Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Produksi Telur Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

(1)

PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR

BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

SKRIPSI

OLEH:

HERMAN SITEPU 030306027

IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR

BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

SKRIPSI

OLEH:

HERMAN SITEPU 030306027

IPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana Di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Judul Skripsi : Pemanfaataan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Produksi Telur Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

Nama : Herman Sitepu NIM : 030306027 Departemen : Peternakan Program Studi : Produksi Ternak

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. Soehady Aris) (Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA) Ketua Anggota

Diketahui Oleh:

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen


(4)

ABSTRACT

Herman Sitepu, 2008. ”The Utilization of chicken eggshell meal in the feed to The Quail Productivity (Coturnix-coturnix japonica) Under adviced of Ir. Soehady Aris as supervisor and Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA as co-supervisor.

This research was held on the Biology Laboratory of Animal Science, Departement of Agriculture, North Sumatera University, Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No.3, Medan. From June 2008 to August 2008.

The objectives of this research is to observe the level utilization of chicken ras eggshell meal in the feed to the quail productivity (Cotunix-coturnix japonica)

The research method use completely randomized design consist of 4 treatments and 5 replication, each replication consisted of 5 Quail female . The treatment are P0= Ration without eggshell meal, P1= Ration with 2% eggshell meal, P2= Ration with 4% eggshell meal , P3= Ration with 6% eggshell meal in the feed of quail.

Analysis of variance (ANOVA) statistically was used to analize the observations data on the variables, i.e. feed consumtion, egg quail’s productivity, egg’s weight, feed convertion and eggshell weight.

As a result of research for consumtion average (g) in P0 treatment (133.41) is non significant with P1 treatment (130.60), P2 (130.82), and P3 (133.71), respectively.

The average quail productivity (g) during research at P0 treatment (46.19) is non significant with P1 (45.05), P2 (47.58), and P3 (51.10), respectively. The average of egg weight (g) during research at P0 treatment (10.08) is non significant with P1 (10.17),but P2 treatment (10.31) and P3(10.31) is significant with P0 (10.08) and P1 treatment (10.17) is non significant to P2 treatment (10.31) and P3 (10.31).The average of feed convertion during research at P0 treatment (8.35) is highly significant to P1 treatment (5.49), and to treatment P3 (4.48). But P0 treatment (8.35) is non significant to P2 treatment (5.75) and P1 treatment (5.49) is non significant to P2 treatment (5.75) and to P3 treatment (4.48), and also P3 (4.48) is non significant to P2 (5.75) and P1 (5.49), respectively. The average of quail eggshell (g) during research at P0 treatment (1.62) is non significant with P1 (1.36), P2 (1.66) and to P3 (1.73), respectively.

It was concluded that to give chicken eggshell meal in the feed of Quail up to level 6% to be on the increase of quail eggs productifity. The best convertion is in the treatment P3 (4,48%) to use chicken eggshell meal 6% in the feed of Quail. Utilization 4% and 6% chicken eggshell meal in the feed of Quail saw the egg weight is relative similar. The highest average of quail eggshell is in the treatment P3 (1,72 g); not finished yet.


(5)

ABSTRAK

Herman Sitepu, 2008. “Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Produksi Telur Burung Puyuh

(Coturnix-coturnix japonica)”. Dibawah bimbingan Bapak Ir. Soehady Aris selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jln. Prof. A.Sofyan No. 3, Medan mulai bulan juni 2008 sampai Agustus 2008.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui manfaat pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum terhadap produksi telur burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).

Metode penelitian ini memakai rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakun dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 5 ekor burung puyuh betina. Adapun perlakuan P0= Ransum tanpa tepung cangkang telur, P1= Ransum dengan 2% tepung cangkang telur, P2= Ransum dengan 4% tepung cangkang telur, P3= Ransum dengan 6% tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh. Data dianalisis dengan sidik ragam dengan parameter konsumsi ransum, produksi telur, berat telur, konversi ransum dan berat cangkang telur.

Dari hasil penelitian yang diperoleh rataan konsumsi ransum (g), pada perlakuan P0 (133,41), berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan P1 (130,60), P2 (130,82), dan P3 (133,71). Rataan produksi telur burung puyuh (g) selama penelitian pada perlakuan P0 (46,19) berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan P1(45,05), P2 (47,58) dan P3 (51,10). Rataan berat telur burung puyuh (g) selama penelitian pada perlakuan P0 (10,08) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 (10,17), sementara P2 (10,31) dan P3 (10,31) berbeda nyata dengan P0 (10,08) tetapi P1 (10,17) tidak berbeda nyata dengan P2 (10,31) dan P3 (10.31). Rataan konversi ransum selama penelitian pada perlakuan P0 (8.35) berbeda sangat nyata terhadap P1 (5.49) dan P3 (4.48) tetapi P0 (8.35) tidak berbeda nyata dengan P2 (5.75) sementara P1 (5.49) tidak berbeda nyata dengan P2 (5.75) dan P3 (4.48), begitu juga P3 (4.48) tidak berbeda nyata dengan P2 (5.75) dan P1 (5.49).

Rataan berat cangkang telur (g) selama penelitian pada perlakuan P0(1,62) berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan P1 (1,63), P2 (1,66),dan P3 (1,72).

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh sampai level 6% menaikkan produksi telur burung puyuh. Konversi yang terbaik pada P3 sebesar 4,48% dengan menggunakan tepung cangkang telur ayam ras sebesar 6% dalam ransum burung puyuh. Pemanfaatan 4% dan 6% tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum menghasilkan berat telur yang relatif sama. Rataan berat cangkang telur yang tertingi adalah pada perlakuan P3 sebesar 1, 72 g.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Herman Sitepu, dilahirkan di desa Tanjung Agung, Jambi pada tanggal 11 Januari 1985 dari Bapak M. N Sitepu, dan Ibu N. Harianja, S.Pd.

Pendidikan yang pernah di tempuh hingga saat ini adalah:

‐ Tahun 1990 masuk Sekolah Taman Kanak-kanak Cinta Rakyat Pematang Siantar, lulus tahun 1991.

‐ Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar Sultan Agung Pematang Siantar, Tahun 1993 pindah sekolah ke Sekolah Dasar Kalam Kudus lulus tahun 1997 ‐ Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ASSISI Pematang

Siantar, lulus tahun 2000.

‐ Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Budi Mulia Pematang Siantar, lulus tahun 2003.

‐ Tahun 2003 terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB.

Kegiatan yang pernah di ikuti adalah:

‐ Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun Dolok Ilir Afdeling II yang terletak di Kecamatan Serbelawan Kabupaten Simalungun, Sumatera utara.

‐ Mengikuti pelatihan pengelolaan sampah ramah lingkungan di Aula DH Penny, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

‐ Melaksanakan penelitian di Laboratorium Biologi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan berkat-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Produksi Telur Burung Puyuh ( Coturnix-coturnix japonica)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tak ada skripsi yang dapat selesai hanya oleh usaha tunggal penulisnya. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Ir. Soehady Aris selaku ketua pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA selaku anggota pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk penyempurnaan skripsi penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan, terima kasih.

Medan, Mei 2009


(8)

DAFTAR ISI

   

ABSRACT... i

ABSTRAK... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL...vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh ... 3

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh ... 6

Cangkang Telur... 10

Pemeliharaan Puyuh Pemeliharaan Anak Puyuh (Masa Starter)... 11

Pemeliharaan Masa Grower... 11

Pemeliharaan Masa Layer... 12

Produksi Telur Puyuh Konsumsi Ransum ... 12

Konversi Ransum... 13

Produksi Telur... 13

Berat Cangkang Telur ... 14

Berat Telur ... 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian... 15

Bahan dan Alat Penelitian... 15

Bahan ... 15

Alat... 15

Metode Penelitian ... 16

Parameter Penelitian ... 17

Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu) ... 17

Produksi Telur (%)... 17

Berat Telur (g)... 18


(9)

Berat Cangkang Telur (g)... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Persiapan Kandang... 18

Penyusunan Ransum ... 18

Sexing Puyuh ... 18

Pemeliharaan ... 19

Pengambilan Data ... 19

Analisis Data ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pembahasan... 24

Rekapitulasi Hasil penelitian ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

1. Perbedaan burung puyuh jantan dan betina...5

2. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas...6

3. Kebutuhan zat - zat makanan dalam ransum burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) untuk daerah tropis...7

4. Kebutuhan ransum burung puyuh diberikan menurut umur...7

5. Bahan yang terkandung dalam cangkang telur ayam ras komersil...10

6. Rataan konsumsi ransum puyuh selama penelitian (g)...20

7. Rataan produksi telur burung puyuh selama penelitian (%)...21

8. Rataan berat telur burung selama penelitian (g)...21

9. Rataan konversi ransum selama penelitian...22

10.Rataan berat cangkang telur burung puyuh (g)...23

11.Analisis keragaman konsumsi ransum burung puyuh...24

12.Analisis keragaman produksi telur burung puyuh...25

13.Analisis keragaman berat telur burung puyuh...27

14.Hasil uji jarak duncan (UJD) berat telur burung puyuh...27

15.Analisis keragaman konversi ransum burung puyuh...28

16.Hasil uji jarak duncan (UJD) konversi ransum burung puyuh...29

17.Analisis keragaman berat cangkang telur burung puyuh...30

18.Rekapitulasi konsumsi ransum, produksi telur, berat telur, konversi ransum, dan berat cangkang telur burung puyuh...31


(11)

ABSTRACT

Herman Sitepu, 2008. ”The Utilization of chicken eggshell meal in the feed to The Quail Productivity (Coturnix-coturnix japonica) Under adviced of Ir. Soehady Aris as supervisor and Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA as co-supervisor.

This research was held on the Biology Laboratory of Animal Science, Departement of Agriculture, North Sumatera University, Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No.3, Medan. From June 2008 to August 2008.

The objectives of this research is to observe the level utilization of chicken ras eggshell meal in the feed to the quail productivity (Cotunix-coturnix japonica)

The research method use completely randomized design consist of 4 treatments and 5 replication, each replication consisted of 5 Quail female . The treatment are P0= Ration without eggshell meal, P1= Ration with 2% eggshell meal, P2= Ration with 4% eggshell meal , P3= Ration with 6% eggshell meal in the feed of quail.

Analysis of variance (ANOVA) statistically was used to analize the observations data on the variables, i.e. feed consumtion, egg quail’s productivity, egg’s weight, feed convertion and eggshell weight.

As a result of research for consumtion average (g) in P0 treatment (133.41) is non significant with P1 treatment (130.60), P2 (130.82), and P3 (133.71), respectively.

The average quail productivity (g) during research at P0 treatment (46.19) is non significant with P1 (45.05), P2 (47.58), and P3 (51.10), respectively. The average of egg weight (g) during research at P0 treatment (10.08) is non significant with P1 (10.17),but P2 treatment (10.31) and P3(10.31) is significant with P0 (10.08) and P1 treatment (10.17) is non significant to P2 treatment (10.31) and P3 (10.31).The average of feed convertion during research at P0 treatment (8.35) is highly significant to P1 treatment (5.49), and to treatment P3 (4.48). But P0 treatment (8.35) is non significant to P2 treatment (5.75) and P1 treatment (5.49) is non significant to P2 treatment (5.75) and to P3 treatment (4.48), and also P3 (4.48) is non significant to P2 (5.75) and P1 (5.49), respectively. The average of quail eggshell (g) during research at P0 treatment (1.62) is non significant with P1 (1.36), P2 (1.66) and to P3 (1.73), respectively.

It was concluded that to give chicken eggshell meal in the feed of Quail up to level 6% to be on the increase of quail eggs productifity. The best convertion is in the treatment P3 (4,48%) to use chicken eggshell meal 6% in the feed of Quail. Utilization 4% and 6% chicken eggshell meal in the feed of Quail saw the egg weight is relative similar. The highest average of quail eggshell is in the treatment P3 (1,72 g); not finished yet.


(12)

ABSTRAK

Herman Sitepu, 2008. “Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Produksi Telur Burung Puyuh

(Coturnix-coturnix japonica)”. Dibawah bimbingan Bapak Ir. Soehady Aris selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jln. Prof. A.Sofyan No. 3, Medan mulai bulan juni 2008 sampai Agustus 2008.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui manfaat pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum terhadap produksi telur burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).

Metode penelitian ini memakai rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakun dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 5 ekor burung puyuh betina. Adapun perlakuan P0= Ransum tanpa tepung cangkang telur, P1= Ransum dengan 2% tepung cangkang telur, P2= Ransum dengan 4% tepung cangkang telur, P3= Ransum dengan 6% tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh. Data dianalisis dengan sidik ragam dengan parameter konsumsi ransum, produksi telur, berat telur, konversi ransum dan berat cangkang telur.

Dari hasil penelitian yang diperoleh rataan konsumsi ransum (g), pada perlakuan P0 (133,41), berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan P1 (130,60), P2 (130,82), dan P3 (133,71). Rataan produksi telur burung puyuh (g) selama penelitian pada perlakuan P0 (46,19) berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan P1(45,05), P2 (47,58) dan P3 (51,10). Rataan berat telur burung puyuh (g) selama penelitian pada perlakuan P0 (10,08) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 (10,17), sementara P2 (10,31) dan P3 (10,31) berbeda nyata dengan P0 (10,08) tetapi P1 (10,17) tidak berbeda nyata dengan P2 (10,31) dan P3 (10.31). Rataan konversi ransum selama penelitian pada perlakuan P0 (8.35) berbeda sangat nyata terhadap P1 (5.49) dan P3 (4.48) tetapi P0 (8.35) tidak berbeda nyata dengan P2 (5.75) sementara P1 (5.49) tidak berbeda nyata dengan P2 (5.75) dan P3 (4.48), begitu juga P3 (4.48) tidak berbeda nyata dengan P2 (5.75) dan P1 (5.49).

Rataan berat cangkang telur (g) selama penelitian pada perlakuan P0(1,62) berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan P1 (1,63), P2 (1,66),dan P3 (1,72).

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh sampai level 6% menaikkan produksi telur burung puyuh. Konversi yang terbaik pada P3 sebesar 4,48% dengan menggunakan tepung cangkang telur ayam ras sebesar 6% dalam ransum burung puyuh. Pemanfaatan 4% dan 6% tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum menghasilkan berat telur yang relatif sama. Rataan berat cangkang telur yang tertingi adalah pada perlakuan P3 sebesar 1, 72 g.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah dalam membangunan subsektor peternakan berupaya mengembangkan aneka ternak. Salah satu aneka ternak itu adalah burung puyuh. Burung puyuh banyak yang memeliharanya karena orang dengan mudah mendapatkan bibitnya dan pemeliharaannya juga relatif mudah.

Beternak burung puyuh dapat menggunakan modal dan lahan yang relatif kecil dibanding unggas lainnya, dan tidak sulit untuk menyediakan lahan. Ternak puyuh juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan daging dan telur yang relatif cepat, memiliki gizi yang tinggi, digemari serta dapat terjangkau oleh masyarakat ekonomi lemah.

Biaya terbesar peternakan burung puyuh adalah biaya bahan pakan atau ransum yaitu sekitar 60-80%. Satu alternatif penekan biaya pakan ialah dengan memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan seperti manure, bulu, darah, tulang, kulit, dan cangkang telur.

Cangkang telur merupakan salah satu limbah peternakan yang menjadi masalah egg breaking plant dan industri pengolahan pangan yang berbahan baku telur. Tidak ada data yang memuat angka pasti jumlah cangkang telur yang dihasilkan pertahun di Indonesia, akan tetapi jika dilihat dari jumlah produksi telur ayam ras dan industi pengolahan pangan yang berbahan baku telur maka dapat dipastikan jumlah limbah cangkang telur juga akan cukup besar. Sebagai gambaran ketersediaan telur ayam ras Sumatera Utara pada thn 2008 mencapai 85.898 ton. sedangkan kebutuhannya hanya 75.087 ton. Sehingga masih ada


(14)

cadangan 10.811 ton. Untuk produksi telur di Sumatera Utara setiap tahunnya secara umumnya melebihi kebutuhan masyarakat dan bahkan sekira 10-50% di pasok keluar propinsi seperti ke Jabotabek

(http:/hariansib.com-ketersediaan-sembako-disumut-aman/).

Cangkang telur dapat diberikan sebagai bahan pakan ternak karena tidak berbahaya dan dalam cangkang telur masih banyak terdapat zat-zat, serta mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh unggas.

Mineral makro seperti (Ca, P, K, Cl, S, Na dan Mg) dan mineral mikro (Fe, I, Zn, Cu, Mn, Co, Se dan Mo) diperlukan oleh ternak dalam jumlah cukup. Kekurangan mineral dalam ransum dapat berpengaruh pada pertumbuhan puyuh, penurunan produksi telur dan kanibalisme yang dapat menurunkan produksi secara keseluruhan (Mc Donald, et al.,1995).

Secara garis besar yang mempengaruhi produksi telur adalah faktor genetik, pakan, kualitas ransum, konsumsi ransum, keadaan kandang, temperatur, penyakit dan stress (Yasin, 1988). Rasyaf (1995) juga mengemukakan bahwa faktor pakan sangat perlu diperhatikan terutama zat-zat yang terkandung dalam pakan yang diberikan karena dapat mempengaruhi produksi telur.

Kenyataannya dalam penyusunan ransum yang sering diperhatikan adalah kandungan energi dan proteinnya. Selain energi dan protein kandungan mineral dalam ransum juga perlu diperhatikan. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa mineral sebagai zat makanan diperlukan tubuh sama halnya seperti asam amino, energi, vitamin dan asam lemak. Mineral digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh. Defisiensi suatu mineral jarang menyebabkan kematian tetapi berpengaruh langsung terhadap kesehatan ternak dan berdampak pada penurunan


(15)

produksi telur sehingga dapat menyebabkan kerugian yang besar. Salah satu upaya yang diusahakan adalah dengan suplementasi mineral essensial makro yakni, Ca, dan P dalam ransum.

Oleh karena adanya uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan perlakuan pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum terhadap produksi telur burung puyuh, yang mana dalam cangkang telur tersebut banyak terdapat Ca, dan P.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji manfaat tepung cangkang telur ayam ras berbagai level tehadap konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, berat telur dan berat cangkang telur.

Hipotesis Penelitian

Pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum berpengaruh positif terhadap konversi ransum, konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan berat cangkang telur.

Kegunaan Penelitian

‐ Sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya peternak puyuh tentang Pemanfaatan Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras dalam ransum puyuh.

‐ Sebagai bahan informasi bagi para peneliti dan kalangan akademis maupun instansi yang berhubungan dengan peternakan.

‐ Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki yang pendek, dapat diadu dan bersifat kanibal. Awalnya burung puyuh merupakan burung liar. Tahun 1870, di Amerika Serikat burung puyuh mulai diternakkan. Setelah masa itu, burung puyuh terus berkembang dan menyebar keseluruh dunia. Di Indonesia burung puyuh mulai di kenal dan di ternakkan pada akhir tahun 1979 (Agromedia, 2002).

Klasifikasi burung puyuh menurut Agromedia (2002) sebagai berikut : Kelas : Aves (bangsa burung)

Ordo : Galiformes

Sub Ordo : Phasianoidae

Famili : Phasianidae

Sub Famili : Phasianidae

Genus : Cortunix

Species : Cortunix - cortunix japonica

Ciri burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung - burung puyuh lainnya. Panjang badannya 19 cm, badannya bulat, ekor pendek, dan kuat, jari kaki empat buah, warna bulu coklat kehitaman, alis betina agak putih sedang panggul dan dada bergaris (Nugroho dan Mayun, 1986).


(17)

Ciri-ciri burung puyuh jantan dan puyuh betina berdasarkan tanda-tanda tubuh bagian luar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina.

Hal yang diamati Jantan Betina

Kepala / muka Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

Berwarna coklat terang dan rahang bawah putih

Bulu dada Kuning Terdapat bercak hitam atau coklat

Dubur atau anus Terdapat benjolan berwarna merah diatas dubur dan jika ditekan akan mengeluarkan busa berwarna putih

Tidak terdapat benjolan

Suara Cekeker Cekikik

Sumber : Sugiharto (2005)

Jenis burung puyuh yang biasa diternakkan berasal dari jenis

Coturnix- coturnix japonica. Produktivitas telur burung puyuh ini mencapai

250-300 butir per tahun dengan rata-rata 10 gram perbutir. Betinanya mulai bertelur pada umur 35 hari. Tak heran apabila orang lebih memprioritaskan

unggas ini untuk diternakan karena dapat menghasilkan lebih dari 4 generasi per tahun. Telurnya berwarna coklat tua, biru dan putih dengan bintik–bintik hitam, coklat dan biru. Faktor makanan mempunyai pengaruh yang cukup besar. Bila makanan yang diberikan tidak baik kualitasnya atau jumlah yang diberikan tidak cukup, maka hampir dapat dipastikan burung puyuh tidak akan bertelur banyak (Rasyaf, 1991; Listiyowati dan Roospitasari, 2000; Hartono, 2004).

Kandungan protein dan lemak telur puyuh cukup baik bila dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan.


(18)

Tabel 2. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas. Jenis Unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)

Ayam ras 12.7 11.3 0.9 1.0

Ayam buras 13.4 10.3 0.9 1.0

Itik 13.3 14.5 0.7 1.1

Angsa 13.9 13.3 1.5 1.1

Merpati 13.8 12.0 0.8 0.9

Kalkun 13.1 11.8 1.7 0.8

Puyuh 13.1 11.1 1.6 1.1

Sumber : Murtidjo (1996).

Anak burung puyuh yang baru menetas dari telur disebut DOQ

(Day Old Quail). Day Old Quail ini besarnya seukuran jari dengan berat 8-10 gram dan berbulu jarum halus. Day Old Quail yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakan lincah, besarnya seragam dan aktif mencari makan atau minum. Dalam dunia peternakan, periode pembesaran DOQ disebut dengan masa

stater-grower (stargro) hingga anak burung puyuh berumur 5 minggu (Sugiharto, 2005).

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Puyuh membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Unsur–unsur tersebut adalah protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Kekurangan unsur - unsur tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktifitas (Rasyaf, 1983)

Burung puyuh mempunyai 2 fase pemeliharaan yaitu fase pertumbuhan dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan dibagi menjadi 2 fase yaitu starter (0-3 minggu), grower (3-5 minggu) dan fase produksi (umur diatas 5 minggu). Anak burung puyuh yang baru berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi metabolisme 2900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar protein dikurangi menjadi 20% dan energi metabolisnya 2600 kkal/kg. Burung puyuh


(19)

umur lebih dari 5 minggu kebutuhan energi dan protein sama dengan kebutuhan energi dan protein umur 3-5 minggu (Listiyowati dan Roospitasari, 2004).

Tabel 3. Kebutuhan zat - zat makanan dalam ransum burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) untuk daerah tropis .

Zat-zat Makanan % Jumlah /kg Makanan

Grower Umur 0-5 Minggu

Layer Umur 6minggu keatas

Energi metabolisme (kcal/kg) 2800 2600

Protein (%) 24 20

Lemak (%) 2.80 3.96

Serat kasar (%) 4.10 4.40

Calsium (%) 0.80 3.75

Phosphor (%) 0.75 1.00

Sumber: NRC (National Recearch Council), Nutrient Requirement of Poultry, 1977.

Anggorodi (1995) menyatakan bahwa ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak. Hal ini bertujuan untuk mengefisienkan penggunaan ransum.

Ransum yang dapat diberikan untuk burung puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk pelet, remah, dan tepung. Ransum terbaik adalah yang bentuk tepung, sebab burung puyuh yang mempunyai sifat usil dan sering mematuk, karenanya burung puyuh akan mempunyai kesibukan lain dengan mematuk-matuk pakannya. Protein, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu nutrisi tersebut

maka mengakibatkan kesehatan terganggu dan menurunnya produktifitas (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Tabel 4. Kebutuhan ransum burung puyuh diberikan menurut umur.

Umur Burung Puyuh Jumlah ransum yang diberikan(gram) 1 hari – 1 minggu

1 minggu – 2 minggu 2 minggu – 4 minngu 4 minggu – 5 minggu 5 minngu – 6 minggu

Diatas 6 minggu

2 4 8 13 15 17-19


(20)

Air dianggap sebagai salah satu zat makan yang sangat penting bagi ternak unggas. Air digolongkan sebagai unsur anorganik yang merupakan zat yang penting yang ada didalam tubuh. Fungsi air sebagai bahan dasar dalam darah, sel dan cairan antar sel, sebagai alat untuk transport zat- zat makanan, membantu kerja enzim dalam proses metabolisme, pengatur suhu tubuh, membantu keseimbangan dalam tubuh (Rizal, 2006).

Tambahan vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh burung puyuh. Mineral makro terdiri atas Calsium, Phosphor, Natrium, Magnesium, Klorida, dan Sulfur. Mineral makro selalu diperlukan dalam jumlah besar oleh tubuh ternak. Gerakan – gerakan ion mineral makro melintas membran tidak pernah dapat dipisahkan dari gerakan proton dan anion. Terdapat hubungan kompleks antara

pH, tekanan listrik lintas membran dan perbedaan kadarnya (Widodo, 2002 ; Hartono, 2004).

Pada unggas petelur, kriteria kecukupan Calsium terlihat pada produksi telur, pemanfaatan bahan pakan, kualitas kulit telur dan keadaan dari cadangan Calsium dalam tulang (Georgievskii, et al., 1982).

Bersamaan dengan unsur gizi yang lain, mineral ini juga sangat penting untuk kehidupan puyuh. Tanpa mineral yang cukup sesuai yang dibutuhkan maka produksi yang optimal tidak akan terjadi. Ca dan P itu sangat berperan bagi pembentukan tulang–tulang pada puyuh yang sedang bertumbuh dan berperan pada pembentukan kulit telur puyuh yang sedang berproduksi (Rasyaf,1984).

Mineral–mineral yang terutama Calsium dan Phosphor, berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta dalam kontraksi otot. Fungsi – fungsi yang lain menyangkut proses – proses biokimia, seperti mempertahankan gradient osmotik


(21)

dan pertukaran ion, aktivitas listrik, termasuk peranannya sebagai kofaktor dalam sistem enzim .Apabila pakan induk defisiensi akan mineral maka berdampak pada fertilitas dari telur yang ditetaskan dan pembentukan embrio (Frandson, 1992).

Calsium erat sekali dengan pembentukan tulang. Calsium juga sangat penting dalam pengaturan sejumlah besar aktivitas sel yang vital, fungsi syaraf dan otot, kerja hormon, pembekuan darah, motilitas seluler dan khusus pada petelur berguna untuk pembentukan kerabang telur serta proses metabolisme embrional. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Calsium selama periode penetasan. Adanya peningkatan kadar Calsium pada telur fertil yang dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang telur melalui membran kerabang. ( Widodo, 2002 ; Suprijatna dkk., 2005).

Phosphor berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik yaitu yang berfungsi dalam pembentukan senyawa organik dan sebagian besar metabolisme energi. Sehingga Phospor sebagai fosfat memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi semua sel hidup (Widodo, 2002).

Telur dibagi atas 3 bagian utama yaitu kulit telur atau kerabang; bagian cairan yang bening; dan bagian yang berwarna kuning. Bagian cairan yang bening atau tidak berwarna itu dibagi atas yang berbentuk encer dan berbentuk kental yang gunanya untuk mengikat kuning telur agar tetap pada posisinya (Hartono, 2004).


(22)

Cangkang telur

Mineral banyak terdapat dalam cangkang telur adalah Calsium. Defisiensi Calsium dapat menyebabkan kerabang telur tipis dan produksi telur akan menurun (Anggorodi,1985).

Tabel 5.Bahan yang terkandung dalam Cangkang Telur Ayam Ras Komersil

Bahan- bahan yang terkandung Jumlah (%)

Bahan Kering (BK) 98.77

Abu 57.06

Protein Kasar (PK) 5.60

Serat Kasar (SK) 8.47

Lemak 1.18

Calsium (Ca) 19.20

Phosphor (P) 0.39

Tembaga (Cu) Td

Crom (Cr) Td

Timbal (Pb) Td

Magnesium (Mg) 2.501

Zinc (Zn) 0.001

Natrium (Na) 0.084

Besi (Fe) 0.037

kalium (K) 0.047

Beta-N 26.46

Aspartat 0.44 Threonin 0.21 Histidin 0.15 Arginin 0.34 Lysin 0.14 Leusin 0.25 Valin 0.29 Tyrosin 0.11 Alanin 0.20 Glisin 0.31 Serin 0.26 Gultamat 0.61

Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak IPB (2008)

Cangkang telur ayam yang membungkus telur umumnya beratnya 9-12% dari berat telur total, dan mengandung 94% Calsium karbonat, 1% Kalium

Phosphat, 1% Magnesium karbonat dan 4% bahan organik (Rasyaf, 1995).


(23)

Menurut Umar (2000), cangkang telur mengandung hampir 95.1% terdiri atas garam-garam organik, 3.3% bahan organik (terutama protein), dan 1.6% air. Sebagian besar bahan organik terdiri atas persenyawaan Calsium karbonat (CaCO3) sekitar 98.5% dan Magnesium karbonat (MgCO3) sekitar 0.85% Jumlah mineral didalam Cangkang telur beratnya 2,25 gram yang terdiri dari 2,21 gram Calsium, 0,02 gram Magnesium, 0,02 gram Phosphor serta sedikit besi dan Sulfur (Stadelman and Owen, 1989).

Pemeliharaan Puyuh

1. Pemeliharaan Anak Puyuh (Masa Starter)

Pemeliharaan ini dilakukan dari umur 1 hari hingga 21 hari. Untuk pemeliharaan ini perlu dipersiapkan kandang khusus. Anak puyuh harus ditempatkan terpisah dari puyuh dewasa, hal ini agar tidak saling patuk yang menyebabkan luka dan berakibat kematian. Tingkat kepadatan kandang sangat tergantung pada umur anak puyuh. Kandang ukuran 1m2 dapat menampung sekitar 100 ekor anak puyuh berumur 1-10 hari. Namun, anak puyuh berumur diatas 10 hari, kepadatannya dikurangi menjadi 60 ekor/m2.

2. Pemeliharaan Masa Grower

Ketika berumur 3-6 minggu, puyuh dianggap telah memasuki umur grower atau umur pertumbuhan. Saat inilah puyuh mulai tumbuh pesat menjadi dewasa. Pada fase ini dilakukan penggabungan puyuh jantan dan betina, tergantung pada tujuan pemeliharaannya.

3. Pemeliharaan Masa Layer

Puyuh yang dimaksud pada fase ini adalah puyuh yang sudah berumur 6 minggu keatas. Pada umur ini, puyuh sudah siap untuk menghasilkan telur. Puyuh


(24)

pedaging sudah bisa dipotong untuk dijual dagingnya. Puyuh pada masa layer ini dipelihara dalam kandang petelur.

Produksi Telur Puyuh Konsumsi Ransum

Dalam mengkonsumsi ransum, burung puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi. Konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan. Ransum yang diberikan kepada ternak harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak. Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrisi yang ada didalam ransum yang telah tersusun dari bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut (Anggorodi, 1995).

Temperatur tinggi berpengaruh besar terhadap konsumsi ransum harian. Konsumsi rendah bila temperatur tinggi dan meningkat bila temperatur rendah. Suhu 16-24 0C adalah suhu yang ideal bagi burung puyuh untuk berproduksi maksimal (Gellispie, 1987).

Sifat khusus burung puyuh adalah mengkonsumsi ransum untuk memperoleh energi sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya berkecenderungan berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi ME tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dimakan. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan


(25)

lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman, dkk, 1991).

Konversi Ransum

Konversi ransum adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu butir telur (g). Dalam pengertian luas konversi adalah jumlah ransum yang dihabiskan untuk tiap satuan produksi (pertambahan bobot badan, telur dan produksi lainnya). Semakin banyak ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu satuan produksi maka makin buruklah pakan tersebut. Baik buruknya konversi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya mutu ransum, kesehatan ternak dan tata cara pemberian ransum (Tillman, dkk, 1991).

Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien (Campbell, 1984).

Produksi Telur Puyuh

Secara garis besar produksi telur puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, genetik dan faktor luar seperti ransum, kandang, temperatur, lingkungan, penyakit dan stres (Yasin, 1988).

Puyuh mulai bertelur pada umur 42 hari dan akan berproduksi penuh pada umur 50 hari. Dengan perawatan yang baik puyuh betina akan bertelur 200 butir pada tahun pertama produksi dan periode bertelur selama 9-12 bulan dengan lama hidup 2-2,5 tahun (Anggorodi, 1995). Di samping itu, menurut Sugiharto (2005), puyuh yang telah mencapai berat badan 90-100 gram akan segera mulai bertelur pada umur 35- 42 hari. Kemampuan berproduksi mulai awal produksi akan terus


(26)

mengalami kenaikan secara drastis hingga mencapai puncak produksi (top production 98,5) pada umur 4-5 bulan dan secara perlahan-lahan akan

menurun hingga 70% pada umur 9 bulan. Berat Cangkang Telur

Cangkang (shell) terdiri dari kutikula (cuticle), lapisan kapur busa (spongi calcareous layer) dan lapisan mamillaris (mammilary layer)

Mineral banyak terdapat dalam cangkang telur adalah Calsium. Defisiensi Calsium dapat menyebabkan kerabang telur tipis dan produksi telur akan menurun (Anggorodi,1985).

Berat Telur

Berat telur merupakan sifat kualitatif yang dapat diturunkan. Jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang serta besar tubuh induk sangat mempengaruhi berat telur yang dihasilkan. Protein ransum yang sedikit juga menyebabkan kecilnya kuning telur yang terbentuk,sehingga menyebabkan kecilnya telur yang dihasilkan. Hal lain yang mempengaruhi adalah masa bertelur, produksi pertama dari suatu siklus berbobot lebih rendah dibanding telur berikutnya pada siklus yang sama (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).


(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No 3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, berada pada ketinggian 25 m dari permukaan laut. Penelitian berlangsung selama 2 bulan, dimulai dari bulan Juni 2008 sampai Agustus 2008. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

 Burung puyuh umur 6 minggu sebanyak 100 ekor betina yang telah di beri perlakuan dari DOQ{ ransum tanpa tepung cangkang telur ayam ras (P0), ransum dengan tepung cangkang telur ayam ras 2% (P1), 4% (P2) dan 6% (P3)}.

 Tepung Cangkang Telur ayam ras.  Air.

 Vaksin New Castel Disease (NCD).  Vitamin seperti PuyuhVit.

 Desinfektan seperti rodalon.

 Kalium Permanganat dan Formalin sebagai bahan fumigasi.  Ransum burung puyuh yang disusun menurut perlakuan. Alat

 Kandang 20 plot ukuran panjang x lebar x tinggi, 60 x 40 x20 cm/unit setiap plot diisi dengan 5 ekor puyuh betina.


(28)

 Lampu sebagai penerang

 Timbangan salter kapasitas 5 kg untuk menimbang ransum; timbangan ohaus; dan timbangan elektrik

 Thermometer (o C)

 Alat- alat pembersih kandang  Hands spayer

 Kardus

 Genset, apabila mati lampu

 Alat tulis, buku tulis, dan kalkulator  dll

Metode Penelitian

Adapun rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan.

Perlakuan yang diteliti :

P0: Ransum tanpa Tepung Cangkang Telur ayam ras

P1: Ransum dengan Tepung Cangkang Telur ayam ras 2% P2: Ransum dengan Tepung Cangkang Telur ayam ras 4% P3: Ransum dengan Tepung Cangkang Telur ayam ras 6% Denah pemeliharaan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

P01 P02 P03 P04 P05 P11 P12 P13 P14 P15 P21 P22 P23 P24 P25 P31 P33 P33 P34 P35 Dimana : Perlakuan = (P0, P1, P2, P3)


(29)

Banyaknya ulangan disesuaikan dengan rumus:

t (n-1) ≥ 15

4 (n-1) ≥ 15 4n -4 ≥ 15 4n ≥ 19

n ≥ 4,75 ≈ 5 Adapun metode linear yang digunakan adalah:

Yij = µ + i + ij Dimana :

Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan tingkat ke-i dan pada ulangan ke-j. I = 0,1,2,3 (perlakuan).

J = 1,2,3,4,5 (ulangan).

µ = Nilai rata-rata (mean) harapan. i = Pengaruh perlakuan ke-i.

ij = Pengaruh galat (experimental error ) perlakuan ke-I dan ulangan ke-j. Parameter Penelitian

1. Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu)

Konsumsi ransum dihitung dari jumlah ransum yang diberikan (gram) dikurangi dengan sisa ransum serta ransum yang terbuang selama seminggu.

2. Produksi Telur (%)

Produksi telur dihitung dari perbandingan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu minggu dengan jumlah puyuh betina yang ada dikalikan dengan seratus persen.


(30)

3. Berat Telur (g)

Berat telur ditimbang setiap hari dari perbandingan jumlah seluruh berat telur dengan jumlah telur/plot untuk perhitungan data satu minggu.

4. Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi ransum dengan berat telur yang dihasilkan selama 1 minggu.

5. Berat Cangkang Telur (g)

Berat cangkang telur dihitung dengan cara memecahkan telur dan menimbang kulitnya setelah di bersihkan.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang

Kandang terlebih dahulu didesinfektan dengan menggunakan rodalon, kemudian dilakukan fumigasi dengan menggunakan formalin dan dibiarkan selama tiga hari. Peralatan kandang dibersihkan dan didesinfektan sebelum digunakan.

Penyusunan Ransum

Ransum disusun sesuai dengan perlakuan yang akan diteliti. Penyusunan ransum dilakukan satu kali seminggu dengan tujuan untuk menjaga kualitas ransum.

Sexing puyuh

Sebelum puyuh dimasukkan kedalam kandang terlebih dahulu dilakukan sexing terhadap 300 ekor burung puyuh. Burung puyuh yang digunakan sebagai objek jenis Coturnix-coturnix japonica sebanyak 100 ekor betina umur 6 minggu.


(31)

Pemeliharaan

Burung- burung puyuh sebanyak 100 ekor betina. Dipelihara dalam kandang sebanyak 20 plot. Tiap plot kandang diisi 5 ekor burung puyuh betina Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum, Penerangan diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi yang nyaman untuk puyuh.

Pengambilan data

Pengambilan data untuk konsumsi ransum dilakukan setiap hari tetapi untuk perhitungan dilakukan setiap minggu. Telur setiap hari dikumpulkan dan dihitung berdasarkan perlakuan. Pengambilan data produksi telur dilakukan setelah produksi telur mencapai 5% HD (Hen Day production).

Analisis Data

Data hasil penelitian dicatat dan ditabulasi untuk dilakukan analisis ragam, apabila terdapat hasil yang signifikan (nyata), maka dilakukan uji lanjut sesuai dengan KK (Koefisien Keragaman) untuk mengetahui perbedaan pengaruh tiap perlakuan yang diujikan.


(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum dihitung dari jumlah ransum yang diberikan (gram) dikurangi dengan sisa ransum serta ransum yang terbuang selama seminggu. Dari hasil penelitian diperoleh rataan konsumsi ransum puyuh seperti tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan konsumsi ransum puyuh selama penelitian (g/ekor/minggu) dengan pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

P0 133,00 133,43 133,34 133,80 133,51 667,08 133,41 P1 133,68 133,34 119,34 133,28 133,37 653,02 130,60 P2 119,28 133,37 133,80 133,77 133,86 654,08 130,82 P3 133,74 133,71 133,43 133,80 133,88 668,57 133,71

Total 2642,77

Rataan 132,14

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum puyuh secara keseluruhan adalah 132,14 g/ekor/minggu. Dengan rataan konsumsi ransum tertinggi dicapai pada perlakuan P3 yaitu sebesar 133,71 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 130,60 g/ekor/minggu.

Produksi Telur Puyuh (%)

Produksi telur dihitung dari perbandingan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu minggu dengan jumlah puyuh betina yang ada dikalikan dengan 100%. Dari hasil penelitian diperoleh rataan produksi telur puyuh seperti tertera pada Tabel 7.


(33)

Tabel 7. Rataan produksi telur burung puyuh selama penelitian (%)dengan pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras

Ulangan Perlakuaa

n 1 2 3 4 5 Total

Rataa n

P0 48,15 53,06 41,62 45,71 42,44 230,98 46,19

P1 43,25 46,53 50,19 44,48 40,81 225,26 45,05

P2 37,95 47,33 53,06 51,42 48,16 237,93 47,58

P3 47,34 46,53 48,16 58,35 55,10 255,48 51,10

Total 949,65

Rataan 47,48

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan produksi telur puyuh secara keseluruhan adalah 47,48%. Produksi telur tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 51,10% dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 45,05%.

Berat Telur (g)

Berat telur dihitung setiap hari dari perbandingan jumlah seluruh berat telur dengan jumlah telur/plot untuk perhitungan data satu minggu. Dari hasil penelitian diperoleh rataan berat telur puyuh seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 8. Rataan berat telur burung puyuh selama penelitian (g) dengan pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras

Ulangan Perlakuaan

1 2 3 4 5 Total Rataan

P0 10,23 10,13 10,11 9,984 9,93 50,4 10,08

P1 10,25 10,18 10,00 10,17 10,23 50,84 10,17

P2 10,36 10,17 10,42 10,38 10,18 51,53 10,31

P3 10,20 10,45 10,29 10,17 10,42 51,53 10,31

Total 204,30

Rataan 10,21

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa rataan berat telur puyuh secara keseluruhan adalah 10.21 g. Dengan rataan berat telur tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dan P3 yaitu 10,31 g dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 10,08 g.


(34)

Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi ransum dengan berat telur yang dihasilkan selama seminggu. Dari hasil penelitian diperoleh rataan konversi ransum puyuh seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan konversi ransum selama penelitian dengan pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

P0 11,35 5,26 9,90 8,19 7,06 41,76 8,35

P1 4,99 6,27 3,97 5,70 6,50 27,44 5,49

P2 5,608 5,44 6,74 4,64 6,30 28,73 5,75

P3 5,30 4,45 5,25 3,41 3,97 22,39 4,48

Total 120,33

Rataan 6,02

Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum puyuh secara keseluruhan adalah 6,02. Dengan rataan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu 8,35. dan terendah pada perlakuan P3 yaitu sebesar 4, 48. Berat Cangkang Telur

Berat cangkang telur dihitung dengan cara memecahkan telur dan menimbang kulitnya setelah di bersihkan. Berat cangkang telur dihitung setiap hari dari perbandingan jumlah seluruh berat cangkang telur dengan jumlah telur/plot untuk perhitungan data satu minggu. Dari hasil penelitian diperoleh rataan berat telur puyuh seperti tertera pada Tabel 10.


(35)

Tabel 10. Rataan berat cangkang telur selama penelitian dengan pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras.

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rataan

P0 1,67 1,64 1,64 1,58 1,56 8,1 1,62

P1 1,66 1,63 1,60 1,68 1,57 8,14 1,63

P2 1,56 1,61 1,71 1,75 1,68 8,31 1,66

P3 1,60 1,76 1,74 1,77 1,76 8,63 1,72

Total 33,18

Rataan 1,66

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan berat cangkang telur puyuh secara keseluruhan adalah 1,66. Dengan rataan berat cangkang telur tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 1,72 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar 1,62


(36)

Pembahasan

Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu)

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrisi yang ada didalam ransum yang telah tersusun dari bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut.

Untuk mengetahui manfaat pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum terhadap konsumsi ransum puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis keragaman konsumsi ransum puyuh F.TAB

SK DB JK KT F.HIT

0.05 0.01 Perlakuan 3 41,07 13,69 0,67 tn 3,24 5,29 Galat 16 325,48 20,34

Total 19 366,55 KK = 3,41%

Keterangan tn = berbeda tidak nyata

Dari analisis keragaman diatas menunjukkan bahwa pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum tidak menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi puyuh. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat protein dan energi metabolisme hampir sama dalam setiap level perlakuan. Hal ini di dukung oleh pernyataan Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa dalam mengkonsumsi ransum, ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan Tillman, dkk (1991) yang menyatakan bahwa sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi makanan untuk


(37)

memperoleh energi, sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi ME tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dimakan. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan. Produksi Telur (%)

Untuk mengetahui manfaat pemberian tepung cangkang telur ayam ras terhadap produksi telur burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Analisis keragaman produksi telur burung puyuh F.TAB

SK DB JK KT F .HIT

0.05 0.01 Perlakuan 3 103 34,38 1,42 tn 3,24 5,29

Galat 16 386 24,14

Total 19 489

KK=10,34%

Keterangan tn= berbeda tidak nyata

Pada Tabel 12. dapat dilihat bahwa pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum tidak menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap produksi telur burung puyuh. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat konsumsi ransum yang juga tidak tampak berpengaruh nyata pada tiap perlakuan. Pada umunya konsumsi ransum mempengaruhi produksi telur yang dihasilkan (berkolerasi positif). Konsumsi ransum yang tinggi cenderung menghasilkan produksi telur yang tinggi demikian sebaliknya konsumsi ransum yang rendah


(38)

menghasilkan produksi telur yang rendah pula. Hal ini berlaku untuk ransum yang memiliki tingkat energi dan protein yang sama seperti pada penelitian ini.

Hal ini tampak pada hasil penelitian dimana didapat rataan konsumsi ransum tertinggi pada P3 yakni 133,71 g. sebanding dengan rataan produksi telurnya yang juga baik yaitu sekitar 51,10 %. Berbeda dengan perlakuan P1 yang mengkonsumsi ransum lebih sedikit yakni 130.60 g. dengan rataan produksi telur 45,58 %. Pada kondisi yang lain produksi telur dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi didalam ransum (kualitas ransum). Semakin lengkap nutrisi di dalam ransum maka akan semakin baik produksinya.

Nutrisi yang cukup akan memacu produksi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1984) yang menyatakan bahwa faktor pakan sangat perlu diperhatikan terutama zat gizi yang dikandung didalam pakan yang diberikan, karena hal ini dapat mempengaruhi tingkat produksi telur dan lamanya bertelur.

Faktor lingkungan juga mempengaruhi hasil produksi telur. Kondisi lingkungan dengan temperatur yang berubah-ubah pada saat penelitian, dimana pada saat penelitian malam hari sering terjadi hujan deras disertai petir, udara dingin dan angin kencang. Sementara siang hari berubah dengan suhu yang sangat panas hal ini berpengaruh pada tingkat stress burung puyuh dan berdampak pada penurunan produksi telur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yasin (1988) bahwa secara garis besar produksi telur puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, genetik dan faktor luar seperti ransum, kandang, temperatur, lingkungan, penyakit dan stres.


(39)

Berat Telur (g)

Untuk mengetahui pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras terhadap berat telur burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti tertera pada Tabel 13.

Tabel 13. Analisis keragaman berat telur burung puyuh.

F.TAB

SK DB JK KT F. hit

0.05 0.01 Perlakuan 3 0,18 0,06 4,62* 3,24 5,29

Galat 16 0,21 0,01

Total 19 0,40

KK=21,02

Keterangan *= berbeda nyata

Dari analisis sidik ragam diatas menunjukan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf 0,05 sehingga memberikan pengaruh berbeda nyata hal ini menunjukkan bahwa berat telur burung puyuh dari ransum yang menggunakan tepung cangkang telur ayam ras terdapat perbedaan berat telur burung puyuh pada setiap level perlakuan.

Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras terhadap berat telur burung puyuh maka dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD) yang dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji Jarak Duncan (UJD) berat telur burung puyuh dengan pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras.

Perlakuan Rataan Notasi

P0 10,08 a

P1 10,17 ab

P2 10,31 bc

P3 10,31 bc

Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 1%

Dari uji jarak Duncan tersebut terlihat bahwa berat telur burung puyuh pada perlakuan P0 tidak berbeda nyata dengan P1 sementara P2 dan P3 berbeda nyata dengan P0, tetapi P1 tidak berbeda nyata dengan P2 dan P3. Hal ini berarti


(40)

pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras dengan penggunaan 4% dan 6% dalam ransum memperlihatkan berat telur burung puyuh yang berbeda nyata dengan ransum tanpa pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras atau P0 (0%).

Rataan berat telur burung puyuh terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 10,08 g, hal ini di sebabkan karena P0 tidak memanfaatkan tepung cangkang telur ayam ras sehingga makanan yang di konsumsi kurang dapat di cerna di bandingkan dengan perlakuan lain yang memanfaatkan tepung cangkang telur ayam ras.

Konversi Ransum

Konversi ransum memberikan penilaian terhadap efesiensi penggunaan ransum oleh burung puyuh dengan berat telur burung puyuh.

Untuk mengetahui pengaruh suplementasi mineral dalam ransum terhadap konversi ransum puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti tertera pada Tabel 15.

Tabel 15. Analisis keragaman konversi ransum puyuh.

F.TAB SK DB JK KT F.HIT

0.01 0.05 Perlakuan 3 40,88 13,63 6,78** 3,24 5,29

Galat 16 32,17 2,01

Total 19 73,05

KK=23,55%

Keterangan **= berbeda sangat nyata

Dari analisa sidik ragam diatas menunjukkan bahwa F hitung lebih beasar dari F tabel pada taraf 0,01 sehingga memberikan pengaruh yang sangat nyata hal ini menunjukkan bahwa efisiensi antara konsumsi ransum dengan berat telur


(41)

burung puyuh yang dihasilkan dari ransum yang memanfaatkan tepung cangkang telur ayam ras terdapat perbedaan.

Tillman, dkk. (1991) menyatakan baik buruknya konversi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya mutu ransum, kesehatan ternak dan tata cara pemberian ransum.

Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras terhadap berat telur burung puyuh maka dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD) yang dapat dilihat pada Tabel 16. efisiensi antara konsumsi ransum dengan berat telur burung puyuh yang dihasilkan dari ransum yang memanfaatkan tepung cangkang telur ayam ras

Tabel 16. Uji jarak duncan (UJD) konversi ransum dengan pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras

Perlakuan Rataan Notasi

P0 8,35 a

P1 5,49 b

P2 5,75 ab

P3 4,48 bc

Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Pada tabel 16. Dapat dilihat bahwa perlakuan P0 berbeda sangat nyata terhadap P1 dan P3 tetapi P0 tidak berbeda nyata dengan P2. Sementara P1 tidak berbeda nyata dengan P2 dan P3 begitu juga dengan P3 tidak berbeda nyata dengan P2 dan P1. Hal ini berarti pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras dengan level 2% dan 6% dalam ransum, memperlihatkan nilai konversi yang sangat berbeda nyata dengan P0 (tanpa pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras), akan tetapi P2 (dengan pemanfatan tepung cangkang telur ayam ras 4%) berbeda tidak nyata dengan P0 (tanpa pemanfaatan tepung cangkang telur ayam ras).


(42)

Berat Cangkang Telur

Untuk mengetahui manfaat pemberian tepung cangkang telur dalam ransum terhadap berat cangkang telur burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti tertera pada Tabel 17

Tabel 17. Analisis keragaman berat cangkang telur puyuh

F.TAB SK DB JK KT F.HIT

0.01 0.05 Perlakuan 3 0,03 0,01 3,06 tn 3,24 5,29

Galat 16 0,06 0,003

Total 19 0,09

KK= 0.09

Keterangan: Tidak berbeda nyata

Hal ini dapat disebabkan karena tingkat konsumsi ransum yang juga tidak tampak berpengaruh nyata pada tiap perlakuan. Pada umunya konsumsi ransum mempengaruhi produksi telur (termasuk berat cangkang telur) yang dihasilkan (berkolerasi positif). Konsumsi ransum yang tinggi cenderung menghasilkan produksi telur yang tinggi demikian sebaliknya konsumsi ransum yang rendah menghasilkan produksi telur yang rendah pula. Hal ini berlaku untuk ransum yang memiliki tingkat energi dan protein yang sama seperti pada penelitian ini.


(43)

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka didapat hasil rekapitulasi penelitian seperti tertera pada Tabel 18.

Tabel 18.Rekapitulasi dengan pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras konsumsi ransum, produksi telur, berat telur, konversi ransum dan berat cangkng telur burung puyuh selama penelitian

Perlakuan Konsumsi Ransum (g/e/minggu)

Produksi Telur

(%/)

Berat Telur

(g)

Konvers i Ransum

Berat Cangkang Telur P 0 133,41 tn 46,19 tn 10,08 A 8,35 A 1,62 tn P 1 130,60 tn 45,05 tn 10,17 AB 5,49 B 1,63 tn P 2 130,82 tn 47,58 tn 10,31 BC 5,75 AB 1,66 tn P 3 133,71 tn 51,10 tn 10,31 BC 4,48 BC 1,72 tn tn = tidak nyata

Tabel 18. diatas menunjukkan bahwa pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum puyuh memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi ransum, produksi telur, dan berat cangkang telur. Akan tetapi memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap berat telur serta memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap konversi ransum.

Dari tabel 18 juga dapat kita lihat pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras memberikan pengaruh posif terhadap produksi telur, berat telur, konversi ransum, dan berat cangkang telur, sesuai dengan hipotesa penelitian. Ukuran keberhasilan peternakan puyuh adalah produksi telur yang tinggi, dengan konversi yang semakin rendah.


(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh sampai level 6% menaikkan produksi telur.

2. Konversi ransum yang terbaik adalah pada perlakuan P3 sebesar 4,48% dengan menggunakan tepung cangkang telur ayam ras sebesar 6% dalam ransum burung puyuh.

3. Pemanfaatan 4% dan 6% tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum menghasilkan berat telur yang relatif sama.

4. Rataan berat cangkang telur yang tertinggi adalah pada perlakuan P3 sebesar 1,72 g

Saran

Disarankan kepada peternak untuk memanfaatkan tepung cangkang telur ayam ras pada level 6% dalam ransum burung puyuh sebagai pakan alternatif, karena memberikan pengaruh positif terhadap produksi burung puyuh (berat telur, berat cangkang telur dan produksi telur burung puyuh).


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia., 2002. Puyuh Si Mungil Yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Anggorodi, H.R., 1985. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anggorodi, H.R., 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

Anggorodi, H. R., 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Campbell, W., 1984. Principles of Fermentation Technology. Pergaman Press, New York.

Gellispie, J.R., 1987. Animal Nutrition and Feeding. Delmar Publisher Inc., Albany New York.

Georgievskii, V.I., B.N. Annenkov and V.T. Samokhin, 1982. Mineral Nutrition of Animals. Butter worths, Kolos.

Frandson,. R.D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Penerjemah: Ir. B. Srigandono & Roen Praseno, Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta. Hanafiah , A.H., 2000. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Fakultas

Pertanian, Universitas Sriwijaya, Palembang.

Harian Sinar Indonesia Baru, 2008. Sumatera Tidak Kekurangan

Sembako.http://www.hariansib.com-ketersediaan-sembako-disumut-aman/.

Hartono, T., 2004. Permasalahan Puyuh dan Solusinya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Listiyowati, E. dan Roospitasari, K., 2000. Puyuh, Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Listiyowati, E. dan Roospitasari, K., 2004. Puyuh Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

McDowell, L.R., 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. Academic Press, Inc, SanDiego, California.


(46)

McDonald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalgh and C.A. Morgan, 1995. Animal Nutrition. John Wiley & Sons, Inc, New York.

Murtidjo, B.A., 1996. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta National Research Council, 1977., Nutrient Requiment of Poultry, National Academy of Sciences, Washington,DC.

Nugroho dan Mayun, I.G.T., 1982. Beternak Puyuh, Penerbit Eka Offset, Semarang.

Nugroho dan Manyun, I.G.T., 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offest; Semarang.

Rasyaf, M., 1984. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M., 1995. Pengelolaan Penetasan. Kanisius, Yogyakarta

Rizal, Y., 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press, Padang

Stadelman, W.J. and Owen J.C.1989. Egg Science and Technology. 2nd Edit. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Sugiharto, R.E., 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Suprijatna, E., Atmomarsono;U. dan Kartasudjana, R., 2005. Ilmu Dasar ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta

Tillman, A.D., Hartadi H., Reksohadiprojo S., Prawirokusumo S., dan

Lebdosoekojo S., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM-Press, Yogyakarta.

Widodo, W., 2002, Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual, fakultas Peternakan, Universitas Muhammaddiyah, Malang.

Yasin, S., 1988. Fungsi dan Peranan Zat-Zat Gizi dalam Ransum Ayam Petelur. Mediatama Sarana Perkasa, Mataram.


(47)

Lampiran

Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu)

Perlakuan Mggu 8 Mggu 9 Mggu 10 Mggu 11 Mggu 12 Mggu 13 Mggu 14 Total Rataan P 01 129 132 133.6 134 133.8 134.4 134.2 931 133.00 P 02 130 133 134 134 134.2 134.4 134.4 934 133.43 P 03 130 131.8 134.6 133.8 134.4 134.4 134.4 933.4 133.34 P 04 131 134 134 134.4 134.6 134.2 134.4 936.6 133.80 P 05 130.6 133.4 133.6 133.8 134.6 134.2 134.4 934.6 133.51 P 11 131 133 134.2 134.2 134.8 134.2 134.4 935.8 133.69 P 12 130 132.8 133.2 134.2 135 133.8 134.4 933.4 133.34 P 13 130.6 133 133.4 34.4 135 134.4 134.6 835.4 119.34 P 14 129.6 132.6 133.4 134.2 134.8 134 134.4 933 133.29 P 15 130 133 133.8 134 134.6 134 134.2 933.6 133.37 P 21 131 132.4 133.8 34.4 134.8 134.4 134.2 835 119.29 P 22 129 133.4 133.6 133.6 135 134.4 134.6 933.6 133.37 P 23 130 134.4 135 134.4 134.4 134.2 134.2 936.6 133.80 P 24 129.6 134.6 135 134 134.6 134.2 134.4 936.4 133.77 P 25 130.2 134.6 134.4 134.2 134 134.6 135 937 133.86

P31 131 134 133.8 134.4 134.2 134.2 134.6 936.2 133.74

P32 132 133 134 134 134 134.6 134.4 936 133.71

P33 131 132.6 133.4 134.4 134.6 133.8 134.2 934 133.43

P34 130.6 133.8 134 134.6 134.8 134.4 134.4 936.6 133.80

P35 131.8 133.6 133.6 134.2 135 134.4 134.6 937.2 133.89

Total 2608 2665 2678.4 2483.2 2691.2 2685.2 2688.4 18499.4 2642.78 Rataan 130.4 133.25 133.92 124.16 134.56 134.26 134.42 924.97 132.14

Rataan konsumsi ransum burung puyuh selama penelitian (g/ekor/minggu) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

P0 133,00 133,43 133,34 133,80 133,51 667,09 133,42

P1 133,69 133,34 119,34 133,29 133,37 653,03 130,61

P2 119,29 133,37 133,80 133,77 133,86 654,09 130,82

P3 133,74 133,71 133,43 133,80 133,89 668,57 133,71

Total 2642,77


(48)

Produksi Telur (%)

        

Rataan produksi telur burung puyuh selama penelitian (%)

Perlakuan Mggu 8 Mggu 9 Mggu 10 Mggu 11 Mggu 12 Mggu 13 Mggu 14 Total Rataan

P01 2.85 42.85 48.5 62.85 65.71 51.42 62.85 337.03 48.15

P02 11.42 28.57 71.42 68.57 54.28 65.71 71.42 371.39 53.06

P03 8.57 8.57 57.14 60 57.14 51.42 48.5 291.34 41.62

P04 5.71 42.85 54.28 68.57 57.14 57.14 34.28 319.97 45.71

P05 8.57 25.71 65.71 57.14 57.14 42.85 40 297.12 42.45

P11 25.71 22.85 34.28 68.57 60 42.85 48.5 302.76 43.25

P12 8.57 31.42 60 54.28 60 57.14 54.28 325.69 46.53

P13 31.42 40 60 62.85 62.85 48.5 45.71 351.33 50.19

P14 11.42 40 45.71 62.85 54.28 51.42 45.71 311.39 44.48

P15 8.57 40 42.85 54.28 51.42 42.85 45.71 285.68 40.81

P21 14.28 22.85 37.14 57.14 57.14 37.14 40 265.69 37.96

P22 11.42 31.42 65.71 45.71 65.71 62.85 48.5 331.32 47.33

P23 8.57 14.28 80 71.42 65.71 68.57 62.85 371.4 53.06

P24 14.28 45.71 80 54.28 62.85 51.42 51.42 359.96 51.42

P25 8.57 28.57 68.57 65.71 60 51.42 54.28 337.12 48.16

P31 14.28 45.71 60 60 57.14 37.14 57.14 331.41 47.34

P32 22.85 28.57 60 51.42 60 45.71 57.14 325.69 46.53

P33 11.42 45.71 60 65.71 71.42 37.14 45.71 337.11 48.16

P34 37.14 48.5 65.71 85.71 54.28 54.28 62.85 408.47 58.35

P35 20 54.28 80 62.85 71.42 51.42 45.71 385.68 55.10

Total 285.62 688.42 1197.02 1239.91 1205.63 1008.39 1022.56 6647.55 949.65 Rataan 14.28 34.42 59.85 62.00 60.28 50.42 51.13 332.38 47.48

Ulangan Perlakuaan

1 2 3 4 5 Total Rataan

P0 48,15 53,06 41,62 45,71 42,45 230,98 46,20

P1 43,25 46,53 50,19 44,48 40,81 225,26 45,05

P2 37,96 47,33 53,06 51,42 48,16 237,93 47,58

P3 47,34 46,53 48,16 58,35 55,10 255,48 51,10

Total 949,65


(49)

Berat Telur (g)   

Perlakuan  Mggu 8  Mggu 9  Mggu 10  Mggu 11  Mggu 12  Mggu 13  Mggu 14  Total   Rataan 

P01  11 10.26  10.17 9.82 10.05 10.21 10.11  71.62 10.23

P02  10.25 10  10.08 10.11 10.11 10.16 10.23  70.94 10.13

P03  10.33 10.75  10 9.6 9.82 10.14 10.18  70.82 10.12

P04  9.5 10.2  9.94 9.75 10.07 10.21 10.22  69.89 9.98

P05  9.33 10.11  9.91 9.63 9.63 10.31 10.61  69.53 9.93

P11  10.22 9.87  10.25 10.11 10.56 10.61 10.11  71.73 10.24

P12  10 10.18  10 10.19 10.14 10.52 10.24  71.27 10.18

P13  9.09 10.28  10.09 9.81 10.16 9.98 10.61  70.02 10.00

P14  9.5 10  10.18 10.21 10.21 10.73 10.36  71.19 10.17

P15  10.33 10.14  10 10 10.17 10.81 10.22  71.67 10.24

P21  10.4 10.25  10.23 10.11 10.23 10.61 10.67  72.5 10.36

P22  10.5 10.09  10.17 10.21 10.18 10.01 10.07  71.23 10.18

P23  10 11  10.07 10.42 10.31 10.28 10.88  72.96 10.42

P24  10.2 10.31  9.96 11.02 10.19 10.39 10.65  72.72 10.39

P25  10 10.2  10.16 10.3 10.21 10.27 10.17  71.31 10.19

P31  9.8 10.36  10.14 10.41 10.21 10.27 10.19  71.38 10.20

P32  10.5 10.4  10 10.25 10.61 10.71 10.66  73.13 10.45

P33  10.25 10.18  10.23 10.11 10.41 10.61 10.27  72.06 10.29

P34  10.15 10.11  9.91 10.47 10.06 10.19 10.31  71.2 10.17

P35  10.42 10.26  10.17 10.71 10.35 10.76 10.28  72.95 10.42

Total  201.77 204.95  201.66 203.24 203.68 207.78 207.04  1430.12 204.30

Rataan  19.22 19.52  19.21 19.36 19.40 19.789 19.72  136.21 10.21 

     

   

Rataan berat telur burung puyuh selama penelitian (g)   

 

Ulangan 

Perlakuaan 

Total  Rataan 

P0  10,23  10,13  10,12  9,98  9,93  50,4  10,08

P1  10,25  10,18  10,00  10,17  10,24  50,84  10,17

P2  10,36  10,18  10,42  10,39  10,19  51,53  10,31

P3  10,20  10,45  10,29  10,17  10,42  51,53  10,31

Total         204,30 


(50)

Berat cangkang telur (g)

Perlakuan Mggu 8 Mggu 9 Mggu 10 Mggu 11 Mggu 12 Mgggu 13 Mggu 14 Total Rataan

P01 2 1.6 1.8 1.5 1.5 1.5 1.8 11.7 1.67

P02 1.8 1.7 1.7 1.6 1.5 1.3 1.9 11.5 1.64

P03 1.7 1.8 1.9 1.3 1.4 1.6 1.8 11.5 1.64

P04 1.8 1.7 1.9 1.5 1.5 1.5 1.2 11.1 1.59

P05 1.9 1.5 1.8 1.5 1.5 1.5 1.2 10.9 1.56

P11 1.8 1.5 1.9 1.8 1.5 1.6 1.5 11.6 1.66

P12 1.6 1.8 1.8 1.7 1.4 1.8 1.3 11.4 1.63

P13 1.74 1.6 1.8 1.5 1.5 1.6 1.5 11.24 1.61

P14 1.67 1.5 1.9 1.5 1.7 1.9 1.6 11.77 1.68

P15 1.58 1.5 1.5 1.6 1.9 1.5 1.4 10.98 1.57

P21 1.5 1.7 1.6 1.6 1.5 1.5 1.5 10.9 1.56

P22 1.6 1.6 1.6 1.5 1.9 1.5 1.6 11.3 1.61

P23 1.77 1.7 1.8 1.7 1.6 1.7 1.7 11.97 1.71

P24 1.84 1.5 1.6 1.8 1.8 1.8 1.9 12.24 1.75

P25 1.9 1.8 1.7 1.5 1.7 1.7 1.5 11.8 1.69

P31 1.5 1.8 1.5 1.8 1.5 1.6 1.5 11.2 1.60

P32 1.7 1.7 1.6 1.7 1.9 1.8 1.9 12.3 1.76

P33 1.6 1.6 1.7 1.9 1.7 1.9 1.8 12.2 1.74

P34 1.8 1.9 1.9 1.6 1.8 1.7 1.7 12.4 1.77

P35 1.6 1.6 1.7 1.8 1.9 1.9 1.8 12.3 1.76

Total 34.4 33.1 34.7 32.4 32.7 32.9 32.1 232.3 33.19 Rataan 1.72 1.66 1.74 1.62 1.64 1.65 1.61 11.62 1.66

         

Rataan berat cangkang telur burung puyuh selama penelitian (g)

 

Ulangan Perlakuaan

1 2 3 4 5

Total Rataan

P0 1,67 1,64 1,64 1,59 1,56 8,10 1,62

P1 1,66 1,63 1,61 1,68 1,57 8,14 1,63

P2 1,56 1,61 1,71 1,75 1,69 8,32 1,66

P3 1,60 1,76 1,74 1,77 1,76 8,63 1,73

Total 33,19


(51)

Konversi Ransum

Rataan konversi ransum burung puyuh selama penelitian

Perlakuan Mggu 8 Mggu 9 Mggu 10 Mggu 11 Mggu 12 Mggu 13 Mggu 14 Total Rataan

P01 58.63 4.28 3.86 3.1 2.89 3.67 3.02 79.45 11.35

P02 15.85 6.55 2.65 2.76 3.49 2.88 2.63 36.81 5.26

P03 20.96 30.65 3.36 3.32 3.42 3.69 3.88 69.28 9.90

P04 34.47 4.37 3.54 2.87 3.34 3.28 5.5 57.37 8.20

P05 23.32 7.32 2.92 3.48 3.5 4.35 4.54 49.43 7.06

P11 7.11 8.41 5.45 2.77 3.04 4.22 3.92 34.92 4.99

P12 21.66 5.92 3.14 3.47 3.05 3.18 3.46 43.88 6.27

P13 5.99 4.61 3.14 3.12 3.02 3.97 3.98 27.83 3.98

P14 17.05 4.73 4.09 2.99 3.49 3.47 4.12 39.94 5.71

P15 20.96 4.68 4.46 3.52 3.67 4.13 4.11 45.53 6.50

P21 12.59 8.07 5.03 0.85 3.32 4.9 4.5 39.26 5.61

P22 15.35 6.01 2.85 4.09 2.84 3.05 3.93 38.12 5.45

P23 21.66 12.21 2.39 2.58 2.83 2.72 2.8 47.19 6.74

P24 12.7 4.07 2.41 3.2 3 3.58 3.51 32.47 4.64

P25 21.7 6.59 2.75 2.8 3.13 3.65 3.49 44.11 6.30

P31 13.36 5.87 3.14 3.08 3.28 5.04 3.31 37.08 5.30

P32 7.85 6.39 3.19 3.64 3.01 3.93 3.15 31.16 4.45

P33 15.79 4.06 3.1 2.89 2.58 4.88 3.49 36.79 5.26

P34 4.94 3.88 2.93 2.15 3.52 3.48 2.97 23.87 3.41

P35 9.02 3.42 2.34 2.85 2.61 3.48 4.1 27.82 3.97

Total 360.96 142.09 66.74 59.53 63.03 75.55 74.41 842.31 120.33 Rataan 18.05 7.10 3.34 2.98 3.15 3.78 3.72 42.12 6.02

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

P0 11,35 5,26 9,90 8,20 7,06 41,76 8,35

P1 4,99 6,27 3,98 5,71 6,50 27,44 5,49

P2 5,61 5,45 6,74 4,64 6,30 28,74 5,75

P3 5,30 4,45 5,26 3,41 3,97 22,39 4,48

Total       120,33


(52)

SUSUNAN RANSUM

Bahan PK EM LK SK Ca P

Jagung 8,6 3370 3,9 2 0,02 0,3

D. Halus 12 1630 13 12 0,12 1,5

B. Kedelai 48 2240 0,9 6 0,32 0,67

B. Kelapa 18,58 2212 12,55 15,38 0,2 0,6

T. Ikan 55 2565 9 1 7,7 3,9

M. Kelapa 0 8600 100 0 0 0

TCT 5,6 0 1,18 8,47 19,2 0,39

DCP 0 0 0 0 23,3 18

Kapur 0 0 0 0 40 0

P0

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,95 4,38 1717,01 1,99 1,02 0,01 0,15

D.halus 7,1 0,852 115,73 0,92 0,85 0,009 0,11

B.kedelai 20,25 9,72 453,6 0,18 1,21 0,06 0,136

B.kelapa 2 0,37 44,24 0,25 0,31 0,004 0,01

T.ikan 8,5 4,67 218,02 0,76 0,08 0,65 0,33

M.kelapa 1,8 0 154,8 1,8 0 0 0

TCT 0 0 0 0 0 0 0

DCP 4,4 0 0 0 0 1,02 0,792

kapur 5 0 0 0 0 2 0

Total 100 20 2703,41 5,91 3,48 3,77 1,53

P1

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,9 4,38 1715,33 1,98 1,02 0,01 0,15

D.halus 6,6 0,79 107,58 0,86 0,79 0,01 0,10

B.kedelai 20,5 9,67 451,36 0,18 1,21 0,06 0,13

B.kelapa 2 0,37 44,24 0,25 0,31 0,004 0,01

T.ikan 8,5 4,67 218,02 0,765 0,08 0,65 0,33

M.kelapa 1,95 0 167,7 1,95 0 0 0

TCT 2 0,11 0 0,02 0,17 0,38 0,01

DCP 3,2 0 0 0 0 0,74 0,58

kapur 4,7 0 0 0 0 1,88 0


(53)

P2

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,95 4,38 1717,01 1,99 1,02 0,01 0,15

D.halus 5,45 0,65 88,83 0,71 0,65 0,01 0,08

B.kedelai 19,95 9,58 446,88 0,18 1,20 0,06 0,13

B.kelapa 2,65 0,49 58,62 0,33 0,41 0,005 0,01

T.ikan 8,5 4,67 218,02 0,76 0,08 0,65 0,33

M.kelapa 2 0 172 2 0 0 0

TCT 4 0,22 0 0,05 0,34 0,77 0,01

DCP 2,05 0 0 0 0 0,48 0,37

kapur 4,45 0 0 0 0 1,78 0

Total 100 20 2701,37 6,02 3,70 3,77 1,10

*Keterangan : DCP : Dicalsium Phosphat TCT :Tepung Cangkang Telur

P3

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,15 4,31 1690,05 1,95 1,00 0,01 0,15

D.halus 4,55 0,54 74,16 0,59 0,55 0,005 0,07

B.kedelai 20,1 9,65 450,24 0,18 1,21 0,06 0,13

B.kelapa 2,6 0,48 57,51 0,33 0,40 0,005 0,01

T.ikan 8,5 4,67 218,02 0,76 0,08 0,65 0,33

M.kelapa 2,45 0 210,7 2,45 0 0 0

TCT 6 0,34 0 0,07 0,51 1,15 0,02

DCP 2,65 0 0 0 0 0,62 0,48

kapur 3 0 0 0 0 1,2 0


(54)

PROSES PEMBUATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS

Cangkang Telur ayam ras.

Dicuci dengan Rodalon.

Dijemur.

Diovenkan dengan suhu 65ºC.

Digiling.

Diayak.

Tepung Cangkang Telur ayam ras.

Keterangan :

1. Cangkang telur ayam ras dicuci dengan rodalon konsentrsi 15 ml per 10 liter air.

2. Cangkang telur ayam ras dijemur mulai jam 11.00 WIB – 17.00 WIB selama 2 hari berturut-turut.

3. Tepung cangkang telur ayam ras diayak dengan luas celah ayakan 0,5 mm2.


(1)

Berat cangkang telur (g)

Perlakuan Mggu 8 Mggu 9 Mggu 10 Mggu 11 Mggu 12 Mgggu 13 Mggu 14 Total Rataan

P01 2 1.6 1.8 1.5 1.5 1.5 1.8 11.7 1.67

P02 1.8 1.7 1.7 1.6 1.5 1.3 1.9 11.5 1.64

P03 1.7 1.8 1.9 1.3 1.4 1.6 1.8 11.5 1.64

P04 1.8 1.7 1.9 1.5 1.5 1.5 1.2 11.1 1.59

P05 1.9 1.5 1.8 1.5 1.5 1.5 1.2 10.9 1.56

P11 1.8 1.5 1.9 1.8 1.5 1.6 1.5 11.6 1.66

P12 1.6 1.8 1.8 1.7 1.4 1.8 1.3 11.4 1.63

P13 1.74 1.6 1.8 1.5 1.5 1.6 1.5 11.24 1.61 P14 1.67 1.5 1.9 1.5 1.7 1.9 1.6 11.77 1.68 P15 1.58 1.5 1.5 1.6 1.9 1.5 1.4 10.98 1.57

P21 1.5 1.7 1.6 1.6 1.5 1.5 1.5 10.9 1.56

P22 1.6 1.6 1.6 1.5 1.9 1.5 1.6 11.3 1.61

P23 1.77 1.7 1.8 1.7 1.6 1.7 1.7 11.97 1.71 P24 1.84 1.5 1.6 1.8 1.8 1.8 1.9 12.24 1.75

P25 1.9 1.8 1.7 1.5 1.7 1.7 1.5 11.8 1.69

P31 1.5 1.8 1.5 1.8 1.5 1.6 1.5 11.2 1.60

P32 1.7 1.7 1.6 1.7 1.9 1.8 1.9 12.3 1.76

P33 1.6 1.6 1.7 1.9 1.7 1.9 1.8 12.2 1.74

P34 1.8 1.9 1.9 1.6 1.8 1.7 1.7 12.4 1.77

P35 1.6 1.6 1.7 1.8 1.9 1.9 1.8 12.3 1.76

Total 34.4 33.1 34.7 32.4 32.7 32.9 32.1 232.3 33.19 Rataan 1.72 1.66 1.74 1.62 1.64 1.65 1.61 11.62 1.66

         

Rataan berat cangkang telur burung puyuh selama penelitian (g)

 

Ulangan Perlakuaan

1 2 3 4 5

Total Rataan

P0 1,67 1,64 1,64 1,59 1,56 8,10 1,62

P1 1,66 1,63 1,61 1,68 1,57 8,14 1,63

P2 1,56 1,61 1,71 1,75 1,69 8,32 1,66

P3 1,60 1,76 1,74 1,77 1,76 8,63 1,73

Total 33,19


(2)

Konversi Ransum

Rataan konversi ransum burung puyuh selama penelitian

Perlakuan Mggu 8 Mggu 9 Mggu 10 Mggu 11 Mggu 12 Mggu 13 Mggu 14 Total Rataan

P01 58.63 4.28 3.86 3.1 2.89 3.67 3.02 79.45 11.35 P02 15.85 6.55 2.65 2.76 3.49 2.88 2.63 36.81 5.26 P03 20.96 30.65 3.36 3.32 3.42 3.69 3.88 69.28 9.90 P04 34.47 4.37 3.54 2.87 3.34 3.28 5.5 57.37 8.20 P05 23.32 7.32 2.92 3.48 3.5 4.35 4.54 49.43 7.06 P11 7.11 8.41 5.45 2.77 3.04 4.22 3.92 34.92 4.99 P12 21.66 5.92 3.14 3.47 3.05 3.18 3.46 43.88 6.27 P13 5.99 4.61 3.14 3.12 3.02 3.97 3.98 27.83 3.98 P14 17.05 4.73 4.09 2.99 3.49 3.47 4.12 39.94 5.71 P15 20.96 4.68 4.46 3.52 3.67 4.13 4.11 45.53 6.50 P21 12.59 8.07 5.03 0.85 3.32 4.9 4.5 39.26 5.61 P22 15.35 6.01 2.85 4.09 2.84 3.05 3.93 38.12 5.45 P23 21.66 12.21 2.39 2.58 2.83 2.72 2.8 47.19 6.74 P24 12.7 4.07 2.41 3.2 3 3.58 3.51 32.47 4.64 P25 21.7 6.59 2.75 2.8 3.13 3.65 3.49 44.11 6.30 P31 13.36 5.87 3.14 3.08 3.28 5.04 3.31 37.08 5.30 P32 7.85 6.39 3.19 3.64 3.01 3.93 3.15 31.16 4.45 P33 15.79 4.06 3.1 2.89 2.58 4.88 3.49 36.79 5.26 P34 4.94 3.88 2.93 2.15 3.52 3.48 2.97 23.87 3.41 P35 9.02 3.42 2.34 2.85 2.61 3.48 4.1 27.82 3.97 Total 360.96 142.09 66.74 59.53 63.03 75.55 74.41 842.31 120.33 Rataan 18.05 7.10 3.34 2.98 3.15 3.78 3.72 42.12 6.02

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

P0 11,35 5,26 9,90 8,20 7,06 41,76 8,35

P1 4,99 6,27 3,98 5,71 6,50 27,44 5,49

P2 5,61 5,45 6,74 4,64 6,30 28,74 5,75

P3 5,30 4,45 5,26 3,41 3,97 22,39 4,48

Total       120,33


(3)

SUSUNAN RANSUM

Bahan PK EM LK SK Ca P

Jagung 8,6 3370 3,9 2 0,02 0,3

D. Halus 12 1630 13 12 0,12 1,5 B. Kedelai 48 2240 0,9 6 0,32 0,67 B. Kelapa 18,58 2212 12,55 15,38 0,2 0,6

T. Ikan 55 2565 9 1 7,7 3,9

M. Kelapa 0 8600 100 0 0 0

TCT 5,6 0 1,18 8,47 19,2 0,39

DCP 0 0 0 0 23,3 18

Kapur 0 0 0 0 40 0

P0

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,95 4,38 1717,01 1,99 1,02 0,01 0,15 D.halus 7,1 0,852 115,73 0,92 0,85 0,009 0,11 B.kedelai 20,25 9,72 453,6 0,18 1,21 0,06 0,136 B.kelapa 2 0,37 44,24 0,25 0,31 0,004 0,01 T.ikan 8,5 4,67 218,02 0,76 0,08 0,65 0,33

M.kelapa 1,8 0 154,8 1,8 0 0 0

TCT 0 0 0 0 0 0 0

DCP 4,4 0 0 0 0 1,02 0,792

kapur 5 0 0 0 0 2 0

Total 100 20 2703,41 5,91 3,48 3,77 1,53

P1

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,9 4,38 1715,33 1,98 1,02 0,01 0,15 D.halus 6,6 0,79 107,58 0,86 0,79 0,01 0,10 B.kedelai 20,5 9,67 451,36 0,18 1,21 0,06 0,13 B.kelapa 2 0,37 44,24 0,25 0,31 0,004 0,01 T.ikan 8,5 4,67 218,02 0,765 0,08 0,65 0,33

M.kelapa 1,95 0 167,7 1,95 0 0 0

TCT 2 0,11 0 0,02 0,17 0,38 0,01

DCP 3,2 0 0 0 0 0,74 0,58

kapur 4,7 0 0 0 0 1,88 0


(4)

P2

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,95 4,38 1717,01 1,99 1,02 0,01 0,15 D.halus 5,45 0,65 88,83 0,71 0,65 0,01 0,08 B.kedelai 19,95 9,58 446,88 0,18 1,20 0,06 0,13 B.kelapa 2,65 0,49 58,62 0,33 0,41 0,005 0,01 T.ikan 8,5 4,67 218,02 0,76 0,08 0,65 0,33

M.kelapa 2 0 172 2 0 0 0

TCT 4 0,22 0 0,05 0,34 0,77 0,01

DCP 2,05 0 0 0 0 0,48 0,37

kapur 4,45 0 0 0 0 1,78 0

Total 100 20 2701,37 6,02 3,70 3,77 1,10

*Keterangan : DCP : Dicalsium Phosphat TCT :Tepung Cangkang Telur

P3

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,15 4,31 1690,05 1,95 1,00 0,01 0,15 D.halus 4,55 0,54 74,16 0,59 0,55 0,005 0,07 B.kedelai 20,1 9,65 450,24 0,18 1,21 0,06 0,13 B.kelapa 2,6 0,48 57,51 0,33 0,40 0,005 0,01 T.ikan 8,5 4,67 218,02 0,76 0,08 0,65 0,33

M.kelapa 2,45 0 210,7 2,45 0 0 0

TCT 6 0,34 0 0,07 0,51 1,15 0,02

DCP 2,65 0 0 0 0 0,62 0,48

kapur 3 0 0 0 0 1,2 0


(5)

PROSES PEMBUATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS

Cangkang Telur ayam ras.

Dicuci dengan Rodalon.

Dijemur.

Diovenkan dengan suhu 65ºC.

Digiling.

Diayak.

Tepung Cangkang Telur ayam ras.

Keterangan :

1. Cangkang telur ayam ras dicuci dengan rodalon konsentrsi 15 ml per 10 liter air.

2. Cangkang telur ayam ras dijemur mulai jam 11.00 WIB – 17.00 WIB selama 2 hari berturut-turut.

3. Tepung cangkang telur ayam ras diayak dengan luas celah ayakan 0,5 mm2.


(6)

Income Over Fed Cost

Minggu

Perlakuan

1 2 3 4 5 6

Total

Rataan

P01 1250,97 2082,25 2311,65 4062,9 6898,7 4288 20894,47 3482,41 P02 1030,17 2106,51 2287,83 3946,15 6898,7 4314,8 20584,16 3430,69

P03 1273,74 2008,75 2334,76 4109,6 6875,55 4341,6 20944 3490,66 P04 1397,94 1371,75 2498,45 4296,4 6852,4 4288 20704,94 3450,82 P05 1366,2 1911 2755,3 4296,4 6829,25 4234,4 21392,55 3565,42 P11 1211,76 1698,3 2593,35 4085,1 6839,1 7435,8 23863,41 3977,23 P12 1142,91 1790,1 2570,4 4268,7 6839,1 7344 23955,21 3992,53 P13 1046,52 1675,35 2547,45 4131 6839,1 7344 23583,42 3930,57 P14 1367,82 1537,65 2501,55 4291,65 6839,1 7344 23881,77 3980,29 P15 996,03 1583,55 2845,8 4314,6 6839,1 7573,5 24152,58 4025,43 P21 1342,7 2014,05 2293,5 4446,9 6943,4 7648 24688,55 4114,76 P22 1203,8 1551,05 2502 4519,8 6966,7 7552,4 24295,75 4049,29 P23 1162,13 1875,15 2168,4 4471,2 6990 7648 24314,88 4052,48 P24 1101,94 1921,45 2168,4 4325,4 6943,4 7170 23630,59 3938,43 P25 1101,94 1875,15 2543,7 4738,5 6943,4 7695,6 24898,29 4149,71 P31 1540,48 1786,4 2598,4 4384,8 6960 7424 24694,08 4115,68 P32 1392 1786,4 2598,4 4361,6 6960 7424 24522,4 4087,07 P33 1067,2 1461,6 2343,2 4338,4 6960 7563,2 23733,6 3955,6 P34 1345,6 2088 3108,8 4524 6960 7447,2 25473,6 4245,6 P35 1387,36 1484,8 2900 4338,4 6960 6960 24030,56 4005,09