ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TELUR PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR STUDI KASUS PADA USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG.

(1)

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TELUR PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR (STUDI KASUS PADA USAHA

PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH

ELVIN RIDNO DAELI NIM 7131220008

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

ELVIN RIDNO DAELI, 7131220008. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur Pada Peternakan Ayam Petelur Studi Kasus Pada Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan 2017.

Permasalahan saat ini dihadapkan bahwa peternak hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dijual, dan jumlah piutang/utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja. Serta juga ditemukan bahwa ada sebagian dari biaya nonproduksi dimasukkan dalam biaya produksi. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi telur, akan mempengaruhi harga pokok dari usaha peternakan. Semakin besar biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan dalam memproduksi telur, maka harga produk yang dihasilkan akan semakin tinggi.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok produksi telur ayam yang benar dengan akuntansi yang ada.

Penelitian ini dilakukan di Peternakan Ayam Unggas Burhan yang terletak di Dusun III, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja oleh peneliti dengan pertimabangan bahwa peternakan tersebut merupakan perternakan yang memiliki skala usaha yang memadai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2017. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan survey tempat lokasi dengan mengamati sekilas kegiatan peternakan ayam petelur dan melakukan wawancara dengan pihak pemilik peternakan sekaligus dengan pekerja lapangan.

Selama ini peternak hanya melakukan perhitungan harga pokok produksi lewat pencatatan biaya saja dan hanya melakukan harga pasar sehingga harga pokok produksi sebesar Rp. 1.190. Perhitungan HPP peternak termasuk keliru. Berdasarkan hasil penelitian pada Peternakan Ayam Unggas Burhan dengan metode full costing, diperoleh harga pokok produksi per butir telur sebesar Rp. 624,2. Dan dari hasil penelitian menjadi acuan peternak untuk melakukan pencatatan biaya dengan baik dan menghasilkan harga pokokproduksi yang sebenarnya.


(6)

ii ABSTRACT

Elvin Ridno Daeli, 7131220008, Analyze Calculation Cost Production Egg in Egg Farm (Farming Case Study in Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang) Thesis, Department of Accounting, Faculty of Economics, University of Medan, 2017

This current problem is face that breeder only records the amount money received and issued and the ammount of debt receivable. But the record is only limited to reminders only incureed procuder eggs will affect the cost of livestock business. The greatrer the cost incured higerprotect the price product. During this breader only do the cost and just follow the cost of market price.

This research was aimed to analyze the correct calculation of production main cost of chicken eggs with the available accountancy. This research was held at Peternakan Ayam Unggas Burhan which is located in Dusun III, Pantai Labu Sub Regency, Deli Serdang Regency, North Sumatera Province. The writer consciously choose this location because the farm considered own proper enterprise’s scale. This research was held on February to March 2017. Before initiating the research, the researcher firstly surveyed the location by observing the activities at the farm and by interviewing not only the owner of the farm but also the workers.

Based on the research at Peternakan Ayam Unggas Burhan with full costing method, it is known that the production main cost per egg is Rp. 624,2. And from the result, the farmer recorded the general cost only and did not record based on the proper available accountancy. The conclusion in this research is that the farmer do not record the calculation of the production main cost according to the available accountancy.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur Pada Peternakan Ayam Petelur (Studi Kasus Pada Usaha Peternakan Ayam Petelur Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang”.

Dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menyadari tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dan dorongan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, Dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak terkasih Faano Daeli, Dan Mamak tersayang Lorida Silaban, yang telah mengajarkan banyak hal dalam hidup saya, serta dik-adik penulis yang membuat semangat Ferdinand Ridno Daeli, David Rivaldo Ridno Daeli, Chris Ardiansah Ridno Daeli dan Keluarga T Gulo/Y Daeli serta keponakan saya atas segala doa, kasih sayang, motivasi, waktu serta dukungan baik moril maupun materil yang senantiasa diberikan tulus kepada penulis, sejak masa perkuliahan sampai penulis bisa tiba dimasa penyelesaian penulisan skripsi ini.

Di kesempatan ini ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Negeri Medan.


(8)

iv

2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si, Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Eko Wahyudi Nugrahadi, M.Si, sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Drs. La Ane,M.Si, sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan, dan sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang sangat membangun kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Dr. Nasirwan, SE, M.Si, Ak, CA sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Medan, dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi Penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Azizul Kholis, SE, M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Medan dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik Penulis yang telah memberikan bimbingan selama penulis sebagai mahasiswa.

7. Bapak Chandra Situmeang, S.E, M.SM, Ak,, CA sebagai sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi.

8. Bapak M. Ridha Habibi Z, SE, M.Si, AK, CA, sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama peneliti menempuh perkuliahan.

10.Bang Ricky yang telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi di Jurusan.


(9)

v

11. Sahabat sahabat penulis yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi, personil DED Tutur, Jimmy, Karona, Harianti, Jugito serta PKK Kak Rouli dan Bang Harry dan Keluarga, Sahabat saya Dion. Serta Adik Adik tercintaku, Lidia, Floretina, Febrina, Ronika, Romayana, Shonia, Rita dan Febrini serta Indah yang memberikan masukan dalam ilmunya. Tak lupa Warga Sekret UP yang tercinta.

12. Teman teman penulis dari kelas akuntansi B 2013 yang sangat luar biasa, dan Junior Akuntansi Unimed. Terkhusus buat partner dalam Skripsi Bang Faisal Ramadhan dan Nanda Eka Oktavia.

13. Teman teman Paduan Suara Magnificum Et Bonum yang saya banggakan dan telah membangun Jiwa untuk memuliakan Tuhan, terkhusus pada Tim Pelatih B’Roni, B’Boy, B’Hendro, D’Ary dan D’Diamas serta Warga Sekret Paduan Suara MEB yang Gokil.

14. Dan semua pihak yang memberikan dukungan dan doa kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Terimakasih untuk semuanya.

Akhirnya penukis merasa bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, April 2017 Penulis


(10)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT... ... ii

KATA PENGANTAR.... ... ...iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 7

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Akuntansi ... 9

2.2 Konsep Biaya ... 10

2.2.1 Pengertian Biaya ... 11

2.2.2 Cara Penggolongan Biaya ... 12

2.2.3 Metode Pengumpulan Biaya Produksi ... 22

2.2.4 Metode Perhitungan Biaya Produksi ... 23

2.3 Harga Pokok produksi ... 25

2.3.1Pengertian Harga Pokok Produksi ... 25


(11)

vii

2.3.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi ... 28

2.4 Peternakan Ayam Petelur ... 29

2.4.1 Ayam Ras Petelur... ...29

2.4.2 Usaha Ternak Ayam...31

2.4.3 Komponen Pembentuk Harga Produksi Telu...34

2.5 Penelitian Terdahulu ... 35

2.6 Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Desain Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Sumber Data ... 41

3.4 Instrumen Penelitian ... 42

3.5 Jenis Data ... 43

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.7 Metode Analisis Data ... 46

3.8 Pengujian Keabsahan Data ... 47

3.9 Alat Analisis Data ... 51

3.10 Teknik Analisis ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 54

4.2 Pembahasan Data ... 62

4.3 Komponen Pembentuk Harga Pokok Produksi ... 68

4.4 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 78

4.6 Analisis Kelayakan Usaha ... 86

4.7 Kendala dan Kesulitan Penelitian ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1 Kesimpulan... ... 88

5.2 Saran...89

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perincian Biaya ... 16

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 38

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Peternakan Ayam Unggas Burhan... 57


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Daftar Nama Informan ... 49 Tabel 4.1 Kebutuhan Nutrisi Ayam ras Petelur... 65 Tabel 4.2 Perhitungan Harga Produksi per satuan ... 83 Tabel 4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi dari Starter sampai Produksi ... 84 Tabel 4.4 Perhitungan Harga Pokok Penjualan... 85


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1

Lampiran A.1 Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara Lampiran A.2 Pedoman Wawancara

Lampiran A.3 Dokumentasi Wawancara Lampiran A.4 Daftar Biaya Tetap

Lampiran A.5 Biaya Pembelian Ayam Ras Petelur Biaya Periode Pakan Starter Biaya Periode Pakan Grower Biaya Periode Pakan Developer

Biaya Periode Pakan Layer (Produksi) Biaya Pemberian Vaksin dan Vitamin Biaya Tenaga Kerja

Biaya Penyusutan

Biaya Listrik Air dan PBB Biaya Sebelum Masa Produksi

Biaya Setelah Memasuki Masa Produksi Perhitungan Harga Pokok Produksi Ideal Unit Ekuivalensi dan Penerimaan Perusahaan Lampiran 2


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebutan hewan sebagai ternak tergantung pada jenis hewan tersebut dalam menimbulkan manfaat bagi manusia pemeliharanya. Ternak sudah mempunyai dampak yang jauh lebih besar bagi pemiliknya dan dapat dijadikan mata pencaharian utama. Apabila hewan banyak manfaatnya dan dibutuhkan oleh banyak orang, maka hewan tersebut memenuhi kriteria sebagai ternak. Apabila hewan tersebut dipelihara untuk tujuan komersial dengan menerapkan prinsip-prinsip bisnis dan manajemen berlandaskan segi teknis yang benar, maka itulah yang disebut Peternakan.

Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok Mubyarto (1977), yaitu:

a) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional.

Keterampilan sederhana dari menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Tujuan utama ialah sebagai hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan, hewan penarik gerobak atau pengangkut beban sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk.

b) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersial.

Keterampilan yang mereka miliki dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan dan makanan penguat cenderung meningkat,


(16)

2

2 walaupun lamban Tujuan utama dari memelihara ternak untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.

walaupun lamban Tujuan utama dari memelihara ternak untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.

c) Peternakan Komersial

Usaha ini dijalankan oleh golongan yang mempunyai kemampuan dalam segi modal dan sarana produksi dengan teknologi yang agak modern dengan mengejar keuntungan adalah tujuan dari usaha tersebut.

Hingga saat ini, usaha peternakan ayam masih merupakan salah satu sektor kegiatan yang paling cepat dan efisien dalam menghasilkan bahan pangan hewani yang bergizi. Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain laju pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibanding komoditas ternak lainnya, permodalan yang relatif kecil, serta penggunaan lahan yang tidak terlalu luas. Peternak dengan sendirinya mempunyai kesempatan yang luas untuk memelihara ayam daripada jenis ternak lainnya.

Pembangunan peternakan Indonesia berbasis peternakan rakyat, terutama berskala usaha kecil dan menengah. Ini terlihat dari jumlah rumah tangga peternak yang cukup banyak dan total produksinya dapat berperan dalam skala besar. Namun, kondisi peternakan rakyat masih menghadapi berbagai tantangan. Tantangan yang dihadapi tersebut adalah keterbatasan modal, usaha belum mencapai skala ekonomis dan informasi dalam menetapkan harga produksi yang belum sesuai dengan pencatatan yang sebenarnya.


(17)

3

3 Kegiatan peternakan saat ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi sudah berkembang menjadi salah satu alternatif usaha yang menguntungkan. Untuk memperoleh keuntungan atau laba yang lebih baik, dunia usaha diharuskan untuk lebih meningkatkan efisiensi serta efektivitas proses produksinya agar dapat meningkatkan daya saingnya. Persaingan dunia usaha saat ini tidak hanya menuntut pelaku usaha untuk memproduksi barang dengan jumlah yang banyak tetapi harus tepat juga perhitungan harga produksinya, kesalahan dalam membuat perhitungan harga produksi menyebabkan kerugian pada pelaku usaha. Informasi harga pokok produksi dalam menetapkan harga pokok produksi mengambil peran penting untuk menentukan harga pokok produksi. Komponen Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja, dan Biaya overhead pabrik dijadikan sebagai acuan penetapan harga pokok produksi. Ketiga aspek ini harus diperhatikan dengan baik dalam penggolongan dan pencatatannya. Sehingga keputusan untuk penentuan harga jual produk dapat diandalkan.

Adapun harga pokok produksi dihitung berdasarkan biaya apa saja yang dikeluarkan dalam aktivitas usaha. Biaya produksi yang terlalu tinggi akan mempengaruhi harga pokok produksi. Harga Pokok produksi yang tidak akurat dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam memberikan informasi keuangan bagi perusahaan, baik dalam penentuan laba maupun penetapan harga jual. Oleh karena pentingnya perhitungan harga pokok produksi ini, maka setiap perusahaan diharapkan dapat menghitung harga pokok produksi secara akurat berdasarkan prosedur akuntansi yang semestinya. Menurut Mulyadi (2012) dalam menetapkan


(18)

4

4 harga pokok produksi dapat dilakukan dengan metode full costing, variabel costing atau dengan sistem activity based costing.

Merryana Mega (2008) melakukan penelitian dengan judul “Penentuan Biaya Produksi Pada Peternakan Ayam Petelur (Studi Kasus Pada UD Bumi Unggas Farm Di Situbondo)” untuk menelusuri penentuan biaya produksi telur ayam yang dilakukan UD Bumi Unggas Farm. Penelitian ini muncul karana peternak tidak memperhitungkan biaya yang dikeluarkan secara cermat dan sistematis. Mahdi Hendrich (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Usaha Peternakan Lele Pak Jay Di Sukabangun II Palembang”. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa dalam penentuan harga produksinya, perusahaan belum memasukkan beberapa biaya seperti tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang meliputi biaya penyusutan mesin, biaya lain-lain dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam penentuan harga pokok produksi belum menunjukkan harga pokok produksi yang wajar karena harga pokok tersebut dihitung berdasarkan penggolongan dan pengumpulan biaya yang dikeluarkan tetapi lebih mengacu pada pertimbangan.

Komponen pembentukan laba adalah data yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dan jasa yang dihasilkan oleh Perusahaan. Sedangkan biaya adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau menghasikan sesuatu barang dan jasa. Biaya tersebut disebut sebagai biaya Harga Pokok atau Harga Pokok Produksi, Mulyadi (2012). Perusahaan lazimnya berorientasi pada laba, sehingga tidak terlepas dari cara pencapaian laba dan pengembalian modal, dalam perhitungan Harga Pokok Produksi dan pengumpulan


(19)

5

5 biaya yang digunakan untuk meningkatkan produksi. Biaya yang telah dikeluarkan ini seharusnya dipakai sebagai elemen perhitungan pembentukan Harga Pokok Produk. Serta menjadi acuan dalam penentuan Harga Pokok Produksi.

Harga pokok produksi merupakan puncak dari berbagai variabel kegiatan manajemen peternakan ayam petelur. Menurut Muhammad Rasyaf (1996) dalam buku tentang Manajemen Peternakan Telur, komponen biaya dalam pembentuk harga pokok produksi telur adalah (1) pakan, (2) biaya operasional (upah, bahan bakar minyak, listrik, telepon, material-material, perawatan ayam), (3) penyusutan pullet (4) penyusutan investasi infrastruktur (kandang, gudang pakan dan telur, mess, kantor, listrik), (5) biaya penjualan (6) obat, vaksin, vitamin dan kimia, dan (7) biaya lain-lain. Komponen ini juga dijelaskan dalam jurnal ilmiah Tan Mohamedali (2012) dengan jurnal ilmiah “A novel, cost-effective and efficient chicken egg IgY purufication procedure” mengatakan ada banyak biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha pembudidayaan telur. Bagian ini juga dijelaskan kembali oleh Hester (2017) dalam jurnal ilmiah “Preventive Measures for Avoiding the Deleterious Effects of Heat Stress on Egg Production and Quality” tentang menjaga kestabilan produksi telur dengan pemeliharaan yang terbaik.

Berdasarkan fenomena, menunjukkan bahwa saat ini peternak hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dijual, dan jumlah piutang/utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja. Serta juga ditemukan bahwa ada sebagian dari biaya nonproduksi dimasukkan


(20)

6

6 dalam biaya produksi. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi telur, akan mempengaruhi harga pokok dari usaha peternakan. Semakin besar biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan dalam memproduksi telur, maka harga produk yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dengan adanya masalah seperti yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan peneliti lebih lanjut dan oleh karena itu penenliti memilih judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur pada Peternakan Ayam Petelur (Studi Kasus Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan Pantai Labu, Deli Serdang)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang permasalahan dapat diindentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa saja komponen biaya yang terdapat dalam peternakan ayam petelur? 2. Apa saja Komponen pembentuk harga pokok produksi yang terdapat

dalam peternakan ayam petelur?

3. Bagaimana cara dalam perhitungan harga pokok produksi ayam petelur? 4. Apakah cara perhitungan Harga Pokok Produksi di tingkat Peternak

selama ini sudah sesuai dengan Akuntansi yang sudah ada?

5. Sejauh mana Peternak mengandalkan Harga Pokok Produksi sebagai acuan dalam mengambil keputusan?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah yang menyangkut Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur pada Peternakan Ayam Petelur. Harga Pokok Produksi


(21)

7

7 merupakan hal yang sangat penting, karena harga pokok produksi dapat dipakai dalam pengambilan keputusan yang dilakukan Peternak telur. Selama ini peternak telur hanya melakukan perhitungan dan dicatat hanya sebatas pengingat saja.

Tetapi hal tersebut belum dipakai sebagai dasar dalam penentuan Harga Pokok Produksi. Peternak telur dalam membuat laporan biaya yang ada belum dapat menunjukkan Harga Pokok Produksi yang tepat sesuai dengan pengumpulan biaya produksinya.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, akan masalah-masalah yang diajukan dalam penelitian ini, adalah:

1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi ayam petelur?

2. Apakah cara perhitungan Harga Pokok Produksi di tingkat Peternak selama ini sudah sesuai dengan Akuntansi yang sudah ada?

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki suatu tujuan. Demikian penelitian ini memiliki beberapa tujuan dalam hubungannya dengan obyek penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui apa saja Komponen pembentuk harga pokok produksi yang terdapat dalam peternakan ayam petelur.

2. Untuk mengetahui apakah cara perhitungan dan hasil harga pokok produksi di tingkat peternak selama ini sudah sesuai dengan Akuntansi yang sudah ada?


(22)

8

8 1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait diantaranya:

1. Bagi Peneliti, Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah perhitungan harga pokok produksi.

2. Bagi Peternak, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukkan tentang perhitungan harga pokok produksi.

3. Bagi Akademisi, sebagai wawasan, pengetahuan dan acuan dalam perhitungan harga pokok produksi yang baik dan dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.


(23)

BAB V

Kesimpulan dan Saran 1.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dalam Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur dengan menggunakan metode full costing, akhirnya ditentukanlah Harga Pokok Produksi Per Butir Telur pada Peternakan Ayam Unggas Burhan adalah Rp 624,2 atau harga 1 kg telur tersebut Rp. 9.987 sehingga disimpulkan bahwa usaha ini akan mengalami untung yang baik jikalau tidak mengikuti harga pasaran telur per kg sebesar Rp. 12.000. Hasil analisis data dari pembahasan dapat menjadi pedoman bagi peternak untuk menentukan harga pokok produksi. Dengan demikian keputusan peternak untuk menjual dapat diperhitungan dan kemudian mengalami keuntungan yang baik.

Dari hasil pembahasan yang dilakukan peneliti, pemilik peternakan hanya melakukan perhitungan berdasarkan catatan dan ingatan seadanya serta biaya yang diperhitungkan tidak berdasarkan teori akuntansi yang ada sehingga harga jual per butir telur hanya mengikuti harga pasar dan peternak beranggapan biaya tersebut hanya biaya umum serta tidak diperhitungkan dalam biaya produksi.


(24)

89

1.2 Saran

Saran yang diberikan berdasarkan hasil pembahasan terkait dengan hasil penelitian ditunjukan bagi pihak peternak yaitu:

Peternak Ayam Unggas Burhan hendaknya melakukan pencatatan atau pembukuan dengan baik agar tidak salah dalam menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menghitung harga pokok produksi dan pada akhirnya, keputusan untuk menjual akan menjadi baik. Juga disarankan agar dapat meningkatkan produksi telur dengan cara melakukan peraawatan rutin terhadap kandang ataupun ayam agar tingkat kematian berkurang terlebih ketika kepada DOC (Day Old Chick) yang akan dipersiapkan untuk berproduksi dan ayam yang sudah dapat berproduksi agar dapat dijaga asupan makanan dan vitamin sehingga ayam menjadi tidak sakit, terhindar dari stres, silkus bertelurnya baik, berproduksi dengan baik sehingga dapat meningkatkan produksi telur dan juga meningkatkan pendapatan.


(1)

5 biaya yang digunakan untuk meningkatkan produksi. Biaya yang telah dikeluarkan ini seharusnya dipakai sebagai elemen perhitungan pembentukan Harga Pokok Produk. Serta menjadi acuan dalam penentuan Harga Pokok Produksi.

Harga pokok produksi merupakan puncak dari berbagai variabel kegiatan manajemen peternakan ayam petelur. Menurut Muhammad Rasyaf (1996) dalam buku tentang Manajemen Peternakan Telur, komponen biaya dalam pembentuk harga pokok produksi telur adalah (1) pakan, (2) biaya operasional (upah, bahan bakar minyak, listrik, telepon, material-material, perawatan ayam), (3) penyusutan pullet (4) penyusutan investasi infrastruktur (kandang, gudang pakan dan telur, mess, kantor, listrik), (5) biaya penjualan (6) obat, vaksin, vitamin dan kimia, dan (7) biaya lain-lain. Komponen ini juga dijelaskan dalam jurnal ilmiah Tan Mohamedali (2012) dengan jurnal ilmiah “A novel, cost-effective and efficient chicken egg IgY purufication procedure” mengatakan ada banyak biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha pembudidayaan telur. Bagian ini juga dijelaskan kembali oleh Hester (2017) dalam jurnal ilmiah “Preventive Measures for Avoiding the Deleterious Effects of Heat Stress on Egg Production and Quality” tentang menjaga kestabilan produksi telur dengan pemeliharaan yang terbaik.

Berdasarkan fenomena, menunjukkan bahwa saat ini peternak hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dijual, dan jumlah piutang/utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja. Serta juga ditemukan bahwa ada sebagian dari biaya nonproduksi dimasukkan


(2)

6

6 dalam biaya produksi. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi telur, akan mempengaruhi harga pokok dari usaha peternakan. Semakin besar biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan dalam memproduksi telur, maka harga produk yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dengan adanya masalah seperti yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan peneliti lebih lanjut dan oleh karena itu penenliti memilih judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur pada Peternakan Ayam Petelur (Studi Kasus Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan Pantai Labu, Deli Serdang)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang permasalahan dapat diindentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa saja komponen biaya yang terdapat dalam peternakan ayam petelur? 2. Apa saja Komponen pembentuk harga pokok produksi yang terdapat

dalam peternakan ayam petelur?

3. Bagaimana cara dalam perhitungan harga pokok produksi ayam petelur? 4. Apakah cara perhitungan Harga Pokok Produksi di tingkat Peternak

selama ini sudah sesuai dengan Akuntansi yang sudah ada?

5. Sejauh mana Peternak mengandalkan Harga Pokok Produksi sebagai acuan dalam mengambil keputusan?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah yang menyangkut Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur pada Peternakan Ayam Petelur. Harga Pokok Produksi


(3)

7 merupakan hal yang sangat penting, karena harga pokok produksi dapat dipakai dalam pengambilan keputusan yang dilakukan Peternak telur. Selama ini peternak telur hanya melakukan perhitungan dan dicatat hanya sebatas pengingat saja.

Tetapi hal tersebut belum dipakai sebagai dasar dalam penentuan Harga Pokok Produksi. Peternak telur dalam membuat laporan biaya yang ada belum dapat menunjukkan Harga Pokok Produksi yang tepat sesuai dengan pengumpulan biaya produksinya.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, akan masalah-masalah yang diajukan dalam penelitian ini, adalah:

1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi ayam petelur?

2. Apakah cara perhitungan Harga Pokok Produksi di tingkat Peternak selama ini sudah sesuai dengan Akuntansi yang sudah ada?

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki suatu tujuan. Demikian penelitian ini memiliki beberapa tujuan dalam hubungannya dengan obyek penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui apa saja Komponen pembentuk harga pokok produksi yang terdapat dalam peternakan ayam petelur.

2. Untuk mengetahui apakah cara perhitungan dan hasil harga pokok produksi di tingkat peternak selama ini sudah sesuai dengan Akuntansi yang sudah ada?


(4)

8

8 1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait diantaranya:

1. Bagi Peneliti, Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah perhitungan harga pokok produksi.

2. Bagi Peternak, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukkan tentang perhitungan harga pokok produksi.

3. Bagi Akademisi, sebagai wawasan, pengetahuan dan acuan dalam perhitungan harga pokok produksi yang baik dan dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.


(5)

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dalam Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Telur dengan menggunakan metode full costing, akhirnya ditentukanlah Harga Pokok Produksi Per Butir Telur pada Peternakan Ayam Unggas Burhan adalah Rp 624,2 atau harga 1 kg telur tersebut Rp. 9.987 sehingga disimpulkan bahwa usaha ini akan mengalami untung yang baik jikalau tidak mengikuti harga pasaran telur per kg sebesar Rp. 12.000. Hasil analisis data dari pembahasan dapat menjadi pedoman bagi peternak untuk menentukan harga pokok produksi. Dengan demikian keputusan peternak untuk menjual dapat diperhitungan dan kemudian mengalami keuntungan yang baik.

Dari hasil pembahasan yang dilakukan peneliti, pemilik peternakan hanya melakukan perhitungan berdasarkan catatan dan ingatan seadanya serta biaya yang diperhitungkan tidak berdasarkan teori akuntansi yang ada sehingga harga jual per butir telur hanya mengikuti harga pasar dan peternak beranggapan biaya tersebut hanya biaya umum serta tidak diperhitungkan dalam biaya produksi.


(6)

89

1.2 Saran

Saran yang diberikan berdasarkan hasil pembahasan terkait dengan hasil penelitian ditunjukan bagi pihak peternak yaitu:

Peternak Ayam Unggas Burhan hendaknya melakukan pencatatan atau pembukuan dengan baik agar tidak salah dalam menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menghitung harga pokok produksi dan pada akhirnya, keputusan untuk menjual akan menjadi baik. Juga disarankan agar dapat meningkatkan produksi telur dengan cara melakukan peraawatan rutin terhadap kandang ataupun ayam agar tingkat kematian berkurang terlebih ketika kepada DOC (Day Old Chick) yang akan dipersiapkan untuk berproduksi dan ayam yang sudah dapat berproduksi agar dapat dijaga asupan makanan dan vitamin sehingga ayam menjadi tidak sakit, terhindar dari stres, silkus bertelurnya baik, berproduksi dengan baik sehingga dapat meningkatkan produksi telur dan juga meningkatkan pendapatan.