8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Watermarking Digital
2.1.1 Definisi Watermarking Digital
Ada beberapa pengertian mengenai watermark digital yang dapat diperoleh dari berbagai referensi, baik itu dari paper-paper ilmiah maupun dari
sumber-sumber lain yang penulis dapatkan dari Internet. Watermarking World
2002 mendefinisikan watermark sebagai data tersembunyi yang ditambahkan pada sinyal pelindung cover signal, sedemikian
rupa sehingga penambahan tersebut tidak terlihat. Watermark dapat juga merupakan suatu pola yang terbentuk oleh kumpulan bit data tertentu, yang
disisipkan kedalam file citra, audio ataupun video yang mengidentifikasikan informasi hak cipta file tersebut Webopedia, 2003. Lebih jauh lagi watermark
bisa juga berupa kode yang membawa informasi mengenai pemilik hak cipta, pencipta, pembeli yang sah dan segala sesuatu yang diperlukan untuk menangani
hak kepemilikan media digital. Watermark sengaja ditanamkan secara permanen pada data digital sedemikian hingga pengguna yang berwenang dapat dengan
mudah membacanya, disisi lain watermark tersebut haruslah tidak mengubah isi media kecuali sedikit atau perubahan tersebut tidaklah tampak atau kurang begitu
tampak bagi indera manusia Barni et al, 1998. Dari beberapa definisi diatas ada benang merah yang dapat ditarik untuk
memberikan definisi watermark digital, yaitu sebuah watermark merupakan sebuah polakodedata tertentu yang membawa informasi tertentu sesuai dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
tujuannya dan sengaja ditanamkan secara permanen kedalam data media induknya.
2.1.2 Framework
Watermarking Digital
Jika watermark merupakan sesuatu yang ditanamkan, maka watermarking merupakan proses penanaman watermark tersebut. Secara umum framework
sebuah algoritma watermarking tersusun atas tiga bagian, yaitu [Duan and King, 1999 dan Mohanty, 1999]:
1 Watermark, 2 Algoritma penyisipan watermark enkoder, dan
3 Algoritma pendeteksian watermark dekoder. Watermark
dapat berupa representasi identitas kepemilikan media digital, maupun informasi lain yang dipandang perlu untuk ditanamkan kedalam media
yang bersangkutan. Algoritma penyisipan watermark menangani bagaimana sebuah watermark ditanamkan pada media induknya. Algoritma pendeteksian
watermark menentukan apakah didalam sebuah media digital terdeteksi
watermark yang sesuai atau tidak.
2.1.3 Karakteristik Watermark Digital