Perancangan font dengan inspirasi bentuk toko Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon

(1)

37

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis atau Ary Pratama Nugraha, yang biasa dipanggil Ary, lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 14 Februari 1989 sebagai anak pertama dari pasangan Purboyo Solek dan Nina Tristina.

Jenjang pendidikan penulis diawali saat penulis menjadi siswa dari Taman Kanak-kanak Al-Hamidah di tahun 1994 pada usia 5 tahun. Kemudian penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Dasar Negeri Arcamanik Endah di tahun 1995 pada usia 6 tahun. Setelah berhasil lulus dengan nilai baik, penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandung di tahun 2001 pada usia 12 tahun. Pada usia 15 tahun, penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bandung di tahun 2004 dan lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bandung pada tahun 2007 dengan nilai memuaskan.

Saat ini penulis tengah menempuh pendidikan Sarjananya di Universitas Komputer Indonesia dalam bidang studi Desain Komunikasi Visual.


(2)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN FONT DENGAN INSPIRASI BENTUK TOKOH PRABU CAKRABUANA WAYANG CEPAK CIREBON

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2011/2012

Oleh :

Ary Pratama 51908114

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT. karena atas ridho dan bimbingan-Nya akhirnya laporan pengantar Tugas Akhir berjudul PERANCANGAN FONT DENGAN INSPIRASI BENTUK TOKOH PRABU CAKRABUANA WAYANG CEPAK CIREBON ini dapat terselesaikan.

Laporan pengantar Tugas Akhir dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia. Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan yang lebih baik, sesuai dengan yang diharapkan.

Atas segala perhatiannya penulis ucapkan banyak terimakasih.

Bandung, 19 Juli 2012


(4)

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Fokus Permasalahan ... 6

1.4 Tujuan Perancangan ... 6

BAB II WAYANG CEPAK CIREBON DAN TIPOGRAFI ... 7

2.1 Definisi Wayang ... 7

2.2 Wayang Cepak Cirebon ... 8

2.2.1 Definisi Wayang Cepak ... 8

2.2.2 Asal-Usul Wayang Cepak ... 9

2.2.3 Tokoh Prabu Cakrabuana ... 9

2.3 Kota Cirebon ... 11

2.3.1 Geografi Kota Cirebon ... 11

2.4 Tipografi... 12

2.4.1 Legibility ... 12

2.4.2 Readibility ... 12

2.4.3 Fungsi Tipografi ... 13

2.4.4 Display Type ... 13

2.5 TinjauanTentang Huruf ... 13

2.6 Klasifikasi Huruf ... 14

2.6.1 Serif ... 14

2.6.2 Sans Serif ... 14


(5)

iii

2.6.4 Decorative ... 15

2.7 Anatomi Huruf Secara Umum ... 15

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 16

3.1 Strategi Perancangan ... 16

3.1.2 Strategi Komunikasi ... 16

3.1.3 Tujuan Komunikasi ... 16

3.1.4 Segmentasi ... 17

3.1.5 Pesan Utama... 18

3.2 Strategi Kreatif ... 18

3.2.1 Modular Type ... 18

3.2.2 Pendekatan Visual ... 20

3.2.3 Pemilihan Patokan Bentuk Huruf dan Modul Huruf ... 21

3.2.4 Penerapan Modular Type ... 21

3.2.5 Grid Sistem ... 22

3.3 Sistem Huruf ... 23

3.3.1 Figure dan Ground ... 23

3.3.2 Anatomi dari Huruf yang Dibuat ... 23

3.3.3 Pengaturan Kerning ... 24

3.3.4 Pengaturan Tracking ... 26

3.3.5 Pengaturan Leading ... 27

3.3.6 Readibility ... 28

3.4 Strategi Media ... 28

3.4.1 Pertimbangan Media ... 28

3.4.2 Pemilihan Media ... 29

3.5 Strategi Distribusi ... 29

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1 Proses Sketsa ... 30

4.2 Proses Digitalisasi ... 31

4.2.1 Proses Digitalisasi dengan Software Corel Draw X3 ... 31

4.2.2 Proses Digitalisasi dengan Software Font Creator 6.0 ... 33


(6)

iv

4.4 Aplikasi Pada Media ... 37

4.4.1 Aplikasi pada Brosur ... 37

4.4.2 Aplikasi pada Artikel Majalah ... 38

4.4.3 Aplikasi pada Pamflet... 39

4.4.4 Aplikasi pada Papan Nama Jalan ... 40

4.4.5 Aplikasi pada Sampul Buku ... 41

4.4.6 Aplikasi pada Sampul Majalah ... 42

4.4.7 Aplikasi pada Spanduk ... 43

4.4.8 Aplikasi pada Kaos ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Aenurriza, Dimas (2009). Aspek Moral. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Depok: Universitas Indonesia.

Lubis, Nina H (2000). Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat. Jatinangor: ALQAPRINT

Mertosasono, Amir (1986). SEJARAH WAYANG Asal-Usul, Jenis, dan Cirinya. Semarang: Daham Prize.

Rustan, Surianto (2010) Font & TIPOGRAFI. Jakarta: Gramedia.

Veryani, Henny (2009). Makalah Cultural Antropology. Surabaya: STIKOM The London School of Public Relations.

Tim Penulis Pustaka Jaya (2000). ENSIKLOPEDI SUNDA Alam, Manusia, dan Budaya TERMASUK BUDAYA CIREBON DAN BETAWI. Jakarta: Pustaka Jaya.

Yuwanda, Agung (2010). Perancangan Tipografi Adaptasi Dari Seni Kaligrafi Islam Jenis Khat Kufi. Bandung: Perpustakaan UNIKOM.

Batavise. Wayang Cepak. Diakses pada November 2011. W.W.W: http://bataviase.co.id/node/129741

Carapedia. Pengertian dan Definisi Kesenian Menurut Para Ahli. Diakses pada November 2011.

W.W.W:

http://carapedia.com/pengertian_definisi_kesenian_menurut_para_ahli_info491.ht ml


(8)

Indonesia, Wayang (2010). Wayang Cepak Cirebon. Diakses pada Desember 2011.

W.W.W: http://wayang.wordpress.com/2010/03/06/wayang-cepak-cirebon/

Kusuma, Afandi (2009). Definisi Kebudayaan Menurut Para Ahli. Diakses pada November 2011.

W.W.W: http://afand.abatasa.com/post/detail/6923/definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli

Sobarli, Willy (2011). Sejarah Wayang Golek Di Jawa Barat. Diakses pada Februari 2012.

W.W.W: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6928454

Tribun Jabar (2011). Wayang Tak Bermahkota Berusia 100 Tahun. Diakses pada November 2011.

W.W.W: http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/53133

Tumblr (2011). Eksplorasi huruf dari bentuk wayang kulit. Diakses pada April 2012.

W.W.W: http://www.tumblr.com/tagged/eksplorasi-huruf-dari-bentuk-wayang-kulit

Wikipedia (2012). Kesultanan Cirebon. Diakses pada Mei 2012. W.W.W:

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon#Pangeran_Cakrabuana_.28.E2.8 0.A6._.E2.80.931479.29

Wikipedia (2011). Kota Cirebon. Diakses pada Februari 2012. W.W.W: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wayang adalah salah satu kesenian tradisional Indonesia. Secara harfiah, kata “wayang” berasal dari Bahasa Jawa yang artinya bayangan, kata tersebut mengalami pergeseran makna seiring dipentaskannya pertunjukan wayang kulit yang menggunakan bayangan sebagai media visualisasi pada penonton, kata “wayang” tersebut kemudian menjadi digunakan untuk menyebut boneka yang digunakan untuk pertunjukan tersebut.

Wayang adalah seni pertunjukan boneka asli Indonesia, hal ini juga telah diakui UNESCO, lembaga PBB untuk bidang kebudayaan, yang telah menetapkan wayang sebagai pertunjukan boneka dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 7 November 2003.

Wayang Cepak adalah wayang yang terbuat dari kayu, memiliki ciri khas yaitu bagian kepala wayang yang datar. Tradisi wayang ini berkembang sejak abad ke-15, oleh dua wali yaitu Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga sebagai media syiar atau penyebaran Agama Islam. Wayang cepak populer di daerah Indramayu dan Cirebon. Bentuk wayang cepak ini menyerupai wayang golek, hanya saja ornamen atau hiasan kepala yang digunakan wayang cepak ini cenderung berbentuk datar, tidak berbentuk mahkota seperti wayang golek, dan rupa dari wajah wayang cepak lebih menyerupai rupa muka manusia bila dibandingkan dengan wayang golek.

Secara umum, keberadaan kesenian wayang ini dapat disamakan dengan beberapa kesenian tradisional Indonesia lainnya, yaitu mulai tidak dimainkan atau dipertunjukkan lagi sesering pada masa lalu. Organ tunggal atau kesenian musik lainnya lebih diminati untuk acara hajatan, karena dinilai lebih praktis dalam persiapannya apabila dibandingkan dengan pementasan Wayang Cepak, hal tersebut juga diungkapkan oleh Ki Akhmadi, dalang yang masih aktif mementaskan pertunjukan Wayang Cepak. Selain itu Ki Akhmadi juga


(10)

2

mengeluhkan ketidakpedulian pemerintah Cirebon dalam upaya pelestarian Wayang Cepak.

Gambar I.1Ki Akhmadi sedang memainkan tokoh Wayang Cepak, Panji Sumber: http://citizenimages.kompas.com/citizen/view/55291-Wayang-Cepak

Keberadaan aset seni dan budaya, memerlukan pendokumentasian, apresiasi, atau perhatian dari masyarakat agar terjaga kelestariannya, pendokumentasian dapat berupa tersedianya galeri dan perpustakaan kesenian untuk menyimpan dan memamerkannya, sedangkan apresiasi bisa dapat berupa sarana penghargaan terhadap aset seni dan budaya tersebut melalui suatu media.

Hermawan Rianto dan Tutun Hatta Saputra yang merupakan Direktur Festival dan Wakil Direktur Festival dari Bandung Wayang Festival yang dilaksanakan pada tanggal 10 November 2010 menyatakan bahwa Wayang cepak termasuk ke dalam jenis wayang yang sudah tidak mendapatkan perhatian di masyarakat dan mulai ditinggalkan oleh para penggemarnya di masa lalu.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan narasumber Romulo yang menjabat sebagai Pamong Budaya dan Kurator dari Museum Sri Baduga, masyarakat sudah jenuh dan mulai tidak menyukai Wayang Cepak dikarenakan hiburan yang disajikan dalam pementasan Wayang Cepak dianggap terlalu kaku dan lawakan yang disajikan kurang bisa mengikuti dinamika selera humor masyarakat. Hal-hal tersebut disebabkan oleh pakem atau aturan-aturan dari


(11)

3

pementasan Wayang Cepak Cirebon yang memang sulit untuk dilanggar atau diubah untuk menyesuaikan dengan dinamika selera masyarakat, karena pada dasarnya pakem atau aturan-aturan tersebut mengacu pada aturan keagamaan, dalam hal ini Agama islam, atau kitab Agama Islam yaitu Kitab Al-Qur’an.

Berdasarkan pendapat Yongki Safanayong pada Kata Sambutan dalam Surianto Rustan (2011, 10) bahwa dalam bidang Desain Komunikasi Visual, Tipografi, khususnya yang bersifat eksperimental seperti font yang terinspirasi dari ornamen seni atau budaya tradisional, merupakan visual language atau bahasa visual, yang memiliki kekuatan tersendiri, karena bahasa ini mampu menghubungkan pikiran dan informasi yang ada dalam pikiran manusia melalui pengelihatan, serta memiliki impresi khusus karena memiliki keunikan eksplorasi visual dalam media sehingga memberikan pengalaman berbeda pada audiens yang melihatnya dan berpotensi untuk diingat lebih lama. Selain itu hampir setiap hari, bahkan setiap saat tipografi dapat berhubungan dengan manusia, contohnya, aplikasi disiplin ilmu tipografi digunakan dalam papan nama jalan, nama tempat, judul dalam artikel, dan lain-lain. Era digital di mana hampir setiap orang sudah memiliki komputer dan akses internet juga memudahkan distribusi dan pengaplikasian dari font yang telah di-digitalisasi.

Apabila Wayang Cepak Cirebon memang sudah tidak memungkinkan untuk mendapatkan apresiasi di masyarakat dalam bentuk pementasan, mungkin Wayang Cepak bisa tetap mendapatkan apresiasi dalam bentuk lain yang lebih aplikatif dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kekuatan visual. Berawal dari pemikiran tersebut, penulis memutuskan untuk menggunakan media tipografi sebagai sarana apresiasi masyarakat Indonesia, khususnya kota Cirebon terhadap Wayang Cepak Cirebon. Dengan adanya sarana apresiasi tersebut, diharapkan masyarakat yang telah mengetahui tentang Wayang Cepak Cirebon menjadi tetap mengingat Wayang Cepak Cirebon, dan masyarakat yang belum mengetahui tentang Wayang Cepak Cirebon menjadi ingin tahu mengenai Wayang Cepak Cirebon karena keunikan dari font yang dibuat.

Tokoh yang dipilih sebagai inspirasi bentuk dalam font dengan inspirasi bentuk Wayang Cepak Cirebon ini adalah tokoh Prabu Cakrabuana, tokoh tersebut dipilih karena memiliki hubungan yang erat dengan sejarah Kota Cirebon. Dalam


(12)

4

sejarah Kota Cirebon, disebutkan bahwa Prabu Cakrabuana-lah yang mendirikan kesultanan di Cirebon, menyebarkan Agama islam di Cirebon, dan memberi nama “Cirebon”.

Font dengan inspirasi bentuk Wayang Cepak Cirebon ini diharapkan menjadi suatu media apresiasi yang dapat memberikan kontribusi tidak hanya pada upaya pelestarian Wayang Cepak Cirebon, tetapi juga dalam upaya memperkaya karya seni Indonesia yang terinspirasi dari bentuk ornamen seni atau budaya, khususnya dalam bidang tipografi.


(13)

5 1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Wayang Cepak Cirebon mulai tidak dimainkan atau tidak dipertunjukkan lagi sesering pada masa lalu.

2. Menurunnya minat masyarakat terhadap pertunjukan Wayang Cepak Cirebon karena berbagai aspek dari pertunjukannya sulit untuk beradaptasi dengan kebutuhan atau selera hiburan masyarakat dikarenakan pakem yang sangat mengikat dalam pertunjukan Wayang Cepak Cirebon, membuat Wayang Cepak Cirebon sulit mendapatkan apresiasi masyarakat melalui pementasannya.

3. Aset seni budaya seperti Wayang Cepak Cirebon memerlukan pendokumentasian, apresiasi, atau perhatian di masyarakat agar terjaga kelestariannya.

4. Belum ada upaya adaptasi bentuk Wayang Cepak Cirebon ke dalam media tipografi.

5. Font yang terinspirasi dari ornamen seni atau budaya tradisional, mampu menghubungkan pikiran dan informasi yang ada dalam pikiran manusia melalui pengelihatan, serta memiliki impresi khusus karena memiliki keunikan eksplorasi visual dalam media sehingga memberikan pengalaman berbeda pada audiens yang melihatnya dan berpotensi untuk diingat lebih lama.

6. Dalam era digital, font dengan format digital lebih mudah tersebar dan teraplikasi di masyarakat.


(14)

6 1.3 Fokus Permasalahan

Membuat font yang berfungsi sebagai headline, judul, nama, dan sejenisnya untuk nama acara, nama tempat, judul buku, dan lainnya, atau yang biasa disebut dengan istilah Display Type dengan bentuk huruf yang terinspirasi dari bentuk Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon.

1.4 Tujuan Perancangan

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan, maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat font dengan inspirasi bentuk Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon sebagai media apresiasi Wayang Cepak Cirebon di masyarakat.

2. Membuat font dengan inspirasi bentuk Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon sesuai dengan kaidah-kaidah atau aturan-aturan tipografi yang benar.


(15)

7 BAB II

WAYANG CEPAK CIREBON DAN TIPOGRAFI

2.1 Definisi Wayang

Beberapa arti kata “Wayang” dalam berbagai bahasa menurut Amir Mertosasono (1986, 28) adalah sebagai berikut:

a. Bahasa Jawa: perkataan wayang artinya wayangan (layangan) b. Bahasa Indonesia: Bayang-bayang, samar-samar, tidak jelas. c. Bahasa Aceh: Wayangan artinya bayangan.

d. Bahasa Bugis: Wayang artinya bayang-bayang.

Menurut Kern dalam Amir Mertosasono (1986, 28), dalam Bahasa Bikol (Jawa Kuno), Wayang berasal dari kata wod dan yang, yang artinya gerakan yang berulang-ulang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa wayang artinya bayangan yang bergoyang, bolak-balik atau mondar-mandir tidak tetap di tempatnya.

Menurut G.A.J. Hazeu dalam Amir Mertosasono (1986, 28), Wayang berasal dari kata Hyang yang berarti roh, sukma, atau Dewa.

Menurut Basusastra Jawa dalam Amir Mertosasono (1986, 29), wayang terbuat dari kulit dan menceritakan peranan orang Jawa jaman dahulu.

Menurut R.M. Sayid dalam Amir Mertosasono (1986, 29), wayang menggambarkan karakter dan sifat manusia.

Menurut Nederlands Indie Land Valk Geschie denis End Bestuur En Samenleving dalam Amir Mertosasono (1986, 21), Wayang adalah suatu permainan bayangan pada kelir yang dibentangkan.

Definisi-definisi di atas merujuk pada definisi Wayang yang terbuat dari bahan kulit dan dipertunjukkan dengan cara diperlihatkan bayangan dari wayang tersebut, namun definisi wayang menurut Sopandi (1984, 70) yang terdapat dalam tulisan pada laman web Sejarah Wayang Golek Di Jawa Barat yang diposkan pada tanggal 5 Februari 2011, adalah sebagai berikut: Pada tahun 1583, Sunan Kudus membuat wayang golek, maksudnya dapat ditonton pada siang hari berkembang di Jawa Barat. Daerah yang pertama dimasuki adalah Cirebon, bahasa yang digunakanya pun masih Bahasa Jawa. Tema yang selalu ditampilkan adalah mengenai kisah-kisah Wong Agung Menak yang mempunyai nama-nama seperti


(16)

8

Amir, Amir Mukminin, Jayadimuri, Jayangjurit, Jayenglaga, Jayengsatru, dan lain-lain. Wayang tersebut dikenal dengan wayang cepak. Pada tahun 1808-1811 setelah ada jalan pos yang dibangun Daendels, wayang golek mulai masuk ke Priangan. Jadi, wayang golek yang terbuat dari kayu dibuat agar pertunjukkan wayang bisa digelar pada siang hari, tanpa harus tergantung pada bayangan dari wayang seperti halnya wayang kulit yang dipertunjukkan pada malam hari, sehingga muncul wayang yang terbuat dari kayu di daerah Jawa Barat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Wayang (kata benda) adalah boneka tiruan manusia yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya, yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dl pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan sebagainya), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang.

2.2 Wayang Cepak Cirebon

2.2.1 Definisi Wayang Cepak

Menurut Nita Julianita, Kepala Seksi Perlindungan Museum Negeri Sri Baduga dalam Dedy Herdiana dalam salah satu artikel Tribun Jabar, Wayang Cepak dibuat pada 1900-an berasal dari Cirebon. Wayang cepak merupakan jenis dari wayang golek. Disebut wayang cepak atau papak karena kepalanya rata tanpa mahkota. Jenis wayang golek lainnya adalah wayang golek purwa, dan sekarang muncul wayang gaya baru seperti wayang golek buatan Jelekong.


(17)

9 2.2.2 Asal-Usul Wayang Cepak

Menurut Leluri, pada masa Cirebon diperintah oleh Panembahan Adiningrat Kesumah (1649-1655), seorang senapati kesultanan Cirebon bernama Pangeran Sutajaya yang bergelar Pangeran Papak, menghadiahkan seperangkat wayang golek kepada Ki Prengut, dalang terkenal waktu itu. Sejak itu wayang pemberian Pangeran Papak itu dipakai oleh Ki Prengut dan disebut Wayang Golek Papak atau Wayang Golek Cepak. Diperkirakan Wayang Cepak ini lebih muda daripada Wayang Kulit Purwa, karena bentuk Wayang Cepak ini menunjukkan peniruan dari Wayang Kulit, Suluk dan Antawacana-nya pun meniru wayang kulit, sedangkan lakonnya berorientasi kepada zaman sesudah ada pengaruh Islam.

2.2.3 Tokoh Prabu cakrabuana

Prabu Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran. Putera pertama Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari istrinya yang kedua bernama SubangLarang (puteri Ki Gedeng Tapa). Nama kecilnya adalah Raden Walangsungsang, setelah remaja dikenal dengan nama Kian Santang. Ia mempunyai dua orang saudara seibu, yaitu Nyai Lara Santang/ Syarifah Mudaim dan Raden Sangara.

Sebagai anak sulung dan laki-laki ia tidak mendapatkan haknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran. Hal ini disebabkan oleh karena ia memeluk agama Islam (diturunkan oleh Subanglarang - ibunya), sementara saat itu (abad ke-16) ajaran agama mayoritas di Pajajaran adalah Sunda Wiwitan (agama leluhur orang Sunda) Hindu dan Budha. Posisinya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa, anak laki-laki Prabu Siliwangi dari istrinya yang ketiga Nyai Cantring Manikmayang.

Ketika kakeknya Ki Gedeng Tapa yang penguasa pesisir utara Jawa meninggal, Walangsungsang tidak meneruskan kedudukan kakeknya, melainkan lalu mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan Cirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana.


(18)

10

Pangeran Cakrabuana, yang usai menunaikan ibadah haji kemudian disebut Haji Abdullah Iman, tampil sebagai "raja" Cirebon pertama yang memerintah dari keraton Pakungwati dan aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.

Gambar II.1Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon


(19)

11 2.3 Kota Cirebon

2.3.1 Geografi Kota Cirebon

Geografi Kota Cirebon berdasarkan id.wikipedia.org adalah sebagai berikut: Kota Cirebon terletak pada 6°41'S 108°33'E pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta.

Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 37,54 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%).

Wilayah Kotamadya Cirebon Sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa.

Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % dimana 0-3 % merupakan daerah berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran.

Kota ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.


(20)

12 2.4 Tipografi

Menurut Surianto Rustan (2010, 16), secara tradisional istilah tipografi berkaitan erat dengan setting huruf dan pencetakannya. Pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat maknanya semakin meluas. Kini tipografi dimaknai sebagai: segala disiplin yang berkenaan dengan huruf. Pada prakteknya, saat ini tipografi telah jauh berkolaborasi dengan bidang-bidang lain, seperti multimedia dan animasi, web dan online media lainnya, sinematografi, interior, arsitektur, desain produk dan lain-lain.

2.4.1 Legibility

Menurut Surianto Rustan (2010, 74) Legibility berhubungan dengan kemudahan mengenali dan membedakan masing-masing huruf atau karakter. Legibility menyangkut desain atau bentuk huruf yang digunakan. Suatu jenis huruf dikatakan legible aoabila masing-masing huruf atau karakter-karakternya mudah dikenali dan dibedakan dengan jelas satu sama lain.

2.4.2 Readibility

Menurut Surianto Rustan (2010, 74) Readibility berhubungan dengan keterbacaan suatu teks. Teks yang readible berarti keseluruhannya mudah dibaca. Apabila legibility lebih membahas kejelasan karakter satu-per-satu, readibility tidak lagi menyangkut huruf atau karakter satu-per-satu, melainkan keseluruhan teks yang telah disusun menjadi suatu komposisi. Legibility bisa menciptakan readibility, karena biasanya kalau kita mudah untuk membedakan masing-masing karakter, maka keseluruhan teks akan mudah dibaca. Namun ada kalanya suatu teks yang legible tidak readible. Contohnya bila masing-masing huruf atau karakternya jelas, mudah dikenali dan dibedakan, tapi disusun dalam komposisi vertikal, terbalik, pemenggalan yang tidak benar, terlalu berdesakan, atau kondisi lain yang membuat keseluruhan teks sulit dibaca.


(21)

13 2.4.3 Fungsi Tipografi

Menurut Surianto Rustan (2010, 126) Tipografi memiliki tiga fungsi antara lain:

a. Tipografi Sebagai Teks

Tipografi sebagai penyampai pesan sang penulisnya. Teks mendapat penanganan khusus dan memperhatikan faktor-faktor optis. Di sini legibility dan readibility menjadi hal yang sangat penting b. Tipografi Sebagai Penyampai Informasi

Tipografi sebagai penyampai informasi, label, tanda pengenal, penunjuk arah. Di sini legibility dan readibility menjadi hal yang sangat penting.

c. Tipografi Sebagai Gambar

Tipografi sebagai penyampai pandangan, sikap dan ekspresi kreatif. Di sini legibility dan readibility tidak menjadi prioritas.

2.4.4 Display Type

Menurut Surianto Rustan (2010, 53) Display Type adalah huruf yang didesain secara khusus dan proporsional untuk digunakan sebagai penarik perhatian. Display Type cenderung mudah terlihat, berukuran besar dan singkat, serta kemungkinan besar tidak nyaman dibaca apabila dijadikan Text Type, karena biasanya Display Type didesain untuk digunakan dalam ukuran besar dan tidak memprioritaskan legibility.

2.5 Tinjauan Tentang Huruf

Menurut Surianto Rustan (2010, 16) Makna khusus huruf sebetulnya adalah satuan alfabet (yang dalam bahasa latin terdiri dari 26 buah). Dalam prakteknya, makna huruf meluas, tidak hanya mewakili 26 karakter dalam alfabet, tetapi juga angka, tanda baca, dan lain-lain.


(22)

14 2.6 Klasifikasi Huruf

Berdasarkan bentuknya, para pakar tipografi umumnya membagi jenis huruf ke dalam empat kelompok besar: serif, sans serif, script dan dekoratif.

2.6.1 Serif

Serif, dengan ciri memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Persis mendekati ujung kaki-kaki hurufnya, baik di bagian atas maupun bawah, terdapat pelebaran yang menyerupai penopang atau tangkai. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Menurut sejarah, asal-usul bentuk huruf ini adalah mengikuti bentuk pilar-pilar bangunan di Yunani Kuno.

Kegunaan tangkai serif pada ukuran teks kecil, seperti seukuran tulisan teks di surat kabar atau buku, umumnya tangkai pada kaki-kaki font serif membantu agar tulisan mudah dibaca, tangkai huruf serif membantu membentuk garis tak tampak yang memandu kita mengikuti sebuah baris teks. Karena itulah banyak buku-buku di-layout dengan serif. Beberapa contoh huruf serif: Times New Roman, G ungsuh, Baskerville Old Face.

2.6.2 Sans Serif

Sans Serif berarti tanpa serif atau kaki, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. Huruf sans serif kadang lebih mudah dibaca, karena justru kaki-kaki font serif memperumit bentuk huruf sehingga sedikit lebih lama dibaca. Jika huruf kecil sekali atau pada resolusi rendah seperti di layar monitor, kaki serif bisa tampak bertindihan dan menghalangi pandangan. Beberapa contoh huruf sans serif: Arial, Eras Light

ITC, Kimberley.

2.6.3 Script

Huruf script didesain menyerupai tulisan tangan, ada yang seperti goresan kuas atau pena kaligrafi. Huruf script didesain untuk digunakan dalam teks yang memadukan huruf besar-kecil, bukan huruf besar semua.


(23)

15

Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab. Beberapa contoh huruf script: Brush Script MT, Lucida Handwriting, Mistral.

2.6.4 Decorative

Huruf dekoratif merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

Umumnya jenis-jenis huruf skrip dan dekoratif digunakan untuk hiasan atau dekorasi, bukan untuk teks maupun headline teks. Karena derajat kompleksitasnya lebih tinggi, maka tidak cocok untuk teks karena akan menyulitkan pembacaan. Beberapa contoh huruf decorative: BEAMIE,

Jokerman, Spit Shine.

2.7 Anatomi Huruf Secara Umum

Gambar II.2 Anatomi Huruf (Sumber: Tipografi dalam Desain Grafis).

Capline : garis maya lurus bagian teratas huruf uppercase. Meanline : garis lurus bagian teratas huruf lowercase. Baseline : garis maya lurus bagian terbawah huruf.

Descender : bagian huruf lowercase yang berada di bawah baseline. Ascender : bagian huruf lowercase yang berada diantara meanline dan

capline.


(24)

16

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan

Perancangan font dengan inspirasi bentuk Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon ini terdiri dari beberapa tahapan sehingga tercipta sebuah tipografi yang memliki visual, pesan, legibility dan readibility yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip tipografi.

Strategi-strategi perancangan font dengan inspirasi bentuk Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon antara lain sebagai berikut:

3.1.2 Strategi Komunikasi

Bentuk Wayang Cepak Cirebon yang menjadi inspirasi pembuatan font, akan menciptakan font yang bersifat eksperimental. Font eksperimental yang terinspirasi dari ornamen seni atau budaya tradisional, mampu menghubungkan pikiran dan informasi yang ada dalam pikiran manusia melalui pengelihatan, serta memiliki impresi khusus karena memiliki keunikan eksplorasi visual dalam media sehingga memberikan pengalaman berbeda pada audiens yang melihatnya dan berpotensi untuk diingat lebih lama.

3.1.3 Tujuan Komunikasi

Perancangan font dengan inspirasi bentuk Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon ini bertujuan menciptakan suatu kesatuan huruf baru yang memiliki ciri khas dari bentuk Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon dalam format digital yang dapat diaplikasikan dalam komputer untuk dipergunakan sebagai media komunikasi dan sebagai sarana apresiasi lain masyarakat terhadap Wayang Cepak Cirebon, selain dengan cara apresiasi dalam bentuk pementasan.

Dengan adanya sarana apresiasi tersebut, diharapkan masyarakat yang telah mengetahui tentang Wayang Cepak Cirebon menjadi tetap mengingat Wayang Cepak Cirebon, dan masyarakat yang belum mengetahui tentang


(25)

17

Wayang Cepak Cirebon menjadi ingin tahu mengenai Wayang Cepak Cirebon karena keunikan dari font yang dibuat.

3.1.4 Segmentasi

Meskipun font yang dibuat akan disebarkan secara gratis melalui media internet, yang akan membuat font ini dapat diakses siapa saja di seluruh dunia, namun, font ini tetap memiliki segmentasi spesifik, karena tidak semua orang akan menjadi pemakai atau penyuka dari font ini. Secara spesifik, segmentasi penggunaan font dengan inspirasi bentuk Wayang Cepak Cirebon adalah sebagai berikut:

a. Demografis

Rincian demografis dari font ini sebagai berikut:

- Digunakan untuk hal-hal atau acara yang berhubungan erat dengan budaya atau kesenian Indonesia, baik formal atau non formal.

- Usia 15 tahun ke atas.

- Lembaga atau profesi yang menggunakan font ini seperti: pelajar, mahasiswa, desainer, lembaga pemerintah atau organisasi yang bergerak di bidang kebudayaan, dan lain-lain.

- Bisa digunakan oleh laki-laki atau perempuan.

- Status sosial menyeluruh mulai dari menengah ke bawah sampai menengah ke atas.

b. Geografis

Secara geografis, font dengan inspirasi bentuk Wayang Cepak Cirebon ini khususnya akan digunakan di sekitar wilayah Kota Cirebon daerah perkotaan, atau daerah-daerah yang kuat unsur budayanya. Namun tidak menutup kemungkinan penggunaannya akan meluas ke daerah Jawa barat atau bahkan seluruh Indonesia, di tempat yang kuat nuansa Kota Cirebonnya atau kuat nuansa budayanya. Namun persebaran dari font ini tidak tertutup kemungkinan untuk tersebar ke seluruh dunia.


(26)

18 c. Psikologis

Secara psikologis, masyarakat yang akan menggunakan tipografi ini adalah masyarakat yang memiliki ketertarikan pada huruf yang bersifat eksperimental dan bersifat dekoratif, memiliki ketertarikan pada ornamen-ornamen atau hal-hal yang berhubungan dengan seni budaya Indonesia.

3.1.5 Pesan Utama

Pesan utama yang ingin penulis sampaikan dalam perancangan font dengan inspirasi bentuk Wayang Cepak Cirebon ini adalah agar Wayang Cepak bisa kembali mendapatkan apresiasi di masyarakat. Apabila Wayang Cepak Cirebon sudah sulit untuk mendapatkan apresiasi di masyarakat dalam bentuk pementasan, setidaknya melalui tipografi ini masyarakat masih bisa mengapresiasi jenis wayang asli Cirebon, Indonesia yaitu Wayang Cepak Cirebon.

3.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif perancangan tipografi dengan inspirasi bentuk tokoh Prabu Cakrabuana terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

3.2.1 Modular Type

Menurut Agung Yuwanda (2010, 19),modular type adalah suatu teknik dalam merancang suatu huruf baru dengan menggunakan modul dari suatu bentuk tertentu sebagai bahan untuk menyusun, merakit, menciptakan huruf baru, tanpa merubah keaslian bentuk yang sudah ada.

Pemilihan modul itu diambil dari kekhasan, keunikan dari struktur bentuk yang dijadikan sebagai modul untuk merancang suatu huruf baru. Hal ini bertujuan untuk menjaga karakteristik dari suatu bentuk yang dijadikan modul agar tercipta suatu huruf baru dengan karakteristik khas dari bentuk yang dijadikan sebagai modul tersebut. Beberapa contoh dari modular type adalah sebagai berikut:


(27)

19

Gambar III.1 Block Type karya Max Kisman Sumber:

http://www.typeworkshop.com/index.php?id1=Providence_03_2005&id2=backgroundinf o

Gambar III. 2 Modullar type karya Fregio Mecano Sumber : http://modulartype.tumblr.com/


(28)

20

3.2.2 Pendekatan Visual

Bagian kepala dari tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon dipilih sebagai bentuk yang akan dijadikan inspirasi perancangan tipografi karena bagian tersebut dianggap memiliki ciri khas dari tokoh tersebut, baik dari ornamen yang digunakan seperti ikat kepala atau sorban yang bagian atasnya berbentuk “cepak”, ataupun dari organ tubuh seperti bentuk mata, hidung, dan lain-lain, apabila dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Setelah melalui beberapa kali proses penjiplakan dan penggambaran ulang, dari bentuk kepala tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon tersebut didapat tarikan-tarikan garis yang mewakili ciri khas dari Tokoh Prabu Cakrabuana dan Wayang Cepak Cirebon, kemudian garis-garis tersebut akan digunakan sebagai bentuk dasar dari patokan bentuk huruf dan modul huruf, seperti pada gambar berikut:


(29)

21

3.2.3 Pemilihan Patokan Bentuk Huruf dan Modul Huruf

Setelah didapat tarikan-tarikan garis yang akan dijadikan bentuk dasar dari modul, maka dibuat patokan bentuk huruf dan modul huruf sesuai keperluan garis pembentuk huruf atau stroke seperti garis vertikal, horizontal, melengkung, dan lain-lain. Patokan bentuk huruf diperlukan agar modul tidak tersusun sengan sembarang, sehingga tercipta suatu kesatuan dari huruf-huruf yang diciptakan. Dari proses tersebut dihasilkan bentuk-bentuk modul dan patokan bentuk huruf sebagai berikut:

Gambar III.4 Modul dan Patokan Bentuk Huruf

3.2.4 Penerapan Modular Type

Modul yang telah didapat kemudian disusun untuk membentuk sebuah huruf dengan acuan patokan huruf dan grid sistem yang akan dijelaskan kemudian. Huruf dibentuk sesuai dengan anatomi huruf yang akan dibuat atau mempertimbangkan anatomi alternatif dengan tetap tidak mengabaikan legibility dari huruf, misal huruf A itu terdiri dari dua garis diagonal yang berlawanan dan satu garis horizontal, atau huruf A juga bisa dibuat dari dua buah garis horizontal di atas dan di tengah, serta dua buah garis vertikal di kiri dan di kanan. Pembentukan huruf dari susunan modul bisa dilihat melalui gambar contoh sebagai berikut:


(30)

22

Gambar III.5 Penyusunan modul menjadi huruf

3.2.5 Grid System

Grid system diperlukan dan digunakan untuk menjaga kontinuitas dan kesatuan dari huruf-huruf yang dibuat. Grid sistem yang dipakai menggunakan dua titik koordinat yaitu koordinat X dan Y atau garis Horizontal dan Vertikal. Berikut gambar dari sebagian grid system tersebut:

Gambar III.6 Grid1


(31)

23

3.3 Sistem Huruf

3.3.1 Figure dan Ground

Menurut Danton Sihombing (2001, 12) dalam Agung Yuwanda, Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ”m‟dengan”p” atau ”C‟dengan “Q”. Untuk mengenal atau „membaca‟ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negative yang disebut dengan ground.

Gambar III.8 Figure dan Ground

3.3.2 Anatomi dari Huruf yang Dibuat


(32)

24

3.3.3 Pengaturan Kerning

Kerning atau jarak antar huruf secara keseluruhan pada huruf ini akan terbentuk dengan sendirinya selama huruf ditempatkan sesuai dengan grid yang ada pada software pembuat huruf, dan menempatkan batas kiri dan batas kanan setiap unit huruf sesuai dengan ukuran grid setiap hurufnya, sehingga akan terbentuk kerning dari ruang kosong yang ada pada grid untuk satu karakter huruf, seperti pada gambar berikut, dalam proses ini software pembuat huruf yang digunakan adalah FontCreator 6.0 Professional Edition.

Gambar III.10 Penempatan Huruf

Pengecualian untuk pertemuan beberapa huruf yang bagian negatifnya cukup besar dan saling bersilangan posisinya (contoh: huruf di sebelah kiri memiliki bagian negatif cukup besar di bagian kanan bawah, dan huruf di sebelah kanan memiliki bagian negatif cukup besar di bagian kiri atas) dan apabila huruf tersebut berdekatan sehingga memberikan kesan huruf lebih jauh satu sama lain apabila tidak disesuaikan kerningnya, seperti huruf I dan J, I dan j, L dan T, T dan J, serta T dan j, maka kerningnya disesuaikan kembali sesuai dengan kebutuhan dan tetap berpatokan pada grid, seperti gambar berikut.


(33)

25


(34)

26

3.3.4 Pengaturan Tracking

Tracking atau jarak antar kata diperoleh dengan mengatur batas kanan dan batas kiri dari karakter spasi atau space. Untuk huruf ini, karakter spasi telah disesuaikan dengan ukuran lebar 2,5 kotak grid, ukuran 2,5 kotak grid tersebut didapat dari pendekatan lebar dari karakter I pada huruf ini. Pengaturan karakter spasi terlihat pada gambar berikut.


(35)

27

3.3.5 Pengaturan Leading

Leading atau jarak antar baris diperoleh dengan mengatur Win Ascent dan Win Descent pada software. Untuk huruf ini, Win Ascent diberi nilai 1750, dan Win Descent diberi nilai -400, agar diperoleh leading dengan ukuran 1 4/5 kotak grid. Besaran tersebut kurang-lebih merupakan besaran yang digunakan huruf-huruf lain yang biasa digunakan body-text. Pengaturan Win Ascent dan Win Descent terlihat pada gambar berikut.


(36)

28

3.3.6 Readibility

Tingkat keterbacaan huruf mulai dari ukuran 8pt sampai ukuran 36pt terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.14 Tingkat Keterbacaan

3.4 Strategi Media

Pemilihan media diperlukan sebagai sarana penyampaian pesan pada audiens yang dituju. Pemilihan media yang tepat akan memudahkan pesan yang terdapat pada karya grafis untuk tersampaikan pada audiens-nya. Media yang digunakan bisa terdiri dari satu media saja, atau terdiri dari beberapa media sesuai dengan kebutuhan penyampaian pesan.

3.4.1 Pertimbangan Media

Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai pertimbangan media dari perancangan tipografi dengan inspirasi bentuk Tokoh Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon ini antara lain: faktor kemudahan untuk mendapatkannya, faktor kemudahan untuk persebarannya, dan faktor kemudahan dalam pengaplikasiannya.


(37)

29

3.4.2 Pemilihan Media

- Untuk media utama, dipilih penerapan aplikasi huruf ke dalam format file .ttf atau True Type Font yang merupakan format huruf digital yang digunakan untuk program-program komputer yang memiliki fasilitas pengetikan. Dengan media ini, diharapkan huruf dapat dengan mudah didapatkan, disebarkan, serta diaplikasikan. - Untuk media pendukung, dipilih media-media yang merupakan

hasil aplikasi dari media utama seperti: aplikasi pada papan nama jalan, aplikasi pada sampul buku, aplikasi pada artikel majalah, dan lain-lain. Media tersebut dipilih untuk memperlihatkan kepada audiens, bagaimana media utama bisa teraplikasi.

3.5 Strategi Distribusi

Strategi distribusi atau penyebaran dari font yang dibuat adalah distribusi secara online dan gratis. Font akan diunggah pada situs-situs penyedia font gratis, atau diunggah pada situs yang menyediakan fitur untuk berbagi berkas secara gratis.


(38)

30

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Proses Sketsa

Proses sketsa dilakukan untuk memudahkan dalam proses visualisasi dari ide. Dalam hal ini, proses sketsa dilakukan untuk memperoleh patokan bentuk huruf dan memperoleh bentuk modul untuk huruf. Proses sketsa dilakukan pada kertas HVS dan kertas milimeter block.


(39)

31

4.2 Proses Digitalisasi

Proses digitalisasi dilakukan setelah mendapatkan patokan bentuk huruf dan modul dari proses sketsa. Dalam proses digitalisasi ini, ada dua jenis software yang digunakan, yaitu: Corel Draw X3, dan Font Creator 6.0. Tahapan proses dari masing-masing software tersebut sebagai berikut:

4.2.1 Proses Digitalisasi dengan Software Corel Draw X3

Software ini biasa digunakan untuk menggambar bentuk, mulai dari bentuk-bentuk dasar sampai bentuk-bentuk yang rumit, dan mulai dari gambar-gambar yang sederhana sampai gambar-gambar yang detail. Selain itu, software ini juga memiliki tingkat presisi yang tinggi, alasan inilah yang membuat software ini menjadi pilihan untuk digitalisasi huruf.

Proses menggambar pada software ini dibantu dengan adanya fitur grid seperti pada milimeter block, jadi pengerjaannya kurang lebih sama, hanya berbeda media yang digunakan.

Patokan bentuk huruf, modul, dan huruf dibuat dengan menggunakan Bezier Tool, Rectangle Tool, Shape Tool, dan fitur Shaping pada menu Arrange. Tampilan proses digitalisasi huruf pada software Corel Draw X3 dapat dilihat dalam gambar berikut:


(40)

32

Gambar IV.3 Proses Digitalisasi dengan Corel Draw X3

Setelah semua huruf, angka, dan tanda baca selesai diproses dalam software Corel Draw X3, kemudian setiap karakter dipisahkan satu-persatu untuk disimpan dalam format .AI (Adobe Illustrator). Format .AI tersebut merupakan format yang kompatibel dengan software Font Creator 6.0 agar setiap karakter terdeteksi sebagai vektor atau gambar garis, bukan sebagai gambar dalam ukuran pixel sehingga bisa menghindari bentuk karakter yang menjadi terdistorsi saat disesuaikan ukurannya.


(41)

33

4.2.2 Proses Digitalisasi dengan Software Font Creator 6.0

Software ini biasa digunakan untuk membuat huruf dalam format .ttf atau True Type Font. Format huruf tersebut merupakan format huruf digital secara umum untuk keperluan aplikasi pengetikan pada software komputer yang memiliki fitur pengetikan.

Proses diawali dengan membuat file baru pada menu awal saat software dibuka, lalu kemudian file tersebut diberi nama. Dalam hal ini, file diberi nama Cakrabuana, sesuai dengan nama huruf yang dibuat.

Gambar IV.5 Proses Digitalisasi dengan Font Creator 6.0

Setiap karakter yang telah disimpan dalam format .AI dengan menggunakan software Corel Draw X3 tadi kemudian di-drag pada menu untuk meng-edit setiap karakter pada Font Creator 6.0 sesuai dengan karakter masing-masing, lalu kemudian ukurannya disesuaikan kembali dengan ukuran grid.


(42)

34

Gambar IV.6 Proses Digitalisasi dengan Font Creator 6.0

Proses tadi dilakukan secara berulang sampai semua huruf, angka, dan tanda baca yang dibuat menempati tempatnya masing-masing pada Font Creator 6.0 seperti pada gambar berikut:


(43)

35

Proses selanjutnya adalah mengatur Kerning, Tracking, dan Leading dari huruf. Proses tersebut telah dijelaskan secara detail dalam BAB sebelumnya.

Langkah terakhir adalah menyimpan file huruf tadi ke dalam format .ttf atau True Type Font dan huruf Cakrabuana tersebut siap untuk diaplikasikan untuk pengetikan pada software komputer yang memiliki fitur pengetikan.


(44)

36

4.3 Tampilan Karakter Huruf


(45)

37

4.4 Aplikasi Pada Media

4.4.1 Aplikasi pada Brosur

Gambar IV.10 Brosur

Media: Art Paper 150gram Ukuran: 20cm x 21cm


(46)

38

4.4.2 Aplikasi pada Artikel Majalah

Gambar IV.11 Artikel Majalah

Media: Art paper 150gram Ukuran: A4


(47)

39

4.4.3 Aplikasi pada Pamflet

Gambar IV. 12 Pamflet

Media: Art Paper 150gram Ukuran: 16cm x 21cm


(48)

40

4.4.4 Aplikasi pada Papan Nama Jalan

Gambar IV.13 Papan Nama Jalan

Media: Plat Alumunium Ukuran: 41cm x 9cm


(49)

41

4.4.5 Aplikasi pada Sampul Buku

Gambar IV.14 Sampul Buku Media: Art Paper 210gram

Ukuran: A5


(50)

42

4.4.6 Aplikasi pada Sampul Majalah

Gambar IV.15 Sampul Majalah Media: Art Paper 210gram

Ukuran: A4


(51)

43

4.4.7 Aplikasi pada Spanduk

Gambar IV.16 Spanduk

Media: Kain Spanduk C4 Ukuran: 393cm x 90cm


(52)

44

4.4.8 Aplikasi pada Kaos

Gambar IV.17 Kaos

Media: Kain Katun Ukuran: Kaos L


(1)

39 4.4.3 Aplikasi pada Pamflet

Gambar IV. 12 Pamflet

Media: Art Paper 150gram Ukuran: 16cm x 21cm


(2)

40

4.4.4 Aplikasi pada Papan Nama Jalan

Gambar IV.13 Papan Nama Jalan

Media: Plat Alumunium Ukuran: 41cm x 9cm


(3)

41 4.4.5 Aplikasi pada Sampul Buku

Gambar IV.14 Sampul Buku Media: Art Paper 210gram

Ukuran: A5


(4)

42 4.4.6 Aplikasi pada Sampul Majalah

Gambar IV.15 Sampul Majalah Media: Art Paper 210gram

Ukuran: A4


(5)

43 4.4.7 Aplikasi pada Spanduk

Gambar IV.16 Spanduk

Media: Kain Spanduk C4 Ukuran: 393cm x 90cm


(6)

44 4.4.8 Aplikasi pada Kaos

Gambar IV.17 Kaos

Media: Kain Katun Ukuran: Kaos L