Analisis Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

(1)

SKRIPSI

OLEH :

FITRIA PUTRI AFRIYANTI

100304091

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR

(Studi Kasus : Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

FITRIA PUTRI AFRIYANTI

100304091

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Diketahui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Prof.Dr.Ir.Meneth Ginting,MADE) (

NIP. 194007151962091001 NIP. 1967211181998022001 Emalisa SP, MSi)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Fitria Putri Afriyanti (100304091) Dengan judul skripsi “Analisis Usaha Ternak Ayam Ras Petelur”. Studi kasus : Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli serdang, yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE dan Ibu Emalisa, S.P, M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan usaha ternak ayam ras petelur 5 tahun terakhir di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan karakteristik peternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk menganalisis perbedaan nilai input dan output pada usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan pengaruh input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan hubungan input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk menganalisis perbedaan kelayakan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, dengan besar ruang sampel yaitu 60 sampel. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi berganda, analisis korelasi Pearson, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Jumlah ternak ayam ras petelur di Kabupaten Deli Serdang mulai tahun 2007-2011 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 10,76%. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara peternak skala kecil dan skala besar yaitu pada lamanya pengalaman beternak, jumlah ternak yang dimiliki, dan jumlah tanggungan peternak. (3) Terdapat perbedaan input usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. (4)Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. (5)Tidak terdapat perbedaan hubungan input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. (6)Terdapat perbedaan pendapatan antara peternak skala kecil dan skala besar. (7)Usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar layak untuk diusahakan.

Kata Kunci : Analisis Usaha Ternak Ayam Ras Petelur, Usaha Skala Kecil, Usaha Skala Besar, Analisis Kelayakan IRR


(4)

RIWAYAT HIDUP

Fitria Putri Afriyanti lahir di Pematangsiantar pada tanggal 17 April 1992. Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Putri dari Ayahanda H. Edy Supratno, S.E dan Ibunda Hj. Sakdiah Iskandar.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Taman Asuhan, Pematangsiantar dan tamat pada tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Taman Asuhan, Pematangsiantar dan tamat pada tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4, Pematangsiantar dan tamat pada tahun 2010.

4. Tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut :

1. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian, Fakulrtas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakulrtas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bulan Juli 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Petuaran Hilir, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

5. Bulan Januari 2014 melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah serta limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE selaku ketua komisi

pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Emalisa S.P, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara


(7)

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan selama masa pendidikan penulis di Fakultas Pertanian.

5. Ayahanda tercinta H. Edy Supratno, S.E dan Ibunda Hj. Sakdiah Iskandar serta kakak dan adik tercinta, Gusti Tri Mustika Ratih, Amd. dan M. Khairil Hasnan Habib yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.

6. Seluruh keluarga besar dan kerabat yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Agribisnis 2010 Universitas Sumatera Utara serta abang dan kakak senior yang telah banyak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

8. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang sebagai tempat penulis melakukan penelitian skripsi.

Akhirnya penulis mendoakan kiranya Allah SWT menerima seluruh amal dan ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat ganda, semoga segala usaha dan niat baik yang telah kita lakukan mendapat ridha Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya, oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal ‘alamin.


(8)

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Penelitian Terdahulu ... 10

2.3 Landasan Teori ... 10

2.4 Kerangka Pemikiran ... 12

2.5 Hipotesis Penelitian ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17


(9)

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 18

3.3 Metode Pengambilan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 23

3.5.1 Definisi ... 23

3.5.2 Batasan Operasional ... 24

IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 25

4.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 25

4.2 Keadaan Penduduk ... 25

4.3 Sarana dan Prasarana ... 27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1Perkembangan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur di Kabupaten Deli Serdang ... 28

5.2 Perbedaan Karakteristik Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 29

5.3Perbedaan Input dan Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 35

5.3.1 Perbedaan Input Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 35

5.3.2Perbedaan Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 37

5.4 Perbedaan Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 40

5.4.1 Perbedaan Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil ... 40

5.4.2Perbedaan Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar ... 42

5.5 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 43


(10)

5.5.1 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam

Ras Petelur Skala Kecil ... 43

5.5.2Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar ... 47

5.6 Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 50

5.7 Perbedaan Kelayakan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 52

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Konsumsi Telur Perkapita Di Sumatera Utara Tahun 2007-2011

(Kg/Kapita/Tahun) ... 2

2 Jumlah Populasi Ternak Ayam Ras Petelur Per Kabupaten/Kota Tahun 2007-2011 (Ton) ... 3

3 Jumlah Populasi Ternak Dan Perusahaan Ternak Ayam Ras Petelur Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 17

4 Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian ... 18

5 Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 26

6 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 26

7 Sarana dan Prasarana ... 27

8 Jumlah Populasi Ternak Ayam Ras Petelur Kabupaten Deli Serdang ... 28

9 Komposisi Umur Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Besar ... 29

10 Uji Mann Whitney Terhadap Umur Peternak Skala Kecil dan Skala Besar ... 30

11 Komposisi Pengalaman Beternak Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 31

12 Uji Mann Whitney Terhadap Pengalaman Beternak Peternak Skala Kecil dan Skala Besar ... 31

13 Komposisi Tingkat Pendidikan Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 32


(12)

14 Uji Mann Whitney Terhadap Pendidikan Peternak Skala Kecil dan

Skala Besar ... 33 15 Komposisi Jumlah Ternak Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil

dan Skala Besar ... 33 16 Uji Mann Whitney Terhadap Jumlah Ternak Peternak Skala Kecil dan

Skala Besar ... 34 17 Komposisi Jumlah Tanggungan Peternak Ayam Ras Petelur Skala

Kecil dan Skala Besar ... 35 18 Uji Mann Whitney Terhadap Jumlah Tanggungan Peternak Skala

Kecil dan Skala Besar ... 35 19 Perbedaan Input Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan

Skala Besar ... 36 20 Uji Mann Whitney Terhadap Nilai Input Usaha Ternak Ayam Ras

Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 37 21 Perbedaan Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan

Skala Besar ... 38 22 Uji Mann Whitney Terhadap Nilai Output Usaha Ternak Ayam Ras

Petelur Skala Kecil dan Skala Besar ... 39 23 Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Skala Kecil ... 40 24 Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Skala Besar ... 43 25 Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Skala Kecil ... 46 26 Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Skala Besar ... 49 27 Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil

dan Skala Besar ... 51 28 Uji Mann Whitney Terhadap Pendapatan Ternak Ayam Ras Petelur

Skala Kecil dan Skala Besar ... 52 29 Nilai NPV dan IRR Kelayakan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Kerangka Pemikiran Karakteristik Peternak Ayam Ras Petelur ... 13 2 Kerangka Pemikiran Usaha Ternak Ayam Ras Petelur ... 14 3 Kerangka Pemikiran Pengaruh dan Hubungan Input Terhdapat Output


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Sampel Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil 2 Karakteristik Sampel Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar 3 Biaya Variabel Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil Per

Periode

4 Biaya Variabel Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar Per Periode

5 Nilai Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil Per Periode

6 Nilai Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar Per Periode

7 Nilai Penyusutan Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil Per Periode

8 Nilai Penyusutan Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar Per Periode

9 Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Satuan HKP Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil Per Periode

10 Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Satuan HKP Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar Per Periode

11 Upah Tenaga Kerja Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil Per Periode

12 Upah Tenaga Kerja Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar Per Periode


(15)

13 Total Penerimaan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil Per Periode

14 Total Penerimaan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar Per Periode

15 Total Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil Per Periode

16 Total Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar Per Periode

17 Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil

18 Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar

19 Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil

20 Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil

21 Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Karakteristik Peternak Usaha Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

22 Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Nilai Input Usaha Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

23 Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Nilai Output Usaha Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

24 Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Pendapatan Usaha Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

25 Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate of Return) Usaha Ternak Ayam ras Petelur Skala Kecil

26 Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate of Return) Usaha Ternak Ayam ras Petelur Skala Besar


(16)

ABSTRAK

Fitria Putri Afriyanti (100304091) Dengan judul skripsi “Analisis Usaha Ternak Ayam Ras Petelur”. Studi kasus : Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli serdang, yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Meneth Ginting, MADE dan Ibu Emalisa, S.P, M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan usaha ternak ayam ras petelur 5 tahun terakhir di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan karakteristik peternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk menganalisis perbedaan nilai input dan output pada usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan pengaruh input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan hubungan input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian, untuk menganalisis perbedaan kelayakan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, dengan besar ruang sampel yaitu 60 sampel. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi berganda, analisis korelasi Pearson, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Jumlah ternak ayam ras petelur di Kabupaten Deli Serdang mulai tahun 2007-2011 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 10,76%. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara peternak skala kecil dan skala besar yaitu pada lamanya pengalaman beternak, jumlah ternak yang dimiliki, dan jumlah tanggungan peternak. (3) Terdapat perbedaan input usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. (4)Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. (5)Tidak terdapat perbedaan hubungan input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. (6)Terdapat perbedaan pendapatan antara peternak skala kecil dan skala besar. (7)Usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar layak untuk diusahakan.

Kata Kunci : Analisis Usaha Ternak Ayam Ras Petelur, Usaha Skala Kecil, Usaha Skala Besar, Analisis Kelayakan IRR


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Pembangunan sektor peternakan tersebut turut mendukung program pemerintah dalam rangka peningkatan gizi masyarakat dan juga sebagai salah satu pendukung ketahanan pangan nasional (Saragih, 2001).

Perkembangan industri perunggasan di Indonesia merupakan salah satu penggerak dalam sektor pertanian Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari total investasi dan perputaran uang dalam industri ini, baik dalam bentuk pemenuhan bahan baku untuk produksi pakan ternak, kebutuhan bibit unggas sampai dengan pemasaran dan pengolahan komoditas unggas menjadi produk unggulan makanan siap saji. Pada awalnya pemeliharaan ayam dilakukan hanya dengan alasan hobi atau sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, kemajuan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan meningkatnya tuntutan dan kebutuhan dalam kehidupan manusia, termasuk kebutuhan gizi dalam makanan.


(18)

Usaha pengembangan ternak ayam ras petelur di Indonesia memiliki prospek yang cukup baik, terutama bila ditinjau dari aspek kebutuhan gizi masyarakat. Sesuai standar nasional, konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan yaitu sebesar 55 gram yang terdiri dari 80% protein nabati dan 20% protein hewani. Pemenuhan gizi ini, khususnya protein hewani dapat diperoleh dari protein telur.

Tingkat konsumsi telur ayam ras di Sumatera Utara pada tahun 2007 sampai tahun 2011 juga mengalami peningkatan dengan rata-rata konsumsi 1,79 kg/kapita/tahun. Namun kondisi ini masih jauh dari standar kebutuhan gizi normal, yakni 4 kg susu, 6 kg daging atau 4 kg telur.

Tabel 1. Konsumsi Telur Perkapita Di Sumatera Utara Tahun 2007-2011 (kg/kapita/tahun)

No Komoditi

Telur 2007 2008 2009 2010 2011

%rata pertahun 1 Ayam Buras 1,04 0,71 0,71 0,73 0,75 (6,97)

2 Ayam Ras 5,74 5,29 5,48 6,10 6,15 1,79

3 Itik 1,32 0,67 0,70 1,05 1,06 (4,92)

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara (2011)

Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan harga telur mahal. Dengan melihat kondisi tersebut, budidaya ayam petelur perlu untuk dikembangkan sehingga dapat memenuhi permintaan akan telur dan dapat menstabilkan harga telur di pasar.


(19)

Dalam usaha peternakan ayam ras petelur, skala usaha merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan dalam usaha peternakan ayam ras petelur. Skala usaha dapat berpengaruh terhadap pendapatan, semakin besar skala usaha semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dalam usaha peternakan, sehingga pendapatan mereka bertambah dan efisiensi usaha dapat ditingkatkan dengan baik (Daniel, 2002).

Menurut data populasi ternak ayam ras petelur per kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara (2011), Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah dengan persentase perkembangan populasi ternak ayam ras petelur tertinggi dari tahun 2007 sampai tahun 2011 diantara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 2. Jumlah Populasi Ternak Ayam Ras Petelur Per Kabupaten/Kota Tahun 2007-2011 (Ton)

No Kota 2007 2008 2009 2010 2011 %rata pertahun

1 Nias 47.000 50.000 0 0 0 (33,33)

2 Mandailing Natal 0 0 1.096 1.205 1.226 1,75

3 Taanuli Tengah 0 1.000 1.418 2.606 2.652 43,50

4 Tapanuli Utara 1.200 0 0 0 0 (25,00)

5 Labuhan Batu 20.000 20.000 20.000 20.000 20.350 0

6 Asahan 1.381.820 1.453.700 1.482.770 1.519.839 1.546.436 2,98

7 Simalungun 1.015.618 142.314 142.172 142.456 144.949 (21,43)

8 Deli Serdang 4.026.261 4.260.900 4.287.876 4.383.067 4.459.771 2,69

9 Langkat 692.725 697.300 800.448 877.293 892.646 7,22

10 Nias Selatan 0 2.731 4.721 0 0 (50,00)

11 Serdang Bedagai 414.000 640.050 873.500 875.536 890.858 28,80

12 Batubara 0 12.000 12.480 0 0 (50,00)

13 Tanjung Balai 64.121 265 0 0 0 (33,33)

14 Pematangsiantar 7.800 0 0 0 0 0

15 Medan 80.400 80.400 80.440 82.226 83.665 1,02

16 Binjai 472.000 336.644 460.764 933.412 949.747 25,30

17 Padang Sidempuan

1.500 1.200 1.000 2.110 2.147 26,30

Jumlah 8.224.445 7.698.504 8.168.685 8.839.750 8.994.445 2,34 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara (2011)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka menjadi suatu hal yang menarik untuk menganalisis perbandingan segi kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dengan skala usaha kecil dan usaha besar di Kabupaten Deli Serdang, mengingat


(20)

usaha ayam ras petelur merupakan jenis usaha yang padat modal dan beresiko tinggi.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan usaha ternak ayam ras petelur 5 tahun terakhir di daerah penelitian?

2. Bagaimana perbedaan karakteristik peternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar di daerah penelitian?

3. Bagaimana perbedaan nilai input dan output pada usaha ternak ayam ras petelur usaha skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian?

4. Bagaimanaperbedaan hubungan input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian?

5. Bagaimana perbedaan pengaruh input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian?

6. Bagaimana perbedaan pendapatan antara usaha ternak ayam ras petelur usaha skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian?

7. Bagaimana perbedaan kelayakan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan usaha ternak ayam ras petelur 5 tahun terakhir di daerah penelitian.


(21)

2. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik peternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis perbedaan nilai input dan output pada usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui perbedaan hubungan input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian. 5. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh input terhadap output antara usaha

ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara usaha ternak ayam ras

petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

7. Untuk menganalisis perbedaan kelayakan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi peternak dalam melakukan usaha ternak ayam ras petelur.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan menyangkut usaha ternak ayam ras petelur.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan pihak-pihak yang membutuhkan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Pustaka

Ayam ras petelur ialah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan dapat diambil telur dan dagingnya, maka arah dari produksi yang banyak tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur (Rasyaf, 1994).

Secara garis besar ayam ras petelur yang tersebar di seluruh dunia terdiri dari dua jenis, yaitu ayam ras petelur yang menghasilkan telur dengan kerabang putih atau disebut juga dengan telur putih dan telur dengan kerabang cokelat atau disebut dengan telur cokelat. Sebenarnya warna kerabang telur tidak berpengaruh terhadap nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya.

Pilihan telur hanya ditentukan oleh selera konsumen saja. Seperti telur cokelat, lebih disukai oleh negara-negara Asia termasuk Indonesia. Selain di Asia, telur cokelat juga lebih disukai konsumen dari beberapa negara di Afrika dan Eropa


(23)

putih yaitu negara-negara Eropa dan benua Amerika. Adapun perbedaan ayam ras petelur putih dan ayam ras petelur cokelat adalah sebagai berikut :

a) Ukuran tubuh

Ayam ras petelur cokelat mempunyai ukuran tubuh lebih besar sekitar 30-50% dibandingkan dengan ayam ras petelur putih.

b) Konsumsi pakan

Karena ayam ras petelur cokelat ukuran tubuhnya lebih besar, maka tingkat konsumsi pakan lebih banyak dibandingkan dengan ayam ras petelur putih. Karena itu, biaya untuk menghasilkan satu kilogram telur cokelat lebih mahal dibandingkan dengan biaya untuk menghasilkan satu kilogram telur putih.

c) Produksi telur

Produksi telur ayam ras petelur cokelat sama baiknya dengan produksi telur ayam ras petelur putih. Ukuran telur cokelat lebih besar daripada telur putih, tetapi ketebalan kerabangnya lebih tipis dibandingkan dengan telur putih (Fadilah dan Fatkhuroji,2013).

Ayam petelur tipe normal menjalani masa awal (masa remaja/masa belum produktif) 4 bulan atau 16 minggu. Masa bertelur ayam (masa produktif) biasanya 13 bulan atau 55 minggu, ada juga yang lebih tergantung dengan jenisnya. Maka total waktu pemeliharaan adalah 71 minggu. Selain itu, produk sampingan dari usaha peternakan ayam tersebut, selain telur dan ayam afkir, berupa kotoran ayam atau ayam yang mati selama pemeliharaan, juga dapat dimanfaatkan. Kotoran ayam, misalnya, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman atau untuk bahan gas


(24)

bio. Di sisi lain, ayam-ayam yang mati selama pemeliharaan dapat digunakan untuk pakan ikan lele. Demikian seterusnya sampai semua bagian dari usaha ternak ini mempunyai nilai komersial yang dapat memberikan keuntungan maksimal (Suharno, 2001).

Proses mencapai dewasa kelamin pada ayam ras petelur sangat tergantung pada bobot badan yang dicapai dan rangsangan pencahayaan. Umumnya, sistem reproduksi ayam ras betina dimulai dari umur 13-14 minggu. Ayam ras petelur akan mencaoai dewasa kelamin dengan sempurna sekitar umur 18 minggu dengan bobot badan 1.550 gram dan memiliki potensi menghasilkan 400 butir per ekor atau setara dengan 25 kg telur per ekor (Fadilah dan Fatkhuroji,2013).

Namun ayam ras petelur ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan sehingga lebih mudah mengalami stres. Tuntutan hidup ayam ras petelur yang tinggi membuat ayam ras petelur ini lebih cocok diternakkan secara intensif (Sudarmono, 2003).

Cahaya dapat merangsang sekresi hormon yang mempengaruhi proses ovulasi dan peneluran. Disamping itu cahaya juga berperan menghasilkan hormon yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Lampu penerang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi anak ayam. Sebab, selain dapat merangsang pertumbuhan, anak ayam memang sangat menyukai adanya cahaya. Bagi anak ayam, pencahayaan dengan intensitas rendah dalam waktu yang lama adalah lebih penting daripada intensitas tinggi, tetapi hanya berlangsung beberapa saat saja (Rasyaf, 1994).


(25)

jalan, jaringan listrik dan jaringan telepon, topografi lahan rata dan lapang, ketersediaan sumber air, dekat dengan pasar, dan lingkungan masyarakat yang kondusif (Fadilah dan Fatkhuroji,2013).

Perencanaan usaha menjadi penting diperhatikan karena berhubungan dengan modal, tenaga kerja, dan skala usaha yang akan dihasilkan. Usaha peternakan juga berhubungan dengan perizinan. Untuk skala usaha peternakan skala kecil (peternakan rakyat) tidak perlu mengurus izin pendirian skala usaha kepada pemerintah, tetapi cukup dengan melaporkan saja. Namun untuk usaha menengah dan besar memerlukan prosedur perizinan (Rahardi dan Hartono, 2000).

Skala usaha adalah besaran usaha yang secara linier menentukan tingkathasil (yield) yang mungkin diperoleh pedagang ternak dari produksi fisis yang akan dicapai dari usahanya tersebut. Skala usaha menjadi penting untukdiperhitungkan pada kegiatan usaha perdagangan ternak unggas dalam kaitanuntuk mencapai apa yang diistilahkan sebagai suatu economic of scale atau skalausaha yang ekonomis dan menguntungkan pada usaha yang dimaksud. Skala usahadalam kegiatan perdagangan ternak unggas didefinisikan sebagai banyaknya populasi ternak unggas yang dibeli pedagang pada peternak unggas yangkemudian diperdagangkan di pasar (Saediman, 2012).

Skala usaha sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan dan kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input seperti modal, tenaga kerja, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, dalam


(26)

merencanakan usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai usaha menjadi sangat penting (Rusmiati, 2008).

2.2Penelitian Terdahulu

Menurut Saediman (2012) dalam penelitian berjudul “Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras Petelur di Kecamatan Maritengngae,Kabupaten Sidrap” menyimpulkan bahwa skala usaha berpengaruh nyata terhadap peternak ayam ras petelur dengan kontribusi sebesar 80,2% dan sisanya 19,8% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian.

Hasil NPV usaha peternakan ayam ras petelur pada kelompok peternakan Gunungrejo Makmur yang dihitung dengan menggunakan social discount rate sebesar 6% (setara bunga deposito 6% per tahun) seperti terlihat pada tabel 5 yaitu pada strata I adalah sebesar Rp 108.840.066,-, strata II sebesar Rp 303.559.110,- dan pada strata III sebesar Rp 648.408.885,-. Usaha peternakan tersebut pada semua strata berdasarkan nilai NPVnya layak untuk diusahakan karena nilai NPVnya lebih besar dari 0 (Hartono, dkk, 2012).

2.3Landasan Teori

Ilmu usaha tani dapat dianggap sebagai ilmu terapan yang sangat tergantung pada struktur peternakan suatu wilayah, cara-cara beternak serta kondisi sosial ekonominya. Atas dasar pengertian tersebut maka usaha tani adapat diartikan sebagai ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumber daya secara efisien pada suatu usaha peternakan (Prawirokusumo, 1990).


(27)

Dalam analisis usaha ternak petelur terdapat biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi terdiri dari biaya pembuatan kandang dan biaya pembelian peralatan dan perlengkapan. Dan untuk biaya operasional juga terbagi atas dua kelompok besar yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (Fatkhuroji dan Fadilah, 2013).

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya pakan biasanya yang terbesar dalam usaha peternakan yaitu berkisar antara 60-80% dari total biaya (Prawirokusumo, 1990).

Adapun yang termasuk biaya tetap adalam usaha ternak ayam ras petelur adalah penyusutan kandang dan peralatan. Sedangkan untuk biaya variabel yaitu bibit, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, alat pemanas, penerangan, tenaga kerja, dan bunga bank (Santosa dan Sudaryani, 2005).

Analisis pendapatan merupakan parameter untuk mengukur berhasil tidaknya suatu usaha. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat yang cukup untuk memenuhi sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Pendapatan atau keuntungan merupakan tujuan setiap jenis skala usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil skala usaha lebih besar dari pada jumlah pengeluarannya. Semakin tinggi selisih tersebut, semakin meningkat keuntungan yang dapat diperoleh. Bisa diartikan


(28)

pula bahwa secara ekonomi skala usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Jika situasinya terbalik, skala usaha tersebut mengalami kerugian dan secara ekonomis sudah tidak layak dilanjutkan (Soekartawi, 2003).

IRR (Internal Rate of Return) merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut pula sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang postif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi berbunga selama sisa umur proyek. Jadi bila IRR >discount factor proyek dikatakan layak, dan sebaliknya IRR <discount factor proyek dikatakan tidak layak (Prawirokusumo, 1990).

2.4Kerangka Pemikiran

Untuk memulai sebuah usaha, peternak berperan sebagai pengambil keputusan dalam memutuskan jenis usaha ternak apa yang hendak ia usahakan. Umur, pengalaman, pendidikan, jumlah ternak, dan jumlah tanggungan keluarga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha ternak.


(29)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut

:Skala Kecil Skala Besar

Lingkungan

Skema 1. Kerangka Pemikiran Karakteristik Peternak Ayam Ras Petelur Usaha ternak ayam ras petelur dapat pula dibedakan menjadi skala usaha kecil dan skala usaha besar. Dalam pengusahaan ternak ayam ras petelur usaha kecil dan usaha besar terdapat perbedaan input produksi. Juga terdapat jumlah output yang berbeda, sehingga menghasilkan total pendapatan yang berbeda pula. Melalui analisis kelayakan usaha, akan diketahui layak tidaknya usaha ini untuk terus dilanjutkan.

Pengalaman Umur

Pendidikan

Jumlah Ternak

Jumlah Tanggungan

Umur

Pengalaman

Pendidikan

Jumlah Ternak

Jumlah Tanggungan P

E T E R N A K


(30)

Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

Menyatakan Hubungan

Lingkungan Skema 2. Kerangka Pemikiran Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Dalam usaha ternak ayam ras petelur, terdapat pengaruh dan hubungan input (bibit, kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja) terhadap output (telur, ayam afkir dan kotoran ayam).

Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Usaha Kecil Usaha Besar

Input Input

Output Output

Pendapatan Pendapatan

Layak

Tidak Layak PETERNAK


(31)

Secara skematis dapat dgambarkan sebagai berikut:

Lingkungan Skema 3. Kerangka Pemikiran Pengaruh dan Hubungan Input Terhadap Output

2.5Hipotesis Penelitian

1. Ada perkembangan usaha ternak ayam ras petelur 5 tahun terakhir di daerah penelitian.

2. Ada perbedaankarakteristik peternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

SKALA KECILSKALA BESAR

Y = Output

= Menyatakan hubungan = Menyatakan pengaruh

Kandang Bibit

Pakan

Obat-Obatan

Tenaga Kerja

Y

Bibit

Kandang

Pakan

Obat-Obatan


(32)

3. Ada perbedaan input dan output pada usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

4. Ada hubungan input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

5. Ada pengaruh input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

6. Ada perbedaanpendapatan antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

7. Ada perbedaankelayakan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive sampling atau secara sengaja, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu (Supriana, 2013). Pertimbangan ini didasarkan karena Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah dengan perkembangan peternakan ayam ras petelur tertinggi diantara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Pantai Labu dipilih karena merupakan daerah dengan perkembangan peternakan ayam ras petelur tertinggi diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Deli Serdang yang kemudian menjadi daerah sentra produksi telur ayam di Provinsi Sumatera Utara. Tabel 3.Jumlah populasi ternak dan perusahaan ternak ayam ras petelur di

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

No Kecamatan Tahun 2013

Populasi Ternak Banyaknya Usaha

1 Kutalimbaru 102.500 2

2 STM Hilir 278.500 9

3 Tanjung Morawa 88.000 5

4 Sunggal 200.000 6

5 Hamparan Perak 408.000 14

6 Pantai Labu 2.815.000 91

7 Lubuk Pakam 2.000 2

8 Pancur Batu 207.000 2

9 Namorambe 100.000 1

10 Patumbak 9.800 1

11 Percut Sei Tuan 10.000 1

12 Beringin 193.000 10

Jumlah 4.411.800 142


(34)

3.2Metode Penentuan Sampel

Sampel responden ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiyono, 2006), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam peneliti sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 sampai 500 orang. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel peneliti sebanyak 30 orang peternak dengan alasan mengingat masyarakat yang akan diteliti adalah homogen, dilihat dari wilayah administratif, serta pekerjaan yang mereka tekuni berhubungan dengan usaha ternak ayam ras petelur. Dengan demikian penetapan anggota sampel sebanyak 30 orang dianggap telah representatif.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak yang melakukan budidaya ayam ras petelur di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 91 peternak. Pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling yaitu dengan menggolongkan populasi dalam golongan atau strata menurut kriteria tertentu. Pembagian strata ini ditetapkan dengan menghitung rata-rata jumlah ternak terbesar dan jumlah ternak terkecil di daerah penelitian. Adapun peternakan usaha kecil dengan jumlah ternak < 35.000 ekor dan peternakan usaha besar dengan jumlah ternak > 35.000 ekor.

Tabel 4. Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian

No Skala Usaha Pengambilan Sampel 1 Kecil (< 35.000 ekor) 30

2 Besar (> 35.000 ekor) 30

Total 60

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Dimana jumlah sampel untuk usaha ternak ayam ras petelur skala kecil adalah 30 orang dan jumlah sampel untuk usaha ternak ayam ras petelur skala besar adalah 30 orang.


(35)

3.3Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu berupa kuisioner diperoleh dari hasil wawancara kepada peternak ayam ras petelur dengan membuat daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Jenis data yang dikumpulkan seperti data harga input dan output dalam usaha ternak ayam ras petelur. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, dan instansi terkait lainnya.

3.4Metode Analisis Data

Untuk Hipotesis 1 Digunakan analisis deskriptif, dimana yang dianalisis adalah perkembangan ternak ayam ras petelur selama 5 tahun terakhir.

Untuk Hipotesis 2 Digunakan analisis deskriptif, dimana yang dianalisis adalah perbandingan umur, pengalaman, pendidikan, jumlah ternak, dan jumlah tanggungan keluarga peternak usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar.

Untuk Hipotesis 3 Digunakan analisis deskriptif, dimana yang dianalisis adalah perbandingan nilai input dan output dari usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode. Adapun yang termasuk ke dalam input produksi dalam peternakan ayam ras petelur antara lain bibit, kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja. Sedangkan yang termasuk ke dalam output produksi adalah ayam afkir, telur, dan kotoran ayam.


(36)

Untuk Hipotesis 4 Digunakan uji Koefisien Korelasi Pearson (r), untuk menganalisis hubungan input (bibit, kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja) terhadap output usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. Secara sistematis dapat ditulis :

�= (����)− (����)

�[(����)−(��)�][(����)−(��)�] Dimana : x = variabel independen

y = variabel dependen n = jumlah sampel penelitian

Hipotesis :

Ho = 0 artinya tidak ada hubungan antara input terhadap output H1 ≠ 0 artinya ada hubungan antara input terhadap output

Semakin kecil nilai r maka semakin lemah hubungan korelasi, dan sebaliknya semakin menuju 1 hubungan korelasi semakin erat.

Untuk Hipotesis 5 Digunakan analisis regresi, dimana yang dianalisis adalah pengaruh input (bibit, kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja) terhadap output usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dengan skala besar. Secara sistematis dapat ditulis :

Y = a + b1X1 + b2X2 + ...+ b5X5 + e Dimana : Y = Output

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi e = Variabel Kesalahan X1 = Bibit


(37)

X3 = Pakan

X4 = Obat-Obatan

X5 =Tenaga Kerja

Hipotesis :

Ho = 0 artinya tidak ada pengaruh antara input terhadap output H1 ≠ 0 artinya ada pengaruh antara input terhadap output

Untuk Hipotesis 6Digunakan perbandingan analisis pendapatan usaha kecil dengan usaha besar, secara matematis ditulis :

Pd = TR – TC

Dimana ; Pd = Pendapatan usaha ternak ayam ras petelur

TR = Total Revenue (Total Penerimaan); seluruh penerimaan dari usaha ternak ayam ras petelur

TC = Total Cost (Total Biaya Produksi); seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak ayam ras petelur)

TR = y x Py Dimana ; TR = Penerimaan total

Y = Jumlah produksi

Py = Harga jual (Soekartawi, 1995)

Untuk Hipotesis 7Digunakan perbandingan analisis kelayakan usaha kecil dan usaha besar yaitu dengan analisis IRR (Internal Rate of Return), yang secara sistematis dituliskan sebagai berikut :

IRR (Internal Rate of Return)

NPV

IRR = i + + ( i’ – i ) NPV - NPV’

Dimana : IRR = Internal Rate of Return

i = Suku bunga percobaan pertama i’ = Suku bunga percobaan kedua


(38)

NPV = Nilai sekarang percobaan pertama NPV’ = Nilai sekarang percobaan kedua

Kriteria yang dipakai adalah apabila IRR ≥ suku bunga berlaku maka usaha dikatakan layak, tetapi apabila IRR < suku bunga yang berlaku maka usaha dikatakan tidak layak.

Cara menghitung usulan investasi dengan metode IRR dilakukan dengan trial and error atas discount rate yang mendekati nilai IRR, yaitu i dan i’. Kemuadian dengan i dan i’ tersebut digunakan untuk menghitung NPV dan NPV’ sedapat mungkin selisih antara i dan i’ antara 1-5%.

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost /biaya. Jika manfaat dinilai sekarang lebih besar daripada biaya dinilai sekarang, berarti proyek atau gagasan usaha tersebut layak atau menguntungkan.Dengan perkataan lain, apabila NPV>0 berarti proyek/gagasan usaha tersebut menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Adapun cara perhitungan NPV tersebut adalah sebagai berikut :

Dimana : NPV = Net Present Value Bt = Benefit

Ct = Cost

i = Discount rate

=

= +

− = t n

t

t t t

i C B NPV


(39)

Untuk menguji hipotesis komperatif digunakan Uji Mann Whitney, yang secara sistematis ditulis :

�1 =�1�2+

�1(�1+ 1)

2 − �1

�2 = �1�2+

�2(�2+ 1)

2 − �2

Dimana : �1 = jumlah sampel pertama

�2 = jumlah sampel kedua

�1 = jumlah rangking pada sampel �1

�2 = jumlah rangking pada sampel�2

3.5Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

a. Usaha ternak ayam ras petelur adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan penghasilan dengan cara melakukan budidaya ayam ras untuk menghasilkan daging dan telur yang akan dijual ke konsumen.

b. Peternak adalah orang yang mengusahakan ternak ayam ras petelur sebagai pekerjaan utama maupun sampingan.

c. Skala usaha adalah jumlah ayam ras petelur yang dipelihara peternak di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang (Ekor).

d. Peternak skala kecil merupakan peternak dengan populasi ternak < 35.000 ekor.


(40)

e. Peternak skala besar merupakan peternak dengan populasi ternak > 35.000 ekor.

f. Input usaha ternak ayam ras petelur adalah nilai dari sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar, antara lain ; bibit, kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp/1.000 Ekor DOC).

g. Output adalah nilai hasil produksi rata-rata dalam proses produksi usaha ternak ayam ras petelur usaha skala kecil dan skala besar berupa ayam afkir, telur, dan kotoran ayam yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp/1.000 Ekor DOC).

h. Penerimaan adalah nilai telur dan ternak yang diafkir serta kotoran ayam yang diperoleh dengan harga jual yang dinyatakan dalamrupiah (Rp/1.000 Ekor DOC).

i. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan skala usaha ayam petelur(pendapatan kotor) dengan total biaya yang dikeluarkan selama prosespemeliharaan dinyatakan dalam rupiah (Rp/1.000 Ekor DOC).

3.5.2 Batasan Operasional

a. Populasi adalah seluruh peternak yang melakukan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar di daerah penelitian.

b. Daerah penelitian adalah Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang,. c. Penelitian dilakukan pada tahun 2014.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pantai Labu , Kabupaten Deli Serdang , Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Pantai Labu terletak 2̊ 57’- 3̊ 16’ LU dan 98̊ 37’ - 99̊ 27’ yang merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 - 8 meter di atas permukaan laut yang berbatsan langsung dengan selat Malaka . Kecamatan Pantai Labu memiliki luas 8.185 Ha dan terdiri dari 19 desa dan 76 dusun. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 23̊ C – 34 ̊ C.

Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut : • Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Beringin

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis/Kecamatan Percut Sei Tuan

4.2Keadaan Penduduk

Jumlah Penduduk di Kecamatan Pantai Labu adalah 44.440 jiwa yang terdiri dari 22.867 jiwa laki-laki dan 21.573 jiwa perempuan. Terdapat 10.360 rumah tangga degan sebagian besar penduduk adalah suku Melayu dan Jawa, dan sebagian lainnya adalah suku Batak, Banjar, Cina, dll.


(42)

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Penduduk Kecamatan Pantai Labu berjumlah 44.440 orang dengan rumah tangga yang tersebar di setiap desa di Kecamatan Pantai Labu. Berdasarkan golongan umur, penduduk Kecamatan Pantai Labu dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 0-14 14.910 33,55

2 15-54 25.468 57,31

3 >55 4.062 9,14

Jumlah 44.440 100

Sumber :Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka (2013)

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2013 sebesar 44.440 jiwa. Data tersebut menujukkan jumlah penduduk usia produktif yaitu sebesar 25.468 jiwa atau 57,31% dari jumlah penduduk keseluruhan. Usia produktif merupakan usia dimana seseorang memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kecamatan Pantai Labu menurut tingkat pendidikan terdiri dari tidak/belum tamat SD, SD, SLTP, SLTA, Diploma, Akademi dan Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 Tidak/Belum Tamat SD 18.850 42,42

2 SD 13.625 30,66

3 SLTP 6.165 13,88

4 SLTA 5.015 11,29

5 Diploma/ Perguruan Tinggi

785 1,75

Jumlah 44.440 100


(43)

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pantai Labu yang paling besar adalah tidak/belum tamat SD yaitu sebesar 18.850 jiwa (42,42%).

4.3Sarana dan Prasarana

Untuk mencapai Kecamatan Pantai Labu dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Terdapat juga sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, rumah ibadah, dan transportasi sehingga dapat mendukung program pengembangan potensi daerah Kecamatan Pantai Labu. Berikut akan dijelaskan secara rinci melalui tabel mengenai sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Pantai Labu.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 TK 10

2 PAUD 13

3 SD/MI 29

4 SMP/MTs 13

5 SMA/MA 5

6 Puskemas 1

7 Pustu 5

8 Puskesdes 10

9 Masjid 29

10 Mushalla 38

11 Gereja 18

12 Vihara 6


(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur di Kabupaten Deli Serdang

Perkembangan usaha ternak ayam ras petelur di daerah penelitian selama 5 tahun terakhir (2007-2011) ditentukan berdasarkan jumlah ternak ayam ras petelur yang terdapat di Kecamatan Pantai Labu.

Tabel 8. Jumlah Populasi Ternak Ayam Ras Petelur Kabupaten Deli Serdang No Tahun Jumlah Ternak (ekor)

1 2007 4.026.261

2 2008 4.260.900

3 2009 4.287.876

4 2010 4.383.067

5 2011 4.459.771

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara (2011)

Dari tabel di atas, perkembangan jumlah populasi ternak ayam ras petelur di Kabupaten Deli Serdang dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :

Grafik 1. Perkembangan Populasi Ternak Tahun 2007-2011 Kabupaten Deli Serdang

4,026,261

4,260,9004,287,876

4,383,067

4,459,771

3,800,000 3,900,000 4,000,000 4,100,000 4,200,000 4,300,000 4,400,000 4,500,000

2007 2008 2009 2010 2011

Perkembangan Populasi Ternak Tahun 2007-2011


(45)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah ternak ayam ras petelur mengalami peningkatan setiap tahunnya. Melalui grafik dapat kita lihat bahwa perkembangan jumlah ternak ayam ras petelur di Kabupaten Deli Serdang selama 5 tahun terakhir berkembang sebesar 10,76%. Atau dapat dikatakan rata-rata perkembangan jumlah ternak ayam ras petelur per tahun yaitu sebesar 2,15% per tahun.

5.2 Perbedaan Karakteristik Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

Peternak ayam ras petelur yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang peternak ayam ras petelur skala kecil dan 30 orang peternak ayam ras petelur skala besar. Gambaran umum responden yang meliputi umur, pendidikan, lama berusaha, jumlah ternak dan jumlah tanggungan akan diuraikan sebagai berikut :

5.2.1 Umur

Komposisi umur responden peternak ayam ras petelur yaitu antara 30 – 71 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 9. Komposisi Umur Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

No Umur

Skala Kecil Skala Besar

Jumlah (orang)

Persen (%)

Jumlah (orang)

Persen (%)

1 30 – 50 20 83,3 22 73,4

2 51 – 60 5 16,7 4 13,3

3 > 61 - - 4 13,3

Jumlah 30 100 30 100


(46)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 83,3% peternak ayam ras petelur skala kecil dan 73,4% peternak ayam ras petelur skala besar berumur diantara 30-50 tahun, hal ini menunjukkan bahwa peternak ayam ras petelur di daerah ini masih produktif untuk mengelola peternakan ayam ras petelur di daerah penelitian ini. Adapun perbandingan rata-rata umur peternak skala kecil dan skala besar yaitu 43 tahun dan 46 tahun.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara umur peternak skala kecil dan skala besar maka dilakukan Uji Mann Whitney yang memiliki nilai signifikansiadalah 0,382. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara umur peternak skala kecil dan skala besar.

5.2.2 Pengalaman Beternak

Komposisi pengalaman beternak peternak ayam ras petelur yaitu antara 3 – 35 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 10. Komposisi Pengalaman Beternak Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

No Pengalaman Beternak

Skala Kecil Skala Besar

Jumlah (orang)

Persen (%)

Jumlah (orang)

Persen (%)

1 3 – 10 20 66,7 7 23,3

2 11 – 20 7 23,3 14 46,7

3 21 – 30 3 10 7 23,3

4 > 31 - - 2 6,7

Jumlah 30 100 30 100


(47)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 66,7% peternak ayam ras petelur skala kecil memiliki pengalaman beternak selama 3-10 tahun dan 46,7% peternak ayam ras petelur skala besar memiliki pengalaman beternak selama 11-20 tahun, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak ayam ras petelur di daerah ini sudah cukup berpengalaman dalam mengelola peternakan ayam ras petelur di daerah penelitian ini. Adapun perbandingan rata-rata pengalaman beternak peternak skala kecil dan skala besar yaitu 12 tahun dan 17 tahun.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara pengalaman beternak peternak skala kecil dan skala besar maka dilakukan Uji Mann Whitney yang memiliki nilai signifikansiadalah 0,001. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1diterima, artinya ada perbedaan antara pengalaman beternak peternak skala kecil dan skala besar.

5.2.3 Tingkat Pendidikan

Komposisi tingkat pendidikan peternak ayam ras petelur yaitu antara 6 – 12 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 11.Komposisi Tingkat Pendidikan Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

No Tingkat Pendidikan

Skala Kecil Skala Besar

Jumlah (orang)

Persen (%)

Jumlah (orang)

Persen (%)

1 SD 4 13,3 2 6,7

2 SMP 11 36,7 6 20

3 SMA 15 50 22 73,3

Jumlah 30 100 30 100


(48)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 50% peternak ayam ras petelur skala kecil dan 73,3% peternak ayam ras petelur skala besar memiliki telah menempuh pendidikan selama 12 tahun (SMA), hal ini menunjukkan bahwa peternak daerah ini telah cukup terdidik sehingga dapat mengelola usaha peternakan ayam ras petelur.Adapun rata-rata pendidikan peternak skala kecil dan skala besar yaitu 11 tahun.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara pendiidkan peternak skala kecil dan skala besar maka dilakukan Uji Mann Whitney yang memiliki nilai signifikansiadalah 0,388. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara umur peternak skala kecil dan skala besar.

5.2.4 Jumlah Ternak

Komposisi jumlah ternak peternak ayam ras petelur yaitu antara 3.000 – 250.000 ekor, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 12.Komposisi Jumlah Ternak Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

No Tingkat Pendidikan

Skala Kecil Skala Besar

Jumlah (orang)

Persen (%)

Jumlah (orang)

Persen (%)

1 3.000-10.000 15 50

2 10.001-20.000 15 50

3 30.001-50.000 - - 15 50,1

4 50.001-60.000 - - 9 30

5 60.001-70.000 - - 3 10

6 80.001-90.000 - - 1 3,3

7 100.001-150.000 - - 1 3,3

8 150.001-250.000 - - 1 3,3


(49)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 50% peternak ayam ras petelur skala kecil memiliki ternak ayam ras petelur yang berjumlah 10.000-20.000 ekor dan 36,7% peternak ayam ras petelur skala besar memiliki ayam ras petelur yang berjumlah 40.000-50.000 ekor, hal ini menunjukkan bahwa peternak ayam ras petelur skala besar memiliki jumlah ternak ayam lebih besar dibandingkan dengan peternak skala kecil. Adapun perbandingan rata-rata jumlah ternak peternak skala kecil dan skala besar yaitu 12.100 ekor dan 64.000 ekor.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara jumlah ternak peternak skala kecil dan skala besar maka dilakukan Uji Mann Whitney yang memiliki nilai signifikansiadalah 0,000.Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1diterima, artinya ada perbedaan antara jumlah ternak peternak skala kecil dan skala besar.

5.2.5 Jumlah Tanggungan

Komposisi jumlah tanggungan peternak ayam ras petelur yaitu antara 1 – 8 orang, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :


(50)

Tabel 13.Komposisi Jumlah Tanggungan Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

No Jumlah

Tanggungan

Skala Kecil Skala Besar

Jumlah (orang)

Persen (%)

Jumlah (orang)

Persen (%)

1 1 1 3,3 - -

2 2 8 26,7 4 13,3

3 3 8 26,7 9 30

4 4 8 26,7 7 23,3

5 5 4 13,3 5 16,8

6 6 1 3,3 3 10

7 7 - - 1 3,3

8 8 - - 1 3,3

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa 26,7% peternak ayam ras petelur skala kecil memiliki tanggungan sebanyak rata-rata sebanyak 3 orang dan 30% peternak ayam ras petelur skala besar memiliki memiliki tanggungan sebanyak 4 orang, hal ini menunjukkan bahwa peternak ayam ras petelur skala kecil memiliki tanggungan lebih sedikit dibandingkan dengan peternak skala besar. Adapun perbandingan rata-rata jumlah tanggungan peternak skala kecil dan skala besar yaitu 3 orang dan 4 orang.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara jumlah tanggungan peternak skala kecil dan skala besar maka dilakukan Uji Mann Whitney yang memiliki nilai signifikansiadalah 0,043.Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1diterima, artinya ada perbedaan antara jumlah tanggungan peternak skala kecil dan skala besar.


(51)

5.3 Perbedaan Input dan Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

5.3.1 Perbedaan Input Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

Perbedaan input usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 14. Perbedaan Input Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar Per Periode/Peternak

No Jenis

Input

Skala Kecil Skala Besar

Nilai

(Rp/Periode/Peternak)

Nilai

(Rp/Periode/Peternak)

1 Bibit DOC 78.488.333,33 406.365.000

2 Pakan 2.144.092.500 11.097.430.300

3 Obat-Obatan 105.970.000 577.550.000

4 Listrik 10.918.500 36.942.000

5 BBM 4.155.000 15.234.000

6 Pajak 2.700.000 8.505.000

7 Tenaga Kerja 121.500.000 375.750.000

8 Rak Telur 12.608.438 2.491.313

9 Penyusutan Kandang 56.783.333,3 255.013.333,3

10 Penyusutan Gudang 1.490.000 2.327.000

11 Penyusutan Generator 1.013.214,29 8.939.285,71

12 Penyusutan Beko 525.000 1.416.000

13 Penyusutan Sumur Bor 5.990.000 7.380.000

14 Penyusutan Peralatan Kandang

196.425 931.800

Jumlah 2.535.546.556 12.806.392.157

Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa input dari usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar memiliki perbedaan yaitu pada lebih besarnya biaya yang dikeluarkan oleh peternak skala kecil dalam menjalankan usaha ternak ayam ras petelur. Rataan biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak skala kecil yaitu sebesar Rp 2.535.546.556,-/periode atau sekitar Rp


(52)

209.549,-/ekor/periode.Sedangkan rataan biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak skala usaha besar yaitu sebesar Rp 12.806.392.157,-/periode atau sekitar Rp 200.100,-/ekor/periode.

Adapun perbedaan input dan output usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar jika dihitung dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode adalah sebagai berikut :

Tabel 15.Perbedaan Input Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar Per 1.000 Ekor DOC/Periode

No Jenis

Input

Skala Kecil Skala Besar

Nilai (Rp/1.000 Ekor DOC/Periode)

Nilai (Rp/1.000 Ekor DOC/Periode)

1 Bibit DOC 6.200.000 6.150.000

2 Pakan 175.835.000 172.766.000

3 Obat-Obatan 8.693.333,33 8.963.333,333

4 Listrik 1.018.987,928 627.245,2381

5 BBM 426.249,8663 247.529,7619

6 Pajak 260.585,5615 149.850,4762

7 Tenaga Kerja 11.429.879,68 6.437.023,81

8 Rak Telur 205.313 202.125

9 Penyusutan Kandang 4.803.416,221 3.999.333,333

10 Penyusutan Gudang 155.417,6972 37.114,0873

11 Penyusutan Generator 91.925,67482 135.963,1519

12 Penyusutan Beko 55.737,83422 22.752,28571

13 Penyusutan Sumur Bor 487.244,7267 134.876,8783

14 Penyusutan Peralatan Kandang

15.765,35428 14.420

Jumlah 209.678.856 193.450.544

Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa input dari usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar jika dihitung dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode juga memiliki perbedaan. Rataan biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak skala kecil yaitu sebesar Rp209.678.856,-/1.000 ekor


(53)

DOC/periode.Sedangkan rataan biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak skala usaha besar yaitu sebesar Rp 193.450.544,-/1.000 ekor DOC/periode.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara umur peternak skala kecil dan skala besar maka dilakukan Uji Mann Whitney yang memiliki nilai signifikansiadalah 0,000.Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1diterima, artinya ada perbedaan antara nilai input usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar.

5.3.2 Perbedaan Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

Perbedaan output usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel16. Perbedaan Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar Per Periode

No Jenis

Output

Skala Kecil Skala Besar Nilai

(Rp/Periode/Peternak)

Nilai

(Rp/Periode/Peternak) 1 Penerimaan telur 2.437.470.000 12.926.418.750 2 Penerimaan ayam afkir 223.550.000 1.193.500.000

3 Penerimaan kotoran 91.990.000 490.500.000

Jumlah 2.753.010.000 14.615.418.750

Sumber : Analisis Data Primer

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan jenis output pada usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. Hanya saja terdapat perbedaan nilai penerimaan antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar. Rataan penerimaan dari penjualan telur usaha ternak skala kecil dengan rataan


(54)

harga jual telur Rp 854,-/butir adalah Rp 2.437.470.000,- atau sekitar Rp 201.444,-/ekor/periode. Sedangkan rataan penerimaan dari penjualan telur usaha ternak skala besar dengan rataan harga jual telur Rp 867,-/butir adalah Rp 12.926.418.750,- atau sekitar Rp 201.975,-/ekor/periode.

Ayam afkir adalah ayang tua yang telah berumur 16-18 bulan, yang telah menurun masa produktifnya. Ayam afkir dijual pada akhir periode dengan rataan harga Rp 13.000,-/kg. Rataan penerimaan dari penjualan ayam afkir usaha ternak skala kecil adalah Rp 223.550.000,- atau sekitar Rp 18.471,-/ekor/periode. Sedangkan rataan penerimaan dari penjualan ayam afkir usaha ternak skala besar adalah Rp 1.198.500.000,-atau sekitar Rp 18.726,-/ekor/periode.

Kotoran ayam merupakan salah satu bentuk output yang bernilai ekonomis. Setiap ekornya, ayam dapat mengeluarkan 40-60 kg kotoran. Rataan penerimaan dari penjualan kotoran usaha ternak skala kecil dengan rataan harga jual Rp 126,-/kg adalah Rp 91.990.000,- atau sekitar Rp 7.602,-/ekor/periode. Sedangkan rataan penerimaan dari penjualan kotoran usaha ternak skala besar dengan rataan harga jual Rp 127,-/kg adalah Rp 490.500.000,- atau sekitar Rp 7.664,-/ekor/periode. Tabel17.Perbedaan Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan

Skala Besar Per 1.000 Ekor DOC/Periode

No Jenis

Output

Skala Kecil Skala Besar Nilai (Rp/1.000 Ekor

DOC/ Periode)

Nilai (Rp/1.000 Ekor DOC/ Periode)

1 Penerimaan telur 202.230.000 202.308.750

2 Penerimaan ayam afkir 18.250.000 18.700.000

3 Penerimaan kotoran 7.600.000 7.640.000

Jumlah 228.080.000 228.648.750


(55)

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rataan penerimaan dari penjualan telur usaha ternak skala kecil dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode adalah Rp 202.230.000,-. Sedangkan rataan penerimaan dari penjualan telur usaha ternak skala besar dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode adalah Rp 202.308.750,-.

Untuk rataan penerimaan dari ayam afkir usaha ternak skala kecil dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode adalah Rp 18.250.000,-. Dan rataan penerimaan dari ayam afkir untuk usaha ternak skala besar dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode adalah Rp 18.700.000,-.

Rataan penerimaan dari penjualan kotoran dalam usaha ternak skala kecil dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode Rp 7.600.000,-. Sedangkan rataan penerimaan dari penjualan kotoran dalam usaha ternak skala besar dalam satuan Rupiah/1.000 ekor DOC/periode adalah Rp 7.640.000,-.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara umur peternak skala kecil dan skala besar maka dilakukan Uji Mann Whitney yang memiliki nilai signifikansiadalah 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1diterima, artinya ada perbedaan antara nilai output usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan skala besar.


(56)

5.4 Perbedaan Hubungan Input Terhadap Output Antara Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

5.4.1 Perbedaan Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil

Dengan menggunakan korelasi Pearson, dapat dilihat hubungan variabel-variabel yang dianggap berpengaruh seperti bibit DOC, kandang, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja terhadap pendapatan peternak ayam ras petelur skala kecil.

Dengan pengujian tersebut diketahui bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki hubungan terhadap variabel terikat. Diketahui pada tabel bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit DOC (X1), kandang (X2), pakan (X3), obat-obatan(X4), dan tenaga kerja (X5) secara serempak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala besar (Y). Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki hubungan yang lebih signifikan terhadap pendapatan peternak ayam ras petelur skala kecil, apakah bibit DOC, kandang, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja.

a. Bibit (X1)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit (X1) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,403 artinya variabel bibit memiliki keeratan hubungan yang kuat terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).


(57)

b. Kandang (X2)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel kandang (X2) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,676 artinya variabel bibit memiliki keeratan hubungan yang kuat terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).

c. Pakan (X3)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pakan (X3) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,864 artinya variabel bibit memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y). d. Obat-Obatan (X4)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel obat-obatan (X4) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,393 artinya variabel bibit memiliki keeratan hubungan yang lemah terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).

e. Tenaga Kerja (X5)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja (X5) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,814artinya variabel tenaga kerja memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).


(58)

5.4.2 Perbedaan Hubungan Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar

Dengan menggunakan korelasi Pearson, dapat dilihat hubungan variabel-variabel yang dianggap berpengaruh seperti bibit DOC, kandang, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja terhadap pendapatan peternak ayam ras petelur skala besar.

Dengan pengujian tersebut diketahui bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki hubungan terhadap variabel terikat. Diketahui pada tabel bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit DOC (X1), kandang (X2), pakan (X3), obat-obatan(X4), dan tenaga kerja (X5) secara serempak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala besar (Y). Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pendapatan peternak ayam ras petelur skala besar, apakah bibit DOC, kandang, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja.

a. Bibit (X1)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit (X1) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,728 artinya variabel bibit memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala besar (Y).

b. Kandang (X2)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel kandang (X2) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,455 artinya variabel bibit memiliki keeratan hubungan yang kuat terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala besar (Y).


(59)

c. Pakan (X3)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pakan (X3) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,295 artinya variabel bibit memiliki keeratan hubungan yang sangat lemah terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala besar (Y). d. Obat-Obatan (X4)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel obat-obatan (X4) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,880 artinya variabel bibit memiliki keeratan hubungan yang sangat terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala besar (Y).

e. Tenaga Kerja (X5)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja (X5) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,797artinya variabel tenaga kerja memiliki keeratan yang sangat kuat terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala besar (Y).

5.5 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Antara Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

5.5.1 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil

Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan peternak usaha ternak ayam ras petelur skala kecil. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap pendapatan peternak ayam ras petelur skala kecil adalah : bibit DOC, kandang , pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan dalam persamaan liner berganda sebagai berikut :


(60)

Y= -4E+007 + 0,119 X1 – 0,695 X2 + 4,174 X3 – 31,691 X4 + 113,708 X5 Tabel18. Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usaha Ternak Ayam Ras

Petelur Skala Kecil

Variabel Koefisien t Hitung Signifikan

Konstanta -4E+007 -1,947 0,693

Bibit DOC 0,119 -0,580 0,933

Kandang -0,695 -1,927 0,950

Pakan 4,174 -0,880 0,021

Obat-Obatan -31,691 1,981 0,330

Tenaga Kerja 113,708 1,306 0,290

R2 0,764

Uji F 0,000

F Hitung 15,531

F Tabel 2,558

T Tabel 2,048

Sumber : Analisis Data Primer

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel pendapatan peternak ayam ras petelur skala kecil maka dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R2

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar (0,000*). Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu sebesar α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit (X1), kandang (X2), pakan (X3), obat-obatan (X4), dan tenaga kerja (X5) secara ). Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk model ini adalah 0,764. Artinya bahwa 76,4% pendapatan peternak ayam ras petelur skala kecil dipengaruhi oleh faktor bibit DOC, kandang, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja yang digunakan dalam usaha ternaknya. Sedangkan 23,6% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini.


(61)

serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).

Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pendapatan peternak ayam ras petelur skala kecil, apakah bibit DOC, kandang, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Untuk melihat itu, maka perlu dilakukan pengujian parsial (Uji t).

a. Bibit (X1)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,933). Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1ditolak, artinya variabel bibit (X1) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).

b. Kandang (X2)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pakan memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,950). Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1ditolak, artinya variabel kandang (X2) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).


(62)

c. Pakan (X3)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pakan memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,021). Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1diterima, artinya variabel pakan (X3) secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).

d. Obat-Obatan (X4)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel obat-obatan memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,330). Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1ditolak, artinya variabel obat-obatan (X4) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).

e. Tenaga Kerja (X5)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,290). Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1ditolak, artinya variabel tenaga kerja (X5) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil (Y).


(63)

5.5.2 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar

Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan peternak usaha ternak ayam ras petelur skala besar. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap pendapatan peternak ayam ras petelur skala besar adalah : bibit DOC, kandang, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan dalam persamaan regresi liner berganda sebagai berikut :

Y= -5E+008 + 1,621 X1 + 0,131 X2 + 0,034 X3 + 2,183 X4 + 3,289 X5 Tabel19. Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usaha Ternak Ayam Ras

Petelur Skala Besar

Variabel Koefisien t Hitung Signifikan

Konstanta -5E+008 0,550 0,587

Bibit DOC 1,621 3,868 0,001

Kandang 0,131 1,651 0,112

Pakan 0,034 -1,336 0,194

Obat-Obatan 2,183 3,060 0,005

Tenaga Kerja 3,289 2,532 0,018

R2 0,888

Uji F 0,000

F Hitung

F Tabel 2,558

T Tabel 2,048

Sumber : Analisis Data Primer

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel pendapatan peternak ayam ras petelur skala besar maka dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R2). Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk model ini adalah 0,888. Artinya bahwa 88,8% pendapatan peternak ayam ras petelur skala besar dipengaruhi oleh faktor bibit DOC, kandang, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja yang digunakan dalam usaha


(1)

Peternak

Skala Besar 30 32,47 974,00

Total 60

Test Statistics(a) Umur Peternak Mann-Whitney U 391,000

Wilcoxon W 856,000

Z -,874

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,382

a Grouping Variable: Skala

Lanjutan27.

Ranks

Skala N

Mean Rank

Sum of Ranks Pengalaman

Beternak

Skala Kecil

30 22,92 687,50

Skala Besar 30 38,08 1142,50

Total 60

Test Statistics(a) Pengalaman

Beternak Mann-Whitney U 222,500

Wilcoxon W 687,500

Z -3,377

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,001


(2)

Lanjutan27.

Ranks

Skala N

Mean Rank

Sum of Ranks Pendidikan

Peternak

Skala Kecil

30 28,90 867,00

Skala Besar 30 32,10 963,00

Total 60

Test Statistics(a) Pendidikan

Peternak Mann-Whitney U 402,000

Wilcoxon W 867,000

Z -,863

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,388

a Grouping Variable: Skala

Lanjutan27.

Ranks

Skala N

Mean Rank

Sum of Ranks Jumlah

Ternak

Skala Kecil

30 15,50 465,00

Skala Besar 30 45,50 1365,00

Total 60

Test Statistics(a) Jumlah Ternak Mann-Whitney U ,000


(3)

Wilcoxon W 465,000

Z -6,678

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,000

a Grouping Variable: Skala

Lanjutan27.

Ranks

Skala N

Mean Rank

Sum of Ranks JUmlah

Tanggungan

Skala Kecil

30 26,05 781,50

Skala Besar 30 34,95 1048,50

Total 60

Test Statistics(a) JUmlah Tanggungan Mann-Whitney U 316,500

Wilcoxon W 781,500

Z -2,026

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,043

a Grouping Variable: Skala

Lampiran 28. Hasil Uji Mann Whithney Perbedaan Nilai Input Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

Ranks

Skala N

Mean Rank

Sum of Ranks Nilai

Input

Skala Kecil


(4)

Skala Besar 30 45,50 1365,00

Total 60

Test Statistics(a) Nilai Input Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 465,000

Z -6,653

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,000

a Grouping Variable: Skala

Lampiran 29. Hasil Uji Mann Whithney Perbedaan Nilai Output Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

Ranks

Skala N

Mean Rank

Sum of Ranks Nilai

Output

Skala Kecil

30 15,50 465,00

Skala Besar 30 45,50 1365,00

Total 60

Test Statistics(a) Nilai Output Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 465,000

Z -6,654

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,000


(5)

Lampiran 30. Hasil Uji Mann Whithney Perbedaan Pendapatan Peternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil dan Skala Besar

Ranks

Skala N

Mean Rank

Sum of Ranks Pendapatan

Peternak

Skala Kecil

30 15,50 465,00

Skala Besar 30 45,50 1365,00

Total 60

Test Statistics(a) Pendapatan

Peternak Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 465,000

Z -6,653

Asymp. Sig.

(2-tailed) ,000

a Grouping Variable: Skala

Lampiran 31. Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Kecil

Tahun B C NB DF 18% NPV 1 DF 49%

0 2.753.010.000 2.487.847.000 265.163.000 1 265.163.000 1 1 2.945.720.700 2.661.996.290 283.724.410 0,847 240.314.575 0,671 2 3.151.921.149 2.848.336.030 303.585.118 0,718 217.974.115 0,45 3 3.372.555.629 3.047.719.552 324.836.077 0,609 197.825.170 0,302 4 3.608.634.523 3.261.059.921 347.574.602 0,516 179.348.494 0,203 5 3.861.238.940 3.489.334.116 371.904.824 0,437 162.522.408 0,136

PV 1.263.147.765

Investasi 658.061.667


(6)

NPV

IRR = i + ( i’ – i ) NPV - NPV’

605.086.097

= 18% + x ( 49% – 18% )

605.086.097-153.330.911 = 25,8%

Lampiran 32. Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Skala Besar

Tahun B C NB DF 18% NPV 1 DF 49%

0 14.615.419.000 12.697.042.000 1.918.377.000 1 1.918.377.000

1 15.200.035.760 13.204.923.680 1.995.112.080 0,847 1.689.859.932 0,671 2 15.808.037.190 13.733.120.627 2.074.916.563 0,718 1.489.790.092 0,45 3 16.440.358.678 14.282.445.452 2.157.913.226 0,609 1.314.169.154 0,302 4 17.097.973.025 14.853.743.270 2.244.229.755 0,516 1.158.022.553 0,203 5 17.781.891.946 15.447.893.001 2.333.998.945 0,437 1.019.957.539 0,136

PV 8.590.176.271

Investasi 2.715.336.667

NPV 5.874.839.604

NPV

IRR = i + ( i’ – i ) NPV - NPV’

5.874.839.604

= 18% + x ( 49% – 18% )

5.874.839.604 – 2.900.165.283 = 33,3%