30
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM KAWASAN
TANPA ROKOK
1.1 Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum
2.1.1 Pengertian Penegakan Hukum
Indonesia merupakan negara hukum yang dimana hukum harus di junjung tinggi untuk menciptakan suatu negara yang tertib hukum, maka penegakan
hukum harus dilaksanakan guna mewujudkan fungsi dari norma-norma hukum itu sendiri. Sesuai pandangan Lawrence Meir Friedman
“The substance is composed of substantive rules and rules about how institutions should behave
”
1
yang artinya bahwa penegakan hukum dalam suatu negara memiliki kaitan yang erat terhadap
sistem hukum negara tersebut. Penegakan hukum itu sendiri merupakan proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum yang
berlaku secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan- hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
2
. Menurut Satjipto Raharjo dalam buku Hukum dan Masyarakat menerangkan
“penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian hukum, kemanfaatan sosial dan keadilan menjadi kenyataan. Proses perwujudan
ketiga ide inilah yang merupakan hakekat dari penegakan hukum ”
3
. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwasannya penegakan hukum adalah
1
Lawrance M. Friedman, 1975, The Legal System: a Social Science Perspective, Russel Sage Foundation, New York, h. 14
2
Jimly Asshiddiqie, Loc.cit
3
Satjipto Raharjo, 1980, Hukum dan Masyarakat, , Angkasa, Bandung, selanjutnya disingkat Satjipto Raharjo I h. 15
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah- kaidah hukum ataupun pandangan nilai-nilai yang mantap dan mengejewantah
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran terhadap nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian dalam pergaulan
hidup di masyarakat.
4
Berdasarkan pendapat Sapjipto maupun Soerjono Soekanto tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwasannya yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah pelaksanaan terhadap suatu pemikiran –
pemikiran akan tegaknya suatu norma dalam hukum positif menjadi suatu kenyataan dalam praktek kehidupan bermasyarakat. Hakekat dari penegakan
hukum itu untuk mewujudkan suatu nilai maupun kaidah yang memuat keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum yang tidak hanya dimaknai sebagai tindakan
untuk memaksakan seseorang ataupun para pihak yang tidak menaati suatu atauran yang berlaku menjadi taat namun penegakan hukum dapat dimaknai
sebagai cara untuk mempengaruhi orang maupun berbagai pihak dari berbagai kalangan terkait dengan pelaksanaan aturan hukum yang berlaku sehingga norma-
norma hukum yang termuat dalam aturan tersebut dapat berlaku secara efektif. Menurut Hans Kelsen dalam bukunya Pure Theory of Law menjelaskan bahwa :
“A legal norm becomes valid before becomes effective, that is, before it is applied and obeyed; a law court that applies a statute immediately after
promulgation – therefore before the statute had a chance to become
“effective” – applies a valid legal norm. But a legal norm is no longer considered to be valid, if it remains permanently ineffective. Effectiveness is
a condition of validity in the sense that effectiveness has to join the positing of a legal norm if the norm is not to lose its validity.
”
5
4
Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Binacipta, Jakarta, selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto IV h.13
5
Hans Kelsen, 1967, Pure Theory of Law, University of California Press, California USA, h. 11
Dengan kata lain, bahwa Hans Kelsen mempersyaratkan harus adanya hubungan timbal balik antara unsur validitas dan keefektifan dari suatu kaidah hukum.
Sebelum dapat berlaku secara efektif, suatu norma hukum harus terlebih dahulu valid oleh karena jika suatu kaidah hukum tidak valid maka hukum tersebut tidak
dapat diterapkan sehingga kaidah hukum tersebut tidak pernah efektif berlaku. Agar suatu ketentuan hukum berlaku efektif maka diperlukan proses
maupun upaya mengenai penegakan hukum itu sendiri. Menurut Andi Hamzah menjelaskan bahwa proses maupun dalam penegakan hukum dapat dibagi menjadi
dua yaitu tindakan represif dan tindakan preventif.
6
Adapun tindakan preventif disini adalah tindakan yang dilakukan sebelum dilakukannya penegakan secara
repesif atau dengan kata lain adalah tindakan berupa pencegahan untuk terjadinya suatu pelanggaran hukum baik dengan cara diadakannya negosiasi, persuasi, dan
supervisi agar peraturan hukum ditaati. Sedangkan tindakan represif adalah tindakan menerapkan hukum atau instrumen sanksi ketika terjadi pelanggaran-
pelanggaran terhadap ketentuan norma hukum yang berlaku, biasanya hal ini dikenal dengan istilah law enforcement atau penegakan hukum dalam arti sempit.
Kedua fase tersebut baik tindakan preventif maupun represif diartikan sebagai penegakan hukum secara luas rechthandhaving.
7
Berdasarkan pandangan mengenai penegakan hukum tersebut diatas maka penting untuk menerapkan
tindakan baik represif maupun preventif terhadap proses penegakan hukum.
8
6
I Gusti Agung Ngurah Iriandhika Prabhata, 2015, Kepastian Penegakan Hukum Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dalam
Rangka Meningkatkan Kualitas Pariwisata Bali, Desertasi Megister Ilmu Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h.23
7
Ibid
8
Ibid, h.24
Dalam penegakan hukum law enforcement harus adanya kehendak agar hukum dapat diwujudkan. Pada kenyataannya, cita-cita yang terkandung dalam
penegakan hukum belum tentu sungguh-sungguh dapat diraih, karena hukum digunakan sebagai tindakan-tindakan untuk melindungi orang lain atau kelompok
tertentu. Menurut Satjipto Raharjo dalam bukunya Menerobos Positivisme Hukum mengungkapkan
“Masalah penegakan hukum merupakan persoalan yang tidak sederhana, bukan saja karena kompleksitas sistem hukum itu sendiri, tetapi
juga rumitnya hubungan antara sistem hukum dengan sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat. Sebagai suatu proses, penegakan hukum pada
hakikatnya merupakan variabel yang mempunyai korelasi dan interdependensi dengan faktor-faktor yang lain.
”
9
Menurut Lawrance Friedman keberhasilan dalam upaya penegakan hukum ditentukan oleh beberapa hal diantaranya adalah substansi hukum, struktur
hukum, dan kultur maupun budaya hukum masyarakat.
10
Selain itu, masalah pokok dalam suatu penegakan hukum sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya yang dimana faktor-faktor tersebut mempunyai dampak yang positif maupun dampak negatif yang terletak pada isi faktor-faktor dalam
penegakan hukum tersebut. Dalam penegakan hukum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukumnya. Menurut Soerjono Soekanto faktor
– faktor yang mempengaruhi penegakan hukum diantaranya adalah :
1 Faktor Hukumnya sendiri, yang dalam tulisan ini akan dibatasi pada
undang-undang saja.
9
Satjipto Raharjo, 2010, Menerobos Positivisme Hukum, Rangkan Education, Yogyakarta, selanjutnya disingkat Satjipto Raharjo II h.78
10
Ridwan HR, Loc.Cit
2 Faktor Penegak hukum, yakni pihak pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum. 3
Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 4
Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku ataupun ditetapkan.
5 Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasar pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.
11
Jadi bahwasannya kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan erat, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada
efektifitas penegakan hukum terhadap suatu ketentuan norma hukum agar dapat berlaku secara nyata dan efektif.
2.1.2 Penegakan Hukum Dalam Hukum Administrasi
Hakekat dari penegakan hukum itu untuk mewujudkan suatu nilai maupun kaidah yang memuat keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum yang tidak
hanya dimaknai sebagai tindakan untuk memaksakan seseorang ataupun para pihak yang tidak menaati suatu atauran yang berlaku menjadi taat, namun
penegakan hukum dapat dimaknai sebagai cara untuk mempengaruhi orang maupun berbagai pihak dari berbagai kalangan terkait dengan pelaksanaan dari
aturan hukum yang berlaku sehingga norma-norma hukum yang termuat dalam aturan tersebut dapat berlaku secara efektif. Dalam Penegakan hukum, terdapat
beberapa bidang penegakan hukum diantaranya adalah penegakan hukum dalam
11
Soerjono Soekanto I, Loc.cit
hukum perdata, penegakan hukum dalam hukum pidana dan penegakan hukum dalam hukum administrasi. Pada bahasan ini penegakan hukum lebih di
spesifikasi lagi kedalam bidang penegakan hukum dalam hukum administrasi negara.
Sebelum membahas tentang penegakan hukum dalam hukum administrasi negara, terlebih dahulu membahas tentang pengertian dari hukum administrasi ini.
Menurut J.M Baron de Garando, hukum administrasi adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan timbal balik antara pemerintah dan rakyatnya.
Sedangkan menurut J.H.A Logemann menyebutkan bahwa hukum administrasi adalah peraturan-peraturan khusus, yang disamping hukum perdata yang berlaku
umum, mengatur cara-cara organisasi negara ikut serta dalam lalu lintas masyarakat. Hukum administrasi mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur
serta mengendalikan masyarakat, mengatur bagaimana cara-cara partisipasi warga negara dalam proses pengaturan dan pengendalian tersebut serta menetapkan
norm-norma fundamental bagi pemerintah untuk pemerintahan yang baik
12
. Untuk berfungsi norma hukum dalam pelaksanaan hukum administrasi
maka diperlukan penegakan hukum dalam hukum administrasi negara. Pada penegakan hukum dalam hukum administrasi digunakan beberapa sarana.
Menurut P. Nicolai, sarana dalam penegakan hukum administrasi berisi dua hal yaitu pengawasan dan sanksi.
13
Pengawasan merupakan langkah preventif dalam penegakan hukum administrasi untuk melaksanakan kepatuhan terhadap
ketentuan hukum yang berlaku, sedangkah penerapan sanksi sebagai sarana
12
Zainal Asikin, 2012, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, h.186
13
Ridwan HR, Op.Cit, h.311
penegakan hukum administrasi negara merupakan langkah penegakan hukum represif untuk memaksakan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku.
Jika dijabarkan secara detail, penegakan hukum administrasi terkait dengan masalah legitimasi atau persoalan kewenangan dalam menjalankan instrumen
penegakannya yang meliputi : 1
Monitoring Pengawasan 2
Menggunakan wewenang yang memberi sanksi, yang meliputi : a.
Paksaan pemerintahan atau tindakan paksa Bestuur Dwang; b.
Uang paksa Publekrechtelijke Dwangsom; c.
Penutupan tempat usaha Sluiting Van Een Inrichting; d.
Penghentian kegiatan mesin perusahaan Buitengebruikstelling Van Een Toestel dan;
e. Pencabutan ijin melalui proses teguran, paksaan pemerintah,
penutupan dan uang paksa
14
. Dalam suatu negara hukum diperlukan pengawasan terhadap tindakan
pemerintah dimaksudkan agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku yang merupakan sebagai suatu upaya
preventif dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum terjadinya pelangaran norma-norma hukum yang merupakan sebagai suatu upaya
refresif. Disamping itu yang terpenting adalah bahwa pengawasan ini di upayakan dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat.
15
Sedangkan dalam Hukum Administrasi Negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan
14
Philipus M. Hadjon, 1991, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Pers, Yogjakarta, h. 241
15
Ridwan HR, Loc.cit
penerapan kewenangan pemerintah yang dimana kewenangan ini berasal dari aturan Hukum Administrasi Negara tertulis dan tidak tertulis. Pada umumnya
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menetapkan norma-norma Hukum Administrasi Negara tertentu, diiringgi pula dengan memberikan
kewenangan untuk menegakkan norma-norma itu melalui penerapan sanksi administrasi bagi yang melanggar norma Hukum Administrasi Negara tersebut.
16
Ditinjau dari segi sasarannya, dalam Hukum Administrasi dikenal dua jenis sanksi, yaitu sanksi repartoir reparatoire sancties diartikan sebagai sanksi yang
diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran norma, yang ditunjukan untuk mengembalikan pada kondisi semula atau menempatkan pada situasi yang sesuai
dengan hukum legale situatie . Dengan kata lain, mengembalikan pada keadaan semula sebelum terjadinya. Jenis sanksi berikutnya adalah sanki punitif adalah
sanksi yang semata-mata ditunjukan untuk memberikan hukuman straffen pada seseorang
17
. Sanksi administrasi dapat dirumuskan secara kumulatif, baik kumulasi internal maupun kumulasi eksternal. Dalam kumulasi internal, dua atau
lebih sanksi administrasi seperti telah disebutkan di atas, diterapkan bersama- sama dalam satu undang-undang. Sedangkan, kumulasi ekternal berarti sanksi
adminsitrasi diterapkan secara bersama dengan sanksi lain, seperti sanksi pidana maupun sanksi perdata. Dalam kumulasi eksternal dapat dibenarkan dan tidak
menyalahi asas Ne bis in idem karena sifat dan tujuan sanksi administrasi berbeda dengan sanksi pidana.
18
16
Ibid, h.296
17
Ibid, h.316
18
Philipus M. Hadjon, Op.cit, h.345
2.2 Tinjauan Umum Mengenai Rokok