Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica)

(1)

PEMBERIAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN MORTALITAS

BURUNG PUYUH (Cortunix-cortunix japonica)

SKRIPSI

Oleh:

PUTRI RAIHANA LISMA

030306036

IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

2

PEMBERIAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN MORTALITAS

BURUNG PUYUH (Cortunix-cortunix japonica)

SKRIPSI

Oleh:

PUTRI RAIHANA LISMA 030306036

Ilmu Produksi Ternak

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Judu l Skripsi : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica)

Nama : Putri Raihana Lisma

Nim : 030306036

Departemen : Peternakan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

(Ir.Tri Hesti Wahyuni, M.Sc ) ( Dra.Irawati Bachari)

Ketua Anggota

Mengetahui Oleh:

(Prof.Dr.Ir Zulfikar Siregar.MP)

Ketua Departemen


(4)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

4

ABSTRACT

Putri Raihana lisma,2008 “Utilization of layer eggshell meal in feed on

fertility,hachability and mortality of Quail (Cortunix-cortunix japonica)”.

Under the supervision of Mrs. Ir. Tri Hesty Wahyuni, M.Sc and Mrs. Irawati Bachari.

The research has been done in Biologi Laboratory of animal science on Jln.Prof.Dra.A.Sofyan No 3 Departemen of Animal Science Faculty of Agriculture, North Sumatra University, beginning on August until November 2008.

The objective of this research would be to examine the utilization of layer eggshell meal in feed on fertility, hachability and mortality of Quail.

The design was used completly rendomized design with 4 treatmens, and 5 replication, each replication consisted of 4 Quail(3 female + 1 male). The treatment observerse included ;P0: the feed without eggshellmeal, P1:feed with 2% eggshell meal, P2: feed with 4% eggshell meal, P3: feed with 6% eggshell meal.

The result indicated that utilization of layer eggshell feed of Quail gives significantly different (P<0,05) of fertility (%) (84.00 ;98.00; 98.00 and 90.00 respectively) but not sicnificantly different (P>0,05) of hachability (%) ( 90,83; 88.00; 85,77; and 93.00 respectively) and of mortality (%) ( 9,17; 12.00; 14,23; and 7.00 respectively).

The conclusion indicated that aplication of eggshell meal has significantly effect, improved the fertility of quail`s egg, but non significantly different to hachability meal of quail`s eggs and mortality (Cortunix-cortunix japonica).


(5)

ABSTRAK

Putri Raihana Lisma , 2009 “Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam

Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, dan Mortalitas Burung

Puyuh (Cortunix-cortunix japonica)”. Dibimbing oleh ibu Ir.Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan ibu Dra.Irawati Bachari dosen pembimbing kedua.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No 3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan mulai Agustus 2008 sampai November 2008.

Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh pemberian tepung cangkang telur ayam ras terhadap fertilitas, mortalitas dan daya tetas burung puyuh.

Adapun rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan,5 ulangan dan setiap ulangan terdiri atas 4 ekor burung puyuh (3betina + 1jantan).Perlakuan yang diteliti :P0: Ransum tanpa tepung cangkang telur, P1: Ransum dengan tepung cangkang telur 2% , P2: Ransum dengan tepung cangkang telur 4%, dan P3: Ransum dengan tepung cangkang telur 6%.

Hasil penelitian di peroleh bahwa pengaruh tepung cangkang telur ayaam ras dalam ransum burung puyuh memberikan pengaruh yang nyata (P≥ 0,05) terhadap fertilitas b( 84.00 ;98.00; 98.00 dan 90.00) tetapi tidak nyata terhadap daya tetas burung puyuh P≥ 0,05 ( 90,83; 88.00; 85,77; dan 93.00) and mortalitas burung puyuh ( 9,17; 12.00; 14,23; dan 7.00).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian tepung cangkang telur memberikan hasil nyata yang dapat meningkatkan fertilitas namun tidak pada daya tetas dan mortalitas burung puyuh (Cortunix-cortunix japonica).


(6)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 11 Desember 1985.anak ke empat dari empat bersaudara dari ayahanda Ilyas Sulaiman dan ibunda Mardiana.

Jenjang pendidikan yang telah ditempuh Memasuki SD Negeri 3 Langsa, Aceh Timur pada tahun 1991 dan menamatkannya pada tahun 1997.Memasuki SMP Negeri 1 Langsa, Aceh Timur pada tahun 1997 dan menamatkannya pada tahun 2000.Memasuki SMU Negeri 12 Medan pada tahun 2000 dan menamatkannya pada 2003.Memasuki Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2003 melalui jalur SPMB di Fakultas Pertanian Departemen Peternakan.Pendidikan non formal : Tahun 2006, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Lela Wangsa Sentana, Desa Pangkalan Batu Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat.Tahun 2008, melaksanakan penelitian selama 3 bulan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang diberikan–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica)” yang merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana di Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara .

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir.Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan ibu Dra.Irawati Bachari dosen pembimbing kedua, atas bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga kepada teman - teman yang telah membantu penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnanya dikemudian hari .Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2009


(8)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

v

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian. ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh ... 3

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh ... 5

Cangkang Telur ... 9

Pelaksanaan Penetasan ... 10

Pemilihan telur tetas ... 10

Penetasan dengan mesin tetas ... 11

Temperatur mesin tetas ... 12

Pemutaran ... 12

Fertilitas ... 13

Daya tetas ... 13

Mortalitas ... 14

IOFC ... BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian ... 15

Bahan dan Alat Penelitian ... 15

Bahan ... 15

Alat ... 15


(9)

Parameter Penelitian ... 18 Pelaksanaan penelitian ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ...

Pembahasan ... Rekapitulasi Hasil Penelitian ...

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... Saran...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

vii

DAFTAR TABEL

1. Perbedaan burung puyuh jantan dan betina ... 4 2. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas ... 5 3. Kebutuhan zat - zat makanan dalam ransum burung puyuh

(Coturnix-cortunix japonica) untuk daerah tropis ... 6 4. Kebutuhan ransum burung puyuh ... 7 5. Bahan yang terkandung dalam cangkang telur ayam ras komersil (%) .. 9 6. Rataan fertilitas burung puyuh (%) ... 7. Rataan dayatetas burung puyuh (%) ... 8. Rataan mortalitas burung puyuh (%) ... 9. Rataan IOFC burung puyuh (Rp) ... 10.sidik ragam fertilitas burung puyuh... 11.Uji Beda Nyata fertilitas burung puyuh ... 12.sidik ragam dayatetas burung puyuh ... 13.sidik ragam mortalitas burung puyuh ... 14.Rataan IOFC burung puyuh (Rp) ... 15.Rekapitulasi Hasil Penelitian ...


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah dalam membangun disubsektor peternakan berupaya mengembangkan aneka ternak. Maka dari itu para peternak yang sudah lama berkecimpung dalam usaha peternakan mempunyai peluang yang baik untuk mengembangkan usahanya. Usaha ternak burung puyuh merupakan salah satu usaha yang sangat baik untuk dikembangkan karena selain menyediakan protein hewani juga sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani peternak.

Pemeliharan burung puyuh dapat menggunakan modal yang relatif kecil dibanding unggas lainnya, disamping itu ternak dapat berproduksi, dan tidak sulit untuk menyediakan lahan. Ternak burung puyuh juga mempunyai sifat dan kemampuan untuk menghasilkan daging dan telur yang relatif cepat, memiliki gizi yang tinggi, digemari serta dapat dijangkau oleh masyarakat yang memiliki ekonomi lemah.

Biaya terbesar pada peternakan burung puyuh adalah pembiayaan pakan atau ransum yaitu sekitar 60-80%. Oleh karena itu salah satu alternatifnya ialah dengan memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan yang selama ini diabaikan. Limbah peternakan antara lain adalah manure, bulu, darah, tulang, kulit, dan cangkang telur.

Cangkang telur merupakan salah satu limbah peternakan yang menjadi masalah bagi industri pengolahan bahan pangan yang berbahan baku telur. Tidak ada data yang memuat angka pasti jumlah cangkang telur yang dihasilkan per tahun di Indonesia, akan tetapi jika dilihat dari industri pengolahan pangan yang


(12)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

2

akan cukup besar. Cangkang telur dapat diberikan sebagai bahan pakan ternak karena dalam cangkang telur masih banyak terdapat zat-zat, serta mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh unggas.

Mineral banyak terdapat dalam Cangkang telur adalah Calsium dan Phosphor. Defisiensi Calsium dan Phosphor dapat mempengaruhi fertilitas, daya tetas dan mortalitas pada unggas (Anggorodi,1985).

Calsium erat sekali dengan pembentukan tulang. Calsium juga sangat penting dalam pengaturan sejumlah besar aktifitas sel yang vital, fungsi syaraf dan otot, kerja hormon, pembekuan darah, motilitas seluler dan khusus pada petelur berguna untuk pembentukan kerabang telur serta proses metabolisme embrional. Phosphor berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik yaitu yang berfungsi dalam pembentukan senyawa organik dan sebagian besar metabolisme energi( Widodo, 2002 ; Suprijatna et al., 2005).

Calsium dan Phosphor sangat dibutuhkan oleh tubuh burung puyuh. Kekurang Calsium akan menyebabkan daya tetas menurun, kaki pendek dan tebal(besar), kedua sayap dan rahang bawah pendek, paruh dan kaki lunak, kepala depan menonjol, edema pada leher,dan abdomen menonjol keluar. Phosphor berfungsi untuk mencegah kaki dan paruh lunak, daya tetas menurun,dan kematian yang tinggi pada saat penetasan (Hartono,2004).

Dengan adanya masalah diatas peneliti ingin mencoba mencampurkan cangkang telur ke dalam ransum burung puyuh dan melihat pengaruhnya tehadap fertilitas, mortalitas dan daya tetas burung puyuh.


(13)

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pemberian tepung cangkang telur ayam ras terhadap fertilitas, mortalitas dan daya tetas burung puyuh.

Hipotesis Penelitian

Pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh memberikan pengaruh positif terhadap fertilitas, mortalitas,daya tetas telur burung puyuh dan Income Over Feed Cost.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti tentang penggunaan tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh.

2. Sebagai bahan informasi bagi peternak ilmu tentang pengaruh pemberian tepung cangkang ayam ras dalam ransum burung puyuh.

3. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.


(14)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Di Indonesia khususnya di Jawa burung puyuh disebut “gemak”. Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki yang pendek, dapat diadu dan bersifat kanibal. Awalnya burung puyuh merupakan burung liar. Tahun 1870, di Amerika Serikat burung puyuh mulai diternakka n. Setelah masa itu, burung puyuh terus berkembang dan menyebar keseluruh dunia. Di Indonesia burung puyuh mulai di kenal dan di ternakkan pada akhir tahun 1979 (Agromedia, 2002).

Klasifikasi burung puyuh menurut Agromedia (2002) sebagai berikut : Kelas : Aves (bangsa burung)

Ordo : Galiformes Sub Ordo : Phasianoidae Famili : Phasianidae Sub Famili : Phasianidae Genus : Cortunix

Species : Cortunix - cortunix japonica

Ciri burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung - burung puyuh lainnya. Panjang badannya 19 cm, badannya bulat, ekor pendek, dan kuat, jari kaki empat buah, warna bulu

coklat kehitaman, alis betina agak putih sedang panggul dan dada bergaris (Nugroho dan Mayun,1986).


(15)

Ciri-ciri burung puyuh jantan dan puyuh betina berdasarkan tanda-tanda tubuh bagian luar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan burung puyuh jantan dan betina.

Hal yang diamati Jantan Betina

Kepala / muka Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

Berwarna coklat terang dan rahang bawah putih Terdapat bercak hitam atau coklat

Bulu dada Kuning Terdapat bercak hitam atau coklat

Dubur atau anus Terdapat benjolan

berwarna merah diatas dubur dan jika ditekan akan mengeluarkan busa berwarna putih

Tidak terdapat benjolan

Suara Cekeker Cekikik

Sumber : Sugiharto (2005)

Jenis burung puyuh yang biasa diternakkan berasal dari jenis Coturnix- coturnix japonica. Produktifitas telur burung puyuh ini mencapai 250-300 butir per tahun dengan rata-rata 10 gram perbutir. Betinanya mulai bertelur pada umur 35 hari. Burung puyuh sangat baik untuk diternakan karena

dapat menghasilkan lebih dari 4 generasi per tahun. Telurnya berwarna coklat tua, biru dan putih dengan bintik–bintik hitam, coklat dan biru. Faktor makanan mempunyai pengaruh yang cukup besar. Bila makanan yang diberikan tidak baik kualitasnya atau jumlah yang diberikan tidak cukup, maka hampir dapat dipastikan burung puyuh tidak akan bertelur banyak (Rasyaf 1991; Listiyowati dan Roospitasari,2000;Hartono, 2004).

Kandungan protein dan lemak telur burung puyuh cukup baik bila dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan.


(16)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

6

Table 2. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas. Jenis Unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)

Ayam ras 12.7 11.3 0.9 1.0

Ayam buras 13.4 10.3 0.9 1.0

Itik 13.3 14.5 0.7 1.1

Angsa 13.9 13.3 1.5 1.1

Merpati 13.8 12.0 0.8 0.9

Kalkun 13.1 11.8 1.7 0.8

Puyuh 13.1 11.1 1.6 1.1

Sumber : Murtidjo (1996).

Anak burung puyuh yang baru menetas dari telur disebut DOQ (Day Old Quail). Day old quail ini besarnya seukuran jari dengan berat 8-10 gram

dan berbulu jarum halus. Day old quail yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakan lincah, besarnya seragam dan aktif mencari makan atau minum. Dalam dunia peternakan, periode pembesaran DOQ disebut dengan masa stater-grower (stargro) hingga anak burung puyuh berumur 8 minggu (Sugiharto, 2005).

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Burung puyuh membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Unsur–unsur tersebut adalah protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Kekurangan unsur - unsur tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktifitas (Rasyaf, 1983)

Burung puyuh mempunyai 2 fase pemiliharaan yaitu fase pertumbuhan dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan dibagi menjadi 2 fase yaitu stater (0-3 minggu), grower (3-5 minggu) dan fase produksi (umur diatas 5 minggu). Anak burung puyuh yang baru berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi metabolisme 2900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar protein dikurangi menjadi 20% dan energi metabolisnya 2600 kkal/kg. Burung puyuh


(17)

umur lebih dari 5 minggu kebutuhan energi dan protein sama dengan kebutuhan energi dan protein umur 3-5 minggu (Listiyowati dan Roospitasari, 2004).

Tabel 3. Kebutuhan zat - zat makanan dalam ransum burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) untuk daerah tropis .

Zat-zat Makanan % Jumlah /kg Makanan

Grower Umur 0-5 Minggu

Layer Umur 6 minggu keatas

Energi metabolisme (kcal/kg) 2800 2600

Protein (%) 24 20

Lemak (%) 2.80 3.96

Serat kasar (%) 4.10 4.40

Lysine (%) 1.40 1.10

Methionin +cystine (%) 0.75 0.80

Glycine + Serine (%) 1.70 0.90

Vit A (IU/kg) 13000 6000

Vit D3 A(ICU/kg) 1800 1750

Vit E(ICU/kg) 40 40

Vit K1 atau aktivitas equivalent (mg/kg) 1.0 1.0

Riboflavin (mg/kg) 4.0 4.0

Thiamin (mg/kg) 3.0 4.0

Asam Pantothenat (mg/kg) 40.0 15.0

Choline (mg/kg) 3500 2000

Niacine (mg/kg) 60 30

Pyridoxin (mg/kg) 4.50 4.0

Biotin (mg/kg) 0.2 0.15

Folacin (mg/kg) 1.0 1.0

Vit B12 (mg/kg) 0.003 0.003

Asam Linoleat (%) 1.0 1.0

Calsium (%) 0.80 3.75

Phosphor (%) 0.75 1.00

Magnesium (mg/kg) 150 500

Mangan (mg/kg) 120 80

Kalium (mg/kg) 0.28 1.00

Besi/Fe (mg/kg) 40 60

Tembaga/Cu (mg/kg) 4 6

Iodium (mg/kg) 0.3 0.3

Chlorine (mg/kg) 0.15 0.15

Zinc (mg/kg) 120 100

Selenium (mg/kg) 1.0 1.0

Natrium (mg/kg) 0.35 0.35

Sumber: NRC (National Recearch Council), Nutrient Requirement of Poultry,1977.

Ransum yang dapat diberikan untuk burung puyuh terdiri atas beberapa bentuk, yaitu bentuk pelet, remah, dan tepung. Ransum terbaik adalah yang


(18)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

8

bentuk tepung, sebab burung puyuh yang mempunyai sifat usil dan sering mematuk, karenanya burung puyuh akan mempunyai kesibukan lain dengan mematuk - matuk pakannya. Protein, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu nutrisi tersebut

maka mengakibatkan kesehatan terganggu dan menurunnya produktifitas (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Tabel 4. Kebutuhan ransum burung puyuh diberikan menurut umur. Umur Burung Puyuh Jumlah ransum yang diberikan(gram) 1 hari – 1 minggu

1 minggu – 2 minggu 2 minggu – 4 minngu 4 minggu – 5 minggu 5 minngu – 6 minggu Diatas 6 minggu

2 4 8 13 15 17-19 Sumber : Listiyowati dan Roospitasari (2000)

Air dianggap sebagai salah satu zat makan yang sangat penting bagi ternak unggas. Air digolongkan sebagai unsur anorganik yang merupakan zat yang penting yang ada didalam tubuh. Fungsi air sebagai bahan dasar dalam darah, sel dan cairan antar sel, sebagai alat untuk transport zat- zat makanan, membantu kerja enzim dalam proses metabolisme, pengatur suhu tubuh, membantu keseimbangan dalam tubuh (Rizal, 2006).

Mineral –mineral yang terutama Calsium dan Phosphor, berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta dalam kontraksi otot. Apabila pakan induk defisiensi akan mineral maka berdampak pada fertilitas dari telur yang tetaskan hal ini juga berpengaruh pada pembentukan embrio (Frandson, 1992).

Calsium erat sekali dengan pembentukan tulang. Calsium juga sangat penting dalam pengaturan sejumlah besar aktifitas sel yang vital, fungsi syaraf dan otot, kerja hormon, pembekuan darah, motilitas seluler dan khusus pada petelur


(19)

berguna untuk pembentukan kerabang telur serta proses metabolisme embrional. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar kalsium selama periode penetasan. Adanya peningkatan kadar Calsium pada telur fertil yang dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang telur melalui membran kerabang. ( Widodo, 2002 ; Suprijatna et al., 2005).

Phosphor berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik yaitu yang berfungsi dalam pembentukan senyawa organik dan sebagian besar metabolisme energi. Sehingga Phosphor sebagai fosfat memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi semua sel hidup (Widodo, 2002).

Scott et.al.(1971) menjelaskan bahwa kekurangan Calsium menyebabkan kemunduran produksi telur dan menurunnya tebal kerabang telur. Burung puyuh pembibit akan menghasilkan telur dengan daya tetas yang baik apabila diberikan 2,5% Calsium dan 0,8% Phosphor didalam ransumnya (Woodard et al., 1973).

Cangkang telur

Cangkang telur ayam mengandung 1,6% air dan 98,4 bagian padat. Bagian padat ini terdiri 3,3% protein, 0,03% lemak, dan 95,1% mineral. Jumlah mineral didalam Cangkang telur beratnya 2,25 gram yang terdiri dari 2,21 gram

Calsium, 0,02 gram magnesium, 0,02 gram Phosphor serta sedikit besi dan sulfur (Romanoff and Romanoff, 1963).

Cangkang telur ayam yang membungkus telur tersebut beratnya 9-12% dari berat telur total, dan mengandung 94% Calsium Karbonat, 1% Kalium

Phosphat, 1% Magnesium Karbonat dan 4% bahan organik (Benjamin et al., 1960; Mountey, 1966; Stadelman and Cotteril, 1972).


(20)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

10

Tabel 5.Bahan yang terkandung dalam cangkang telur ayam ras komersil Bahan- bahan yang terkandung Jumlah (%)

Bahan Kering (BK) 98.77

Abu 57.06

Protein Kasar (PK) 5.60

Serat Kasar (SK) 8.47

Lemak 1.18

Calsium (Ca) 19.20

Phosphor (P) 0.39

Tembaga (Cu) Td

Crom (Cr) Td

Timbal (Pb) Td

Magnesium (Mg) 2.501

Zinc (Zn) 0.001

Natrium (Na) 0.084

Besi (Fe) 0.037

Kalium (K) 0.047

Beta-N 26.46

Aspartat 0.44

Threonin 0.21

Histidin 0.15

Arginin 0.34

Lysin 0.14

Leusin 0.25

Valin 0.29

Tyrosin 0.11

Alanin 0.20

Glisin 0.31

Serin 0.26

Gultamat 0.61

Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak IPB (2008)

Menurut Umar (2000), cangkang telur mengandung hampir 95.1% terdiri atas garam-garam organik, 3.3% bahan organik (terutama Protein ), dan 1.6% air. Sebagian besar bahan organik terdiri atas persenyawaan Calsium Karbonat

(CaCO3) sekitar 98.5% dan Magnesium Karbonat (MgCO3) sekitar 0.85% (Stadelman and Owen, 1989).

Mineral yang banyak terdapat dalam cangkang telur ayam adalah Calsium. Defisiensi Calsium dapat menyebabkan kerabang telur tipis dan produksi telur akan menurun (Anggorodi,1985).


(21)

Pelaksanaan Penetasan

Pemilihan telur tetas

Agromedia (2002) menyatakan bahwa telur tetas adalah suatu bentuk penimbunan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, energi, vitamin, mineral dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio selama pengeraman untuk dapat ditetaskan telur-telur burung puyuh harus diseleksi. Memilih telur burung puyuh yang akan ditetaskan harus teliti, beberapa cara memilih telur burung puyuh yang baik untuk ditetaskan yaitu : 1) Memilih telur yang bersih, halus dan rata; 2) Memilih telur yang warnanya tidak terlalu pekat; 3) Bintik kulit telur harus jelas; 4) Kulit telur tidak retak; 5) Memilih telur yang baru, bukan telur yang sudah disimpan lebih dari 7 hari; 6) Jika mau dijadikan khusus sebagai telur tetas setelah keluar dari burung puyuh, telur segera diambil dan dibersihkan.

Sebaiknya telur yang ditetaskan berukuran normal yang beratnya 11-13 gram per butir. Ukuran normal tersebut dapat dicapai setelah induknya berumur 2,5 bulan. Dengan demikian pengambilan telur tetas burung puyuh dilaksanakan sejak induk berumur 2,5 - 8 bulan (Sugiharto, 2005).

Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya tetas telur burung puyuh. Abidin (2003) menguatkan pendapat tersebut dengan menyodorkan data hasil penelitian para ahli bahwa daya tetas telur disimpan selama 6 hari lebih tinggi dibandingkan dengan telur tetas disimpan 7 hari. Telur yang disimpan terlalu lama, apalagi dalam kondisi lingkungan yang kurang baik, bisa menyebabkan penurunan berat telur dan kantung udaranya semakin berkurang (Andrianto, 2005).


(22)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

12

Penetasan dengan mesin tetas

Telur burung puyuh dapat ditetaskan dengan mesin penetas telur ayam. Selama ditetaskan telur tadi diputar 90o dan paling sedikit sehari diputar 4-6 kali. Menetaskan telur burung puyuh tidak berbeda dengan telur ayam. Minggu pertama : 38,3oC (101o F). Minggu kedua sampai menetas : 39C (103o F). Suhunya diusahakan jangan sampai lebih dari 39,4o C (103o F). Termometer yang mengukur suhu mesin tetas, supaya diletakan sejajar dengan ujung telur, dengan maksud supaya termometer tersebut menunjukan suhu telur-telur yang ditetaskan. Temperatur kelembapannya tidak boleh kurang dari 60% (tabung basah pada hygrometer) 30,6o C (87o F) sampai hari ke 14 setelah itu dinaikkan 32,2 o C ( 90 o F) sampai proses penetasan selesai (Nugroho dan Mayun, 1986).

Tempratur Mesin Tetas

Dalam prakteknya temperatur mesin tetas sering dibuat stabil sekitar 103 oF (39,4 oC) untuk semua penetasan telur unggas. Kelembapan mesin tetas

untuk penetasan telur berbagai jenis unggas relatif sama, yaitu sekitar 60-79% RH. Selama persiapan ventilasi atas mesin tetas ditutup sampai hari

penetasan ke tiga (Suprijatna et al., 2005).

Pemutaran telur

Membalik atau memutar letaknya telur pada hari – hari tertentu selama priode penetasan perlu sekali dikerjakan. Gunanya adalah supaya mendapatkan panas yang merata. Selain itu juga untuk menjaga agar bibit tidak menempel pada kulit dalam fase permulaan penetasan dan untuk mencegah zat kuning telur dengan tetenun selaput pembukungus anak (allanthois) pada fase – fase berikutnya. Membalik telur dilakukan setiap hari mulai hari ketiga atau keempat


(23)

sampai dua hari sebelum telur –telur menetas. Pemutaran telur sebaiknya dilaksanakan paling sedikit 3 kali atau lebih baik pula diputar sampai 5 atau 6 kali sehari setengah putaran (Djanah, 1984).

Fertilitas

Nuryati et al (2000) menyatakan bahwa agar telur dapat menetas jadi anak, telur tersebut harus dalam keadaan fertil yang sebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang telah dibuahi oleh sel kelamin jantan. Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan.

Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu Calsium. Sumber mineral ini utamanya adalah Calsium yang terdapat dalam kerabang telur. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Calsium selama periode penetasan. Adanya peningkatan kadar Calsium pada telur fertil yang dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang telur melalui membran kerabang. Apabila pakan induk defisiensi akan mineral maka berdampak pada fertilitas dari telur yang ditetaskan hal ini juga berpengaruh pada pembentukan embrio (Suprijatna et al., 2005).

Telur burung puyuh yang akan ditetaskan sebaiknya diambil dari induk betina yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan 2-3 :1 Pengambilan telur tetas dapat dilakukan sebulan setelah dewasa kelamin, tujuan agar semua unggas benar - benar telah dewasa kelamin dan semua telur tetas yang diambil diharapkan telah dibuahi. Dalam kondisi normal dengan sex ratio yang benar dan pemberian ransum yang baik fertilitas dapat mencapai 85-95 (Rasyaf, 1993 ; Listiyowati dan Roospitasari 2004).


(24)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

14

Fertilitas burung puyuh juga di pengaruhi oleh faktor-faktor : 1) Sperma; 2) Pakan; 3) Umur pembibit; 4) Musim atau suhu; 5) Sifat kawin pejantan; 6) Waktu perkawinan; 7) Produksi telur (Agromedia, 2002)

Daya Tetas

Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil disebut daya tetas (Card and Leslie, 1993). Rasyaf (1993) menyatakan bahwa untuk menghasilkan daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energi tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral. Semua itu bertujuan untuk mendukung pertumbuhan embrio saat telur ditetaskan.

Heuser (1975) menyatakan Calsium dan Phosphor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan tulang dan kerabang telur. Daya tetas telur

berkerabang tipis akan rendah dan telur mudah pecah (Nugroho dan Manyun, 1982)

Daya tetas juga akan menurun apabila telur disimpan terlalu lama. Telur – telur yang disimpan daya tetas akan menurunkan, kira-kira 3% tiap tambahan sehari. Telur yang disimpan dalam kantung plastik PVC (polyvinylidene chloride) dapat tahan lebih lama, kira-kira 13-21 hari dibandingkan telur yang tidak disimpan dalam kantung plastik PVC. Biasanya telur yang disimpan dalam kantung plastik ini daya tetasnya juga lebih tinggi dari pada telur yang disimpan dalam ruangan terbuka ( Nugroho dan Mayun, 1986).

Mortalitas Embrio

Kematian embrio banyak terjadi dalam keadaan kritis selama waktu penetasan. Ada dua priode kritis pada masa penetasan : Selama tiga hari pertama dari masa penetasan karena pada masa ini organ dalam masa pertumbuhan dan


(25)

masa telur burung puyuh akan menetas karena pada masa ini burung puyuh mengalami perubahan posisi saat akan menetas.

Kematian yang tinggi pada embrio umumnya disebabkan karena embrio tidak mampu berkembang dengan baik, saat kritis itu antara lain pada perubahan posisi pada saat akan menetas, atau saat anak burung puyuh mematuki kulit kerabang telur untuk menetas, anak burung puyuh tak dapat memakai albumen yang tersisa, kegagalan absorbsi yolk sack saat- saat peralihan dari allanthois kepernafasan dengan paru-paru (Nugroho, 1981).

Kematian yang tinggi pada hari ke -14 sampai ke-18 dapat disebabkan karena kurangnya asupan Calsium dan Phosphor pada unggas yang berpengaruh pada pembentukan embrio (Hartono, 2004).

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost adalah selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya pakan. Pendapatan ini merupakan perkalian antara produksi peternakan dengan harga jual, sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ternak tersebut (Prawirokusumo, 1994).


(26)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

16

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No 3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, berada pada ketinggian 25 m dari permukaan laut. Penelitian berlangsung 3 bulan dari Agustus 2008 sampai November 2008.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

• Burung puyuh umur 6 minggu sebanyak 80 ekor ( 60 ekor betina dan 20 ekor pejantan) yang telah diberi perlakuan dari DOQ

• Telur burung puyuh 200 butir, setiap plot 10 butir.

• Tepung Cangkang Telur

• Air

• Vaksin New Castel Disease (NCD)

• Vitamin seperti Vitachik dan PuyuhVit

• Desinfektan seperti rodalon

• Kalium bermanganat dan formalin sebagai bahan fumigasi

• Ransum burung puyuh yang disusun menurut perlakuan

Alat

• Kandang 20 plot ukuran panjang x lebar x tinggi, 60 x 40 x20 cm/unit setiap plot diisi dengan 4 ekor yang terdiri dari 3 ekor betina dan 1 ekor pejantan


(27)

• Lampu sebagai penerang

• Timbangan salter kapasitas 5 kg untuk menimbang ransum; timbangan ohaus kapasitas 1 kg untuk menimbang puyuh; dan timbangan elektrik

• Mesin tetas 1 unit ukuran panjang x lebar x tinggi , 106 x 90 x 40 cm dengan kapasitas 400 butir telur tetas serta peralatan

• Thermometer ( o C)

• Alat- alat pembersih kandang

• Hands spayer

• Kardus

• Genset, apabila mati lampu

• Alat tulis, buku tulis, dan kalkulator

• dll

Metode Penelitian

Adapun rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan

Perlakua n yang diteliti :

P0: Ransum tanpa tepung cangkang telur

P1: Ransum dengan tepung cangkang telur 2% P2: Ransum dengan tepung cangkang telur 4% P3: Ransum dengan tepung cangkang telur 6% Denah pemeliharaan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

P01 P02 P03 P04 P05 P11 P12 P13 P14 P15 P21 P22 P23 P24 P25 P31 P33 P33 P34 P35


(28)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

18 Dimana : Perlakuan = (P0, P1, P2, P3)

Ulangan = ( 1, 2, 3, 4, 5) Banyaknya ulangan disesuaikan dengan rumus:

t (n-1) ≥ 15 4 (n-1) ≥ 15 4n -4 ≥ 15 4n ≥ 19

n ≥ 4,75 ≈ 5 Adapun metode linear yang digunakan adalah:

Yij = µ + τi + Σij Dimana :

Yij = hasil pengamatan dari perlakuan tingkat ke-i dan pada ulangan ke-j. I = 0,1,2,3 (perlakuan).

J = 1,2,3,4,5 (ulangan).

µ = nilai rata-rata (mean) harapan.

τi = pengaruh perlakuan ke-i.

Σij = pengaruh galat (experimental error ) perlakuan ke-I dan ulangan ke-j.

Parameter Penelitian

Fertilitas (%)

Dihitung dengan rumus sebagai berikut : Fertilitas = Jumlah telur yang tertunas (fertil)

x 100% Jumlah telur yang ditetaskan


(29)

Daya Tetas atau Hatchabilitas (%)

Dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Daya tetas = Jumlah telur yang menetas x 100% Jumlah telur yang tertunas (fertil)

Mortalitas

Dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Mortalitas = Jumlah (telur yang fertil - telur yang menetas)

x 100%

Jumlah telur yang fertil

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang

Sebelum burung puyuh di masukan kedalam kandang, tempat pakan, dan minum harus dibersihkan dan di disinfektan terlebih dahulu dengan tujuan membebaskan kandang dan peralatan dari bibit penyakit.

Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum dibeli di poultry shop, terdiri dari jagung halus, dedak halus, bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil kelapa, minyak kelapa, kapur, DCP dan tepung cangkang telur.

Pemeliharaan

Burung- burung puyuh sebanyak 80 ekor ( 60 ekor burung puyuh betina dan 20 puyuh jantan) dipelihara dalam kandang sebanyak 20 plot. Tiap plot

kandang diisi 3 ekor burung puyuh betina dan 1 ekor burung puyuh jantan ( sex ratio 3 : 1). Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum sesuai


(30)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

20

Pengumpulan dan seleksi telur tetas

Pengumpulan telur dilakukan 2x sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari selama seminggu dan seleksi sesuai dengan kriteria telur tetas yang telah di tentukan yakni : Bentuknya normal, tidak terlalu lonjong, dan tidak terlalu bulat, kerabang telur bersih, tidak terlalu kasar, berat telur berkisar 9 – 11 gram.

Telur tetas yang kotor dibersihkan dengan cara melapnya dengan sedikit air hangat agar pori – pori telur tidak tersumbat

Fumigasi Mesin tetas

Mesin tetas dan peralatan sebelum digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang melekat kemudian disemprot dengan rodalon, terakhir dilakukan fumigasi dengan kekuatan singal dosis yaitu 40cc formalin : 20 cc KMnO4 (perbandingan 2:1 ) tiap ukuran 2,8 m3 ruang fumigasi selama 20 menit (Nort, 1978).

Temperatur mesin tetas distabilkan berkisar 103 0F (39,4 0C) selama 24 jam sebelum digunakan. Nampan untuk menjaga kelembaban mesin tetas diisi air kemudian telur tetas yang telah disusun berdasarkan label perlakuan dimasukan kedalam mesin tetas dimana setiap perlakuan di gunakan 10 butir telur.

Pemutaran telur tetas dilakukan sebanyak 3x sehari mulai hari ke 3 sampai hari 15 berada dalam mesin tetas. Pada hari ke 16 sampai hari 17 telur sudah menetas.

Pemeriksaan Telur

Dilakukan 2x selama penetasan yang pertama dilakukan pada hari ke 7, saat itu sudah jelas terlihat perkembangan embrio berupa sebuah titik dengan cabang - cabang berwarna merah didalam kuning telur. Pemeriksaan telur tahap


(31)

kedua dilakukan pada hari ke 14 untuk penyeleksian telur fertil yang mati. Cirinya saat peneropongan tampak sebagai gumpalan gelap yang tidak bergerak dan harus dikeluarkan dari mesin tetas (Suprijatna et al, 2005).

Pengamatan dan Pengambilan Data

Pada waktu dilakukan pemeriksaan pada hari ke 7 dicatat beberapa telur yang infertil dan dikeluarkan sehingga dapat dihitung pesentase telur yang fertil. Pada waktu penetasan hari ke 17 pengambilan data dilakukan dengan menghitung jumlah telur burung puyuh yang menetas dan anak burung puyuh yang masih basah dibiarkan dalam rak penetasan untuk kemudian diangkat kedalam kandang indukan.


(32)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Fertilitas

Pengertian fertilitas adalah persentase (%) telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu priode penetasan. Fertilitas dapat di hitung dengan cara membagikan jumlah telur yang tertunas dengan (fertil) dengan jumlah telur yang di tetaskan dikalikan 100%. Hasil rata-rata burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 .

Tabel 6 . Rataan fertilitas burung puyuh(%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 90 80 70 90 90 420 84.00

P 1 100 100 100 90 100 490 98.00

P 2 100 100 90 100 100 490 98.00

P 3 80 100 90 100 80 450 90.00

Total 1850 370.00

Rataan 92,50

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh bahwa persentase fertilitas tertinggi pada perlakuan P1, dan P2 sebesar 98.00 dan yang terendah pada perlakuan P0 sebesar 84.00. Standard untuk fertilitas adalah 60-80% (Wilson and Vohra, 1980). Berdasarkan Tabel 6, maka semua perlakuan masuk kedalam standard. Yaitu pada perlakuan P0 sebesar 84.00, P1 sebesar 98.00, P2 sebesar 98.00, dan pada P3 sebesar 90.00.

Daya Tetas

Pengertian daya tetas adalah telur yang menetas dibagi dengan jumlah telur yang fertil dikalikan 100%. Hasil rataan telur burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.


(33)

Tabel 7. Rataan daya tetas burung puyuh (%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 77,78 87,5 100 88,89 100 454,17 90,834

P 1 80 100 80 100 80 440 88,00

P 2 100 70 88,89 100 70 428,89 85,778

P 3 87,5 100 100 90 87,5 465 93,00

Total 1788,06 357,612

Rataan 89,403

Berdasakan Tabel 7 diperoleh daya tetas tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 93,00 dan yang terendah pada perlakuan P2 sebesar 85,78. Standard daya tetas yang baik adalah 85-95%. Berdasarkan Tabel 7, maka semua perlakuan dapat masuk dalam standard yaitu perlakuan P0 sebesar 90.834, P1 sebesar 88.00, P3 sebesar 85.778, dan P3 sebesar 93.00.

Mortalitas

Mortalitas adalah jumlah telur fertil yang tidak menetas dibagi dengan jumlah telur yang menetas dikali 100%. Rataan mortalitas burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan mortalitas telur fertil yang tidak menetas burung Puyuh(%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 22,22 12,5 0 11,11 0 45,83 9,166

P 1 20 0 20 0 20 60 12,00

P 2 0 30 11,11 0 30 71,11 14,222

P 3 12,5 0 0 10 12,5 35 7,00

Total 211,94 42,388

Rataan 10,597

Berdasarkan Tabel 8, diperoleh mortalitas tertinggi pada perlakuan P2 sebesar 14,22 dan mortalitas terendah pada P3 sebesar 7,00.


(34)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

24

Income over feed cost (IOFC)

Income over feed cost adalah selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya pakan.

Dari hasil penelitian di peroleh rataan income over feed cost burung puyuh seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan IOFC burung puyuh selama penelitian (Rp)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P0 2041.62 2323.27 2657.7 2542.71 2797.5 12362.8 2472.56 P1 2394.4 2710.93 2407.93 2799.26 2542.7 12855.22 2571.044 P2 2761.07 2717.49 2741.41 2799.27 2709.37 13728.61 2745.722 P3 2668.06 2746.3 2763..52 2706.92 2559.18 10680.46 2670.115

Total 49627.09

Rataan 2614.86

Dari data IOFC pada Tabel 9. memperlihatkan rataan income over feed cost sebesar Rp 2614.86dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp 2745.722 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar Rp 2472.56.


(35)

Pembahasan

Fertilitas

Sidik ragam dari data rataan pengaruh pemberian tepung cangkang telur dalam ransum terhadap fertilitas burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10 .

Tabel 10 . Sidik ragam fertilitas telur burung puyuh selama penelitian.

SK DB JK KT F.hitung F.tabel

0.05 0.01

Pelakuan 3 695 231,6667 4,212121* 3,24 5,29

Galat 16 880 55

Total 19 1575

KK=8,0175% * = nyata

Berdasarkan sidik ragam Tabel 10. menunjukan bahwa pemberian tepung cangkang telur dalam ransum berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap fertilitas burung puyuh.

Untuk melihat perbedaan antar perlakuan penamabahan tepung cangkang telur pada ransum burung puyuh tehadap fertilitas maka dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) seperti yang terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji beda nyata (BNT) fertilitas telur burung puyuh dengan Penambahan tepung cangkang telur.

Perlakuan Rataan SD Notasi 0,05

P 0 84.00 8.944 a

P 1 98.00 4.472 b

P 2 98.00 4.472 b

P 3 98.00 10 b

Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa perlakuan P0 berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P2, dan P3. Hal ini di sebabkan bahwa Pemberian cangkang telur dalam ransum dapat mempengaruhi fertilitas burung puyuh dimana dalam


(36)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

26

mempengaruhi fertilitas burung puyuh Suprijatna et al, ( 2005) menyatakan bahwa mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu Calsium. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Calsium selama periode penetasan. Apabila pakan induk defisiensi akan mineral maka berdampak pada fertilitas dari telur yang tetaskan hal ini juga berpengaruh pada pembentukan embrio.

Faktor –faktor lain yang dapat memepengaruhi fertilitas telur burung puyuh adalah telur puyuh yang akan ditetaskan sebaiknya diambil dari induk betina yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan 2-3 :1 Pengambilan telur tetas dapat dilakukan sebulan setelah dewasa kelamin, tujuan agar semua unggas benar - benar telah dewasa kelamin dan semua telur tetas yang diambil diharapkan telah dibuahi. Dalam kondisi normal dengan sex ratio yang benar dan pemberian ransum yang baik fertilitas dapat mencapai 85-95 (Rasyaf, 1993 ; Listiyowati dan Roospitasari 2004).

Daya tetas

Untuk mengetahui pengaruh pembarian tepung cangkang telur dalam ransum terhadap daya telur burung puyuh maka dilakukan sidik ragam yang dapat pada Tabel 12.berikut:

Tabel 12. Sidik ragam daya tetas telur burung puyuh selama penelitian

SK DB JK KT F.hitung F.tabel

0.05 0.01

Pelakuan 3 150,476 50,15867 0,41953tn 3,24 5,29 Galat 16 1912,938 119,5586

Total 19 2063,414

KK=12,23% tn = tidak nyata


(37)

Berdasarkan Tabel 12, menunjukan bahwa pemberian tepung cangkang telur dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap daya tetas telur burung puyuh. Daya tetas tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 93.00% yaitu ransum yang diberikan tepung cangkang telur 6%. Sedangkan daya tetas yang rendah adalah pada perlakuan P2 sebesar 85.78%.

Pada perlakuan P2 yaitu ransum yang ditambahkan 4% tepung cangkang telur didapat hasil bahwa daya tetas paling rendah. Hal ini menunjukan bahwa efesiensi kandungan cangkang telur yaitu Calsium dan Phosphor dalam ransum pada perlakuan P2 masih sedikit sehingga daya tetas burung puyuh rendah. Semakin tinggi pemberian tepung cangkang telur yang mengandung Calsium serta Phosphor dalam ransum burung puyuh maka daya tetas pun semakin tinggi.

Faktor – faktor mempengaruhi daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energi tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral. Heuser (1975) menyatakan Calsium dan Phosphor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan tulang dan kerabang telur. Daya tetas telur berkerabang tipis akan rendah dan telur mudah pecah (Nugroho dan Manyun, 1982)

Mortalitas

Sidik ragam data rataan pengaruh pemberian tepung cangkang telur dalam ransum terhadap mortalitas telur burung puyuh selama penelitan dapat dilihat pada Tabel 13. dibawah ini.

Tabel 13. Sidik ragam mortalitas telur burung puyuh selama penelitian.

SK DB JK KT F.hit F.tabel

0.05 0.01

Pelk 3 150,476 50,15867 0,419532 tn 3,24 5,29 Galat 16 1912,938 119,5586

Total 19 2063,414


(38)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

28

Berdasarkan Tabel 13, didapat hasil yang tidak nyata yang berarti tepung cangkang telur yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas telur yang ditetaskan. Daya tetas adalah banyaknya jumlah telur yang menetas sedangkan mortalitas adalah banyaknya jumlah telur fertil yang tidak menetas, jika mortalitas rendah maka daya tetas telur burung puyuh tinggi. Jika daya tetas memberikan hasil yang tidak nyata maka mortalitas dari telur yang ditetaskan juga memberikan hasil yang tidak nyata.

Untuk mengetahui baik tinggi atau rendahnya mortalitas dalam suatu proses penetasan maka dapat juga dilihat dari tingkat daya tetas yang dihasilkan dalam penetasan tersebut. Antara daya tetas dan mortalitas adalah berbanding terbalik oleh karena itu pada suatu proses penetasan yang baik adalah daya tetas tinggi yang secara otomatis menyebabkan mortalitasnya rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas seperti lama penyimpanan telur dan manajemen penetasan serta keadaan telur. Hal ini sesuai dengan Agromedia (2002) menyatakan bahwa telur tetas baik untuk ditetaskan yaitu : 1) Memilih telur yang bersih, halus dan rata; 2) Memilih telur yang warnanya tidak terlalu pekat; 3) Bintik kulit telur harus jelas; 4) Kulit telur tidak retak; 5) Memilih telur yang baru, bukan telur yang sudah disimpan lebih dari 3 hari; 6) Jika mau dijadikan khusus sebagai telur tetas setelah keluar dari burung puyuh, telur segera diambil dan dibersihkan.

Kematian embrio banyak terjadi dalam keadaan kritis selama waktu penetasan. Ada dua priode kritis pada masa penetasan : Selama tiga hari pertama dari masa penetasan dan masa telur burung puyuh akan menetas.


(39)

Kematian yang tinggi pada embrio umumnya disebabkan karena embrio tidak mampu berkembang dengan baik, saat kritis itu antara lain pada perubahan posisi pada saat akan menetas, atau saat anak burung puyuh mematuki kulit kerabang telur untuk menetas, anak burung puyuh tak dapat memakai albumen yang tersisa, kegagalan absorbsi yolk sack saat- saat peralihan dari allanthois kepernafasan dengan paru-paru (Nugroho, 1981).

Kematian yang tinggi pada hari ke -14 sampai ke-18 dapat disebabkan karena kurangnya asupan Calsium dan Phosphor pada unggas yang berpengaruh pada pembentukan embrio (Hartono,2004)

Income over feed cost (IOFC)

Income over feed cost adalah selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya pakan.

Dari Hasil penelitian di peroleh rataan income over feed cost burung puyuh seperti tertera pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan IOFC burung puyuh selama penelitian (Rp)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P0 2041.62 2323.27 2657.7 2542.71 2797.5 12362.8 2472.56 P1 2394.4 2710.93 2407.93 2799.26 2542.7 12855.22 2571.044 P2 2761.07 2717.49 2741.41 2799.27 2709.37 13728.61 2745.722 P3 2668.06 2746.3 2763..52 2706.92 2559.18 10680.46 2670.115

Total 49627.09

Rataan 2614.86

Dari data IOFC pada Tabel 14. memperlihatkan rataan income over feed cost sebesar Rp 2614.86dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp 2745.722 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar Rp 2472.56


(40)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

30

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rekapitulasi pengaruh pemberian tepung cangkang telur dalam Ransum terhadap fertilitas, daya tetas, dan mortalitas burung Puyuh.

Perlakuan Fertilitas % Daya Tetas % Mortalitas %

P 01 84.00* 90,83 tn

9,17 tn

P 11 98.00* 88.00 tn

12.00 tn

P 21 98.00* 85,77 tn 14,23 tn

P 31 90.00* 93.00 tn

7.00 tn Keterangan : * : nyata

tn : tidak nyata

Hasil rekapitulasi penelitian pada Tabel 15. menunjukan bahwa pemberian tepung cangkang telur dalam ransum memberikan pengaruh nyata terhadap fertilitas namun pengaruh yang tidak nyata terhadap daya tetas dan mortalitas burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica).


(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian tepung cangkang telur ayam ras pada ransum dapat mempengaruhi fertilitas burung puyuh.

2. Pemberian tepung cangkang telur tidak memberi pengaruh terhadap daya tetas dan mortalitas burung puyuh.

Saran

Dasarankan pada peternakan untuk menggunakan tepung cangkang telur dalam ransum burung puyuh.


(42)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

32

DAFTAR PUSTAKA

Abidin ,Z., 2003. Meningkatkan Produktivitas Puyuh Si Kecil Yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka, Jakarta

Agromedia., 2002. Puyuh Si Mungil Yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Andrianto, T.T., 2005 Panduan Praktis Beternak Burung Burung Puyuh, Absolut, Yogyakarta.

Anggorodi, R., 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Benjamin, E.W., J. M. Gwin, F. L. Faber and W. D. Termohlen, 1960. Marketing Poultry Products. 5th Ed. Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.

Card, L. E and Leslie, 1993, Poultry Production. Lea and Febriger, Philadelphia. Djanah,D.J., 1984, Beternak Ayam dan Itik, Jasaguna, Jakarta.

Frandson,. R.D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Penerjemah: Ir. B. Srigandono & Roen Praseno, Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta Scott, M.I., J. Hill and P.A. Mullenhoff , 1971. The Calcium Requirement of Laying Hens and, Effects of Dietary Oyster Shell Upon Egg Shell Quality. Poultry Sci.

Hartono, T., 2004. Permasalahan Burung Puyuh dan Solusinya. Penebar Swadaya Jakarta.

Heuser , G.F ., 1975. Feeding Poultry. 2nd Ed . Jhon Willey and Son’s. new York. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak ., 2008. Institut Pertanian Bogor.

Fakultas Peternakan. Bogor

Listiyowati, E., dan Roospitasari, K., 2000 Burung Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.

Listiyowati, E., dan Roospitasari, K., 2004 Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta

Mountey, G. J. 1996. Poultry Products Technology. 2nd Ed. The AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.


(43)

National Research Council, 1977., Nutrient Requiment of Poultry, National Academy of Sciences, Washington,DC.

North, M.O., 1978, Commercil Chiken Production Manual ,The Avi publishing Company inc. USA.

Nugroho, dan Manyun, I.G.T., 1981. Beternak Burung Puyuh. Eka Offest; Semarang.

Nugroho, dan Manyun, I.G.T., 1982. Beternak Puyuh. Eka Offest; Semarang. Nugroho, dan Manyun, I.G.T., 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offest;

Semarang.

Nuryati, L., Sutarto, K., dan Hardjosworo, S.P., 2000, Sukses Menetaskan Telur, Penebar Swadaya, Jakarta.

Prawirokusumo, S., 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta. Rasyaf, M., 1983. Berternak Puyuh. Kanisius, Yogyakarta

Rasyaf, M., 1991. Memelihara Burung Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta Rasyaf, M., 1993. Pengelolaan Penetasan. Kanisius, Yogyakarta

Rizal, Y., 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press, Padang Stadelman, W.J. and Owen J.C.1989. Egg Science and Technology. 2nd Edit. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Romanoff A. L. and A. J. Romanoff, 1963. The Avian Egg. 2nd Ed. Jhon Wiley and Sons, Inc., Westport, Connecticut.

Stadelman, W. J. and O. J. Cotteril, 1972. Egg Science and Technology. The AVI Publising Company, Inc., Westport, Connecticut.

Sugiharto, R.E., 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Suprijatna, E., Atmomarsono;U. dan Kartasudjana, R., 2005. Ilmu Dasar ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Umar . 2000. Kualitas Fisik Telur Ayam Kampung Segar di Pasar Tradisional, Swalayan dan Peternak di kotamadya Bogor. Skripsi. Fakuktas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

.

Widodo, W., 2002, Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual, fakultas Peternakan, Universitas Muhammaddiyah, Malang.


(44)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

34

Wilson, W.O and Vohra P., Poultry Management, in H.H. Cole W.N Garret(ed). Animal Agriculture. W.H. Freeman and Company, San Fransisco,1980. Woodard, A. E., H Ablanalp, W. O. Wilson and P. Vohra, 1973. Japanese Quail


(45)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data jumlah telur yg ditetaskan

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 10 10 10 10 10 50 10

P 1 10 10 10 10 10 50 10

P 2 10 10 10 10 10 50 10

P 3 10 10 10 10 10 50 10

Total 50 50 50 50 50 200 50

Rataan 10 10 10 10 10 50 10

Lampiran 2. Data jumlah telur yg fertil

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 9 8 7 9 9 42 8.4

P 1 10 10 10 9 10 49 9.8

P 2 10 10 9 10 10 49 9.8

P 3 8 10 9 10 8 45 9.0

Total 37 38 35 38 37 185 37

Rataan 9.25 9.5 8.75 9.5 9.25 46.25 9.25

Lampiran 3. Data jumlah telur yg infertil

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 1 2 3 1 1 8 1.6

P 1 0 0 0 1 0 1 0.2

P 2 0 0 1 0 0 1 0.2

P 3 2 0 1 0 2 5 1

Total 3 2 5 2 3 15 0.6

Rataan 0.75 0.5 1.25 0.5 0.75 3.75 0.15

Lampiran 4. Data jumlah telur yg menetas

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 7 7 7 8 9 38 7.6

P 1 8 10 8 9 8 43 8.6

P 2 10 7 8 10 7 42 8.4

P 3 7 10 9 9 7 42 8.4

Total 32 34 32 36 31 165 33


(46)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

36 Lampiran 5. Data jumlah telur yg tidak menetas

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 3 3 3 2 1 12 2.4

P 1 2 0 2 1 2 7 1.4

P 2 0 3 2 0 3 8 1.6

P 3 3 0 1 1 3 8 1.6

Total 8 6 6 4 6 35 7

Rataan 2 1.5 1.5 1 1.5 8.75 1.75

Lampiran 6. Data mortalitas

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 2 1 0 1 0 4 0.8

P 1 1 0 2 0 2 5 1

P 2 0 3 1 0 3 7 1.4

P 3 1 0 0 1 1 3 0.6

Total 4 4 3 2 6 19 3.8

Rataan 1 1 0.75 0.5 1.5 4.75 0.95

Lampiran 7 . Rataan fertilitas burung puyuh (%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 90 80 70 90 90 420 84.00

P 1 100 100 100 90 100 490 98.00

P 2 100 100 90 100 100 490 98.00

P 3 80 100 90 100 80 450 90.00

Total 1850 370.00

Rataan 92,50

Anova fertilitas burung puyuh selama penelitian.

SK DB JK KT F.hit F.tabel

0.05 0.01

Pelk 3 695 231,6667 4,212121* 3,24 5,29

Galat 16 880 55

Total 19 1575

KK= * = nyata ** =sangat nyata


(47)

Lampiran 8. Rataan daya tetas burung puyuh(%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 77,78 87,5 100 88,89 100 454,17 90,834

P 1 80 100 80 100 80 440 88,00

P 2 100 70 88,89 100 70 428,89 85,778

P 3 87,5 100 100 90 87,5 465 93,00

Total 1788,06 357,612

Rataan 89,403

Anova daya tetas burung puyuh selama penelitian.

SK DB JK KT F.hit F.tabel

0.05 0.01

Pelk 3 150,476 50,15867 0,41953tn 3,24 5,29 Galat 16 1912,938 119,5586

Total 19 2063,414

KK=

tn = tidak nyata

Lampiran 9. Rataan mortalitas burung puyuh(%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P 0 22,22 12,5 0 11,11 0 45,83 9,166

P 1 20 0 20 0 20 60 12,00

P 2 0 30 11,11 0 30 71,11 14,222

P 3 12,5 0 0 10 12,5 35 7,00

Total 211,94 42,388

Rataan 10,597

Anova mortalitas burung puyuh selama penelitian.

SK DB JK KT F.hit F.tabel

0.05 0.01

Pelk 3 150,476 50,15867 0,419532 tn 3,24 5,29 Galat 16 1912,938 119,5586

Total 19 2063,414

KK=


(48)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

38

RANSUM YANG DIPERGUNAKAN

Bahan PK EM LK SK Ca P

Jagung 8,6 3370 3,9 2 0,02 0,3

D. Halus 12 1630 13 12 0,12 1,5

B. Kedelai 48 2240 0,9 6 0,32 0,67

B. Kelapa 18,58 2212 12,55 15,38 0,2 0,6

T. Ikan 55 2565 9 1 7,7 3,9

M. Kelapa 0 8600 100 0 0 0

TCT 5,6 0 1,18 8,47 19,2 0,39

DCP 0 0 0 0 23,3 18

Kapur 0 0 0 0 40 0

P0

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,95 4,3817 1717,015 1,98705 1,019 0,01019 0,15285 D.halus 7,1 0,852 115,73 0,923 0,852 0,00852 0,1065 B.kedelai 20,25 9,72 453,6 0,18225 1,215 0,0648 0,135675 B.kelapa 2 0,3716 44,24 0,251 0,3076 0,004 0,012 T.ikan 8,5 4,675 218,025 0,765 0,085 0,6545 0,3315

M.klpa 1,8 0 154,8 1,8 0 0 0

TCT 0 0 0 0 0 0 0

DCP 4,4 0 0 0 0 1,0252 0,792

kapur 5 0 0 0 0 2 0

Total 100 20,0003 2703,41 5,9083 3,4786 3,76721 1,530525

P1

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,90 4,3774 1715,33 1,9851 1,018 0,01018 0,1527 D.halus 6,6 0,792 107,58 0,858 0,792 0,00792 0,099 B.kedelai 20,15 9,672 451,36 0,18135 1,209 0,06448 0,135005 B.kelapa 2 0,3716 44,24 0,251 0,3076 0,004 0,012 T.ikan 8,5 4,675 218,025 0,765 0,085 0,6545 0,3315

M.klpa 1,95 0 167,7 1,95 0 0 0

TCT 2 0,112 0 0,0236 0,1694 0,384 0,0078

DCP 3,2 0 0 0 0 0,7456 0,576

kapur 4,7 0 0 0 0 1,88 0


(49)

P2

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,95 4,3817 1717,015 1,98705 1,019 0,01019 0,15285 D.halus 5,45 0,654 88,835 0,7085 0,654 0,00654 0,08175 B.kedelai 19,95 9,576 446,88 0,17955 1,197 0,06384 0,133665 B.kelapa 2,65 0,49237 58,618 0,332575 0,40757 0,0053 0,0159 T.ikan 8,5 4,675 218,025 0,765 0,085 0,6545 0,3315

M.klpa 2 0 172 2 0 0 0

TCT 4 0,224 0 0,0472 0,3388 0,768 0,0156

DCP 2,05 0 0 0 0 0,47765 0,369

kapur 4,45 0 0 0 0 1,78 0

Total 100 20,0031 2701,373 6,019875 3,70137 3,76602 1,100265

P3

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,15 4,3129 1690,055 1,95585 1,003 0,01003 0,15045 D.halus 4,55 0,546 74,165 0,5915 0,546 0,00546 0,06825 B.kedelai 20,1 9,648 450,24 0,1809 1,206 0,06432 0,13467 B.kelapa 2,6 0,48308 57,512 0,3263 0,39988 0,0052 0,0156 T.ikan 8,5 4,675 218,025 0,765 0,085 0,6545 0,3315

M.klpa 2,45 0 210,7 2,45 0 0 0

TCT 6 0,336 0 0,0708 0,5082 1,152 0,0234

DCP 2,65 0 0 0 0 0,61745 0,477

kapur 3 0 0 0 0 1,2 0


(50)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

40 DAFTAR FOTO

Cangkang Telur Ayam Ras

DOQ (Day Old Quail)


(51)

Telur Dalam Mesin Tetas

Embrio pada setelah hari ke 7


(52)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

42

Telur yang sudah menetas

DOQ yang sudah dikeluarkan dari mesin tetas


(53)

PROSES PEMBUATAN TEPUNG CANGKANG TELUR

Cangkang Telur ayam ras

Dicuci dengan Rodalon

Dijemur

Diovenkan dengan suhu 65ºC

Digiling

Diayak

Tepung Cangkang Telur


(54)

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

44

4

s

Thank`s bgt bwt tmn2 Q yg dah mw bntu aQ slm ne baik ms kuliah, PKL to pun pnlitian aQ ndak tw kpn bs blz DenDam bwt kalian mua,tuk saat ne aQ Cm bs ksih klian do`a sbg BLZ BUDI aQ 4 klian mua,dan ucpan makasih aQ bwt para tersangka dgn kasus2 kriminal mrk pd diri aQ,dan mereka adalah:

1. Bwt tmn sperjuangan PENIPU CATUR( Para Peneliti Puyuh Cangkang Telur): Herman yang suka buat kesal, BT, dan hibur aku + Jaso yg suka usil,jail dan suka motivasi aQ ”thanks sobat krn klian penelitian aQ jadi full color”.

2. Nah klo yang ne buat yang namanya meirina`04 tamen skandang,trus paling gokil,tomboy,suka nolongin dan yg plg parah lg dia cerewet bgt klo bangunin aQ pagi2 bwt mutar telur(Duh ampun deh suara na bisa buat sekandang kebangun smua termasuk puyuh2).

3. Yg ini ne bwt Warisman N mudi(yg suka tiap pagi di bwh kandang domba),O`i (suka nggossip ama para cew), Very(sering aQ pinjamin kendaraanna),lely(ahli pijat memijat bebek),natalia(anak yg ruajin

buanget), nelly(klo ngetik pke 11 jari and gamers), pandapotan(koki super cuek), simon(suka ngejutkan para puyuh kami), senta (ne anak

detik,menit,jam,hari,minggu dan bulan yg ribut soal aer ”woiiiii... aer”).

4. thanks buat para pendatang yang mau jenguk kmi di kandang yang sunyi itu.


(1)

P2

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,95 4,3817 1717,015 1,98705 1,019 0,01019 0,15285 D.halus 5,45 0,654 88,835 0,7085 0,654 0,00654 0,08175 B.kedelai 19,95 9,576 446,88 0,17955 1,197 0,06384 0,133665 B.kelapa 2,65 0,49237 58,618 0,332575 0,40757 0,0053 0,0159 T.ikan 8,5 4,675 218,025 0,765 0,085 0,6545 0,3315

M.klpa 2 0 172 2 0 0 0

TCT 4 0,224 0 0,0472 0,3388 0,768 0,0156

DCP 2,05 0 0 0 0 0,47765 0,369

kapur 4,45 0 0 0 0 1,78 0

Total 100 20,0031 2701,373 6,019875 3,70137 3,76602 1,100265

P3

% PK EM LK SK Ca P

Jagung 50,15 4,3129 1690,055 1,95585 1,003 0,01003 0,15045 D.halus 4,55 0,546 74,165 0,5915 0,546 0,00546 0,06825 B.kedelai 20,1 9,648 450,24 0,1809 1,206 0,06432 0,13467 B.kelapa 2,6 0,48308 57,512 0,3263 0,39988 0,0052 0,0156 T.ikan 8,5 4,675 218,025 0,765 0,085 0,6545 0,3315

M.klpa 2,45 0 210,7 2,45 0 0 0

TCT 6 0,336 0 0,0708 0,5082 1,152 0,0234

DCP 2,65 0 0 0 0 0,61745 0,477

kapur 3 0 0 0 0 1,2 0


(2)

DAFTAR FOTO

Cangkang Telur Ayam Ras

DOQ (Day Old Quail)


(3)

Telur Dalam Mesin Tetas

Embrio pada setelah hari ke 7


(4)

Telur yang sudah menetas

DOQ yang sudah dikeluarkan dari mesin tetas


(5)

PROSES PEMBUATAN TEPUNG CANGKANG TELUR

Cangkang Telur ayam ras

Dicuci dengan Rodalon

Dijemur

Diovenkan dengan suhu 65ºC

Digiling

Diayak


(6)

4

s

Thank`s bgt bwt tmn2 Q yg dah mw bntu aQ slm ne baik ms kuliah, PKL to pun pnlitian aQ ndak tw kpn bs blz DenDam bwt kalian mua,tuk saat ne aQ Cm bs ksih klian do`a sbg BLZ BUDI aQ 4 klian mua,dan ucpan makasih aQ bwt para tersangka dgn kasus2 kriminal mrk pd diri aQ,dan mereka adalah:

1. Bwt tmn sperjuangan PENIPU CATUR( Para Peneliti Puyuh Cangkang Telur): Herman yang suka buat kesal, BT, dan hibur aku + Jaso yg suka usil,jail dan suka motivasi aQ ”thanks sobat krn klian penelitian aQ jadi full color”.

2. Nah klo yang ne buat yang namanya meirina`04 tamen skandang,trus paling gokil,tomboy,suka nolongin dan yg plg parah lg dia cerewet bgt klo bangunin aQ pagi2 bwt mutar telur(Duh ampun deh suara na bisa buat sekandang kebangun smua termasuk puyuh2).

3. Yg ini ne bwt Warisman N mudi(yg suka tiap pagi di bwh kandang domba),O`i (suka nggossip ama para cew), Very(sering aQ pinjamin kendaraanna),lely(ahli pijat memijat bebek),natalia(anak yg ruajin

buanget), nelly(klo ngetik pke 11 jari and gamers), pandapotan(koki super cuek), simon(suka ngejutkan para puyuh kami), senta (ne anak

detik,menit,jam,hari,minggu dan bulan yg ribut soal aer ”woiiiii... aer”).

4. thanks buat para pendatang yang mau jenguk kmi di kandang yang sunyi itu.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Suplementasi Mineral Zinkum terhadap Produksi, Fertilitas dan Daya Tetas Telur Burung Puyuh (Cotumfc-cotumm japónica) Umur 6-14 Minggu

0 31 52

Pengaruh Suplementasi Asam Amino Metionin Dan Lisin Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Telur Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica)

0 69 48

Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Produksi Telur Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

10 102 55

Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari

1 28 61

Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica )

3 25 54

Pemanfaatan Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Performans Burung Puyuh (Cortunix-Cortunix Japonica) Umur 0– 42 Hari

1 47 49

Egg richal : pemanfaatan tepung jeroan teripang (holothuria scabra) sebagai pakan alternatif sumber kalsium pada puyuh (cortunix cortunix japonica)

0 6 14

FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR PERSILANGAN PUYUH HITAM (Coturnix coturnix japonica) DENGAN PUYUH KUNING (Arborophila javanica).

2 2 7

Berat Kering dan Konsentrasi Lemak Hati Puyuh (Cortunix cortunix japonica) yang Dipapar Glukosa.

0 0 2

PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI FITASE DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR PUYUH (Cortunix cortunix japonica) - UNS Institutional Repository

0 0 49