.
Yang dimaksud dengan usia lanjut (lansia) di Negara Barat pada umumnya adalah
umur 65 tahun ke atas sedang untuk orang Indonesia adalah umur 60 tahun keatas
(Ainal H, 1996).
Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadangkadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit (Ainal

H, 1996). Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran
hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses
menua (Rjokomoelijanto R, 1999).
Diabetes melitus pada usia lanjut umumnya adalah tipe 2 (DMTTI) (Ainal H,
1996). Pada diabetes melitus tipe 2 (DMTTI) jumlah insulin normal, mungkin
lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang,
hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada diabetes melitus tipe
1(DMTI). Perbedaannya adalah pada diabetes melitus tipe 2 (DMTTI) di samping
kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut

resistensi insulin (Slamet S , 1999).
Gambaran klinis diabetes melitus pada usia lanjut bervariasi dari tanpa gejala
sampai dengan komplikasi nyata dan kadang-kadang menyerupai penyakit atau
perubahan yang biasa pada usia lanjut. Diabetes melitus tipe 2 (DMTTI) pada usia
lanjut suatu saat akan bisa menjadi diabetes melitus tipe 1 (DMTI) sekitar 3

1

2

sampai 5 % (Jeffrey B, 1994). Berbeda dengan usia muda, pada kelompok usia
lanjut diperlukan penatalaksanaan secara khusus baik kuratif, preventif maupun
rehabilitatif (Ainal H, 1996).
Menurut Prof. Raven dan Defronzo ternyata memang ada resistensi insulin
perifer yang menandai diabetes melitus tipe 2 (DMTTI) pada kelompok usia
lanjut. Menurunnya toleransi glukosa pada usia lanjut ini berhubungan dengan
berkurangnya sensitivitas sel perifer terhadap efek insulin (resistensi insulin). Ada
juga faktor sekunder yaitu perubahan pola hidup dan timbulnya penyakit lain.
Keduanya memang sama-sama ditandai dengan hiperglikemi, namun dampak
komplikasinya berbeda (Djokomoelijanto R, 1999).


Di Amerika Serikat pada masyarakat yang berumur 65 tahun ke atas
diperkirakan 20 % mengidap diabetes. Insidensi diabetes melitus bertambah
dengan meningkatnya umur. Angka insidensi pada umur 25-44 tahun kira-kira 2
setiap 1000 orang dan pada umur lebih dan 45 tahun meningkat sampai kira-kira 5
setiap 1000 orang. Insidensi yang tertinggi ini tetap dijumpai pada usia 75 tahun
ke atas (Jeffrey B, 1994). Di Singapura ditemukan diabetes melitus pada 23,7 %
penduduk berusia di atas 65 tahun, sedangkan prevalensi diabetes melitus pada

usia lanjut di Indonesia adalah 15,9-32,73 %(Ainal H, 1996).
Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan
terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebro-vaskuler, penyakit
jantung koroner, penyakitpembuluh darah tungkai, penyulit pada mata, ginjal dan
saraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dlkendalikan dengan baik, dlharapkan
semua penyulit menahun dapat dicegah, paling sedikit dIhambat.Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan keikutsertaan para pengelola kesehatan ditingkat
pelayanan primer (Sarwono W, 1999).
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskanpertanyaan :
1. Faktor -faktor apa saja yang dapat menyebabkan diabetes melitus pada usia
lanjut.

3

2. Terapi apa saja yang digunakan untuk penanganan diabetes melitus tipe 2 pada
usia lanjut.
1.3 Tujuan dan Maksud
Tujuan umum

: untuk mamaharni lebih dalam dan mengetahui gejala-gejala

dini tentang penyakit diabetes melitus tipe 2 pada usia lanjut.
Tujuan khusus

: untuk mengetahui terapi yang digunakan pada penanganan

diabetes melitus tipe 2 dan faktor-faktor penyebab diabetes
melitus tipe 2 pada usia lanjut.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Faktor penyebab diabetes melitus tipe 2 (DMTTI) pada usia lanjut disebabkan

beberapa hal yaitu : obesitas, aktifitas fisis berkurang, kurangnya massa otot,
penyakit penyerta, penggunaan obat-obat, penurunan sekresi insulin dan
resistensi insulin.
2.

Pengobatan untuk penderita diabetes melitus usia lanjut memerlukan
perhatian yang cermat dan dapat dibagi menjadi pengobatan dasar dan
pengobatan agresif.

3. Empat dasar modalitas terapi diabetes melitus usia lanjut yaitu diet, latihan,

pemakaian OHO dan pengaturan insulin.
4.

Obat golongan sulfonilurea pada pasien diabetes melitus usia lanjut yang
digunakan adalah sulfonilurea dengan waktu paruh pendek, sulfonilurea
dengan waktu paruh panjang sebaikmya dihindari.

5.

Kriteria diabetes melitus untuk pasien usia lanjut kadar glukosa darah lebih
tinggi dari biasa (puasa < 150 mg/dl dan post prandial < 200 mg/dl). Mengacu
pada batasan knteria pengendalian sedang, mengingat sifat-sifat khusus
pasien usia lanjut dan untuk mencegah kemungkinantimbulnya hipoglikemi.

4.2 Saran
1.

Diabetes melitus adalah penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup,
sehingga diharapkan yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya
dokter, perawat dan ahli gizi, tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien
sendiri dan keluarganya.

2.

Waspada terhadap gejala hipoglikemi , oleh karena itu dalam terapi baik

terapi diet, latihan, OHO maupun insulin harus lebih hati-hati dan terkontrol
dengan baik.

31

3. Dalam mengelola diabetes melitus pada usia lanjut harus Iebih terkontrol

sehingga para pasien diabetes melitus pada usia lanjut dapat lebih dini
didiagnosis dan dikelola secara optimal. Dengan demikian mereka bisa hidup
normal seperti orang-orang yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Ainal H. 1996. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam. Diabetes Melitus Pada Usia
Lanjut. Jilid 1. Edisi III. Jakarta : FK UI . hlm : 692-696
Djokomoelijanto R. 1999. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia lanjut). Endokrinologi
Usia Lanjut. Cetakan I. Jakarta : FK UI. hlrn : 296,298
Jeffrey B. 1994. Tretment of The Elderly With Diabetes. Editor Lebovite.
American Diabetes Ass. Alexandria. p : 552-559
Kane RL. 1990. In Essential of Clinical Geriatric. Decreased Vitality. Third
edition. New York: Mc Graw Hill International. p : 281
PERKENI. 1998. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia
Denpasar. hlm 5 , 8 , 11,13, 17
Sanvono W. 1999. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Diabetes Melitus:
Mekanisme Dasar dan Pengendaliannya yang Rasional. Cetakan I. Jakarta :
FK UI. hlm : 21
Sidartawan S. 1999. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Prinsip
Pengobatan Diabetes, Obat Hipoglikemik Oral dan Insulin. Cetakan I.
Jakarta : FK UI. hlrn : 96,103,105 - 207
Slamet S. 1996. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam. Diet Pada Diabetes. Jilid 1. Edisi
III. Jakarta : FK UI. hlrn : 632
Slamet S. 1999. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Patofisiologis
Diabetes Melitus. Cetakan I. Jakarta : FK UI.hlrn : 5-7

32