Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM RAS

PEDAGING DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH

MARTHA SIHOMBING

060304042

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM RAS

PEDAGING DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH

MARTHA SIHOMBING

060304042

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

HM. Mozart B. Darus, M.Sc Rulianda P.Wibowo, SP, M.Ec NIP. 131 689 798 NIP. 198010212005011004

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

MARTHA SIHOMBING:Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang,

dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B.Darus, Msc dan Bapak Rulianda P.Wibowo, SP, M.Ec.

Usaha ayam ras pedaging memiliki prospek yang cerah dikarenakan dua alasan. Yang pertama, permintaan akan konsumsi daging ayam broiler yang meningkat. Yang kedua, karena perputaran modal yang cepat. Kedua alasan ini menarik minat para investor dimana usaha ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi usaha ini masih dihadapkan pada tantangan yakni masalah biaya yang tinggi sehingga memerlukan modal investasi yang besar. Dengan modal yang besar tersebut maka perlu diketahui tingkat keuntungan yang didapatkan usaha in sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat biaya, menganalisis tingkat pendapatan, menganalisis tingkat kelayakan usaha, dan menganalisis masalah-masalah yang dihadapi usaha peternakan ayam ras pedaging di daerah penelitian. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah quota sampling dengan jumlah sampel adalah 11 sampel yang terdiri dari tiga strata berdasarkan jumlah ternaknya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan

analisis finansial dengan tiga kriteria yakni: Net Present Value (NPV), Net B/C,

dan Internal Rate of Return (IRR).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging memiliki tingkat biaya produksi yang tinggi, tingkat pendapatan yang tinggi, dan usaha ini secara finansial layak untuk diusahakan. Adapun masalah-masalah yang dihadapi usaha peternakan ayam ras pedaging adalah biaya pakan yang tinggi, harga jual yang berfluktuasi, sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak, keterlambatan datangnya bibit, dan masalah cuaca dan penyakit.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 03 Maret 1988

dari Bapak Jhon Pieter Sihombing dan Ibu Tiolina Sianipar. Penulis merupakan

anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Budi Mulia Pematang Siantar, dan

pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU. Penulis memilih

program studi Agribisnis, Departemen Agribisnis.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lingga

Raja, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi dari tanggal 30 Juni sampai 31

Juli 2010. Pada bulan Februari 2011 – Maret 2011 melaksanakan penelitian di


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul penelitian ini adalah ”Analisis Finansial Usaha

Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

Bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan

Bapak Rulianda P. Wibowo, SP, M.Ec selaku anggota komisi pembimbing yang

telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini

juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu DR. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku Sekretaris Departemen

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh Staff Pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas


(6)

Dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada Ayahanda tercinta Jhon Pieter Sihombing dan Ibunda tercinta

Tiolina Sianipar atas dukungan semangat, materi dan doa yang diberi pada

penulis. Juga ucapan terima kasih kepada kakak, abang, dan adik saya Maria, Ben,

dan Daniel yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat penulis:

Agustina, Desi, Ira, Icha, Mika, Nora serta semua rekan mahasiswa Departemen

Agribisnis khususnya angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu

disini, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2011


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan ... 4

1.4. Kegunaan ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging ... 6

2.2. Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging ... 10

2.3. Penelitian Terdahulu ... 14

2.4. Landasan Teori ... 15

2.5. Kerangka Pemikiran ... 19

2.6. Hipotesis Penelitian... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 24

3.3.Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4. Metode Analisis Data ... 24

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi ... 28

3.5.2. Batasan Operasional ... 29

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERSITIK SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Letak geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 30

4.1.2. Keadaan Penduduk ... 31

4.1.3 Sosial Ekonomi ... 31

4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 32

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Biaya Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging 5.1.1. Aktiva Tetap (Investasi Awal) ... 34


(8)

5.1.2. Biaya Variabel ... 39

5.1.3 Biaya Tetap ... 46

5.2. Penerimaan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging ... 47

5.3. Pendapatan Bersih Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging ... 49

5.4. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging... 51

5.5. Masalah-masalah Dalam Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging ... 54

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Jumlah Populasi dan Banyaknya Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 23

2. Jumlah Sampel per Strata dalam Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 29

3. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Morawa Berdasarkan Kelompok

Umur Tahun 2009 ... 30

4. Jumlah Penduduk Berdasakan Mata Pencaharian di Kecamatan

Tanjung Morawa Tahun 2009 ... 31

5. Karakteristik Peternak Sampel Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 34

6. Rata-rata Biaya Lahan dan Kandang Usaha Ternak Ayam Ras

Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 35

7. Rata-rata Jumlah Penggunaan Peralatan per Strata Sampel Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa ... 38

8. Jumlah Bibit dan Harga per Ekor Bibit per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 40

9. Kebutuhan Pakan per Ekor dan Harga pakan per Periode Usaha Ternak

Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011... 41

10. Jumlah Dosis Vaksin per Periode dan Harga Vaksin per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun 2011 ... 42

11. Jumlah dan Upah Tenaga Kerja Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 44

12. Biaya Listrik per Sampel Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 45

13. Kebutuhan Gas per sampel per Periode Usaha Ternak Ayam Ras

Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 46

14. Rata-rata Biaya Produksi per Strata Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di


(10)

15. Rata-rata Penerimaan Peternak per Sampel Usaha Ternak Ayam ras Pedaging per Strata per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 48

16. Rata-rata Pendapatan Peternak Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging per Strata per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan

Tanjung Morawa Tahun 2011 ... 49

17. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Peternak Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Strata I per Tahun ... 50 18. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Peternak Usaha Ternak

Ayam Ras Pedaging Strata II per Tahun ... 50

19. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Peternak Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Strata III per Tahun ... 51

20. Nilai NPV, Net B/C dan IRR Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Strata I ... 52

21. Nilai NPV, Net B/C dan IRR Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Strata II ... 53

22. Nilai NPV, Net B/C dan IRR Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Strata III ... 53

.


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1. Karakteristik Sampel peternak Ayam Ras Pedaging

2. Biaya Pembelian Aktiva Tetap Tahun Pertama Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging

3. Biaya Bibit DOC Per Periode Tahun Pertama(Rp)

4. Biaya Bibit DOC Tahun Pertama(5 Periode)

5. Biaya Pakan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging per Periode Tahun Pertama(Rp)

6. Biaya Pakan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Tahun Pertama (5 Periode)

7. Biaya Vaksin dan Obat-obatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging per Periode Tahun Pertama (Rp)

8. Biaya Vaksin dan Obat-obatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Tahun Pertama (Rp)

9. Biaya Tenaga Kerja Usaha Ayam Broiler Tahun Pertama (Rp)

10. Biaya Penyusutan Kandang dan Peralatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Tahun Pertama (Rp)

11. Biaya Penyusutan Kandang dan Peralatan Usaha Ternak Ayam Broiler per Periode Tahun Pertama(Rp)

12. Biaya PBB dan Listrik Usaha Ayam Ras Pedaging (Rp)

13. Biaya Tetap Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging per Periode Tahun Pertama(Rp)

14. Biaya Variabel Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging per Periode Tahun Pertama (Rp)

15. Penerimaan Peternak dari Penjualan Ayam dan Produk Lain dari Ayam Broiler Tahun Pertama(Rp)

16. Pendapatan Usaha Ayam Ras Pedaging Tahun Pertama (Rp)


(13)

18. Cashflow Pola Usaha Milik Ari Dengan Jumlah Ternak 5000 Ekor

19. Cashflow Pola Usaha Milik Yahya Dengan Jumlah Ternak 5000 Ekor

20. Cashflow Pola Usaha Milik Atiam Dengan Jumlah Ternak 5000 Ekor

21. Cashflow Pola Usaha Milik Aguan Dengan Jumlah Ternak 6000 Ekor

22. Cashflow Pola Usaha Milik Alok Dengan Jumlah Ternak 8000 Ekor

23. Cashflow Pola Usaha Milik Salomon Dengan Jumlah Ternak 10000 Ekor

24. Cashflow Pola Usaha Milik Abi Dengan Jumlah Ternak 15000 Ekor

25. Cashflow Pola Usaha Milik Dedy Dengan Jumlah Ternak 20000 Ekor

26. Cashflow Pola Usaha Milik Sukrisno Dengan Jumlah Ternak 23.000 Ekor

27. Cashflow Pola Usaha Milik Legiran Dengan Jumlah Ternak 35000 Ekor

28. Total pendapatan per Tahun per Strata Sampel

29. NPV,IRR, dan Net B/C Strata I

30. NPV,IRR, dan Net B/C Strata II


(14)

ABSTRAK

MARTHA SIHOMBING:Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang,

dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B.Darus, Msc dan Bapak Rulianda P.Wibowo, SP, M.Ec.

Usaha ayam ras pedaging memiliki prospek yang cerah dikarenakan dua alasan. Yang pertama, permintaan akan konsumsi daging ayam broiler yang meningkat. Yang kedua, karena perputaran modal yang cepat. Kedua alasan ini menarik minat para investor dimana usaha ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi usaha ini masih dihadapkan pada tantangan yakni masalah biaya yang tinggi sehingga memerlukan modal investasi yang besar. Dengan modal yang besar tersebut maka perlu diketahui tingkat keuntungan yang didapatkan usaha in sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat biaya, menganalisis tingkat pendapatan, menganalisis tingkat kelayakan usaha, dan menganalisis masalah-masalah yang dihadapi usaha peternakan ayam ras pedaging di daerah penelitian. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah quota sampling dengan jumlah sampel adalah 11 sampel yang terdiri dari tiga strata berdasarkan jumlah ternaknya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan

analisis finansial dengan tiga kriteria yakni: Net Present Value (NPV), Net B/C,

dan Internal Rate of Return (IRR).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging memiliki tingkat biaya produksi yang tinggi, tingkat pendapatan yang tinggi, dan usaha ini secara finansial layak untuk diusahakan. Adapun masalah-masalah yang dihadapi usaha peternakan ayam ras pedaging adalah biaya pakan yang tinggi, harga jual yang berfluktuasi, sulitnya sistem pemeliharaan dan minimnya keterampilan beternak, keterlambatan datangnya bibit, dan masalah cuaca dan penyakit.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perunggasan termasuk subsektor yang penting dalam peternakan. Hal ini

disebabkan karena kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia

sebagian besar berasal dari unggas. Jika dibandingkan dengan protein

nabati,kandungan asam amino dari protein hewani lebih tinggi sehingga lebih

bergizi. Secara tidak langsung perunggasan ini membantu pembangunan kualitas

bangsa karena dengan konsumsi protein yang baik dapat mempengaruhi tingkat

kesehatan dan kecerdasan seseorang.

Selain berperan dalam pembangunan kualitas bangsa, perunggasan juga

mampu menumbuhkan ekonomi pedesaan karena sebagian besar peternakan

berada di desa. Industri perunggasan dapat menciptakan lapangan kerja yang

besar sehingga pendapatan masyarakat pedesaan juga meningkat.

Industri perunggasan memberikan efek ganda yang sangat besar dalam

sektor pertanian. Karena hampir seluruh bahan baku pakan terdiri dari hasil

pertanian seperti jagung, dedak, bungkil kelapa sawit/kopra, tepung gaplek, dll.

Menteri Pertanian menyatakan bahwa peternakan adalah tulang-punggung

pembangunan. Bahkan akhir-akhir ini dikatakan bahwa peternakan (unggas) dapat

digunakan sebagai sarana untuk pengentasan kemiskinan (Desianto, 2010).

Sebelum krisis ekonomi tahun 1998 melanda Indonesia, total konsumsi

daging masyarakat Indonesia sebanyak 1,2 juta ton per tahun, 34,92 % di


(16)

sehingga Indonesia masih harus mengimpor sebanyak 30 ribu ton

(Anonimus, 2003).

Impor ini sempat terhenti karena selama krisis ekonomi, nilai kurs valuta

asing sangat tinggi dan karenanya harga barang impor menjadi sangat mahal.

Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi terpaksa sapi dan kerbau dipotong

melebihi kapasitas/ jumlah anakannya, sehingga populasinya menurun tajam.

Pada tahun 2003 jumlah ternak besar sapi dan kerbau tinggal 12,8 juta ekor, yang

terdiri atas 10,4 juta ekor sapi dan 2,4 juta ekor kerbau (Hartono,2007).

Penurunan populasi ternak sapi dan kerbau ini menunjukkan pentingnya

upaya-upaya pemulihan untuk meningkatkan kembali populasi ternak besar

tersebut dan seharusnya diupayakan tanpa meningkatkan impor daging dari luar

negeri karena kurs dolar tinggi. Hal ini menjadi tantangan dan sekaligus peluang

bagi peternak unggas untuk menyediakan ayam pedaging (broiler) sebagai daging

substitusi. Peluang ini merupakan suatu keharusan bila ingin peternakan sapi dan

kerbau di Indonesia diselamatkan dari kehancurannya.

Ayam merupakan jenis unggas yang paling populer dan paling banyak

dikenal orang. Hasil ayam berupa daging banyak dikonsumsi oleh masyarakat

sebagai substitusi daging kerbau ataupun sapi. Selain harga yang murah juga tidak

ada agama yang melarang untuk mengkonsumsi daging ini. Seiring dengan

pertambahan penduduk maka permintaan akan konsumsi daging ayam juga

semakin bertambah. Dengan permintaan yang semakin meningkat, maka perlu

peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan tersebut. Peluang pasar ayam

pedaging ini merupakan kesempatan yang potensial untuk membangun usaha


(17)

Peluang tersebut disertai juga dengan kelebihan yang dimiliki ayam broiler

ini dibanding dengan ayam kampung ataupun ayam petelur. Kelebihan itu yakni

perputaran modal usaha ini cepat. Ayam broiler sudah dapat dijual ke pasar

setelah berumur 5-6 minggu dengan bobot kira-kira 2 kg. Dengan waktu yang

cukup singkat, usaha ini sudah dapat menghasilkan penerimaan.

Peluang investasi agribisnis ayam broiler ini cukup menarik minat

masyarakat untuk membuka usaha ini. Hal ini ditunjukkan dengan semakin

banyak dibangunnya usaha ternak ayam broiler baik yang peternakan rakyat

maupun perusahaan peternakan. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik pada

tahun 2010, diketahui bahwa salah satu daerah di Sumatera Utara yang potensial

dalam memproduksi ayam ras pedaging adalah Kabupaten Deli Serdang. Populasi

ayam ras pedaging di daerah ini terus mengalami peningkatan dimana pada tahun

2007 ada sebanyak 69.700 ekor, tahun 2008 sebanyak 775.000 ekor, dan pada

tahun 2009 sebanyak 963.000 ekor.

Meningkatnya populasi ayam dari tahun ke tahun mencerminkan usaha

peternakan ayam ras pedaging ini telah berkembang dengan pesatnya. Kecamatan

Tanjung Morawa merupakan daerah di Kabupaten Deli Serdang yang memiliki

usaha ayam ras pedaging terbesar. Fenomena yang terjadi dalam usaha ternak

ayam broiler secara umum adalah bahwa disamping prospeknya yang cerah tetapi

usaha ini juga memerlukan biaya yang tinggi untuk tiap periode produksinya.

Biaya yang paling banyak adalah biaya pakan ternak. Karena itu diperlukan modal

investasi yang cukup besar.

Dengan mengetahui adanya modal investasi yang cukup besar itu, perlu


(18)

dapat diketahui layak atau tidaknya usaha ini. Analisis finansial akan memberikan

gambaran mengenai kelayakan usaha ini dengan adanya modal investasi yang

besar.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana besar biaya produksi usaha peternakan ayam ras pedaging di

daerah penelitian?

2. Bagaimana tingkat pendapatan usaha peternakan ayam ras pedaging di

daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha peternakan ayam ras pedaging di

daerah penelitian?

4. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi dalam usaha peternakan ayam

ras pedaging di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk menganalisis besar biaya produksi usaha peternakan ayam ras

pedaging di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan usaha peternakan ayam ras

pedaging di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usaha peternakan ayam ras

pedaging di daerah penelitian.

4. Untuk menganalisis masalah-masalah yang dihadapi dalam usaha


(19)

1.4. Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai :

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam

mengembangkan usaha peternakan ayam ras pedaging.

2. Bahan masukan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya dalam

pengambilan keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan usaha

peternakan ayam ras pedaging.

3. Bahan studi, referensi, dan perbandingan antara teori yang didapat


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging

Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah

kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging yang banyak dengan

kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam waktu 5-6 minggu ayam broiler

sudah memiliki bobot tubuh hingga 2 kg. Ayam ini merupakan jenis ras unggulan

hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging.

Dalam usaha ternak ayam broiler, peternak harus mengusahakan agar

ternaknya tetap hidup dengan memenuhi segala kebutuhan hidup ternaknya.

Makanan sebagai syarat utama harus diberikan agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Tanpa makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi untuk hidup dan produksi,

alat produksi ini tidak akan bekerja baik. Bahkan kematian dapat terjadi akibat

pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.

Lokasi untuk peternakan tidak berada di dalam kota atau di tepi kota.

Lokasi ini harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

1. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.

2. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.

3. Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh

keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.


(21)

Tipe kandang ayam ras pedaging ada dua, yaitu bentuk panggung dan

tanpa panggung (litter). Tipe panggung memiliki lantai kandang lebih bersih

karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga

pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter

lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah

(Anonimous, 2008).

Keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan

karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan itu akan terlihat. Menurut

Rasyaf (2004) hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler adalah sebagai

berikut.

1. Makanan

Makanan sebaiknya memperhatikan kualitas dan kuantitas dalam

pemberiannya. Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak

didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam amino yang

seimbang sesuai kebutuhan ayam.

2. Temperatur lingkungan

Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19°-21°c.

Temperatur lingkungan di Indonesia lebih panas, apalagi di daerah pantai

sehingga ayam akan mengurangi beban panas dengan banyak minum dan tidak

makan. Akibatnya, sejumlah unsur nutrisi dan keperluan nutrisi utama yang

berasal dari makanan menjadi tidak masuk ke dalam tubuh ayam. Jadi,

temperatur ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemampuan ayam


(22)

3. Pemeliharaan

Bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Ayam

memerlukan perawatan dan makanan yang baik. Perawatan ini termasuk vaksinasi

yang baik dan benar. Jika vaksinasinya tidak benar maka akan timbul penyakit

yang akan mengakibatkan kematian.

4. Pemilihan DOC (Day Old Chicken)

DOC adalah anak ayam umur sehari yang akan dibesarkan dan dipelihara

menjadi ayam ras pedaging. Dalam memilih bibit DOC yang baik ada beberapa

pedoman yang harus diperhatikan yakni:

a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.

b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya.

c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.

e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.

f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.

Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter

(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

1. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:

• Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%,

ME 2800-3500 Kcal.

• Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu:


(23)

a. minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor

b. minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor

c. minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan

d. minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.

Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada

umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

2. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:

• Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%

dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

• Kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:

a. minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor

b. minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor

c. minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan

d. minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor.

Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

Untuk pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan

dalam 2 (dua) fase yaitu:

1. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada

masing-masing minggu, yaitu:

a. minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 liter/hari/100 ekor

b. minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor


(24)

d. minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.

Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak

122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi

tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula

yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing

minggu yaitu

a. minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor

b. minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor

c. minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan

d. minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor.

Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor

(Anonimous, 2010).

Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke

tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi yang paling penting

dilakukan adalah vaksinasi ND/tetelo. Vaksinasi ini terbagi 2 yakni vaksin ND

strain B1 dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata dan vaksin ND

Lasotta yang dilaksanakan pada umur 21 hari melalui suntikan atau air minum

(Anonimous, 2008).

2.2. Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging

Mulai usia satu hari sejak ditetaskan dan mulai dipelihara maka itulah

yang disebut awal masa produksi atau hari pertama produksi. Kemudian


(25)

produksi. Apabila minggu produksi itu dijalankan dalam kurun waktu 5 atau 6

kali minggu produksi atau kurang lebih 35 hingga 42 hari maka itulah yang

dinamakan masa produksi. Pada masa ini ayam sudah siap dijual karena ayam

sudah mencapai bobot tubuh yang ideal untuk dipanen. Bila kegiatan ini

diulang-ulang maka tiap kali masa produksi dinamakan satu masa produksi. Antara satu

masa produksi dengan satu masa produksi berikut ada masa kosong selama dua

minggu, artinya selama dua minggu kandang yang bersangkutan dikosongkan.

Adapun tujuan dari pengosongan ini adalah untuk memutuskan siklus penyakit

produksi sebelumnya ke masa produksi berikutnya ( Rasyaf, 1995 ).

Kandang sebaiknya dipersiapkan sehari sebelum bibit ayam didatangkan.

Apabila kandang dibangun dengan sistem litter, terpal diletakkan pada seluruh

lantai kemudian gabah padi disebarkan di atasnya dan disiapkan pula terpal atau

sambungan karung-karung untuk menutup rapat dinding kandang. Ini bertujuan

agar kandang tetap hangat. Kemudian pakan disiapkan untuk ternak.

Kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan sehingga energi yang

diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan. Kepadatan kandang yang

ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2. Apabila

kepadatannya lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama

siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam

cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang

penyakit (Anonimous, 2008).

Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan tanpa harus

terpengaruh oleh jumlah ayam yang ada di kandang. Misalnya; gaji pegawai


(26)

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh jumlah produksi

ayam pedaging yang dipelihara. Semakin banyak ayam maka akan semakin besar

pula biaya variabel ini secara total. Misalnya biaya untuk makanan, biaya

pemeliharaan, biaya tenaga kerja harian, dan lain-lain (Rasyaf, 1995).

Peternakan unggas tidak memerlukan tenaga kerja yang terlalu banyak.

Hal ini disebabkan oleh sifat kerja di peternakan unggas ini hanya sibuk

sewaktu-waktu saja dengan frekuensi yang tetap dan monoton pula. Untuk satu pria

dewasa mampu menangani ayam pedaging secara manual sebanyak 1500-2000

ekor sekaligus bahkan untuk yang berpengalaman kerja di peternakan dapat

mencapai 2500-3000 ekor (Rasyaf, 1995).

Tenaga kerja di peternakan mempunyai dua klasifikasi. Yang pertama

tenaga kerja kasar yang statusnya harian. Mereka ini bertugas menangani

pekerjaan-pekerjaan fisik nonteknis, seperti : membawa karung ransum,

membawa peralatan, membersihkan rerumputan, persiapan kandang baru, dan

lain-lain. Kemudian yang kedua tenaga kerja tetap yang terdiri atas pekerja

kandang atau yang sering disebut dengan anak kandang dan staf produksi maupun

staf administrasi(Rasyaf, 1995).

Panen biasanya dilakukan 5-6 kali selama satu tahun. Setelah panen,

kandang dibiarkan selama tiga hari menunggu sampai kotoran ternak kering.

Setelah itu kandang tadi dibersihkan dan kotoran dikumpulkan dalam

karung-karung bekas pakan. Kotoran-kotoran tersebut dapat dijual kepada petani untuk


(27)

Penerimaan dalam suatu usaha peternakan terdiri dari :

1. Hasil produksi utama berupa penjualan ayam pedaging, baik itu hidup

maupun dalam bentuk karkas. Bila ada kelebihan setelah dikurangi semua

biaya maka itulah keuntungan yang dapat diperoleh, sebaliknya jika hasil

penjualan lebih kecil dari seluruh biaya maka akan terjadi kerugian.

2. Hasil menjual kotoran ayam atau alas litter yang laku dijual kepada petani

sayur-sayuran atau petani palawija lainnya. Hasil penjualan ini cukup

lumayan sebab alas litter bercampur dengan kotoran ayam ini memang

dapat digunakan untuk pupuk organis yang menyuburkan tanaman,

khususnya sayur-mayur dan buah-buahan (Rasyaf, 1995).

Akhir dari masa pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada

pemasaran. Tahap pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu

usaha. Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang

sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi.

Tanpa pemasaran yang baik, ayam dapat tertunda penjualannya dan terjadi

pemborosan dalam penggunaan pakan. Kejadian harga jatuh karena kelebihan

produksi adalah cermin ketidakberesan dalam pemasaran. Sebaliknya dengan

pemasaran yang baik, seorang peternak dapat mendapatkan hasil usahanya dengan

optimal (Suharno, 1997).

Para peternak biasanya tidak langsung menjual ayamnya ke pasar atau

memotong sendiri, melainkan menjualnya ke perusahaan inti ataupun kelompok

peternak. Perusahaan inti ataupun kelompok peternak ini berfungsi sebagai


(28)

umumnya berada di pasar tradisional atau dekat dengan pasar tradisional

(Suharno, 1997).

2.3. Penelitian Terdahulu

Menurut Yunus (2009) dalam suatu perencanaan produksi, persoalan biaya

merupakan aspek yang paling penting untuk dipertimbangkan untuk pengambilan

keputusan tentang biaya yang akan dikeluarkan. Dalam penelitian ini yang

termasuk biaya variabel terdiri dari: biaya bibit ayam (DOC), pakan, vaksin, obat

dan vitamin, tenaga kerja, listrik, dan bahan bakar, Sebagian besar biaya variabel

dihabiskan untuk pakan yaitu hingga 70% dari total biaya terutama untuk peternak

pola kemitraan. Sedangkan biaya tetap terdiri dari: pemeliharaan, serta

penyusutan kandang dan peralatan. Biaya tetap operasional ini memang kecil

tetapi harus dihitung karena berkaitan dengan produksi.

Menurut penelitian yang dilakukan Salam, dkk (2006) bahwa berdasarkan

kriteria investasi yang diperoleh maka dari segi finansial usaha peternakan ayam

ras broiler memberikan keuntungan dan layak usaha. Kelayakan usaha tersebut

dibuktikan kajian analisa finansial diperoleh nilai Net B/C lebih besar satu yaitu

1,05, nilai IRR lebih besar dari suku bunga bank tertinggi (17 %) yaitu 24,31 %.

Adapun total alokasi biaya selama 4 tahun sebesar Rp. 1.135.357.789 atau

rata-rata pertahun Rp.283.893.447. Pendapatan bersih setiap tahun bervariasi dengan

total pendapatan bersih selama 4 tahun berjumlah Rp.230.583.458 atau rata-rata


(29)

Hasil penelitian Gusasi, dkk (2006) menyatakan bahwa terdapat perbedaan

pendapatan usaha pada setiap tingkatan skala usaha dan sangat nyata sehingga

manfaat dan keuntungan dapat diperoleh pada skala usaha yang lebih besar. Jadi

semakin besar usaha ternak ini maka tingkat efisiensinya juga semakin besar.

Faktor lingkungan dan keamanan yang sering menyebabkan pengaruh pada

kebocoran dan kehilangan dapat menyebabkan berkurangnya penerimaan dan

membengkaknya pengeluaran serta menyebabkan tidak efisien dalam

pengelolaan. Dari studi kelayakan finansial selama sepuluh periode berdasarkan

kriteria BCR, NPV, dan IRR secara keseluruhan usaha ternak ayam pedaging di

kota Palu layak untuk diusahakan.

Menurut penelitian Rizqan dkk (2010) menyatakan bahwa rata-rata dalam

waktu tiga periode pemeliharaan, benefit yang diperoleh peternak ayam pedaging

di kota Palu sudah dapat mengembalikan modal investasi dari usaha ayam

pedaging tersebut dan usaha ini layak untuk diusahakan. Terdapat perbedaan nilai

BCR, NPV, dan IRR yang disebabkan karena perbedaan penggunaan biaya

produksi, biaya investasi, dan penerimaan yang diperoleh pada berbagai skala

usaha.

2.4. Landasan Toeri

Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi

biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu

yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang

membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai


(30)

manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat

jangka panjang, seperti : tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku

dan biaya tenaga kerja.

3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga, dan pinjaman.

Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang

memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi

dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang

dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang

dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian sampai dapat dioperasikan. Oleh

karena itu dalam melakukan investasi dikenal biaya investasi yang terdiri dari

biaya pra investasi seperti biaya pembuatan izin usaha; biaya pembelian aktiva

tetap seperti tanah,bangunan, peralatan; dan biaya operasional seperti upah

karyawan, bahan baku,biaya listrik dan lain-lain (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya

laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan

keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila

usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Kasmir dan Jakfar,2003).

Penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian biaya investasi suatu

proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut, demi


(31)

tahunan benar-benar mencerminkan adanya biaya modal itu. Akan tetapi,

sesungguhnya penyusutan itu tidak merupakan pengeluaran biaya riil, sebab yang

betul-betul merupakan pengeluaran biaya adalah investasi semula, atau jika

investasi proyek itu dibiayai dengan pinjaman terikat, maka yang dianggap

sebagai biaya adalah arus pelunasan kredit (angsuran) beserta bunganya pada

waktu kedua arus itu betul-betul dilaksanakan (Khotimah, dkk , 2002).

Tingkat kelayakan suatu usaha dapat dinilai dengan menggunakan

kriteria-kriteria investasi. Ada tiga kriteria-kriteria investasi yang biasa dipakai yakni :

a. Net Present Value dari Arus Benefit dan Biaya (NPV)

b. Internal Rate of Return (IRR)

c. Net Benefit-Cost ratio (Net B/C)

Setiap kriteria tadi dipakai untuk menentukan diterima tidaknya suatu usul

proyek, kadang-kadang dipakai untuk memberikan urutan (rangking) berbagai

usul investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing

(Kadariah dkk, 1999).

Nett Present Value merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Menurut Gittinger (1986), suatu usaha dinyatakan layak

jika NPV > 0. Jika NPV = 0, berarti usaha tersebut tidak untung maupun rugi. Jika

NPV < 0 , maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan.

Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu dihitung present value kas bersihnya

yang dihitung dari arus kas perusahaan selama umur investasi tersebut

Analisis NPV ini sangat penting dilakukan terutama untuk usaha yang

sifatnya jangka panjang sehingga mempertimbangkan nilai uang oleh waktu.


(32)

ditanam itu jumlahnya akan membesar pada saat uang itu diambil pada akhir

selang penanaman. Hal ini menunjukkan bahwa waktu dan suku bunga

berpengaruh terhadap jumlah yang diterima pada akhir selang waktu dari hasil

penanaman awal. Suku bunga diadakan untuk menyesuaikan nilai uang yang

ditanamkan pada awal selang waktu tertentu dengan nilai setelah penanaman.

Dengan demikian, sejumlah uang pada saat ini tidak sama nilainya dengan uang

pada jumlah yang sama jika dimiliki pada saat yang akan datang

(Khotimah, dkk , 2002).

Internal Rate of Return adalah discount rate yang menyamakan nilai

sekarang (present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi usaha. Dengan

kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol.

Jika biaya modal suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif,

sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diambil ( Kasmir dan Jakfar, 2003).

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata

keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan

dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga

maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.

Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku

bunga yang berlaku (discount rate) dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari

tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Net Benefit-Cost ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara present value

manfaat dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio

menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah


(33)

jika mempunyai Net B/C > 1. Apabila Net B/C = 1, maka usaha tersebut tidak

untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan

dilaksanakan atau tidak. Apabila Net B/C < 1 maka usaha tersebut merugikan

sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986).

2.5. Kerangka Pemikiran

Untuk mendirikan suatu usaha peternakan ayam ras pedaging tentulah

tidak lepas dari penyediaan input produksi seperti pakan, bibit, lahan, kandang,

peralatan, tenaga kerja, dll. Diharapkan dengan tersedianya semua input produksi

tersebut maka usaha tersebut dapat berjalan yang dibarengi dengan sistem

manajemen terorganisir pada setiap aspek pemeliharaan.

Untuk membiayai input-input tersebut dipelukan biaya. Biaya terbagi dua

yakni biaya tetap yang terdiri dari biaya pembuatan kandang, pembelian peralatan,

dan sewa lahan. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pembelian bibit DOC,

pakan, upah tenaga kerja, dan biaya pemeliharaan.

Yang menjadi hal utama dalam usaha peternakan ayam ras pedaging

adalah produksi. Untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan berkualitas

diperlukan suatu penanganan atau manajemen pemeliharaan yang baik dari semua

aspek pemeliharaan. Jika pemeliharaan kurang baik, dapat mengakibatkan

kematian ayam sebelum dipanen.

Setelah berproduksi, maka ayam-ayam ini akan dipasarkan dengan harga

yang berlaku di pasaran. Penjualan setiap ekor ayam ras pedaging akan

menghasilkan penerimaan bagi pengusaha ternak. Sedangkan total penerimaan


(34)

Suatu usaha perlu dilihat apakah layak atau tidak untuk diusahakan. Salah

satu aspek yang menjadi penilaian adalah aspek financial yang melihat dari arus

kas yang ada dalam suatu usaha. Ada kriteria kelayakan investasi yang harus

dipenuhi yakni Net B/C, NPV, dan IRR. Bila kriteria tersebut dipenuhi maka


(35)

,.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Pengaruh

Hubungan

Usaha Ternak Ayam Ras

Pedaging

Produksi

Penerimaan Biaya Produksi

Pendapatan Bersih

Layak Tidak

Layak Input

Produksi: -Bibit -Pakan -Vaksin -Peralatan

Harga

Analisis Finansial 1.Net B/C 2.NPV 3.IRR

Masalah yang dihadapi


(36)

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Usaha peternakan ayam ras di daerah penelitian secara finansial layak


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi daerah penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling

yaitu teknik penentuan suatu daerah atau sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu. Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Kecamatan Tanjung

Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan

kecamatan ini merupakan daerah yang memiliki usaha ternak ayam ras pedaging

terbesar di Kabupaten Deli Serdang. Berikut ini tabel jumlah populasi dan

banyaknya usaha ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 1. Jumlah Populasi dan Banyaknya Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

No Kecamatan Populasi (ekor) Banyaknya

Usaha

1 Gunung Meriah - -

2 S.T.M Hulu - -

3 Kutalimbaru 177.000 6

4 Sibolangit - -

5 Pancur Batu 45.000 3

6 Namo Rambe - -

7 Biru-biru 31.000 1

8 S.T.M Hilir 250.000 9

9 Bangun Purba - -

10 Galang 70.000 3

11 Tanjung Morawa 300.000 21

12 Patumbak - -

13 Deli Tua 20.000 2

14 Sunggal 10.000 1

15 Hamparan Perak 15.000 1

16 Labuhan Deli - -

17 Percut Sei Tuan 35.000 3

18 Batang Kuis - -

19 Pantai Labu - -

20 Beringin - -

21 Lubuk Pakam - -

22 Pagar Merbau 10.000 1


(38)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah peternak ayam broiler yang memiliki

jumlah ternak lebih dari 2000 ekor. Metode pengambilan sampel diambil secara

quota sampling dimana sampel ditarik 50% dari 21 populasi yang ada sehingga

jumlah sampel adalah 11 sampel. Jumlah tersebut menurut peneliti sudah dapat

mewakili populasi dikarenakan kesulitan dalam menemui semua populasi. Sampel

tersebut kemudian dibagi dalam tiga strata sesuai kuota yang diinginkan peneliti

dan strata disusun berdasarkan jumlah ternak usaha. Pembagian sampel per strata

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Jumlah Sampel per Strata dalam Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli serdang, Tahun 2011

Strata Jumlah Ternak Jumlah Sampel

I II III

4.000-6.000 7.000-15.000

>15.000

5 3 3

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden

di daerah penelitian melalui daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih

dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan

penelitian ini, seperti Biro Pusat Statistik dan literatur-literatur yang berhubungan

dengan penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Data primer yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasi kemudian


(39)

Untuk menjawab masalah 1, dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif dengan menghitung berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan oleh

peternak dalam hal ini meliputi biaya pembelian bibit, pakan, tenaga kerja,

peralatan, dan biaya lain-lain yang termasuk di dalam proses produksi.

Untuk menjawab masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis

pendapatan dengan menggunakan rumus :

dimana; TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam usaha ternak ayam

Py = Harga Y

Pendapatan usaha ternak adalah selisih antara penerimaan dan semua

biaya, jadi :

dimana; Pd = Pendapatan usaha ternak

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Untuk menguji hipotesis 3, digunakan analisis Net B/C, Net Present Value

(NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Dengan mengamati pendapatan dari

usaha ternak ayam pedaging selama beberapa tahun terakhir. TR = Y

.

Py

Pd= TR

-

TC


(40)

Net B/C =

( )

( )

= = + − + − n t t n t t i Bt Ct i Ct Bt 1 1 1 1

Dimana ; Bt = Benefit sosial kotor sehubungan dengan proyek tahun t

Ct = Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun

t termasuk segala jenis pengeluaran

t = Jangka waktu usaha ternak

i = Tingkat suku bunga yang berlaku

Analisis Kelayakan

1. Net B/C ≥ 1, maka usaha ternak dikatakan layak 2. Net B/C < 1, maka usaha ternak dikatakan tidak layak

Net Present Value merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya.

NPV =

( )

=n +

t t i Ct Bt 1 1 Dimana;

Bt = Penerimaan finansial sehubungan dengan proyek tahun t

Ct = Biaya finansial sehubungan dengan proyek pada tahun t

t = Jangka waktu usaha ternak

i = Tingkat suku bunga yang berlaku

Kriteria yang dipakai adalah:


(41)

2. Bila NPV = 0 maka usaha ternak tersebut dapat mengembalikan sebesar cost

of capital (discount rate)

3. Bila NPV < 0 maka usaha ternak dikatakan tidak layak

Internal Rate Of Return (IRR) adalah suatu tingkat pengembalian yang

dinyatakan dalam persen yang identik dengan biaya investasi. Dapat dihitung

dengan rumus:

IRR= i1 +

2 1

1

NPV NPV

NPV

− ( i2 – i1 ) Dimana;

i1 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1 (%)

i2 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2 (%)

NPV1 = Nilai NPV yang bernilai positif

NPV2 = Nilai NPV yang bernilai negatif

Kriteria yang dipakai adalah :

1. Bila IRR ≥ tingkat suku bunga pinjaman bank yang berlaku maka usaha ternak tersebut layak dilaksanakan

2. Bila IRR < tingkat suku bunga pinjaman bank yang berlaku maka usaha ternak

tersebut tidak layak dilaksanakan.

Untuk menjawab masalah 4, dijelaskan dengan menggunakan analsis

deskriptif yaitu dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi usaha

ternak ayam ras pedaging, diperoleh langsung dari pengusaha ternak ayam ras


(42)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini

maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Defenisi

1. Ayam broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur 5-6

minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai

pertumbuhan yang cepat dengan timbunan daging yang banyak.

2. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak ayam ras

pedaging dengan jumlah ternak lebih dari 2000 ekor dan merupakan

peternak mandiri ataupun peternak yang bermitra.

3. Usaha ternak ayam ras pedaging adalah usaha ternak ayam ras yang tujuan

utama pemeliharaannya adalah untuk menghasilkan daging dalam jumlah

besar yang akan dijual sehingga menghasilkan keuntungan.

4. Investasi adalah bentuk penanaman modal untuk pembangunan suatu

proyek atau usaha dengan harapan modal tersebut akan kembali dalam

jangka waktu tertentu.

5. Input produksi adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam suatu

produksi yang akan diolah untuk menghasilkan suatu produk.

6. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha peternakan

ayam ras pedaging per satuan produksi.

7. Biaya Investasi adalah modal pertama yang ditanam dan merupakan biaya

yang dikeluarkan untuk pembuatan bangunan dan pembelian peralatan dan


(43)

8. Biaya Operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi.

9. Depresiasi (penyusutan) adalah penurunan nilai faktor-faktor produksi

tetap akibat penggunaannya dalam proses produksi selama usia

ekonomisnya. Besarnya dihitung dengan metode garis lurus.

10. Penerimaan adalah hasil kali antara produksi yang diperoleh dengan harga

jual produksi.

11. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi.

12. Discount Rate adalah suatu bilangan untuk mengetahui nilai uang pada

masa sekarang.

13. Analisis finansial adalah penilaian apakah suatu usaha layak atau tidak

diusahakan dengan pertimbangan arus kas masuk dan arus kas keluar.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli

Serdang.

2. Waktu penelitian adalah 2011.


(44)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERSITIK

SAMPEL USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Letak geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan ini terletak dibagian timur Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian 30 meter dari permukaan laut. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu maksimum 33° C dengan curah hujan 3-4 mm.

Secara kewilayahan Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari 25 Desa dengan

181 Dusun dan 1 Kelurahan dengan 5 Lingkungan. Pusat pemerintahan terletak di

Kelurahan Tanjung Morawa Pekan.

Adapun batas-batas wilayah kecamatan ini adalah sebagai berikut :

o Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan

Kecamatan Beringin.

o Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir.

o Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, Kecamatan

Percut Sei Tuan dan Kota Medan.

o Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan


(45)

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Morawa menurut Kelompok Umur

disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Morawa Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

Golongan Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0-15 63.873 34,27

16-59 117.702 63,16

60> 4.754 2,56

JUMLAH 186.329 100

Sumber: Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka BPS, 2010

Dari tabel 2 maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kecamatan

Tanjung Morawa ini adalah 186.329 jiwa dimana umur 0-15 tahun berjumlah

63.873 jiwa atau 34,27%; penduduk yang berada pada masa produktif atau yang

berumur 16-59 berjumlah 117.702 jiwa atau 63,16%; sedangkan yang berusia

diatas 60 tahun berjumlah 4.754 jiwa atau 2,56%.

Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Morawa berdasarkan mata

pencahariannya disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasakan Mata Pencaharian di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2009

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Pertanian 10.040 20,01

2. Perindustrian 29.361 58,52

3. Perkebunan 339 0,67

4. Perdagangan 2.373 4,73

5. Transportasi 1.449 2,89

6. Jasa 2.675 5,33

7. Pemerintahan 3.507 6,99

8. Lain-lain 425 0,84

Total 50.169 100


(46)

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan

Tanjung Morawa berkerja dari sektor perindustrian yaitu dengan jumlah 29.361

jiwa atau 58,52%; pertanian sebanyak 10.040 jiwa atau 20,01%; perkebunan

sebanyak 339 jiwa atau 0,67%; perdagangan sebanyak 2.373 jiwa atau 4,73%;

transportasi sebanyak 1.449 jiwa atau 2,89%; jasa sebanyak 2.675 jiwa atau

5,33%; pemerintahan sebanyak 3.507 jiwa atau 6,99% dan sektor lain-lain

sebanyak 425 jiwa atau 0,84%.

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik peternak yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi

jumlah ternak, umur peternak, pengalaman beternak, dan pendidikan beternak.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Karakteristik Peternak Sampel Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

Sampel Jumlah Ternak

(ekor)

Umur Peternak (tahun)

Pengalaman Beternak (tahun)

1. 4.000 34 2

2. 5.000 28 8

3. 5.000 35 5

4. 5.000 56 5

5. 6.000 50 2

6. 8.000 38 2

7. 10.000 40 2

8. 15.000 33 2

9. 20.000 42 5

10. 23.000 36 2

11. 35.000 47 3

Total 136.000 439 38

Rata-rata 12.363 39,91 3,45

Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 1

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah ternak yang

diusahakan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah 12.363 ekor. Hal


(47)

resiko yang cukup besar pula. Rata-rata umur peternak adalah 39,91 tahun. Ini

berarti rata-rata peternak ini masih berada pada usia produktif. Sehingga masih

memiliki tingkat kerja yang baik untuk mengembangkan usahanya.

Rata-rata lama berusaha untuk pengusaha adalah 3,45 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata usaha ternak ayam ras pedaging sudah berjalan

cukup lama dan bisa berkembang serta bertahan dalam berbagai kondisi yang


(48)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Biaya Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging

Biaya yang digunakan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging, terdiri

dari biaya pembelian aktiva tetap atau sering disebut biaya investasi dan biaya

produksi yang terbagi dua yakni biaya tetap dan biaya variabel.

4.1.1. Aktiva Tetap (Investasi Awal)

Biaya pembelian aktiva tetap merupakan biaya awal yang digunakan untuk

membeli barang-barang modal atau barang yang penggunaannya lebih dari satu

tahun. Biaya ini meliputi pembelian lahan, pembangunan kandang dan pembelian

peralatan. Biaya ini hanya dikeluarkan pada tahun pertama selama umur ekonomis

usaha.

a. Lahan

Lahan yang digunakan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah

milik sendiri ataupun sewa yang dibayar per tahun. Lahan yang merupakan milik

sendiri dimasukkan ke dalam biaya pembelian aktiva tetap, sedangkan lahan yang

disewa dimasukkan ke dalam biaya tetap. Lahan tersebut terdiri dari luas yang

bervariasi dengan harga yang bervariasi pula. Lahan tersebut digunakan untuk

perkandangan, gudang pakan, dan tempat tinggal anak kandang.

b. Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang panggung yang beralaskan litter

(sekam padi). Kandang dibangun dengan bentuk panggung untuk memudahkan

dalam pengambilan kotoran ayam. Kandang harus memiliki sirkulasi udara yang


(49)

Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Usaha ternak ayam

ras pedaging ini memiliki kandang dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan

jumlah ternak yang dipelihara. Biasanya jumlah DOC per luasan kandang yang

ideal adalah adalah 10 ekor DOC/m2. Kandang memiliki umur ekonomis 5 tahun.

Berikut disajikan biaya pembelian lahan dan pembuatan kandang dalam usaha

ternak ayam ras pedaging.

Tabel 6. Rata-rata Biaya Lahan dan Kandang Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

Sampel Lahan Kandang

1 80.000.000 10.000.000

2 160.000000 30.000.000

3 250.00.000 45.000.000

4 - -

5 - -

6 - -

7 - -

8 - -

9 - -

10 - -

11 - -

Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 2b

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa untuk biaya pembelian lahan untuk

sampel 1 adalah Rp.80.000.000; untuk sampel 2 adalah Rp.160.000.000; dan

untuk sampel 3 adalah Rp.250.000.000 sedangkan biaya pembangunan kandang

untuk sampel 1 adalah Rp.10.000.000; untuk sampel 2 adalah Rp.30.000.000; dan

untuk sampel 3 adalah Rp.45.000.000. Beberapa sampel tidak mengeluarkan

biaya pembelian lahan dan pembangunan kandang karena mereka hanya menyewa


(50)

c. Peralatan

Peralatan kandang yang digunakan adalah pompa air, gasolek, galon

otomatis, tempat pakan otomatis, tempat pakan kecil, compressor, terpal, tong,

bola lampu.

a) Pompa Air

Pompa air dalam usaha ternak ayam ras pedaging digunakan untuk sumber

air yang akan digunakan untuk minum ternak ayam. Umur ekonomis dari pompa

air adalah 5 tahun.

b) Gasolek

Gasolek merupakan alat pemanas di dalam kandang yang biasa digunakan

untuk membantu menghangatkan lingkungan ayam apabila suhu kurang ideal.

Suhu dari gasolek ini dapat dinaikkan atau diturunkan. Gasolek ini biasa

dihubungkan dengan tabung gas sebagai sumber energinya. Arang dapat juga

digunakan sebagai pengganti gasolek. Namun dari segi kemudahan bekerja dan

kebersihan lingkungan, gasolek merupakan alat pemanas yang terbaik. Umur

ekonomis dari gasolek adalah 5 tahun.

c) Galon Otomatis

Galon otomatis adalah tempat minum yang dialirkan secara otomatis untuk

ternak. Dengan alat ini maka cadangan air minum untuk ternak akan tetap ada.

Umur ekonomis dari galon otomatis adalah 5 tahun.

d) Tempat Pakan Manual

Tempat pakan manual adalah baki pakan atau nampan dari bahan plastik.

Baki pakan atau nampan plastik digunakan untuk ayam umur 1-11 hari. Umur


(51)

e) Tempat Pakan Otomatis

Tempat pakan otomatis berbentuk tabung dan muatan makanan di

dalamnya lebih banyak daripada tempat pakan manual. Alat ini digunakan setelah

ayam berumur di atas 11 hari karena tempat pakan telah diganti dari tempat pakan

manual. Umur ekonomis dari tempat pakan otomatis adalah 5 tahun.

f) Compressor

Compressor merupakan alat yang digunakan untuk mencuci kandang

ketika kandang dalam keadaan kosong karena ayam telah dipanen. Kandang perlu

dubersihkan untuk membersihkan kotoran dan kuman-kuman. Umur ekonomis

dari compressor adalah 5 tahun.

g) Terpal

Terpal digunakan sebagai layar penutup dinding kandang. Dengan begitu

kelembapan dan suhu dalam kandang dapat terjaga. Terpal biasanya dibeli

peternak per gulungan dimana satu gulungan biasanya berukuran 100 m. Umur

ekonomis terpal adalah 5 tahun.

h) Tong

Tong digunakan sebagai penampung air untuk mencuci tempat pakan dan

tempat minum ataupun cadangan air untuk keperluan lainnya. Umur ekonomis

alat ini adalah 5 tahun.

i) Bola Lampu

Bola lampu digunakan sebagai alat penerangan dalam kandang. Alat ini

juga membantu pemanasan ayam di saat malam hari karena suhu malam hari lebih


(52)

Berikut disajikan jumlah penggunaan peralatan dalam usaha ternak ayam

ras pedaging :

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Penggunaan Peralatan per Strata Sampel Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

Nama Peralatan Strata I Strata II Strata III

Pompa Air 1 1 1,33

Gasolek 5 9,33 20

Galon Otomatis 63 129,67 230,67

Tempat Pakan Otomatis 177 426,67 940

Tempat Pakan Kecil 119,8 311,67 646,67

Compressor 1 1 1

Terpal 3,4 6,67 15,67

Tong 2,4 5 11

Bola Lampu 19,6 42,33 93,33

Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 2a

Dari tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata pompa air yang

digunakan untuk strata I adalah 1 unit; untuk strata II adalah 1 unit; dan untuk

strata III adalah antara 1-2 unit. Jumlah rata-rata gasolek yang digunakan untuk

strata I adalah 5 unit; untuk strata II adalah antara 9-10 unit; dan untuk strata III

adalah 20 unit. Jumlah rata-rata galon otomatis yang digunakan untuk strata I

adalah 63 unit;untuk strata II adalah antara 129-130; untuk strata III adalah antara

230-231 unii. Jumlah rata-rata tempat pakan otomatis yang digunakan strata I

adalah senilai 177 unit;untuk strata II adalah antara 426-427 unit;untuk strata III

adalah 940 unit. Jumlah rata-rata tempat pakan kecil yang digunakan strata I

adalah antara 119-120 unit; untuk strata II adalah antara 311-312; untuk strata II

adalah antara 646-647 unit; untuk strata III adalah antara 359-360 unit. Jumlah

rata-rata Compressor yang digunakan untuk strata I,II, dan III adalah 1 unit.

Jumlah rata-rata terpal yang digunakan untuk strata I adalah antara 3-4 gulungan;

untuk strata II adalah antara 6-7 gulungan; dan untuk strata III adalah antara 15-16


(53)

unit; untuk strata II adalah 5 unit; dan untuk strata III adalah 11 unit. Jumlah

rata-rata bola lampu yang digunakan untuk strata-rata I adalah antara 19-20 unit; untuk

strata II adalah antara 42-43 unit; dan untuk strata III adalah antara 93-94 unit.

5.1.2. Biaya Variabel a. Bibit

Bibit ayam merupakan input produksi yang paling utama dalam usaha

ternak ayam ras pedaging. Setiap peternak memiliki keragaman dalam penyediaan

bibit ayam baik dari jenis bibit maupun jumlahnya.

Peternak atau pengusaha ayam ras pedaging ini memperoleh bibit dari

perusahaan-perusahaan mitra seperti PT.Charoen Pokphand, PT Compeed, dan

PT.Leong Mabar, meskipun ada juga sebagian kecil peternak yang membeli

langsung dari toko penjual bibit ayam. Bagi peternak yang bermitra dengan

perusahaan yang yang dimaksud diatas, bibit langsung diantar oleh perusahaan ke

peternak dimana biaya bibit tidak langsung dibayar oleh pihak peternak. Biaya

bibit dibayar oleh peternak setelah panen. Berikut ini adalah tabel jumlah bibit


(54)

Tabel 8. Jumlah Bibit dan Harga per Ekor Bibit per Periode Usaha Ternak ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

SAMPEL JUMLAH BIBIT (ekor) HARGA PER EKOR(Rp)

1 4,000 5,200

2 5,000 4,200

3 5,000 5,100

4 5,000 4,600

5 6,000 4,200

Rataan 5.000 4.660

6 8,000 5,100

7 10,000 3,500

8 15,000 4,900

Rataan 11.000 4.500

9 20,000 3,000

10 23,000 5,200

11 35,000 4,600

Rataan 26.000 4.267

Rataan 14.000 4.476

Sumber : Data Pimer Diolah Dari Lampiran 3

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa harga per ekor bibit ada berbeda-beda.

Hal ini disebabkan karena jenis, varietas dan umur bibit ayam yang dibeli

peternak berbeda, yang berpengaruh terhadap mutu hasil ternak sesudah besar.

b. Pakan

Input produksi yang tak kalah pentingnya dalam usaha ternak ayam ras

pedaging adalah pakan ternak. Adapun pakan ternak yang dibutuhkan ternak ini

adalah pelet. Pelet ini terbagi tiga menurut ukurannya dan pemberiannya

disesuaikan dengan umur ayam. Jenisnya adalah pelet halus, pelet sedang, dan

pelet kasar. Adapun prosedur pemberian pakan pada usaha ternak ras pedaging

adalah sebagai berikut : untuk ayam berumur 1-7 hari diberi pelet halus, untuk

ayam berumur 8-14 hari diberi pelet sedang, dan untuk ayam berumur 15-40 hari

atau sampai panen diberi pelet kasar. Berikut ini adalah tabel kebutuhan pakan per


(55)

Tabel 9. Kebutuhan Pakan per Ekor dan Harga pakan per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

No

Jumlah Ternak (ekor)

Kebutuhan pelet/ekor/periode

(Kg) Harga Pelet/kg (Rp)

Halus Sedang Kasar Halus Sedang Kasar

1 4.000 1,0 - 2,0 5.450 5.350

2 5.000 0,1 1,3 1,3 5.500 5.260 4.900

3 5.000 0,1 0,5 2,1 5.050 4.850 4.750

4 5.000 0,1 0,3 1,8 5.400 5.215 4.900

5 6.000 0,2 0,3 1,8 5.400 5.100 4.960

Rataan 5.000 0,35 1,50 1,80 5.360 5.106,25 4.972

6 8.000 0,1 0,6 1,5 5.250 4.925 4.725

7 10.000 0,1 0,4 2,1 5.100 4.900 4.700

8 15.000 0,1 0,3 1,5 5.050 4.850 4.750

Rataan 11.000 0,10 0,43 1,7 5.133,33 4.891,67 4.725

9 20.000 0,1 1,0 1,2 5.200 4.900 4.750

10 23.000 0,2 0,5 1,8 5.200 4.900 4.650

11 35.000 0,1 0,4 1,1 5.100 4.900 4.700

Rataan 26.000 0,13 0,63 1,37 5.167 4.900 4.700

Rataan 14.000 0.19 0.79 1.62 5.220 4.965,97 4.799 Sumber : Data Pimer Diolah Dari Lampiran 5

Dari tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata kebutuhan pakan untuk

per ekor ayam per periode adalah 0,19 kg untuk pelet halus; 0,79 kg untuk pelet

sedang dan 1,62 kg untuk pelet kasar. Kebutuhan pakan untuk ayam yang sudah

besar lebih banyak sehingga rata-rata kebutuhan pakan kasar lebih tinggi dari

pakan lain.

Harga pakan untuk masing-masing jenisnya berbeda. Pelet halus lebih

mahal daripada pelet sedang dan pelet kasar. Hal ini dapat dilihat dari tabel di

atas dimana rata-rata harga pelet halus adalah Rp.5.220 ; pelet sedang senilai

Rp.4.965,97 dan untuk pelet kasar memiliki rata-rata harga Rp. 4.799,00.

c. Vaksin dan Obat-obatan

Ayam ras pedaging mudah terkena berbagai penyakit ayam, sehingga

dibutuhkan vaksin dan obat-obatan untuk mencegah dan mengobatinya. Para


(56)

vaksin ternak ataupun dari perusahaan mitra. Jenis vaksin yang diberi untuk

ternak biasanya ada dua jenis yakni vaksin ND dan vaksin Gumboro. Sedangkan

jenis obat sangat bervariasi antara lain: Linco Spectin, Biogrin, Coxy, Doxy

sol,dan lain-lain. Berikut ini adalah tabel Jumlah dosis vaksin dan harga

masing-masing vaksin:

Tabel 10. Jumlah Dosis Vaksin per Periode dan Harga Vaksin per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

No

Jumlah Ternak (ekor)

Jumlah Pemberian Vaksin Harga Vaksin per Unit (Rp) Vaksin ND

(botol)

Vaksin Gumboro

(botol)

Vaksin ND Vaksin Gumboro

1 4.000 4 4 40.000 80.000

2 5.000 10 10 30.000 60.000

3 5.000 10 10 35.000 70.000

4 5.000 10 10 40.000 80.000

5 6.000 12 12 30.000 60.000

Rataan 5.000 9.20 9.20 35.000 70.000

6 8.000 16 16 30.000 60.000

7 10.000 20 20 30.000 60.000

8 15.000 30 30 30.000 60.000

Rataan 11.000 22.00 22.00 30.000 60.000

9 20.000 40 40 40.000 80.000

10 23.000 46 46 35.000 70.000

11 35.000 70 70 30.000 60.000

Rataan 26.000 52.00 52.00 35.000 70.000

Rataan 14.000 27,73 27,73 33.333,33 66.666,67

Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 7

Dari tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa jenis vaksin yang diberikan untuk

ayam ras pedaging ini adalah vaksin ND dan vaksin Gumboro dengan aplikasi

tetes mata dan dicampur dengan minuman ternak. Rata-rata dosis pemakaian

vaksin ND dan vaksin Gumboro adalah 1-2 botol per 1.000 ekor ayam. Harga

rata-rata dari vaksin ND adalah Rp.33.333 sedangkan harga rata-rata vaksin

Gumboro adalah Rp.66.666. Jumlah pemberiannya vaksin dan obat-obatan


(57)

peternak yang menbatasi jumlah dan jenis obat-obatan untuk mengurangi biaya

produksi yang tinggi.

d. Tenaga kerja

Dalam usaha ternak ayam ras pedaging tidak diperlukan tenaga kerja yang

banyak. Ada dua jenis tenaga kerja yang biasa dipakai dalam usaha ini yaitu

tenaga kerja kandang dan tenaga kerja luar kandang. Tenaga kerja kandang adalah

pekerja yang bertugas menjalankan operasional kandang. Untuk tenaga kerja

kandang atau yang biasa disebut anak kandang biasanya dibayar setelah panen.

Gaji tersebut belum termasuk uang makan dan insentif. Uang makan tidak

diberikan dalam bentuk uang karena makanan sudah disediakan. Tenaga kerja

bagian kandang harus mengontrol dan mengawasi keadaan ayam setiap saat

terutama saat ayam berumur dua minggu karena masa tersebut adalah masa yang

paling rawan. Tenaga kerja luar kandang adalah pekerja yang bekerja di luar

operasional kandang yaitu bagian keamanan. Tenaga kerja ini biasa disebut tenaga

pengawas. Pekerjaan pengawas tidak banyak dibanding dengan anak kandang.

Sebagian peternak tidak menggunakan tenaga pengawas dimana peternak yang

langsung mengawasi kandangnya. Berikut jumlah penggunaan dan upah tenaga


(58)

Tabel 11. Jumlah dan Upah Tenaga Kerja Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

No Jumlah

Ternak

Tenaga Pengawas Tenaga Anak Kandang

Jumlah Upah per

Orang Bonus Jumlah

Upah per

Orang Bonus

1 4.000 - - - 1 2.300.000 1.000.000

2 5.000 - - - 1 2.275.000 500.000

3 5.000 1 1.200.000 - 2 1.000.000 -

4 5.000 - - - 1 2.200.000 500.000

5 6.000 - - - 2 1.200.000 300.000

Rataan 5.000 1 1.200.000 - 1,40 1.795.000 575.000

6 8.000 1 1.300.000 100.000 2 1.200.000 400.000

7 10.000 1 1.200.000 100.000 3 1.000.000 300.000

8 15.000 1 1.500.000 100.000 4 1.200.000 300.000

Rataan 11.000 1 1.333.333,33 100.000 3 1.133.333,33 333.333,33

9 20.000 1 1.400.000 100.000 4 1.000.000 250.000

10 23.000 1 1.300.000 100.000 3 1.200.000 300.000

11 35.000 1 1.500.000 100.000 6 1.500.000 300.000

Rataan 26.000 1 1.400.000 100.000 4,33 1.233.333,33 283.333,33

Rataan 14.000 1 1.311.111,11 100.000,00 2,91 1.387.222,22 397.222,22

Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 9

Dari tabel 11 didapat bahwa rata-rata kebutuhan tenaga kerja pengawas

untuk strata I,II,dan III adalah 1 orang dengan rata-rata upah per orang sebesar

Rp. 1.200.000 untuk strata I; untuk strata II adalah Rp.1.333.333; dan untuk strata

III adalah Rp.1.400.000 dan rata-rata bonus yang didapat per orang senilai Rp.

100.000. Sedangkan untuk tenaga anak kandang didapat rata-rata kebutuhan

tenaga kerjanya untuk strata I adalah 1-2 orang; untuk strata II adalah 3 orang;

dan untuk strata III adalah 4-5 orang. Rata-rata upah anak kandang per orang

untuk strata I sebesar Rp.1.795.000 dan bonus sebesar Rp.575.000; untuk strata II

upah sebesar Rp.1.333.333 dan bonus sebesar Rp.333.333; dan untuk strata III

upah sebesar Rp.1.233.333 dan bonus sebesar Rp. 283.333.

e. Atal


(59)

dasar litter adalah karena sekam padi tidak menimbulkan debu, mudah menghisap

air serta harganya murah. Ketebalan sekam padi yang digunakan ± 5 cm. Atal

biasanya dibeli per kg ataupun per truk dengan harga yang berbeda-beda antar

peternak. Setiap akhir periode atal ini dibuang karena kandang akan dibersihkan

sebelum memulai periode pemeliharaan berikutnya.

f. Listrik

Listrik digunakan untuk sumber penerangan kandang ketika malam hari.

Selain itu juga listrik merupakan sumber tenaga untuk mesin pompa air. Biaya

listrik dibayar per bulan oleh peternak. Untuk mengetahui besarnya biaya listrik

per sampel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Biaya Listrik per Sampel Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

SAMPEL JUMLAH TERNAK (ekor) BIAYA LISTRIK

1 4,000 400.000

2 5,000 500.000

3 5,000 500.000

4 5,000 500.000

5 6,000 500.000

Rataan 5.000 480.000

6 8,000 600.000

7 10,000 700.000

8 15,000 800.000

Rataan 11.000 700.000

9 20,000 1.000.000

10 23,000 1.200.000

11 35,000 1.800.000

Rataan 26.000 1.333.333,33

Rataan 14.000 837.777.78

Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 12

g. Gas

Gas merupakan bahan bakar yang digunakan dalam gasolek untuk


(60)

menggunakan arang sebagai pengganti gasolek. Untuk mengetahui kebutuhan gas

setiap usaha dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13.Kebutuhan Gas per sampel per Periode Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

SAMPEL JUMLAH TERNAK (ekor) KEBUTUHAN GAS (TABUNG)

1 4,000 1

2 5,000 1

3 5,000 1

4 5,000 1

5 6,000 2

Rataan 5.000 1,2

6 8,000 2

7 10,000 2

8 15,000 2

Rataan 11.000 2

9 20,000 2

10 23,000 3

11 35,000 5

Rataan 26.000 3,3

Rataan 14.000 2,16

Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 17-27

5.1.3. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan

jumlah ayam pedaging yang dipelihara. Nilainya biaya tetap ini tetap sampai batas

tertentu. Biaya ini harus tetap dibayar ada atau tidaknya ayam di kandang.

Yang termasuk komponen biaya tetap usaha ternak ayam ras pedaging

adalah biaya penyusutan, Pajak Bumi dan Bangunan, dan sewa tanah. Biaya

penyusutan meliputi biaya penyustan kandang, pompa air, gasolek, galon

otomatis, tempat pakan otomatis, tempat pakan kecil, compressor, terpal, tong dan

bola lampu.

Biaya-biaya yang dibutuhkan pada usaha ayam ras pedaging dapat dilihat


(1)

Lampiran 28

Total pendapatan per Tahun per Strata Sampel

Strata I

No Sampel Tahun Penerimaan Biaya Pendapatan

1

1 0 112.035.000 -112.035.000

2 539.700.000 16.215.000 523.485.000

3 604.464.000 17.556.300 586.907.700

4 676.999.680 17.729.700 659.269.980

5 758.239.642 19.228.662 739.010.980

2

1 0 222.208.000 -222.208.000

2 719.700.000 489.499.250 230.200.750

3 806.064.000 539.775.000 266.289.000

4 902.791.680 594.487.915 308.303.765

5 1.011.126.682 656.454.937 354.671.745

3

1 0 332.877.000 -332.877.000

2 543.750.000 496.873.500 46.876.500

3 609.000.000 546.319.640 62.680.360

4 682.080.000 599.553.182 82.526.818

5 763.929.600 660.371.557 103.558.043

4

1 0 36.884.000 -36.884.000

2 638.300.000 450.516.500 187.783.500

3 714.896.000 494.494.900 220.401.100

4 800.683.520 542.341.495 258.342.025

5 896.765.542 596.149.771 300.615.771

5

1 0 43.166.800 -43.166.800

2 763.800.000 528.517.800 235.282.200

3 855.456.000 581.956.100 273.499.900

4 958.110.720 639.846.251 318.264.469

5 1.073.084.006 705.461.145 367.622.861

Rata-rata

1 0 149.434.160 -149.434.160

2 641.050.000 396.324.410 244.725.590 3 717.976.000 436.020.388 281.955.612 4 804.133.120 478.791.709 325.341.411 5 900.629.094 527.533.214 373.095.880 Rata-rata 612.757.643 397.620.776 215.136.867


(2)

Strata II No

Sampel Tahun Penerimaan Biaya Pendapatan

6

1 0 44.583.000 -44.583.000

2 1.026.100.000 694.553.000 331.547.000

3 1.149.232.000 763.415.600 385.816.400

4 1.287.139.840 837.486.662 449.653.178

5 1.441.596.621 921.777.999 519.818.622

7

1 0 52.380.000 -52.380.000

2 1.299.000.000 864.720.000 434.280.000

3 1.454.880.000 955.264.400 499.615.600

4 1.629.465.600 1.053.608.464 575.857.136

5 1.825.001.472 1.165.264.740 659.736.732

8

1 0 117.162.000 -117.162.000

2 1.641.500.000 1.157.627.000 483.873.000

3 1.838.480.000 1.271.030.500 567.449.500

4 2.059.097.600 1.392.754.450 666.343.150

5 2.306.189.312 1.531.334.733 774.854.580

Rata-rata

1 0 71.375.000 -71.375.000

2 1.322.200.000 905.633.333 416.566.667 3 1.480.864.000 996.570.167 484.293.833 4 1.658.567.680 1.094.616.525 563.951.155 5 1.857.595.802 1.206.125.824 651.469.978 Rata-rata 1.263.845.496 854.864.170 408.981.326


(3)

(4)

Strata III No

Sampel Tahun Penerimaan Biaya Pendapatan

9

1 0 133.018.000 -133.018.000

2 2.739.000.000 1.578.763.000 1.160.237.000

3 3.067.680.000 1.743.702.200 1.323.977.800

4 3.435.801.600 1.924.278.254 1.511.523.346

5 3.848.097.792 2.127.830.864 1.720.266.928

10

1 0 149.375.000 -149.375.000

2 3.490.000.000 2.153.625.000 1.336.375.000

3 3.908.800.000 2.369.439.000 1.539.361.000

4 4.377.856.000 2.603.444.895 1.774.411.105

5 4.903.198.720 2.868.074.370 2.035.124.350

11

1 0 280.207.000 -280.207.000

2 4.505.875.000 2.534.382.000 1.971.493.000

3 5.046.580.000 2.779.270.500 2.267.309.500

4 5.652.169.600 3.039.272.561 2.612.897.039

5 6.330.429.952 3.337.625.368 2.992.804.584

Rata-rata

1 0 187.533.333 -187.533.333

2 3.578.291.667 2.088.923.333 1.489.368.333 3 4.007.686.667 2.297.470.567 1.710.216.100 4 4.488.609.067 2.522.331.903 1.966.277.163 5 5.027.242.155 2.777.843.534 2.249.398.621 Rata-rata 3.420.365.911 1.974.820.534 1.445.545.377


(5)

Lampiran 29

NPV,IRR, dan Net B/C Strata I

Tahun Penerimaan Biaya Pendapatan Discount Factor (i=13.5 %) PV Penerimaan PV Biaya PV1 Discount Factor (i=18%) PV2

1 0 149.434.160 -149.434.160 1,000 0,00 149.434.160,00 -149.434.160,00 1,000 -149.434.160,00

2 641.050.000 396.324.410 244.725.590 0,881 564.801.762,11 349.184.502,20 215.617.259,91 0,847 207.394.567,80

3 717.976.000 436.020.388 281.955.612 0,776 557.337.421,65 338.466.019,52 218.871.402,12 0,718 202.496.130,42

4 804.133.120 478.791.709 325.341.411 0,684 549.971.728,85 327.460.587,29 222.511.141,56 0,609 198.012.827,14

5 900.629.094 527.533.214 373.095.880 0,603 542.703.380,01 317.882.311,74 224.821.068,27 0,516 192.438.704,25

NPV 2.214.814.292,62 1.482.427.580,76 732.386.711,86 650.908.069,61

IRR = 0.135+732,386,711.86/(732,386,711.86-650,908,069.61)X(0.180-0.135) Net B/C = 2,214,814,292.62/1,482,427,580.76

IRR = 0,539 Net B/C = 1,49

IRR = 54%

Lampiran 30

NPV,IRR, dan Net B/C Strata II

Tahun Penerimaan Biaya Pendapatan Discount Factor (i=13.5%) PV Penerimaan PV Biaya PV1 Discount Factor (i=18%) PV2

1 0 71.375.000 -71.375.000 1,000 0,00 71.375.000,00 -71.375.000,00 1,000 -71.375.000,00

2 1.322.200.000 905.633.333 416.566.667 0,881 1.164.933.920,70 797.914.831,13 367.019.089,57 0,847 353.022.598,87

3 1.480.864.000 996.570.167 484.293.833 0,776 1.149.538.318,23 773.599.461,79 375.938.856,44 0,718 347.812.290,53

4 1.658.567.680 1.094.616.525 563.951.155 0,684 1.134.346.181,86 748.642.392,52 385.703.789,34 0,609 343.238.083,41

5 1.857.595.802 1.206.125.824 651.469.978 0,603 1.119.354.822,63 726.790.379,48 392.564.443,16 0,516 336.020.967,05

NPV 4.568.173.243,43 3.118.322.064,92 1.449.851.178,51 1.308.718.939,86

IRR = 0.135+1,449,851,178.51/(1,449,851,178.51-1,308,718,939.86)X(0.180-0.135) Net B/C = 4,568,173,243.43/3,118,322,064.92

IRR = 0,648 Net B/C = 1,46

IRR = 65%


(6)

Lampiran 31

NPV,IRR,dan Net B/C Strata III

Tahun Penerimaan Biaya Pendapatan Discount Factor (i=13.5 %) PV Penerimaan PV Biaya PV1 Discount Factor (i=18%) PV2

1 0 187.533.333 -187.533.333 1,000 0,00 187.533.333,33 -187.533.333,33 1,000 -187.533.333,33

2 3.578.291.667 2.088.923.333 1.489.368.333 0,881 3.152.679.882,53 1.840.461.086,64 1.312.218.795,89 0,847 1.262.176.553,67

3 4.007.686.667 2.297.470.567 1.710.216.100 0,776 3.111.014.509,63 1.783.438.892,02 1.327.575.617,61 0,718 1.228.250.574,55

4 4.488.609.067 2.522.331.903 1.966.277.163 0,684 3.069.899.780,43 1.725.101.482,71 1.344.798.297,72 0,609 1.196.736.985,85

5 5.027.242.155 2.777.843.534 2.249.398.621 0,603 3.029.328.417,69 1.673.880.051,50 1.355.448.366,19 0,516 1.160.214.784,44

NPV 12.362.922.590,27 7.210.414.846,19 5.152.507.744,08 4.659.845.565,18

IRR = 0.135+5,152,507,744.08/(5,152,507,744.08-4,659,845,565.18)X(0.180-0.135) Net B/C = 12,362,922,590.27/7,210,414,846.19

IRR = 0,657 Net B/C = 1,71