Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI DESA SEKIP KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

MANSUR SYAH NIM. 061000123

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI DESA SEKIP KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : MANSUR SYAH

NIM. 061000123

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI DESA SEKIP KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

Oleh:

MANSUR SYAH NIM. 061000123

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 04 September 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Hiswani, M.Kes drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 196501121994022001 NIP. 195908181985032002

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dr. Achsan Harahap, MPH NIP. 194904171979021001 NIP. 130318031

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001


(4)

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang dalam perjalanannya akan terus meningkat baik prevalensi maupun keadaan penyakit itu mulai dari tingkat awal sampai pada tingkat lanjut. DM dapat menimbulkan kerusakan pada semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan atau komplikasi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi DM dari 7,5 % tahun 2001 menjadi 10,4 % tahun 2004.

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penyakit DM tipe 2 di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Populasi adalah seluruh penduduk Desa Sekip yang berumur ≥ 40 tahun. Sampel adalah penduduk Desa Sekip yang berumur ≥ 40 tahun di Dusun V yang berjumlah 248 orang. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.

Ditemukan prevalens rate DM 11,3% dan bukan DM 88,7%. Proporsi penduduk umur ≥ 40 tahun berdasarkan kelompok umur terbanyak pada umur 40-49 tahun yakni 51,2%, jenis kelamin perempuan 60,1%, tidak ada riwayat DM pada keluarga 88,7%, agama Islam 88,7%, suku Jawa 57,7%, pendidikan SLTA 43,1%, pekerjaan sebagai IRT 46,4%, status gizi normal 52,4%, dan aktifitas fisik kurang 53,6%.

Hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang signifikan dengan penyakit DM yaitu umur (p=0,019, RP=1,332), riwayat keluarga (p=0,015, RP=2,619), status gizi (p=0,001, RP=3,185) dan aktifitas fisik (p=0,016, RP=2,594). Hasil analisis multivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang signifikan dengan dengan penyakit DM yaitu status gizi, umur, aktifitas fisik dan riwayat keluarga. Diperoleh persamaan regresi logistik Ỹ = 1,222 + 0,112X1 + 0,054X2 - 0,104X3 - 0,158 X4.

Diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan preventif dan promotif melalui skrining rutin untuk mencari penderita DM terutama pada kelompok penduduk dengan status gizi obesitas serta umur ≥ 40 tahun. Selain itu, diperlukan juga peningkatan pemeriksaan berkala dan terjangkau bagi penderita DM agar tidak mendapatkan komplikasi.

Kata kunci : Diabetes mellitus, penduduk usia ≥ 40 tahun, cross sectional.


(5)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease which its pathogenesis will increase continuously both the prevalence and circumstances of the disease starting from beginning level to advanced level. DM can cause damage to all organs of the body and cause various complaints or complications. Household Health Survey states that the prevalence of DM increases from 7,5% in 2001 to 10,4% in 2004.

This research was an observational analytical cross sectional design. The aim of research was to determine the factor associated with DM type 2 in the Sekip Village District Lubuk Pakam 2010. The populations were people aged ≥ 40 years in Sekip Village. Samples were people aged ≥ 40 years in Dusun V, which amounted to 248 people. Data analysis was performed by univariate, bivariate and multivariate.

The prevalence rate of DM was 11.3% and not DM was 88.7%. Proportion of people aged ≥ 40 years based on the age group most at the age of 40-49 years that was 51,2%, 60,1% was female, 88,7% had no family history of DM, 88,7% was Islam, 57,7% was Javanese, 43,1% was high school graduated, 46,4% was housewives, 52,4% had normal nutritional status, and 53,6% had less physical activities.

Results of bivariate analysis showed there were four variables having significant association relationship with DM such as age (p=0,019, RP=1,332), family history (p=0,015, RP=2,619), nutritional status (p=0,001, RP=3,185) and physical activity (p=0,016, RP=2,594). Multivariate analysis showed there were four variables having significant association relationship with DM such as nutritional status, age, physical activity and family history. Logistic regression equation is Ỹ = 1,222 + 0,112X1 + 0,054X2 - 0,104X3 - 0,158 X4.

It is required to improve preventive and promotive health services for search people with by routine screening especially people with obesity nutritional status and people aged ≥ 40 years. In addition, it is also necessary to increase periodic and reachable check up for DM patients in order not to get complications.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen Penasehat Akademik. 4. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

memberi masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberi masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

7. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

8. Bapak Kepala Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam beserta staf yang telah membantu penulis selama penelitian.

9. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 10. Bapak (M. Hadi) dan Ibu (Suhasni, S.Pd) tercinta, abang (Brig. Jon Antoni

dan Irwansyah) dan kakak (Agusnita, S.Pd) yang memberi dukungan baik moril maupun materil, untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Rekan-rekan peminatan Epidemiologi dan sahabat-sahabatku di FKM USU atas do’a, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

Medan, September 2010 Penulis


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MANSUR SYAH

Tempat/Tanggal Lahir : Sei Putih / 30 Agustus 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 4 (empat) dari 4 (empat) bersaudara

Alamat Rumah : Dusun IV, Desa Wonosari, Kecamatan Tg. Morawa, Kabupaten Deli Serdang

Riwayat Pendidikan : 1. 1994-2000 : SD Negeri No.104240 Tg. Morawa 2. 2000-2003 : SLTP Negeri 3 Tg. Morawa

3. 2003-2006 : SMA Negeri 1 Tg. Morawa 4. 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Mellitus... 7

2.2. Patogenesis Diabetes Mellitus ... 7

2.3. Gejala Diabetes Mellitus ... 8

2.4. Tipe Diabetes Mellitus ... 9

2.4.1. Diabetes Mellitus Tipe 1 ... 9

2.4.2. Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 10

2.5. Epidemiologi Diabetes Mellitus ... 11

2.5.1. Distribusi dan Frekuensi ... 11

a. Menurut Orang ... 11

b. Menurut Tempat ... 11

c. Menurut Waktu ... 12

2.5.2. Determinan ... 13

a. Genetik ... 13

b. Usia... 13

c. Jenis Kelamin ... 14

d. Pola Makan dan Kegemukan ... 14

e. Kurang Gerak Badan ... 15

f. Infeksi ... 16

2.6. Komplikasi Diabetes Mellitus ... 16

2.6.1. Komplikasi Akut ... 16

a. Hipoglikemia ... 17

b. Ketoasidosis Diabetik ... 18

c. Hiperosmolar Non-Ketotik ... 19


(10)

a. Kerusakan Ginjal ... 19

b. Kerusakan Saraf ... 20

c. Kerusakan Mata... 21

d. Penyakit Jantung ... 21

e. Hipertensi ... 22

f. Gangguan Saluran Pencernaan ... 22

2.7. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus ... 22

2.7.1. Pencegahan Primordial ... 23

2.7.2. Pencegahan Primer ... 23

a. Penyuluhan ... 24

b. Latihan Jasmani ... 24

c. Perencanaan Pola Makan ... 25

2.7.3. Pencegahan Sekunder ... 26

a. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus ... 26

b. Pengobatan Segera ... 28

2.7.4. Pencegahan Tersier ... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 30

3.3. Definisi Operasional ... 30

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 34

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 34

4.2.2. Waktu Penelitian ... 34

4.3. Populasi dan Sampel ... 34

4.3.1. Populasi ... 34

4.3.2. Sampel ... 35

a. Besar Sampel ... 36

b. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

4.5. Teknik Analisa Data ... 37

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Lubuk Pakam ... 40

5.1.1. Sejarah Kecamatan Lubuk Pakam ... 40

5.1.2. Gambaran Demografis dan Geografis Kec. Lubuk Pakam ... 41

5.2. Gambaran Umum Desa Sekip ... 44

5.3. Analisis Univariat ... 44

5.3.1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu ... 45

5.3.2. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden ... 46


(11)

5.4.1. Hubungan Faktor Intrinsik dengan Penyakit DM ... 49

A. Hubungan Umur dengan Penyakit DM ... 49

B. Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit DM ... 50

C. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Penyakit DM ... 51

5.4.2. Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Penyakit DM ... 52

A. Hubungan Agama dengan Penyakit DM ... 52

B. Hubungan Suku dengan Penyakit DM ... 52

C. Hubungan Pendidikan dengan Penyakit DM ... 53

D. Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit DM ... 54

E. Hubungan Status Gizi dengan Penyakit DM ... 54

F. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Penyakit DM... 55

5.5. Analisis Multivariat ... 56

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Prevalence Rate Penyakit DM Tipe 2 ... 59

6.2. Analisis Bivariat ... 60

6.2.1. Hubungan Faktor Intrinsik dengan Penyakit DM ... 60

A. Hubungan Umur dengan Penyakit DM ... 60

B. Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit DM ... 61

C. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Penyakit DM ... 62

6.2.2. Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Penyakit DM ... 64

A. Hubungan Agama dengan Penyakit DM ... 64

B. Hubungan Suku dengan Penyakit DM ... 65

C. Hubungan Pendidikan dengan Penyakit DM ... 66

D. Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit DM ... 67

E. Hubungan Status Gizi dengan Penyakit DM ... 68

F. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Penyakit DM... 69

6.3. Analisis Multivariat ... 70

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan... 73

7.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76 Lampiran


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jumlah Populasi per Dusun di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 35 Tabel 5.1. Luas Daerah, Jumlah Dusun, RT, RW, dan Jarak Desa dari Ibukota

Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 42 Tabel 5.2. Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di

Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 42 Tabel 5.3. Jumlah Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Kesehatan di

Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 43 Tabel 5.4. Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten

Deli Serdang Januari-Juni Tahun 2010 ... 43 Tabel 5.5. Distribusi Kadar Glukosa Darah Sewaktu penduduk Desa Sekip

Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 45 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor

Intrinsik di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 46 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor

Ekstrinsik di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 47 Tabel 5.8. Tabulasi Silang Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Umur di Desa Sekip

Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 49 Tabel 5.9. Ratio Prevalence Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Umur di Desa

Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 50 Tabel 5.10. Tabulasi Silang Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin di

Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 50 Tabel 5.11. Tabulasi Silang Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Riwayat Keluarga di

Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 51


(13)

Tabel 5.13. Tabulasi Silang Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Suku di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 52 Tabel 5.14. Tabulasi Silang Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Pendidikan di Desa

Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 53 Tabel 5.15. Tabulasi Silang Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Pekerjaan di Desa

Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 54 Tabel 5.16. Tabulasi Silang Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Status Gizi di Desa

Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 54 Tabel 5.17. Ratio Prevalence Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Status Gizi di Desa

Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 55 Tabel 5.18. Tabulasi Silang Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Aktifitas Fisik di

Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 55 Tabel 5.19. Identifikasi Variabel Dominan Penyakit DM Tipe 2 di Desa Sekip

Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 56 Tabel 5.20. Variabel yang Berhubungan dengan Penyakit DM Tipe 2 di Desa Sekip


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Prevalence Rate Penyakit DM Tipe 2 di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 59 Gambar 6.2. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Umur di Desa

Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 60 Gambar 6.3. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin

di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 61 Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Riwayat

Keluarga di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 62 Gambar 6.5. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Agama di

Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 64 Gambar 6.6. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Suku di Desa

Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 65 Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Pendidikan di

Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 66 Gambar 6.8. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Pekerjaan di

Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 67 Gambar 6.9. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Status Gizi di

Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 68 Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Penyakit DM Tipe 2 Berdasarkan Aktifitas Fisik

di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 ... 70


(15)

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang dalam perjalanannya akan terus meningkat baik prevalensi maupun keadaan penyakit itu mulai dari tingkat awal sampai pada tingkat lanjut. DM dapat menimbulkan kerusakan pada semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan atau komplikasi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi DM dari 7,5 % tahun 2001 menjadi 10,4 % tahun 2004.

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penyakit DM tipe 2 di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Populasi adalah seluruh penduduk Desa Sekip yang berumur ≥ 40 tahun. Sampel adalah penduduk Desa Sekip yang berumur ≥ 40 tahun di Dusun V yang berjumlah 248 orang. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.

Ditemukan prevalens rate DM 11,3% dan bukan DM 88,7%. Proporsi penduduk umur ≥ 40 tahun berdasarkan kelompok umur terbanyak pada umur 40-49 tahun yakni 51,2%, jenis kelamin perempuan 60,1%, tidak ada riwayat DM pada keluarga 88,7%, agama Islam 88,7%, suku Jawa 57,7%, pendidikan SLTA 43,1%, pekerjaan sebagai IRT 46,4%, status gizi normal 52,4%, dan aktifitas fisik kurang 53,6%.

Hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang signifikan dengan penyakit DM yaitu umur (p=0,019, RP=1,332), riwayat keluarga (p=0,015, RP=2,619), status gizi (p=0,001, RP=3,185) dan aktifitas fisik (p=0,016, RP=2,594). Hasil analisis multivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang signifikan dengan dengan penyakit DM yaitu status gizi, umur, aktifitas fisik dan riwayat keluarga. Diperoleh persamaan regresi logistik Ỹ = 1,222 + 0,112X1 + 0,054X2 - 0,104X3 - 0,158 X4.

Diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan preventif dan promotif melalui skrining rutin untuk mencari penderita DM terutama pada kelompok penduduk dengan status gizi obesitas serta umur ≥ 40 tahun. Selain itu, diperlukan juga peningkatan pemeriksaan berkala dan terjangkau bagi penderita DM agar tidak mendapatkan komplikasi.

Kata kunci : Diabetes mellitus, penduduk usia ≥ 40 tahun, cross sectional.


(16)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease which its pathogenesis will increase continuously both the prevalence and circumstances of the disease starting from beginning level to advanced level. DM can cause damage to all organs of the body and cause various complaints or complications. Household Health Survey states that the prevalence of DM increases from 7,5% in 2001 to 10,4% in 2004.

This research was an observational analytical cross sectional design. The aim of research was to determine the factor associated with DM type 2 in the Sekip Village District Lubuk Pakam 2010. The populations were people aged ≥ 40 years in Sekip Village. Samples were people aged ≥ 40 years in Dusun V, which amounted to 248 people. Data analysis was performed by univariate, bivariate and multivariate.

The prevalence rate of DM was 11.3% and not DM was 88.7%. Proportion of people aged ≥ 40 years based on the age group most at the age of 40-49 years that was 51,2%, 60,1% was female, 88,7% had no family history of DM, 88,7% was Islam, 57,7% was Javanese, 43,1% was high school graduated, 46,4% was housewives, 52,4% had normal nutritional status, and 53,6% had less physical activities.

Results of bivariate analysis showed there were four variables having significant association relationship with DM such as age (p=0,019, RP=1,332), family history (p=0,015, RP=2,619), nutritional status (p=0,001, RP=3,185) and physical activity (p=0,016, RP=2,594). Multivariate analysis showed there were four variables having significant association relationship with DM such as nutritional status, age, physical activity and family history. Logistic regression equation is Ỹ = 1,222 + 0,112X1 + 0,054X2 - 0,104X3 - 0,158 X4.

It is required to improve preventive and promotive health services for search people with by routine screening especially people with obesity nutritional status and people aged ≥ 40 years. In addition, it is also necessary to increase periodic and reachable check up for DM patients in order not to get complications.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.1

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya pencemaran lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti; Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker, Diabetes Mellitus (DM) dan Hipertensi. Demikian juga dengan pola penyakit penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif).2 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 juga menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular secara cukup bermakna, menjadikan Indonesia mempunyai beban ganda (double burden).3

Salah satu penyakit degeneratif dengan sifat kronis adalah DM yang dalam perjalanannya akan terus meningkat baik prevalensinya maupun keadaan penyakit itu


(18)

mulai dari tingkat awal atau yang berisiko DM sampai pada tingkat lanjut atau terjadi komplikasi.4 DM dapat menimbulkan kerusakan pada semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan atau komplikasi, seperti komplikasi kronik pada mata, ginjal, pembuluh darah dan lain-lain. Masalah kesehatan akibat DM dapat menurunkan kualitas hidup sehingga penyakit DM merupakan masalah kesehatan nasional dan dunia.5

Secara global WHO menyatakan bahwa pada tahun 2002 terdapat 150 juta penduduk dunia menderita DM dan meningkat menjadi 220 juta pada tahun 2005 dengan jumlah kematian 1,1 juta penduduk. Dari seluruh kematian akibat DM di dunia, 80% kematian terjadi di negara-negara miskin dan berkembang, 50% kematian terjadi pada kelompok umur 40 - 70 tahun dan 55 % kematian terjadi pada wanita.6 Pada tahun 2003, International Disease Foundation (IDF) menyatakan bahwa prevalensi DM di dunia adalah 1,9 % pada seluruh kelompok umur, yaitu sekitar 194 juta penduduk dan pada tahun 2006 terdapat 246 juta penduduk dunia yang menderita DM dengan prevalensi 6 % pada semua kelompok umur.5,7

Pada tahun 2002 WHO menyatakan bahwa terdapat 57 juta kematian penduduk setiap tahunnya disebabkan oleh PTM dan 3,2 juta kematian penduduk diantaranya disebabkan oleh DM.5 Proportional Mortality Ratio (PMR) DM Pada tahun 2000 adalah 5,2 % (2,9 juta kematian akibat DM dari 150,8 juta kematian di dunia).8

WPRO (Western Pacific Regional Office) pada tahun 2007 menempati urutan pertama jumlah penderita DM yaitu 67 juta penduduk dan diikuti oleh EURO (European Regional Office) dengan 53 juta penduduk. Tetapi bila dilihat dari angka


(19)

prevalensinya EMRO (Eastern Mediterranean Regional Office) menempati peringkat pertama dengan 9,2 % (46 juta/500 juta penduduk).7

WHO (2000) menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia yaitu 8,4 juta penduduk setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta) dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 21,3 juta penduduk pada tahun 2030.9

Tahun 2006 jumlah penderita DM di Indonesia meningkat menjadi 14 juta penduduk, dimana baru 50 % yang mengetahui menderita DM dan diantara mereka hanya sekitar 30 % datang berobat teratur.10 Jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia pada tahun 2007 adalah 28.095 kasus. Keseluruhan DM menyebabkan 4.162 kematian atau CFR 7,02 %.1 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi DM dari 7,5 % tahun 2001 menjadi 10,4 % tahun 2004. Sementara itu Depkes RI tahun 2003 menyatakan bahwa prevalensi DM mencapai 14,7 % di perkotaan dan 7,2 di pedesaan.11

Pada tahun 2008 DM menempati urutan ketujuh PTM terbanyak di Sumatera Utara dengan prevalensi 1,21% setelah penyakit persendian, PJK, gangguan mental, Hipertensi, Cedera, dan Asma. Prevalensi pasien rawat jalan yang menderita DM di seluruh rumah sakit di Sumatera Utara tahun 2000 menempati urutan kelima dengan proporsi 8,09%. Di kota Medan, tahun 2002 prevalensi DM sebesar 2,26 % dan naik menjadi 2,96 % pada tahun 2005.2 Di Kabupaten Deli Serdang DM menempati urutan keenam dari sepuluh penyakit tahun 2006 dengan proporsi 0,54%, dan pada tahun 2009 naik menjadi 1,24 %.13


(20)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Puskesmas Sentinel Lubuk Pakam di Kabupaten Deli Serdang, prevalensi DM di Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2009 sebesar 0,82%. Di Posyandu Lansia “Cendrawasih” Puskesmas Lubuk Pakam terdapat 3,5 % (42/120) penderita DM, dan 15 orang (35,7 %) berasal dari Desa Sekip. Desa Sekip memiliki jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Lubuk Pakam. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko penyakit Diabetes Mellitus di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.

1.2Perumusan Masalah

Belum diketahui faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Prevalence Rate (PR) penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.


(21)

b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

c. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

d. Untuk mengetahui hubungan riwayat keluarga dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

e. Untuk mengetahui hubungan agama dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

f. Untuk mengetahui hubungan suku dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

g. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

h. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

i. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

j. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.

k. Untuk mengetahui Ratio Prevalence (RP) penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, status gizi dan aktifitas fisik di Desa Sekip tahun 2010.

l. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Sekip tahun 2010.


(22)

1.4Manfaat

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Lubuk Pakam dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang agar meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita Diabetes Mellitus di wilayah kerjanya.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.1

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.11 Sedangkan menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2002) DM merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin.4 Apabila hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel, maka glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam darah akan meningkat sehingga timbullah DM.14

2.2 Patogenesis Diabetes Mellitus

Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu


(24)

harus masuk terlebih dahulu ke dalam sel agar dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolisme ini insulin memegang peran yang sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hidrat arang dalam makanan diserap oleh usus halus dalam bentuk glukosa. Glukosa darah dalam tubuh manusia diubah menjadi glikogen hati dan otot oleh insulin. Sebaliknya, jika glikogen hati maupun otot akan digunakan, dipecah lagi menjadi glukosa oleh adrenalin. Jika kadar insulin darah berkurang, kadar glukosa darah akan melebihi normal, menyebabkan terjadinya hiperglikemia.

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus.4

2.3 Gejala-Gejala Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit

ini dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan


(25)

haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar (polifagia) serta berat badan yang menurun.15

Selain gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya adalah badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok orang yang sama sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu “check up” atau melakukan pemeriksaan darah.16

2.4 Tipe Diabetes Mellitus17,18

2.4.1 Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi insulin.18 Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat.4,17

Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula


(26)

pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya penderita DM Tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus.21

2.4.2 Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah.20,22

DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.Penyakit DM Tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat.17,23


(27)

2.5 Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.5.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Menurut Orang

Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh penduduk usia di atas 64 tahun.24 Penderita DM Tipe 1 biasanya berumur < 40 tahun dan penderita DM Tipe 2 biasanya berumur ≥ 40 tahun.21

Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002, diperoleh data bahwa DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar 3,6% dari sepuluh penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama kematian. Dan penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik, yaitu sebanyak 42.000 kasus dengan 3.316 kematian (CFR 7,9%).25

Berdasarkan penelitian Junita L.R marpaung di RSU Pematang Siantar tahun 2003-2004 terdapat 143 orang (80,79 %) pasien DM yang berusia ≥ 45 tahun dan 34 orang (19,21 %) yang berusia < 45 tahun.26 Menurut penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96 %) pasien DM yang berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4 %) yang berusia < 40 tahun.27

b. Menurut Tempat

Pada Tahun 2000, lima Negara dengan jumlah penderita Diabetes mellitus terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), Amerika (17,7 juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang (6,8 juta).24 Berdasarkan survei


(28)

tahun 2005, di DKI Jakarta telah dilakukan survei, dan diperoleh prevalensi DM sebesar 12,8%.5

Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbanyak terdapat di kota-kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %, Surabaya 1,8 %, Makassar 12,5 %,dan Manado 6,7 %. Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan antara lain Tasikmalaya sebesar 1,8 % dan Tanah Toraja sebesar 0,9 %. Adanya perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian DM.4

c. Menurut Waktu

Pada tahun 2000, terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia, dimana 1,4 juta atau 48,28% kematian terjadi pada pria, dan selebihnya 1,5 juta atau 51,72% pada wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta atau 34,48% kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta atau 65,52% kematian terjadi di negara berkembang.8 Pada tahun 2003, WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%.20

Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih banyak disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya. WHO menyatakan penderita DM Tipe 2 sebanyak 171 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030.9


(29)

2.5.2 Determinan

Beberapa faktor yang mempengaruhi DM adalah :

a. Genetik atau Faktor Keturunan

DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita DM, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40 % menderita DM.29,30

DM Tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan DM Tipe 2. Sekitar 50 % pasien DM Tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita DM, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita DM. Pada penderita DM Tipe 2 hanya sekitar 3-5 % yang mempunyai orangtua menderita DM juga.20

Pada DM tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada usia < 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada usia ≥ 40 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 1, maka kemungkinan menderita DM adalah 1:2.29

b. Usia

DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40 tahun karena resiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda


(30)

yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia di atas 85 tahun.21,31

Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005) penderita DM Tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur < 40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun (48 %).32 Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun.28

c. Jenis Kelamin

Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan desain cross

sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM lebih banyak

pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Bogor, proporsi pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%).42

d. Pola Makan dan Kegemukan (Obesitas)

Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia. Makin banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa) muncul sebagai tren


(31)

menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula.30

Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM Tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena DM dari pada seseorang dengan IMT normal (22 Kg/m2). Bila IMT ≥ 35 Kg/m2, kemungkinan mengidap DM menjadi 90 kali lipat.20

e. Kurang Gerak Badan

Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala DM.33,34


(32)

f. Infeksi

Virus yang dapat memicu DM adalah rubella, mumps, dan human

coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pankreas, virus

ini menyebabkan kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta pankreas. Pada kasus DM Tipe 1 yang sering dijumpai pada anak-anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. DM akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.21

2.6 Komplikasi Diabetes Mellitus

DM sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Karena itu, jelas bahwa DM bisa menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik yang akut maupun kronis.20

2.6.1 Komplikasi Akut

Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia).20


(33)

a. Hipoglikemia

Kadar glukosa darah yang terlalu rendah sampai di bawah 60 mg/dl disebut hipoglikemia. Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita DM yang diobati dengan suntikan insulin ataupun minum tablet anti-diabetes, tetapi tidak makan dan olah raganya melebihi biasanya.37 Bisa juga terjadi pada alkoholik, adanya tumor yang mensekresi glukagon, malnutrisi, dan yang jarang terjadi pada sepsis. Hipoglikemia dapat juga terjadi tanpa gejala awal pada sebagian pasien DM yang juga menderita hipertensi, khususnya di malam hari atau saat menggunakan obat bloker beta (obat hipertensi).36

Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung pada sejauh mana glukosa turun. Keluhan hipoglikemia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu :

a.1. Keluhan akibat otak tidak mendapat cukup kalori sehingga menggangu fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang konsentrasi, mata kabur, capek, bingung, kejang, dan koma.

a.2. Keluhan akibat efek samping hormon lain (adrenalin) yang berusaha menaikkan kadar glukosa darah, yaitu pucat, berkeringat, nadi berdenyut cepat, berdebar, cemas, serta rasa lapar.

Pada awalnya ketika glukosa darah berada pada tingkat 40-50 mg/dl, pasien DM mengalami gemetaran, keringat dingin, mata kabur, lemah, lapar, pusing, sakit kepala, tegang, mual, jantung berdebar, dan kulit dingin. Pada saat glukosa darah di bawah 40 mg/dl, pasien akan merasa mengantuk, sukar bicara seperti orang mabuk, dan bingung. Dan pada saat glukosa di bawah 20 mg/dl keluhan atau gejala yang


(34)

terjadi adalah kejang, tidak sadarkan diri (koma hipoglikemia), dan bisa menyebabkan kematian.35

b. Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah gawat darurat akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton. Keadaan ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik.20,37 Biasanya paling sering ditemukan pada penderita DM Tipe 1, namun pada penderita DM Tipe 2 pada keadaan tertentu seperti stress, infeksi, kelainan vaskuler ataupun stress emosional juga beresiko mendapatkan KAD.38

Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah. Keluhan dan gejala tersebut berupa nafas yang cepat dan dalam, nafas bau keton atau aseton, nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan turun, capek, lemah, bingung, mengantuk, dan kesadaran menurun sampai koma.35 Hasil pengamatan di bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM tahun 1990, terdapat 152 pasien DM yang dirawat dengan CFR sebesar 24,9 % dari 15 kasus KAD.10


(35)

c. Hiperosmolar Non-Ketotik

Hiperosmolar Non-Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi sangat “kental”, kadar glukosa darah DM bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui kencing. Maka, timbullah kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.20

Gejala Hiperosmolar Non-Ketotik mirip dengan ketoasidosis. Perbedaannya, pada Hiperosmolar Non-Ketotik tidak dijumpai nafas yang cepat dan dalam serta berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing, lemah, kaki dan tungkai kram, bingung, nadi berdenyut cepat, kejang dan koma.20

2.6.2 Komplikasi Kronik

Kadar gula darah pada penderita DM dapat dikontrol. Jika kadar gula darah tetap tinggi akan timbul komplikasi kronik. Komplikasi kronik diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Komplikasi kronik sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kerusakan, seperti kerusakan pada saraf, ginjal, mata, jantung, dan lainnya.10,20

a. Kerusakan Ginjal (Nephropathy)

DM dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal. Ginjal menjadi tidak dapat menyaring zat yang terkandung dalam urin. Bila ada kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor


(36)

keluar. Penderita DM memiliki resiko 20 kali lebih besar menderita kerusakan ginjal dibandingkan dengan orang tanpa DM.20,21,35

Gambaran gagal ginjal pada penderita DM yaitu : lemas, mual, pucat, sesak nafas akibat penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin/ureum serum ditemukan berkisar 2-7 % dari penderita DM. selain itu adanya proteinuria tanpa kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik.15

b. Kerusakan Saraf (Neuropathy)

Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Baik penderita DM Tipe 1 maupun Tipe 2 bisa terkena neuropati. Hal ini bisa terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat dikirim.20,21

Keluhan dan gejala neuropati tergantung pada berat ringannya kerusakan saraf. Kerusakan saraf yang mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sampai membuat penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat denyut jantung dan membuat muncul banyak keringat. Kerusakan saraf sensoris (perasa) menyebabkan penderita tidak bisa merasakan nyeri panas, dingin, atau meraba. Kadang-kadang penderita dapat merasakan kram, semutan, rasa tebal, atau nyeri. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi.22,35


(37)

c. Kerusakan Mata

Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama kebutaan. Setelah mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2 persen penderita DM menjadi buta dan 10 persen mengalami cacat penglihatan.20 Kerusakan mata akibat DM yang paling sering adalah Retinopati (Kerusakan Retina). Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh darah retina bahkan dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar dari pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang menuju ke retina sehingga penglihatan penderita DM menjadi kabur.39,10 Kerusakan yang lebih berat akan menimbulkan keluhan seperti tampak bayangan jaringan atau sarang laba-laba pada penglihatan mata, mata kabur, nyeri mata, dan buta.20

Selain menyebabkan retinopati, DM juga dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih) yang disebut katarak serta dapat menyebabkan

glaucoma (menyebabkan tekanan bola mata).40 d. Penyakit jantung

DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan suplai darah ke otot jantung, penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah meningkat, sehingga dapat mengakibatkan kematian mendadak.40


(38)

e. Hipertensi

Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Antara 35-75% komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan pengapuran atau pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah.20

f. Gangguan Saluran Pencernaan

Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tinggal di dalam lambung. Gangguan pada usus yang sering diutarakan oleh penderita DM adalah sukar buang air besar, perut gembung, dan kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut.40,41

2.7 Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus

Jumlah penderita DM tiap tahun semakin meningkat (prevalensinya menunjukkan peningkatan per tahun) dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan penderita DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya pencegahan sangat


(39)

Usaha pencegahan pada penyakit DM terdiri dari : Pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memilki faktor resiko untuk terjadinya DM, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada mereka yang belum terkena DM namun memiliki faktor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM, pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit, dan pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi.4

2.7.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi/resiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik.42

2.7.2 Pencegahan Primer

Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor


(40)

yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.42

Pada pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya untuk mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu DM, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk mengurangi faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk mengontrol gula darah, perencanaan makan, mengurangi kegemukan, dan meningkatkan kegiatan jasmani.43

a. Penyuluhan

Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien DM adalah definisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM, pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta pemeliharaan kaki.4,45

b. Latihan Jasmani

Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain42 :


(41)

b.2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa b.3. Membantu menurunkan berat badan

b.4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri b.5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular

Laihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.42

c. Perencanaan Pola Makan

Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.29,39,41

Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan DM, meski sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien, namun ada standar yang dianjurkan yaitu makanan dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat, protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak = 20-25 %.4

Jumlah asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari dan diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh dan membatasi PUFA (Poly

Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kalori disesuaikan dengan


(42)

2.7.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit.44,37

Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi dan pengelolaan DM memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.42

a. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus

Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah pasien yang umum dilakukan adalah :

a.1. Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa.

Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara 70-110 mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari pembuluh vena.

a.2. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu.

Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka harus dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan


(43)

a.3. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).

Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.17

Selain pemeriksaan kadar gula darah, dapat juga dilakukan pemeriksaan HbA1C atau glycosylated haemoglobin. Glycosylated haemoglobin adalah protein yang terbentuk dari perpaduan antara gula dan haemoglobin dalam sel darah merah.18 Nilai yang dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C normal (terkontrol) 4 % - 5,9 %.17 Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi. Oleh karena itu pada penderita DM kadar HbA1C ditargetkan kurang dari 7 %.19

Ketika kadar glukosa dalam darah tidak terkontrol (kadar gula darah tinggi) maka gula darah akan berikatan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu maka kadar HbA1C akan tinggi juga. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan umur eritrosit). Kadar HbA1C akan menggambarkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.19 Jadi walaupun pada saat pemeriksaan kadar gula darah pada saat puasa dan 2 jam sesudah makan baik, namun kadar HbA1C tinggi, berarti kadar glukosa darah tetap tidak terkontrol dengan baik.20


(44)

b. Pengobatan Segera

Intervensi fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani. Dalam pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral atau disebut juga Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu insulin. OHO dibagi menjadi 3 golongan yaitu : pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid), penambah sensitivitas terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion), penambah absobsi glukosa (penghambat glukosidase alfa).42

Selain 2 macam pengobatan tersebut, dapat juga dilakukan dengan terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi kombinasi OHO dengan insulin apabila ada kegagalan pemakaian OHO baik tunggal maupun kombinasi.42

2.7.4 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai penyakit makroangiopati.37,42


(45)

komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit DM. Dalam penyuluhan ini yang perlu disuluhkan mengenai :

a. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes b. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan

c. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik.43

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin lain seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi, medis, gizi, pediatri dan sebagainya.42


(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

3.2Definisi Operasional

3.2.1. Faktor Intrinsik adalah ciri khas yang tidak dapat diubah dan melekat di dalam pribadi individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang telah berumur ≥ 40 tahun yang terdiri atas umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga.

3.2.2. Faktor Ekstrinsik adalah ciri yang dapat diubah dari pribadi individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang telah berumur ≥ 40 tahun yang terdiri atas agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status gizi, dan aktivitas

Diabetes mellitus

Faktor Intrinsik :

Umur

Jenis Kelamin Riwayat Keluarga

Faktor Ekstrinsik :

Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Status Gizi Aktifitas Fisik


(47)

3.2.3. Kadar glukosa dalam darah sewaktu adalah kadar glukosa dalam darah individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang diambil secara at random (sewaktu) dengan tes KGD sewaktu yang diperiksa dengan alat periksa KGD (Glucose Meter), dikelompokkan atas :42

1. ≤ 200 mg/dl (Bukan DM) 2. > 200 mg/dl (Kasus DM)

3.2.4. Kasus DM adalah individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang berumur

≥ 40 tahun yang diperiksa dengan tes KGD sewaktu dengan hasil tes KGD

> 200 mg/dl, serta sebelumnya tidak pernah diketahui menderita DM.

3.2.5. Bukan DM adalah individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang berumur

≥ 40 tahun yang diperiksa dengan tes KGD sewaktu dengan hasil tes KGD ≤

200 mg/dl atau sebelumnya sudah pernah diketahui menderita DM.

3.2.6. Umur adalah usia individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu, dikategorikan atas:

1. 40 - 49 tahun 2. 50 - 59 tahun 3. ≥ 60 tahun

Untuk melihat ratio prevalence, variabel umur dibagi atas 40 – 49 tahun dengan ≥ 60 tahun dan 50 – 59 tahun dengan ≥ 60 tahun.

3.2.7. Jenis kelamin adalah jenis kelamin individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu, dikategorikan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan


(48)

3.2.8. Riwayat keluarga adalah riwayat penyakit DM pada orang tua individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu, yang dikategorikan atas :

1. Ada 2. Tidak ada

3.2.9. Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu, dikategorikan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik

3.2.10. Suku adalah etnik atau kebiasaan yang melekat pada diri individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu, yang dikategorikan atas :

1. Jawa 2. Batak 3. Melayu 4. Lain-lain

3.2.11. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dimiliki oleh individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu, dikategorikan atas :

1. Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SD

3. SLTP 4. SLTA 5. Akademi/PT


(49)

3.2.12. Pekerjaan adalah pekerjaan individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu, dikelompokkan atas :

1. Pensiunan/Tidak Bekerja 2. PNS/TNI/POLRI

3. Wiraswasta/pedagang 4. Pegawai swasta

5. Ibu Rumah Tangga (IRT) 6. Lain-lain

3.2.13. Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam selular gizi pada individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2), yang dikategorikan atas :46

1. IMT ≤ 18,5 kg/m2 (kurus) 2. IMT 19,0 - 25 kg/m2 (normal) 3. IMT > 25 kg/m2 (obesitas)

Untuk melihat Ratio Prevalens, variabel umur dibagi atas : 1. IMT ≤ 25 kg/m2 (Bukan Obesitas)

2. IMT > 25 kg/m2 (Obesitas)

3.2.14. Aktifitas fisik adalah kegiatan pergerakan tubuh dalam membakar glukosa dalam darah pada individu penduduk Desa Sekip tahun 2010 yang melakukan tes KGD sewaktu, yang dikategorikan atas :42

1. Kurang (< 30 menit jalan kaki/hari atau olahraga < 3-4 hari/minggu) 2. Cukup (> 30 menit jalan kaki/hari atau olah raga > 3-4 hari/minggu).


(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Observasional Analitik menggunakan Desain Cross

Sectional. Desain penelitian ini digunakan untuk mencari prevalensi penyakit

Diabetes mellitus serta menggambarkan karakteristik penduduk yang menderita penyakit ini.48

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai bulan Agustus 2010. (Jadwal terlampir)

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 yang berumur ≥ 40 tahun yang berjumlah 3.256 orang. Populasi tersebar di 16 Dusun yang ada di Desa Sekip seperti


(51)

Tabel 4.1. Jumlah Populasi Per Dusun di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2009

Dusun Jumlah Penduduk Proporsi (%) ≥ 40 tahun

I 170 5,22

II 165 5,07

III 206 6,33

IV 192 5,90

V 248 7,62

VI 247 7,59

VII 199 6,11

VIII 224 6,88

IX 240 7,37

X 228 7,00

XI 226 6,94

XII 246 7,56

XIII 182 5,59

XIV 171 5,25

XV 176 5,41

XVI 136 4,18

TOTAL 3.256 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sekip, 2009

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh penduduk Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 yang berumur ≥ 40 tahun yang mewakili populasi penelitian. Sampel diambil dengan pertimbangan waktu, biaya dan tenaga peneliti dalam melakukan penelitian ini.

a. Besar Sampel


(52)

n =

n =

n = 97 orang

Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa sampel minimal yang dapat diambil adalah 97 orang penduduk Desa Sekip yang berumur ≥ 40 tahun.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara non random, yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah cara pengambilan sampel dengan pertimbangan peneliti. Cara pengambilan ini dilakukan karena responden tersebar secara geografis tiap dusunnya. Oleh karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga peneliti, maka diambillah satu dusun dengan jumlah populasi terbesar dengan asumsi telah memenuhi jumlah sampel minimal. Pada penelitian ini, jumlah populasi terbesar ada pada Dusun V, yaitu 248 responden. Maka, seluruh populasi di Dusun V dijadikan sampel penelitian. Selain itu, Dusun V terletak di jalan utama desa serta jarak antar rumah responden yang tidak terlalu jauh menjadi pertimbangan lain peneliti dalam penelitian ini. Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 248 Responden.49,50

N 1 + N(d2)

3256 1 + 3256(0,12)

Keterangan : n = Besar sampel N = Populasi


(53)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari : 4.4.1.Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Pelaksanaan wawancara berpedoman kepada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan. Selain wawancara, data primer juga diambil dari Glucose Meter untuk mengukur kadar glukosa darah, serta timbangan berdiri dan meteran pengukur tinggi badan untuk mengukur indeks massa tubuh.

4.4.2.Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan untuk memperoleh data penduduk Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yang berusia ≥ 40 tahun yang diperoleh dari kantor kepala Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan Data jumlah penderita DM diperoleh dari Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Puskesmas Lubuk Pakam.

4.5 Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisi dengan komputer dengan menggunakan software Statistic Product and Service Solution (SPSS), melalui tahapan editing, coding, entry data, cleaning, dan analyzing. Jenis analisis yang dilakukan adalah :

4.5.1.Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.


(54)

4.5.2.Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik) dengan variabel dependen (penyakit Diabetes Mellitus). Dari hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (P < 0,05). Jika P < 0,05, maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

4.5.3.Analisa Multivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik) terhadap variabel dependen (penyakit Diabetes Mellitus). Analisis regresi logistik berganda dilakukan dengan memasukkan secara serentak variabel bebas menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25). Variabel bebas tersebut akan dikeluarkan kembali secara bertahap (Backward Selection) sampai tidak ada lagi variabel independen yang mempunyai nilai p > 0,05.

Selanjutnya dihitung Ratio Prevalence, yaitu perbandingan antara proporsi subjek dengan faktor risiko {a/(a+b)}dengan proporsi subjek tanpa faktor risiko {c/(c+d)}.


(55)

RP dihitung dengan menggunakan rumus :

RP = = :

Keterangan :

a. Subjek (+) dengan faktor risiko b. Subjek (-) dengan faktor risiko c. Subjek (+) tanpa faktor risiko d. Subjek (-) tanpa faktor risiko

Untuk mengetahui nilai Ratio Prevalens (RP) pada level of confidence dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut51,52 :

Kemudian analisa data disajikan ke dalam bentuk narasi, pie diagram, bar diagram dan tabel.

a a+b

c c+d

Confidence Interval : Upper RP = Confidence Interval : Upper RP =


(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Kecamatan Lubuk Pakam 5.1.1. Sejarah Kecamatan Lubuk Pakam

Lubuk Pakam sejak dahulu telah menjadi pusat pemerintahan baik pemerintah Hindia Belanda dengan kedudukan controller, juga pemerintahan Kerajaan Negeri Serdang yang berkedudukan di Perbaungan, yang menempatkan wakil Sultannya di Lubuk Pakam yang bergelar Tengku Raja Muda atau Tengku Bendahara. Pada zaman pemerintahan Jepang, Lubuk Pakam berkembang menjadi tempat kedudukan

hokobuncsttcyo dan pada pemerintahan RI, Lubuk Pakam merupakan tempat

kedudukan wedana kewadaan hilir antara lain di bawah pimpinan : 1. Wedana Ja’far Siddik

2. Wedana Ombak Nasution 3. Wedana Tarif Siregar 4. Wedana Keras Surbakti 5. Wedana Datuk Anwaruddin 6. Wedana Bachtiar Yunus

Sesuai dengan PP RI No. 7 tahun 1984 pasal 1 ayat 2 menjalaskan, seiring pemindahan ibukota Kabupaten Deli Serdang dari kota Medan ke kota Lubuk Pakam, maka Kecamatan Lubuk Pakam dibagi menjadi 4 wilayah kecamatan. Dalam rangka terciptanya daya guna hasil penyelenggaraan pemerintahan, maka Kecamatan Lubuk


(57)

Pakam akan dikembangkan menjadi lokasi kedudukan pemerintahan Tingkat II Deli Serdang.

Kota Lubuk Pakam sebagai Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dan pusat pemerintah daerah Kabupaten Deli Serdang cukup strategis dan punya prospek perkembangan wilayah cukup dominan dengan beberapa kota satelitnya seperti Tanjung Morawa , Perbaungan, Galang, dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan PP No. 7 Tahun 1984 pasal 1 dijelaskan bahwa pusat pemerintahan Kecamatan Lubuk Pakam ini berkedudukan di Kelurahan Lubuk Pakam Pekan.

5.1.2. Gambaran Demografis dan Geografis Kecamatan Lubuk Pakam

Kecamatan Lubuk Pakam yang beribukotakan Lubuk Pakam terletak di Jalan Tengku Raja Muda, memiliki luas 31,19 km2 serta terletak di ketinggian 6-18 meter dari permukaan laut. Kecamatan Lubuk Pakam terdiri atas 13 desa dan 107 dusun/dukuh. Batas wilayah Kecamatan Lubuk Pakam adalah :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Beringin - Sebelah timur berbatasan dengan Pagar Merbau

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa - Sebelah selatan berbatasan dengan Pagar Merbau.


(58)

Tabel 5.1. Luas Daerah, Jumlah Dusun, RT, RW, dan Jarak Desa dari Ibukota Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 No. Desa Luas (km2) Dusun/Dukuh RT RW

Jarak (km) ke Ibu Kota Kecamatan

1. Lubuk Pakam Pekan 0,69 10 20 2 0

2. Lubuk Pakam I/II 0,43 11 24 11 1

3. Lubuk Pakam III 0,18 9 19 9 1

4. Cemara 0,78 8 15 7 2

5. Syahmad 0,48 4 4 2 1

6. Petapahan 1,99 3 5 2 1,5

7. Paluh Kemiri 1,45 4 6 3 1

8. Sekip 3,64 16 51 23 2

9. Bakaran Batu 2,82 5 20 10 2

10. Pagar Jati 2,3 8 22 10 3

11. Pasar Melintang 5,59 17 19 9 3

12. Pagar Merbau III 5,72 8 14 7 1,5

13. Tanjung Garbus I 5,12 4 17 9 1,5

Jumlah 31,19 107 236 108

Sumber : Kantor Kecamatan Lubuk Pakam, 2010

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No. Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

1. Lubuk Pakam Pekan 9.320 4.584 4.736

2. Lubuk Pakam I/II 9.828 4.869 4.959

3. Lubuk Pakam III 6.090 3.043 3.047

4. Cemara 8.999 4.413 4.586

5. Syahmad 4.370 2.128 2.242

6. Petapahan 2.512 1.228 1.284

7. Paluh Kemiri 2.747 1.361 1.386

8. Sekip 11.226 4.985 6.241

9. Bakaran Batu 9.692 4.950 4.742

10. Pagar Jati 7.485 3.652 3.833

11. Pasar Melintang 7.388 3.663 3.725

12. Pagar Merbau III 4.918 2.435 2.483

13. Tanjung Garbus I 3.953 1.935 2.018


(59)

Tabel 5.3. Jumlah Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No. Desa Rumah

Sakit Puskesmas Pustu Posyandu Dokter Bidan

1. Lubuk Pakam Pekan 1 1 - 2 3 3

2. Lubuk Pakam I/II - - - 4 2 3

3. Lubuk Pakam III 1 - - 3 - 3

4. Cemara - - - 3 1 2

5. Syahmad - - - 3 - 2

6. Petapahan 1 - - 1 - 2

7. Paluh Kemiri - - - 1 - 1

8. Sekip - - 1 7 1 5

9. Bakaran Batu - - 1 3 1 3

10. Pagar Jati - 1 - 4 - 2

11. Pasar Melintang - - 1 3 1 1

12. Pagar Merbau III - - 1 4 1 3

13. Tanjung Garbus I - - 1 2 12 7

Jumlah 3 2 5 40 22 37

Sumber : Kantor Kecamatan Lubuk Pakam, 2010

Tabel 5.4. Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Januari-Juni Tahun 2010

No. Penyakit Jumlah Kunjungan (f) Persentase (%)

1. ISPA 1.528 24,18

2. Influenza 1045 16,53

3. Rheumatik 962 15,22

4. Hipertensi 758 11,99

5. Gastritis 640 10,13

6. Diabetes Mellitus 427 6,76

7. Gatal-gatal 316 5,00

8. Karies Gigi 288 4,56

9. Kecelakaan 196 3,10

10. Bronchitis 160 2,53

Jumlah 6.320 100


(1)

Pendidikan * Kadar Glukosa Darah

Crosstab

24 4 28

85,7% 14,3% 100,0%

43 7 50

86,0% 14,0% 100,0%

41 7 48

85,4% 14,6% 100,0%

98 9 107

91,6% 8,4% 100,0%

14 1 15

93,3% 6,7% 100,0%

220 28 248

88,7% 11,3% 100,0% Count

% within Pendidikan Count

% within Pendidikan Count

% within Pendidikan Count

% within Pendidikan Count

% within Pendidikan Count

% within Pendidikan Tidak Tamat

SD/Tidak Sekolah SD

SLTP

SLTA

Akademi/PT Pendidikan

Total

Negatif DM Positif DM Kadar Glukosa Darah

Total

Chi-Square Tests

2,343a 4 ,673

2,389 4 ,665

1,720 1 ,190

248 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

2 cells (20,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,69.

a.

Pekerjaan * Kadar Glukosa Darah

Crosstab

20 4 24

83,3% 16,7% 100,0%

14 0 14

100,0% ,0% 100,0%

31 1 32

96,9% 3,1% 100,0%

50 7 57

87,7% 12,3% 100,0%

99 16 115

86,1% 13,9% 100,0%

6 0 6

100,0% ,0% 100,0%

220 28 248

Count

% within Pekerjaan Count

% within Pekerjaan Count

% within Pekerjaan Count

% within Pekerjaan Count

% within Pekerjaan Count

% within Pekerjaan Count

Pensiunan/Tidak Bekerja

PNS/TNI/POLRI

Wiraswasta/Pedagang

Pegawai Swasta

Ibu Rumah Tangga

Lain-lain Pekerjaan

Total

Negatif DM Positif DM Kadar Glukosa Darah


(2)

Chi-Square Tests

6,214a 5 ,286

9,094 5 ,105

,285 1 ,593

248 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

4 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,68.

a.

Indeks Massa Tubuh * Kadar Glukosa Darah

Crosstab

37 0 37

100,0% ,0% 100,0%

119 11 130

91,5% 8,5% 100,0%

64 17 81

79,0% 21,0% 100,0%

220 28 248

88,7% 11,3% 100,0% Count

% within Indeks Massa Tubuh Count % within Indeks Massa Tubuh Count % within Indeks Massa Tubuh Count % within Indeks Massa Tubuh Kurus

Normal

Obesitas Indeks

Massa Tubuh

Total

Negatif DM Positif DM Kadar Glukosa Darah

Total

Chi-Square Tests

13,353a 2 ,001

16,253 2 ,000

13,065 1 ,000

248 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,18.

a.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower

Upper

Odds Ratio for Indeks Massa Tubuh (Normal /

Obesitas)

3.767

1.672

8.488

For cohort Kadar Glukosa Darah = Negatif DM

0.314

0.164

.956

For cohort Kadar Glukosa Darah = Positif DM

3.185

1.049

1.332


(3)

Aktifitas Fisik * Kadar Glukosa Darah

Crosstab

112 21 133

84,2% 15,8% 100,0%

108 7 115

93,9% 6,1% 100,0%

220 28 248

88,7% 11,3% 100,0% Count

% within Aktifitas Fisik Count

% within Aktifitas Fisik Count

% within Aktifitas Fisik Kurang

Cukup Aktifitas

Fisik

Total

Negatif DM Positif DM Kadar Glukosa Darah

Total

Chi-Square Tests

5,797b 1 ,016

4,869 1 ,027

6,091 1 ,014

,017 ,012

5,773 1 ,016

248 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,98.

b.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower

Upper

Odds Ratio for Aktifitas Fisik (Kurang / Cukup)

.346

.141

.846

For cohort Kadar Glukosa Darah = Negatif DM

.386

.822

.978

For cohort Kadar Glukosa Darah = Positif DM

2.594

1.145

5.879

N of Valid Cases

248


(4)

Variables Entered/Removedb

Aktifitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Keluarga DM, Umur, Jenis Kelamina

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Kadar Glukosa Darah b.

Model Summary

,348a ,121 ,103 ,300

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Aktifitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Keluarga DM, Umur, Jenis Kelamin a.

ANOVAb

3,013 5 ,603 6,680 ,000a

21,826 242 ,090

24,839 247 Regression

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Aktifitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Keluarga DM, Umur, Jenis Kelamin

a.

Dependent Variable: Kadar Glukosa Darah b.

Coefficientsa

1,209 ,151 7,983 ,000 ,911 1,508

,053 ,022 ,146 2,396 ,017 ,009 ,097

,012 ,041 ,018 ,283 ,777 -,070 ,093

-,156 ,060 -,156 -2,593 ,010 -,275 -,038

,109 ,030 ,230 3,612 ,000 ,050 ,169

-,104 ,038 -,164 -2,699 ,007 -,180 -,028

(Constant) Umur Jenis Kelamin Keluarga DM Indeks Massa Tubuh Aktifitas Fisik Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B

Dependent Variable: Kadar Glukosa Darah a.


(5)

Variables Entered/Removedb

Aktifitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Keluarga DM, Umura

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Kadar Glukosa Darah b.

Model Summary

,348a ,121 ,107 ,300

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Aktifitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Keluarga DM, Umur

a.

ANOVAb

3,005 4 ,751 8,362 ,000a

21,833 243 ,090

24,839 247 Regression

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Aktifitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Keluarga DM, Umur a.

Dependent Variable: Kadar Glukosa Darah b.

Coefficientsa

1,222 ,144 8,459 ,000 ,937 1,506

,054 ,022 ,148 2,440 ,015 ,010 ,097

-,157 ,060 -,157 -2,600 ,010 -,275 -,038

,112 ,029 ,236 3,915 ,000 ,056 ,168

-,104 ,038 -,164 -2,721 ,007 -,180 -,029

(Constant) Umur Keluarga DM Indeks Massa Tubuh Aktifitas Fisik Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B

Dependent Variable: Kadar Glukosa Darah a.


(6)

JADWAL PENELITIAN

NO

Kegiatan

2010

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agt

1

Pengajuan Judul

2

Survei Pendahuluan

3

Pencarian Literatur

4

Penulisan Proposal

5

Seminar Proposal

6

Perbaikan Proposal

7

Pengumpulan Data

8

Penulisan Skripsi

9

Sidang Skripsi


Dokumen yang terkait

Kehidupan Anak Penyusun Batu Bata di Jalan Pelak Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

0 64 124

Hubungan Berat Badan Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pascamelahirkan di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

2 42 10

Pengaruh Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

3 75 141

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Penduduk Miskin Di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

1 43 103

Pengetahuan Pria Terhadap Perubahan Fisiologis dan Psikologis Pada Masa Andropause di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

1 63 55

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Grha Diabetika Surakarta.

0 4 13

Hubungan Kunjungan Kehamilan dan Kepatuhan Mengonsumsi Tablet Besi Dengan Terjadinya Anemia di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Kunjungan Kehamilan dan Kepatuhan Mengonsumsi Tablet Besi Dengan Terjadinya Anemia di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Kunjungan Kehamilan dan Kepatuhan Mengonsumsi Tablet Besi Dengan Terjadinya Anemia di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 10

Kehidupan Anak Penyusun Batu Bata di Jalan Pelak Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

0 0 17