Pengertian Sistem Pembuktian Macam-macam Sistem Pembuktian

xxx Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal 177 tersebut hanya dapat diperoleh dari : a Keterangan Saksi. b Keterangan Terdakwa c Surat “Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya”. Tidak setiap petunjuk mempunyai kekuatan pembuktian yang sama.Lemah atau kuatnya kekuatan pembuktian tergantung pada hubungan yang banyak atau kurang antara perbuatan- perbuatan yang dianggap sebagai petunjuk tersebut dengan perbuatan yang dituduhkan dan kesalahan terdakwa. Ada perbuatan-perbuatan yang keadaannya sedemikian pasti menunjukan kesalahan terdakwa, sehingga setiap orang yang berpikiran harus menarik kesimpulan tersebut tidak sedemikian mudahnya ditarik.

c. Pengertian Sistem Pembuktian

Adalah pengaturan tentang macam-macam alat bukti yang boleh dipergunakan, penguraian alat bukti dan dengan cara-cara bagaimana alat-alat bukti itu dipergunakan dan dengan cara-cara bagaimana alat-alat bukti itu dipergunakan dan dengan cara bagaimana hakim itu harus membentuk keyakinannya.

d. Macam-macam Sistem Pembuktian

xxxi Suatu pembuktian pada dasarnya untuk menentukan substansi atau hakekat adanya fakta-fakta yang masa lalu tidak terang menjadi fakta-fakta yang terang dalam hubungannya dengan perkara pidana dalam sistem pembuktian dikenal berbagai macam sistem.Menurut Andi Hamzah, didalam teori dikenal 4 empat sistem pembuktian yaitu: 1 Conviction In Time a Ajaran pembuktian Conviction in time adalah suatu ajaran pembuktian yang menyandarkan pada keyakinan hakim semata. b Hakim di dalam menjatuhkan putusan terikat dengan alat bukti yang ada. Darimana hakim menyimpulkan putusaannya tidak menjadi masalah..Hakim tidak boleh menyimpulkan dari alat bukti yang ada dalam persidangan atau mengabaikan alat bukti yang ada di persidangan. c Akibatnya dalam memutuskan perkara menjadi subyektif sekali, hakim tidak perlu menyebutkan alasan-alasan yang menjadi dasar putusannya. Seseorang bisa dinyatakan bersalah dengan tanpa bukti yang mendukungnya. Demikian sebaliknya hakim bisa membebaskan terdakwa dari tindak pidana yang dilakukan, meskipun bukti-bukti yang ada menunjukan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana. Aliran ini sering disebut aliran bebas vrijstesel , karena sistem ini memberi kebebasan pada hakim terlalu besar sehingga sulit diawasi.Pelaksanaan pembuktian seperti pemeriksaan dan pengambilan sumpah saksi, pembacaan berkas perkara terdapat pada semua perunda- undangan acara pidana, termasuk sistem keyakinan hakim. xxxii d Sistem pembuktian Conviction in time dipergunakan dalam sistem peradilan juri Jury rechtspraak misalnya di Inggris dan Amerika Serikat. 2 Conviction in Raisone Ajaran pembuktian ini juga masih menyandarkan pula kepada keyakinan hakim. Hakim tetap tidak terikat pada alat- alat yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Meskipun alat-alat bukti telah ditetapkan oleh Undang-undang.Dalam sistem ini hakim dapat memutuskan seorang bersalah atau tidak berdasar keyakinannya, yaitu keyakinan yang didasarkan pada dasar-dasar pembuktian disertai dengan kesimpulan conclusie yang berlandaskan pada peraturan-peraturan pembuktian tertentu.Sistem atau teori ini dapat juga dikatakan pembuktian bebas karena hakim bebas untuk menyebut alasan-alasan keyakinannya. 3 Sistem Pembuktian Positif Sistem pembuktian positif positif wetelijk adalah sistem pembuktian yang menyandarkan diri pada alat bukti saja, yakni alat bukti yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Dikatakan secara positif, karena hanya didasarkan pada undang-undang, artinya jika telah terbukti suatu perbuatan sesuai dengan alat bukti yang disebut oleh undang-undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan sama sekali.Tentu saja sistem Positief wettelijk ini mengandung kelemahan, karena jika alat bukti sudah memenuhi ketentuan dalam undang- undang, mau tidak mau terdakwa harus dihukum, walaupun hakim yakin.Seorang terdakwa bisa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana hanya didasarkan pada alat bukti xxxiii yang sah. Alat bukti yang ditetapkan oleh Undang-Undang adalah penting. Keyakinan hakim sama sekali diabaikan. 4 Sistem Pembuktian Negatif Sistem pembuktian negatif Negatief wettelijk sangat mirip dengan sistem pembuktian conviction in raisonee. Didalam sistem negatif ada 2 dua hal yang merupakan syarat untuk membuktikan kesalahan terdakwa, yakni: 1 WETTELIJK : adanya alat bukti yang sah yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. 2 NEGATIEF : adanya keyakinan nuranidari hakim, yakni berdasarkan bukti-bukti tersebut hakim meyakini kesalahan terdakwa. KUHAP menganut sistem atau teori Pembuktian berdasarkan undang-undang negatif negatief wetelijk .Hal tersebut dapat disimpulkan dari pasal 183 KUHAP yang menyatakan :”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang,kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.” Dalam hukum pembuktian pada acara pidana ada tiga bagian yang penting yaitu : 1. Menyebutkan alat-alat yang dapat dipakai oleh Hakim untuk mendapatkan gambaran dari peristiwa pidana masa lampau. 2. Menggunakan cara bagaimana alat-alat bukti itu dipergunakan. 3. Kekuatan pembuktian dari masing-masing alat bukti itu xxxiv

b. Tinjauan Mengenai Pemeriksaan perkara di Peradilan Militer

Dokumen yang terkait

Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan TNI (Studi Pada Pengadilan Militer Medan)

2 80 77

Penyelesaian perkara tindak pidana perzinahan Yang dilakukan prajurit tni di pengadilan Militer ii 11 yogyakarta

1 26 78

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN ANGGOTA TNI Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang Dilakukan Anggota TNI Di Lingkungan Pengadilan Militer II-10 Semarang.

0 2 17

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN ANGGOTA TNI Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang Dilakukan Anggota TNI Di Lingkungan Pengadilan Militer II-10 Semarang.

0 5 12

PENDAHULUAN Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang Dilakukan Anggota TNI Di Lingkungan Pengadilan Militer II-10 Semarang.

0 2 19

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA YANG DILAKUKAN Proses Penyelesaian Perkara Pidana Yang Dilakukan Oleh Anggota TNI Studi Kasus di DENPOM Salatiga, Pengadilan Militer II-10 Semarang.

0 2 12

PENDAHULUAN Proses Penyelesaian Perkara Pidana Yang Dilakukan Oleh Anggota TNI Studi Kasus di DENPOM Salatiga, Pengadilan Militer II-10 Semarang.

0 3 17

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI Proses Penyelesaian Perkara Pidana Yang Dilakukan Oleh Anggota TNI Studi Kasus di DENPOM Salatiga, Pengadilan Militer II-10 Semarang.

1 2 29

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PERZINAHAN YANG DILAKUKAN PRAJURIT TNI DI WILAYAH HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PERZINAHAN YANG DILAKUKAN PRAJURIT TNI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II-10 SEMARANG DAN PENGADILAN MILITER II-11 YOGYAKARTA.

0 0 12

PENDAHULUAN PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PERZINAHAN YANG DILAKUKAN PRAJURIT TNI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II-10 SEMARANG DAN PENGADILAN MILITER II-11 YOGYAKARTA.

0 0 15